DISUSUN OLEH :
Engrit asisensri
2014201056
DOSEN PEMBIMBING :
PROGRAM STUDI
KEPERAWATANSTIKes
ALIFAH PADANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang semata-mata berkat rahmat, hidayah dan
ma’unah-Nya, penulisan makalah dapat diselesaikan dengan tanpa menemui hambatan yang berarti.
Penulis yakin atas petunjuknya pula sehingga berbagai pihak berkenan memberikan bantuan, dan
kemudahan bagi penulis. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada
semua pihak baik yang langsung maupun yang tidak langsung yang telah membantu dalam
menyelesaikan penulisan makalah ini.
Penulis mengetahuii bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu, kritik dan saran dari
pembaca pada umumnya sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Atas kritik dan
sarannya penulis mengucapkan terima kasih.
Akhirnya penulis berharap mudah-mudahan makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan
bagi pembaca umumnya.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................
C. Tujuan Penulisan..................................................................
D. Manfaat Penulisan................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan...........................................................................
B. Saran .....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah kesehatan yang
dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan utnuk mengumpulkan data tentang kesehatan pasien,
menambah informasi, menyangkal data yang diperoleh dari riwayat pasien, mengidentifikasi masalah
pasien, menilai perubahan status pasien, dan mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah diberikan.
Dalam melakukan pemeriksaan fisik terdapat teknik dasar yang perlu dipahami, antara lain inspeksi
(melihat), palpasi (meraba), perkusi (ketukan), dan auskultasi (mendengar).
Sebelum melakukan pemeriksaan pada bayi baru lahir perlu diketahui riwayat keluarga, riwayat
persalinan. Pemeriksaan fisik sangat penting untuk di lakukan, karena sangat penting untuk
diketahui,yaitu untuk mengetahui normal atau tidak normal pada bayi. Keadaan suhu di luar rahim
sangat mempengaruhi kondisi bayi baru tersebut. Kondisi di luar rahim sangat berbeda dengan kondisi
didalam rahim.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penulis
1. Untuk mengetahui cara pemeriksaan fisik pada bayi dan anak balita.
PEMBAHASAN
1. Keadaan umum
Kesadaran pasien : Komposmentis (CM) Sadar sepenuhnya, apatis atau sadar tapi acuh terhadap sekitarnya, somnolen atau
tampak mengantuk dan ingin kembali tidur, stopor atau sedikit respons terhadap stimulus yang kuat dan koma artinya tidak
bereaksi terhadap stimulus apa pun
2.Aktifitas fisik
Inspeksi keadaan ekstremitas dalam keadaan fleksi, dengan gerakan tungkai serta lengan aktif dan
simetris.
a. Frekuensi Nadi
Meraba arteri radialis dengan ujung jari II, III, IV tangan kanan, ibu jari berada di bagian dorsal tangan anak
Pada bayi dengan penghitungan heart rate (denyut jantung) Penghitungan 1 menit penuh
b. Frekuensi pernapasan
Dihitung satu menit penuh melalui inspeksi/palpasi/auskultasiTakipneu yaitu pernapasan yang cepat
dispneu yaitu kesulitan bernapas
c. Suhu
Suhu diukur di aksila dengan nilai normal 36,5 0C– 37 0C.
4.Pengukuran atropometrik
Alat timbangan yang telah diterakan serta di beri alas kain di atasnya, tangan bidan menjaga di atas bayi
sebagai tindakan keselamatan .
b. Panjang badan
Letakkan bayi datar dengan posisi lurus se bisa mungkin. Pegang kepala agar tetap pada ujung atas kita ukur
dan dengan lembut renggangkan kaki ke bawah menuju bawah kita.
PB : 48/52cm.
c. Lingkar kepala
Letakkan pita melewati bagian oksiput yang paling menonjol dan tarik pita mengelilingi bagian atas alis LK :
32 – 37 cm.
d. Lingkar dada
Letakan pita ukur pada tepi terendah scapula dan tarik pita mengelilingi kearah depan dan garis putih.
LD : 32 – 35 cm.
5. Kulit
Palpasi keadaan kulitnya apakah lembab, hangat dan tidak ada pengelupasan.
6. Kepala
Inspeksi apakah ada benjolan di puncak kepala.Palpasi apakah tidak ada massa atau area lunak di tulang
tengkorak.fontanel anterior dengan ukuran 5 x 4 cm sepanjang sutura korona dan sutura segital. Fortanel
posterior dengan ukuran 1 x 1 cm sepanjang sutura lambdoidalis dan sagitalis.
7.Wajah
Inspeksi apakah mata segaris dengan telinga, hidung di garis tengah, mulut garis tengah wajah dan simetris.
8.Mata
Inspeksi apakah kelompak mata tanpa petosis atau udem. Skelera tidak ikterik, cunjungtiva tidak merah muda,
iris berwarna merata dan bilateral. Pupil beraksi bila ada cahaya, reflek mengedip ada.
9.Telinga
Inspeksi apakah posisi telinga berada garis lurus dengan mata, kulit tidak kendur, pembentukkan tulang rawan
yaitu pinna terbentuk dengan baik kokoh.
10.Hidung
Inspeksi apakah posisi di garis tengah, nares utuh dan bilateral, bernafas melalui hidung.
11.Mulut
Inspeksi bentuk dan ukuran mulut proporsional dengan wajah, bibir berbentuk penuh berwarna merah muda
dan lembab, membran mekosa lembab dan berwarna merah muda, palatom utuh, lidah dan uvula di garis
tengah, reflek gag dan reflek menghisap serta reflek rooting ada.
12.Leher
Inspeksi apakah leher rentang pergerakan sendi bebas, bentuk simestris dan pendek. Palpasi apakah triorid di
garis tengah, nodus limfe dan massa tidak ada.
Merupakan pengkajian yang dilakukan pada anak yang bertujuan untuk memperoleh data status
kesehatan anak serta dapat dijadikan sebagai dasar dalam menegakkan diagnosis. Adapun
pemeriksaannya adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan ini terdiri atas pemeriksaan status kesadaran, status gizi, tanda-tanda vital, dan lain-lain.
a.Pemeriksaan Kesadaran
Dalam penilaian kesadaran anak, sering kali ditemukan permasalahan, seperti kesulitan dalam
Penilaian kesadaran melalui respons yang diberikan pada anak, karena respons dari anak tidak
Pemeriksaan nadi seharusnya dilakukan dalam keadaan tidur atau istirahat. Pemeriksaan nadi dapat
dilakukan berssamaan dengan pemeriksaan denyut jantung untuk mengetahui adanya pulsus deficit
yang merupakan denyut jantung yang tidak cukup kuat untuk menimbulkan denyut nadi, sehingga denyut
jantung lebih tinggi daripada denyut nadi.
Pemeriksaan ini untuk menilai adanya kelainan pada gangguan system kariovaskular, apabila didapatkan
perbedaan tekanan darah sistolik pada saat inspirasi dan saat ekspirasi lebih dari 10 mmHg, maka dapat
dikartakan anak mengalami pulsus paradoksus yang kemungkinan menyebabkan terjadinya tamponade
jantung, ggal jantung dan lain lain.
a. pemeriksaan kulit
pemeriksaan ini untuk menilai wrna kulit. Dengan cara pemeriksaan dan keadan patologis kelembapan
kulit
b. Pemeriksaan kuku
Pemeriksaan kuku dilakukan dengan cara inspeksi terhadap warna, bentuk, dan keadaan kuku. Adanya
jari tubuh dapat menunjukkan penyakit pernapasan kronis atau penyakit jantung serta bentuk kuku yang
cekung atau cembung menunjukkan adanya cedara, defisiensi besi, dan infeksi.
c. Pemeriksaan rambut
Pemeriksaan rambut ini dilakukan untuk menilai warna, kelebatan, distribusi, dan karakteristik lainnya
dari rambut.Normalnya rambut menutupi semua permukaan tubuh, kecuali telapak tangan dan kaki
serta permukaan labia sebelah dalam.Rambut kepala normalnya berkilauan seperti sutra dan
kuat.Rambut yang kering, rapuh, dan kurang pigmen dapat menunjukkan adanya kekurangan
gizi.Kondisi rambut yang kurang tumbuh dappat menunjukkan adanya malnutrisi, penyakit
hipotiroidisme, efek obat, dan lain-lain.
Pemeriksaan kelenjar getah bening dilakukan dengan cara melakukan palpasi pada daerah leher,
inguinal, atau kelenjar lainnya. Apabila terjadi pembesaran dengan diameter lebih dari 10 mm, hal ini
menunjukkan kemungkinan adanya ketidaknormalan atau terdapat indikasi penyakit tertentu.
Pemeriksaan kepala dan leher meliputi pemeriksaan kepala secara umum, yaitu pemeriksaan wajah,
mata, telinga, hidung, mulut, faring, laring, dan leher.
a.Pemeriksaan kepala
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk memeriksa lingkar kepala.Apabila didapatkan lingkar kepala yang
lebih besar dari normal dinamakan makrosefali dan biasanya dapat ditemukan pada penyakit
hidrosefalus.Sebaiknya, apabila liingkar kepala lebih kecil dari normal disebut mikrosefali. Pemeriksaan
yang lain adalah ubun-ubun atau fontanel ubun-ubun besar, normalnya bertekstur rata atau sedikit
cekung, namun apabila ubun-ubun besar menonjol dapat menunjukkan adanya peningkatan tekanan
intracranial, sedangkan apabila cekung kemungkinan terjadi dehidrasi dan malnutrisi.
b. Pemeriksaan wajah
Pemeriksaan wajah pada anak dilakukan untuk menilai kesimetrisan wajah.Asimetris pada wajah dapat
disebabkan oleh adanya paralisis fasialis.Selain melihat kesimetrisan wajah, pemeriksaan ini juga
dilakukan untuk menilai adanya pembengkakan daerah wajah.
c. Pemeriksaan mata
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk menilai visus atau ketajaman penglihatan. Pemeriksaan visus ini
dapat dilakukan dengan pemberian rangsangan cahaya pada usia neonates. Pada usia satu bulan, bayi
sudah mampu melihat adanya benda-benda dan pada usia dua bulan mampu melihat jari, untuk
memperjelas pemeriksaan dapat digunakan oftalmoskop.
Pemeriksaan mata selanjutnya adalah pemeriksaan palpebral.Palpebral dilihat apakah simetris atau
tidak, kelainan yang muncul antara lain ptosis, lagoftalmus, dan pseudolagoftalmos.Pemeriksaan sclera
dilakukan untuk menilai warna selera.
d. pemeriksaan telinga
pemeriksaan telinga dapat dilakukan mulai dari telinga bagian luar,tengah, dalam. Pada pemeriksaan
telinga bagian luar dapat di mulai dari pemeriksaan daun dan lian telinga dapat dilakukan dengan
bantuan otoskop.pemeriksaan selanjutnya adalah membrane timpani, pemeriksaan ini dikatakan normal
apabila membrane timpani sedikit cekung dan mengilap
2. Pemeriksaan dada
Dalam melakukan penilaian terhadap hasil pemeriksaan dada, hal yang perlu di perhatikan adalah
bentuk dan besar dada, kesimetrisan dan gerakan dada adanya deformitas atau tidak, adanya
penonjolan, serta adanya pembengkakan atau kelainan yang lain.
3. Pemeriksaan payudara
Pemeriksaan payudara pada anak dapat dilakukan untuk mengetahui perkembangan atau kelainan
payudara anak, diantaranya adalah untuk mengetahui ada tidaknya ginekosmatia patologis atau terjadi
galaktore sebelum anak mengalami pubertas.
4. Pemeriksaan paru
Langkah pertama pemeriksaan paru adalah inspeksi untuk melihat apakah terdapat kelainan patologis
atau hanya fisiologis dengan melihat pengembangan paru saat bernafas ,selanjutnya pemeriksaan paru
dengan palpasi, perkusi, dan auskultasi.
5. Pemeriksaan jantung
Denyut aspeks atau aktivitas vertikel lebih di kenal dengan nama iktus kordis, merupakan denyut
jantung yang dapat dilihat pada daerah aspeks,yaitu sela iga ke -4 pada garis midklavikularis kiri atau
seikit lateral.
6. Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan abdomen pada anak dilakukan dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi, dan
perkusi.pemeriksaan auskultasi didahulukan mengingat yang akan idengarkan adalah bising usus atau
peristaltic usus, sehingga tidak di pengaruhi oleh stimulasi dari luar melalui palpsi atau perkusi .
7. Pemeriksaan genetalia
Pemeriksaan genetalia anak berbeda antara laki- laki dan perempuan. Khusus pada laki- laki dapat di
periksa dengan cara memperhatikan ukuran, bentuk penis, dan testis. Perlu juga di perhatikan kelainan
yang ada seperti hipospadia, ( orificium uretra di ventral penis biasanya dekat glan atau ssepanjang
penis.
Pemeriksaan tulang belakang dan ekstermitas pada anak dapat di lakukan dengan cara inspeksi
terhadap adanya kelainan tulang belakang,seperti lordosis ( deviasi tulang belakang kea rah anterior),
kifosis ( deviasi tulang belakang kea rah posterior), scoliosis ( deviasi tulang belakang kea rah samping ),
kelemahan, serta perasaan nyeri yang ada pada tulang belakang dengan cara mengobservasi pada posisi
terlentang, tengkurap, atau duduk.
9. Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan neurologis pada anak pertama kali dapat di lakukan secara inspeksi dengan mengamati
berbagai kelainan neurologis,seperti kejang, tremor/ gemetaran ( gerakan halus yang konstan )
twitching ( gerakan spasmodic yang berlangsung singkat ,seperti otot lelah serta nyeri setempat ) korea (
gerakan involunter kasar, tanpa tujuan, capat dan tersentak – sentak serta tidak terkoordinasi ) parese (
kelumpuhan otot tidak sempurna ) paralisis ( kelumpuhan otot yang sempurna ) diplegia ( kelumpuhan
pada dua anggota gerak ) paraplegia ( kelumpuhan pada anggota gerak bawah ) tetraplegia/parese (
kelumpuhan pada keempat anggota gerak)hemiparese/plegi (kelumpuhan pada sisi tubuh atau anggota
gerak yang di batsi garis tengah di daerah tulang belakang).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah kesehatan yang
dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan utnuk mengumpulkan data tentang kesehatan pasien,
menambah informasi, menyangkal data yang diperoleh dari riwayat pasien, mengidentifikasi masalah
pasien, menilai perubahan status pasien, dan mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah diberikan.
Dalam melakukan pemeriksaan fisik terdapat teknik dasar yang perlu dipahami, antara lain inspeksi
(melihat), palpasi (meraba), perkusi (ketukan), dan auskultasi (mendengar).
Pemeriksaan fisik bisa dilakukan pada seluruh bagian dari tubuh. Mulai dari kepala sampai kaki untuk
mengetahui adanya ketidaknormalan pada bayi dan anak.
B. Saran
Sebaiknya pada saat melakukan pemeriksaan fisik pada bayi dan balita harus dilakukan dengan cermat
dan teliti. Supaya dapat terdeteksi jika ada kelainan-kelainan pada bayi dan balita. Selanjutnya, jika ada
kelainan-kelainan yang tidak bisa diatasi, sebaiknya kolaborasi dengan tenaga medis lain, atau di rujuk
ke rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Dr.H.AHMAD NURI,Sp.A.www.google.com,Diagnosis Fisik Pada Anak. www.google.com.PemeriksaanFisik Pada Bayi Baru lahir.
Buku Asuhan Persalinan Normal Revisi 2007.DEPKES RI.2003.Manajemen yterpadu bayi muda.modul -6.DEPKES RI Prawirohardjo.Sarwono.2005.Pelayanan Kesehatan
Material dan Neonatal.Jakarta
: JNPKKR.POG