TENTANG
Oleh:
RESTI MELIYANTARI
NIM : 221014201146
Pembimbing:
Ns.Rahmi Ramadhan, M.Kep.
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang semata-mata berkat
rahmat, dan hidayah-Nya, penulisan makalah dapat diselesaikan dengan tanpa
menemui hambatan yang berarti.
Penulis yakin atas petunjuknya pula sehingga berbagai pihak berkenan
memberikan bantuan, dan kemudahan bagi penulis. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak baik yang langsung
maupun yang tidak langsung yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan
makalah ini.
Penulis mengetahuii bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena
itu, kritik dan saran dari pembaca pada umumnya sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Atas kritik dan sarannya penulis mengucapkan terima
kasih.
Akhirnya penulis berharap mudah-mudahan makalah ini bisa bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala
atau masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan
utnuk mengumpulkan data tentang kesehatan pasien, menambah informasi,
menyangkal data yang diperoleh dari riwayat pasien, mengidentifikasi masalah
pasien, menilai perubahan status pasien, dan mengevaluasi pelaksanaan
tindakan yang telah diberikan. Dalam melakukan pemeriksaan fisik terdapat
teknik dasar yang perlu dipahami, antara lain inspeksi (melihat), palpasi
(meraba), perkusi (ketukan), dan auskultasi (mendengar).
Observasi (pengamatan secara seksama) Pemeriksaan dilakukan pada
seluruh tubuh, dari ujung rambut sampai ujung kaki, namun tidak harus dengan
urutan tertentu. Pemeriksaan yang menggunakan alat seperti pemeriksaan
tengkorak, mulut, telinga, suhu tubuh, tekanan darah, dan lain-lainnya,
sebaiknya dilakukan paling akhir, karena dengan melihat atau memakai alat-
alat, umumnya balita menjadi takut atau merasa tidak nyaman, sehingga
menolak diperiksa lebih lanjut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pemeriksaan fisik pada bayi ?
2. Bagaimana cara pemeriksaan fisik pada balita ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui cara pemeriksaan fisik pada bayi.
2. Untuk mengetahui cara pemeriksaan fisik pada balita.
D. Manfaat Penulisan
1. Untuk Mahasiswa
Mahasiswa lebih memahami bagaimana cara pemeriksaan fisik pada bayi
dan balita.
2. Untuk Pembaca
Untuk menambah wawasan para pembaca tentang pemeriksaan fisik pada
bayi dan balita.
BAB II
PEMBAHASAN
Adapun pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada bayi antara lain :
1.1 Hitung Frekuensi Nafas
Pemeriksaan frekuensi nafas ini dilakukan dengan menghitung rata-rata
pernapasan dalam satu menit. Pemeriksaan ini dikatakan normal pada bayi
baru lahir apabila frekuensinya antara 30-60 kali per menit, tanpa adanya
retraksi dada dan suara merintih saat ekspirasi, tetapi apabila bayi dalam
keadaan lahir kurang dari 2.500 gram atau usia kehamilan kurang dari 37
minggu, kemungkinan terdapat adanya retraksi dada ringan. Jika pernapasan
berhenti beberapa detik secara periodik, maka masih dikatakan dalam batas
normal.
1.2 Lakukan Inspeksi pada Warna Bayi
Pemeriksaan ini berfungsi untuk mengetahui apakah ada warna pucat,
icterus, sianosis sentral, atau tanda lainnya. Bayi dalam keadaan aterm
umumnya lebih pucat dibandingkan bayi dalam keadaan preterm mengingat
kondisi kulitnya lebih tebal.
1.3 Hitung Denyut Jantung Bayi dengan Menggunakan Stetoskop
Pemeriksaan denyut jantung untuk menilai apakah bayi mengalami
gangguan yang menyebabkan jantung dalam keadaan tidak normal, seperti suhu
tubuh yang tidak normal, perdarahan, atau gangguan napas. Pemeriksaan
denyut jantung ini dikatakan normal apabila frekuensinya antara 100-160 kali
per menit. Masih dalam keadaan normal apabila diatas 60 kali per menit dalam
jangka waktu yang relatif pendek, beberapa kali per hari, dan terjadi selama
beberapa hari pertama jika bayi mengalami distress
1.4 Ukur Suhu Aksila
lakukan pemeriksaan suhu melalui aksila untuk menentukan apakah bayi
dalam keadaan hipotermi atau hipertermi. Dalam kondisi normal suhu bayi
antara 36,5-37,5 derajat celcius.
1.5 Kaji Postur dan Gerakan
Pemeriksaan ini untuk menilai ada atau tidaknya epistotonus/hiperekstensi
tubuh yang berlebihan dengan kepala dan tumit ke belakang, tubuh melengkung
ke depan, adanya kejang/spasme, serta tremor.
Pemeriksaan postur dalam keadaan normal apabila dalam keadaan istirahat
kepalan tangan longgar dengan lengan panggul dan lutut semifleksi.
Selanjutnya pada bayi berat kurang dari 2.500 gram atau usia kehamilan kurang
dari 37 minggu ekstremitasnya dalam keadaan sedikit ekstensi. Apabila bayi
letak sungsang, di dalam kandungan bayi akan mengalami fleksi penuh pada
sendi panggul atau lutut/sendi lutut ekstensi penuh, sehingga kaki bisa mencapai
mulut. Selanjutnya gerakan ekstremitas bayi harusnya terjadi secara spontan
dan simetris disertai dengan gerakan sendi penuh dan pada bayi normal dapat
sedikit gemetar.
1.6 Periksa Tonus atau Kesadaran Bayi
Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat adanya letargi, yaitu penurunan
kesadaran dimana bayi dapat bangun lagi dengan sedikit kesulitan, ada tidaknya
tonus otot yang lemah, mudah terangsang, mengantuk, aktifitas berkurang, dan
sadar (tidur yang dalam tidak merespons terhadap rangsangan). Pemeriksaan ini
dalam keadaan normal dengan tingkat kesadaran mulai dai diam hingga sadar
penuh serta bayi dapat dibangunkan jika sedang tidur atau dalam keadaan diam.
1.7 Pemeriksaan Ekstremitas
Pemeriksaan ini berfungsi untuk menilai ada tidaknya gerakan ekstremitas
abnormal, asimetris, posisi dan gerakan yang abnormal (menghadap kedalam
atau keluar garis tangan ), serta menilai kondisi jari kaki, yaitu jumlahnya
berlebih atau saling melekat.
1.8 Pemeriksaan Kulit
Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat ada atau tidaknya kemerahan pada
kulit atau pembengkakan, postula (kulit melepuh), luka atau trauma, bercak atau
tanda abnormal pada kulit, elastisitas kulit, serta ada tidaknya ruam popok
(bercak merah terang dikulit daerah popok pada bokong). Pemeriksaan ini
normal apabila tanda seperti eritema toksikum (titik merah dan pusat putih kecil
pada muka, tubuh, dan punggung ) pada hari kedua atau selanjutnya, kulit tubuh
yang terkelupas pada hari pertama.
1.9 Pemeriksaan Tali Pusat
Pemeriksaan ini untuk melihat apakah ada kemerahan, bengkak, bernanah,
berbau, atau lainnya pada tali pusat.Pemeriksaan ini normal apabila warna tali
pusat kebiruan pada hari pertama dan mulai mongering atau mengacil dan lepas
pada hari ke-7 hingga ke-10.
1.10 Pemeriksaan Kepala dan Leher
Pemeriksaan bagian kepala yang dapat diperiksa antara lain sebagai berikut
:
Adanya cepal hematum terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tampak pada
hari pertama karena tertutup olehcaput succedaneum, konsistensinya lunak,
berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak, tidak menyebrangi sutura,
dan apabila menyebrangi sutura akan mengalami fraktur tulang tengkorak yang
akan hilang sempurna dalam waktu 2-6 bulan. Adanya pendarahan yang terjadi
karena pecahnya vena ysang menghubungkan jaringan diluar sinus dalam
tengkorak, batasnya tidak tegas, sehingga bentuk kepala tampak
simetris.Selanjutnya diraba untuk menilai adanya fluktuasi dan
edema. Pemeriksaan selanjutnya adalah menilai fontanella dengan cara
melakukan palpasi menggunakan jari tangan, kemudian fontanel posterior dapat
dilihat proses penutupannya setelah usia dua bulan, dan fontanel anterior menutup
saat usia 12-18 bulan.
c. Pemeriksaan mata untuk menilai adanya strabismus atau tidak, yaitu
koordinasi gerakan mata yang belum sempurna. Cara memeriksanya adalah
dengan menggoyangkan kepala secara perlahan-lahan, sehingga mata bayi akan
terbuka, kemudian baru diperiksa. Apabila ditemukan jarang berkedip atau
sensitivitas terhadap cahaya berkurang, maka kemungkinan mengalami
kebutaan.Apabila ditemukan adanya epicantus melebar, maka kemungkinan
balita mengalami sindrom down. Pada glaucoma kongenital, dapat terlihat
pembesaran dan terjadi kekeruhan pada kornea.Katarak kongenital dapat
dideteksi apabila terlihat pupil yang berwarna putih.Apabila ada trauma pada
mata maka dapat terjadi edema palpebral, perdarahan konjungtifa, retina, dan
lain-lain.
d.. Pemeriksaaan telinga dapat dilakukan untuk menilai adanya gangguan
pendengaran. Dilakukan dengan membunyikan bel atau suara jika terjadi reflex
terkejut, apabila tidak terjadi reflex, maka kemungkinan akan terjadi gangguan
pendengaran.
e. Pemeriksaan hidung dapat dilakukan dengan cara melihat pola pernapasan,
apabila bayi bernapas melalui mulut, maka kemungkinan bayi mengalami
obstruksi jalan napas karena adanya atresia koana bilateral atau fraktur tulang
hidung atau ensevalokel yang menonjol ka naso faring, sedangkan pernapasan
cuping hidung akan menunjukkan gangguan pada paru, lubang hidung kadang-
kadang banyak mukosa. Apabila secret mukopurulen dan berdarah, perlu
dipikirkan adanya penyakit sifilis kongenital dan kemungkinan lain.
f. Pemeriksaan mulut dapat dilakukan dengan melihat adanya kista yang ada pada
mukosa mulut.Pemeriksaan lidah dapat dinilai melalui warna dan kemampuan
reflex mengisap.Apabila ditemukan lidah yang menjulur keluar, dapat dilihat
adanya kemungkinan kecacatan kongenital.
Adanya bercak pada mukosa mulut, palatum, dan pipi biasanya disebut
sebagai monilia albicans, gusi juga perlu diperiksa un tuk menilai adanya
pigmen pada gigi, apakah terjadi penumpukan pigmen yang tidak sempurna.
g. Pemeriksaan leher dapat dilakukan dengan melihat pergerakan, apabila terjadi
keterbatasan dalam pergerakannya, maka kemungkinan terjadi kelainan pada
tulang leher, misalnya kelainan tiroid, hemangioma, dan lain-lain.
Kondisi
Pemeriksaan cara Kondisi
Patologis/abnorm
Refleks Pengukuran Normal
al
Berkedip Sorotkan Dijumpai Jika tidak dijumpai
cahaya ke pada tahun menunjukkan
mata bayi pertama kebutaan
Tanda Babinzki Gores Jari kaki Bila pengembangan
telapak kaki mengembang jari kaki dorso
sepanjang dan ibu jari fleksi setelah usia 2
tepi luar, kaki dorsof tahun, adanya tanda
dimulai dari leksi, lesi ekstrapiramidal
tumit dijumpai
sampai usia 2
tahun
Merangkak Letakkan Bayi Apabila gerakan
bayi membuat tidak simetris
tengkurap gerakan adanya tanda
diatas merangkak kelainan
permukaan dengan neurologis.
yang rata. lengan dan
kaki bila
diletakkan
pada
abdomen.
Menari/melangka Pegang bayi Kaki akan Reflex menetap
h sehingga bergerak ke melebihi 4-8
kakinya atas dank e minggu merupakan
sedikit bawah bila keadaan abnormal
menyentuh sedikit
permukaan disentuhkan
yang keras ke permukaan
keras
dijumpai
pada 4-8
minggu
pertama.
Ekstrusi Sentuh lidah Lidah Ekstensi lidah yang
dengan ujung ekstensi ke persisten adanya
spatel lidah arah luar bila sindrom down
disentuh,
dijumpai
pada usia 4
bulan
Galant’s Gores Punggung Tidak adanya reflex
punggung bergerak kea menunjukkan lesi
bayi rah samping
sepanjang bila medulaspinalis
sisi tulang distimulasi, transversal
belakang dari dijumpai
bahu sampai pada 4-8
bokong minggu
pertama
Moro Ubah posisi Lengan Reflex yang
dengan tiba- ekstensi, jari- menetap lebih pada
tiba atau jari 4 bulan. Adanya
pukul mengembang, kerusakan otak,
meja/tempat kepala respons tidak
tidur terlempar ke simetris. Adanya
belakang, hemiparesis, fraktur
tungkai klavikula atau
sedikit cedera fleksus
ekstensi, brakialis, tidak ada
lengan respons ekstremitas
kembali ke bawah, adanya
tengah dislokasi pinggul
dengan atau cedera medulla
tangan spinalis.
menggengga
m tulang
belakang dan
ekstremitas
bawah
ekstensi.
Lebih kuat
selama 2
bulan
menghilang
pada usiia 3-4
bulan.
Neck righting Letakkan Bila bayi Tidak ada reflex
bayi dalam terlentang, atau reflex menetap
posisi bahu dan lebih dari 10 bulan
terlentang, badan menunjukkan
coba menarik kemudian adanya gangguan
perhatian pelvis system saraf pusat
bayi dari satu berotasi kea
sisi rah dimana
bayi diputar
dan dijumpai
selama sepulu
bulan
pertama
Menggenggam Letakkan jari Jari-jari bayi Fleksi yang
(palmar grasp) ditelapak melengkung tidak simetris
tangan bayi disekitar jari menunjukkan
dari sisi yang adanya paralisis,
ulnar, jika diletakkan reflex
reflex lemah ditelapak menggenggam
aatau tidak tangan bayi yang menetap
ada berikan dari sisi menunjukkan
bayi botol ulnar, reflex ggangguan serebral
atau dot, ini
karena menghilang
mengisap pada usia 3-4
akan bulan
mengeluarka
n reflex
Rooting Gores sudut Bayi Tidak adanya reflex
mulut bayi memutar menunjukkan
garis tengah kearah pipi adanya gangguan
bibir yang digores, neurologis beratt.
reflex ini
menghilang
pada usia 3-4
bulan, tetapi
bisa menetap
sampai usia
12 bulan,
khususnya
selama tidur
Kaget (startie) Bertepuk Bayi Tidak adanya reflex
tangan mengekstensi menunjukkan
dengan keras dan adanya gangguan
memfleksi pendengaran
lengan dalam
merespons
terhadap
suara yang
keras, tangan
tetap rapat,
reflex ini
akan
menghilang
setelah usia 4
bulan
Mengisap Berikan bayi Bayi Reflex yang lemah
botol dan dot mengisap atau tidak ada
dengan kuat menunjukkan
dalam kelambatan
berespons perkembangan atau
terhadap kkeadaan
stimulasi, neurologis yang
reflex ini abnormal
menetap
selama masa
bayyi dan
mungkin
terjadi selama
tidur tanpa
stimulasi
Tonic neck Putar kepala Bayi Tidak normal bila
dengan cepat melakukan respons terjadi
ke satu sisi perubahan setiap kepala
posisi bila diputar, jika
kepala menetap adanya
diputar ke kerusakan serebral
satu sisi, mayor.
lengan dan
tungkai
ekstensi
kearah sisi
putaran
kepala dan
fleksi pada
sisi pada sisi
yang
berlawanan,
normalnya
reflex ini
tidak terjadi
setiap kali
kepala
diputar.
Tampak kira-
kira pada usia
2 bulan dan
menghilang
pada usia 6
bulan
No. Dokumentasi :
Halaman : 1/4
PUSKESMAS ARLON, SKM
KEMANTAN Nip 19800927 200701 1 001
1. Pengertian Merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh bidan, perawat, atau dokter
untuk menilai status kesehatan yang dilakukan pada saat bayi baru lahir, 24 jam
setelah lahir, dan pada waktu pulang dari rumah sakit. Dalam melakukan
pemeriksaan ini sebaiknya bayi dalam keadaan telanjang di bawah lampu
terang, sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas. Tujuan pemeriksaan fisik
secara umum pada bayi adalah menilai status adaptasi atau penyesuaian
kehidupan intrauteri kedalam kehidupan ekstrauteri serta mencari kelainan pada
bayi.
2. Tujuan 1. Untuk memastikan keadaan fisik bayi baru lahir dalam keadaan normal
atau abnormal
2. Untuk mendeteksi adanya penyimpangan dari normal atau abnormal
3. Kebijakan 1. SK Kepala Puskesmas No: / / PKMJ/2020 tentang jenis-jenis
pelayanan klinis.
2. Keputusan Kepala Puskesmas No: / /PKMJ/2020 tentang aturan
perilaku dalam pelayanan.
3. Keputusan Kepala Puskesmas No: / /PKMJ/2020 tentang kebijakan
pelayanan klinis.
e. Pemeriksaan pernapasan
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menilai frekuensi, irama,
kedalaman, dan tipe atau pola pernapasan denggan ketentuan sebagaimana tertera
pada table berikut :
Pola Pernapasan Deskripsi
Dyspnea Susah napas yang ditunjukkan dengan
adanya retraksi dinding dada
Bradipnea Frekuensi pernapasan lambat abnormal,
tapi iramanya teratur
Takipnea Frekuensi pernapasan cepat yang
abnormal
Hiperkapnea Pernapasan cepat dan dalam
Apnea Tidak ada pernapasan
Cheyne stokes Periode pernapasan cepat dalam yang
bergantian dengan periodeapnea,
umumnya pada bayi dan pada balita
selama tidur nyenyak, depresi, dan
kerusakan otak.
Kusmaul Napas dalam yang abnormal bisa cepat,
normal, atau lambat. Paa umumnya
terjadi pada asidosis metabolik
Biot Tidak teratur, terlihat pada kerusakan
otak bagian bbawah dan depresi
pernapasan.
f. Pemeriksaan suhu
Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui rektal, aksila, dan oral yang
digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh yang dapat digunakan untuk
membantu menentukan diagnosis dini suatu penyakit.
Cara Patologis
Amati kelembapan Kulit kering pada daerah bibir, tangan, atau genital
daerah kulit menunjukkan adanya dermatitis kontak.
Normal :agak kering
Normal : membran Kekeringan yang menyeluruh disertai adanya lipatan dan
mukosa lembap membrane mukosa yang lembap menunjukkan terlalu
terpapar dengan sinar matahari dan sering mandi attau
kurang gizi, sedangkan kering pada membrane mukosa
menunjukkan adanya dehidrasi serta adanya kedinginan
menunjukkan adanya syok dan perspirasi.
b. Pemeriksaan kuku
Pemeriksaan kuku dilakukan dengan cara inspeksi terhadap warna, bentuk,
dan keadaan kuku. Adanya jari tubuh dapat menunjukkan penyakit pernapasan
kronis atau penyakit jantung serta bentuk kuku yang cekung atau cembung
menunjukkan adanya cedara, defisiensi besi, dan infeksi.
c. Pemeriksaan rambut
Pemeriksaan rambut ini dilakukan untuk menilai warna, kelebatan,
distribusi, dan karakteristik lainnya dari rambut.Normalnya rambut menutupi
semua permukaan tubuh, kecuali telapak tangan dan kaki serta permukaan labia
sebelah dalam.Rambut kepala normalnya berkilauan seperti sutra dan kuat.Rambut
yang kering, rapuh, dan kurang pigmen dapat menunjukkan adanya kekurangan
gizi.Kondisi rambut yang kurang tumbuh dappat menunjukkan adanya malnutrisi,
penyakit hipotiroidisme, efek obat, dan lain-lain.
g. Pemeriksaan faring
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya hyperemia; edema; serta
adanya abses, baik retrofaringeal maupun peritonsiral.Adanya edema faring
umumnya ditandai dengan mukosa yang pucat dan sembap.Pada diftteri dapat
ditemukan adanya bercak putih abu-abu (pseudomembran).
h. Pemeriksaan laring
Pemeriksaan llaring ini sangat berhubungan dengan pemeriksaan
pernapasan.Apabila ada obstruksi pada laring, maka suarra terdengar stridor yang
disertai dengan bentuk dan suara serak.Pada pemeriksaan laring dapat digunakan
alat laringoskop, baik direk (langsung) maupun indirek (tidak langsung) dengan
mmenggunakan alat yang dimasukkan kedalam secara pperlahan-lahan dengan
lidah ditarik keluar.
i. Pemeriksaan leher
Pemeriksaan leher dilakukan untuk menilai adanya tekanan pada vena
jugularis dengan cara meletakkan pasien dalam posisi terlentang dengan dada dan
kepala diangkat setinggi 15-30 derajat, pada pemeriksaan ini dapat ditemukkan ada
tidaknya distensi pada vena jugularis. Pemeriksaan yang lain adalah ada tidaknya
massa dalam leher.
Pemeriksaan pada bayi dilakukan dalam keadaan terlentang, kemudian
kelenjar tiroid diraba dari kedua sisi dengan jari telunjuk dan tengah.Perhatikan
adanya pergerakan pada tiroid ke atas apabila pasien menelan.
No. Dokumentasi :
Halaman : 1/3
PUSKESMAS ARLON, SKM
KEMANTAN Nip 19800927 200701 1 001
1. Pengertian Merupakan pengkajian yang dilakukan pada balita yang bertujuan untuk
memperoleh data status kesehatan balita serta dapat dijadikan sebagai dasar
dalam menegakkan diagnosis
2. Tujuan 1. Untuk memastikan keadaan fisik balita dalam keadaan normal atau
abnormal
2. Untuk mendeteksi adanya penyimpangan dari normal atau abnormal
3. Kebijakan 1. SK Kepala Puskesmas No: / / PKMJ/2020 tentang jenis-jenis
pelayanan klinis.
2. Keputusan Kepala Puskesmas No: / /PKMJ/2020 tentang aturan
perilaku dalam pelayanan.
3. Keputusan Kepala Puskesmas No: / /PKMJ/2020 tentang kebijakan
pelayanan klinis.
4. Referensi Permenkes No 75 Tahun 2014. Tentang Pusat Keseahatan masyarakat
Identitas
Nama : An. P
a. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : sedang
b) Kesadaran : 15 ( Composmentis )
c) Status Gizi : Sedang ( kurus)
Berat Badan : 17 Kg
2. Data Antropometrik
Berat Badan : 17 kg
Tinggi badan : 90 cm
3. Kulit
4. Kelenjar limfa
Inspeksi : tidak ada pembesaran limfa
5. Kepala
Inspeksi : warna rambut hitam, lingkar kepala : 49 Cm
Palpasi : tidak ada pembengkakan (edema )
6. Tenggorokkan
Inspeksi : Normal, tidak ada pembengkakan ovula
7. Muka
Inspeksi : bentuk muka simetris , tidak ada pembengkakan
mandibula
8. Mata
9. Hidung
10. Mulut
12. Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran tiroid
13. Thorax
Inspeksi
lingkar dada : 30 cm
b. Pengembangan dada kanan dan kiri : simetris, Tidak ada retraksi dada
d. Ictus cordis
Palpasi
Perhatikan ;
Tentukan :
1. Batas paru-jantung
2. Batas paru-hati : iga VI depan
3. Batas diafragma : iga VIII – X belakang. Bedakan ant
ara sonor dan redup.
Auskultasi
Sonor /Resonansi (Normal)
e. Abdomen
Inspeksi
Bentuk cembung, pernafasan abdominal normal, umbilicus
(normal)
Auskultasi
suara peristaltik : 40x/Menit (Abnormal karena Diare)
Perkusi Normal : Tympani
Palpasi
Tidak adanya nyeri tekan
f. Ekstremitas
Persendian :Tidak ada nyeri tekan,pembengkakan
g. Alat kelamin
Penis : Normal
Meatus Uretra : Normal
Skrotum : Normal
Testis : Normal
Anus dan Rectum : Normal
DOKUMENTASI PEMERIKSAAN FISIK PADA BALITA DI
PUSKESMAS KEMANTAN
A. Kesimpulan
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau
masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan utnuk
mengumpulkan data tentang kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal
data yang diperoleh dari riwayat pasien, mengidentifikasi masalah pasien, menilai
perubahan status pasien, dan mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah
diberikan. Dalam melakukan pemeriksaan fisik terdapat teknik dasar yang perlu
dipahami, antara lain inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (ketukan), dan
auskultasi (mendengar).
Pemeriksaan fisik bisa dilakukan pada seluruh bagian dari tubuh. Mulai dari
kepala sampai kaki untuk mengetahui adanya ketidaknormalan pada bayi dan balita.
B. Saran
Sebaiknya pada saat melakukan pemeriksaan fisik pada bayi dan balita harus
dilakukan dengan cermat dan teliti. Supaya dapat terdeteksi jika ada kelainan-
kelainan pada bayi dan balita. Selanjutnya, jika ada kelainan-kelainan yang tidak
bisa diatasi, sebaiknya kolaborasi dengan tenaga medis lain, atau di rujuk ke rumah
sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Dr.H.AHMAD NURI,Sp.A.www.google.com,Diagnosis Fisik Pada Balita.
www.google.com.Pemeriksaan Fisik Pada Bayi Baru lahir.
Buku Asuhan Persalinan Normal Revisi 2007.DEPKES RI.2003.Manajemen
yterpadu bayi muda.modul -6.DEPKES RI
Prawirohardjo.Sarwono.2005.Pelayanan Kesehatan Material dan Neonatal.Jakarta
: JNPKKR.POG