Anda di halaman 1dari 52

INFLAMATORY BOWEL DISEASE

Tahoma Siregar
INFLAMATORY BOWEL DISEASE
• Terdapat dua bentuk idiopathic inflamatory bowel
disease (IBD) :
– Kolitis ulseratif/ulcerative colitis (UC), adalah
suatu kondisi inflamasi mukosa diantara rektum
dan kolon dan
– Penyakit Crohn,s /Crohn disease (CD) adalah
suatu inflamasi gastrointestinal mukosa
transmural dimana dapat terjadi pada beberapa
bagian di saluran GI.
• Etiologi kedua penyakit belum diketahui, tetapi
keduanya memiliki patogenetik yang umum.
Patofisiologi
• Teori penyebab utama IBD melibatkan infeksius (zat
yang menyebabkan infeksi) atau kasus imunologik.
Teori infeksi berasumsi bahwa tubuh bereaksi
secara normal pada patogen yang tidak dikenal,
sedangkan teori imunologic berasumsi bahwa
sistem imun bekerja tidak memadai pada antigen
yang mana pada sebagian orang biasa terpapar,
petunjuk utama reaksi autoimun (tabel, 1).
• Penyakit Kolitis ulseratif dan Crohns dibedakan pada
dua hal utama : letak anatomik dan kedalaman
dinding usus bawah (bowel). Disini, bagaimanapun
juga, tumpang tindih diantara kedua kondisi
penyakit dapat terlihat pada sebagian penderita.
Kolitis ulseratif
• Kolitis ulceratif dibatasi pada kolon dan rektum dan
utamanya yang dipengaruhi mukosa dan
submukosa. Lesi primer terjadi pada crypts of the
mucosa (crypts of Lieberkuhn) dalam keadaan abses
crypt.
• Komplikasi lokal (termasuk kolon) umumnya terjadi
pada pasien kolitis ulseratif. Komplikasi ringan
termasuk hemoroid, anal fisures (celah anus), atau
keadaan abses perirectal.
Tabel 1
Etiologi diusulkan untuk penyakit inflamasi usus (IBD)
• Bahan penginfeksi
– Virus (seperti, measies)
– Bentuk t-Bakteri
– Mycobacteria
– Chlamydia
• Genetik
– Gangguan metabolik
– Connective tissue disorders
• Faktor lingkungan
– Diet
– Merokok (Penyakit Crohns)
Tabel 1
Etiologi diusulkan untuk penyakit inflamasi usus (IBD)
• Imune Defects
– Berhubungan dengan kondisi orang mudah terserang
penyakit
– Kerusakan mukosa dimediasi-imune
• Faktor psikologis
– Stres
– Emosional dan trauma fisik
– Pekerjaan
Gambar 2. Membandingkan gambaran patologi dan
klinik penyakit Crohns dan Kolitis ulseratif
Feature Crohn disease Kolitis ulseratif
Intestinal
Malaise (tidak enak badan) Umum Tidak lazim
Perdarahan rektal Berkisar 50% Umum
Abdominal tenderness Umum Mungkin terjadi
Abdominal mass Sangat umum Tidak pernah
Abdominal pain Sangat umum
Abdominal wall dan Sangat umum Tidak lazim
Internal fistulas Jarang
Endoscopic
Rectal disease Sekitar 20% 100%
Diffuse, continious Tidak lazim Sangat umum
Symetric involvment
Apthous or linear ulcers Umum Jarang
Pathologic
Continious disease Jarang Sangat umum
Rectal involvment Jarang Umum
Ileal involvment Sangat umum Jarang
Structures Umum Jarang
Fistulas Sangat umum Jarang
Kolitis ulserativ
• Komplikasi utama merupakan toksik megacolon,
kondisi parah dapat terjadi pada 1-3% dari pasien
ulterative colitis atau Crohn’s disease. Pasien dengan
toxic megacolon biasanya mengalami demam tinggi,
takikardia, perut kembung, jumlah sel darah putih yang
meningkat, dan dilatasi kolon.
• Resiko kanker kolon lebih besar pada pasien yang
menderita ulcerative colitis dibandingkan dengan
populasi umum.
• Sekitar 11% pasien dengan kolitis ulserativ mengalami
komplikasi hepatobiliary termasuk perlemakan hati
(fatty liver), pericholangitis, hepatitis aktif kronik,
sirosis, sclerosis cholangitis, cholangiocharcinoma dan
batu empedu (gall stones)
Crohn,s Disease
• Chron’s Disease adalah proses inflamasi transmural.
Terminal ileum (Usus buntu) adalah tempat yang
sangat umum mengalami gangguan tersebut (14%-
30%), tapi ini bisa juga terjadi pada bagian-bagian
GI tract.
• Sekitar dua per tiga pasien mengalami beberapa
masalah yang berhubungan dengan kolon, dan 15-
25% pasien hanya mengalami penyakit kolon.
• Pasien seringkali dengan kondisi sebagian segmen
bowel normal dari bowel yang sakit. Penyakit ini
seringkali berlanjut.
Crohn,s Disease
• Komplikasi penyakit Crohn’s termasuk gangguan
saluran instestinal atau organ lain yang tidak
berhubungan dengan GI. Penyempitan small-bowel /
usus halus dan Obstruksi (sumbatan) yang lebih
parah/lanjut merupakan komplikasi yang memerlukan
operasi penanganannya. Pembentukan fistula adalah
umum dan lebih sering terjadi dibandingkan dengan
ulcerative colitis.
• Komplikasi sistemik Chron’s disease adalah umum dan
mirip dengan yang ditemukan pada penderita
ulcerative colitis. Arthritis, iritis, lesi kulit, dan penyakit
hati seringkali ditemukan pada dengan Chron’s disease.
• Defisiensi nutrisi seringkali terjadi pada Chrohn’s
disease.
Tampilan klinis
Ulcerative colitis (radang usus besar)
• Terdapat rentang ciri yang luas tampilan dari penderita
ulcerative colitis. Gejala-gejalanya bisa banyak mulai dari
kram abdomen/perut ringan dengan frekuensi pergerakan
isi/volume small-bowel yang sering hingga diare.
• Kebanyakan pasien dengan kolitis ulcerative mengalami
serangan sakit berulang (intermittent) setelah jeda waktu
(dengan tanpa gejala) yang bervariasi.
• Penyakit kolitis ulserativ ringan ditandai dengan diare lebih
dari 4 kali sehari dengan atau tanpa darah, tanpa gangguan
sistemik dan LED yang normal.
• Pasien dengan penyakit kolitis ulserativ hebat mengalami
enam kali defekasi atau lebih disertai darah, dengan
dibuktikan gangguan sistemik dan mengalami demam,
takikardi, anemi atau laju endap darah (ESR) > 30.
Tampilan klinis
Crohn,s Disease
• Seperti halnya ulcerative colitis, tampilan penderita
Chron’s disesase variabelnya sangat bervariasi. Episode
yang satu mungkin tidak diikuti oleh episode yang
lainnya. Atau pasien dapat mengalami penyakit terus
menerus /tak henti-hentinya. Pasien bisa mengidap
diare dan nyeri perut atau luka perirectal atau perianal.
• Chron’s disease dikarakterisasikan oleh periode remisi
dan perburukan (exacerbation). Beberapa pasien
mungkin tanpa gejala selama bertahun-tahun,
sementara penderita lain yang mengalami masalah
kronis, hingga tidak suka/bosan dengan terapi medis.
Outcome Diharapkan
• Tujuan dari pengobatan termasuk penyelesaian
proses inflamasi akut, penyelesaian komplikasi yang
menyertai (cth: fistulas, abses), pengurangan
manifestasi sitemik (cth : arthritis), perawatan
terhadap remisi dari inflamasi akut, atau operasi
ringan atau penyembuhan. Pendekatan cara terapi
dibedakan dengan mempertimbangkan bermacam
tujuannya sebaik mungkin dengan dua penyakit
tersebut, ulcerative colitis dan Crohn’s disease
Terapi
• Secara klinik, pengobatan IBD menggunakan obat-
obat untuk mengurangi proses inflamatori.
Aminosalisilat, glukokortikoid, antimikroba dan
immunosuppressive agen seperti azathioprine dan
merkatpopurin biasa digunakan untuk pengobatan
penyakit yang aktif dan untuk beberapa agen dapat
memperpanjang remisi penyakit.
• Sebagai tambahan pada penggunaan obat, kadang-
kadang prosedur pembedahan dilakukan ketika
penyakit tidak terkontrol memadai dengan obat
atau membutuhkan obat dosis yang besar
sementara resiko efek tidak diinginkan dari dosis
besar tidak dapat diterima tubuh.
Pengobatan Non-farmakologi
Asupan Gizi
• Asupan gizi yang seimbang adalah aspek penting pada
saat pengobatan dari pasien dengan IBD karena pasien
dengan penyakit sedang hingga berat biasanya akan
mengalami malnutrisi
• Beberapa pasien dengan IBD, meski bukan mayoritas,
akan mengalami defisiensi laktase, dan oleh karena itu
diare bisa dikaitkan dengan asupan susu. Pada pasien
ini, menghindari susu dan suplemen mengandung
lactase biasanya tidak akan meningkatkan gejala-gejala
pasien.
• Kebutuhan nutrisi dari kebanyakan pasien bisa
dicukupkan dengan asupan suplemen oral. Pasien
dengan keadaan penyakit yang parah perlu diberikan
nutrisi parenteral.
Pengobatan Non-farmakologi
• Pembedahan
• Untuk ulcerative colitis, colectomy perlu dilakukan
untuk pasien dengan penyakit yang tidak bisa
dikontrol dengan terapi obat yang maksimal atau
terjadi komplikasi penyakit seperti perforasi kolon,
toxic dilatation (megakolon), pendarahan kolon
yang tidak terkontrol atau kerusakan kolon.
• Indikasi pembedahan untuk penyakit Crohn’s tidak
dilakukan seperti pada penyakit ulcerative colitis,
dan biasanya pembedahan dilakukan untuk
mengatasi komplikasi yang terjadi. Terdapat tingkat
kekambuhan yang tinggi pada penyakit Crohn’s
setelah pembedahan.
Terapi Farmakologi
• Terapi obat diberikan adalah bagian integral pada
keseluruhan pengobatan IBD. Tak satupun obat
digunakan untuk IBD untuk menyembuhkan
(curative), sebagian besar dari mereka untuk
mengontrol proses penyakit agar tidak bertambah
parah.
• Tipe utama terapi obat digunakan untuk IBD
termasuk aminosalisilat, glukokortikoid, agen-agen
imunosupresan (azathioprin, merkaptopurin,
siklosporin, dan metotreksat), antimikroba
(metronidazole, Ciprofloksasin), dan agen-agen
yang menghalangi tumor necrosis factor alfa (TNFα)
seperti infliximab dan etanercept.
Terapi Farmakologi
• Sulfasalazin, adalah agen kombinasi antibakteri
sulfonamid (sulfapiridin) dan asam 5-aminosalisilat
(5-ASA, mesalamin) dalam molekul yang sama,
telah digunakan dalam beberapa tahun ini untuk
mengobati IBD. Komponen aktif dari sulfasalazin
adalah mesalamin, yang mempunyai efek
antiradang lokal terhadap lumen pada lumen
intestine.
• Produk-produk berdasarkan Mesalamin terdapat
pada tabel 24-3
Tabel 3. derivat mesalamin untuk pengobatan IBD

Produk Nama dagang Bentuk Dosis Tempat


Sediaan aksi
Sulfasalzine Azultidine Tablet 4-5 g

Mesalamine Rowasa, salofalk, Enema 1-4 g Rectum,terminal


Claversal, Pentasa ,
Asacol Mesalamine tablet 2,4-4,8 Distal ileum dan
coated dengan Eudragit colon
S (resin akrilik lepas
lambat)
Pentasa Mesalamin capsules 2-4 Small bowel
Encapsulated in
And colon
Ethylcellulose
microgranules
Olsalazine Dipentum Dimer of5-ASA oral 1,5-3
Capsule
Balsalize Colazal Capsule 6,75
Terapi Farmakologi
• Hormon Glukocortikoid dan adrenokortikoid (ACTH)
telah digunakan secara luas pada pengobatan
ulcerative colitis dan Penyakit Crohn’s dan digunakan
pada keadaan penyakit sedang hingga berat.
• Agen imunosupressan seperti azatioprin dan
merkaptopurin (metabolit dari azatioprin) kadang
digunakan pada pengobagtan IBD. Zat-zat ini biasa
digunakan untuk kasus yang sukar disembuhkan/tidak
dapat digunakan dengan steroid dan biasanya/
mungkin berhubungan dengan efek tidak diinginkan
yang serius seperti limpoma, pankreatitis, atau
nefrotoksisitas. Siklosporin memberikan manfaat dalam
waktu singkat kasus akut, ulcerative colitis yang parah
bila digunakan dengan continious infusion
Terapi Farmakologi
• Zat antimikroba, yang terutama sekali
metronidazole, sering digunakan untuk
mengendalikan penyakit Crohn'S. Metronidazole
telah dibuktikan mempunyai nilai/manfaat pada
beberapa pasien dengan penyakit crohn's, terutama
bila penyakit ini pada daerah yang melibatkan
perineal atau fistulas.
• Zat Anti- TNFα, infliximab dan etanercept, adalah
efektif dengan steroid- bergantung atau penyakit
fistulizing tetapi jauh lebih mahal dibanding obat
lainnya.
ulcerative colitis
• Penyakit ringan - sedang
• Terapi obat lini (pilihan) pertama untuk pasien
dengan kolitis ringan –sedang adalah adalah
sulfasalazine oral atau derivat mesalamine oral
(gambar ppt di bawah).
• untuk proctitis atau kolitis distal terapi yang lebih
disukai adalah pemberian steroid atau mesalamin
secara rektal
• Terapi Sulfasalazine seharusnya dimulai dengan
dosis 500 mg / hari secara oral dan ditingkatkan tiap
beberapa hari 4 g atau dosis yang dapat ditoleransi
(sampai 8 g / hari).
ulcerative colitis
Penyakit ringan – sedang
• Steroid-steroid digunakan untuk pengobatan ulcertaive
colitis sedang –berat. Prednison dengan dosis antara
40- 60 mg / hari memiliki aktivitas superior dibanding
dosis 20 mg / hari untuk mengurangi penyakit
• Secara keseluruhan, steroids dan sulfasalazine efikasi
setara, bagaimanapun juga, respons khasiat steroid
dibuktikan lebih cepat.
• Nikotin transdermal pada dalam dosis yang paling
dapat ditolerir memperbaiki gejala pasien dengan
colitis ulcerative aktif ( manakala diberi bersama
dengan mesalamin)
ulcerative colitis
Penyakit berat – sukar dikendalikan
• Pasien dengan radang usus besar (colitis) yang tak
terkendalikan atau simptom-simptom tidak dapat
diandalkan sehingga membutuhkan rawat inap untuk
pengelolaan yang efektif. Pada kondisi ini, pasien
biasanya tidak menerima apapun melalui oral untuk
sampai ke bowel dalam keadaan rest/istirahat;
bagaimana, manfaat nutrisi enteral pada pasien ini
telah dibuktikan. Banyak obat telah tersedia untuk
diberikan melalui parenteral.
• Penderita dengan colitis / radang usus besar hebat,
Steroid parenteral dan prosedur pembedahan lebih
dapat dipercaya untuk pengobatan ini. Derivat
Sulfasalazine atau mesalamine tidak terbukti
bermanfaat untuk pengobatan colitis berat.
ulcerative colitis
Penyakit berat – sukar dikendalikan
• Steroid bernilai pada pengobatan colitis berat karena
pemakaian senyawa ini dapat diberikan pada beberapa
pasien untuk menghindari colectomy. Suatu uji coba
pemberian Prednison injeksi 1 mg/kg /hari (sampai
dengan 60 mg/hari) atau setara diwajibkan pada
sebagian besar pasien sebelum dilakukan proses
colectomy, kecuali bila keadaan gawat atau tidak ada
kemajuan pada pengobatan.
• Infus intravenous Cyclosporine 4 mg/kg per hari)
direkomendasikan / disarankan untuk pasien kolitis
ulseratif berat yang sukar disembuhkan dengan steroid.
Perawatan mengurangi penyakit (Maintenance of remission)

• Sekali remisi dari penyakit aktif ini telah dicapai


hendaknya dipertahankan, tujuan terapi adalah
mempertahankan remisi.
• Obat utama digunakan untuk mempertahankan remisi
adalah derivat Sulfasalazine dan Mesalamine.
• Steroid tidak memiliki peranan dalam pemeliharaan
remisi dengan colitis ulseratif sebab mereka tidak
efektif. Steroid secara berangsur–angsur dihentikan /
dikurangi setelah remisi diinduksi ( lebih 3 – 4 minggu ).
Bila pasien melanjutkan penggunaan steroid, pasien
akan terpapar efek samping steroid, sehingga
kemungkinaan tidak diperoleh manfat penggunaan
obat tersebut.
Perawatan mengurangi penyakit (Maintenance of
remission)

• Pemeliharaan-remisi perlu didokumentasikan


dengan baik hingga 1 tahun mungkin perlu selama 3
tahun.
• Azatropine efektif dalam mencegah kambuhnya
Ulcerative colitis untuk periode sampai 2 tahun.
Bagaimanapun, penggunaannya 3 – 6 bulan
diwajibkan untuk memperoleh efek yang efek
bermanfaat.
Perawatan mengurangi penyakit (Maintenance of remission)
Penyakit Chron (Gambar 24-3)
Penyakit chrohn aktif
• Tujuan pengobatan penyakit chron aktif adalah untuk
mencapai remisi (pengurangan), meskipun demikian,
pada banyak pasien pengurangan gejala sudah dapat
membuat pasien beraktivitas normal atau reduksi dosis
steroid diperlukan untuk kontrol manfaat
• Sebagian besar pasien, Pada banyak pasien chron,s
aktif diobati dengan derivat sulfasalazine dan
mesalamin, atau steroid, walaupun azathioropine,
mercaptopurine atau metronidazole sering juga
digunakan. Methotrexate dan infliximab mulai dipilih.
Gambar 3. Pendekatan pengobatan penyakit Chron,s
Keparahan penyakit
Perineal
Ringan Sulfasalazin atau Small bowel
Ileokolonik atau kolonik mesalamin oral mesalamin oral
Sulfasalazin 3-6 g/h atau dan atau 3-4 g/h atau
Mesalamin oral 3-4 g/h Metronidazol Metronidazol
Up to 10-20 mg/kg/h

Sedang Respons Taper prednison


After 2-3wkg/h
Seperti di atas Refractory and
ditambah prednison Fistulizing disease
No Respons Add azathioprine,
40-60 mg/h Add infliximab
Mercaptopurine,
Or methotrexate
Berat

Hidrokortison 100mg Cyclosporine IV


IV every 6-8 h
No Respons in 7 days 4 mg/kg/day

Fulminant
Perawatan mengurangi penyakit (Maintenance of remission)
Penyakit chrohn aktif (ACD)
• Sulfasalazine lebih efektif bilamana penyakit Chron,s
pada daerah colon dan efektif juga pada pasien yang
tidak menjalani operasi oleh karena penyakit ini.
• Derivat mesalamine lainnya (seperti pentasa atau
asasol) yang melepaskan mesalamine di small bowel
mungkin lebih efektif dari sulfasazine for ileal
involvement.
• Steroid sering digunakan pada pengobatan ACD,
terutama pasien dengan kondisi lebih berat. Steroid
lebih disukai untuk pengobatan Chron,s disease berat,
terutama karena senyawa ini dapat diberikan
parenteral dan respon terapi terjadi segera
dibandingkan dengan obat-obat lain.
Perawatan mengurangi penyakit (Maintenance of remission)

Penyakit chrohn aktif


• Sekali remisi dihasilkan, meskipun, remisi ini mungkin sulit
dibuktikan untuk menurunkan dosis steroid tanpa
reintroduksi penyakit aktif.
• Metronidazole dapat berguna pada pasien dengan penyakit
Chron΄s, terutama pada pasien dengan gangguan pada colon
atau yang dengan penyakit perineal.
• Senyawa imunosupressive (azathioropine dan mercatopurine)
umumnya dibatasi penggunaannya pada pasien dengan
repons tidak cukup memadai menurut standar terapi obat,
atau untuk mencapai efek remisi diperlukan steroid dengan
dosis toksik. Dosis lazim azathioprin adalah 2 -2.5 mg/kg/hari
dan mercatopurine 1-1,5 mg/kg/hari. Mungkin diperlukan
hingga 6 bulan untuk mengamati respon.
Perawatan mengurangi penyakit (Maintenance of remission)

Penyakit chrohn aktif


• Cyclosprin efektif untuk ACD. Dosis cyclosporine sangat
penting untuk mejelaskan khasiat. Dosis oral 5
mg/kg/hari tdak efektif, sedangkan dosis 7,9
mg/kg/hari efektif. Bagaimanapun, pemakaian dosis
tinggi dibatasi terkait efek toksik.
• Methotrexate, 25 mg/minggu (oral atau IM) dapat
digunakan untuk menginduksi remisi atau untuk
menurunkan dosis steroid untuk mencapai efek remisi.
• Infliximab 5 mg/kg infus tunggal, efektif untuk yang
sukar disembuhkan (refractory) atau fistulizing chron,s
disease.
Mempertahankan remisi
• Mencegah kekambuhan penyakit lebih sulit pada
Chron΄s disease dibanding dengan kolitis ulseratif.
Derivat Sulfasalazine dan mesalamine oral efektif
dalam mencegah kekambuhan akut pada penyakit
chron,s tidak aktif.
• Steroid tidak diperbolehkan untuk kekambuhan
penyakit chron΄s.
• Walaupun data yang dipublikasikan tidak konsisten,
terdapat bukti yang dapat diandalkan bahwa
azathioprine dan mercaptopurin efektif dalam
menjaga remisi penyakit chron΄s
Terapi yang terpilih
Toxic megacolon
• Perlakuan yang dibutuhkan untuk toxic megacolon termasuk
tindakan supportive umum untuk menjaga fungsi organ vital,
mempertimbangkan untuk intervensi bedah segera, dan
pemberian obat (Steroid dan antimkroba).
• Management Cairan agressive dan elektrolit dibutuhkan untuk
dehidrasi.
• Bilamana pasien kehilangan darah dalam jumlah yang bermakna
(melalui rectum) penggantian darah adalah dibutuhkan
• Steroid dosis tinggi seharusnya diberikan secara intravena untuk
menurunkan inflamasi akut. Dosis 2 mg/kg/hari prednisone
direkomendasikan atau setara dengan pemberian (umumnya yang
diberikan adalah hidrokortison).
• Regimen antibiotika yang efektif untuk mikroba enterik aerob dan
anaerob (seperti aminoglikosida dengan clindamycin atau
metronidazole, Imipenem, meropenem atau penisilin dengan
spectrum diperluas dengan inhibitor betalaktamase) diberikan dari
awal diagnosa dan dilanjutkan hingga perbaikan dapat dipastikan.
Manifestasi sistemik
• Manifestasi sitemik umum IBD termasuk arthritis,
anemia, manifestasi kulit seperti eritema
nodosum dan pioderma gangrenosum, uveitis
dan gangguan liver.
• Anemia menjadi masalah yang umum bilamana
terjadi kehilangan darah yang bermakna dari
saluran gastro intestinal. Bilamana pasien dapat
minum obat oral. Fero sulfat harus diberikan.
• Untuk Artritis yang berhubungan dengan IBD,
aspirin atau obat AINS lain mungkin bermanfaat
seperti penggunaan steroid.
Pertimbangan khusus
Kehamilan
• Terapi Obat untuk IBD tidak ada kontraindikasi pada
kehamilan & kebanyakan pasien dengan kondisi
hamil yang disertai penyakit ini dikelola/diterapi
dengan baik. Indikasi untuk terapi obat dan
pembedahan mirip dengan pasien dengan kondisi
tanpa hamil. Jika seorang pasien mempuyai gejala
awal IBD pada awal kehamilan, pendekatan standar
pengobatan diinisiasi sejak awal.
• Metronidazole atau metrotreksat tidak boleh
digunakan selama kehamilan
ADR Obat-obat digunakan pada IBD
• Sulfasalazine sering dihubungkan dengan terjadinya
efek ADR idiosyncratic atau yang terkait dengan dosis.
Efek samping terkait dosis biasanya termasuk gangguan
GI seperti mual, muntah, diare, atau anoreksia, tetapi
mungkin juga termasuk sakit kepala dan arthtralgia.
• Pasien yang menerima sulfasalazine perlu menerima
asam folat karea sulfasalazine menghambat
penyerapan asam folat.
• Efek sulfasalazin yang tak diinginkan, tidak berkaitan
dengan dosis adalah : ruam, demam, atau
hepatotoksisitas, Reaksi yang juga dapat terjadi namun
relatif tidak umum terjadi tapi bisa berdampak serius
seperti pankreatitis dan hepatitis.
ADR Obat-obat digunakan pada IBD
• Derivat mesalamine mempunyai efek yag lebih rendah
dibading dengan sulfasalazine. Banyak pasien yang tidak
cocok terhadap sulfasalazine akan tetapi, cocok menggunakan
derivate mesalamine.
• Efek samping yang kurang baik yang ditimbulkan oleh
glukokortikoid meliputi hiperglisemia, hipertensi,
osteoporosis, retensi cairan dan gangguan elektrolit, miopati,
penyakit kejiwaan, dan menurunnya resistensi pada infeksi.
Sebagai tambahan, penggunaan glukokortikoid menyebabkan
penekanan/supresi adrenocortical. Regimen khusus
diperlukan untuk keadaan withdrawal oleh terapi
glukokotikid.
• Imunosupresan seperti azathioprin dan mercoptopurine
mempunyai suatu potensi menyebabakan ADR, termasuk
supresi , sumsum tulang, dan dihubungkan dengan limfoma (
pada pasien pencangkokan ginjal) dan pankreatitis.
Evaluasi Outcome/hasil pengobatan
• Keberhasilan regimen terapi untuk pengobatan IBDs
dapat diukur dari keluhan yang dilaporkan pasien,
tanda-tanda dan gejala-gejala, pengujian fisik
langsung (seperti endoscopy), pengujian secara fisik
dan riwayat, tes laboratorium yang terpilih, dan
mengukur kualitas hidup.
Evaluasi Outcome/hasil pengobatan
• Untuk memperoleh pengukuran yang lebih obyektif,
rentang skala penyakit haruslah dibuat. The Chron,s
Disease Activity Index (CDAI) / Indeks Aktivtas Penyakit
Crohn adalah lazim digunakan sebagai skala, khusunya
untuk evaluasi pasien selama uji klinis (Clinical trial).
Skala terdiri dari delapan elemen : (1) banyaknya feses
selama 7 hari, (2) jumlah nyeri abdominal (dalam skala)
selama 7 hari, (3) jumlah orang dengan kondisi sehat
selama 7 hari ,(4) penggunaan antidiare, (5) berat
badan, ( 6) hematokrit, (7) temuan massa abdominal
dan (8) jumlah gejala yang tampak setelah seminggu.
Elemen-elemen indeks ini memberikan pedomana
untuk digunakan dalam menguji keefektifan regimen
pengobatan.
Evaluasi Outcome/hasil pengobatan
• Tool evaluasi terstandarisasi perlu juga dibuat untuk
colitis ulseratif. Elemen elemen pada skala ini
termasuk (1) frekuensi defekasi / stool, (2) adanya
darah pada feses, (3) Tampilan / gejala pada
mukosa ( endoscopy ), (4) penilaian menyeluruh
fisik berdasarkan uji secara fisik, endoskopi dan data
laboratorium.
Prognosis
• Beberapa penderita sembuh total setelah suatu
serangan yang mengenai usus halus. Tetapi penyakit
Crohn biasanya muncul lagi dengan selang waktu tidak
teratur sepanjang hidup penderita. Kekambuhan ini
bisa bersifat ringan atau berat, bisa sebentar atau lama.
Mengapa gejalanya datang dan pergi dan apa yang
memicu episode baru atau yang menentukan
keganasannya tidak diketahui.
Peradangan cenderung berulang pada daerah usus
yang sama, namun bisa menyebar pada daerah lain
setelah daerah yang pernah terkena diangkat melalui
pembedahan. Penyakit Crohn biasanya tidak berakibat
fatal. Tetapi beberapa penderita meninggal karena
kanker saluran pencernaan yang timbul pada penyakit
Crohn yang menahun.
TERIMA KASIH
inflamasi di ileum terminal pada
colonoscopy
Megakolon toksik.
CT abdomen CD kronik yang aktif. Ditemukan pula abses
dinding abdomen dengan air-fluid level oleh karena fistula
enterokutaneous (Panel A). Terdapat calculi Staghorn pada
ginjal kiri oleh karena komplikasi infeksi saluran kemih kronis
(Panel B)
Colitis berat pada colonoscopy yang
ditandai dengan mukosa yang rapuh dan
ada perdarahan aktif.
Gambaran striktur di ileum terminal pada colonoscopy.
Terlihat segmen yang menyempit dan relatif sedikit
inflamasi aktifnya, mengindikasikan ini merupakan striktur
cicatrix
• Artitris ditemukan pada sekitar 5% dari pasien.
Artritis adalah penyakit yang khas ditandai migrasi
pada satu atau beberapa tulang sendi. Sendi yang
paling sering bermasalah (hingga frekuensi semakin
berkurang) adalah knees (lutut), hips (pinggul),
ankles (pergelangan kaki), wrists (pergelangan
tangan), dan elbows (siku).
• Komplikasi ocular (iritis, episcleritis, dan
konjungtivitis) terjadi hingga mencapai 10% pasien.
Dari 5-10% pasien mengalami gangguan
dermatologic atau komplikasi kosa (eritema
nodosum, pyoderma ganrenosum, aphtous
stomatitis).

Anda mungkin juga menyukai