Anda di halaman 1dari 17

MODUL 1

Penilaian dan Perawatan Bayi Baru Lahir

Disusun Oleh :
Muhammad Rizki
150610029

Fakultas Kedokteran
Universitas Malikussaleh
2017
Kata Pengantar
Puji dan syukur saya panjatkan pada Allah SWT berkat kehadiratnya saya dapat
membuat makalah saya pada tgl 27 Mei 2018 yg berisi tentang perilaku kesehatan, terima
kasih kepada dr. Mulyati Sri Rahayu sebagai tutor pada tutorial fome saya dan tak lupa kepada
teman teman tutorial fome saya berkat dukungannya saya bisa membuat tugas makalah saya.
Semoga isi makalah yang saya tuliskan sangat bermanfaat dan mudah dipahami oleh tutor,
teman teman saya sekalian dan pembaca yang lain.

i
Daftar Isi

Halaman
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 2
2.1 PEMERIKSAAN BAYI BARU LAHIR............................................................. 2
2.2 PERAWATAN BBLR........................,................................................................. 9
2.3 PJT........................................................................................................................ 12

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bayi Baru Lahir memiliki resiko ganggguan kesehatan paling tinggi, berbagai masalah
kesehatan bisa muncul. Sehingga tanpa penanganan yang tepat, biasa berakibat fatal. Menurut
World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi
lahir mengalami Asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Pada tahun 2012 jumlah
angka kematian Bayi Baru Lahir (neonatal) di Indonesia mencapai 31 per 1000 kelahiran hidup.
Masalah ini perlu mendapatkan perhatian yang serius. Adapaun penyebab kematian bayi
tersebut diantaranya adalah Bayi Berat Lahir Rendah, Asfiksia, Trauma Jalan Lahir, Infeksi
dan lain-lain. Dari beberapa faktor yang menyebabkan kematian bayi, Asfiksia merupakan
penyebab kedua kematian Bayi Baru lahir setelah Bayi Berat Lahir Rendah.

1
BAB II PEMBAHASAN

2.1 PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR


Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan yang bertujuan
untuk memastikan normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan dari normal. Pengkajian ini
dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan penyesuaian terhadap
kehidupan di luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan. Pengkajian BBL seharusnya dimulai
dengan melihat riwayat kehamilan dan persalinan karena hal ini sangat menentukan kondisi
bayi yg akan dilahirkan.
Pemeriksaan fisik BBL dilakukan minimal 3x yaitu: pada saat lahir; dalam 24 jam
pertama; pada waktu pulang. Pemeriksaan yang pertama pada BBL harus dilakukan di kamar
bersalin. Tujuannya adalah:
1. Menilai gangguan adaptasi BBL yang memerlukan resusitasi
2. Menentukan kelainan yang perlu tindakan segera (atresia ani, atresia esofagus), trauma lahir
3. Menentukan apakah BBL dapat rawat gabung atau ruang perawatan khusus atau segera
operasi
Pemeriksaan kedua dilakukan di ruang perawatan dan dilakukan di depan ibu. Tujuannya
adalah agar kelainan yang luput dari pemeriksaan pertama dapat ditemukan. Pemeriksaan yang
ketiga adalah sebelum bayi dipulangkan. Hal ini ditujukan untuk menilai kelainan BBL yang
masih ada, misal: ikterus, cephalhematom, aspirasi pneumonia, atau infeksi nosokomial.
Prinsip pemeriksaan bayi baru lahir
• Persiapan : lingkungan hangat, bayi hangat, cahaya cukup
• Melibatkan ibu dan keluarga
• Bidan harus waspada terhadap tanda abnormal
• Menyeluruh dan sistematis
• Dilakukan dengan lembut
• Dengan arah Head to toe
• Perhatikan kesimetrisan kanan dan kiri • Sebelum pakaian bayi dibuka periksa daerah kepala
dan refleks
• Periksa tanda2 vital di awal sebelum bayi menangis
• Pemeriksaan panggul dilakukan akhir krn tdk nyaman
PEMERIKSAAN DI KAMAR BERSALIN
1. Menilai adaptasi
a. Penilaian Awal

2
Begitu bayi lahir, langsung dikaji dengan cepat 3 hal dari Skor APGAR:
• WARNA KULIT: Apakah warna kulit bayi merah muda? Atau pucat/biru?
• TONUS OTOT: Apakah bayi aktif atau lemas?
• USAHA NAFAS: Apakah bayi menangis kuat? Atau merintih, lemah?
Jika penilaian awal didapatkan hasil buruk (kulit biru, bayi lemas, tidak menangis) maka
SEGERA dilakukan tindakan resusitasi
b. Penilaian APGAR Score
Dilakukan pada 1 menit, 5 menit dan 10 menit setelah lahir.
NB: APGAR Score TIDAK digunakan untuk mendiagnosa asfiksia atau memulai resusitasi.
Pengukuran pada menit pertama, kelima dan kesepuluh hanya dicantumkan sebagai penilaian
keberhasilan resusitasi dan ada peningkatan Skor APGAR. Diagnosa Asfiksia dibuat dari
penilaian 3 hal (di poin a)
Table APGAR SCORE
0 1 2
Appearance Seluruh badan biru Ekstremitas Biru Seluruh tubuh merah
Warna Kulit muda
Pulse Tidak ada <100x/mnit >100x/menit
Denyut nadi
Grimace Tidak menangis Menangis Menangis Kuat
Refkleks lemah/Merintih
Activity Lemah/Tidak ada Sedikit gerakan Aktif
Tonus otot
Respiration Tidak ada Lemah, Tidak Pernafasan Teratur
Pernafasan Teratur

2. Mencari kelainan kongenital


a. Anamnesa ibu mengenai riwayat kehamilan: konsumsi obat, infeksi virus, penyakit ibu,
kelainan bawaan
b. Memeriksa jumlah cairan ketuban • Hidramnion (>2000ml)  berkaitan dengan obstruksi
(penyumbatan) usus; ibu DM, PE • Oligohidramnion (<500 ml)  berkaitan dengan kelainan
ginjal
c. Memeriksa tali pusat : segar atau tidak, ada simpul atau tidak, jumlah arteri dan vena
d. Memeriksa plasenta: pengapuran, nekrosis/infark, bentuk dan ukuran  berkaitan dengan
fungsi plasenta, kecukupan gizi dan O2 bayi
e. Berat lahir dan kehamilan Bayi kurang bulan dan IUGR memiliki kemungkinan lebih besar
mengalami kelainan kongenital
f. Memeriksa mulut: utuh atau ada labio-palatoschizis

3
g. Memeriksa kesimetrisan wajah saat menangis. Hal ini menunjukkan ada atau tidaknya
paralisis nervus fasialis (cacat saraf wajah)
h. Melihat adakah defek tabung saraf (meningokel, omfalokel, meningokel, spina bifida)
i. Melihat jenis kelamin
B. PEMERIKSAAN DI RUANG RAWAT
1. Pemeriksaan Umum
a. Tonus otot
b. Keaktifan
Dinilai dengan melihat posisi dan gerakan tungkai dan lengan. Pada BBL cukup bulan yang
sehat, ekstremitas dalam keadaan fleksi, dengan gerakan tungkai serta lengan aktif dan simetris
c. Tangisan bayi
Tangisan melengking ditemukan pada kelainan neurologis, sedangkan tangisan lemah dan
merintih ditemukan pada kesulitan bernafa
2. Tanda-tanda Vital
HR, RR, Suhu (normalnya 36,5-37,5°C).
Beberapa metode pengukuran suhu:
• Aksiler
Tempat pengukuran paling tepat. Pada Hipotermi, hasil lebih tinggi daripada rektal karena
tertimbunnya brown fat di daerah ketiak
• Rektal
Digunakan pada pemeriksaan fisik sekaligus memastikan anus ada atau jika temperatur aksiler
tidak normal. Lebih traumatik dibanding aksiler.
• Timpani (telinga)
Dipengaruhi suhu lingkungan sehingga kurang akurat.
• Kulit
Perabaan kulit diperlukan untuk pengukuran cepat. Dilakukan di bagian dahi, punggung atau
leher
• Pita Pengukur
Metode non-invasif, aman dan bisa dilakukan dengan mudah
3. Ukuran Antropometri
ukuran fisik yang dapat diukur dengan alat pengukur seperti timbangan atau pita pengukur,
terdiri dari:
Berat Badan

4
 Kain alas atau pelindung diletakkan
 Skala penimbangan diatur ke titik nol sebelum penimbangan.
 Hasil timbangan dikurangi berat alas dan pembungkus bayi BBL normal berat
lahirnnya 2500-4000 gram

Panjang Badan
 Bayi diletakkan di tempat yang datar
 Panjang badan diukur dari kepala sampai tumit dengan kaki/badan bayi diluruskan
 Bayi aterm panjang kepala ke tumit rata-rata 45 – 53 cm
Lingkar Kepala
 Lingkar kepala bayi aterm 34- 39 cm.
 Lingkar kepala diukur dari oksiput mngelilingi kepala, tepat di atas alis
 Pengukuran lingkar kepala dimaksudkan untuk menaksir pertumbuhan otak.
Lingkar Dada
 Ukuran normal 31-35 cm, pengukurnnya dilakukan saat bernafas biasa pada tulang
xipoideus, ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke dada melalui
kedua puting susu
 Ukuran lingkar dada biasanya 2 cm kurang dr lingkar kepala/ kadang sama namun tidak
melebihi lingkar kepala.
Lingkar Lengan Atas
 Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak dan otot.
 Berguna untuk menilai keadaan gizi.
 Ukuran normal LiLA saat lahir kira-kira 11 cm

4. Kulit
a. Warna
 Normalnya BBL berwarna merah muda
 BBL yg kulitnya berwarna merah sekali menunjukkan kerapuhan system vasomotor
 Akrosianosis (kebiruan pada ekstremitas) menunjukkan bayi kedinginan
 Sianosis (kebiruan) menunjukkan bayi kekurangan O2
 Kulit seperti marmer (cutis marmorata) menunjukkan penyakit berat
 Pewarnaan mekonium (mekonium staining) pada verniks caseosa, kulit, kuku, dan tali
pusat ditemukan pada bayi dengan riwayat fetal distress
 Ikterus (warna kuning) paling mudah dilihat di daerah dahi
b. Rash, lesi, bintik2 ada atau tidak. Jika ada seperti apa warna, bentuknya, ada cairan atau
tidak
c. Vernix caseosa, lanugo ada atau tidak

5
Vernix Caseosa: subtansi putih yg berlemak yg disekresi oleh kelenjar sebasea dan sel epitel
yang melapisi tubuh BBL. Ini akan menghilang sendiri beberapa hari setelah lahir, berfungsi
untuk menjaga suhu bayi. Dapat dibersihkan dengan kapas dan minyak kelapa yg steril.
Lanugo: rambut halus yang melapisi permukaan tubuh, sering pada kulit kepala, dahi dan
muka.
d. Kelembaban, turgor kulit baik atau tidak Kulit bayi prematur tipis, halus dan berwarna
merah. Kulit bayi lebih bulan tampak seperti kertas perkamen dan mengelupas
e. Tanda lahir ada atau tidak. Jika ada di mana letaknya, bentuk, warna seperti apa.

5. Kepala
a. Sutura ada molase atau tidak
b. Fontanela anterior dan posterior (bentuk, ukuran, rata, cekung atau mencembung)
c. Tulang2 tengkorak ada fraktur atau tidak
d. Simetris atau tidak, adakah molding
e. Kaput suksedaneum, cephal hematoma ada atau tidak
6. Wajah
Adakah kelainan khas misal: Sindrom Down atau bayi Mongol Apakah wajah simetris atau
tidak
7. Mata
Sklera tampak tanda perdarahan atau tidak, ada sekret atau tidak, ukuran dan reaktivitas pupil
baik atau tidak, arah pandangan, jarak dan bentuk mata, gerak bola mata simetris atau tidak.
Jarak antara kantus medial mata tidak boleh lebih dari 2.5 cm BBL kadang menunjukkan gerak
mata berputar dan tidak teratur (strabismus)
8. Telinga
a. Posisi dan hubungan dengan mata dan kepala
Jika ditarik garis horisontal melewati mata, seharusnya melewati sedikit bagian atas telinga.
Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi yang mengalami sindrom
tertentu (Pierre-robin). Kemiringan telinga terhadap garis vertikal maksimal 10°.
b. Adakah daun telinga, posisi lubang, bentuk lekukan bagaimana, tulang rawan terbentuk atau
tidak.
Bayi prematur biasanya tulang rawan belum terbentuk.
9. Hidung
Bentuk, posisi, lubang, ada lendir atau tidak, adakah milia (bintik keputihan yg khas terlihat di
hidung, dahi dan pipi yg menyumbat kelenjar sebasea yg belum berfungsi), adakah pernafasan
cuping atau tidak

6
Adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah, hal ini kemungkinan adanya sifilis
kongenital. Adanya pernapasan cuping hidung (gangguan pernapasan)

10. Mulut
Bentuk bibir, lihat dan raba langit2 keras (palatum durum) dan lunak (palatum molle),
tenggorokan, bentuk dan ukuran lidah, lesi, sekret.
Daerah bibir dan palatum diraba apakah utuh atau tidak. Ketidaksimetrisan bibir menunjukkan
adanya palsi wajah. Salivasi tidak tdp pd bayi normal, krn grandula saliva belum matur. Bila
tdp sekret yg berlebihan mungkin ada kelainan di esofagus.
11. Leher
Massa, pembesaran kelenjar ada atau tidak, pergerakan leher apakah ada hambatan, kesan nyeri
saat bayi menggerakkan kepala.
12. Dada
a. Kesimetrisan saat tarikan nafas, adakah rintihan, adakah retraksi Rintihan dan retraksi dada
tidak normal, menunjukkan gangguan nafas
b. Payudara tampak membesar atau tidak, adakah sekresi seperti susu BBL payudara kadang
membesar dan tampak sekresi susu akibat pengaruh hormon estrogen maternal.
c. Tulang klavikula. Ada fraktur atau tidak, dilihat dari gerakan ekstremitas
13. Abdomen
Raba hepar, limpa, ginjal, adakah distensi, massa, hernia, perdarahan tali pusat, jumlah arteri
dan vena umbilikalis.
Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika. Abdomen yang
membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor lainnya. Jika bayi menangis
dan muncul benjolan di perut, menunjukkan hernia di dinding abdomen.
14. Genitalia dan Rektum
a. Lubang anus ada atau tidak
b. Meconium dan urin sudah keluar atau belum
c. Testis sudah turun ke skrotum atau belum, jumlah skrotum 2, lubang kencing ada atau tidak,
letaknya di mana, hidrokel ada atau tidak;
d. Labia mayora menutupi labia minora, lubang vagina, adakah sekcret atau bercak darah Pada
bayi wanita, terkadang tampak adanya sekret atau bercak darah dari vagina, hal ini disebabkan
oleh pengaruh hormon ibu.
15. Ekstremitas atas

7
Kesimetrisan, bentuk dan ukuran, jumlah jari, ada selaput atau tidak, tampak garis telapak
tangan atau tidak
16. Ekstremitas bawah
Dislokasi kongenital, kesimetrisan, bentuk, ukuran, jumlah jari, ada selaput atau tidak, tampak
garis telapak kaki atau tidak Tes Ortolani dan Barlow positif atau negatif
17. Punggung
Bentuk, adakah tonjolan di kulit, adakah celah, adakah rambut abnormal
18. Pemeriksaan Sistem Syaraf (Refleks Primitif)
Refleks rooting.
 Reflek ini karena stimulasi taktil pd pipi dan daerah mulut, bayi akan memutar kepala
seakan-akan mencari puting susu.
 Pola perkembangan :menghilang di usia 3 - 7 bulan
 Bila tak ada respons: Bayi kurang bulan (prematur) atau kemungkinan adanya kelainan
sensorik
Reflek sucking
 Reflek menghisap bila ada objek disentuhkan / dimasukkan ke mulut
 Pola perkembangan menghilang di usia 3 - 7 bln
 Bila tdk ada respon : kelainan saluran pernapasan dan kelainan pada mulut termasuk
langit-langit mulut
Refleks Moro/Startle.
 Reflek di mana bayi akan mengembangkan tangan & jari lebar-lebar, lalu
mengembalikan dengan yg cepat seakan – akan memeluk jika tiba-tiba dikejutkan oleh
suara atau gerakan
 Pola perkembangan:hilang di usia 3 - 4 bulan
 Bila tak ada respons, menunjukkan : fraktur atau cedera pada bagian tubuh tertentu
Refleks menggenggam (Grasp)
 Reflek yg timbul bila ibu jari diletakkan pd telapak tangan bayi, maka bayi akan
menutup telapak tangannya.
 Menghilang di usia 3-4 bulan
 Bila tak ada respons:menunjukkan kelainan pada saraf otak.
Reflek Plantar
 Reflek yg timbul bila telapak kaki disentuh, maka bayi akan menutup telapak kakinya.
 Menghilang di usia 8 bulan
Reflek Babinski
 Reflek bila ada rangsangan pd telapak kaki ibu jari akan bergerak ke atas & jari-jari
lain membuka.

8
 Pola perkembangan : menghilang di usia 1 - 2 tahun
 Bila tak ada respons: menunjukkan kelainan pd saraf otak (bila menetap)
Reflek Galant
 Ketika bayi tengkurap goresan pd punggung menyebabkan pelvis membengkok ke arah
goresan.
 Pola perkembangan : hilang pd usia 2-3 bln.
Reflek tonic neck
 Reflek jika bayi mengangkat leher & menoleh ke kanan / ke kiri jika diposisikan
tengkurap.
 Pola perkembangan : reflek ini dpt diamati sampai bayi berusia 3- 4 bln.
 Reflek ini tdk dpt dilihat pd bayi yg berusia 1 hari.
Reflek Walking & Stepping
 Reflek timbul jika bayi dalam posisi berdiri akan ada gerakan spontan kaki melangkah
ke depan.
 Pola perkembangan : menghilang di usia 3- 4 bulan
 Bila tak ada respons:menunjukkan kelainan pada motorik kasar

C. PEMERIKSAAN PADA WAKTU MEMULANGKAN


Yang perlu diperhatikan adalah:
1. TTV
2. Susunan Saraf Pusat: aktivitas bayi, ketegangan ubun2
3. Kulit: ikterus atau tidak
4. Abdomen: adakah tumor yang belum terdeteksi atau tidak
5. Tali pusat: ada infeksi atau tidak
6. Apakah bayi sudah bisa menyusu dengan baik

2.2 Perawatan Bayi BBLR


Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang menyebabkan bayi BBLR
cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada
masa neonatal. Penatalaksanaan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi stress fisik
maupun psikologis. Adapun penatalaksanaan BBLR meliputi :
a. Dukungan respirasi
Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan mempertahankan
respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen suplemen dan bantuan ventilasi. Bayi dengan atau
tanpa penanganan suportif ini diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada

9
BBLR beresiko mengalami defisiensi surfaktan dan periadik apneu. Dalam kondisi seperti ini
diperlukan pembersihan jalan nafas, merangsang pernafasan, diposisikan miring untuk
mencegah aspirasi, posisikan tertelungkup jika mungkin karena posisi ini menghasilkan
oksigenasi yang lebih baik, terapi oksigen diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi.
Pemberian oksigen 100% dapat memberikan efek edema paru dan retinopathy of prematurity.

b. Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya respirasi adalah
pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan kehilangan panas pada bayi distress sangat
dibutuhkan karena produksi panas merupakan proses kompleks yang melibatkan sistem
kardiovaskular, neurologis, dan metabolik. Bayi harus dirawat dalam suhu lingkungan yang
netral yaitu suhu yang diperlukan untuk konsumsi oksigen dan pengeluaran kalori minimal.
Menurut Thomas (1994) suhu aksilar optimal bagi bayi dalam kisaran 36,5°C – 37,5°C,
sedangkan menurut Sauer dan Visser (1984) suhu netral bagi bayi adalah 36,7°C – 37,3°C.
Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat dilakukan melalui
beberapa cara, yaitu (Kosim Sholeh, 2005) :
1) Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi dengan ibunya. Jika ibu
tidak ada dapat dilakukan oleh orang lain sebagai penggantinya.
2) Pemancar pemanas
3) Ruangan yang hangat
4) Inkubator

c. Perlindungan terhadap infeksi


Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan semua bayi baru lahir
terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada bayi BBLR imunitas seluler dan humoral masih
kurang sehingga sangat rentan denan penyakit. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk
mencegah infeksi antara lain :
1) Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus melakukan cuci tangan
terlebih dahulu.
2) Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan secara teratur. Ruang
perawatan bayi juga harus dijaga kebersihannya.
3) Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki ruang perawatan bayi
sampai mereka dinyatakan sembuh atau disyaratkan untuk memakai alat pelindung seperti
masker ataupun sarung tangan untuk mencegah penularan.

d. Hidrasi

10
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan tambahan kalori,
elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting pada bayi preterm karena kandungan
air ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada bayi
preterm). Hal ini dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis
terbatas pada ginjal bayi preterm yang belum berkembang sempurna sehingga bayi tersebut
sangat peka terhadap kehilangan cairan.

e. Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR tetapi terdapat
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena berbagai mekanisme ingesti dan
digesti makanan belum sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian
nutrisi ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral
ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya.
Bayi preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran dalam pemberian makan
dibandingkan bayi cukup bulan. Mekanisme oral-faring dapat terganggu oleh usaha memberi
makan yang terlalu cepat. Penting untuk tidak membuat bayi kelelahan atau melebihi kapasitas
mereka dalam menerima makanan. Toleransi yang berhubungan dengan kemampuan bayi
menyusu harus didasarkan pada evaluasi status respirasi, denyut jantung, saturasi oksigen, dan
variasi dari kondisi normal dapat menunjukkan stress dan keletihan.
Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi mengisap, menelan, dan bernapas
sehingga berakibat apnea, bradikardi, dan penurunan saturasi oksigen. Pada bayi dengan reflek
menghisap dan menelan yang kurang, nutrisi dapat diberikan melalui sonde ke lambung.
Kapasitas lambung bayi prematur sangat terbatas dan mudah mengalami distensi abdomen
yang dapat mempengaruhi pernafasan
f. Penghematan energi
Salah satu tujuan utama perawatan bayi resiko tinggi adalah menghemat energi, Oleh
karena itu BBLR ditangani seminimal mungkin. Bayi yang dirawat di dalam inkubator tidak
membutuhkan pakaian , tetapi hanya membutuhkan popok atau alas. Dengan demikian
kegiatan melepas dan memakaikan pakaian tidak perlu dilakukan. Selain itu, observasi dapat
dilakukan tanpa harus membuka pakaian.
Bayi yang tidak menggunakan energi tambahan untuk aktivitas bernafas, minum, dan
pengaturan suhu tubuh, energi tersebut dapat digunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Mengurangi tingkat kebisingan lingkungan dan cahaya yang tidak terlalu
terang meningkatkan kenyamanan dan ketenangan sehingga bayi dapat beristirahat lebih
banyak.
g. Stimulasi Sensori
Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi sensori yang khusus. Mainan gantung
yang dapat bergerak dan mainan- mainan yang diletakkan dalam unit perawatan dapat
memberikan stimulasi visual. Suara radio dengan volume rendah, suara kaset, atau mainan
yang bersuara dapat memberikan stimulasi pendengaran. Rangsangan suara yang paling baik

11
adalah suara dari orang tua atau keluarga, suara dokter, perawat yang berbicara atau bernyanyi.
Memandikan, menggendong, atau membelai memberikan rangsang sentuhan.
h. Dukungan dan Keterlibatan Keluarga
Kelahiran bayi preterm merupakan kejadian yang tidak diharapkan dan membuat stress
bila keluarga tidak siap secara emosi. Orang tua biasanya memiliki kecemasan terhadap kondisi
bayinya, apalagi perawatan bayi di unit perawatan khusus mengharuskan bayi dirawat terpisah
dari ibunya. Selain cemas, orang tua mungkin juga merasa bersalah terhadap kondisi bayinya,
takut, depresi, dan bahkan marah. Perasaan tersebut wajar, tetapi memerlukan dukungan dari
perawat.

2.3 PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT


• PJT adalah janin dengan berat badan kurang atau sama dengan 10 persentil, atau
lingkaran perut ≤ 5 persentil atau FL/AC > 24.
• Bayi PJT (pertumbuhan janin terhambat) atau IUGR (intrauterine growth restriction)
sering disamakan dengan bayi SGA (small for gestational age)
Epidemiologi
• 3-10% di dunia.
• Penelitian di 4 pusat fetomaternal di Indonesia tahun 2004-2005 didapatkan 571 bayi
SGA dalam 14.702 persalinan atau rata-rata 4,40%
Klasifikasi
• Simetris: ukuran badannya secara proporsional kecil gangguan pertumbuhan janin
terjadi sebelum umur kehamilan 20 minggu sering disebabkan oleh kelainan
khromosome atau infeksi
• Asimetris: ukuran badannya tidak proporsional gangguan pertumbuhan janin terjadi
pada kehamilan trimester III sering disebabkan oleh isufisiensi plasenta
Etiologi
• Faktor fetal: kelainan kromosom,malformasi kongenital, kehamilan multipel.
• Faktor plasenta
• Faktor maternal: nutrisi, infeksi maternal, gangguan aliran uteroplasenta, riwayat
obstetrik jelek, hipoksia kronis, faktor uterin, kelainan ginjal, sindrom antifosfolipid,
lingkungan.
Patofisiologi
• Pertumbuhan janin tergantung dari suplai nutrient yang adekuat, seperti glukosa, asam
amino, dan lemak
• Pada janin yang mengalami gangguan pertumbuhan, terdapat gangguan asam amino
yang menyerupai keadaan kelaparan protein pasca kelahiran

12
• Ada sebuah fenomena pada IUGR dimana bayi lebih mengutamakan suplai nutrient ke
otak dibandingkan organ lainrasio lingkar kepala dan lingkar perut menjadi
meningkat asimetris PJT
• Terjadi pada kehamilan lanjut akibat gangguan fungsi plasenta, misalnya preeclampsia
• Faktor yang menghambat pertumbuhan terjadi pada awal kehamilan PJT yang
simetris
• Jumlah sel berkurang dan secara permanen menghambat pertumbuhan janin dan
prognosisnya jelek
• Penampilan klinisnya proporsinya tampak normal karena berat dan panjangnya sama-
sama terganggu
Diagnosis
Suspek PJT jika terdapat satu atau lebih tanda-tanda di bawah ini :
• TFU 3 cm atau lebih dibawah normal
• Pertambahan berat badan < 5 kg pada usia kehamilan 24 minggu atau < 8 kg pada usia
kehamilan 32 minggu (untuk ibu dengan BMI < 30)
• Estimasi berat badan < 10 persentil
• Ibu merasa gerakan janin berkurang
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan USG untuk memeriksa:
a)HC/AC > 1
b)Amniotic Fluid Index 5 cm atau kurang
c)Sebelum UK 34 minggu plasenta grade 3
• Estimasi berat janin (EFW) dan abdominal circumference (AC) lebih akurat untuk
diagnosis KMK
• Pemeriksaan penunjang lain yang mencoba untuk mencari etiologi di sisi maternal.
Misal : pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi anemia atau defisiensi zat nutrisi
tertentu
Skrining
• Mengukur tinggi fundus uteri (TFU), yang dilakukan secara rutin pada sejak umur
kehamilan 20 minggu sampai aterm
• Jika ada perbedaan sama atau lebih besar dari 3 cm dengan kurva standard, perlu
dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG)
• Kehamilan yang berisiko terjadi PJT: USG dilakukan pertama kali pada kehamilan trim
I untuk konfirmasi usia kehamilan, pertengahan trim II (18-20 minggu) untuk mencari
kelainan bawaan dan kehamilan kembar

13
• Pemeriksaan USG diulang pada umur kehamilan 28-32 minggu untuk deteksi gangguan
pertumbuhan dan brain sparing effect
Penatalaksanaan
• Rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut
• Pemberian nutrisi tinggi protein
• Bed rest
Prognosis
• PJT dapat memicu terjadinya : morbiditas dan mortalitas perinatal, persalinan preterm
yang iatrogenik, dan gawat janin dalam persalinan
• Angka kematian pada bayi PJT dapat meningkat 10 kali lipat
• Sementara 40% kelahiran mati dengan bayi yang tidak ada kelainan bentuk berasal dari
bayi PJT

14

Anda mungkin juga menyukai