COLITIS ULCERATIVE
1. A. Definisi
Kolitis ulseratif adalah penyakit yang menyebabkan peradangan dan luka, yang disebut borok, di
lapisan rektum dan usus besar. Borok terbentuk peradangan telah membunuh sel-sel yang
biasanya garis usus besar, kemudian perdarahan dan menghasilkan nanah. Peradangan dalam
usus besar juga menyebabkan usus sering kosong, menyebabkan diare.
Ketika peradangan terjadi di rektum dan bagian bawah usus besar ini disebut ulseratif proktitis.
Jika seluruh kolon terkena disebut pancolitis. Jika hanya sisi kiri kolon terkena disebut terbatas
atau kolitis distal.
Kolitis ulseratif adalah penyakit inflamasi usus (IBD), nama umum untuk penyakit-penyakit
yang menyebabkan peradangan di usus halus dan usus besar. Ini bisa sulit untuk mendiagnosis
karena gejala yang mirip dengan gangguan usus lainnya dan jenis lain IBD disebut penyakit
Crohn. Penyakit Crohn berbeda karena menyebabkan peradangan lebih dalam dinding usus dan
dapat terjadi di bagian lain dari sistem pencernaan termasuk usus kecil, mulut, kerongkongan,
dan perut.
Kolitis ulseratif dapat terjadi pada orang-orang dari segala usia, tapi biasanya dimulai antara usia
15 dan 30, dan kurang sering antara 50 dan 70 tahun. Ini mempengaruhi laki-laki dan perempuan
sama-sama dan tampaknya berjalan dalam keluarga, dengan laporan sampai dengan 20 persen
orang dengan kolitis ulserativa memiliki anggota keluarga atau kerabat dengan kolitis ulserativa
atau penyakit Crohn. Insiden yang lebih tinggi dari kolitis ulseratif terlihat dalam Putih dan
orang-orang keturunan Yahudi.
Ulcerative colitis (Colitis ulcerosa, UC) adalah suatu bentuk penyakit radang usus (IBD).
Ulcerative colitis adalah suatu bentuk radang usus besar, suatu penyakit dari usus, khususnya
usus besar atau usus besar, yang meliputi karakteristik bisul, atau luka terbuka, di dalam usus.
Gejala utama penyakit aktif biasanya konstan diare bercampur darah, dari onset gradual. Kolitis
ulseratif ,biasanya diyakini memiliki sistemik etiologi yang mengarah ke banyak gejala di luar
usus. Karena nama, IBD sering bingung dengan sindrom iritasi usus besar ( “IBS”), yang
merepotkan, tapi kurang serius, kondisi. Kolitis ulseratif memiliki kemiripan dengan penyakit
Crohn, bentuk lain dari IBD. Kolitis ulseratif adalah penyakit hilang timbul, dengan gejala
diperburuk periode, dan periode yang relatif gejala-bebas. Meskipun gejala kolitis ulserativa
kadang-kadang dapat berkurang pada mereka sendiri, penyakit biasanya membutuhkan
perawatan untuk masuk ke remisi.
Colitis ulseratif terjadi pada 35-100 orang untuk setiap 100.000 di Amerika Serikat, atau kurang
dari 0,1% dari populasi. Penyakit ini cenderung lebih umum di daerah utara. Meskipun kolitis
ulserativa tidak diketahui penyebabnya, diduga ada genetik kerentanan komponen. Penyakit ini
dapat dipicu pada orang yang rentan oleh faktor-faktor lingkungan. Meskipun modifikasi diet
dapat mengurangi ketidaknyamanan seseorang dengan penyakit, kolitis ulserativa tidak diduga
disebabkan oleh faktor-faktor diet. Meskipun kolitis ulserativa diperlakukan seolah-olah itu
merupakan penyakit autoimun, tidak ada konsensus bahwa itu adalah seperti itu. Pengobatannya
dengan obat anti-peradangan, kekebalan, dan terapi biologis penargetan komponen spesifik dari
respon kekebalan. Colectomy (parsial atau total pengangkatan melalui pembedahan usus besar)
yang kadang-kadang diperlukan, dan dianggap sebagai obat untuk penyakit.
1. B. Etiologi
Etiologi kolitis ulserativa tidak diketahui. Faktor genetik tampaknya berperan dalam etiologi,
karena terdapat hubungan familial. Juga terdapat bukti yang menduga bahwa autoimunnita
berperan dalam patogenisis kolitis ulserativa. Antibodi antikolon telah ditemukan dalam serum
penderita penyakit ini. Dalam biakan jaringan limfosit dari penderrita kolitis ulserativa merusak
sel epitel pada kolon.
Selain itu ada juga beberapa fakor yang dicurigai menjadi penyebab terjadinya colitis ulseratif
diantaranya adalah : hipersensitifitas terhadap factor lingkungan dan makanan, interaksi imun
tubuh dan bakteri yang tidak berhasil (awal dari terbentuknya ulkus), pernah mengalami
perbaikan pembuluh darah, dan stress.
1. C. Patofisiologis
Suatu serangan bisa mendadak dan berat, menyebabkan diare hebat, demam tinggi, sakit perut
dan peritonitis (radang selaput perut). Selama serangan, penderita tampak sangat sakit.
Yang lebih sering terjadi adalah serangannya dimulai bertahap, dimana penderita memiliki
keinginan untuk buang air besar yang sangat, kram ringan pada perut bawah dan tinja yang
berdarah dan berlendir.
Jika penyakit ini terbatas pada rektum dan kolon sigmoid, tinja mungkin normal atau keras dan
kering. Tetapi selama atau diantara waktu buang air besar, dari rektum keluar lendir yang
mengandung banyak sel darah merah dan sel darah putih. Gejala umum berupa demam, bisa
ringan atau malah tidak muncul.
Jika penyakit menyebar ke usus besar, tinja lebih lunak dan penderita buang air besar sebanyak
10-20 kali/hari.
Penderita sering mengalami kram perut yang berat, kejang pada rektum yang terasa nyeri,
disertai keinginan untuk buang air besar yang sangat. Pada malam haripun gejala ini tidak
berkurang.
Tinja tampak encer dan mengandung nanah, darah dan lendir. Yang paling sering ditemukan
adalah tinja yang hampir seluruhnya berisi darah dan nanah.
Penderita bisa demam, nafsu makannya menurun dan berat badannya berkurang.Kolitis ulseratif
adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon dan rectum. Penyakit
ini umumnya mengenai orang kaukasia, termasuk keturunan Yahudi. Puncak insidens adalah
pada usia 30-50 tahun. Kolitis ulseratif adalah penyakit serius, disertai dengan komplikasi
sistemik dan angka mortalitas yang tinggi. Akhirnya 10%-15% pasien mengalami karsinoma
kolon.
Kolitis ulseratif mempengaruhi mukosa superfisisal kolon dan dikarakteristikkan dengan adanya
ulserasi multiple, inflamasi menyebar, dan deskuamasi atau pengelupasan epitelium kolonik.
Perdarahan terjadi sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi satu secara bergiliran,
satu lesi diikuti lesi yang lainnya. Proses penyakit mulai pada rectum dan akhirnya dapat
mengenai seluruh kolon. Akhirnya usus menyempit, memendek dan menebal akibat hipertrofi
muskuler dan deposit lemak.
Sementara ini penyebab kolitis ulserativa masih belum diketahui, beberapa, mungkin saling
berkaitan, menyebabkan telah diusulkan. Sebagian orang berpendapat bahwa penyakit terkecil
dapat memicu penyakit.
1. 1. Faktor-faktor genetik
Sebuah genetik komponen ke etiologi kolitis ulseratif dapat didasarkan pada hipotesis berikut:
b) Identik kembar konkordansi sebesar 10% dan dizigotik tingkat konkordansi kembar 3%
Ada 12 daerah dari genom yang dapat dikaitkan dengan ulseratif kolitis. Ini termasuk kromosom
16, 12, 6, 14, 5, 19, 1, 16, dan 3 dalam urutan penemuan mereka. Namun, tidak satupun dari
lokus telah secara konsisten terbukti bersalah, menunjukkan bahwa kelainan muncul dari
kombinasi beberapa genSebagai contoh, band kromosom 1p36 merupakan salah satu wilayah
tersebut diduga berkaitan dengan penyakit radang usus. Beberapa daerah diduga menyandikan
protein transporter seperti OCTN1 dan OCTN2. Melibatkan daerah potensial lainnya perancah
sel protein seperti keluarga MAGUK. Bahkan ada HLA asosiasi yang mungkin di tempat kerja.
Bahkan, kaitan pada kromosom Mei 6 menjadi yang paling meyakinkan dan konsisten dari calon
genetik.
Beberapa penyakit autoimun telah direkam dengan genetik neurovisceral dan kulit porphyrias
termasuk ulcerative colitis, penyakit Crohn, penyakit celiac, dermatitis herpetiformis, diabetes,
sistemik dan diskoid lupus, rheumatoid arthritis, spondilitis spondilitis, skleroderma, penyakit
Sjorgen dan scleritis. Dokter harus berada pada siaga tinggi untuk keluarga dengan porphyrias di
autoimmune disorders dan perhatian harus diambil dengan porphyrinogenic potensi obat-obatan,
termasuk sulfasalazine.
1. 2. Faktor-faktor lingkungan
b) Diet: Sebuah beragi diet rendah serat makanan dapat mempengaruhi insiden kolitis
ulserativa.
c) Menyusui: Ada laporan yang saling bertentangan perlindungan menyusui dalam
perkembangan penyakit inflamasi usus. Satu Italia penelitian menunjukkan efek perlindungan
yang potensial.
d) Beberapa studi ilmiah telah diumumkan bahwa Accutane adalah kemungkinan pemicu
Crohn’s Disease dan ulseratif kolitis di beberapa individu. Tiga kasus di Amerika Serikat telah
pergi ke pengadilan sejauh ini, dengan ketiga menghasilkan jutaan dolar penilaian terhadap
pembuat Isotretinoin. Ada tambahan 425 kasus yang tertunda.
1. E. Manifestasi Klinik
Kebanyakan gejala Colitis ulserativa pada awalnya adalah berupa buang air besar yang lebih
sering. Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut dan diare berdarah.
Pasien juga dapat mengalami:
1. Anemia
2. Fatigue/ Kelelahan
3. Berat badan menurun
4. Hilangnya nafsu makan
5. Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi
6. Lesi kulit (eritoma nodosum)
7. Lesi mata (uveitis)
8. Nyeri sendi
9. Kegagalan pertumbuhan (khususnya pada anak-anak)
10. Buang air besar beberapa kali dalam sehari (10-20 kali sehari)
11. Terdapat darah dan nanah dalam kotoran.
12. Perdarahan rektum (anus).
13. Rasa tidak enak di bagian perut.
14. Mendadak perut terasa mulas.
15. Kram perut.
16. Sakit pada persendian.
17. Rasa sakit yang hilang timbul pada rectum
18. Anoreksia
19. Dorongan untuk defekasi
20. Hipokalsemia
Sekitar setengah dari orang-orang didiagnosis dengan kolitis ulserativa memiliki gejala-gejala
ringan. Lain sering menderita demam, diare, mual, dan kram perut yang parah. Kolitis ulserativa
juga dapat menyebabkan masalah seperti radang sendi, radang mata, penyakit hati, dan
osteoporosis. Tidak diketahui mengapa masalah ini terjadi di luar usus. Para ilmuwan berpikir
komplikasi ini mungkin akibat dari peradangan yang dipicu oleh sistem kekebalan tubuh.
Beberapa masalah ini hilang ketika kolitis diperlakukan.
Presentasi klinis dari kolitis ulserativa tergantung pada sejauh mana proses penyakit. Pasien
biasanya hadir dengan diare bercampur darah dan lendir, dari onset gradual. Penyakit ini
biasanya disertai dengan berbagai derajat nyeri perut, dari ketidaknyamanan ringan untuk sangat
menyakitkan kram.
Kolitis ulseratif berhubungan dengan proses peradangan umum yang mempengaruhi banyak
bagian tubuh. Kadang-kadang terkait ekstra-gejala usus adalah tanda-tanda awal penyakit, seperti
sakit, rematik lutut pada seorang remaja. Kehadiran penyakit ini tidak dapat dikonfirmasi,
namun, sampai awal manifestasi usus.
1. A. Asuhan Keperawatan
2. 1. Anamnesa
DS : Klien mengatakan sudah diare selama 2 minggu, 5 hari terakhir terdapat darah dan lendir
pada feses, perut terasa nyeri di kuadran kiri bawah.
Klien mengatakan pernah mengalami penyakit seperti ini setengah tahun yang lalu.
1. 2. Pengkajian
Sebuah hitung darah lengkap dilakukan untuk memeriksa anemia; Trombositosis, tinggi
platelet count, kadang-kadang terlihat
Elektrolit studi dan tes fungsi ginjal dilakukan, sebagai kronis diare dapat berhubungan
dengan hipokalemia, hypomagnesemia dan pra-gagal ginjal.
Tes fungsi hati dilakukan untuk layar untuk keterlibatan saluran empedu: kolangitis
sclerosing utama.
X-ray
Urine
Bangku budaya, untuk menyingkirkan parasit dan menyebabkan infeksi.
Tingkat sedimentasi eritrosit dapat diukur, dengan tingkat sedimentasi yang tinggi
menunjukkan bahwa proses peradangan hadir.
C-reactive protein dapat diukur, dengan tingkat yang lebih tinggi menjadi indikasi lain
peradangan.
Sumsum tulang : Menurun secara umum pada tipe berat/setelah proses inflamasi panjang.
Alkaline fostase : Meningkat, juga dengan kolesterol serumdan hipoproteinemia,
menunjukkan gangguan fungsi hati (kolangitis, sirosis)
Kadar albumin : Penurunan karena kehilangan protein plasma/gangguan fungsi hati.
Elektrolit : Penurunan kalium dan magnesium umum pada penyakit berat.
Trobositosis : Dapat terjadi karena proses penyakit inflamasi.
ESR : meningkatkarena beratnya penyakit.
Kadar besi serum : rendah karena kehilangan darah.
Endoskopi
Biopsi sampel (H & E noda) yang menunjukkan ditandai limfositik infiltrasi (biru /ungu) dari
mukosa usus dan arsitektur distorsi dari kriptus.
Tes terbaik untuk diagnosis kolitis ulserativa tetap endoskopi. Penuh kolonoskopi ke sekum dan
masuk ke terminal ileum yang dicoba hanya jika diagnosis UC tidak jelas. Jika tidak,
sigmoidoskopi yang fleksibel sudah cukup untuk mendukung diagnosis. Dokter dapat memilih
untuk membatasi sejauh mana ujian jika kolitis parah dijumpai untuk meminimalkan risiko
perforasi dari usus besar. Endoskopi temuan di kolitis ulserativa meliputi:
Tes darah dapat dilakukan untuk memeriksa anemia, yang dapat menunjukkan perdarahan di
kolon atau rektum, atau mereka dapat mengungkap tinggi jumlah sel darah putih, yang
merupakan tanda-tanda peradangan di suatu tempat di dalam tubuh.
Sebuah sampel tinja juga dapat menunjukkan sel-sel darah putih, yang kehadirannya
menunjukkan kolitis ulserativa atau penyakit radang. Di samping itu, sampel tinja
memungkinkan dokter untuk mendeteksi perdarahan atau infeksi di usus atau dubur yang
disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit.
Kadang-kadang x sinar seperti barium enema atau CT scan juga digunakan untuk mendiagnosis
kolitis ulserativa atau komplikasinya.
1. 3. Diagnosa Keperawatan
b) Nyeri abdomen di quadran kiri bawah berhubungan dengan iritasi pada colon.
c) Feses berlendir dan bercampur darah berhubungan dengan terjadinya infeksi dan iritasi
pada kolon
f) Kurang volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan anoreksia, mual, dan diare.
g) Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan diet dan
mual.
1. 4. Implementasi
Tujuan utama mencakup mendapatkan eliminasi usus normal, hilangnya nyeri abdomen, dan
keram, mencegah kekurangan volume cairan, mempertahankan nutrisi dan berat badan optimal,
menghindari keletihan, penurunan anxietas, mencegah kerusakan kulit, mendapatkan
pengetahuan dan pembahasan tentang proses penyakit dan program terapeutik dan tidak adanya
komplikasi.
1. 5. Intervensi
Mandiri Rasional
Observasi dan catat frekuensi Agar mengurangi bau tak sedap untuk
defekasi, karakteristik, jumlah menghindari malu pasien
dan factor pencetus Istirahat menurunkan mobilitas khusus,
Buang feses dengan tepat, juga menurunkan laju metabolisme
berikan pengharum ruangan.
Tingkatkan tirah baring, berikan
alat alat di samping tempat tidur.
Ø Membantu membedakan
penyakit individu dan mengkaji
beratnya episode
1. F. Evaluasi
Pada diagnosis kolitis ulserative kronis, pemeriksaan feses yang cermat dilakukan untuk
membedakannya dengan disentri yang di sebabkan oleh organisme usus umum, khususnya
entamoeba histolityca. Feses positif terhadap darah. Tes laboratorium akan menunjukkan
hematokrik dan hemoglobin yang rendah, peningkatan hitung darah lengkap, albumin rendah,
dan ketidakseimbangna elektrorit.
Sigmoidoskopi dan enemabarium dapat membedakan kondisi ini dari penyakit kolon yang lain
dengan gejala yang serupa. Enema barium akan menunjukkan iregularitas mukosal,
pemendekkan kolon, dan dilatasi lengkung usus.
DAFTAR PUSTAKA
http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://
www.medicinenet.com/ulcerative_colitis/page7.htm&prev=/search%3Fq%3Dcolitis
%2Bulcerative%26hl%3Did%26sa%3DG%26as_qdr
%3Dall&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjR9AnVmtb5K76UFI9mBHkaiTQZ7A
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/
Ulcerative_colitis&ei=QeXzSt2mGKfU6gP6zqUO&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=1&
ved=0CA4Q7gEwAA&prev=/search%3Fq%3Dcolitis%2Bulcerative%26hl%3Did%26sa%3DG
%26as_qdr%3Dall
www.semangateli.blogspot.com/2008_03_01
www.medicastore.com/nutracare/isi-enzym.php
www.medic-fighting.blogspot.com/2008/02
www.indonesiaindonesia.com/f/10717-kolitis-ulserativa/
II. Etiologi
Kolitis ulserativa belum diketahui faktor genetik tampaknya berperan dalam etiologi, karena
terdapat hubungan familial.Juga terdapat bukti yang menduga bahwa autoimunita berperan dalam
patogenisis kolitis ulserativa. Antibodi antikolon telah ditemukan dalam serum penderita penyakit ini.
Dalam biakan jaringan limfosit dari penderita kolitis ulserativa merusak sel epitel pada kolon.
Selain itu ada juga beberapa fakor yang dicurigai menjadi penyebab terjadinya kolitis ulseratif
diantaranya adalah : hipersensitifitas terhadap faktor lingkungan dan makanan, interaksi imun tubuh
dan bakteri yang tidak berhasil (awal dari terbentuknya ulkus), pernah mengalami perbaikan pembuluh
darah, dan stress
III. Patofisiologis
Lesi patologis awal adalah terbatas pada lapisan mokusa dan terdiri atas pembentukan abses
dalam kriptus. Pada permulaan penyakit, terjadi udema dan kongesti mukosa. Udema dapat
mengakibatkan kerapuhan yang hebat sehingga terjadi perdarahan dari trauma yang ringan, seperti
gesekan ringan pada permukaan.
Pada stadium penyakit yang lebih lanjut, abses kriptus pecah melewati dinding kriptus dan
menyebar dalam lapisan mukosa, menimbulkan terowongan dalam mukosa. Mukosa kemudian
terkelupas dalam lumen usus, meninggalkan daerah yang tidak diliputi mukosa (tukak). Pertukaran
mula-mula tersebar dan dangkal, tetapi pada stadium lebih lanjut permukaan mukosa yang hilang luas
sekali mengakibatkan banyak kehilangan jaringan, protein dan darah.
Pada kondisi yang fisiologis system imun pada kolon melindungi mukosa kolon dari gesekan
dengan feses saat akan defekasi, tetapi karena aktifitas imun yang berlebihan pada colitis maka system
imunnya malah menyerang sel-sel dikolon sehingga menyebabkan terjadi ulkus
Ulkus terjadi di sepanjang permukaan dalam (mukosa) kolon atau rektum yang menyebabkan
darah keluar bersama feses. Darah yang keluar biasanya bewarna merah, karena darah ini tidak masuk
dalam proses pencernaan tetapi darah yang berasal dari pembuluh darah didaerah kolon yang rusak
akibat ulkus. Selain itu ulkus yang lama ini kemudian akan menyebabkan peradangan menahun sehingga
terbentuk pula nanah (pus).
IV. Penunjang
Tidak ada pemeriksaan atau test khas. Pada rektosigmoidoskopi akan tampak gambaran radang,
dan pemeriksaan laboratorium di dapat adanya anemia, leukositosis, dan peninggian laju endap darah.
Pemeriksaan pencitraan kolon dapat terlihat kelainan mukosa dan hilangnya haustra. Pemeriksaan
radiologi dengan barium pada kolon membantu menentukan luas perubahan pada kolon yang lebih
proksimal, tetapi sebaiknya tidak dilakukan pada saat terjadi serangan akut, karena dapat mempercepat
terjadinya megakolontoksik dan perforasi.
Kolonoskopi dan biopsi dapat seringkali membantu membedakan kolitis ulseratif dan kolitis
granulomatosa. Biopsi mukosa untuk tingkat berat ringannya kelainan, menyingkirkan adanya lesi lain
dan deteksi terhadap karsinoma, menilai hasil pengobatan serta dalam rangka penelitian terhadap
penyakit ini. Kolonoskopi dilakukan dengan hati- hati karena dinding kolon sangat tipis.
V. Pengobatan
Tidak ada pengobatan spesifik untuk kolitis ulseratif, tujuan terapi adalah mengatasi
peradangan, mempertahankan status gizi pendeita, meringankan gejala dan mencegah infeksi.
Misalnya: sulfonumide, diet rendah resiko tinggi protein, tingtura opium dan paregonik, bila
tindakan medis tidak berhasil, maka dilakukan kolektomi total dan pembuatan iloetomi permanen.
VI. Komplikasi
Bersifat lokal atau sistematik
0 Fistula dan fisura abses rectal
0 Dilatasi toksik atau megakolon
0 Perforasi usus
0 karsinoma
B. Askep Pada Klien Dengan Kolitis Ulseratif
I. Pengkajian klien
a. Aktivitas/ istrahat
Gejala :
Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah
Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare
Merasa gelisah dan ansietas
Pembatasan aktivitas/ kerja sehubungan dengan efek proses penyskit.
b. Sirkulasi
Tanda :
Takikardia crospons terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi, dan nyeri
Kemarahan area akimonsis (kekurangan vitamin K)
TD: hipotensi, termasuk postural
Kulit/ membran mukosa, turgor buruk, kering, lidah pecah (dehidrasi/ malnutrisi)
c. Integritas ego
Gejala :
Ansietas, ketakutan, emosi, tak ada alasan/ tak berdaya
Faktor stress akut/kronis, misalnya hubungan dengan keluarga.
Tanda :
Menolak, perhatian menyempit, depresi
d. Eliminasi
Gejala :
Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai batu atau berair.
Episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, hingga timbul, sering tak dapat dikontrol (sebanyak 20-
30 kali defekasi/ hari)
Riwayat batu ginjal (dehidrasi)
Tanda :
Menurunnya bising usus, tak ada peristoltik atau adanya peristoltik yang dilihat.
Oliguria.
e. Makanan/ cairan
Gejala :
Anoreksia, mual/ muntah
Penurunan berat badan
Tidak toleren terhadap diet/ sensitif misalnya buah segar/ sayur
Tanda :
Penurunan lemak subkutan/ massa otot
Kelemahan tonus otot dan tugor kulit buruk
Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut.
f. Higiene
Tanda :
Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri
Stomatitis menunjukkan kekurangan vitamin
Bau badan
g. Nyeri/ kenyamanan
Gejala:
Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah (mungkin hilang dengan defekasi)
Titik nyeri berpindah, nyeri tekan (arthtritis)
Nyeri mata, fotofobia
Tanda :
Nyeri tekan abdomen/ distensi
h. Interaksi sosial
Gejala :
Masalah hubungan/ peran sehubungan dengan kondisi
Ketidakmampuan aktif dalam sosial.
Pembengkakan Kurang
Interaksi Imun Tubuh
Infeksi kuman Kolitis ulseratif
Mengeluarkan toksin
Permeabilitas Meningkat
Lesi pada mukosa
Elektrolit absorbsi<<
Abses pecah
Diusus
Nyeri
Intoleransi Aktivitas
Isi rongga
Usus >>
Carpenitu, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, EGC, Jakarta, 1999.
Price Sylvia & Wilson, Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit, Edisi 4 Buku I, EGC, Jakarta, 1995.
Suyono Slamet, dkk., Ilmu Penyakit Dalam, Edisi III, FKUI, Jakarta, 2001.
http://rachman-soleman.blogspot.com/2009/11/kolitis-ulseratif-deskripsi-singkat.html
Asuhan Keperawatan Colitis
BAB I
PENDAHULUAN
DASAR TEORI
A.Pengertian
Colitis ulserativa merupakan suatu penyakit menahun di usus besar mengalani peradangan
dan luka,yang menyebabkan diare berdarah,kram perut dan demam.kolitis ulserativa bisa dimulai
pada umur berapapun,tapi biasanya dimulai antara umur 15-30 tahun. tidak seperti crohn,colitis
ultrativa tidak selalu menoengaruhi seluruh ketebalan dari usus dan tidak pernah mengenai usus
halus.penyakit ini biasanya di mulai di rectum atau kolon sigmoid dan akhirnya menyebar ke
sebagian atau seluruh usus besar.Sekitar 10% penderita hanya mendapat satu kali serangan..
B.ETIOLOGI
Penyebab penyakit ini tidak diketahui,namun factor keturunan dan respon sistem kekebalan
tubuh yang terlalu aktif di usus,diduga berperan dalam terjadinya jolitis ulserativa.
C.PATOFISIOLOGI
Suatu serangan ini bisa mendadak dan berat,menyabebkan diare hebat,demam tinggi,sakit
perut,dan peritonitis(radang selaput perut) selama serangan penderita tampak sangat sakit.
Yang lebih sering terjadi adalah serangannya dimulai secara bertahap,dimana penderita
memiliki keinginan untuk buang air besar,kram ringan pada perut bawah dan tinja yang berdarah
dan berlendir.
Jika penyakit ini tervatas pada rectum dan kolon sigmoid tinja mungkin normal,kering,dank
eras.tetapi ketika buang air besar ,dari rectum keluar lender yang banyak mengandung sel darah
merah dan sel darah putih.Gejala lain bisa demam.
Jika menyebar ke usus besar ,tinja akan lunak dan penderita dapat buang air besar sebanyak
10-20 kali/hari.Tinja tampak mengandung nanah,darah dah lendir.
D. Manifestasi Klinik
Kebanyakan gejala Colitis ulserativa pada awalnya adalah berupa buang air besar yang lebih
sering. Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut dan diare berdarah. Pasien
juga dapat mengalami:
1. Anemia
10. Buang air besar beberapa kali dalam sehari (10-20 kali sehari)
18. Anoreksia
20. Hipokalsemia
E. Pathways
F. PENGOBATAN
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1.PENGKAJIAN
Tujuan utama:
Intervensi:
Intervensi:
Timbang beratbadan tiap hari
Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik,lingkungan yang nyaman
Pertahankan puasa sesuai indikasi
Tambahkan diet sesuai indikasi
3.Nyeri berhubungan dengan diare lama
Intervensi:
Intervensi:
PENUTUP
1. Kesimpulan
Colitis ulserativa merupakan suatu penyakit menahun di usus besar mengalani peradangan
dan luka,yang menyebabkan diare berdarah,kram perut dan demam.kolitis ulserativa bisa dimulai
pada umur berapapun,tapi biasanya dimulai antara umur 15-30 tahun.
Penyebab penyakit ini tidak diketahui, namun factor keturunan dan respon sistem kekebalan
tubuh yang terlalu aktif di usus,diduga berperan dalam terjadinya jolitis ulserativa.
Kebanyakan gejala Colitis ulserativa pada awalnya adalah berupa buang air besar yang lebih
sering. Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut dan diare berdarah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Moorhouse,Dongoes.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Edisi 3.Jakarta:EGC
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan masalah yaitu sebagai
berikut :
1.3 Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas pencernaan 2 yang
berjudu ”COLITIS ULSERATIF”. Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan
yang telah dijabarkan pada rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca tentang konsep
skoliosis serta proses keperawatan dan pengkajiannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Colitis Ulseratif adalah gangguan peradangan kronis idiopatik yang terjadi pada usus besar,
khususnya bagian kolon desenden sampai rectum.
Penyebab dari colitis ulseratif sangat beragam, meliputi penomena autoimun, faktor genetic,
perokok pasif, diet, pascaapendektomi, dan infeksi.
Pada penomena yang diperentarai respon imun, terdapat kelainan humoral dan imunitas
yang diperentarai sel dan/atau reaktivitas umum terhadap antigen bakteri usus. Hilangnya toleransi
terhadap flora usus normal diyakini merupakan peristiwa utama dalam patogenesis penyakit
inflamasi usus. Faktor kerentanan genetic ( kromosom 12 dan 16) adalah faktor yang dikaitkan
dengan colitis ulseratif. Perokok pasif dikaitkan dengan colitis ulseratif, sedangkan perokok justru
lebih rendah untuk terjadi colitis ulseratif. Faktor komsumsi makanan, khususnya yang tebuat dari
susu dapat mengeksaserbasi ( meningkatkan ) respons penyakit. Pascaapendektomi mempunyai
asosiasi negatif dengan colitis ulseratif. Infeksi tertentu telah terlibat dalam penyakit inflamasi usus,
misalnya campak, infeksi mikrobakteri atipikal.
C. Patofisiologi
Colitis ulseratif hanya melibatkan mukosa; kondisi ini ditandai dengan pembentukan abses
dan deplesi dari sel-sel goblet. Dalam kasus yang berat, submukosa mungkin terlibat; dalam
beberapa kasus, makin dalam lapisan otot dinding kolon juga terpengaruh.
Kolitis akut berat dapat mengakibatkan kolitis fulminan atau megakolon toksis, yang ditandai
dengan penipisan dinding tipis, pembesaran, serta dilatasi usus-usus besar yang memungkinkan
terjadinya perforasi. Penyakit kronis dikaitkan dengan pembentukkan pseudopolip pada sekitar 15-
20% dari kasus. Pada kondisi kronis dan berat juga dihubungkan dengan resiko peningkatan
prekanker kolon, yaitu berupa karsinoma in situ atau dispalsia. Secara anatomis sebagian besar
kasus melibatkan rectum; beberapa pasien juga mengalami mengembangkan ileitis terminal
disebabkan oleh katup ileocecal yang tidak kompeten. Dalam kasus ini, sekitar 30 cm dari ileum
terminal biasanya terpengaruh.
Selanjutnya terdapat beberapa perubahan imunologis akan terlibat, yaitu meliputi hal-hal
sebagai berikut.
1. Akumulasi sel T di dalam lamina propia dari segmen kolon yang mengalami peradangan. Pada pasien
dengan ulseratif colitis, ini adalah sel T sitotoksik ke epitel kolon. Perubahan ini disertai dengan
peningkatan populasi sel B dan sel plasma, dengan peningkatan produksi immunoglobulin G (IgG)
dan immunoglobulin E (IgE).
2. Biopsi sampel kolon dari pasien dengan colitis ulseratif dapat menunjukkan peningkatan secara
signifikan tingkat platelet-activating factor (PAF). Pelepasan PAF dirangsang oleh leukotrienes,
endotoksin, atau faktor lain yang mungkin bertanggung jawab atas peradangan mukosa, namun
proses ini tidak jelas.
3. Antibody antikolonik telah terdektesi pada pasien dengan ulseratif colitis.
Respons awal colitis ulseratif adalah edema yang berlanjut pada terbentuknya jaringan perut
dan pembentukkan ulkus disertai adanya perdarahan. Lesi berlanjut, yang terjadi secara bergiliran,
satu lesi diikuti oleh lesi yang lainnya. Proses penyakit mulai pada rectum dan akhirnya dapat
mengenai saluran kolon. Pada kondisi ini, penipisan dinding usus atau ketebalan normal, tetapi
dengan adanya respons inflamasi local yaitu edema, serta akumulasi lemak dan hipertrofi dari
lapisan otot dapat memberikan kesan dinding usus menebal sehingga memberikan manifestasi
penyempitan lumen usus dan terjadi pemendekan dari usus.
Perubahan peradangan secara mikrokopis jaringan yang mengalami ulkus segera ditutupi
oleh jaringan granulasi yang selanjutnya akan merusak mukosa dan akan terbentuk jaringan
polypoidal atau yang dikenal sebagai polip atau peradangan pseudopolip.
D. Pengkajian
Pengkajian colitis ulseratif terdiri atas pengkajian anamnesis, pemeriksaan fisik, dan evaluasi
diagnosis. Pada anamnesis keluhan utama yang lazim didapatkan adalah nyeri abdomen, diare,
tenesmus intermiten, dan pendarahan rektal.
Keluhan nyeri biasanya bersifat kronis, yaitu berupa nyeri kram pada kuadran periumbilikal
kiri bawah. Kondisi rasa sakit bisa mendahului diare dan mungkin sebagian pasien melaporkan
perasaan nyaman setelah BAB. Diare biasanye disertai darah. Pasien melaporkan mengeluarkan
feses cair 10 – 20 kali sehari. Pasien juga mengeluh saat BAB seperti ada yang menghalangi.
Pada pengkajian riwayat penyakit sekarang, kondisi ringan karena colitis ulseratif adalah
penyakit mukosa yang terbatas pada kolon, gejala yang paling umum adalah pendarahan anus, diare,
dan sakit perut. Pada kondisi colitis ulseratif berat terjadi pada sekitar 10 % dari pasien, didapat
keluhan lainnya yang menyertai, seperti peningkatan suhu tubuh, mual, muntah, anoreksia,
perasaan lemah, dan penurunan nafsu makan. Pasien dengan colitis yang parah dapart mengalami
komplikasi yang yang mengancam nyawa, termasuk pendarahan darah, megakolon toksik atau
perforasi usus.
Riwayat penyakit dahulu penting digali untuk menentukan penyakit dasar yang
menyebabkan kondisi enteritis regional. Pengkajian predisposisi seperti genetic, lingkungan, infeksi,
imunitas, makanan dan merokok perlu di dokumentasikan. Anamnesis penyakit sistemik , seperti
DM, hipertensi, dan tuberkolosis dipertimbangkan sebagai sarana pengkajian proferatif.
Pengkajian sikososial akan didapatkan peningkatan kecemasan karena nyeri abdomen dan
rencana pembedahan serta perlunya pemenuhan informasi prabedah.
Temuan pada pemeriksaan fisik bervariasi tergantung pada sejauh mana, durasi, dan tingkat
keparahan penyakit.pemeriksaan fisik yang di dapatkan sesuai manifestasi klinik yang muncul. Pada
colitis ulseratif berat survey umum pasien terlihat lemah dan kesakitan, TTV mengalami perubahan
sekunder dari nyeri dan diare . suhun badan pasien akan naik ≥38,5 0 C dan terjadi takikardiah.
Pengkajian berat badan yang disesuaikan dengan tinggi badan dapat menimbulkan status nutrisi.
5. Inspeksi:kram abdomen di dapatkan. Perut didapatkan kembung. Pada kondisi kronis, status
nutrisi bisa didapatkan tanda-tanda kekurangan gizi, seperti atrofi otot dan pasien terlihat kronis.
Palpasi : nyeri tekan abdomen (tenderness), menunjukkan penyakit parah dan kemungkinan
perforasi. Nyeri lepas dapat terjadi pada kuadran kanan bawah. Sebuah masa dapat teraba
menunjukkan abstruksi atau megakolon. Pembesaran limpa mungkin menunjukkan hipertensi portal
dari hepatitis autoimun terkait atau kolangitis sklerosis.
Perkusi : nyeri ketuk dan timpani akibat adanya flatulen.
Auskultasi : bising usus bisa normal, hi[eraktif atau hipoaktif. Nada gemerincing bernada tinggi
dapat ditemukan dalam kasus-kasus obstruksi.
6. Kelemahan fisik umum skunder dari keletihan dan pemakaian energy setelah nyeri dan diare. Nyeri
sendi (arthralgia) adalah gejala umum yang ditemukan pada penyakit inflamasi usus. Sendi besar
seperti lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, dan siku, yang paling sering terlibat, tetapi
setiap sendi dapat terlibat. Pada integumen, kulit pucat mungkin mengungkapkan anemia,
penurunan turgor kulit dalam kasus dehidrasi, eritema nodosum dapat terlihat pada permukaan
ekstensor.
Pengkajian pemeriksaan diagnostic terdiri atas pemeriksaan laboratorium, radiografik, dan
endoskopik.
1. Nyeri b.d. iritasi intestinal, diare, kram abdomen, respons pembedahan.
2. Risiko ketidakseimbangan cairan tubuh b.d. keluar cairan tubuh dari muntah.
3. Actual / risiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake makanan
yang kurang adekuat.
4. Pemenuhan informasi b.d. adanya evaluasi diagnostic, rencana pembedahan, dan rencana
perawatan rumah.
5. Ganguan aktivitas sehari-hari b.d. kelemahan fisik umum, keletihan pasca nyeri dan diare.
6. Risiko injuri b.d. pasca prosedur bedah kolektomy atau ilestomy.
7. Actual / risiko ketidakefektifan kebersihan jalan nafas b.d. kemapuan batuk menurun, nyeri pasca
bedah.
8. Risiko tinggi infeksi b.d. adanya port de entrée luka pascabedah.
9. Kecemasan b.d prognosis penyakit,misinterprestasi informasi, rencana pembedahan.
Rencana keperawatan disusun sesuai dengan tingkat toleransi individu. Pada pasien colitis
ulseratif, intervensi pada masalah keperawatan actual / risiko ketidak efektifan kebersihan jalan
nafas dan disesuaikan dengan intervensi pada pasien dengan pascabedah grastrektomy (lihat
kembali asuhan keperawatan pasien ulkus peptikum atau kanker lambung). Untuk intervensi
masalah kecemasan dan pemenuhan informasi dapat disesuaikan dengan intervensi pada pasien
diverticulitis untuk masalah keperawatan risiko injuri dan risiko tinggi infeksi disesuaikan dengan
masalah yang sama pada pasien peritonitis, sedangkan untuk masalah keperawatan ganguan
aktivitas sehari-hari b.d. kelemahan fisik umum, keletihan pasca nyeri dan diare dapat disesuaikan
enteritis regional.
Nyeri b.d. iritasi intestinal, diare, kram abdomen, sembelit, respons pembedahan
Criteria evaluasi:
Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan
pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasif. nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan
keefektifan dalam mengurangi nyeri.
Nyeri b.d. iritasi intestinal, diare, kram abdomen, sembelit, respons pembedahan.
Intervensi Rasional
Ajarkan teknik relaksasi pernafasan dalam pada Meningkatkan intake oksigen sehingga akan
saat nyeri muncul. menurunkan sekunder dari iskemia spina.
Antidiare.
Risiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake makanan yang kurang adekuat.
Tujuan : setelah 3x24 jam pada pasien nonbedah dan setelah 7x24 jam pascabedah intake nutrisi
dapat optimal dilaksanakan.
Kriteria evaluasi :
Intervensi Rasional
Kaji dan berikan nutrisi sesuai tingkat toleransi Pemberian nutrisi pada pasien dengan enteritis
individu. regional bervariasi sesuai dengan kondisi klinik
dan tingkat toleransi individu.
Sajikan makanan dengan cara yang menarik. Membantu merangsang nafsu makan. Hal ini
dapat diberikan bila toleransi oral tidak menjadi
masalah pada pasien.
Fasilitasi pasien memperoleh diet rendah lemak. Diet diberikan pada pasien dengan gejala
malabsorpsi akibat hilangnya fungsi penyerapan
permukaan mukosa, khususnya penyerapan
lemak, keterlibatan ileum terminal dapat
mengakibatkan steatorrhea ( buang air besar
dengan feses bercampur lemak).
Fasilitasi pasien memperoleh diet dengan Suplemen serat dikatakan bermanfaat bagi
kandungan serat tinggi. pasien dengan penyakit kolon karena fakta
bahwa serat makanan dapat diubah menjadi
rantai pendek asam lemak, yang menyediakan
bahan bakar untuk penyembuhan mukosa kolon.
Fasilitasi pasie memperoleh diet rendah serat Diet rendah serat biasanya diindikasikan untuk
pada gejala obsrtuksi. pasien dengan gejala obstruksi.
Resiko tinggi nutrisi kurang kebutuhan tubuh b.d. intake makanan yang kurang adekuat.
Intervensi Rasional
Fasilitasi untuk pemberian nutrisi parenteral Nutrisi peranteral total (TPN ) digunakan bila
total. gejala penyakit usus inflamasi bertambah berat.
Dengan TPN, perawat dapat mempertahankan
catatan actual tentang intake dan output cairan,
serta berat basdan pasien setiap hari. Berat
badan pasien harus meningkat 0,5 kg setiap hari
selama terapi. Urine diuji setiap hari terhadap
adanya glukosa, aseton dan berat jenis bila TPN
digunakan. Pemberian makan yang tinggi
protein, rendah lemak, dan residu dilakukan
setelah terapi TPN karena makanan ini dicerna
terutama pada jejunum, tidak merangsan sekresi
usus, dan memungkinkan usus beristirahat.
Intoleransi dicatat bila pasien menunjukkan
mual, muntah, diare, atau distensi abdomen.
Pantau intake dan output, anjurkan untuk Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan
timbang berat badan secara periodik ( sekali dukungan cairan.
seminggu ).
Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai jenis nutrisi Ahli gizi harus terlibat dalam penentuan
yang akan digunakan pasien. komposisi dan jenis makanan yang akan
diberikan sesuai dengan kebutuhan individu.
Actual/resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d. diare, kehilangan cairan dari
gastrointestinal, ganggguan absorpsi usus besar, pengeluaran elektrolit dari muntah.
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Kriteria :
Pasien tidak mengeluh pusing TTV dalam batas normal, kesadaran optimal.
Membran mukosa lembab, turgor kulit normal, CRT > 3 detik.
Laboratorium : nilai elektrolit normal, analisis gas darah normal.
Intervensi Rasional
Kaji terhadap adanya tanda kekurangan volume
cairan : kulit dan membrane mukosa kering,
penuruna turgor kulit, oliguria, kelelahan,
penurunan suhu, peningkatan hematokrit,
peningkatan berat jenis urine, dan hipotensi.
Identifikasi faktor penyebab, awitan (onset), Parameter dalam menentukan intervensi
spesifikasi usia dan adanya riwayat penyakit lain. kedaruratan. Adanya riwayat keracunan dan usia
anak atau lanjut usia membeerikan tingkat
keparahan dari kondisi ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit.
Intervensi Rasional
Bantu pasien apabila muntah Aspirasi muntah dapat terjadi terutama pada
usia lanjut dengan perubahan kesadaran.
Perawat mendekatkan tempat muntah dan
memberikan masase ringan pada pundak untuk
membantu menurunkan respons nyeri dari
muntah.
Evaluasi kadar elektrolit serum Untuk mendeteksi adanya kondisi hiponatremi
dan hipokalemi sekunder dari hilangnya
elektrolit dari plasma.
Kolaborasi dengan tim medis terapi farmakologis Antimikroba diberikan sesuai dengan
: pemeriksaan feses agar pemberian antimikroba
dapat rasional diberikan dan mencegah
Antimikroba.
terjadinya resistensi obat.
Antidiare/antimotilitas.
Criteria evaluasi:
Intervensi Rasional
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah sebagai berikut.
PENUTUP
Kesimpulan
Colitis ulseratif merupakan suatu penyakit menahun di usus besar mengalani peradangan dan
luka,yang menyebabkan diare berdarah,kram perut dan demam.colitis ulseratif bisa dimulai pada
umur berapapun,tapi biasanya dimulai antara umur 15-30 tahun.
Penyebab penyakit ini tidak diketahui, namun factor keturunan dan respon sistem kekebalan
tubuh yang terlalu aktif di usus,diduga berperan dalam terjadinya colitis ulseratif.
Kebanyakan gejala Colitis ulseratif pada awalnya adalah berupa buang air besar yang lebih
sering. Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut dan diare berdarah.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqim, Arif & Sari, Kumala Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah: Jakarta : Salemba Medika, 2012.