Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH KEPERAWATAN BALITA

TENTANG

“PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI


DAN BALITA”

Oleh:
RESTI MELIYANTARI
NIM : 221014201146

Pembimbing:
Ns.Rahmi Ramadhan, M.Kep.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS SUMATERA BARAT
(UNISBAR)
2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..............................................................................................


KATA PENGANTAR ...............................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................
C. Tujuan Penulisan..................................................................
D. Manfaat Penulisan................................................................
BAB II PEMBAHASAN
1. Pemeriksaan Fisik pada Bayi ............................................
2. Pemeriksaan Fisik pada Balita
2.2 Pemeriksaan Kulit, Kuku,Rambut, dan Kelenjar Getah Bening
2.3 Pemeriksaan Kepala dan Leher .........................................
2.4 Pemeriksaan Dada .............................................................
2.5 Pemeriksaan Payudara ......................................................
2.6 Pemeriksaan Paru ..............................................................
2.7 Pemeriksaan Jantung .........................................................
2.8 Pemeriksaan Abdomen......................................................
2.9 Pemeriksaan Genitalia.......................................................
2.10 Pemeriksaan Tulang Belakang dan Ekstremitas ...............
2.11 Pemeriksaan Neurologis...................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................
B. Saran .....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang semata-mata berkat
rahmat, dan hidayah-Nya, penulisan makalah dapat diselesaikan dengan tanpa
menemui hambatan yang berarti.
Penulis yakin atas petunjuknya pula sehingga berbagai pihak berkenan
memberikan bantuan, dan kemudahan bagi penulis. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak baik yang langsung
maupun yang tidak langsung yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan
makalah ini.
Penulis mengetahuii bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena
itu, kritik dan saran dari pembaca pada umumnya sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Atas kritik dan sarannya penulis mengucapkan terima
kasih.
Akhirnya penulis berharap mudah-mudahan makalah ini bisa bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Kerinci, Januari 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala
atau masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan
utnuk mengumpulkan data tentang kesehatan pasien, menambah informasi,
menyangkal data yang diperoleh dari riwayat pasien, mengidentifikasi masalah
pasien, menilai perubahan status pasien, dan mengevaluasi pelaksanaan
tindakan yang telah diberikan. Dalam melakukan pemeriksaan fisik terdapat
teknik dasar yang perlu dipahami, antara lain inspeksi (melihat), palpasi
(meraba), perkusi (ketukan), dan auskultasi (mendengar).
Observasi (pengamatan secara seksama) Pemeriksaan dilakukan pada
seluruh tubuh, dari ujung rambut sampai ujung kaki, namun tidak harus dengan
urutan tertentu. Pemeriksaan yang menggunakan alat seperti pemeriksaan
tengkorak, mulut, telinga, suhu tubuh, tekanan darah, dan lain-lainnya,
sebaiknya dilakukan paling akhir, karena dengan melihat atau memakai alat-
alat, umumnya balita menjadi takut atau merasa tidak nyaman, sehingga
menolak diperiksa lebih lanjut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pemeriksaan fisik pada bayi ?
2. Bagaimana cara pemeriksaan fisik pada balita ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui cara pemeriksaan fisik pada bayi.
2. Untuk mengetahui cara pemeriksaan fisik pada balita.

D. Manfaat Penulisan
1. Untuk Mahasiswa
Mahasiswa lebih memahami bagaimana cara pemeriksaan fisik pada bayi
dan balita.
2. Untuk Pembaca
Untuk menambah wawasan para pembaca tentang pemeriksaan fisik pada
bayi dan balita.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pemeriksaan Fisik pada Bayi


Merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh bidan, perawat, atau
dokter untuk menilai status kesehatan yang dilakukan pada saat bayi baru lahir,
24 jam setelah lahir, dan pada waktu pulang dari rumah sakit.Dalam melakukan
pemeriksaan ini sebaiknya bayi dalam keadaan telanjang di bawah lampu
terang, sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas.Tujuan pemeriksaan fisik
secara umum pada bayi adalah menilai status adaptasi atau penyesuaian
kehidupan intrauteri kedalam kehidupan ekstrauteri serta mencari kelainan pada
bayi.

Adapun pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada bayi antara lain :
1.1 Hitung Frekuensi Nafas
Pemeriksaan frekuensi nafas ini dilakukan dengan menghitung rata-rata
pernapasan dalam satu menit. Pemeriksaan ini dikatakan normal pada bayi
baru lahir apabila frekuensinya antara 30-60 kali per menit, tanpa adanya
retraksi dada dan suara merintih saat ekspirasi, tetapi apabila bayi dalam
keadaan lahir kurang dari 2.500 gram atau usia kehamilan kurang dari 37
minggu, kemungkinan terdapat adanya retraksi dada ringan. Jika pernapasan
berhenti beberapa detik secara periodik, maka masih dikatakan dalam batas
normal.
1.2 Lakukan Inspeksi pada Warna Bayi
Pemeriksaan ini berfungsi untuk mengetahui apakah ada warna pucat,
icterus, sianosis sentral, atau tanda lainnya. Bayi dalam keadaan aterm
umumnya lebih pucat dibandingkan bayi dalam keadaan preterm mengingat
kondisi kulitnya lebih tebal.
1.3 Hitung Denyut Jantung Bayi dengan Menggunakan Stetoskop
Pemeriksaan denyut jantung untuk menilai apakah bayi mengalami
gangguan yang menyebabkan jantung dalam keadaan tidak normal, seperti suhu
tubuh yang tidak normal, perdarahan, atau gangguan napas. Pemeriksaan
denyut jantung ini dikatakan normal apabila frekuensinya antara 100-160 kali
per menit. Masih dalam keadaan normal apabila diatas 60 kali per menit dalam
jangka waktu yang relatif pendek, beberapa kali per hari, dan terjadi selama
beberapa hari pertama jika bayi mengalami distress
1.4 Ukur Suhu Aksila
lakukan pemeriksaan suhu melalui aksila untuk menentukan apakah bayi
dalam keadaan hipotermi atau hipertermi. Dalam kondisi normal suhu bayi
antara 36,5-37,5 derajat celcius.
1.5 Kaji Postur dan Gerakan
Pemeriksaan ini untuk menilai ada atau tidaknya epistotonus/hiperekstensi
tubuh yang berlebihan dengan kepala dan tumit ke belakang, tubuh melengkung
ke depan, adanya kejang/spasme, serta tremor.
Pemeriksaan postur dalam keadaan normal apabila dalam keadaan istirahat
kepalan tangan longgar dengan lengan panggul dan lutut semifleksi.
Selanjutnya pada bayi berat kurang dari 2.500 gram atau usia kehamilan kurang
dari 37 minggu ekstremitasnya dalam keadaan sedikit ekstensi. Apabila bayi
letak sungsang, di dalam kandungan bayi akan mengalami fleksi penuh pada
sendi panggul atau lutut/sendi lutut ekstensi penuh, sehingga kaki bisa mencapai
mulut. Selanjutnya gerakan ekstremitas bayi harusnya terjadi secara spontan
dan simetris disertai dengan gerakan sendi penuh dan pada bayi normal dapat
sedikit gemetar.
1.6 Periksa Tonus atau Kesadaran Bayi
Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat adanya letargi, yaitu penurunan
kesadaran dimana bayi dapat bangun lagi dengan sedikit kesulitan, ada tidaknya
tonus otot yang lemah, mudah terangsang, mengantuk, aktifitas berkurang, dan
sadar (tidur yang dalam tidak merespons terhadap rangsangan). Pemeriksaan ini
dalam keadaan normal dengan tingkat kesadaran mulai dai diam hingga sadar
penuh serta bayi dapat dibangunkan jika sedang tidur atau dalam keadaan diam.
1.7 Pemeriksaan Ekstremitas
Pemeriksaan ini berfungsi untuk menilai ada tidaknya gerakan ekstremitas
abnormal, asimetris, posisi dan gerakan yang abnormal (menghadap kedalam
atau keluar garis tangan ), serta menilai kondisi jari kaki, yaitu jumlahnya
berlebih atau saling melekat.
1.8 Pemeriksaan Kulit
Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat ada atau tidaknya kemerahan pada
kulit atau pembengkakan, postula (kulit melepuh), luka atau trauma, bercak atau
tanda abnormal pada kulit, elastisitas kulit, serta ada tidaknya ruam popok
(bercak merah terang dikulit daerah popok pada bokong). Pemeriksaan ini
normal apabila tanda seperti eritema toksikum (titik merah dan pusat putih kecil
pada muka, tubuh, dan punggung ) pada hari kedua atau selanjutnya, kulit tubuh
yang terkelupas pada hari pertama.
1.9 Pemeriksaan Tali Pusat
Pemeriksaan ini untuk melihat apakah ada kemerahan, bengkak, bernanah,
berbau, atau lainnya pada tali pusat.Pemeriksaan ini normal apabila warna tali
pusat kebiruan pada hari pertama dan mulai mongering atau mengacil dan lepas
pada hari ke-7 hingga ke-10.
1.10 Pemeriksaan Kepala dan Leher
Pemeriksaan bagian kepala yang dapat diperiksa antara lain sebagai berikut
:

a. Pemeriksaan rambut dengan menilai jumlah dan warna,


adanya lanugo, terutama pada daerah bahu dan punggung.
b. Pemeriksaan wajah dan tengkorak dapat dilihat adanyamaulage, yaitu tulang
tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir untuk dilihat simetris atau
tidak. Ada tidaknya caput succedaneum (edema pada kulit kepala, lunak dan
tidak berfluktuasi, batasnya tidak tegas, serta menyebrangi sutura dan akan
hilang dalam beberapa hari ).

Adanya cepal hematum terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tampak pada
hari pertama karena tertutup olehcaput succedaneum, konsistensinya lunak,
berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak, tidak menyebrangi sutura,
dan apabila menyebrangi sutura akan mengalami fraktur tulang tengkorak yang
akan hilang sempurna dalam waktu 2-6 bulan. Adanya pendarahan yang terjadi
karena pecahnya vena ysang menghubungkan jaringan diluar sinus dalam
tengkorak, batasnya tidak tegas, sehingga bentuk kepala tampak
simetris.Selanjutnya diraba untuk menilai adanya fluktuasi dan
edema. Pemeriksaan selanjutnya adalah menilai fontanella dengan cara
melakukan palpasi menggunakan jari tangan, kemudian fontanel posterior dapat
dilihat proses penutupannya setelah usia dua bulan, dan fontanel anterior menutup
saat usia 12-18 bulan.
c. Pemeriksaan mata untuk menilai adanya strabismus atau tidak, yaitu
koordinasi gerakan mata yang belum sempurna. Cara memeriksanya adalah
dengan menggoyangkan kepala secara perlahan-lahan, sehingga mata bayi akan
terbuka, kemudian baru diperiksa. Apabila ditemukan jarang berkedip atau
sensitivitas terhadap cahaya berkurang, maka kemungkinan mengalami
kebutaan.Apabila ditemukan adanya epicantus melebar, maka kemungkinan
balita mengalami sindrom down. Pada glaucoma kongenital, dapat terlihat
pembesaran dan terjadi kekeruhan pada kornea.Katarak kongenital dapat
dideteksi apabila terlihat pupil yang berwarna putih.Apabila ada trauma pada
mata maka dapat terjadi edema palpebral, perdarahan konjungtifa, retina, dan
lain-lain.
d.. Pemeriksaaan telinga dapat dilakukan untuk menilai adanya gangguan
pendengaran. Dilakukan dengan membunyikan bel atau suara jika terjadi reflex
terkejut, apabila tidak terjadi reflex, maka kemungkinan akan terjadi gangguan
pendengaran.
e. Pemeriksaan hidung dapat dilakukan dengan cara melihat pola pernapasan,
apabila bayi bernapas melalui mulut, maka kemungkinan bayi mengalami
obstruksi jalan napas karena adanya atresia koana bilateral atau fraktur tulang
hidung atau ensevalokel yang menonjol ka naso faring, sedangkan pernapasan
cuping hidung akan menunjukkan gangguan pada paru, lubang hidung kadang-
kadang banyak mukosa. Apabila secret mukopurulen dan berdarah, perlu
dipikirkan adanya penyakit sifilis kongenital dan kemungkinan lain.
f. Pemeriksaan mulut dapat dilakukan dengan melihat adanya kista yang ada pada
mukosa mulut.Pemeriksaan lidah dapat dinilai melalui warna dan kemampuan
reflex mengisap.Apabila ditemukan lidah yang menjulur keluar, dapat dilihat
adanya kemungkinan kecacatan kongenital.
Adanya bercak pada mukosa mulut, palatum, dan pipi biasanya disebut
sebagai monilia albicans, gusi juga perlu diperiksa un tuk menilai adanya
pigmen pada gigi, apakah terjadi penumpukan pigmen yang tidak sempurna.
g. Pemeriksaan leher dapat dilakukan dengan melihat pergerakan, apabila terjadi
keterbatasan dalam pergerakannya, maka kemungkinan terjadi kelainan pada
tulang leher, misalnya kelainan tiroid, hemangioma, dan lain-lain.

1.11 Pemeriksaan Dada dan Punggung


Merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada daerah dada dan punggung, yang
dilakukan untuk melihat adanya kelainan bentuk, melihat adanya gangguan pada
pernapasan seperti apabila ditemukan pernapasan paradoksal dan retraksi pada
inspirasi, adanya kesimetrisan. Apabila tidak simetris maka kemungkinan bayi
mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika dan
pernapasan normal bayi pada umumnya dinding dada dan abdomen bergerak secara
bersamaan, frekuensi pernapasan bayi normal antara 40-60 kali per menit,
perhitungannya harus satu menit penuh karena terdapatperiodic breathing dimana
pola pernapasan pada neonates terutama pada prematur adanya henti napas yang
berlangsung 20 detik dan terjadi secara berkala. Kadang-kadang pada kelenjar susu
pada bayi ditemukan air susu karena pengaruh hormonal.
Pada pemeriksaan secara palpasi dapat ditemukan ada tidaknya fraktur
klavikula dengan cara meraba ictus kordis dengan menentukan posisi jantung,
secara auskultasi frekuensi jantung dilakukan dengan menggunakan stetoskop
dengan menilai jumlah frekuensi jantung secara normal bayi antara 120-160 kali
per menit. adanya bising sering ditemukan pada bayi, bunyi pernapasan pada bayi
adalah bronkovesikuler dan terdengarnya bising usus pada daerah dada
menunjukkan adanya hernia diafragmatika.
1.12 Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan pada abdomen ini meliputi pemeriksaan secara inspeksi untuk
melihat bentuk dari abdomen.Apabila didapatkan abdomen membuncit yang dapat
diduga kemungkinan disebabkan hepatosplenomegali atau cairan didalam rongga
perut, adanya kembung apabila didapatkan adanya perforasi usus atau ileus. Pada
perabaab hati biasanya teraba 2-3 cm dibawah arcus kosta kanan, limpa teraba 1 cm
dibawah arkus kosta kiri. Pada palpasi ginjal dapat dilakukan dengan pengaturan
posisi terlentang dan tungkai bayi dilipat agar otot-otot dinding perut dalam
keadaan relaksasi, batas bawah ginjal dapat diraba setinggi umbilicus diantara garis
tengah dan tepi perut.Dan bagian-bagian ginjal dapat diraba sekitar 2-3 cm adanya
pembesaran pada ginjal dapat disebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan atau
thrombosis vena renalis.

1.13 Pengukuran Antropometri


Pada bayi baru lahir, perlu dilakukan pengukuran antropometri seperti berat
badan yang normal adalah sekitar 2.500-3.500 gram, apabila ditemukan berat badan
kurang dari 2.500 gram, maka dapat dikatakan bayi memiliki berat badan lahir
rendah (BBLR). Akan tetapi, apabila ditemukan bayi dengan berat badan lahir lebih
dari 3.500 gram, maka bayi dimasukkan dalam kelompok makrosomia.
Pengukuran antropometri lainnya adalah pengukuran panjang badan secara
normal, panjang badan bayi baru lahir adalah 45-50 cm, pengukuran lingkar kepala
normalnya adalah 33-35 cm, pengukuran lingkar dada normalnya adalah 30-33 cm.
apabila ditemukan diameter kepala lebih besar 3 cm dari lngkar dada, maka bayi
menggalami hidrosefalus ddan apabila diameter kepala lebih kecil 3 cm dari lingkar
dada, maka bayi tersebut mengalami mikrosefalus.

1.14 Pemeriksaan Genetalia


Pemeriksaan genetalia ini untuk mengetahui keadaan labium minor yang
tertutup oleh labia mayor, lubang uretra dan lubang vagina seharusnya terpisah,
namun apabila ditemukan satu lubang maka didapatkan terjadinya kelainan dan
apabila ada secret pada lubang vagina, hal tersebut karena pengaruh hormon. Pada
bayi laki-laki sering didapatkan fimosis, secara normal panjang penis pada bayi
adalah 3-4 cm dan 1-1,3 cm untuk lebarnya, kelainan yang terdapat pada bayi
adalah adanya hipospadia yang merupakan defek dibagian ventral ujung penis atau
defek sepanjang penisnya. Epispadia merupakan kelainan defek pada dorsum penis.
1.15 Pemeriksaan Anus dan Rectum
Pemeriksaan anus dan rectum dapat dilakukan untuk menilai adanya kelainan
otresia ani atau mengetahui posisinya, adanya meconium secara umum keluarnya
pada 24 jam apabila ditemukan dalam waktu 48 jam belum keluar maka
dimungkinkan adanya meconium plug syndrome, megakolon atau obstraksi saluran
pencernaan.
1.16 Pemeriksaan Urine dan Tinja
Pemeriksaan urine dan tinja bermanfaat untuk menilai ada atau tidaknya diare
serta kelainan pada daerah anus.Pemeriksaan ini normal apabila bayi mengeluarkan
feses cair antara 6-8 kali per menit, dapat dicurigai apabila frekuensi meningkat
serta adanya lendir atau darah.Adanya perdarahan pervaginam pada bayi baru lahir
dapat terjadi selama beberapa hari pada minggu pertama kehidupan.
1.17 Pemeriksaan Refleks
Panduan pemeriksaan reflex ini dapat dilihat pada table berikut :

Kondisi
Pemeriksaan cara Kondisi
Patologis/abnorm
Refleks Pengukuran Normal
al
Berkedip Sorotkan Dijumpai Jika tidak dijumpai
cahaya ke pada tahun menunjukkan
mata bayi pertama kebutaan
Tanda Babinzki Gores Jari kaki Bila pengembangan
telapak kaki mengembang jari kaki dorso
sepanjang dan ibu jari fleksi setelah usia 2
tepi luar, kaki dorsof tahun, adanya tanda
dimulai dari leksi, lesi ekstrapiramidal
tumit dijumpai
sampai usia 2
tahun
Merangkak Letakkan Bayi Apabila gerakan
bayi membuat tidak simetris
tengkurap gerakan adanya tanda
diatas merangkak kelainan
permukaan dengan neurologis.
yang rata. lengan dan
kaki bila
diletakkan
pada
abdomen.
Menari/melangka Pegang bayi Kaki akan Reflex menetap
h sehingga bergerak ke melebihi 4-8
kakinya atas dank e minggu merupakan
sedikit bawah bila keadaan abnormal
menyentuh sedikit
permukaan disentuhkan
yang keras ke permukaan
keras
dijumpai
pada 4-8
minggu
pertama.
Ekstrusi Sentuh lidah Lidah Ekstensi lidah yang
dengan ujung ekstensi ke persisten adanya
spatel lidah arah luar bila sindrom down
disentuh,
dijumpai
pada usia 4
bulan
Galant’s Gores Punggung Tidak adanya reflex
punggung bergerak kea menunjukkan lesi
bayi rah samping
sepanjang bila medulaspinalis
sisi tulang distimulasi, transversal
belakang dari dijumpai
bahu sampai pada 4-8
bokong minggu
pertama
Moro Ubah posisi Lengan Reflex yang
dengan tiba- ekstensi, jari- menetap lebih pada
tiba atau jari 4 bulan. Adanya
pukul mengembang, kerusakan otak,
meja/tempat kepala respons tidak
tidur terlempar ke simetris. Adanya
belakang, hemiparesis, fraktur
tungkai klavikula atau
sedikit cedera fleksus
ekstensi, brakialis, tidak ada
lengan respons ekstremitas
kembali ke bawah, adanya
tengah dislokasi pinggul
dengan atau cedera medulla
tangan spinalis.
menggengga
m tulang
belakang dan
ekstremitas
bawah
ekstensi.
Lebih kuat
selama 2
bulan
menghilang
pada usiia 3-4
bulan.
Neck righting Letakkan Bila bayi Tidak ada reflex
bayi dalam terlentang, atau reflex menetap
posisi bahu dan lebih dari 10 bulan
terlentang, badan menunjukkan
coba menarik kemudian adanya gangguan
perhatian pelvis system saraf pusat
bayi dari satu berotasi kea
sisi rah dimana
bayi diputar
dan dijumpai
selama sepulu
bulan
pertama
Menggenggam Letakkan jari Jari-jari bayi Fleksi yang
(palmar grasp) ditelapak melengkung tidak simetris
tangan bayi disekitar jari menunjukkan
dari sisi yang adanya paralisis,
ulnar, jika diletakkan reflex
reflex lemah ditelapak menggenggam
aatau tidak tangan bayi yang menetap
ada berikan dari sisi menunjukkan
bayi botol ulnar, reflex ggangguan serebral
atau dot, ini
karena menghilang
mengisap pada usia 3-4
akan bulan
mengeluarka
n reflex
Rooting Gores sudut Bayi Tidak adanya reflex
mulut bayi memutar menunjukkan
garis tengah kearah pipi adanya gangguan
bibir yang digores, neurologis beratt.
reflex ini
menghilang
pada usia 3-4
bulan, tetapi
bisa menetap
sampai usia
12 bulan,
khususnya
selama tidur
Kaget (startie) Bertepuk Bayi Tidak adanya reflex
tangan mengekstensi menunjukkan
dengan keras dan adanya gangguan
memfleksi pendengaran
lengan dalam
merespons
terhadap
suara yang
keras, tangan
tetap rapat,
reflex ini
akan
menghilang
setelah usia 4
bulan
Mengisap Berikan bayi Bayi Reflex yang lemah
botol dan dot mengisap atau tidak ada
dengan kuat menunjukkan
dalam kelambatan
berespons perkembangan atau
terhadap kkeadaan
stimulasi, neurologis yang
reflex ini abnormal
menetap
selama masa
bayyi dan
mungkin
terjadi selama
tidur tanpa
stimulasi
Tonic neck Putar kepala Bayi Tidak normal bila
dengan cepat melakukan respons terjadi
ke satu sisi perubahan setiap kepala
posisi bila diputar, jika
kepala menetap adanya
diputar ke kerusakan serebral
satu sisi, mayor.
lengan dan
tungkai
ekstensi
kearah sisi
putaran
kepala dan
fleksi pada
sisi pada sisi
yang
berlawanan,
normalnya
reflex ini
tidak terjadi
setiap kali
kepala
diputar.
Tampak kira-
kira pada usia
2 bulan dan
menghilang
pada usia 6
bulan

SOP PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI

No. Dokumentasi :

SOP No. Revisi :


Tanggal Terbit : 2 Januari 2023

Halaman : 1/4
PUSKESMAS ARLON, SKM
KEMANTAN Nip 19800927 200701 1 001

1. Pengertian Merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh bidan, perawat, atau dokter
untuk menilai status kesehatan yang dilakukan pada saat bayi baru lahir, 24 jam
setelah lahir, dan pada waktu pulang dari rumah sakit. Dalam melakukan
pemeriksaan ini sebaiknya bayi dalam keadaan telanjang di bawah lampu
terang, sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas. Tujuan pemeriksaan fisik
secara umum pada bayi adalah menilai status adaptasi atau penyesuaian
kehidupan intrauteri kedalam kehidupan ekstrauteri serta mencari kelainan pada
bayi.
2. Tujuan 1. Untuk memastikan keadaan fisik bayi baru lahir dalam keadaan normal
atau abnormal
2. Untuk mendeteksi adanya penyimpangan dari normal atau abnormal
3. Kebijakan 1. SK Kepala Puskesmas No: / / PKMJ/2020 tentang jenis-jenis
pelayanan klinis.
2. Keputusan Kepala Puskesmas No: / /PKMJ/2020 tentang aturan
perilaku dalam pelayanan.
3. Keputusan Kepala Puskesmas No: / /PKMJ/2020 tentang kebijakan
pelayanan klinis.

4. Referensi Permenkes No 75 Tahun 2014. Tentang Pusat Keseahatan masyarakat

5. Prosedur /  Persiapan Pasien


langkah- 1. Identifikasi klien
langkah 2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada
orang tua
3. Mengatur posisi bayi
 Persiapan Lingkungan
1. Pengaturan tempat/ruangan
2. Menutup sampiran untuk menjaga privacy bayi
 Persiapan Alat
1. Hammer reflek
2. Penlamp
3. Stetoskop binoral / monoral
4. Bengkok
5. Tensimeter
6. Jam tangan
7. Handscoon
 Pelaksanaan

1. Petugas mencuci tangan


2. Pemeriksaan fisik ini bisa dilakukan dengan cara
a. Inspeksi (melihat)
b. Palpasi (meraba)
c. Perkusi (mengetok)
d. Auskultasi (mendengar)
e. Anamnesa (Tanya jawab)
3. Keadaan umum
a. Bentuk Tubuh ( lordosis, kifosis / tidak )
b. Psikologis ( menangis / tidak, takut / tidak)
4. Kepala
a. Bentuknya ( lonjong, bundar / tidak )
b. Besarnya ( normal, mikrocepalus, hydrocephalus / tidak )
c. Ubun-ubun besar / kecil, sudah menutup / belum
d. Bila belum menutup teraba cekung, datar, cembung, tegang / tidak
e. sutura-sutura teraba / tidak
5. Rambut
a. Warnanya (hitam, merah jagung, putih)
b. Kesuburannya (lebat, tipis / tidak )
c. Mudah rontok / tidak, botak / tidak
6. Muka
a. Pucat, cemas, kuning, merah, biru (sianosis)
b. Kulit wajah : halus, kasar, jerawatan / tidak
c. Hiperpigmentasi melantonik ada atau tidak
7. Mata
a. Simetris / tidak, juling, buta / tidak (kelopak mata / bulu mata
lengkap/ tidak )
b. Selaput lender mata pucat / tidak
c. Bintik bitot ada / tidak
d. Penyakit mata akut / kronis, tumor / tidak
8. Hidung
a. Bersih / tidak
b. Pilek / tidak, polip / tumor ada / tidak
c. Dapat membedakan bau-bauan atau tidak
9. Mulut
a. Bersih / tidak, berbau / tidak
b. Bibir pucat / tidak, stomatitis / tidak
c. Gusi bersih
d. Lidah kotor, tenggorokan bersih / tidak, pharynx membesar /
tidak,tonsil membesar / tidak
10. Telinga
a. Bersih / tidak
b. Pernah keluar cairan / tidak
c. Dapat mendengar dengan baik / tidak
11. Leher
a. Bentuknya : pendek, sedang, panjang
b. Pembesaran kelenjar thyroid ada / tidak, pembesaran kelenjar
lympheada / tidak
c. Hiperpigmentasi pada kulit leher / tidak
d. Arteri karotis palpasi jelas / tidak
12. Ketiak
13. Dada
a. Bentuk normal / tidak
b. Kalau pasien wanita ( buah dada, putting susu, hiperpigmentasi
ada /tidak)
14. Ekstrimitas atas (lengan)
a. Simetris / tidak
b. Jari-jari lengkap / tidak
c. Kuku : pucat, kotor, panjang, biru / tidak
15. Abdomen (perut)
a. Membesar / tidak
b. Nyeri tekan / tidak
c. Ada bekas operasi / tidak
d. ada bising usus / tidak
e. Bentuk pusar : cekung, datar (hernia umbilikalis)
f. Teraba tumor / tidak
16. Ekstimitas bawah (paha/kaki)
a. Simetris / tidak
b. Tibia baik / tidak, oedema ada / tidak, varises ada / tidak
c. Jari-jari kaki lengkap / tidak
d. Telapak kaki cekung / datar
17. Punggung
a. Alur tulang punggung simetris / tidak
b. Kifosis ada / tidak
c. Hiperlordosis ada / tidak
18. Genitalia ( alat kelamin ) dan anus
a. Genitalia laki-laki ( Saluran kencing lancar / tidak, testis lengkap
/ tidak, testis sudah turun ke skrotum / belum, femosis ada / tidak
)
b. Genetalia wanita (kebersihan, vagina bersih / tidak, labia minor
/mayor sudah menutup / belum, klistoris, uretra, vagina lengkap
/tidak)
19. Pemeriksaan neurologi
a. Reflek menghisap ada / tidak
b. Reflek menggenggam ada / tidak
c. Reflek morro ada / tidak
d. Reflek babinski ada / tidak
e. Reflek inkurvasi ada / tidak
20. Tingkat kesadaran
a. Pasien sadar / tidak
b. Pasien letargi / tidak
c. Pasien aktudansi / tidak
d. Pasien stupar / tidak
e. Pasien koma / tidak
21. Bereskan alat dan cuci tangan.
22. Rapikan pasien dan beri posisi yang nyaman.
23. Dokumentasikan hasil tindakan.
6. Unit Terkait 1. Poli MTBS/KIA
2. IGD
3.Poli Gizi
4.Apotek

7. Dokumen 1.Rekam Medis


Terkait 2.Informad Consent
8. Rakaman No Yang Di Ubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberikan
Historis
Perubahan
2. Pemeriksaan Fisik pada Balita
Merupakan pengkajian yang dilakukan pada balita yang bertujuan untuk
memperoleh data status kesehatan balita serta dapat dijadikan sebagai dasar dalam
menegakkan diagnosis. Adapun pemeriksaannya adalah sebagai berikut :
2.1 Pemeriksaan Keadaan Umum
Pemeriksaan ini terdiri atas pemeriksaan status kesadaran, status gizi, tanda-tanda
vital, dan lain-lain.
a. Pemeriksaan Kesadaran
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai status kesadaran balita, ada dua
macam penilaian status kesadaran, yaitu penilaian secara kualitatif dan penilaian
secara kuantitatif. Secara kualitatif didapatkan antara lain : compos mentis, yaitu
balita mengalami kesadaran penuh dengan memberikan respons yang cukup
terhadap stimulus yang diberikan; apatis, yaitu balita acuh tak acuh terhadap
keadaan sekitarnya; somnolen, yaitu balita memiliki kesadaran yang lebih rendah
dengan ditandai dengan balita tampak mengantuk, selalu ingin tidur, tidak
responsive terhadap rangsangan ringan, dan masih memberikan respons terhadap
rangsangan yang kuat; sopor, yaitu balita tidak memberikan respons ringan maupun
sedang, tapi masih memberikan respons sedikit terhadap rangsangan yang kuat
dengan adanya reflex pupil terhadap cahaya yang masih positif; koma, yaitu balita
tidak dapat bereaksi terhadap stimulus atau rangsangan apapun, reflex pupil
terhadap cahaya tidak ada; dan delirium merupakan tingkat kesadaran yang paling
rendah ditandai dengan disorientasi sangat iritatif, kacau, dan salah persepsi
terhadap rangsangan sensorik.
Dalam penilaian kesadaran balita, sering kali ditemukan permasalahan,
seperti kesulitan dalam penilaian kesadaran melalui respons yang diberikan pada
balita, karena respons dari balita tidak menjadikan ukuran mutlak keadaan
kesadaran baik atau terjadi gangguan.
b. Pemeriksaan Status Gizi
Penilain status gizi ini dapat dilakukan dengan melakukan beberapa
pemeriksaan, seperti pemeriksaan antropometri, yang meliputi pemeriksaan berat
badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, pemeriksaan klinis dan laboratorium yang
dapt digunakan untuk menentukan status gizi balita.Selanjutnya dalam penilaian
status gizi balita dapat disimpulkan apakah balita mengalami gizi baik, cukup, atau
gizi yang kurang.
c. Pemeriksaan Nadi
Pemeriksaan nadi seharusnya dilakukan dalam keadaan tidur atau istirahat.
Pemeriksaan nadi dapat dilakukan berssamaan dengan pemeriksaan denyut jantung
untuk mengetahui adanya pulsus deficit yang merupakan denyut jantung yang tidak
cukup kuat untuk menimbulkan denyut nadi, sehingga denyut jantung lebih tinggi
daripada denyut nadi.

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kecepatan atau frekuensi nadi, misalnya


dapat ditemukan takikardi yang merupakan denyut jantung lebih cepat daripada
kecepatan normal, keadaan ini dapat terlihat pada keadaan hipertermia, aktivitas
tinggi, ansietas, tirotoksikosis, miokarditis, gagal jantung, serta dehidrasi atau
rejantan. Pada keadaan hipertermia, meningkatnya suhu satu derajat celcius akan
meningkatkan denyut nadi sebanyak 15-20 kali per menit.
Penilaian yang berkaitan dengan pemeriksaan nadi adalah ada atau tidaknya
takikardi sinus, yang ditandai dengan adanya variasi 10-15 denyutan dari menit ke
menit.takikardi supraventikuler paroksisimal yang ditandai dengan nafi sulit
dihitung karena frekuensinya sangat tinggi (lebih dari 2000 kali per menit) dan
kecepatan nadi konstan sepanjang serangan.
Disamping takikardi, terdapat istilah brikardi, yaitu frekuensi denyut
jantung yang kurang dari normal atau denyut jantung lambat.Dalm penilaian
brikardi, terdapat brikardi sinus dan brikardi relative apabila denyutan nadi lebih
sedikit dibandingkan dengan kenaikan suhu.Selain pemeriksaan frekuensi nadi,
dapat juga dilakukan pemeriksaan irama denyutan nadi.Selanjutnya diraba apakah
iramanya normal atau tidak, hasil perabaab dapat berupa disritmia (aritmia) sinus.
Disritmia merupakan ketidakteraturan nadi dimana denyut nadi lebih cepat saat
inspirasi dan akan lebih lambat saat ekspirasi, kemudian apabila teraba nadi
sepasang-sepasang dinamakan pulsus bigeminus dan apabila teraba tiga kelompok-
kelompok disebut pulsus trigeminus, serta untuk melihat kkelainan lebih lanjut
dapat dengan elektrokardiografi.
Selain itu, pemeriksaan nadi lainnya adalah kualitas nadi apakah normal
atau cukup.Hal ini dapat dinilai seperti adanya pulsus seler ditandai dengan nadi
teraba sangat kuat dan turun dengan cepat akibat tekanan nadi (perbedaan tekanan
sistolik dan diastolic yang sangat besar). Apabila lemah menunjukkan adanya
kegagalan dalam sirkulasi, adanya pulsus parvus et tardus yang ditandai dengan
amplitude nadi yang rendah dan teraba lambat naik dapat terjadi pada stenosis aorta.
Adanya pulsus alternas, ditandai dengan denyut nadi yang berselang-seling kuat
dan lemah menunjukkan adanya beban ventrikel kiri yang berat.Adanya pulsus
paradoksus ditandai dengan nadi yang teraba jelas lemah saat inspirasi dan teraba
normal atau kuat saat ekspirasi yang menunjukkan tamponade jantung.
d. Pemeriksaan tekanan darah
Dalam melakukan pemeriksaan tekanan darah, hasilnya sebaiknya
dicantumkan dalam posisi apa pemeriksaan darah dilakukan, seperti tidur, duduk,
berbaring, atau menangis. Sebab posisi akan memengaruhi hasil penilaian tekanan
darah yang dilakukan. Pemeriksaan tekanan darah dapat dilakukan, baik secara
langsung maupun tidak langsung pada pasien.Pemeriksaan yang sering kita lakukan
adalah pemeriksaan secara tidak langsung dengan menggunakan spigmomanometer
yang dapat dilakukan secara palpasi atau secara auskultasi dengan bantuan
stetoskop.
Pemeriksaan ini untuk menilai adanya kelainan pada gangguan system
kardiovaskular, apabila didapatkan perbedaan tekanan darah sistolik pada saat
inspirasi dan saat ekspirasi lebih dari 10 mmHg, maka dapat dikatakan balitak
mengalami pulsus paradoksus yang kemungkinan menyebabkan terjadinya
tamponade jantung, gagal jantung, dan lain-lain.
Table tekanan darah normal
Tekanan
Usia sistolik/Diastolik
(mmHg)
1 bulan 86/54
6 bulan 90/60
1 tahun 96/65
2 tahun 99/65
4 tahun 99/65

e. Pemeriksaan pernapasan
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menilai frekuensi, irama,
kedalaman, dan tipe atau pola pernapasan denggan ketentuan sebagaimana tertera
pada table berikut :
Pola Pernapasan Deskripsi
Dyspnea Susah napas yang ditunjukkan dengan
adanya retraksi dinding dada
Bradipnea Frekuensi pernapasan lambat abnormal,
tapi iramanya teratur
Takipnea Frekuensi pernapasan cepat yang
abnormal
Hiperkapnea Pernapasan cepat dan dalam
Apnea Tidak ada pernapasan
Cheyne stokes Periode pernapasan cepat dalam yang
bergantian dengan periodeapnea,
umumnya pada bayi dan pada balita
selama tidur nyenyak, depresi, dan
kerusakan otak.
Kusmaul Napas dalam yang abnormal bisa cepat,
normal, atau lambat. Paa umumnya
terjadi pada asidosis metabolik
Biot Tidak teratur, terlihat pada kerusakan
otak bagian bbawah dan depresi
pernapasan.

f. Pemeriksaan suhu
Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui rektal, aksila, dan oral yang
digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh yang dapat digunakan untuk
membantu menentukan diagnosis dini suatu penyakit.

Table suhu tubuh normal :

Usia Suhu (derajat


celcius)
3 bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,2
5 tahun 37,0

2.2 Pemeriksaan Kulit, Kuku,Rambut, dan Kelenjar Getah Bening


Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui apakah terdapat kelainan atau
masalah pada kondisi kulit, kuku, rambut, dan kelenjar getah bening.
a. Pemeriksaan kulit
Pemeriksaan ini untuk menilai warna kulit. Dan cara ppemeriksaan dan keadaan
patologis kelempbappan kullt
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 1.1 warna kulit

Warna kulit Deskripsi


Cokelat Menunjukkan adanya penyakit Addison atau
beberapa tumor hipofisis.
Biru kemerahan Menunjukkan polisitemia
Merah Alergi dingin, hipertermia, psikologis, alcohol,
atau inflamasi local
Biru (sianosis) pada kuku Sianosis pperifer karena kecemasan, kedinginan,
atau sentral karena penurunan kapasitas darah
dalam membawa oksigen yang meliputi bibir,
mulut, dan badan.
Kuning Icterus yang menyertai penyakit hati, hemolysis
sel darah merah, obstruksi saluran empedu, atau
infeksi barat yang dapat dilihat pada sclera,
membrane mukosa, dan abdomen.
Bila terdapat pada telapak tangan, kaki, dan
mukosa serta bukan pada sclera, kemungkinan
akibat memakan wortel dan kenttang.
Bila pada area kulit terbuka tidak ada skleradan
membrane mukosa menunjukkan adanya
penyakit ginjal kronis.
Pucat (kurang merah muda Menunjukkan adanya sinkop, demam,, syok, dan
pada orang kult putih) atau anemia
warna abu-abu pada kulit
hitam
Kekurangan warna secara Albinoisme
umum
Table 1.2 cara pemeriksaan dan keadaan patologis kelembapan kulit

Cara Patologis
Amati kelembapan Kulit kering pada daerah bibir, tangan, atau genital
daerah kulit menunjukkan adanya dermatitis kontak.
Normal :agak kering
Normal : membran Kekeringan yang menyeluruh disertai adanya lipatan dan
mukosa lembap membrane mukosa yang lembap menunjukkan terlalu
terpapar dengan sinar matahari dan sering mandi attau
kurang gizi, sedangkan kering pada membrane mukosa
menunjukkan adanya dehidrasi serta adanya kedinginan
menunjukkan adanya syok dan perspirasi.

b. Pemeriksaan kuku
Pemeriksaan kuku dilakukan dengan cara inspeksi terhadap warna, bentuk,
dan keadaan kuku. Adanya jari tubuh dapat menunjukkan penyakit pernapasan
kronis atau penyakit jantung serta bentuk kuku yang cekung atau cembung
menunjukkan adanya cedara, defisiensi besi, dan infeksi.
c. Pemeriksaan rambut
Pemeriksaan rambut ini dilakukan untuk menilai warna, kelebatan,
distribusi, dan karakteristik lainnya dari rambut.Normalnya rambut menutupi
semua permukaan tubuh, kecuali telapak tangan dan kaki serta permukaan labia
sebelah dalam.Rambut kepala normalnya berkilauan seperti sutra dan kuat.Rambut
yang kering, rapuh, dan kurang pigmen dapat menunjukkan adanya kekurangan
gizi.Kondisi rambut yang kurang tumbuh dappat menunjukkan adanya malnutrisi,
penyakit hipotiroidisme, efek obat, dan lain-lain.

d. Pemeriksaan kelenjar getah bening


Pemeriksaan kelenjar getah bening dilakukan dengan cara melakukan
palpasi pada daerah leher, inguinal, atau kelenjar lainnya. Apabila terjadi
pembesaran dengan diameter lebih dari 10 mm, hal ini menunjukkan kemungkinan
adanya ketidaknormalan atau terdapat indikasi penyakit tertentu.

2.3 Pemeriksaan Kepala dan Leher


Pemeriksaan kepala dan leher meliputi pemeriksaan kepala secara umum, yaitu
pemeriksaan wajah, mata, telinga, hidung, mulut, faring, laring, dan leher.
a. Pemeriksaan kepala
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk memeriksa lingkar kepala.Apabila
didapatkan lingkar kepala yang lebih besar dari normal dinamakan makrosefali dan
biasanya dapat ditemukan pada penyakit hidrosefalus.Sebaiknya, apabila liingkar
kepala lebih kecil dari normal disebut mikrosefali. Pemeriksaan yang lain adalah
ubun-ubun atau fontanel ubun-ubun besar, normalnya bertekstur rata atau sedikit
cekung, namun apabila ubun-ubun besar menonjol dapat menunjukkan adanya
peningkatan tekanan intracranial, sedangkan apabila cekung kemungkinan terjadi
dehidrasi dan malnutrisi.
b. Pemeriksaan wajah
Pemeriksaan wajah pada balita dilakukan untuk menilai kesimetrisan
wajah.Asimetris pada wajah dapat disebabkan oleh adanya paralisis fasialis.Selain
melihat kesimetrisan wajah, pemeriksaan ini juga dilakukan untuk menilai adanya
pembengkakan daerah wajah.
c. Pemeriksaan mata
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk menilai visus atau ketajaman
penglihatan. Pemeriksaan visus ini dapat dilakukan dengan pemberian rangsangan
cahaya pada usia neonates. Pada usia satu bulan, bayi sudah mampu melihat adanya
benda-benda dan pada usia dua bulan mampu melihat jari, untuk memperjelas
pemeriksaan dapat digunakan oftalmoskop.
Pemeriksaan mata selanjutnya adalah pemeriksaan palpebral.Palpebral
dilihat apakah simetris atau tidak, kelainan yang muncul antara lain ptosis,
lagoftalmus, dan pseudolagoftalmos.Pemeriksaan sclera dilakukan untuk menilai
warna sclera.Sclera normal berwarna putih.Kornea, pada pemeriksaan dilihat
apakahjernih atau tidak, apabila terjadi peradangan tampak adanya kekeruhhan.

Pemeriksaan pupil dilakukan untuk melihat kemempuan pupil dalam


membesar dan mengecil.Pada keadaan normal pupil berbentuk bulat dan simetris.
Pupil dikatakan normal apabila diberikan sinar akan mmengecil dengan reflex
cahaya langsung maupun kontralateral pada yang tidak disinari. Apabila ditemukan
pupil yang berwarna putih kemungkinan adanya penyakit katarak.Pemeriksaan
lensa dapat dilakukan dengan menilai jernih tidaknya lensa.Apabila ditemukan
kekeruhan pada lensa, maka kemungkinan pasien mengalami katarak.Pada
pemeriksaan bola mata, apabila bola mata menonjol dinamakan eksoftalmus dan
apabila bola mata mengecil dinamakan enoftalmos.Pemeriksaan strabismus atau
juling ditentukan apabila ditemukan sumbu visual yang tidak sejajar pada lapang
ggerakan bola mata.
d. Pemeriksaan telinga
Pemeriksaan telinga dapat dilakukan mulai dari telinga bagian luar, tengah,
dan dalam. Pada ppemeriksaan telinga bagian luar dapat dimulai dari pemeriksaan
daun dan liang telinga dengan menentukan bentuk, besar, serta posisinya.
Pemeriksaan liang telinga ini dapat dilakukan dengan bantuan otoskop.
Pemeriksaan selanjutnya adalah membrane timpani, pemeriksaan ini dikatakan
normal apabila membrane timpani sedikit cekung dan mengilap, kemudian dilihat
juga adanya perforasi atau tidak.Berikutnya dilakukan pemeriksaan mastoid dengan
melihat adanya pembengkakan pada daerah mastoid, setelah itu baru dilakukan
pemeriksaan pendengaran apakah mengalami gangguan atau tidak dengan bantuan
alat garpatula. Pemeriksaan telinga yang spesifik untuk bayi, misalnya pemeriksaan
simetrisitas daun telinga yang khas terjadi pada bayi atau balita yang mengalami
down syndrome.
e. Pemeriksaan hidung
Pemeriksaan hidung dilakukan untuk menilai adanya kelainan bentuk
hidung juga untuk menentukan ada tidaknya epistaksis.Alat yang dapat digunakan
ialah rhinoskopi anterior maupun posterior.
f. Pemeriksaan mulut
Pemeriksaan mulut dilakukan untuk menentukan ada tidaknyya trismus
yang merupakan kesulitan membuka mulut, halitosis yang merupakan bau mulut
tidak sedap karena personal hygiene yang kurang, serta labioskisis dimana
kkeadaan bibir tidak simetris. Pemeriksaan selanjutnya adalah gusi yang dapat
ditentukan dengan melihat adanya edema atau tanda-tanda peradangan.
Pemeriksaan lidah juga dapat dilakukan untuk menilai apakah terjadi kelainan
kongenital atau tidak, juga dapat diperiksa ada tidaknya tremor lidah dengan cara
menjulurkan lidah.

Pemeriksaan gigi perlu dilakukan khusunya pada balita, dimana kadang-


kadang gigi tumbuh dan mudah lepas. Perkembangan gigi susu mulai tumbuh pada
usia lima bulan, tetapi kadang-kadang satu tahun. Pada usia 3 tahun ke dua puluh
gigi susu akan tumbuh. Kelainan yang dapat ditemukan pada gigi antara lain
adanya karies dentis yang terjadi akibat infeksi bakteria. Dalam pemeriksaan ini
juga dapat diketahui adanya hipersalivasi pada balita, hal ini terjadi kemungkinan
akibat gigi balita akan tumbuh atau karena adanya proses peradangan yang lain.

g. Pemeriksaan faring
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya hyperemia; edema; serta
adanya abses, baik retrofaringeal maupun peritonsiral.Adanya edema faring
umumnya ditandai dengan mukosa yang pucat dan sembap.Pada diftteri dapat
ditemukan adanya bercak putih abu-abu (pseudomembran).

h. Pemeriksaan laring
Pemeriksaan llaring ini sangat berhubungan dengan pemeriksaan
pernapasan.Apabila ada obstruksi pada laring, maka suarra terdengar stridor yang
disertai dengan bentuk dan suara serak.Pada pemeriksaan laring dapat digunakan
alat laringoskop, baik direk (langsung) maupun indirek (tidak langsung) dengan
mmenggunakan alat yang dimasukkan kedalam secara pperlahan-lahan dengan
lidah ditarik keluar.
i. Pemeriksaan leher
Pemeriksaan leher dilakukan untuk menilai adanya tekanan pada vena
jugularis dengan cara meletakkan pasien dalam posisi terlentang dengan dada dan
kepala diangkat setinggi 15-30 derajat, pada pemeriksaan ini dapat ditemukkan ada
tidaknya distensi pada vena jugularis. Pemeriksaan yang lain adalah ada tidaknya
massa dalam leher.
Pemeriksaan pada bayi dilakukan dalam keadaan terlentang, kemudian
kelenjar tiroid diraba dari kedua sisi dengan jari telunjuk dan tengah.Perhatikan
adanya pergerakan pada tiroid ke atas apabila pasien menelan.

2.4 Pemeriksaan Dada


Dalam melakukan penilaian terhadap hasil pemeriksaan dada, hal yang perlu
diperhatikan adalah bentuk dan besar dada, kesimetrisan dan garakan dada, adanya
deformitas atau tidak, adanya penonjolan, serta adanya pembengkakan atau
kelainan yang lain. Bentuk-bentuk dada adalah sebagai berikut :
1. Funnel chest, merupakan bentuk dada dimana sternum bagian bawah serta iiga
masuk ke dalam terutama saat inspirasi. Hal ini dapat disebabkan olleh adanya
hipertrofi adenoid yang berat.
2. Pigeon chest (dada burung), merupakan bbentuk dada dimana bagian sternum
menonjol kea rah luar, biasanya disertai dengan depresi fentrikel pada daerah
kostokodral.
3. Barrel chest, merupakan bentuk dada dimana dada berbentuk bulat seperti tong
dengan sternum terdorong kea rah depan dengan iga-iga yang horizontal. Dada
dengan bentuk ini dapat ditemukan pada penyakit obstruksi paru seperti asma,
emfisema, dan lain-lain. Pemeriksaan pada daerah dada yang lain adalah
pemeriksaan payudara, paru, dan jantung. Pada bayi dan balita akan sulit
ditentukan bentuk dada ini. Pemeriksaan ini akan menjadi efektif untuk balita
yang berusia lebih dari lima tahun

2.5 Pemeriksaan Payudara


Pemeriksaan payudara pada balita dapat dilakukan untuk mengetahui
perkembangan atau kelainan payudara balita, diantaranya adalah untuk mengetahui
ada tidaknya ginekosmatia patologis atau terjadi galaktore sebelum
balita mengalami masa pubertas.

2.6 Pemeriksaan Paru


Langkah ppertama pemeriksaan paru adalah inspeksi untuk melihat apakah
terdapat kelainan patologis atau hanya fisiologis dengan melihat pengembangan
paru saat bernapas, selanjutnya pemeriksaan paru dengan palpasi, perkusi, dan
auskultasi. Hasil penilaian dari pemeriksaan auskultasi meliputi adanya suara
napas dasar dan suara napas tambahan sebagaimana diuraikan berikut.
1. Suara napas dasar
Suara napas dasar merupakan suara napas biasa yang meliputi suara napas
vesicular, bronkial, amforik, cog wheel breath sound, dan metamorphosing
breath sound.

2. Suara napas tambahan


Suara napas tambahan merupakan suara napas yang dapat didengar selain napas
dasar denggan bantuan auskultasi. Suara napas tambahan meliputi ronki basah
(rales)/ronki kering, wheezing, suara krepitasi, sertabunyi gesekan pleura
(pleural friction rub).

2.7 Pemeriksaan Jantung


Pemeriksaan jantung yang pertama kali dilakukan dengan cara berikut ini .
1. Denyut aspeks atau aktivitas ventrikel lebih dikenal dengan nama iktus kordis,
meruppakan denyutan jantung yang dapat dilihat pada daerah aspeks, yaitu sela
iga ke-4 ppada garis midklavikularis kiri atau sedikit lateral. Denyutan ini dapat
terlihat apabila terjadi pembesaran ventrikel, seperti apabila pada daerah
ventrikel kiri yang besar, maka apeks jantung bergeser kebawah dan ke lateral.
2. Detak pulmonal, merupakan detak jjantung yang apabila tidak teraba pada
bunyi jantung II, maka dikatakan normal. Apabila bunyi jantung II mengeras
dan dapat diraba pada sela iga ke-2 tepi kiri stenum, maka keadaan tersebut
dikatakan sebagai detak pulmonal atau pulmonary tapping.
3. Getaran bising (thrill), merupakan getaran dinding dada akibat bising jantung
keras, yang terjadi pada kelainan organic.
a. Perkusi
Dapat dilakukan untuk menilai adanya pembesaran pada jantung
(kardiomegali) serta batasan dari organ jantung tersebut yang dillakukan pada
daerah sekitar jantung dari perifer hingga ke tengah.
b. Auskultasi
Auskultasi pada jantung dilakukan dengan cara mendengarkan mulai dari
aspeks hingga ke tepi kiri sternum bagian bawahh, bergesar ke atas sepanjang tepi
kiri sternum, tepi kanan sternum daerah infra dan supraklavikula kanan/kiri, lekuk
suprasternal daerah karotis dileher kanan atau kiri, serta seluruh sisa dada atau dapt
dilakukan dengan berbagai cara pemeriksaan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
menilai daerah mitral di aspeks, untuk triskuspidalis di parasternal kiiri bawah,
daerah pulmonal pada sela iga ke-2 tepi kiri sternum, dan daerah aorta di sela iga
ke-2 tepi kanan sternum.

2.8 Pemeriksaan Abdomen


Pemeriksaan abdomen pada balita dilakukan dengan cara inspeksi, auskultasi,
palpasi, dan perkusi. Pemeriksaan auskultasi didahulukan mengingat yang akan
didengarkan adalah bising usus atau peristaltic usus, sehingga tidak dipengaruhi
oleh stimulasi dari luar melalui palpasi atau perkusi. Berbagai organ yang diperiksa
dalam pemeriksaan abdomen, diantaranya hati, ginjal, dan lambung itu sendiri.

2.9 Pemeriksaan Genitalia


Pemeriksaan genitalia balita berbeda antara laki-laki dan perempuan. Khusus
pada laki-laki, dapat diperiksa dengan cara memerhatikan ukuran, bentuk penis,
dan testis. Perlu juga diperhatikan kelainan yang ada, seperti hipospadia (orificium
uretra di ventral penis, biasanya dekat glan atau sepanjang penis); epispadia(muara
uretra pada dorsal penis), mungkin di glan atau batang penis;fimosis (pembukaan
prepusium sangat kecil, sehingga tidak dapat ditarik ke glan penis), serta adanya
peradangan pada testis dan skrotum.
Sedangkan pada perempuan dapat diperhatikan adanya epispadia (terbelahnya
mons pubis dan klitoris serta uretra membuka di bagian dorsal); adanya tanda-tanda
seks sekunder, seperti pertumbuhan rambut dan payudara; serta cairan tang keluar
dari lubang genital.

2.10 Pemeriksaan Tulang Belakang dan Ekstremitas


Pemeriksaan tulang belakang dan ekstremitas pada balita dapat dilakukan
dengan cara inspeksi terhadap adanya kelainan tulang belakang, seperti lordosis
(deviasi tulang belakang kea rah anterior), kifosis (deviasi tulang belakang kea rah
posterior), scoliosis (deviasi tulang belakang ke arah samping), kelemahan, serta
perasaan nyeri yang ada pada tulang belakang dengan cara mengobservasi pada
posisi terlentang, tengkurap, atau duduk.
Pemeriksaan tulang, otot, dan sendi dimulai dengan inspeksi pada jari-jari,
seperti ppada jari tubuh dapat dijumpai pada penyakit jantung bawaan atau penyakit
paru kronis, adanya nyeri tekan, gaya berjalan, ataksia (inkoordinasi hebat), spasme
otot, paralisis, atrofi/hipertrofi otot, kontraktur, dan lain-lain.

2.11 Pemeriksaan Neurologis


Pemeriksaan neurologis pada balita pertama kali dapat dilakukan secara
inspeksi dengan mengamati berbagai kelainan neurologis, seperti kejang;
tremor/gemetaran (gerakan halus yang konstan); twitching (gerakan spasmodic
yang berlangsung singkat, seperti otot lelah serta nyeri setempat); korea (gerakan
involunter kasar, tanpa tujuan, capat dan tersentak-sentak, serta tidak
terkoordinasi); parese (kelumpuhan otot tidak sempurna); paralisis (kelumpuhan
otot yang sempurna); diplegia (kelumpuhan pada dua anggota gerak); paraplegia
(kelumpuhan pada anggota gerak bawah); tetraplegia/parese (kelumpuhan ppada
keempat anggota gerak); hemiparese/plegi (kelumpuhan pada sisi tubuh atau
angggota ggerak yang dibatasi garis tengah di daeah tulang belakang).
Pemeriksaan kedua adalah pemeriksaan reflex. Pada pemeriksaan ini yang dapat
diperiksa antara lain :
1. Reflex superfisial, dengan cara menggores kulit abdomen dengann empat
goresan yang membentuk segi empat dibawah xifoid (di atas simpisis).
2. Reflex tendon dalam, dengan mengetuk menggunakann hammer pada tendon
biseps, trisep, patella, dan Achilles. Penilaiannya adalah jika pada bisep (terjadi
fleksi sendi siku), trisep (terjadi ekstensi sendi siku), patela (terjadi ekstensi
sendi lutut), dan pada achiles (terjadi fleksi plantar kaki).
Apabila hiperefleksi berarti ada kelainan pada upper motor neuron dan apabila
hiporefleks berarti terjadi kelainan pada lower motor neuron.
3. Refleksi patologis dapat menilai adanya reflex Babinzki dengan cara
menggores permukaan plantar kaki dengan alat yang sedikit runcing, hasilnya
positif apabila terjadi reaksi ekstensi ibu jari.
Pemeriksaan ketiga adalah pemeriksaan rangsang meningeal, antara lain kaku
kuduk. Cara melakukannya adalah pasien diatur posisi terlentang kemudian leher
ditekuk, apabila terdapat tahanan dagu dan dagu tidak menempel atau mengenai
bagian dada maka disebut kaku duduk(positif). Brudzinski I diperiksa dengan
cara pasien diatur dalam posisi telentang, meletakkan satu tangan dibawah kepala
pasien, kemudian ttangan lain diletakkan di dada untuk mencegah badan terangkat,
kemudian kepala difleksikan ke dada. Adanya rangsangan meningeal apabila kedua
tungkai bawah akan fleksi pada sendi sendi panggul dan lutut. Brudzinski II dengan
cara pasien diatur terlentang, difleksikan secara pasif tungkai atas pada sendi
panggul, ikuti fleksi tungkai lainnya. Apabila sendi lutut lainnya dalam keadaan
ekstensi, maka terdapat tanda meningeal dan tanda kering.Dengan posisi dalam
keadaan terlantang, fleksikan tungkai atas tegak lurus, kemudian luruskan tungkai
bawah pada sendi lutut, penilaiannya adalah jika dalam keadaan normal tungkai
bawah dapat membentuk sudut 135 derajat terhadap tungkai atas.
Pemeriksaan terakhir adalah pemeriksaan kekuatan dan tonus otot
dengan cara melihat adanya kekuatan tonus otot pada bagian ekstremitas. Caranya
dengan memberi tahanan, mengangkat atau menggerakkan bagian otot yang akan
dinilai dengan ketentuan sebagaimana pada table berikut :

Table nilai kekuatan tonus otot


Nilai Kekuatan Keterangan
Otot (tonus otot)
0(0%) Paralisis, tidak ada kotraksi otot sama sekali
1(10%) Terlihat atau teraba getaran kontraksi otot,
tetapi tidak ada gerakan anggota gerak sama
sekali
2(25%) Dapat menggerakkan anggota gerak, tetapi
tidak kuat menahan berat dan tidak dapat
melawan tekanan pemeriksa.
3(50%) Dapat menggerakkan anggota gerak untuk
menahan berat, tetapi dapat menggerakkan
anggota badan untuk melawan tekanan
pemeriksa
4(75%) Dapat menggerakkan sendi dengan aktif untuk
menahan berat dan melawan tekanan secara
stimultan
5(100%) Normal
SOP PEMERIKSAAN FISIK PADA BALITA

No. Dokumentasi :

SOP No. Revisi :


Tanggal Terbit : 2 Januari 2023

Halaman : 1/3
PUSKESMAS ARLON, SKM
KEMANTAN Nip 19800927 200701 1 001

1. Pengertian Merupakan pengkajian yang dilakukan pada balita yang bertujuan untuk
memperoleh data status kesehatan balita serta dapat dijadikan sebagai dasar
dalam menegakkan diagnosis
2. Tujuan 1. Untuk memastikan keadaan fisik balita dalam keadaan normal atau
abnormal
2. Untuk mendeteksi adanya penyimpangan dari normal atau abnormal
3. Kebijakan 1. SK Kepala Puskesmas No: / / PKMJ/2020 tentang jenis-jenis
pelayanan klinis.
2. Keputusan Kepala Puskesmas No: / /PKMJ/2020 tentang aturan
perilaku dalam pelayanan.
3. Keputusan Kepala Puskesmas No: / /PKMJ/2020 tentang kebijakan
pelayanan klinis.
4. Referensi Permenkes No 75 Tahun 2014. Tentang Pusat Keseahatan masyarakat

5. Prosedur /  Persiapan Pasien


langkah- 4. Identifikasi klien
langkah 5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada
orang tua
6. Mengatur posisi balita
 Persiapan Lingkungan
3. Pengaturan tempat/ruangan
4. Menutup sampiran untuk menjaga privacy balita
 Persiapan Alat
a. Bengkok
b. Stetoskope
c. GarputalaBak steril kecil
d. Tongue spatel
e. Meteran
f. Kassa/tissue
g. Stop watch
h. Pen light
i. Reflek hammer
j. Perlak dan alas
k. Otoskope
l. Specculum hidung
m. Snellen chart
n. Tes penciuman : minyak kayuputih, alkohol
o. Tes perasa : gula, garam, kopi
 Pelaksanaan
1. Kulit : warna, texture, turgor, pigmentasi, temperatur, lesi, kelembaban,
edema.
2. Kuku : wara, bentukm keadaan kuku, CRT, Clubbing fingers.
3. Kepala
a. Rambut : Warna, kualitas, ketebalan, distribusi, kelembaban.
b. Kulit kepala : ketombe, seborrhea, pembengkakan, benjolan, lesi.
c. Bentuk kepala : simetris, ukur lingkar kepala pada anak < 1 tahun.
4. Wajah : asimetri, pembengkakan, lesi.
5. Mata
a. Alis : normal: ada diatas kedua mata, bergerak simetris, warna,
distribusi, lesi, rontok.
b. Bulu mata : warna, kondisi/distribusi, posisi, peradanga
(hordeolum).
c. Kelopak mata : warna, edema, lesi, posisi, ectropion, entropion.
d. Bola mata : posisi (dalam/cekung, menonjol/exopthalmus,
tenggelam/enopthalmus).
e. Conjungtiva : warna (N : merah muda, lembab, bercahaya, ada
pembuluh darah kecil – kecil, jernih), peradangan.
f. Sclera : warna (N : putih dan jernih), benda asing, discharge, lesi.
g. Cornea dan iris : abrasi, kejernihan, ( normal : licin dan transparan,
sensitivitas kornea (test Nervous V)).
h. Pupil : bentuk (n: bulat), kesamaan ukuran, warna (gelap, keruh,
dan tidak berwarna, katarak), reflek pupil terhadap
cahaya,consensual reaction, refleks akomodai, kelenjar air mata.
i. Ketajaman penglihatan : snellen chart/ gambar.
j. Lapang pandang.
6. Hidung
a. Struktur luar : ukuran, bentuk nares, simetris (lurus tidaknya septum
hidung), flaring (pengembangan cuping hidung), discharge,
oedema.
b. Struktur dalam : membran mukosa warna (N: merah muda),
inflamasi, alergi, septum (N: ditengah – tengah), warna, eksudat,
edema, polip, epistaksis.
c. Passage udara (menutup lubang hidung).
d. Palpasi sinus.
e. Penciuman.
7. Telinga
a. Struktur luar : warna, lesi, strumen, ukuran telinga, membran
tympani (warna N: abu – abu tua, intact : tidak ada perforasi/tidak
tembus cahaya), discharge. Bau, edema tulang mastoid.
b. Pendengaran : tes rine, tes webber, detik jam tangan, gesekan kertas,
dan bisikan suara.
8. Mulut dan pharing dan laring
a. Bibir : wara (N : merah muda), simetris (sudut dengan sudut
sejajar), kelembaban, lesi, ulkus, massa, labiapalastokizis.
b. Mukosa : warna, kelembaban, lesi.
c. Gigi : carries¸letak, wara, posisi, extractio sites ( daerah yang tidak
ada gigi).
d. Gusi : warna, edema, retracsi, perdarahan, lesi.
e. Lidah : warn, posisi, ukuran (macroglosia/microglosia), lesi, texture
permukaan, fisura/belahan, papila/bintil – bintil, pergerakan dan
hipersaliva.
f. Pharynx : mukosa membran, adanya edema, faring, hiperemia,
pseudomembrane,uvula, tonsil.
g. Bau mulut.
h. Reflex : GAG reflex, reflex menelan.
9. Laring : obtruksi laring.
10. Leher : adanya tekanan vena jugularis, ada tidaknya massa dalam
leher, kulit leher, ROM, trachea, kelenjar tyroid, kelenjar getah
bening.
11. Dada
a. Inspeksi : bentuk dada, kesimetrisan, gerakan dada, adanya
deformitas atau tidak.
b. Palpasi : adanya penonjolan, pembengkakan.
c. Pmeriksaan payudara : kaji ukuran, bentuk, lesi, adanya penonjolan,
pembegkakan, putting usu dan areola, adanya ginecomastia,
pengeluaran ASI (pada puttting neonatus).
12. Paru
a. Inspeksi : kesimetrisan pengembangan paru, diameter antero-
posterior, dan transversal, kelainan tulang belakang : lordosis,
kiposis, dan skoliosis.
b. Palpasi : pengembangan dada, adanya nyeri tekan, masa,
peradangan, kesimetrisan ekspansi paru, tactil/vocal vremitus.
c. Perkusi : batas anterior dan posterior paru
d. Auskultasi : bunyi paru, suara nfas tambahan.
13. Jantung
a. Inspeksi : area perikordial
b. Palpasi : area aorta, area pulmonal, area trikuspid, area apikal.
c. Perkusi : batas jantung.
d. Aauskultasi : bunyi jantung, bunyi tambahan, murmur.
14. Abdomen
a. Inspeksi : kulit, umbilikus, bentuk, simetris, pembesaran organ,
adanya massa, adanya pulsasi.
b. Auskultasi : bising usus, desiran aorta, arteri renalis, arteri iliaka,
arteri femoralis, friction rubs.
c. Perkusi : timpani
d. Palpasi : adanya massa dan nyeri teka, palpasi hepar, palpasi limfa,
palpasi ginjal.
15. Ekstremitas atas dan bawah
a. Inspeksi : kulit, pembengkakan, simetrisitas, kuku, polidaktili,
sindaktili, pesequinovarus/vagus.
b. Palpasi : edema. Capilary Refill Time (CRT).
c. Refleks biseps, trisep, patela, babinski.
16. Genetalia wanita dan pria
a. Genetalia wanita
1. Inspeksi : epispadia, labia, klitoris, orifisium uretra, introitus
vagina, keluarn/sekret.
2. Palpasi : adanya pembesaran atau nyeri tekan.
b. Genetalia pria
1. Penis
 Inspeksi : Perkembangan penis, prepusium, adaya fimosis,
gland penis, metaus uretral, adanya hipospadia
 Palpasi : adanya lesi yang terlihat, korpus penis.
2. Skrotum dan isinya
 Inspeksi : kontur dari skrotum, kulit skrotum.
 Palpasi : testis perhatikan adanya benjolan, adanya nyeri
tekan
17. Anus dan rectum
a. Inspeksi : jaringan perineal, atresia ani.
b. Palpasi : kulit sekitarnya.
18. Bereskan alat dan cuci tangan.

19. Rapikan pasien dan beri posisi yang nyaman.


20. Dokumentasikan hasil tindakan.
6. Unit Terkait 1. Poli MTBS/KIA
2. IGD
3.Poli Gizi
4.Apotek
7. Dokumen 1.Rekam Medis
Terkait 2.Informad Consent
8. Rakaman No Yang Di Ubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberikan
Historis
Perubahan
HASIL PEMERIKSAAN FISIK PADA AN. R DI PUSKESMAS
KEMANTAN

Identitas

Nama : An. P

Tanggal lahir : 30 Januari 2023

Diagnose : Diare (Ringan)

a. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : sedang
b) Kesadaran : 15 ( Composmentis )
c) Status Gizi : Sedang ( kurus)
Berat Badan : 17 Kg

1. Tanda –tanda Vital


 Tekanan darah :-
 Nadi : 100 x/menit
 Pernafasan : 22 x/menit
 Suhu : 38,9 °C (Hipertermi)

2. Data Antropometrik
 Berat Badan : 17 kg
 Tinggi badan : 90 cm

3. Kulit

Inspeksi : warna kulit sawo matang, tidak ada edema, tanda


perdarahan, luka parut (sikatrik), pelebaran pembuluh darah, hemangioma.

4. Kelenjar limfa
Inspeksi : tidak ada pembesaran limfa

5. Kepala
Inspeksi : warna rambut hitam, lingkar kepala : 49 Cm
Palpasi : tidak ada pembengkakan (edema )

6. Tenggorokkan
Inspeksi : Normal, tidak ada pembengkakan ovula
7. Muka
Inspeksi : bentuk muka simetris , tidak ada pembengkakan
mandibula

8. Mata

Inspeksi : Normal , pupil normal , konjungtiva ( normal)

9. Hidung

Inspeksi : tidak ada perdarahan

10. Mulut

Bibir : warna pink , bentuk simetri, gerakan normal.

Gigi : banyaknya 20 (10 Di atas dan 10 di bawah )


Selaput lendir mulut : tidak ada peradangan dan pembengkakan.
Lidah : kering/tidak, kotor/tidak, tremor/tidak, warna pink
Gerakan (Normal )
Palatum : warna pink , terbelah/tidak, perforasi/tidak.

11. Telingga : Normal

12. Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran tiroid

13. Thorax

Inspeksi

lingkar dada : 30 cm

a. Bentuk thorax : Normal

b. Pengembangan dada kanan dan kiri : simetris, Tidak ada retraksi dada

c. Pernafasan : Normal dengan Frekuensi nafas 22x/menit

d. Ictus cordis

Palpasi

Perhatikan ;

a. Pengembangan dada : simetris


b. Fremitus raba : dada kanan sama dengan kiri
c. Sela iga : Tidak ada retraksi
d. Perabaan iktus cordis
 Perkusi
Perkusi Dapat dilakukan secara langsung dengan
menggunakan satu jari/tanpa bantalan jari lain, atau secara tidak
langsung dengan menggunakan 2 jari/bantalan jari lain. Jangan
mengetok terlalu keras karena dinding thorax anak lebih tipis
dan ototnya lebih kecil.

Tentukan :

1. Batas paru-jantung
2. Batas paru-hati : iga VI depan
3. Batas diafragma : iga VIII – X belakang. Bedakan ant
ara sonor dan redup.

 Auskultasi
Sonor /Resonansi (Normal)

e. Abdomen
 Inspeksi
Bentuk cembung, pernafasan abdominal normal, umbilicus
(normal)
 Auskultasi
suara peristaltik : 40x/Menit (Abnormal karena Diare)
 Perkusi Normal : Tympani
 Palpasi
Tidak adanya nyeri tekan

f. Ekstremitas
Persendian :Tidak ada nyeri tekan,pembengkakan

Tonus otot : Normal

g. Alat kelamin
Penis : Normal
Meatus Uretra : Normal
Skrotum : Normal
Testis : Normal
Anus dan Rectum : Normal
DOKUMENTASI PEMERIKSAAN FISIK PADA BALITA DI
PUSKESMAS KEMANTAN

1.Penimbangan Berat Badan

2.Pengukuran Tinggi Badan

3.Pengukuran Suhu Tubuh


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau
masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan utnuk
mengumpulkan data tentang kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal
data yang diperoleh dari riwayat pasien, mengidentifikasi masalah pasien, menilai
perubahan status pasien, dan mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah
diberikan. Dalam melakukan pemeriksaan fisik terdapat teknik dasar yang perlu
dipahami, antara lain inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (ketukan), dan
auskultasi (mendengar).
Pemeriksaan fisik bisa dilakukan pada seluruh bagian dari tubuh. Mulai dari
kepala sampai kaki untuk mengetahui adanya ketidaknormalan pada bayi dan balita.

B. Saran
Sebaiknya pada saat melakukan pemeriksaan fisik pada bayi dan balita harus
dilakukan dengan cermat dan teliti. Supaya dapat terdeteksi jika ada kelainan-
kelainan pada bayi dan balita. Selanjutnya, jika ada kelainan-kelainan yang tidak
bisa diatasi, sebaiknya kolaborasi dengan tenaga medis lain, atau di rujuk ke rumah
sakit.

DAFTAR PUSTAKA
Dr.H.AHMAD NURI,Sp.A.www.google.com,Diagnosis Fisik Pada Balita.
www.google.com.Pemeriksaan Fisik Pada Bayi Baru lahir.
Buku Asuhan Persalinan Normal Revisi 2007.DEPKES RI.2003.Manajemen
yterpadu bayi muda.modul -6.DEPKES RI
Prawirohardjo.Sarwono.2005.Pelayanan Kesehatan Material dan Neonatal.Jakarta
: JNPKKR.POG

Anda mungkin juga menyukai