Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH ILMU PENYAKIT

COLITIS (RADANG USUS)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu penyakit 1 yang dibina oleh Ibu Herlinda
Dwi Ningrum, S.Kep.Ns.,MPH

Disusun Oleh :

Nurul Alifah MIftahul Jannah (P17430221005)

Faidatun Ni’mah (P17430221006)

Zefanya Trisila Putri (P17430223013)

Ananda Aulia Saskia (P17430223014)

Novi Nur Aini (P17430223021)

Syifa Dzikrul Laila (P17430223022)

PROGRAM STUDI D-III ASURANSI KESEHATAN

JURUSAN KESEHATAN TERAPAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

2022/2023
DEFINISI

Colitis Ulseratif atau ulcerative colitis adalah peradangan pada usus besar (kolon)
dan bagian akhir usus besar yang tersambung ke anus (rektum). Usus besar berbentuk
seperti tabung berongga yang dipenuhi oleh otot-otot polos. Bagian usus ini berfungsi
untuk mengolah makanan dari usus kecil, menyerap air dan menyaringnya hingga benar-
benar menjadi feses. Colitis ulseratif biasanya bermula dari terbentuknya luka di rectum
serta terdapat tukak atau luka di dinding usus besar, sehingga menyebabkan penderitanya
lebih sering buang air besar dan tinja yang keluar bercampur dengan darah atau nanah.
Kondisi ini dapat menimpa semua umur, namun orang yang berusia dibawah 30 tahun lebih
sering terserang.

PENYEBAB

Penyebab Colitis ulseratif ini belum diketahui secara pasti. Tetapi, penyakit ini
diduga disebabkan oleh respons sistem kekebalan tubuh. Saat sistem daya tahan tubuh
melawan virus atau bakteri yang menyerang tubuh, dapat terjadi respons imunitas yang
abnormal, menyebabkan sistem daya tahan tubuh untuk menyerang sel-sel pada saluran
pencernaan. Kondisi inilah yang menyebabkan peradangan dan luka di dinding dalam usus
besar. Colitis ulseratif juga diyakini dipicu oleh factor lingkungan, seperti infeksi virus atau
stress. Bisa juga akibat penggunaan pil KB, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau
antibiotik. Riwayat keluarga juga rupanya berperan dalam penyakit ini. Sebab, kondisi ini
bisa terjadi pada orang yang memiliki keluarga dengan riwayat penyakit ini.
GEJALA

Gejala kolitis ulseratif dapat bervariasi pada setiap pengidapnya, tergantung pada
tingkat keparahan dan lokasi peradangan. Meski begitu, gejala yang paling umum dapat di
antaranya:

• Diare yang disertai darah, lendir, atau nanah.


• Nyeri atau kram perut.
• Sering ingin buang air besar, tapi tinja cenderung tidak dapat keluar.
• Kelelahan.
• Nyeri pada rektum.
• Penurunan berat badan.
• Demam.
• Serangan yang berat biasanya ditandai dengan buang air besar lebih dari 6 kali
dalam sehari, detak jantung tidak teratur, serta napas cepat.

PEMERIKSAAN

a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan dengan melihat keadaan umum dan
vital sign yang meliputi, tekanan darah, nadi, suhu, respirasi,dll. Pemeriksaan fisik
pada pasien dengan kolitis ulseratif akan ditemukan nyeri tekan pada lubang anus
serta darah pada pemeriksaan rektal. Pada derajat penyakit yang sudah berat juga
dapat terjadi nyeri tekan pada palpasi area abdomen yang terdapat kolon.
b. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang berperan besar dalam menegakkan diagnosis
penyakit karena kemiripan kolitis ulseratif dengan penyakit saluran pencernaan
lainnya. Selain untuk menegakkan diagnosis, pemeriksaan penunjang juga
dibutuhkan untuk mengeksklusi etiologi infeksi dan noninfeksi lainnya.
1. Endoskopi
Endoskopi saluran pencernaan bawah atau kolonoskopi merupakan
modalitas utama yang digunakan pada pasien ulseratif kolitis. Selain dapat
memeriksa keadaan pada kolon dan rektum, dapat juga dilakukan biopsi
jaringan bersama dengan endoskopi. Pemeriksaan ini memungkinkan untuk
melihat seluruh usus besar menggunakan tabung tipis, fleksibel, dan terang
dengan kamera terpasang. Selama prosedur, dokter dapat mengambil sampel
kecil jaringan (biopsi) untuk analisis laboratorium. Pada kolonoskopi, dapat
dijumpai eritema pada mukosa, penurunan pola vaskuler, serta friabilitas
yang rendah pada kolitis ulseratif yang ringan. Pada tingkat keparahan
sedang, eritema bertambah disertai hilangnya pola vaskular pada mukosa,
friabilitas, erosi, dan ulkus. Pada tahap berat, dapat terjadi perdarahan
spontan dan ulkus.
2. Biopsi
Pada pemeriksaan biopsi mukosa kolon, ditemukan distorsi kripta,
pemendekan kripta abses pada kripta, destruksi pada batas epitel akibat
migrasi sel imun, berkurangnya musin, erosi atau ulser. Selain itu, terdapat
infiltrat pada lamina propria berupa sel plasma, eosinofil dan limfosit, serta
agregat limfoid.
3. Pencitraan
Pemeriksaan pencitraan awal yang dapat dilakukan yaitu radiologi
menggunakan barium enema. Pada pemeriksaan tersebut, pada awalnya akan
granulasi mukosa yang halus, yang akan berubah menjadi mukosa menebal
dan terdapat ulser seiring perjalanan penyakitnya. Ulkus yang sudah
penetrasi ke mukosa dapat terlihat sebagai collar button ulcer. Haustra pada
saluran pencernaan akan menghilang pada gambaran radiologi.
4. Pemeriksaan radiologi lain yang dapat menjadi pilihan adalah MRI atau CT
scan abdomen. Pada pemeriksaan keduanya, akan didapatkan penebalan
dinding kolon sebagai tanda inflamasi yaitu penebalan mural <1,5 cm. CT
scan perut atau panggul dapat dilakukan jika dokter mencurigai adanya
komplikasi kolitis ulseratif.
5. Pemeriksaan Feses
Selain untuk menyingkirkan infeksi sebagai diagnosis banding,
pemeriksaan feses juga dapat dilakukan untuk mendeteksi inflamasi pada
saluran cerna dengan memeriksa fecal lactoferrin. Sampel feses juga
dilakukan untuk memeriksa apakah feses mengandung sel darah putih. Sel
darah putih pada feses termasuk salah satu gejala kolitis ulseratif.
6. Laboratorium Darah
Pemeriksaan laboratorium darah dapat membantu menunjang
diagnosis namun tidak dapat menegakkan diagnosis. Pada fase eksaserbasi,
dapat terjadi peningkatan C-reactive protein (CRP), platelet, erythrocyte
sedimentation rate (ESR) sebagai reaktan fase akut. Anemia juga dapat
terjadi akibat perdarahan kronik pada kolitis ulseratif.
7. Sigmoidoskopi Fleksibel
Prosedur pemeriksaan ini menggunakan tabung berbentuk ramping,
lentur, dan terang untuk memeriksa rektum dan sigmoid, yaitu bagian
terakhir dari usus besar.
8. Sinar-X
Jika gejala kolitis ulseratif semakin parah, dokter mungkin akan
menggunakan sinar-X untuk memeriksa usus berlubang.

PENGOBATAN

Pengobatan colitis dapat dilakukan dengan cara pemberian obat-obatan seperti :

1. Obat antiradang, seperti sulfasalazine dan kortikosteroid.


2. Obat imunosupresan, seperti azathioprine dan ciclosporin.
3. Obat pereda nyeri jenis paracetamol.
4. Obat penghambat TNF (tumor necrosis factor), seperti infliximab.
5. Antidiare, seperti loperamide.
6. Suplemen zat besi.
7. Operasi, operasi merupakan pilihan terakhir jika metode pengobatan lain tidak
mampu meredakan gejala yang sudah parah. Tujuan operasi adalah untuk
mengangkat sebagian atau seluruh usus besar secara permanen.

PENCEGAHAN

Colitis tidak dapat dicegah, namun gejala colitis dapat diredakan dengan melakukan hal
sebagai berikut :

a. Minum air putih dengan jumlah yang cukup.


b. Membatasi konsumsi susu dan olahannya.
c. Menghindari konsumsi alkohol, minuman berkafein, dan minuman bersoda.
d. Makan beberapa kali dengan porsi kecil, daripada makan hanya 1-2 kali dengan
porsi yang besar.
e. Membatasi konsumsi makanan pedas.
f. Berolahraga secara rutin.
g. Mengurangi stress.
DAFTAR PUSTAKA

Makarim, FR. 2022. Kolitis Ulseratif, (https://www.halodoc.com/kesehatan/kolitis-


ulseratif), diakses pada 1 September 2022 pukul 16.06.

Pittara. 2021. Kolitis Ulseratif, (https://www.alodokter.com/kolitis-ulseratif), diakses pada


1 September 2022 pukul 19.09.

Ranatan, C. 2022. Diagnosis Kolitis Ulseratif,


(https://www.alomedika.com/penyakit/gastroentero-hepatologi/kolitis-ulseratif/diagnosis),
diakses pada 2 September 2022 pukul 02.42.

Halodoc.com. 2019. 6 Pemeriksaan untuk Mendiagnosis Kolitis Ulseratif,


(https://www.halodoc.com/artikel/6-pemeriksaan-untuk-mendiagnosis-kolitis-ulseratif),
diakses pada 2 September 2022 pukul 08.40.

Anggraini, Y dan Hasian Leniwita. 2020. Modul Keperawatan Medikal Bedah I Buku 2.
Jakarta Timur: Universitas Kristen Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai