Defenisi
Kolitis ulseratif adalah kondisi inflamasi idiopatik pada kolon yang mengakibatkan kerapuhan
difus dan erosi superfisial pada dinding kolon yang berhubungan dengan perdarahan. Secara khas
melibatkan peradangan terbatas pada mukosa dan submukosa usus besar. Penyakit dimulai di rektum
dan meluas ke proksimal secara terus menerus.
Etiologi
Penyebab spesifik penyakit radang usus tidak diketahui. Tampaknya ada komponen genetik
utama karena faktor risiko independen yang paling penting adalah riwayat penyakit dalam keluarga
(8% hingga 14% pasien). Kerabat tingkat pertama dari pasien dengan kolitis ulserativa memiliki
risiko empat kali lebih tinggi terkena penyakit ini. Selain itu, kolitis ulserativa memiliki insiden yang
lebih tinggi pada populasi Yahudi daripada etnis lain.
- Gen. Kolitis ulserativa cenderung diturunkan dalam keluarga. Hingga satu dari empat orang dengan
kolitis ulserativa memiliki orang tua atau saudara kandung dengan kolitis ulserativa atau dengan
penyakit radang usus terkait yang disebut penyakit Crohn .
- Sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif. Sistem kekebalan melindungi tubuh dari infeksi dengan
mengidentifikasi dan menghancurkan kuman berbahaya. Pada kolitis ulserativa, sistem kekebalan
melakukan ini tetapi juga menyerang lapisan usus besar.
Epedemiologi
Di seluruh dunia, insiden dan prevalensi penyakit radang usus tertinggi terlihat di Eropa
Utara dan Amerika Utara. Penyakit radang usus terkait erat dengan lingkungan dan gaya hidup
kebarat-baratan. Kolitis ulserativa memiliki insiden 9 sampai 20 kasus per 100.000 orang per tahun.
Prevalensinya adalah 156-291 kasus per 100.000 orang per tahun.
Faktor risiko
Kolitis ulserativa mempengaruhi jumlah wanita dan pria yang hampir sama. Faktor risiko mungkin
termasuk:
- Usia. Kolitis ulserativa biasanya dimulai sebelum usia 30 tahun. Tetapi dapat terjadi pada semua
usia, dan beberapa orang mungkin tidak mengalami penyakit ini sampai setelah usia 60 tahun.
- Ras atau etnis. Meskipun orang kulit putih memiliki risiko penyakit yang paling tinggi, penyakit
ini dapat terjadi pada ras apa pun. Jika Anda keturunan Yahudi Ashkenazi, risiko Anda bahkan lebih
tinggi.
- Sejarah keluarga. Anda berisiko lebih tinggi jika memiliki kerabat dekat, seperti orang tua,
saudara kandung atau anak, dengan penyakit ini.
Manifestasi klinis
Gejala utama colitis ulseratif adalah diare berdarah dan nyeri abdomen, seringkali dengan
demam dan penurunan berat badan pada kasus berat. Pada penyakit ringan, bisa terdapat satu atau
dua feses yang setengah berbentuk yang mengandung sedikit darah dan tanpa manifestasi sistemik.
Derajat klinik colitis ulseratif dapat dibagi atas berat, sedang dan ringan, berdasarkan frekuensi diare,
ada/tidaknya demam, derajat beratnya anemia yang terjadi dan laju endap darah (klasifikasi
Truelove). Perjalanan penyakit colitis ulseratif dapat dimulai dengan serangan pertama yang berat
ataupun dimulai ringan yang bertambah berat secara gradual setiap minggu. Berat ringannya
serangan pertama sesuai dengan panjangnya kolon yang terlibat. Pada colitis ulseratif, terdapat reksi
radang yang secara primer mengenai mukosa kolon. Secara makroskopik,, kolon tampak berulserasi,
hiperemik, dan biasanya hemoragik. Gambaran mencolok dari radang adalah bahwa sifatnya
seragam dan kontinu dengan tidak ada daerah tersisa mukosa yang normal.
Perjalanan klinis colitis ulseratif bervariasi. Mayoritas pasien akan mendertia relaps dalam
waktu 1 tahun dari serangan pertama, mencerminkan sifat rekuren dari penyakit. Namun demikian,
bisa terdapat periode remisi yang berkepanjangan hanya dengan gejala minimal. Pada umumnya,
beratnya gejala mencerminkan luasnya keterlibatan kolon dan intensitas radang (Ariestine, 2008).
Temuan fisik pada colitis ulseratif biasanya nonspesifik, bisa terdapat distensi abdomen atau
nyeri sepanjang perjalanan kolon. Pada kasus ringan, pemeriksaan fisik umum akan normal. Demam,
takikardia dan hipotensi postural biasanya berhubungan dengan penyakit yang lebih berat (Ariestine,
2008).
Diagnosis
1) Pemeriksaan Laboratorium
2) Pemeriksaan Radiologi
- USG
Pada pemeriksaan USG, kasus dengan colitis ulseratif didapatkan penebalan dinding usus
yang simetris dengan kandungan lumen kolon yang berkurang. Mukosa kolon yang terlibat tampak
menebal dan berstruktur hipoekhoik akibat dari edema. Usus menjadi kaku, berkurangnya gerakan
peristalsis dan hilangnya haustra kolon. Dapat ditemukan target sign atau pseudo-kidney sign pada
potongn transversal atau cross-sectional. Dengan USG Doppler, pada colitis ulseratif selain dapat
dievaluasi penebalan dindng usus dapat pula dilihat adanya hypervascular pada dinding usus
tersebut.
Gambaran CT Scan pada colitis ulseratif, terlihat dinding usus menebal secara simetris dan
kalau terpotong secara cross-sectional maka terlihat gambaran target sign. Komplikasi di luar usus
dapat terdeteksi dengan baik, seperti adanya abses atau fistula atau keadaan abnormalitas yang
melibatkan mesenterium. MRI dapat dengan jelas memperlihatkan fistula dan sinus tract-nya
(Ariestine, 2008).
3) Pemeriksaan Endoskopi
Pada colitis ulseratif, ditemukan hilangnya vaskularitas mukosa, eritema difus, kerapuhan mukosa,
dan seringkali eksudat yang terdiri atas mucus, darah dan nanah.
4) Pemeriksaan Histopatologi
Tsang dan Rotterdam (1999), membagi gambaran histologik penyakit colitis ulseratif menjadi
kriteria mayor dan minor. Sekurang-kurangnya dua kriteria mayor harus dipenuhi untuk diagnosis
colitis ulseratif.
2) Basal plasmositosis
3) Netrofil pada seluruh ketebalan mukosa
4) Abses kripta
5) Kriptitis
6) Distorsi kripta
7) Permukaan viliformis
Kriteria minor colitis ulseratif :
1) Jumlah sel goblet berkurang
2) Metaplasia sel Paneth
Tetapi pada colitis ulseratif stadium dini, gambarannya tidak dapat dibedakan dari colitis
infektif. Colitis ulseratif mempunyai tiga stadium yang gambaran mikroskopiknya berbeda beda.
Perlu diingat bahwa pada seorang penderita dapat ditemukan gambaran ketiga stadium dalam satu
sediaan (Ariestine, 2008)
Tatalaksana
Pilihan pengobatan untuk pasien dengan kolitis ulserativa didasarkan pada luasnya penyakit dan
tingkat keparahannya.
- Pengobatan lini pertama adalah sulfasalazine dan 5-aminosalisilat, diberikan secara oral atau rektal,
yang memiliki tingkat remisi sekitar 50%.
- Glukokortikoid, secara oral atau rektal, dapat ditambahkan untuk mereka yang gagal mencapai
remisi dalam waktu dua minggu.
- Jika pasien refrakter terhadap glukokortikoid, tiopurin atau obat biologis dapat ditambahkan ke
terapi. Thiopurine adalah imunosupresan seperti azathioprine atau 6- mercaptopurine. Obat biologis
termasuk obat anti-TNF-alpha, seperti infliximab, adalimumab, dan golimumab.
- Kolektomi adalah kuratif pada pasien dengan kolitis ulserativa karena penyakit ini terbatas pada
usus besar. Indikasi pembedahan adalah kegagalan terapi medikamentosa, kolitis fulminan yang
intractable, megakolon toksik, perforasi, perdarahan yang tidak terkontrol, efek samping obat yang
tidak dapat ditoleransi, striktur, displasia derajat tinggi atau multifokal yang tidak dapat direseksi,
kanker, atau retardasi pertumbuhan pada anak. Prosedur pilihan adalah proctocolectomy dengan ileal
pouch-anal anastomosis (IPAA); namun, pada pasien yang tidak memenuhi syarat untuk
proktokolektomi IPAA dengan ileostomi adalah alternatif yang layak.
- Karena risiko kanker usus besar, kolonoskopi dianjurkan secara berkala.
- Semua pasien membutuhkan terapi pemeliharaan untuk mencegah kekambuhan. Aminosalisilat
oral adalah obat pilihan tetapi obat lain mungkin berespon terhadap azathioprine dan 6-
mercaptopurine.
- Tidak ada diet khusus untuk pasien dengan kolitis ulserativa tetapi banyak yang mengalami
intoleransi laktosa. Tidak seperti penyakit Crohn, tidak ada peran nutrisi elemental atau parenteral.
Prognosis
Kolitis ulserativa adalah penyakit seumur hidup tetapi kematian secara keseluruhan tidak
lebih besar dari pada populasi umum. Namun, kematian meningkat pada pasien yang mengalami
syok dan komplikasi bedah.
Polip
Defenisi
Defisini polip adalah semua massa yang menonjol ke dalam lumen, baik di saluran
gastrointestinal, genitourinarius, dan respiratorius. Polip timbul dari lapisan mukosa, juga bisa
berasal dari submukosa dan ada juga yang berasal dari proliferasi sel mesenkimal dan
hematolimfoid.
Polip kolorektal
Polip kolorektal merupakan benjolan yang sering ditemukan di saluran cerna, dibandingkan
polip lain di saluran pencernaan. Polip kolorektal ada yang bersifat neoplastik, ada juga yang bukan.
Polip yang neoplastik dapat berprogresi menjadi maligna. Klasifikasi polip kolorektal menurut WHO
adalah adenoma, serrated dan hamartoma. Semua tipe tersebut mempunyai prognosis dan tata laksana
yang menjadi sangat penting untuk memberikan hasil yang baik dari suatu operasi. Pada dasarnya
berbeda. Endoskopi sering dilakukan pada pasien dengan polip kolorektal, tetapi apa yang ditemukan
dari endoskopi tidak bisa membedakan tipe dari polip tersebut, sehingga diperlukan pemeriksaan
patologi.
Risiko polip menjadi karsinoma tergantung dari beberapa faktor, di antaranya adalah
ukuran. Penelitian menyatakan ukuran < 5 mm risiko disertai displasia keras 5 mm mempunyai
risiko 3% menjadi karsinoma. Polip sessile berukuran 6-10 mm menunjukkan invasi submukosal
sebesar 24% dibandingkan dengan lesi yang pedunculated yaitu sebesar 1,3%, dengan angka yang
terus meningkat dengan meningkatnya ukuran lesi.
Sebagian besar polip tidak menunjukkan gejala dan ditemukan pada pemeriksaan
kolonoskopi. Polip yang lebih besar dapat mengalami perdarahan atau sebagian menyumbat lumen
kolon; oleh karena itu, hematokezia atau gejala obstruktif seperti nyeri perut, pembengkakan, atau
perubahan kebiasaan buang air besar mungkin perlu diselidiki.
Pemeriksaan Deteksi Dini Polip
Pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah tes darah pada feses, fecal immunochemical testing,
kolonoskopi, kolonoskopi spektroskopi, narrow band imaging, computed tomographic colonography,
magnetic resonance colonography, capsule endoscopy, fecal DNA and antigen testing. Kolonoskopi
adalah pemeriksaan untuk mendeteksi adanya lesi intralumen kolon, walaupun sensitivitasnya tidak
mencapai 100%. Narrow band imaging mempunyai akurasi yang tinggi dengan area under curve
lebih dari 90% dengan sensitivitas > 90%.
Prokinetik
Agen gastroprokinetik, gastrokinetik, atau prokinetik adalah jenis obat yang meningkatkan
motilitas gastrointestinal dengan meningkatkan frekuensi kontraksi di usus halus atau membuat
kontraksi lebih kuat tanpa mengganggu ritmenya.
ketidaknyamanan perut
kembung
sembelit
ulu hati
mual dan muntah
sindrom iritasi usus (IBS)
gastritis
gastroparesis
dispepsia fungsional.
Saat kita menelan makanan, ada kontraksi yang menggerakkan makanan disebut gaya peristaltik
primer. Pada gilirannya, refluks gastroesofagus memicu gelombang kedua kontraksi otot yang
membersihkan esofagus, mendorong makanan ke bawah melalui sfingter esofagus bagian bawah
(lower esophageal sphincter, LES) dan ke dalam lambung.
Namun pada beberapa orang, LES rileks atau terbuka secara spontan, sehingga isi lambung
termasuk asam, bisa masuk kembali ke kerongkongan. Hal ini disebut refluks asam dan dapat
menyebabkan gejala ulu hati (heart burn).
Agen prokinetik, membantu mengontrol refluks asam. Obat membantu memperkuat LES dan
menyebabkan isi lambung lebih cepat kosong, yang berikutnya lebih sedikit waktu untuk terjadinya
refluks asam.
Agen prokinetik biasanya digunakan dengan obat penyakit gastroesophageal reflux (GERD) atau
obat sakit maag lainnya, seperti proton pump inhibitor (PPIs) atau H2 receptor blockers. PPI dan H2
bloker secara umum, namun agen prokinetik bisa memiliki efek samping yang serius, atau bahkan
berbahaya, dan sempat ada yang ditarik dari pasaran.
Metoclopramide
Metoclopramide (Reglan) adalah agen prokinetik yang telah digunakan untuk mengobati GERD
dengan meningkatkan aksi otot di saluran pencernaan. Obat tersedia dalam bentuk tablet dan cairan.
Seperti prokinetik lainnya, efikasi metoclopramide terhalang oleh efek samping yang serius.
Efek samping mungkin termasuk peningkatan risiko kondisi neurologis seperti tardive dyskinesia,
yang menyebabkan gerakan berulang yang tidak disadari. Efek samping ini telah diketahui terjadi
pada orang yang menggunakan obat selama lebih dari tiga bulan. Orang yang memakai
metoclopramide harus sangat berhati-hati saat mengemudi atau mengoperasikan mesin atau peralatan
berat.
Cisapride
Cisapride (Propulsid) bekerja pada reseptor serotonin di lambung. Obat terutama digunakan untuk
meningkatkan tonus otot di LES. Namun, karena efek sampingnya, seperti detak jantung yang tidak
teratur, telah ditarik dari pasar di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat. Namun di Indonesia,
obat ini masih mudah ditemukan. Cisapride masih sering digunakan dalam kedokteran hewan.
Bethanechol
Bethanechol (Urecholine) sebenarnya obat yang menstimulasi kandung kemih dan membantu buang
air kecil pada seseorang yang kesulitan mengosongkan kandung kemih. Namun, obat juga
membantu memperkuat LES, dan membuat perut kosong lebih cepat.
Obat ini juga membantu mencegah mual dan muntah. Bethanechol tersedia dalam bentuk tablet.
Namun, manfaat dari obat dibayangi oleh efek samping yang sering terjadi meliputi:
kegelisahan
depresi
kantuk
kelelahan
masalah fisik seperti gerakan tak terkendali dan kejang otot
Eritromisin
Antbiotik makrolidar pertama ini memiliki sifat menarik yang ternyata bisa membantu mengosongkan lambung
(agen prokinetik). Mekanismenya lumayan susah, namun bisa dibaca di Hawkyard (2007) dengan link-nya
dibawah ini. Ketika menggunakan obat ini, perlu dipertimbangkan manfaat dan risiko terkait resistensi antbiotik.
Terapi Nutrisi Perdarahan GIT
Pasien dengan perdarahan mengalami penurunan status gizi sehingga akan mempengaruhi kadar
protein di dalam darah yang menyebabkan tubuh kekurangan asam amino esensial untuk mensintesis
berbagai macam zat termasuk hormon. Jenis protein yang paling sering diukur adalah albumin serum.
Level albumin yang rendah merefleksikan status nutrisi penderita yang dihubungkan dengan proses
penyakit dan atau proses pemulihan. Untuk itu perlu diberikan NED yaitu nutrisi enteral dini.
Nutrisi enteral merupakan salah satu terapi tambahan pada pasien penyakit kritis dengan fungsi
gastrointestinal baik namun asupan oral tidak dapat diberikan. Keuntungan nutrisi enteral adalah
meningkatkan integritas mukosa intestinal dalam absorbsi nutrisi, memperbaiki respon metabolik dan
imun, menurunkan risiko komplikasi, serta harga yang lebih murah jika dibandingkan dengan nutrisi
parentral. Pemberian NED berdampak positif dan berpengaruh signifikan dalam pemenuhan kebutuhan
nutrisi pasien dan mencegah terjadinya atropi mukosa usus.
Nutrisi enteral justru memberikan perlindungan pada got (saluran cerna) dan mukosa usus serta
mengurangi perdarahan lebih lanjut. Early enteral nutrition juga mempunyai keuntungan mengurangi
komplikasi septik. Pemberian nutrisi enteral sebaiknya diatur sesuai dengan usia pasien, berat badan,
penyakit primer, status nutrisi, alat akses nutrisi enteral tersebut, serta kondisi dari saluran
gastrointesinalnya sendiri.
Pasien dengan status gizi yang buruk (misalnya penurunan berat badan dan hipoalbuminemia)
harus diberikan terapi nutrisi selama 7 sampai 10 hari dan lebih baik diberikan dalam bentuk nutrisi
enteral. Nutrisi enteral dapat diberikan dalam waktu 6 jam setelah masuk ke ICU guna meningkatkan
permeabilitas usus dan dikaitkan dengan penurunan kejadian kegagalan organ sedangkan pada pasien
trauma nutrisi enteral dapat dimulai 24 jam setelah masuk. Pemberian NED berupa diet blender
ekstrak
untuk dapat memperbaiki fungsi saluran cerna yang ditandai dengan hasil
bilas lambung jernih dan rerata kadar albumin darah mengalami peningkatan berkisar
1,5 mg/dl dalam waktu 2-3 hari selama pemberian. Ikan gabus atau kutuk diketahui
mengandung senyawa-senyawa penting bagi tubuh manusia diantaranya protein yang
cukup tinggi, lemak, air, dan mineral terutama mineral zink (Zn).