Tahoma Siregar
INFLAMATORY BOWEL DISEASE
• Terdapat dua bentuk idiopathic inflamatory bowel
disease (IBD) :
– Kolitis ulseratif/ulcerative colitis (UC), adalah
suatu kondisi inflamasi mukosa diantara rektum
dan kolon dan
– Penyakit Crohn,s /Crohn disease (CD) adalah
suatu inflamasi gastrointestinal mukosa
transmural dimana dapat terjadi pada beberapa
bagian di saluran GI.
• Etiologi kedua penyakit belum diketahui, tetapi
keduanya memiliki patogenetik yang umum.
Patofisiologi
• Teori penyebab utama IBD melibatkan infeksius (zat
yang menyebabkan infeksi) atau kasus imunologik.
Teori infeksi berasumsi bahwa tubuh bereaksi
secara normal pada patogen yang tidak dikenal,
sedangkan teori imunologic berasumsi bahwa
sistem imun bekerja tidak memadai pada antigen
yang mana pada sebagian orang biasa terpapar,
petunjuk utama reaksi autoimun (tabel, 1).
• Penyakit Kolitis ulseratif dan Crohns dibedakan pada
dua hal utama : letak anatomik dan kedalaman
dinding usus bawah (bowel). Disini, bagaimanapun
juga, tumpang tindih diantara kedua kondisi
penyakit dapat terlihat pada sebagian penderita.
Kolitis ulseratif
• Kolitis ulceratif dibatasi pada kolon dan rektum dan
utamanya yang dipengaruhi mukosa dan
submukosa. Lesi primer terjadi pada crypts of the
mucosa (crypts of Lieberkuhn) dalam keadaan abses
crypt.
• Komplikasi lokal (termasuk kolon) umumnya terjadi
pada pasien kolitis ulseratif. Komplikasi ringan
termasuk hemoroid, anal fisures (celah anus), atau
keadaan abses perirectal.
Tabel 1
Etiologi diusulkan untuk penyakit inflamasi usus (IBD)
• Bahan penginfeksi
– Virus (seperti, measies)
– Bentuk t-Bakteri
– Mycobacteria
– Chlamydia
• Genetik
– Gangguan metabolik
– Connective tissue disorders
• Faktor lingkungan
– Diet
– Merokok (Penyakit Crohns)
Tabel 1
Etiologi diusulkan untuk penyakit inflamasi usus (IBD)
• Imune Defects
– Berhubungan dengan kondisi orang mudah terserang
penyakit
– Kerusakan mukosa dimediasi-imune
• Faktor psikologis
– Stres
– Emosional dan trauma fisik
– Pekerjaan
Gambar 2. Membandingkan gambaran patologi dan
klinik penyakit Crohns dan Kolitis ulseratif
Feature Crohn disease Kolitis ulseratif
Intestinal
Malaise (tidak enak badan) Umum Tidak lazim
Perdarahan rektal Berkisar 50% Umum
Abdominal tenderness Umum Mungkin terjadi
Abdominal mass Sangat umum Tidak pernah
Abdominal pain Sangat umum
Abdominal wall dan Sangat umum Tidak lazim
Internal fistulas Jarang
Endoscopic
Rectal disease Sekitar 20% 100%
Diffuse, continious Tidak lazim Sangat umum
Symetric involvment
Apthous or linear ulcers Umum Jarang
Pathologic
Continious disease Jarang Sangat umum
Rectal involvment Jarang Umum
Ileal involvment Sangat umum Jarang
Structures Umum Jarang
Fistulas Sangat umum Jarang
Kolitis ulserativ
• Komplikasi utama merupakan toksik megacolon,
kondisi parah dapat terjadi pada 1-3% dari pasien
ulterative colitis atau Crohn’s disease. Pasien dengan
toxic megacolon biasanya mengalami demam tinggi,
takikardia, perut kembung, jumlah sel darah putih yang
meningkat, dan dilatasi kolon.
• Resiko kanker kolon lebih besar pada pasien yang
menderita ulcerative colitis dibandingkan dengan
populasi umum.
• Sekitar 11% pasien dengan kolitis ulserativ mengalami
komplikasi hepatobiliary termasuk perlemakan hati
(fatty liver), pericholangitis, hepatitis aktif kronik,
sirosis, sclerosis cholangitis, cholangiocharcinoma dan
batu empedu (gall stones)
Crohn,s Disease
• Chron’s Disease adalah proses inflamasi transmural.
Terminal ileum (Usus buntu) adalah tempat yang
sangat umum mengalami gangguan tersebut (14%-
30%), tapi ini bisa juga terjadi pada bagian-bagian
GI tract.
• Sekitar dua per tiga pasien mengalami beberapa
masalah yang berhubungan dengan kolon, dan 15-
25% pasien hanya mengalami penyakit kolon.
• Pasien seringkali dengan kondisi sebagian segmen
bowel normal dari bowel yang sakit. Penyakit ini
seringkali berlanjut.
Crohn,s Disease
• Komplikasi penyakit Crohn’s termasuk gangguan
saluran instestinal atau organ lain yang tidak
berhubungan dengan GI. Penyempitan small-bowel /
usus halus dan Obstruksi (sumbatan) yang lebih
parah/lanjut merupakan komplikasi yang memerlukan
operasi penanganannya. Pembentukan fistula adalah
umum dan lebih sering terjadi dibandingkan dengan
ulcerative colitis.
• Komplikasi sistemik Chron’s disease adalah umum dan
mirip dengan yang ditemukan pada penderita
ulcerative colitis. Arthritis, iritis, lesi kulit, dan penyakit
hati seringkali ditemukan pada dengan Chron’s disease.
• Defisiensi nutrisi seringkali terjadi pada Chrohn’s
disease.
Tampilan klinis
Ulcerative colitis (radang usus besar)
• Terdapat rentang ciri yang luas tampilan dari penderita
ulcerative colitis. Gejala-gejalanya bisa banyak mulai dari
kram abdomen/perut ringan dengan frekuensi pergerakan
isi/volume small-bowel yang sering hingga diare.
• Kebanyakan pasien dengan kolitis ulcerative mengalami
serangan sakit berulang (intermittent) setelah jeda waktu
(dengan tanpa gejala) yang bervariasi.
• Penyakit kolitis ulserativ ringan ditandai dengan diare lebih
dari 4 kali sehari dengan atau tanpa darah, tanpa gangguan
sistemik dan LED yang normal.
• Pasien dengan penyakit kolitis ulserativ hebat mengalami
enam kali defekasi atau lebih disertai darah, dengan
dibuktikan gangguan sistemik dan mengalami demam,
takikardi, anemi atau laju endap darah (ESR) > 30.
Tampilan klinis
Crohn,s Disease
• Seperti halnya ulcerative colitis, tampilan penderita
Chron’s disesase variabelnya sangat bervariasi. Episode
yang satu mungkin tidak diikuti oleh episode yang
lainnya. Atau pasien dapat mengalami penyakit terus
menerus /tak henti-hentinya. Pasien bisa mengidap
diare dan nyeri perut atau luka perirectal atau perianal.
• Chron’s disease dikarakterisasikan oleh periode remisi
dan perburukan (exacerbation). Beberapa pasien
mungkin tanpa gejala selama bertahun-tahun,
sementara penderita lain yang mengalami masalah
kronis, hingga tidak suka/bosan dengan terapi medis.
Outcome Diharapkan
• Tujuan dari pengobatan termasuk penyelesaian
proses inflamasi akut, penyelesaian komplikasi yang
menyertai (cth: fistulas, abses), pengurangan
manifestasi sitemik (cth : arthritis), perawatan
terhadap remisi dari inflamasi akut, atau operasi
ringan atau penyembuhan. Pendekatan cara terapi
dibedakan dengan mempertimbangkan bermacam
tujuannya sebaik mungkin dengan dua penyakit
tersebut, ulcerative colitis dan Crohn’s disease
Terapi
• Secara klinik, pengobatan IBD menggunakan obat-
obat untuk mengurangi proses inflamatori.
Aminosalisilat, glukokortikoid, antimikroba dan
immunosuppressive agen seperti azathioprine dan
merkatpopurin biasa digunakan untuk pengobatan
penyakit yang aktif dan untuk beberapa agen dapat
memperpanjang remisi penyakit.
• Sebagai tambahan pada penggunaan obat, kadang-
kadang prosedur pembedahan dilakukan ketika
penyakit tidak terkontrol memadai dengan obat
atau membutuhkan obat dosis yang besar
sementara resiko efek tidak diinginkan dari dosis
besar tidak dapat diterima tubuh.
Pengobatan Non-farmakologi
Asupan Gizi
• Asupan gizi yang seimbang adalah aspek penting pada
saat pengobatan dari pasien dengan IBD karena pasien
dengan penyakit sedang hingga berat biasanya akan
mengalami malnutrisi
• Beberapa pasien dengan IBD, meski bukan mayoritas,
akan mengalami defisiensi laktase, dan oleh karena itu
diare bisa dikaitkan dengan asupan susu. Pada pasien
ini, menghindari susu dan suplemen mengandung
lactase biasanya tidak akan meningkatkan gejala-gejala
pasien.
• Kebutuhan nutrisi dari kebanyakan pasien bisa
dicukupkan dengan asupan suplemen oral. Pasien
dengan keadaan penyakit yang parah perlu diberikan
nutrisi parenteral.
Pengobatan Non-farmakologi
• Pembedahan
• Untuk ulcerative colitis, colectomy perlu dilakukan
untuk pasien dengan penyakit yang tidak bisa
dikontrol dengan terapi obat yang maksimal atau
terjadi komplikasi penyakit seperti perforasi kolon,
toxic dilatation (megakolon), pendarahan kolon
yang tidak terkontrol atau kerusakan kolon.
• Indikasi pembedahan untuk penyakit Crohn’s tidak
dilakukan seperti pada penyakit ulcerative colitis,
dan biasanya pembedahan dilakukan untuk
mengatasi komplikasi yang terjadi. Terdapat tingkat
kekambuhan yang tinggi pada penyakit Crohn’s
setelah pembedahan.
Terapi Farmakologi
• Terapi obat diberikan adalah bagian integral pada
keseluruhan pengobatan IBD. Tak satupun obat
digunakan untuk IBD untuk menyembuhkan
(curative), sebagian besar dari mereka untuk
mengontrol proses penyakit agar tidak bertambah
parah.
• Tipe utama terapi obat digunakan untuk IBD
termasuk aminosalisilat, glukokortikoid, agen-agen
imunosupresan (azathioprin, merkaptopurin,
siklosporin, dan metotreksat), antimikroba
(metronidazole, Ciprofloksasin), dan agen-agen
yang menghalangi tumor necrosis factor alfa (TNFα)
seperti infliximab dan etanercept.
Terapi Farmakologi
• Sulfasalazin, adalah agen kombinasi antibakteri
sulfonamid (sulfapiridin) dan asam 5-aminosalisilat
(5-ASA, mesalamin) dalam molekul yang sama,
telah digunakan dalam beberapa tahun ini untuk
mengobati IBD. Komponen aktif dari sulfasalazin
adalah mesalamin, yang mempunyai efek
antiradang lokal terhadap lumen pada lumen
intestine.
• Produk-produk berdasarkan Mesalamin terdapat
pada tabel 24-3
Tabel 3. derivat mesalamin untuk pengobatan IBD
Fulminant
Perawatan mengurangi penyakit (Maintenance of remission)
Penyakit chrohn aktif (ACD)
• Sulfasalazine lebih efektif bilamana penyakit Chron,s
pada daerah colon dan efektif juga pada pasien yang
tidak menjalani operasi oleh karena penyakit ini.
• Derivat mesalamine lainnya (seperti pentasa atau
asasol) yang melepaskan mesalamine di small bowel
mungkin lebih efektif dari sulfasazine for ileal
involvement.
• Steroid sering digunakan pada pengobatan ACD,
terutama pasien dengan kondisi lebih berat. Steroid
lebih disukai untuk pengobatan Chron,s disease berat,
terutama karena senyawa ini dapat diberikan
parenteral dan respon terapi terjadi segera
dibandingkan dengan obat-obat lain.
Perawatan mengurangi penyakit (Maintenance of remission)