Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

COLITIS ULCERATIVE
1. A. Definisi

Kolitis ulseratif adalah penyakit yang menyebabkan peradangan dan luka, yang disebut borok, di
lapisan rektum dan usus besar. Borok terbentuk peradangan telah membunuh sel-sel yang
biasanya garis usus besar, kemudian perdarahan dan menghasilkan nanah. Peradangan dalam
usus besar juga menyebabkan usus sering kosong, menyebabkan diare.

Ketika peradangan terjadi di rektum dan bagian bawah usus besar ini disebut ulseratif proktitis.
Jika seluruh kolon terkena disebut pancolitis. Jika hanya sisi kiri kolon terkena disebut terbatas
atau kolitis distal.

Kolitis ulseratif adalah penyakit inflamasi usus (IBD), nama umum untuk penyakit-penyakit
yang menyebabkan peradangan di usus halus dan usus besar. Ini bisa sulit untuk mendiagnosis
karena gejala yang mirip dengan gangguan usus lainnya dan jenis lain IBD disebut penyakit
Crohn. Penyakit Crohn berbeda karena menyebabkan peradangan lebih dalam dinding usus dan
dapat terjadi di bagian lain dari sistem pencernaan termasuk usus kecil, mulut, kerongkongan,
dan perut.

Kolitis ulseratif dapat terjadi pada orang-orang dari segala usia, tapi biasanya dimulai antara usia
15 dan 30, dan kurang sering antara 50 dan 70 tahun. Ini mempengaruhi laki-laki dan perempuan
sama-sama dan tampaknya berjalan dalam keluarga, dengan laporan sampai dengan 20 persen
orang dengan kolitis ulserativa memiliki anggota keluarga atau kerabat dengan kolitis ulserativa
atau penyakit Crohn. Insiden yang lebih tinggi dari kolitis ulseratif terlihat dalam Putih dan
orang-orang keturunan Yahudi.

Ulcerative colitis (Colitis ulcerosa, UC) adalah suatu bentuk penyakit radang usus (IBD).
Ulcerative colitis adalah suatu bentuk radang usus besar, suatu penyakit dari usus, khususnya
usus besar atau usus besar, yang meliputi karakteristik bisul, atau luka terbuka, di dalam usus.
Gejala utama penyakit aktif biasanya konstan diare bercampur darah, dari onset gradual. Kolitis
ulseratif ,biasanya diyakini memiliki sistemik etiologi yang mengarah ke banyak gejala di luar
usus. Karena nama, IBD sering bingung dengan sindrom iritasi usus besar ( “IBS”), yang
merepotkan, tapi kurang serius, kondisi. Kolitis ulseratif memiliki kemiripan dengan penyakit
Crohn, bentuk lain dari IBD. Kolitis ulseratif adalah penyakit hilang timbul, dengan gejala
diperburuk periode, dan periode yang relatif gejala-bebas. Meskipun gejala kolitis ulserativa
kadang-kadang dapat berkurang pada mereka sendiri, penyakit biasanya membutuhkan
perawatan untuk masuk ke remisi.

Colitis ulseratif terjadi pada 35-100 orang untuk setiap 100.000 di Amerika Serikat, atau kurang
dari 0,1% dari populasi. Penyakit ini cenderung lebih umum di daerah utara. Meskipun kolitis
ulserativa tidak diketahui penyebabnya, diduga ada genetik kerentanan komponen. Penyakit ini
dapat dipicu pada orang yang rentan oleh faktor-faktor lingkungan. Meskipun modifikasi diet
dapat mengurangi ketidaknyamanan seseorang dengan penyakit, kolitis ulserativa tidak diduga
disebabkan oleh faktor-faktor diet. Meskipun kolitis ulserativa diperlakukan seolah-olah itu
merupakan penyakit autoimun, tidak ada konsensus bahwa itu adalah seperti itu. Pengobatannya
dengan obat anti-peradangan, kekebalan, dan terapi biologis penargetan komponen spesifik dari
respon kekebalan. Colectomy (parsial atau total pengangkatan melalui pembedahan usus besar)
yang kadang-kadang diperlukan, dan dianggap sebagai obat untuk penyakit.

1. B. Etiologi

Etiologi kolitis ulserativa tidak diketahui. Faktor genetik tampaknya berperan dalam etiologi,
karena terdapat hubungan familial. Juga terdapat bukti yang menduga bahwa autoimunnita
berperan dalam patogenisis kolitis ulserativa. Antibodi antikolon telah ditemukan dalam serum
penderita penyakit ini. Dalam biakan jaringan limfosit dari penderrita kolitis ulserativa merusak
sel epitel pada kolon.
Selain itu ada juga beberapa fakor yang dicurigai menjadi penyebab terjadinya colitis ulseratif
diantaranya adalah : hipersensitifitas terhadap factor lingkungan dan makanan, interaksi imun
tubuh dan bakteri yang tidak berhasil (awal dari terbentuknya ulkus), pernah mengalami
perbaikan pembuluh darah, dan stress.

1. C. Patofisiologis

Suatu serangan bisa mendadak dan berat, menyebabkan diare hebat, demam tinggi, sakit perut
dan peritonitis (radang selaput perut). Selama serangan, penderita tampak sangat sakit.
Yang lebih sering terjadi adalah serangannya dimulai bertahap, dimana penderita memiliki
keinginan untuk buang air besar yang sangat, kram ringan pada perut bawah dan tinja yang
berdarah dan berlendir.

Jika penyakit ini terbatas pada rektum dan kolon sigmoid, tinja mungkin normal atau keras dan
kering. Tetapi selama atau diantara waktu buang air besar, dari rektum keluar lendir yang
mengandung banyak sel darah merah dan sel darah putih. Gejala umum berupa demam, bisa
ringan atau malah tidak muncul.
Jika penyakit menyebar ke usus besar, tinja lebih lunak dan penderita buang air besar sebanyak
10-20 kali/hari.
Penderita sering mengalami kram perut yang berat, kejang pada rektum yang terasa nyeri,
disertai keinginan untuk buang air besar yang sangat. Pada malam haripun gejala ini tidak
berkurang.
Tinja tampak encer dan mengandung nanah, darah dan lendir. Yang paling sering ditemukan
adalah tinja yang hampir seluruhnya berisi darah dan nanah.
Penderita bisa demam, nafsu makannya menurun dan berat badannya berkurang.Kolitis ulseratif
adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon dan rectum. Penyakit
ini umumnya mengenai orang kaukasia, termasuk keturunan Yahudi. Puncak insidens adalah
pada usia 30-50 tahun. Kolitis ulseratif adalah penyakit serius, disertai dengan komplikasi
sistemik dan angka mortalitas yang tinggi. Akhirnya 10%-15% pasien mengalami karsinoma
kolon.

Kolitis ulseratif mempengaruhi mukosa superfisisal kolon dan dikarakteristikkan dengan adanya
ulserasi multiple, inflamasi menyebar, dan deskuamasi atau pengelupasan epitelium kolonik.
Perdarahan terjadi sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi satu secara bergiliran,
satu lesi diikuti lesi yang lainnya. Proses penyakit mulai pada rectum dan akhirnya dapat
mengenai seluruh kolon. Akhirnya usus menyempit, memendek dan menebal akibat hipertrofi
muskuler dan deposit lemak.

1. D. Faktor Pencetus Terjadinya Colitis Ulcerative

Sementara ini penyebab kolitis ulserativa masih belum diketahui, beberapa, mungkin saling
berkaitan, menyebabkan telah diusulkan. Sebagian orang berpendapat bahwa penyakit terkecil
dapat memicu penyakit.

1. 1. Faktor-faktor genetik

Sebuah genetik komponen ke etiologi kolitis ulseratif dapat didasarkan pada hipotesis berikut:

a)      Agregasi dari kolitis ulserativa dalam keluarga.

b)      Identik kembar konkordansi sebesar 10% dan dizigotik tingkat konkordansi kembar 3%

c)      incidence Etnis perbedaan dalam insiden

d)     Penanda genetik dan keterkaitan

Ada 12 daerah dari genom yang dapat dikaitkan dengan ulseratif kolitis. Ini termasuk kromosom
16, 12, 6, 14, 5, 19, 1, 16, dan 3 dalam urutan penemuan mereka. Namun, tidak satupun dari
lokus telah secara konsisten terbukti bersalah, menunjukkan bahwa kelainan muncul dari
kombinasi beberapa genSebagai contoh, band kromosom 1p36 merupakan salah satu wilayah
tersebut diduga berkaitan dengan penyakit radang usus. Beberapa daerah diduga menyandikan
protein transporter seperti OCTN1 dan OCTN2. Melibatkan daerah potensial lainnya perancah
sel protein seperti keluarga MAGUK. Bahkan ada HLA asosiasi yang mungkin di tempat kerja.
Bahkan, kaitan pada kromosom Mei 6 menjadi yang paling meyakinkan dan konsisten dari calon
genetik.

Beberapa penyakit autoimun telah direkam dengan genetik neurovisceral dan kulit porphyrias
termasuk ulcerative colitis, penyakit Crohn, penyakit celiac, dermatitis herpetiformis, diabetes,
sistemik dan diskoid lupus, rheumatoid arthritis, spondilitis spondilitis, skleroderma, penyakit
Sjorgen dan scleritis. Dokter harus berada pada siaga tinggi untuk keluarga dengan porphyrias di
autoimmune disorders dan perhatian harus diambil dengan porphyrinogenic potensi obat-obatan,
termasuk sulfasalazine.

1. 2. Faktor-faktor lingkungan

Banyak hipotesis telah dibesarkan contributants lingkungan ke patogenesis ulseratif kolitis.


Mereka meliputi:
a)      Diet: sebagai usus besar terkena banyak zat-zat makanan yang dapat mendorong
peradangan, faktor-faktor diet yang telah dihipotesiskan untuk memainkan peran dalam
patogenesis dari kedua ulcerative colitis dan penyakit Crohn. Ada beberapa studi untuk
menyelidiki seperti asosiasi, tetapi satu studi menunjukkan tidak ada asosiasi olahan gula pada
prevalensi kolitis ulserativa.

b)      Diet: Sebuah beragi diet rendah serat makanan dapat mempengaruhi insiden kolitis
ulserativa.

c)      Menyusui: Ada laporan yang saling bertentangan perlindungan menyusui dalam
perkembangan penyakit inflamasi usus. Satu Italia penelitian menunjukkan efek perlindungan
yang potensial.

d)     Beberapa studi ilmiah telah diumumkan bahwa Accutane adalah kemungkinan pemicu
Crohn’s Disease dan ulseratif kolitis di beberapa individu. Tiga kasus di Amerika Serikat telah
pergi ke pengadilan sejauh ini, dengan ketiga menghasilkan jutaan dolar penilaian terhadap
pembuat Isotretinoin. Ada tambahan 425 kasus yang tertunda.

1. E. Manifestasi Klinik

Kebanyakan gejala Colitis ulserativa pada awalnya adalah berupa buang air besar yang lebih
sering. Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut dan diare berdarah.
Pasien juga dapat mengalami:

1. Anemia
2. Fatigue/ Kelelahan
3. Berat badan menurun
4. Hilangnya nafsu makan
5. Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi
6. Lesi kulit (eritoma nodosum)
7. Lesi mata (uveitis)
8. Nyeri sendi
9. Kegagalan pertumbuhan (khususnya pada anak-anak)
10. Buang air besar beberapa kali dalam sehari (10-20 kali sehari)
11. Terdapat darah dan nanah dalam kotoran.
12. Perdarahan rektum (anus).
13. Rasa tidak enak di bagian perut.
14. Mendadak perut terasa mulas.
15. Kram perut.
16. Sakit pada persendian.
17. Rasa sakit yang hilang timbul pada rectum
18. Anoreksia
19. Dorongan untuk defekasi
20. Hipokalsemia
Sekitar setengah dari orang-orang didiagnosis dengan kolitis ulserativa memiliki gejala-gejala
ringan. Lain sering menderita demam, diare, mual, dan kram perut yang parah. Kolitis ulserativa
juga dapat menyebabkan masalah seperti radang sendi, radang mata, penyakit hati, dan
osteoporosis. Tidak diketahui mengapa masalah ini terjadi di luar usus. Para ilmuwan berpikir
komplikasi ini mungkin akibat dari peradangan yang dipicu oleh sistem kekebalan tubuh.
Beberapa masalah ini hilang ketika kolitis diperlakukan.

Presentasi klinis dari kolitis ulserativa tergantung pada sejauh mana proses penyakit. Pasien
biasanya hadir dengan diare bercampur darah dan lendir, dari onset gradual. Penyakit ini
biasanya disertai dengan berbagai derajat nyeri perut, dari ketidaknyamanan ringan untuk sangat
menyakitkan kram.

Kolitis ulseratif berhubungan dengan proses peradangan umum yang mempengaruhi banyak
bagian tubuh. Kadang-kadang terkait ekstra-gejala usus adalah tanda-tanda awal penyakit, seperti
sakit, rematik lutut pada seorang remaja. Kehadiran penyakit ini tidak dapat dikonfirmasi,
namun, sampai awal manifestasi usus.

1. A. Asuhan Keperawatan
2. 1. Anamnesa

a)      Identitas Pasien

Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, alamat, dll.

b)      Identitas Penanggung Jawab

Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, alamat, dll.

c)      Riwayat Penyakit Sekarang

DO : Fatigue (+), anoreksia(+), weakness (+)

DS : Klien mengatakan sudah diare selama 2 minggu, 5 hari terakhir terdapat darah dan lendir
pada feses, perut terasa nyeri di kuadran kiri bawah.

d)     Riwayat Penyakit Dahulu;

Klien mengatakan pernah mengalami penyakit seperti ini setengah tahun yang lalu.

e)      Riwayat Penyakit Keluarga

f)       Aktifitas Sehari-hari

1. 2. Pengkajian

a)      Pemeriksaan Fisik


 Inspeksi
 Auskultasi
 Palpasi
 Perkusi

b)      Pemeriksaan Laboratorium / Data Penunjang

 Sebuah hitung darah lengkap dilakukan untuk memeriksa anemia; Trombositosis, tinggi
platelet count, kadang-kadang terlihat
 Elektrolit studi dan tes fungsi ginjal dilakukan, sebagai kronis diare dapat berhubungan
dengan hipokalemia, hypomagnesemia dan pra-gagal ginjal.
 Tes fungsi hati dilakukan untuk layar untuk keterlibatan saluran empedu: kolangitis
sclerosing utama.
 X-ray
 Urine
 Bangku budaya, untuk menyingkirkan parasit dan menyebabkan infeksi.
 Tingkat sedimentasi eritrosit dapat diukur, dengan tingkat sedimentasi yang tinggi
menunjukkan bahwa proses peradangan hadir.
 C-reactive protein dapat diukur, dengan tingkat yang lebih tinggi menjadi indikasi lain
peradangan.
 Sumsum tulang : Menurun secara umum pada tipe berat/setelah proses inflamasi panjang.
 Alkaline fostase : Meningkat, juga dengan kolesterol serumdan hipoproteinemia,
menunjukkan gangguan fungsi hati (kolangitis, sirosis)
 Kadar albumin : Penurunan karena kehilangan protein plasma/gangguan fungsi     hati.
 Elektrolit : Penurunan kalium dan magnesium umum pada penyakit berat.
 Trobositosis : Dapat terjadi karena proses penyakit inflamasi.
 ESR : meningkatkarena beratnya penyakit.
 Kadar besi serum : rendah karena kehilangan darah.

Endoskopi

Biopsi sampel (H & E noda) yang menunjukkan ditandai limfositik infiltrasi (biru /ungu) dari
mukosa usus dan arsitektur distorsi dari kriptus.

Tes terbaik untuk diagnosis kolitis ulserativa tetap endoskopi. Penuh kolonoskopi ke sekum dan
masuk ke terminal ileum yang dicoba hanya jika diagnosis UC tidak jelas. Jika tidak,
sigmoidoskopi yang fleksibel sudah cukup untuk mendukung diagnosis. Dokter dapat memilih
untuk membatasi sejauh mana ujian jika kolitis parah dijumpai untuk meminimalkan risiko
perforasi dari usus besar. Endoskopi temuan di kolitis ulserativa meliputi:

 Hilangnya penampilan vaskular kolon


 Eritema (atau kemerahan dari mukosa) dan kerapuhan dari mukosa
 Ulserasi yang dangkal, yang mungkin anak sungai, dan
 Pseudopolyps.
Sebuah kolonoskopi atau sigmoidoskopi adalah metode yang paling akurat untuk membuat
diagnosis kolitis ulseratif dan penguasa-out kondisi lain yang mungkin, seperti penyakit Crohn,
penyakit divertikular, atau kanker. Untuk kedua tes, dokter memasukkan sebuah endoskopi-
panjang, fleksibel, tabung bercahaya terhubung ke komputer dan monitor TV-ke dalam anus
untuk melihat bagian dalam kolon dan rektum. Dokter akan dapat melihat peradangan,
perdarahan, atau borok pada dinding usus besar. Selama ujian, dokter akan melakukan biopsi,
yang melibatkan mengambil sampel jaringan dari lapisan usus besar untuk melihat dengan
sebuah mikroskop.

Tes darah dapat dilakukan untuk memeriksa anemia, yang dapat menunjukkan perdarahan di
kolon atau rektum, atau mereka dapat mengungkap tinggi jumlah sel darah putih, yang
merupakan tanda-tanda peradangan di suatu tempat di dalam tubuh.

Sebuah sampel tinja juga dapat menunjukkan sel-sel darah putih, yang kehadirannya
menunjukkan kolitis ulserativa atau penyakit radang. Di samping itu, sampel tinja
memungkinkan dokter untuk mendeteksi perdarahan atau infeksi di usus atau dubur yang
disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit.

Kadang-kadang x sinar seperti barium enema atau CT scan juga digunakan untuk mendiagnosis
kolitis ulserativa atau komplikasinya.

1. 3. Diagnosa Keperawatan

a)      Diare berhubungan dengan proses inflamasi, iritasi atau malabsopsi .

b)      Nyeri abdomen di quadran kiri bawah berhubungan dengan iritasi pada colon.

c)      Feses berlendir dan bercampur darah berhubungan dengan terjadinya infeksi dan iritasi
pada kolon

d)     Kurangnya nafsu makan berhubungan dengan rasa mual.

e)      Nyeri abdomen, berhubungan dengan peningkatan peristatik dan inflamasi.

f)       Kurang volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan anoreksia, mual, dan diare.

g)      Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan diet dan
mual.

1. 4. Implementasi

Tujuan utama mencakup mendapatkan eliminasi usus normal, hilangnya nyeri abdomen, dan
keram, mencegah kekurangan volume cairan, mempertahankan nutrisi dan berat badan optimal,
menghindari keletihan, penurunan anxietas, mencegah kerusakan kulit, mendapatkan
pengetahuan dan pembahasan tentang proses penyakit dan program terapeutik dan tidak adanya
komplikasi.
1. 5. Intervensi

Mandiri Rasional
 Observasi dan catat frekuensi  Agar mengurangi bau tak sedap untuk
defekasi, karakteristik, jumlah menghindari malu pasien
dan factor pencetus  Istirahat menurunkan mobilitas khusus,
 Buang feses dengan tepat, juga menurunkan laju metabolisme
berikan pengharum ruangan.
 Tingkatkan tirah baring, berikan
alat alat di samping tempat tidur.
 Ø Membantu membedakan
penyakit individu dan mengkaji
beratnya episode

1. F. Evaluasi

Pada diagnosis kolitis ulserative kronis, pemeriksaan feses yang cermat dilakukan untuk
membedakannya dengan disentri yang di sebabkan oleh organisme usus umum, khususnya
entamoeba histolityca. Feses positif terhadap darah. Tes laboratorium akan menunjukkan
hematokrik dan hemoglobin yang rendah, peningkatan hitung darah lengkap, albumin rendah,
dan ketidakseimbangna elektrorit.

Sigmoidoskopi dan enemabarium dapat membedakan kondisi ini dari penyakit kolon yang lain
dengan gejala yang serupa. Enema barium akan menunjukkan iregularitas mukosal,
pemendekkan kolon, dan dilatasi lengkung usus.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 2.Jakarta:EGC

Marliynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta. EGC.

http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://
www.medicinenet.com/ulcerative_colitis/page7.htm&prev=/search%3Fq%3Dcolitis
%2Bulcerative%26hl%3Did%26sa%3DG%26as_qdr
%3Dall&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjR9AnVmtb5K76UFI9mBHkaiTQZ7A

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/
Ulcerative_colitis&ei=QeXzSt2mGKfU6gP6zqUO&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=1&
ved=0CA4Q7gEwAA&prev=/search%3Fq%3Dcolitis%2Bulcerative%26hl%3Did%26sa%3DG
%26as_qdr%3Dall

www.semangateli.blogspot.com/2008_03_01
www.medicastore.com/nutracare/isi-enzym.php
www.medic-fighting.blogspot.com/2008/02
www.indonesiaindonesia.com/f/10717-kolitis-ulserativa/

Askep Kolitis ulserative

A.  Konsep Medis


I.         Pengertian Kolitis Ulserativa
Kolitis ulserativa merupakan penyakit radang non spesifik kolon yang umumnya berlangsung
lama disertai masa remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti. Sakit abdomen, diare dan perdarahan
rektum merupakan tanda dan gejala yang penting. Lesi utamanya berupa reaksi peradangan daerah
subepitel yang timbul pada basis kripttus Lieberkuhn, yang akhirnya dapat menimbulkan pertukaran
pada mukosa. Frekuensi penyakit paling banyak antara usia 20 -40 tahun, dan menyerang ke dua jenis
kelamin sama banyak. Insiden kolitis ulserativa adalah sekitar 1 per 10.000 orang dewasa kulit putih per
tahun.

II.      Etiologi
Kolitis ulserativa belum diketahui faktor genetik tampaknya berperan dalam etiologi, karena
terdapat hubungan familial.Juga terdapat bukti yang menduga bahwa autoimunita berperan dalam
patogenisis kolitis ulserativa. Antibodi antikolon telah ditemukan dalam serum penderita penyakit ini.
Dalam biakan jaringan limfosit dari penderita kolitis ulserativa merusak sel epitel pada kolon.

Selain itu ada juga beberapa fakor yang dicurigai menjadi penyebab terjadinya kolitis ulseratif
diantaranya adalah : hipersensitifitas terhadap faktor lingkungan dan makanan, interaksi imun tubuh
dan bakteri yang tidak berhasil (awal dari terbentuknya ulkus), pernah mengalami perbaikan pembuluh
darah, dan stress

III.    Patofisiologis
Lesi patologis awal adalah terbatas pada lapisan mokusa dan terdiri atas pembentukan abses
dalam kriptus. Pada permulaan penyakit, terjadi udema dan kongesti mukosa. Udema dapat
mengakibatkan kerapuhan yang hebat sehingga terjadi perdarahan dari trauma yang ringan, seperti
gesekan ringan pada permukaan.

Pada stadium penyakit yang lebih lanjut, abses kriptus pecah melewati dinding kriptus dan
menyebar dalam lapisan mukosa, menimbulkan terowongan dalam mukosa. Mukosa kemudian
terkelupas dalam lumen usus, meninggalkan daerah yang tidak diliputi mukosa (tukak). Pertukaran
mula-mula tersebar dan dangkal, tetapi pada stadium lebih lanjut permukaan mukosa yang hilang luas
sekali mengakibatkan banyak kehilangan jaringan, protein dan darah.

Pada kondisi yang fisiologis system imun pada kolon melindungi mukosa kolon dari gesekan
dengan feses saat akan defekasi, tetapi karena aktifitas imun yang berlebihan pada colitis maka system
imunnya malah menyerang sel-sel dikolon sehingga menyebabkan terjadi ulkus

Ulkus terjadi di sepanjang permukaan dalam (mukosa) kolon atau rektum yang menyebabkan
darah keluar bersama feses. Darah yang keluar biasanya bewarna merah, karena darah ini tidak masuk
dalam proses pencernaan tetapi darah yang berasal dari pembuluh darah didaerah kolon yang rusak
akibat ulkus. Selain itu ulkus yang lama ini kemudian akan menyebabkan peradangan menahun sehingga
terbentuk pula nanah (pus).

IV.    Penunjang
Tidak ada pemeriksaan atau test khas. Pada rektosigmoidoskopi akan tampak gambaran radang,
dan pemeriksaan laboratorium di dapat adanya anemia, leukositosis, dan peninggian laju endap darah.
Pemeriksaan pencitraan kolon dapat terlihat kelainan mukosa dan hilangnya haustra. Pemeriksaan
radiologi dengan barium pada kolon membantu menentukan luas perubahan pada kolon yang lebih
proksimal, tetapi sebaiknya tidak dilakukan pada saat terjadi serangan akut, karena dapat mempercepat
terjadinya megakolontoksik dan perforasi.

Kolonoskopi dan biopsi dapat seringkali membantu membedakan kolitis ulseratif dan kolitis
granulomatosa. Biopsi mukosa untuk tingkat berat ringannya kelainan, menyingkirkan adanya lesi lain
dan deteksi terhadap karsinoma, menilai hasil pengobatan serta dalam rangka penelitian terhadap
penyakit ini. Kolonoskopi dilakukan dengan hati- hati karena dinding kolon sangat tipis.

V.      Pengobatan
Tidak ada pengobatan spesifik untuk kolitis ulseratif, tujuan terapi adalah mengatasi
peradangan, mempertahankan status gizi pendeita, meringankan gejala dan mencegah infeksi.

Misalnya: sulfonumide, diet rendah resiko tinggi protein, tingtura opium dan paregonik, bila
tindakan medis tidak berhasil, maka dilakukan kolektomi total dan pembuatan iloetomi permanen.

VI.   Komplikasi
Bersifat lokal atau sistematik
0    Fistula dan fisura abses rectal
0    Dilatasi toksik atau megakolon
0    Perforasi usus
0    karsinoma
B.  Askep Pada Klien Dengan Kolitis Ulseratif
I.     Pengkajian klien
a.    Aktivitas/ istrahat
Gejala :
    Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah
    Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare
    Merasa gelisah dan ansietas
    Pembatasan aktivitas/ kerja sehubungan dengan efek proses penyskit.
b.    Sirkulasi
Tanda :
    Takikardia crospons terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi, dan nyeri
    Kemarahan area akimonsis (kekurangan vitamin K)
    TD: hipotensi, termasuk postural
    Kulit/ membran mukosa, turgor buruk, kering, lidah pecah (dehidrasi/ malnutrisi)
c.    Integritas ego
Gejala :
    Ansietas, ketakutan, emosi, tak ada alasan/ tak berdaya
    Faktor stress akut/kronis, misalnya hubungan dengan keluarga.
Tanda :
    Menolak, perhatian menyempit, depresi
d.   Eliminasi
Gejala :
    Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai batu atau berair.
    Episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, hingga timbul, sering tak dapat dikontrol (sebanyak 20-
30 kali defekasi/ hari)
    Riwayat batu ginjal (dehidrasi)
Tanda :
    Menurunnya bising usus, tak ada peristoltik atau adanya peristoltik yang dilihat.
    Oliguria.
e.    Makanan/ cairan
Gejala :
    Anoreksia, mual/ muntah
    Penurunan berat badan
    Tidak toleren terhadap diet/ sensitif misalnya buah segar/ sayur
Tanda :
    Penurunan lemak subkutan/ massa otot
    Kelemahan tonus otot dan tugor kulit buruk
    Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut.
f.     Higiene
Tanda :
    Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri
    Stomatitis menunjukkan kekurangan vitamin
    Bau badan
g.    Nyeri/ kenyamanan
Gejala:
    Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah (mungkin hilang dengan defekasi)
    Titik nyeri berpindah, nyeri tekan (arthtritis)
    Nyeri mata, fotofobia
Tanda :
    Nyeri tekan abdomen/ distensi
h.    Interaksi sosial
Gejala :
    Masalah hubungan/ peran sehubungan dengan kondisi
    Ketidakmampuan aktif dalam sosial.

II. Diagnosa Keperawatan


    Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi, atau metebolisme usus, dan adanya toksin.
    Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan pemasukan terbatas (mual).
    Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ganguan absorbsi nutrien.
    Ansietas berhubungan dengan faktor psikologis, dan ancaman terhadap perubahan status kesehatan.
    Nyeri berhubungan dengan diare lama, dan iritasi kulit/jaringan.
III. Rencana Keperawatan
      Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi, atau metebolisme usus, dan adanya toksin.
Intervensi:
1.      Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan faktor pencetus.
Rasional: membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode.
2.      Buang feses dengan cepat, berikan pengharum ruangan.
Rasional: menurunkan bau tak sedap untuk menghindari rasa malu pasien.
3.      Identifikasi makanan dan cairan yang mencetus diare, mis sayuran segar dan buah, sereal, bumbu,
minuman karbonat, produk susu.
Rasional: menghindari iritan meningkatkan istrahat usus.
4.      Observasi demam, takikardia, letargi, leukositosis, penurunan protein serum, ansietas, dan kelesuan.
Rasional: tanda bahwa toksik megakolon atau perforasi dan peritonitis akan terjadi/ telah terjadi
memerlukan intervensi medik segera.
      Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pemasukan terbatas (mual).
Intervensi:
1.      Awasi masukan dan pengeluaran, karakter dan jumlah feses; perkiraan kehilangan yang terlihat,
misalanya berkeringat, ukur berat jenis urine, observasi oliguria.
Rasional: memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal, kontrol penyakit usus juga
merupakan pedoman untuk penggantian cairan.
2.      Observasi TTV(TD, nadi, suhu)
Rasional: hipotensi, takikardia, demam dapat menunjukkan respon terhadap dan atau efek kehilangan
cairan.
3.      Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan tugor kulit, pengisian kapiler lambat
Rasional: menunjukan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi.
4.      Ukur BB tiap hari
Rasional: indikator cairan dan status nutrisi
5.      Observasi perdarahan dan tes feses tiap hari untuk meliaht adanya darah samar.
Rasional: diet tak adekuat dan penurunan obsorpsi dapat menimbulkan defisiensi vitamin K dan
merusak koagulasi, potensial resiko perdarahan.
      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ganguan absorbsi nutrien.
Intervensi:
1.      Timbang berat badan tiap hari.
Rasional: memberikan informasi tentang kebutuhan diet/keefektifan terapi.
2.      Dorong tirang baring dan/atau pembatasan aktivitas selama fase sakit akut.
Rasional: menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi.
3.      Anjurkan istrahat sebelum makan.
Rasional: menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk makan.
4.      Berikan kebersihan oral.
Rasional: mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan.
      Ansietas berhubungan dengan faktor psikologis, dan ancaman terhadap perubahan status kesehatan.
Intervensi:
1.      Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik
Rasional: membuat hubungan terapeutik. Membantu pasien/ orang terdekat dalam mengidentifikasi
masalah yang menyebabkan stres
2.      Akui bahwa ansietas dan masalah mirip dengan yang diekspresikan orang lain. Tingkatkan perhatian
mendengar pasien.
Rasional: validasi bahwa perasaan normal dapat membantu menurunkan stres/isolasi dan menyakini
bahwa “ saya satu-satunya.
3.      Berikan lingkungan tenang dan istrahat.
Rasional: memindahkan pasien dari stres luar meningkatkan relaksasi, membantu menurunkan ansietas.
      Nyeri berhubungan dengan diare lama, dan iritasi kulit/jaringan.
Intervensi:
1.      Dorong pasien untuk melaporkan nyeri.
Rasional: mencoba untuk mentoleransi nyeri, daripada meminta analgesik.
2.      Kaji ulang faktor-faktor yang meningkatkan atau menghindarkan nyeri.
Rasional: dapat menunjukkan dengan tepat pencetus atau faktor pemberat (seperti kejadian stres, tidak
toleran terhadap makanan) atau mengidentifikasi terjadinya komplikasi
3.      Berikan tindakan nyaman (mis.. pijatan punggung, ubah posisi) dan aktivitas senggang
Rasional: meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian, dan meningkatkan kemampuan
koping.
IV. Penyimpangan Kebutuhan Dasar Manusia
Faktor genetik saluran cerna

Reaksi inflamasi dilapisan dan dinding usus


Hipersensitifitas

Pembengkakan Kurang
Interaksi Imun Tubuh
Infeksi kuman Kolitis ulseratif

Mengeluarkan toksin

Permeabilitas Meningkat
Lesi pada mukosa

Usus meningkat motilitas usus

Gangguan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan

Sekresi air dan Kesempatan


Pembentukan abses

Elektrolit absorbsi<<

Gangguan Eliminasi BAB

Abses pecah

Ganguan metabolisme Diare

Air dan elektrolit


Iritasi pada mukosa

Diusus

Nyeri

Intoleransi Aktivitas

Isi rongga

Usus >>

Volume Cairan Kurang Dari Kebutuhan


 
DAFTAR PUSTAKA

Carpenitu, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, EGC, Jakarta, 1999.

Doengoes, dkk., Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta, 2000.

Price Sylvia & Wilson, Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit, Edisi 4 Buku I, EGC, Jakarta, 1995.

Suyono Slamet, dkk., Ilmu Penyakit Dalam, Edisi III, FKUI, Jakarta, 2001.

http://rachman-soleman.blogspot.com/2009/11/kolitis-ulseratif-deskripsi-singkat.html
Asuhan Keperawatan Colitis

BAB I

PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang


Ulcerative colitis (Colitis ulcerosa, UC) adalah suatu bentuk penyakit radang usus (IBD).
Ulcerative colitis adalah suatu bentuk radang usus besar, suatu penyakit dari usus, khususnya usus
besar atau usus besar, yang meliputi karakteristik bisul, atau luka terbuka, di dalam usus. Gejala
utama penyakit aktif biasanya konstan diare bercampur darah, dari onset gradual. Kolitis
ulseratif ,biasanya diyakini memiliki sistemik etiologi yang mengarah ke banyak gejala di luar usus.
Karena nama, IBD sering bingung dengan sindrom iritasi usus besar ( “IBS”), yang merepotkan, tapi
kurang serius, kondisi. Kolitis ulseratif memiliki kemiripan dengan penyakit Crohn, bentuk lain dari
IBD. Kolitis ulseratif adalah penyakit hilang timbul, dengan gejala diperburuk periode, dan periode
yang relatif gejala-bebas. Meskipun gejala kolitis ulserativa kadang-kadang dapat berkurang pada
mereka sendiri, penyakit biasanya membutuhkan perawatan untuk masuk ke remisi.
Colitis ulseratif terjadi pada 35-100 orang untuk setiap 100.000 di Amerika Serikat, atau
kurang dari 0,1% dari populasi. Penyakit ini cenderung lebih umum di daerah utara. Meskipun kolitis
ulserativa tidak diketahui penyebabnya, diduga ada genetik kerentanan komponen. Penyakit ini
dapat dipicu pada orang yang rentan oleh faktor-faktor lingkungan. Meskipun modifikasi diet dapat
mengurangi ketidaknyamanan seseorang dengan penyakit, kolitis ulserativa tidak diduga disebabkan
oleh faktor-faktor diet. Meskipun kolitis ulserativa diperlakukan seolah-olah itu merupakan penyakit
autoimun, tidak ada konsensus bahwa itu adalah seperti itu. Pengobatannya dengan obat anti-
peradangan, kekebalan, dan terapi biologis penargetan komponen spesifik dari respon kekebalan.
Colectomy (parsial atau total pengangkatan melalui pembedahan usus besar) yang kadang-kadang
diperlukan, dan dianggap sebagai obat untuk penyakit.
BAB II

DASAR TEORI 

A.Pengertian

Colitis ulserativa merupakan suatu penyakit menahun di usus besar mengalani peradangan
dan luka,yang menyebabkan diare berdarah,kram perut dan demam.kolitis ulserativa bisa dimulai
pada umur berapapun,tapi biasanya dimulai antara umur 15-30 tahun. tidak seperti crohn,colitis
ultrativa tidak selalu menoengaruhi seluruh ketebalan dari usus dan tidak pernah mengenai usus
halus.penyakit ini biasanya di mulai di rectum atau kolon sigmoid dan akhirnya menyebar ke
sebagian atau seluruh usus besar.Sekitar 10% penderita hanya mendapat satu kali serangan..

Proktitis ulserativa merupakan peradangan dan perlukaan di rectum.pada 10-30% penderita


penyakit ini akhirnya menyebar ke usus besar.jarang diperlakukan pembedahan dan harapan
hidupnya baik.

B.ETIOLOGI
Penyebab penyakit ini tidak diketahui,namun factor keturunan dan respon sistem kekebalan
tubuh yang terlalu aktif di usus,diduga berperan dalam terjadinya jolitis ulserativa.

C.PATOFISIOLOGI

Suatu serangan ini bisa mendadak dan berat,menyabebkan diare hebat,demam tinggi,sakit
perut,dan peritonitis(radang selaput perut) selama serangan penderita tampak sangat sakit.

Yang lebih sering terjadi adalah serangannya dimulai secara bertahap,dimana penderita
memiliki keinginan untuk buang air besar,kram ringan pada perut bawah dan tinja yang berdarah
dan berlendir.

Jika penyakit ini tervatas pada rectum dan kolon sigmoid tinja mungkin normal,kering,dank
eras.tetapi ketika buang air besar ,dari rectum keluar lender yang banyak mengandung sel darah
merah dan sel darah putih.Gejala lain bisa demam.

Jika menyebar ke usus besar ,tinja akan lunak dan penderita dapat buang air besar sebanyak
10-20 kali/hari.Tinja tampak mengandung nanah,darah dah lendir.

D. Manifestasi Klinik

Kebanyakan gejala Colitis ulserativa pada awalnya adalah berupa buang air besar yang lebih
sering. Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut dan diare berdarah. Pasien
juga dapat mengalami:

1.  Anemia

2.  Fatigue/ Kelelahan

3.  Berat badan menurun

4.  Hilangnya nafsu makan

5.  Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi

6.  Lesi kulit (eritoma nodosum)

7.  Lesi mata (uveitis)


8.  Nyeri sendi

9.  Kegagalan pertumbuhan (khususnya pada anak-anak)

10.  Buang air besar beberapa kali dalam sehari (10-20 kali sehari)

11.  Terdapat darah dan nanah dalam kotoran.

12.  Perdarahan rektum (anus).

13.  Rasa tidak enak di bagian perut.

14.  Mendadak perut terasa mulas.

15.  Kram perut.

16.  Sakit pada persendian.

17.  Rasa sakit yang hilang timbul pada rectum

18.  Anoreksia

19.  Dorongan untuk defekasi

20.  Hipokalsemia
E. Pathways
F. PENGOBATAN

Pengobatan ditujukan untuk mengendalikan peradangan mengurangi gejala dan mengganti


cairan dan zat gizi yang hilang.penderita sebaij\knya mengurangi makan-makan sayur mentah untuk
mengurangi cedera fisik pada lapisan usus besar yang meradang.Diet bebas susu,dan minum obat
antikolinergik.
Apabila sudah terjadi colitis toksis maka penderita harus diawasi,semua obat dihentikan dan
pasien dipuasakan.Jika pasien masih lemah dapat dilakukan tindakan pembedahan.

G. ASUHAN KEPERAWATAN

1.PENGKAJIAN

Riwayat kesehatan diambil untuk mengidentifikasi awitan,durasi,dan karakteristik nyeri


abdomen,adanya diare atau dorongan fekal ,mual,anoreksiaatau penurunan berat badan.Dan
riwayat keluarga tentang penyakit usus inflamasi.Pengkajian pola eliminasi usus mencakup
karakter ,frekuensi,dan adanya darah,pus,lemak,atau mucus.Alergi penting untuk dokumentasi
khususnya intoleransi usus atau laktasol.Pasien dapat menunjukkan gangguan pola tidur bila diare /
nyeri terjadi pada malam hari.

Pengkajian objektif mencakup auskultasi abdomen terhadap bising usus dan


karakteriristiknya,palpasi abdomen terhadap nyeri tekan,inspeksi kulit tanda bukti adanya fistula
atau gejala dehidrasi.Pasian diinspeksi adanya darah dan mucus.

Tujuan utama:

  Mendapatkan eliminasi usus normal


  Hilangnya nyeri abdomen dan kram
  Mencegah kekurangan volume cairan
  Mempertahankan nutrisi dan berat badan
  Menghindari keletihan
  Mendapatkan pengetahuan dan pemahaman tentang proses penyakit dan program terapeutik.
2. Diagnosa keperawatan

1.Diare berhubungan dengan adanya inflamasi,iritasi atau malabsorbsi usus

    Intervensi:

  Observasi dan catat frekuensi defekasi,karakteristik,jumlah dan factor pencetus.


  Identitas makanan dan cairan yang mencetuskan diare.
  Observasi demam,takikardia,ansietas,dan kelesuan.
  Memberikan obat antikolinergik
2.Nutrisi perubahan kurang dari kebutuhan tubuh berhubangan dengan gangguan  absorpsi nutrient

   Intervensi:
  Timbang beratbadan tiap hari
  Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik,lingkungan yang nyaman
  Pertahankan puasa sesuai indikasi
  Tambahkan diet sesuai indikasi
3.Nyeri berhubungan dengan diare lama

   Intervensi:

  Dorong pasien untuk melaporkan nyeri


  Kaji laporan kram abdomen atau nyeri ,catat lokasi,skala nyeri.
  Izinkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman.
4.Kurang pengetahuan berhubungan dengan kesalahan informasi

   Intervensi:

  Tentukan persepsi pasien tentang proses penyakit


  Beri tahu pasien tentang penyakit
  Beri pendidikan kesehatan
H. ANATOMI
BAB III

PENUTUP

1.      Kesimpulan
Colitis ulserativa merupakan suatu penyakit menahun di usus besar mengalani peradangan
dan luka,yang menyebabkan diare berdarah,kram perut dan demam.kolitis ulserativa bisa dimulai
pada umur berapapun,tapi biasanya dimulai antara umur 15-30 tahun.
Penyebab penyakit ini tidak diketahui, namun factor keturunan dan respon sistem kekebalan
tubuh yang terlalu aktif di usus,diduga berperan dalam terjadinya jolitis ulserativa.

Kebanyakan gejala Colitis ulserativa pada awalnya adalah berupa buang air besar yang lebih
sering. Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut dan diare berdarah.

DAFTAR PUSTAKA
1.      Moorhouse,Dongoes.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Edisi 3.Jakarta:EGC

2.      Smeltzer,Suzanne.2002.keperawatan Medikal Bedah. Volume 2.Edisi 8 .Jakarta EGC

3.      Anonim. 2011. http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/colitis/. Posted by: oktober 2011

ASKEP KOLITIS ULSERATIF


Diposkan oleh exka saputra Kamis, 18 Oktober 2012

BAB I

PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang


Colitis Ulceratif (Colitis ulcerosa, UC) adalah suatu bentuk penyakit radang usus (IBD).
Ulcerative colitis adalah suatu bentuk radang usus besar, suatu penyakit dari usus, khususnya usus
besar, yang meliputi karakteristik bisul, atau luka terbuka, di dalam usus. Gejala utama penyakit aktif
biasanya konstan diare bercampur darah, dari onset gradual. Kolitis ulseratif ,biasanya diyakini
memiliki sistemik etiologi yang mengarah ke banyak gejala di luar usus. Karena nama, IBD sering
bingung dengan sindrom iritasi usus besar ( “IBS”), yang merepotkan, tapi kurang serius, kondisi.
Kolitis ulseratif memiliki kemiripan dengan penyakit Crohn, bentuk lain dari IBD. Kolitis ulseratif
adalah penyakit hilang timbul, dengan gejala diperburuk periode, dan periode yang relatif gejala-
bebas. Meskipun gejala kolitis ulserativa kadang-kadang dapat berkurang pada mereka sendiri,
penyakit biasanya membutuhkan perawatan untuk masuk ke remisi.
Colitis ulseratif terjadi pada 35-100 orang untuk setiap 100.000 di Amerika Serikat, atau
kurang dari 0,1% dari populasi. Penyakit ini cenderung lebih umum di daerah utara. Meskipun kolitis
ulserativa tidak diketahui penyebabnya, diduga ada genetik kerentanan komponen. Penyakit ini
dapat dipicu pada orang yang rentan oleh faktor-faktor lingkungan. Meskipun modifikasi diet dapat
mengurangi ketidaknyamanan seseorang dengan penyakit, kolitis ulserativa tidak diduga disebabkan
oleh faktor-faktor diet. Meskipun kolitis ulserativa diperlakukan seolah-olah itu merupakan penyakit
autoimun, tidak ada konsensus bahwa itu adalah seperti itu. Pengobatannya dengan obat anti-
peradangan, kekebalan, dan terapi biologis penargetan komponen spesifik dari respon kekebalan.
Colectomy (parsial atau total pengangkatan melalui pembedahan usus besar) yang kadang-kadang
diperlukan, dan dianggap sebagai obat untuk penyakit.

1.2    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan masalah yaitu sebagai
berikut :

1.      Apa Pengertian dari Colitis ulseratif ?


2.      Apa Etiologi dari Colitis ulseratif ?
3.      Bagaimanakah patofisiologis pada Colitis ulseratif ?
4.      Bagaimana pengkajian dari kolitis ulseratif?
5.      Bagaimana pengkajian penatalaksanaan medis dari kolitis ulsertif ?
6.      Apa saja diagnosa yang diangkat dari penyakit kolitis ulseratif ?
7.      Apa saja rencana keperawatan dalam kolitis ulseratif ?
8.      Evaluasi !
      

1.3    Tujuan

Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas pencernaan 2 yang
berjudu ”COLITIS ULSERATIF”. Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan
yang telah dijabarkan pada rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca tentang konsep
skoliosis serta proses keperawatan dan pengkajiannya.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian

Colitis Ulseratif adalah gangguan peradangan kronis idiopatik yang terjadi pada usus besar,
khususnya bagian kolon desenden sampai rectum.

B.     Etiologi dan Patogenesis

Penyebab dari colitis ulseratif sangat beragam, meliputi penomena autoimun, faktor genetic,
perokok pasif, diet, pascaapendektomi, dan infeksi.

Pada penomena yang diperentarai respon imun, terdapat kelainan humoral dan imunitas
yang diperentarai sel dan/atau reaktivitas umum terhadap antigen bakteri usus. Hilangnya toleransi
terhadap flora usus normal diyakini merupakan peristiwa utama dalam patogenesis penyakit
inflamasi usus. Faktor kerentanan genetic ( kromosom 12 dan 16) adalah faktor yang dikaitkan
dengan colitis ulseratif. Perokok pasif dikaitkan dengan colitis ulseratif, sedangkan perokok justru
lebih rendah untuk terjadi colitis ulseratif. Faktor komsumsi makanan, khususnya yang tebuat dari
susu dapat mengeksaserbasi ( meningkatkan ) respons penyakit. Pascaapendektomi mempunyai
asosiasi negatif dengan colitis ulseratif. Infeksi tertentu telah terlibat dalam penyakit inflamasi usus,
misalnya campak, infeksi mikrobakteri atipikal.

C.     Patofisiologi

Colitis ulseratif hanya melibatkan mukosa; kondisi ini ditandai dengan pembentukan abses
dan deplesi dari sel-sel goblet. Dalam kasus yang berat, submukosa mungkin terlibat; dalam
beberapa kasus, makin dalam lapisan otot dinding kolon juga terpengaruh.

Kolitis akut berat dapat mengakibatkan kolitis fulminan atau megakolon toksis, yang ditandai
dengan penipisan dinding tipis, pembesaran, serta dilatasi usus-usus besar yang memungkinkan
terjadinya perforasi. Penyakit kronis dikaitkan dengan pembentukkan pseudopolip pada sekitar 15-
20% dari kasus. Pada kondisi kronis dan berat juga dihubungkan dengan resiko peningkatan
prekanker kolon, yaitu berupa karsinoma in situ atau dispalsia. Secara anatomis sebagian besar
kasus melibatkan rectum; beberapa pasien juga mengalami mengembangkan ileitis terminal
disebabkan oleh katup ileocecal yang tidak kompeten. Dalam kasus ini, sekitar 30 cm dari ileum
terminal biasanya terpengaruh.

Contoh gambar penyakit kolitis ulseratif:

Selanjutnya terdapat beberapa perubahan imunologis akan terlibat, yaitu meliputi hal-hal
sebagai berikut.

1.      Akumulasi sel T di dalam lamina propia dari segmen kolon yang mengalami peradangan. Pada pasien
dengan ulseratif colitis, ini adalah sel T sitotoksik ke epitel kolon. Perubahan ini disertai dengan
peningkatan populasi sel B dan sel plasma, dengan peningkatan produksi immunoglobulin G (IgG)
dan immunoglobulin E (IgE).
2.      Biopsi sampel kolon dari pasien dengan colitis ulseratif dapat menunjukkan peningkatan secara
signifikan tingkat platelet-activating factor (PAF). Pelepasan PAF dirangsang oleh leukotrienes,
endotoksin, atau faktor lain yang mungkin bertanggung jawab atas peradangan mukosa, namun
proses ini tidak jelas.
3.      Antibody antikolonik telah terdektesi pada pasien dengan ulseratif colitis.
Respons awal colitis ulseratif adalah edema yang berlanjut pada terbentuknya jaringan perut
dan pembentukkan ulkus disertai adanya perdarahan. Lesi berlanjut, yang terjadi secara bergiliran,
satu lesi diikuti oleh lesi yang lainnya. Proses penyakit mulai pada rectum dan akhirnya dapat
mengenai saluran kolon. Pada kondisi ini, penipisan dinding usus atau ketebalan normal, tetapi
dengan adanya respons inflamasi local yaitu edema, serta akumulasi lemak dan hipertrofi dari
lapisan otot dapat memberikan kesan dinding usus menebal sehingga memberikan manifestasi
penyempitan lumen usus dan terjadi pemendekan dari usus.
 
 

 
Perubahan peradangan secara mikrokopis jaringan yang mengalami ulkus segera ditutupi
oleh jaringan granulasi yang selanjutnya akan merusak mukosa dan akan terbentuk jaringan
polypoidal atau yang dikenal sebagai polip atau peradangan pseudopolip.

D.    Pengkajian

Pengkajian colitis ulseratif terdiri atas pengkajian anamnesis, pemeriksaan fisik, dan evaluasi
diagnosis. Pada anamnesis keluhan utama yang lazim didapatkan adalah nyeri abdomen, diare,
tenesmus intermiten, dan pendarahan rektal.

Keluhan nyeri biasanya bersifat kronis, yaitu berupa nyeri kram pada kuadran periumbilikal
kiri bawah. Kondisi rasa sakit bisa mendahului diare dan mungkin sebagian pasien melaporkan
perasaan nyaman setelah BAB. Diare biasanye disertai darah. Pasien melaporkan mengeluarkan
feses cair 10 – 20 kali sehari. Pasien juga mengeluh saat BAB seperti ada yang menghalangi.

Pada pengkajian riwayat penyakit sekarang, kondisi ringan karena colitis ulseratif adalah
penyakit mukosa yang terbatas pada kolon, gejala yang paling umum adalah pendarahan anus, diare,
dan sakit perut. Pada kondisi colitis ulseratif berat terjadi pada sekitar 10 % dari pasien, didapat
keluhan lainnya yang menyertai, seperti peningkatan suhu tubuh, mual, muntah, anoreksia,
perasaan lemah, dan penurunan nafsu makan. Pasien dengan colitis yang parah dapart mengalami
komplikasi yang yang mengancam nyawa, termasuk pendarahan darah, megakolon toksik atau
perforasi usus.

Riwayat penyakit dahulu penting digali untuk menentukan penyakit dasar yang
menyebabkan kondisi enteritis regional. Pengkajian predisposisi seperti genetic, lingkungan, infeksi,
imunitas, makanan dan merokok perlu di dokumentasikan. Anamnesis penyakit sistemik , seperti
DM, hipertensi, dan tuberkolosis dipertimbangkan sebagai sarana pengkajian proferatif.

Pengkajian sikososial akan didapatkan peningkatan kecemasan karena nyeri abdomen dan
rencana pembedahan serta perlunya pemenuhan informasi prabedah.

Temuan pada pemeriksaan fisik bervariasi tergantung pada sejauh mana, durasi, dan tingkat
keparahan penyakit.pemeriksaan fisik yang di dapatkan sesuai manifestasi klinik yang muncul. Pada
colitis ulseratif berat survey umum pasien terlihat lemah dan kesakitan, TTV mengalami perubahan
sekunder dari nyeri dan diare . suhun badan pasien akan naik ≥38,5 0 C dan terjadi takikardiah.
Pengkajian berat badan yang disesuaikan dengan tinggi badan dapat menimbulkan status nutrisi.

Pada pemeriksaan fisik focus akan didapatkan :


1.      Takipnea dapat hadir karena sembelit atau sebagai mekanisme kompensasi
asidosi dalam kasus dehidrasi parah.
2.      Takikardial dapat mewakili anemia atau hipopolemia. Turgor kulit >3 detik menandakan gejala
dehidrasi.
3.      Perubahan tingkat kesadaran berhubungan dengan penurunan perfusi ke otak. Pasien dengan
episkleritis dapat hadir dengan erythematous yang menyakitkan mata.
4.      Oliguria dan anuria pada dehidrasi berat.

5.      Inspeksi:kram abdomen di dapatkan. Perut didapatkan kembung. Pada kondisi kronis, status
nutrisi bisa didapatkan tanda-tanda kekurangan gizi, seperti atrofi otot dan pasien terlihat kronis.
Palpasi : nyeri tekan abdomen (tenderness), menunjukkan penyakit parah dan kemungkinan
perforasi. Nyeri lepas dapat terjadi pada kuadran kanan bawah. Sebuah masa dapat teraba
menunjukkan abstruksi atau megakolon. Pembesaran limpa mungkin menunjukkan hipertensi portal
dari hepatitis autoimun terkait atau kolangitis sklerosis.
Perkusi : nyeri ketuk dan timpani akibat adanya flatulen.
Auskultasi : bising usus bisa normal, hi[eraktif atau hipoaktif. Nada gemerincing bernada tinggi
dapat ditemukan dalam kasus-kasus obstruksi.
6.      Kelemahan fisik umum skunder dari keletihan dan pemakaian energy setelah nyeri dan diare. Nyeri
sendi (arthralgia) adalah gejala umum yang ditemukan pada penyakit inflamasi usus. Sendi besar
seperti lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, dan siku, yang paling sering terlibat, tetapi
setiap sendi dapat terlibat. Pada integumen, kulit pucat mungkin mengungkapkan anemia,
penurunan turgor kulit dalam kasus dehidrasi, eritema nodosum dapat terlihat pada permukaan
ekstensor.
Pengkajian pemeriksaan diagnostic terdiri atas pemeriksaan laboratorium, radiografik, dan
endoskopik.

1.      Pemeriksaan laboratorium (Wu, 2009)


Temukan pada pemeriksaan laboratorium dalam evaluasi colitis ulseratif mungkin menunjukkan
tanda-tanda berikut.
a.       Anemia ( yaitu hemoglobin < 14 g/dL pada pria dan < 12 g/dL pada wanita).
b.      Trombositosis ( yaitu platetet > 350.000/µL).
c.       Peningkatan tingkat sedimentasi ( variable referensi rentang, biasanya 0-33 mm/jam) dan
peningkatan C-reactiv protein ( yaitu >100 mg/L). kedua temuan ini berkolerasi dengan aktivitas
penyakit.
d.      Hipoalbuminemia ( yaitu albumin < 3,5 g/dl).
e.       Hipokalemia ( yaitu kalium < 3,5 mEq/dL).
f.       Hipomagnesemia ( yaitu magnesium < 1,5 mg/dL).
g.      Peningkatan alkalin fosfatase; lebih dari 125 U/L menunjukkan kolangitis sclerosing primer ( biasanya
> 3 kali batas atas dari kisaran referensi).
h.      Pada diagnosis colitis ulseratif kronis, pemeriksaan feses yang cermat dilakukan untuk membedakan
dengan disentri yang disebabkan oleh organisme usus umum, khususnya Entamoeba histolytica.
Feses positif terhadap darah.

2.      Pemeriksaan radioaktif


a.       Foto polos abdomen
Sinar rontgen mungkin menunjukkan dilatasi kolon, dalam kasus yang parah bisa mengakolon toksik.
Selain itu, bukti perforasi, atau ileus juga dapat diamati (Khan, 2009)
b.      Studi kontras barium
barium enema dapat dilakukan dengan aman dalam kasus ringan. Dengan barium enema dapat
dilihat adalanya mengakolon toksik, kondisi ulkus, dan penyempitan kolon. Selain itu, enema barium
akan menunjukan iregulasi mucosal, pemendekan kolon, dan dilatasi lekung usus (Carucci, 2002)
c.       CT Scan.
secara umum CT scan memainkan peran kecil dalam diagnosis colitis ulseratif. CT ulseratif scan
dapat menunjukan penebalan dinding kolon dan dilatasi bilier primer kolangitis skleorosis.
3.      Prosedur endoskopi
Endoskopi dapat menunjukan mukosa yang rapuh, mukosa terinflasi dengan eksudat dan ulserasi.
Temuan di sigmoidoskopi fleksibel dapat memberikan diagnosis colitis . tujuan lain dari pemeriksaan
ini adalah untuk mendukomenyasian sejauh mana progresivitas penyakit, untuk memantau aktivitas
penyakit , dan sebagai surveilans untuk dysplasia atau kanker. Namun , berhati –hati dalam upaya
kolonoskopi dengan biopsy pada pasien dengan penyakit parah karena risiko yang mungkin perforasi
lainnya komplikasi (Rajwal, 2004)
E.     Pengkajian penatalaksanaan medis
Intervensi dilakukan , meliputi hal-hal berikut (Wu, 2009)
1.      Terapi farmakologi
Tujuan terapi farmakologi adalah untuk mengurangi morbiditas dan untuk mencegah
komplikasi, dengan pertimbangan terapi berikut ini.
a.       Tumor necrosis factor (TNF) inhibitor. Agen ini mencegah sitokin endogen dari mengikat ke
respetor permukaan sel dan mengerahkan aktivitas biologis
b.      Immunomodulators. Agen ini mengatur faktor faktor kunci dari system kekebalan tubuh
c.       Antibiotic, antibiotic belum belum terbukti memberikan keuntungan yang konsisten dari beberapa
uji coba terkontrol untuk pengobatan colitis ulseratif aktif. Akan tetapi biasanya diberikan pada
dasar empiris pada pasien dengan colitis yang parah dan dapat membantu menghindari suatu infeksi
yang mengancam jiwa.
d.      Kortikosteroid. Digunakan dalam moderat hingga berat kasus aktif untuk induksi remisi. Agen ini
tidak memiliki manfaat dalam mencegah remisi; pengunaan jangka panjang dapat menyebakan efek
samping.

2.      Terapi bedah


Bedah memainkan peran integral dalam pengobatan colitis ulseratif untuk mengontrol dan
mengobati gejala komplikasi. Pembedahan dilakukan sesuai dengan kondisi klinik individu. Bebrapa
jenis pembedahan pada colitis ulseratif, meliputi : subtotal colectomy with ileotomy and harmann’s
pouch, total proctocolectomy with litomy, total abdominal colectomy with ideal rectal anastomosi ,
total proctocoltomy with continent (Kock) pouch, total proctocolectomy with ileal pouch anal
anastomosis, anal transitions zone preservation, dan diverting ileostomy.
Pertimbangan untuk total kolektomi adalah sebagai berikut (Becker, 1999)
a.       Refraktori penyakit dengan kegagalan terapi medis.
b.      Terdapat bukti karsinoma atau displasia.
c.       Pendarahan parah.
d.      Kolitis fulminan tidak responsive terhadap pengobatan.
e.       Megakolon toksik.
f.       Perforasi
g.      Obstruksi dan striktur dengan kecurigaan untuk kanker.
h.      Sistemik komplikasi dari obat khususnya steroid.
i.        Gagal tumbuh pada anak-anak.
F.      Diagnosis keperawatan

1.      Nyeri b.d. iritasi intestinal, diare, kram abdomen, respons pembedahan.
2.      Risiko ketidakseimbangan cairan tubuh b.d. keluar cairan tubuh dari muntah.
3.      Actual / risiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake makanan
yang kurang adekuat.
4.      Pemenuhan informasi b.d. adanya evaluasi diagnostic, rencana pembedahan, dan rencana
perawatan rumah.
5.      Ganguan aktivitas sehari-hari b.d. kelemahan fisik umum, keletihan pasca nyeri dan diare.
6.      Risiko injuri b.d. pasca prosedur bedah kolektomy atau ilestomy.
7.      Actual / risiko ketidakefektifan kebersihan jalan nafas b.d. kemapuan batuk menurun, nyeri pasca
bedah.
8.      Risiko tinggi infeksi b.d. adanya port de entrée luka pascabedah.
9.      Kecemasan b.d prognosis penyakit,misinterprestasi informasi, rencana pembedahan.

G.    RENCANA KEPERAWATAN

Rencana keperawatan disusun sesuai dengan tingkat toleransi individu. Pada pasien colitis
ulseratif, intervensi pada masalah keperawatan actual / risiko ketidak efektifan kebersihan jalan
nafas dan disesuaikan dengan intervensi pada pasien dengan pascabedah grastrektomy (lihat
kembali asuhan keperawatan pasien ulkus peptikum atau kanker lambung). Untuk intervensi
masalah kecemasan dan pemenuhan informasi dapat disesuaikan dengan intervensi pada pasien
diverticulitis untuk masalah keperawatan risiko injuri dan risiko tinggi infeksi disesuaikan dengan
masalah yang sama pada pasien peritonitis, sedangkan untuk masalah keperawatan ganguan
aktivitas sehari-hari b.d. kelemahan fisik umum, keletihan pasca nyeri dan diare dapat disesuaikan
enteritis regional.

Nyeri b.d. iritasi intestinal, diare, kram abdomen, sembelit, respons pembedahan

Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam pascabedah, nyeri berkurang atau teradaptasi.

Criteria evaluasi:

-                   Secara subjektif pernyataan nyeri berkurang atau teradaptasi


-                   Skala nyeri 0-1 (0-4).
-                   TTV dalam batas normal, wajah pasien rileks.
Intervensi Rasional

Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan
pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasif. nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan
keefektifan dalam mengurangi nyeri.

Lakukan manajemen nyeri keperawatan,


meliputi:

       Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST


Pendekatan PQRST dapat secara komprehensif
menggali kondisi nyeri pasien.

P : penyebab nyeri dapat diakibatkan oleh


respons diare, kram abdomen, dan sembelit atau
kerusakan jaringan pascabedah.

Q: kualitas nyeri seperti tumpul, kram, dan


mulas.

R : area nyeri pada abdomen bawah kiri.

S : pasien mengalami skala nyeri 3 (0-4).

T : nyeri bertambah bila tidak bisa melakukan


BAB.

Pemberian oksigen dilakukan untuk memenuhi


kebutuhan oksigen pada saat pasien mengalami
       Beri oksigen nasal apabila skala nyeri
nyeri pascabedah yang dapat mengganggu
≥ 3 (0-4).
kondisi hemodinamik.

Istirahat diperlukan untuk menurunkan


       Istirahatkan pasien pada saat nyeri muncul.
peristaltic usus.
Biasakan pasien untuk BAB di tempat tidur.
Istirahat secara fisiologis dan melakukan BAB di
tempat tidur akan menurunkan kebutuhan
oksigen yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme basal pada aktivitas dan
       Atur posisi fisiologis. menurunkan keletihan pascanyeri.

Pengaturan posisi semipowler dapat membantu


merelaksasi otot-otot abdomen pascabedah
       Beri kompres hangat pada abdomen. sehingga dapat menurunkan stimulus nyeri dari
luka pascabedah.

Member respons vasodilatasi. Kompres ini hanya


dilakukan pada pasien tanpa pembedahan.

Nyeri b.d. iritasi intestinal, diare, kram abdomen, sembelit, respons pembedahan.

Intervensi Rasional

       Ajarkan teknik relaksasi pernafasan dalam pada Meningkatkan intake oksigen sehingga akan
saat nyeri muncul. menurunkan sekunder dari iskemia spina.

       Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri.


Distraksi ( pengalihan perhatian ) dapat
menurunkan stimulus internal.
       Lakukan manajemen sentuhan.

Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa


sentuhan dukungan psikologis dapat membantu
menurunkan nyeri.
Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab Pengetahuan yang akan dirasakan membantu
nyeri dan menghubungkan berapa lama nyeri mengurangi nyerinya dan dapat membantu
akan berlangsung. mengembangkan kepatuhan pasien terhadap
rencana terapeutik.

Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian:

       Analgenik via intravena. Analgenik diberikan untuk membantu


menghambat stimulus nyeri ke pusat persepsi
nyeri di korteks serebri sehingga nyeri dapat
berkurang.

       Antidiare.

Penurunan respons diare dapat menurunkan


stimulus nyeri.

Risiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake makanan yang kurang adekuat.

Tujuan : setelah 3x24 jam pada pasien nonbedah dan setelah 7x24 jam pascabedah intake nutrisi
dapat optimal dilaksanakan.

Kriteria evaluasi :

       Pasien dapat menunjukkan metode menelan makanan yang tepat.


       Keluhan mual dan muntah berkurang.
       Secara subjektif melaporkan peningkatan nafsu makan.
       Berat badan pada hari ke-7 pascabedah meningkat 0,5 kg.

Intervensi Rasional
Kaji dan berikan nutrisi sesuai tingkat toleransi Pemberian nutrisi pada pasien dengan enteritis
individu. regional bervariasi sesuai dengan kondisi klinik
dan tingkat toleransi individu.

Sajikan makanan dengan cara yang menarik. Membantu merangsang nafsu makan. Hal ini
dapat diberikan bila toleransi oral tidak menjadi
masalah pada pasien.

Fasilitasi pasien memperoleh diet rendah lemak. Diet diberikan pada pasien dengan gejala
malabsorpsi akibat hilangnya fungsi penyerapan
permukaan mukosa, khususnya penyerapan
lemak, keterlibatan ileum terminal dapat
mengakibatkan steatorrhea ( buang air besar
dengan feses bercampur lemak).

Fasilitasi pasien memperoleh diet dengan Suplemen serat dikatakan bermanfaat bagi
kandungan serat tinggi. pasien dengan penyakit kolon karena fakta
bahwa serat makanan dapat diubah menjadi
rantai pendek asam lemak, yang menyediakan
bahan bakar untuk penyembuhan mukosa kolon.

Fasilitasi pasie memperoleh diet rendah serat Diet rendah serat biasanya diindikasikan untuk
pada gejala obsrtuksi. pasien dengan gejala obstruksi.

Resiko tinggi nutrisi kurang kebutuhan tubuh b.d. intake makanan yang kurang adekuat.

Intervensi Rasional

Fasilitasi untuk pemberian nutrisi parenteral Nutrisi peranteral total (TPN ) digunakan bila
total. gejala penyakit usus inflamasi bertambah berat.
Dengan TPN, perawat dapat mempertahankan
catatan actual tentang intake dan output cairan,
serta berat basdan pasien setiap hari. Berat
badan pasien harus meningkat 0,5 kg setiap hari
selama terapi. Urine diuji setiap hari terhadap
adanya glukosa, aseton dan berat jenis bila TPN
digunakan. Pemberian makan yang tinggi
protein, rendah lemak, dan residu dilakukan
setelah terapi TPN karena makanan ini dicerna
terutama pada jejunum, tidak merangsan sekresi
usus, dan memungkinkan usus beristirahat.
Intoleransi dicatat bila pasien menunjukkan
mual, muntah, diare, atau distensi abdomen.

Pantau intake dan output, anjurkan untuk Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan
timbang berat badan secara periodik ( sekali dukungan cairan.
seminggu ).

Lakukan perawatan mulut. Intervensi ini untuk menurunkan resiko infeksi


oral.

Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai jenis nutrisi Ahli gizi harus terlibat dalam penentuan
yang akan digunakan pasien. komposisi dan jenis makanan yang akan
diberikan sesuai dengan kebutuhan individu.

Actual/resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d. diare, kehilangan cairan dari
gastrointestinal, ganggguan absorpsi usus besar, pengeluaran elektrolit dari muntah.

Tujuan : dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

Kriteria :

       Pasien tidak mengeluh pusing TTV dalam batas normal, kesadaran optimal.
       Membran mukosa lembab, turgor kulit normal, CRT > 3 detik.
       Laboratorium : nilai elektrolit normal, analisis gas darah normal.

Intervensi Rasional
Kaji terhadap adanya tanda kekurangan volume
cairan : kulit dan membrane mukosa kering,
penuruna turgor kulit, oliguria, kelelahan,
penurunan suhu, peningkatan hematokrit,
peningkatan berat jenis urine, dan hipotensi.

Intervensi pemenuhan cairan :

       Identifikasi faktor penyebab, awitan (onset), Parameter dalam menentukan intervensi
spesifikasi usia dan adanya riwayat penyakit lain. kedaruratan. Adanya riwayat keracunan dan usia
anak atau lanjut usia membeerikan tingkat
keparahan dari kondisi ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit.

       Lakukan pemasangan IVFD


Apabila kondisi diare dan muntah berlanjut,
maka lakukan pemasangan IVFD. Pemberian
cairan intravena disesuaikan dengan derajat
dehidrasi.

Pemberian 1-2 L cairan Ringer laktat dengan


tetesan cepat sebagai kompensasi awal hidrasi
cairan di berikan untuk mencegah syok
hipovolemik (lihat intervensi kedaruratan syok
hipovolemik).

Sebagai evaluasi penting dari intervensi hidrasi


dan mencegah terjadinya over hidrasi.

       Dokumentasi dengan akurat tentang asupan dan


haluaran cairan.
Actual/resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d. diare, kehilangan cairan dari
gastrointestinal, gangguan absorpsi usus besar, pengeluaran elektrolit dari muntah.

Intervensi Rasional

       Bantu pasien apabila muntah Aspirasi muntah dapat terjadi terutama pada
usia lanjut dengan perubahan kesadaran.
Perawat mendekatkan tempat muntah dan
memberikan masase ringan pada pundak untuk
membantu menurunkan respons nyeri dari
muntah.

Intervensi pada penurunan kadar elektrolit.

       Evaluasi kadar elektrolit serum Untuk mendeteksi adanya kondisi hiponatremi
dan hipokalemi sekunder dari hilangnya
elektrolit dari plasma.

Perubahan klinik seperti penurunan urine output


       Dokumentasikan perubahan klinik dan laporkan
secara akut perlu diberitahu kepada tim medis
dengan tim medis.
untuk mendapatkan intervensi selanjutnya dan
menurunkan risiko terjadinya asidosis metabolik.

Individu lansia dapat dengan cepat mengalami


dehidrasi dan menderita kadar kalium rendah
(hipokalemia) sebagai akibat diare. Individu
       Monitor khusus ketidakseimbangan elektrolit
lansia yang menggunakan digitalis harus
pada lansia.
waspada terhadap cepatnya dehidrasi dan
hipokalemia pada diare. Individu ini juga
diinstruksikan untuk mengenali tanda-tanda
hipokalemia karena kadar kalium rendah dapat
memperberat kerja digitalis, yang dapat
menimbulkan toksisitas digitalis.

Kolaborasi dengan tim medis terapi farmakologis Antimikroba diberikan sesuai dengan
: pemeriksaan feses agar pemberian antimikroba
dapat rasional diberikan dan mencegah
       Antimikroba.
terjadinya resistensi obat.

Agen ini digunakan untuk menurunkan frekuensi


diare. Salah satu obat yang lazim diberikan
adalah loperamide (Imodium).

       Antidiare/antimotilitas.

Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam pascabedah, kecemasan berkurang atau teratasi.

Criteria evaluasi:

-                   Mengidentifikasi situasi stres dan tindakan khusus untuk menerimannya.


-                   Berpatisipasi dalam program pengobatan
-                   Melakukan perubahan pla hidup tertentu

Intervensi Rasional

Lakukan manajemen nyeri keperawatan,


meliputi:

       Membuat pengetahuan dasar dan memberikan


       Tentukan persepsi pasien tentang
kesadaran kebutuhan belajar individu
Penyakit
       Meningkatkan pemahaman dan dapat
       Kaji ulang obat, tujuan, frekuensi, dosisi, dan
meningkatkan kerjasama dalam program
kemungkinan efek samping
Evaluasi :

Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah sebagai berikut.

1.      Nyeri dilaporkan berkurang atau terdaptasi.

2.      Status hidrasi optimal.

3.      Pemenuhan nutrisi optimal.

4.      Pemenuhan informasi kesehatan optimal.

5.      Tidak terjadi injuri.

6.      Jalan nafas efektif.

7.      Tidak terjadi infeksi pascabedah.

8.      Penurunan respons kecemasan.


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Colitis ulseratif merupakan suatu penyakit menahun di usus besar mengalani peradangan dan
luka,yang menyebabkan diare berdarah,kram perut dan demam.colitis ulseratif bisa dimulai pada
umur berapapun,tapi biasanya dimulai antara umur 15-30 tahun.
Penyebab penyakit ini tidak diketahui, namun factor keturunan dan respon sistem kekebalan
tubuh yang terlalu aktif di usus,diduga berperan dalam terjadinya colitis ulseratif.

Kebanyakan gejala Colitis ulseratif pada awalnya adalah berupa buang air besar yang lebih
sering. Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut dan diare berdarah.
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqim, Arif & Sari, Kumala Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah: Jakarta : Salemba Medika, 2012.

Anda mungkin juga menyukai