Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TENTANG

PEMERIKSAAN KEPALA DAN LEHER

Di susun oleh :
1. Adinda Tyara Nurlestari
2. Andriyany Ananda Lestari
3. Novi Sasha Yuanita
4. Viola Veronika Sianipar
5. Shany Novebianty Avila

SMK KESEHATAN EFARINA PURWAKARTA


2023/2034

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadiran Tuhan yang Mahakuasa karena telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas Rahmat dan
hidayahnya kami dapat meneyelesaikan makalah yang berjudul Pemeriksaan Kepala
Dan Leher tepat waktu. Makalah tentang Pemeriksaan Kepala Dan Leher di susun
untuk memenuhi tugas dari Bunda Epon Halimah pada mata Pelajaran Keterampilan
Dasar Tindakan Keperawatan. Selain itu kami juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang Pemeriksaan Kepala Dan Leher.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bunda Epon
Halimah selaku guru mata Pelajaran Keterampilan Dasar Tindakan Keperawatan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini, terima kasih juga untuk teman-teman semua telah
meluangkan waktu untuk membaca makalah dari kelompok kami ini.

Purwakarta, 9 Oktober 2023

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................................................5
BAB III........................................................................................................................17
PENUTUP...................................................................................................................17
KESIMPULAN..........................................................................................................17
SARAN.......................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam upaya penegakkan diagnosis, seorang klinisi harus menguasai bagaimana
melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang sistematis dan benar. Banyak hal
yang dapat digali pada anamnesis sehingga dengan anamnesis yang baik seorang
klinisi dapat mengarahkan kemungkinan diagnostic pada seorang penderita, sehingga
dengan melakukannya secara cermat dan sistematis. Pemeriksaan fisik yang peretama
kali dilakukan adalah memeriksa keadaan umum dan tanda vital, kemudian dilakukan
pemeriksaan kepaladan leher.
Pengetahuan dan keterampilan melakukan pengkajian fisik merupakan aspek penting
yang harus dipelajari oleh siswa siswi keperawatan dan dikuasai oleh perawat
profesional mengingat semakin meningkatnya peran perawat dalam sistem pelayanan
kesehatan dewasaini, baik ditingkat internasional maupun nasional. Perawat masa
kini dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi kepada
masyarakat. Hal ini dapat diwujudkan bila perawat mampu menggunakan metode
pendekatan pemecahan masalah. Pengkajian fisik tidak dipandang secara terpisah
karena aspek ini merupakan salah satu tahap upaya penanganan kesehatan pasien.
Sebenarnya pemeriksaan fisik mencangkup beberapa bagian, diantaranya adalah
pemeriksaan fisik pada abdomen, pemeriksaan fisik pada payudara dan ketiak,
pemeriksaan fisik pada dada dan paru-paru, pemeriksaan fisik pada alat kelamin
pemeriksaan fisik pada sistem kardiovaskuler, serta pemeriksaan fisik pada kepala
dan leher.
Namun makalah ini hanya akan membahas tentang pemeriksaan fisik lada kepala
danleher saja. Mengingat bagaimana pentingnya dalam pengkajian fisik tersebut,
semoga makalah ini dapat di jadikan sumber refrensi pembaca, hingga pembaca
mengerti bagaimana cara mengkaji fisik pada bagian kepala dan leher.

B. Tujuan Penelitian
Tujuannnya agar kita mengetahui tentang system kepala sampai leher, dan
mempelajari tentang kepala dan leher

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa
tubuh klien yang terdiri dari kepala, dada, abdomen, genitalia dan ekstremitas untuk
menemukan tanda klinis penyakit.

B. Tujuan
a) Untuk mengumpulkan fata dasar Kesehatan klien
b) Untuk menambah atau mengkonfirmasi atau menyangkal data yang
diperoleh dalam Riwayat Kesehatan
c) Untuk mengidentifikasi diagnogsa keperawatan
d) Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan

Kepala merupakan organ tubuh yang perlu dikaji, karena pada kepala terdapat
organ-organ yang sangat penting. Dalam pengkajian kepala, selain mengkaji kepala,
maka organ-organ yang ada di kepala juga dikaji seperti mata, telinga, hidung, mulut
serta leher.
KepalaTujuan pengkajian kepala adalah untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala.
Pengkajian diawali dengan
Inspeksi kemudian palpasi:
Cara:
1. Atur pasien dalam posisi duduk atau berdiri (tergantung pada kondisipasien dan
jenis pengkajian yang akan dilakukan).
2. Bila pasien memakai kacamata, anjurkan untuk melepaskannya
3. Lakukan inspeksi yaitu dengan memperhatikan kesimetrisan muka,tengkorak,
warna dan distribusi rambut serta kulit kepala. Mukanormalnya simetris antara kanan
dan kiri. Ketidaksimetrisan muka dapat merupakan suatu petunjuk adanya
kelumpuhan/parese saraf ketujuh. Bentuk tengkorak yang normal adalah simetris
dengan bagian frontal menghadap ke depan dan bagian parietal menghadap ke
belakang .Distribusi rambut sangat bervariasi pada setiap orang dan kulit kepala
normalnya tidak mengalami peradangan, tumor maupun bekasluka/sikatrik.

5
4. Pengkajian dengan palpasi untuk mengetahui keadaan rambut,
massa,pembengkakan, nyeri tekan, keadaan tengkorak dan kulit kepala. Palpasi
tulang tengkorak pada bayi dilakukan juga dengan tujuan untukmengetahui ukuran
fontanela.
Mata Secara umum tujuan pengkajian mata adalah untuk mengetahui bentuk dan
fungsi mata.
a) Inspeksi Dalam inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu diamati adalah bola
mata,kelompak mata, konjungtiva, sclera dan pupil.
1. Amati bola mata terhadap adanya protrusis, gerakan mata,
medanpenglihatan dan visus.
2. amati kelompak mata, perhatikan terhadap bentuk dan setiap adakelainan
dengan cara sebagai berikut :
• anjurkan pasien melihat ke depan.
• bandingkan mata kanan dan mata kiri
• anjurkan pasien menutup kedua mata
• amati bentuk dan keadaan kulit pada kelopak mata, serta pada bagian pinggir
kelompak mata, catat setiap ada kelainan misalnya adanya kemerah-merahan
• amati pertumbuhan rambut pada kelompak mata terhadapada/tidaknya bulu mata,
dan posisi bulu mata.
3. Amati konjungtiva dan sclera dengan cara sebagai berikut :
• Anjurkan pasien untuk melihat lurus ke depan.
• Amati konjungtiva, untuk mengetahui ada/tdaknya kemerah-merahan, keadaan
vaskularisasi serta lokasinya.
• Tarik kelompak mata bagian bawah ke bawah denganmenggunakan ibu jari.
• Amati keadaan konjungtiva dan kantong konjungtiva bagian bawah, catat bila
didapatkan infeksi atau pus atau bila warnanya tidak normal misalnya anemic.
• Bila diperlukan amati konjungtiva bagian atas yaitu dengancara
membuka/membalik kelopak mata atas dengan perawat berdiri di belakang pasien.
• Amati warna sclera waktu memeriksa konjungtiva yang padakeadaan tertentu
warnanya dapat menjadi ikterik.

6
4. Amati warna iris serta ukuran dan bentuk pupil, kemudian lanjutkan dengan
mengevaluasi reaksi pupil terhadap cahaya. Normalnya bentuk pupil adalah sama
besar(isokor), pupil yang kecil disebut miosis, amat kecil disebut pin point,
sedangkan pupil yang melebar/dilatasi disebut midriasis.

b) Inspeksi gerakan mata


1. Anjurkan pasien untuk melihat lurus ke depan.
2. Amati apakah kedua mata tetap diam atau bergerak secara spontan(nistagmus)
yaitu gerakan ritmis bola mata, mula-mula lambatbergerak ke satu arah, kemudian
dengan cepat kembali ke posisisemula.
3. Bila ditemukan adanya nistagmus, maka amati bentuk, frekuensi(cepat atau
lambat), amplitude (luas/sempit) dan durasinya(hari/minggu).
4. Amati apakah kedua mata memandang lurus ke depan atau salahsatu deviasi.
5. Luruskan jari telunjuk anda dan dekatkan dengan jarak sekitar 15-30 cm.
6. Beritahu pasien untuk mengikuti gerakan jari anda, dan jaga posisi kepala pasien
tetap. Gerakkan jari anda ke 8 arah, untukmengetahui fungsi 6 otot mata.

c) Inspeksi medan penglihatan


1. Berdirilah di depan pasien
2. Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan cara menutup matayang tidak
diperiksa.
3. Beritahu pasien untuk melihat lurus ke depan dan memfokuskanpada satu titik
pandang, misalnya hidung anda.
4. Gerakkan jari anda pada suatu garis vertical/dari samping,dekatkan ke mata pasien
secara perlahan-lahan.
5. Anjurkan pasien untuk memberitahu sewaktu mulai melihat jarianda.
6.Kaji mata sebelahnya

d) Pemeriksaan visus (ketajaman penglihatan)

7
1. Siapkan kartu snellen/kartu yang lain untuk pasien dewasa ataukartu gambar untuk
anak-anak
2. Atur kursi tempat duduk pasien dengan jarak 5 atau 6 cm darikartu snellen
3. Atur penerangan yang memadai sehingga kartu dapat dibacadengan jelas.
4. Beritahu pasien untuk menutup mata kiri dengan satu tangan.
5. Pemeriksaan mata kanan dengan cara pasien disuruh membacamulai huruf yang
paling besar menuju huruf yang kecil dan catattulisan terakhir yang masih dapat
dibaca oleh pasien.
6. Selanjutnya pemeriksaan mata kirie)PalpasiPalpasi pada mata dikerjakan dengan
tujuan untuk mengetahui tekanan bolamata dan untuk mengetahui adanya nyeri tekan.

Mengukur tekanan bola matasecara lebih teliti diperlukan alat tonometri yang
memerlukan keahlian khusus. Palpasi untuk mengetahui tekanan bola mata dapat
dikerjakan sebagai berikut:
1. Beritahu pasien untuk duduk.
2. Anjurkan pasien untuk memejamkan mata.
3. Lakukan palpasi pada kedua mata. Bila tekanan bola matameninggi maka mata
teraba keras. Pengkajian mata tingkat mahir (funduskopi) dilakukan paling akhir.
Pengkajian ini dikerjakan untuk mengetahui susunan retina dengan menggunakan
alat optalmoskop. Untuk dapat melakukan hal ini maka diperlukan pengetahuan
anatomi dan fisiologi mata yang memadai serta ketrampilan khusus dalam
mempergunakan alat.

Langkah kerja pengkajian funduskopi adalah :


1. Atur posisi pasien duduk di kursi
2. Beritahu pasien tetntang tindakan yang akan dikerjakan
3.Teteskan 1-2 tetes obat yang dapat melebarkan pupil dalam jangkapendek misalnya
tropisamide (bila tidak ada kontra indikasi).
4. Atur cahaya ruangan agak redup
5. Duduk di kursi dihadapan pasien

8
6. Beritahu pasien untuk melihat secara tetap pada titik tertentu dananjurkan untuk
tetap mempertahankan sudut pandangnya tanpa berkedip.
7. Bila pasien atau anda memakai kaca mata, hendaknya dilepasdahulu.
8. Pegang optalmoskop atur lensa pada angka 0, nyalakan danarahkan pada pupil
mata dari jarak sekitar 30 cm sampai anda temukaan red reflex yang merupakan
cahaya pancaran dari retina.Bila letak optalmoskop tidak tepat, maka red reflex tidak
akanmuncul. Red reflex juta tidak muncul pada berbagai gangguanmisalnya katarak.
9. Bila red reflex sudah ditemukan, dekatkan optalmoskop pelan-pelan ke mata
pasien. Bila pasien miopi maka atur control kea rahnegative (merah). Bila psien
hipermiopi atur control kea rah positif(hitam).
10. Amati fundus secara sistematis diawali dengan mengamatipembuluh darah besar.
Catat bila ditemukan kelainan. Lanjutkanpengamatan dengan membandingkan ukuran
arteri dan vena yangnormalnya mempunyai perbandingan 4 : 5. kemudian amati
warnamacula yang normalnya tampak lebih terang daripada retina.Berikutnya amati
discus optikus terhadap warna, batas danpigmentasinya. Normalnya discus optikus
berbentuk melingkar,warna muda agak kuning, batas terang dan tetap dengan
jumlahpigmen yang bervariasi. Lalu amati retina terhadap warna,kmungkinan ada
perdarahan dan setiap ada kelainan
11. Bandingkan mata kanan dan kiri
12. Catat hasil pengkajian.
13. Setelah selesai pengkajian, teteskan pilocarpine 2% untukmenetralisir dilatasi
pada mata yang diamati (pada pasien yangditetesi tropisamide).
 Teling, Pengkajian telinga secara umum bertujuan untuk mengetahui keadaan
telinga luar,saluran telinga, gendang telinga/membrane timpani dan pendengaran.
Alat-alat yangperlu dipersiapkan dalam pengkajian telinga antara lain otoskop, garpu
tala dan arloji.
 Inspeksi dan palpasi telinga:
1. Bantu pasien dalam posisi duduk. Pasien yang masih anak-anak dapatdiatur duduk
di pangkuan orang lain.
2. Atur posisi anda duduk menghadap pada sisi telinga pasien yang akandikaji.
3. Untuk pencahayaan, gunakan auroskop, lampau kepala atau sumbercahaya yang
lain sehingga tangan anda akan bebas bekerja

9
4. Mulailah mengamati telinga luar, periksa keadaan pinna terhadapukuran, bentuk,
warna, lesi dan adanya massa.
5. Lanjutkan pengkajian palpasi dengan cara memegang telinga dengan jempol dan
jari penunjuk.
6. Palpasi kartilago telinga luar secara sistematis yaitu dari jaringan luna,kemudian
jaringan keras dan catat bila ada nyeri.
7. Tekan bagian tragus ke dalam dan tekan pula tulang telinga di bawahdaun telinga.
Bila ada peradangan amka pasien akan merasa nyeri.
8. Bandingkan telinga kiri dan telinga kanan.
9. Bila diperlukan, lanjutkan pengkajian telinga bagian dalam.
10. Pegang bagian pinggir daun telinga/heliks dan secara perlahan-lahan tarik daun
telinga ke atas dan kebelakang sehingga lubang telinga menjadi lurus dan mudah
diamati. Pada anak-anak daun telinga ditarikke bawah.
11. Amati pintu masuk lubang telinga dan perhatikan terhadap ada atautidaknya
peradangan, perdarahan atau kotoran.
12. Dengan hati-hati masukkan otoskop yang menyala ke dalam lubangtelinga.
13. Bila letak otoskop sudah tepat, letakkan mata diatas eye-piece.
14. Amati dinding lubang telinga terhadap kotoran, serumen, peradanganatau adanya
benda asing.
15. Amati membrane timpani mengenai bentuk, warna, transparansi, kilau,perforasi
atau terhadap adanya darah/cairan.
 Pemeriksaan pendengaran Pemeriksaan pendengaran dilakukan untuk mengetahui
fungsi telinga. Secara sederhana pendengaran dapat dipemeriksaan dengan
menggunakan suarabisikan. Pendengaran yang baik akan dengan mudah dapat
mengetahui adanya bisikan. Bila pendengaran dicurigai tidak berfungsi baik, maka
pemeriksaan.
yang lebih teliti dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan garpu tala, atautest
audiometric (oleh spesialis).
1. Atur posisi pasien berdiri membelakangi anda pada jarak sekitar 4,5sampai dengan
6 meter.
2. Anjurkan pasien untuk menutup salah satu telinga yang tidakdipemeriksaan.

10
3. Bisikkan suatu bilangan (misalnya tujuh enam).
4. Beritahu pasien untuk mengulangi bilangan yang di dengar.
5. Pemeriksaan telinga yang satunya dengan cara yang sama.
6. Bandingkan kemampuan mendengar telinga kanan dan kiri pasien.

Pemeriksaan pendengaran dengan bisikan dapat pula dikerjakan dengan


menggunakan arloji dengan langkah kerja sebagai berikut :
1. Pegang sebuah arloji di samping telinga pasien.
2. Suruh pasien menyatakan apakah mendengar detak arloji.
3. Pindah posisi arloji perlahan-lahan menjauhi telinga dan suruh pasienmenyatakan
bila tak dapat mendengar lagi. Normalnya detak arlojimasih dapat di dengar sampai
jarak sekitar 30 cm
4. Bandingkan telinga kanan dan kiri.Pemeriksaan pendengaran dengan garputala
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas pendengaran secara lebih teliti.
Pemeriksaan garpu tala dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pemeriksaan Rinne
dan Pemeriksaan Weber. Pemeriksaan Rinne dilakukan untuk membandingkan antara
konduksiudara dengan konduksi tulang sedangkan pemeriksaan Weber digunakan
untukmengetahui lateralisasi fibrasi (getaran, yang dirasakan baik oleh telinga
kananmaupun kiri).Pemeriksaan pendengaran ini harus dilakukan diruang yangtenang
(tidak gaduh). Pemeriksaan pendengaran dengan garputala dilakukandengan langkah
kerja sebagai berikut :
• Pemeriksaan pertama (Rinne)
1. Vibrasikan garputala.
2. Letakkan garputala pada mastoid kiri pasien.
3. Anjurkan pasien untuk memberitahu sewaktu tidakmerasakan getaran lagi.
4. garputala dan pegang di depan telinga kiri pasiendengan posisi garputala parallel
terhadap lubang telingaluar pasien.
5. Anjurkan pasien untuk memberitahu apakah masihmendengar suara getaran atau
tidak. Normalnya suara getaran masih dapat di dengarkan karena konduksi udaralebih
baik daripada konduksi tulang.
• Pemeriksaan kedua (Weber)

11
1. Fibrasikan garputala.
2. Letakkan garputala di tengah-tengah dahi pasien.
3. Tanya pasien mengenai sebelah mana telinga mendengarsuara getaran lebih keras.
Normalnya kedua telinga dapatmendengar secara seimbang, sehingga getaran
dirasakan ditengah-tengah kepala.
4. Catat hasil pemeriksaan pendengaran.
5. Determinasikan apakah pasien mengalami gangguankonduksi tulang, udara atau
keduanya.
 Hidung dan Sinus-sinus Hidung dikaji dengan tujuan untuk mengetahui keadaan
bentuk dan fungsi hidung. Pengkajian hidung dimulai dari bagian luar, bagian dalam
lalu sinus-sinus. Peralatanyang dipersiapkan antara lain : stetoskop, speculum hidung,
cermin kecil dan sumberpenerangan/lampu.
 Inspeksi dan palpasi hidung bagian luar dan palpasi sinus-sinus
1. Duduklah menghadap pada pasien.
2. Atur penerangan dan amati hidung bagian luar dari sisi depansamping dan sisi atas.
Perhatikan bentuk atau tulang hidung danketiga sisi ini.
3. Amati keadaan kulit hidung terhadap warna dan pembengkakan.
4. Amati kesimetrisan lubang hidung.
5. Lanjutkan dengan melakukan palpasi hidung luar dan catat biladitemukan
ketidaknormalan kulit atau tulang hidung.
6. Kaji mobilitas septum hidung.
7. Palpasi sinus maksilaris, frontalis dan etmoidalis, perhatikan terhadapadanya nyeri
tekan.
 Inspeksi hidung bagian dalam Untuk dapat melakukan inspeksi hidung bagian
dalam, maka ada beberapa peralatan yang diperlukan antara lain stetoskop, speculum
hidung, cermin kecil dan lampu.
1. Duduk menghadap kearah pasien
2. Pasang lampu kepala
3. Atur lampu sehingga sesuai untuk menerangi lubang hidung.

12
4. Elevasikan ujung hidung pasien den gan cara menekan hidung secara ringan
dengan ibu jari anda, kemudian amati bagian enterior lubanghidung.
5. Amati posisi septum hidung dan kemungkinan adanya perfusi
6. Amati bagian turbin inferior
7. Pasang ujung speculum hidung pada lubang hidung sehingga ronggahidung dapat
diamati
8. Untuk memudahkan pengamatan pada dasar hidung maka atur posisikepala sedikit
menengadah.
9. Dorong kepala menengadah sehingga bagian atas rongga hidungmudah diamati.
10. Amati bentuk dan posisi septum, kartilago dan dinding-dindingrongga hidung
serta selaput lender pada rongga hidung (warna,sekresi, bengkak).
11. Bila sudah selesai, lepas speculum secara perlahan-lahan.
 Pengkajian patensi hidung, Pengkajian ini dilakukan terutama bila dicurigai
adanya sumbatan atau deformitas pada rongga hidung bagian bawah.
1. Duduklah dihadapan pasien
2. Gunakan satu tangan untuk menutup satu lubang hidung pasien, suruhpasien
menghembuskan udara dari lubang hidung yang tidak ditutup
dan rasakan hembusan udara tersebut. Normalnya udara dapatdihembuskan dengan
jelas.
3. Kaji lubang hidung satunya.
Mulut dan Paring Pengkajian mulut dan paring dilakukan dengan posisi pasien
duduk. Pengkajian dimulai dengan mengamati bibir, gigi, gusi, lidah, selaput lender,
pipi bagian dalam,lantai dasar mulut dan palatum/langit-langit mulut kemudian
faring.

Inspeksi:
1. Bantu pasien duduk berhadap dengan anda, dengan tinggi yangsejajar.
2. Amati bibir untuk mengetahui adanya kelainan kengenital, bibirsumbing, warna
bibir, ulkus, lesi dan massa.
3. Lanjutkan pengamatan pada gigi dengan pasien dianjurkan membukamulut.

13
4. Atur pencahayaan yang memadai dan bila diperlukan gunakanpenekan lidah untuk
menekan lidah sehingga gigi akan tampak lebih jelas.
5. Amati keadaan setiap gigi mengenai posisi, jarak, gigi rahang atas danbawah,
ukuran, warna, esi atau adanya tumor. Amati juga secarakhusus pada akar-akar gigi
dan gusi.
6. Pemeriksaan setiap gigi dengan cara mengetuk secara sistematis,bandingkan gigi
bagian kiri, kanan atas dan bawah dan anjurkan pasien untuk memberitahu bila
merasa nyeri sewaktu di ketuk.
7. Perhatikan pula cirri-ciri umum sewaktu melakukan pengkajian antaralain
kebersihan mulut dan bau mulut.
8. Lanjutkan pengamatan pada lidah dan perhatikan kesimetrisannya. Suruh pasien
menjulurkan lidah dan amati mengenai kelurusan, warna,ulkus maupun setiap ada
kelainan.

9.Amati selaput lender mulut secara sistematis pada semua bagianmulut mengenai
warna, adanya pembengkakan, tumor, sekresi ,peradangan, ulkus dan perdarahan.
10. Beri kesempatan pasien untuk istirahat dengan menutup mulutsejenak bila capai,
lalu lanjutkan dengan inspeksi paring dnegan carapasien dianjurkan membuka mulut,
tekan lidah ke bawah pasien sewaktu pasien berkata "ah". Amati paring terhadap
kesimetrisanovula. Tujuan palpasi pada mulut terutama untuk mengetahui bentuk dan
setiap ada kelainanpada mulut yang dapat diketahui dengan palpasi, yang antara lain
meliputi pipi, dasar mulut, palatum/langit-langit mulut dan lidah.
1. Atur posisi psien duduk menghadap anda
2. Anjurkan pasien membuka mulut.
3. Pegang pipi diantara ibu jari dan jari telunjuk (jari telunjuk berada didalam. Palpasi
pipi secara sistematis dan perhatikan terhadap adanyatumor atau pembengkakan. Bila
pembengkakan determinasikan menurutukuran, konsistensi, hubungan dengan daerah
sekitar dan adanya nyeri.
4. Lanjutkan dengan palpasi pada palatum dengan jari telunjuk, rasakanterhadap
adanya pembengkakan dan fisura.
5.Palpasi dasar mulut dneganc ara pasien disuruh mengatakan "el"kemudian palpasi
dilakukan pada dasar mulut secara sistematis dengan jari penunjuk tangan kanan. Bila

14
diperlukan beri sedikit penekanandengan ibu jari dari bawah dagu untuk
mempermudah palpasi. Catat biladi dapatkan pembengkakan.
6.Palpasi lidah dnegan cara pasien disuruh menjulurkan lidah, pegang lidah dengan
kassa steril menggunakan tangan kiri. Dengan jari penunjuktangan kanan lakukan
palpasi lidah terutama bagian belakang dan batas-batas lidah.
 Leher, Leher dikaji setelah pengkajian kepala selesai dikerjakan. Tujuan
pengkajian lehersecara umum adalah untuk mengetahui bentuk leher serta organ-
organ penting yang berkaitan. Inspeksi
1. Anjurkan pasien untuk melepas baju.
2. Atur pencahayaan yang baik.
3. Lakukan inspeksi leher mengenai bentuk leher, warna kulit, adanyapembengkakan,
jaringan parut dan adanya massa. Inspeksi dilakukan secra sistematis mulai dari garis
tengah sisi depan leher, dari samping dandari belakang. (bentuk leher yang panjang
dan ramping umumnya ditemukan pada orang berbentuk ektomorf, orang dengan gizi
jelek atau orang dengan TBC paru, leher pendek dan gemuk di dapatkan pada orang
berbentuk endomorph atau obesitas). Warna kulit leher normalnya samadengan kulit
sekitarnya. Dapat menjadi kuning pada semua jenis ikterus,dan merah, bengkak,
panas dan nyeri tekan bila mengelami peradangan.
4.Inspeksi tiroid dengan cara pasien disuruh menelan dan amati gerakankelenjar tiroid
pada takik suprasternal. Normalnya gerakan kelenjar tiroidtidak dapat dilihat kecuali
pada orang yang sangat kurus.
Palpasi, Palpasi pada leher dilakukan terutama untuk mengetahui keadaan dan
lokasikelenjar limfe, kelenjar tiroid dan trakea. Kelenjar limfe sulit dipalpasi pada
orang yang sehat atau orang gemuk. Sebaliknya pada orang yang kurus akan lebih
mudah ditemukan. Pembesaran kelenjar limfe dapat disebabkan oleh berbagai
penyakit misalnya peradangan akut/kronis dikepala, orofaring, kulitkepala atau
daerah leher. Juga terjadi pada beberapa kasus infeksi sepertituberkulose, atau spilis.
Pembesaran limfe disebut adenopati limfe. Palpasi kelenjar tiroid dilakukan untuk
mengetahui adanya pembesaran tiroid(gondok) yang biasanya disebabkan oleh
kekurangan gram zodium. Bentukkelenjar tiroid dapat diketahui jika kepala pasien
ditengadahkan sambil pasiendisuruh menelan ludah (air), sementara perawat
melakukan palpasi kelenjar tersebut. Kedudukan trakea perlu dikaji karena dapat
sebagai petunjuk terhadap adanya gangguan misalnya trakea yang bergeser ke salah
satu sisi dapat merupakan petunjuk adanya proses desak ruang atau fibrosis pada
paru-paru maupunmediastinum. Trakea akan tertarik pada keadaan terjadi proses
fibrosis danakan terdorong pada keadaan terjadi pendesakan ruang.

15
Cara kerja palpasi kelenjar limfe, kelenjar tiroid dan trakea adalah :
1.Duduklah di hadapan pasien.
2. Anjurkan pasien untuk menengadah ke samping menjauhi perawatpemeriksa
sehingga jaringan lunak dan otot-otot akan relaks.
3. lakukan palpasi secara sistematis dan determinasikan menurutlokasi, batas-batas
ukuran, bentuk dan nyeri tekan pada setiapkelompok kelenjar limfe yang terdiri dari :
 Preaurikular – di depan telinga.
 Posterior aurikuler – superficial terhadap prosesusmastoidius.
 Osipital – di dasar posterior tulang kepala.
 Tonsilar – disudu mandibula.
 Submaksilaris – ditengah-tengah antara sudut dan ujungmandibula.
 Submental – papa garis tengah beberapa cm di belakangujung mandibula.
 Servikal superficial – superficial terhadapsternomastoidius.
 Servikal posterior – sepanjang tepi anterior trapesius.
 Servikal dalam – dalam sternomastoid dan sering tidakdapat dipalpasi
 Supraklavikula – dalam suatu sudut yang terbentuk olehklavikula dan
sternomastoideus.
4 . Lakukan palpasi kelenjar tiroid dengan cara :
 Letakkan tangan anda pada leher pasien
 Palpasi pada fossa suprasternal dengan jari penunjuk dan jari tengah.
 Suruh pasien menelan atau minum untuk memudahkan palpasi.
 Palpasi dapat pula dilakukan dengan perawat berdiri dibelakang pasien,
tangan diletakkan mengelilingi leher danpalpasi dilakukan dengan jari kedua
dan ketiga.
 Bila teraba kelenjar tiroid maka determinasikan menurutbentuk, ukuran,
konsistensi dan permukaannya.

5. Lakukan palpasi trakea dengan cara berdiri di samping kananpasien. Letakkan


jari tengah pada bagian bawah trakea dan rabatrakea ke atas, ke bawah dan
kesamping sehingga kedudukantrakea dapat diketahui.
 Mobilisasi leher Pengkajian mobilisasi leher dilakukan paling akhir pada
pemeriksaan leher. Pengkajian ini dilakukan baik secara aktif maupun pasif. Untuk
mendapatkan data yang akurat maka leher dan dada bagian atas harus bebas dari
pakaiandan perawat berdiri/duduk dibelakang pasien.

16
1. Lakukan pengkajian mobilitas leher secara aktif. Suruh pasien menggerakkan leher
dengan urut-urutan sebagai berikut:
a.Antefleksi, normalnya 45ob.Dorsifleksi, normalnya 60 oc.Rotasi ke kanan,
normalnya 7 0od.Rotasi ke kiri, normalnya 70oe. Lateral fleksi ke kiri, normalnya
40of. Lateral fleksi ke kanan, normalnya 40o
2. Determinasikan sejauh mana pasien mampu menggerakkan lehernya. Normalnya
gerakan dapat dilakukan secara terkoordinasi, tanpa gangguan.
3. Bila diperlukan lakukan pengkajian mbilitas secara pasif dengan carakepala pasien
dipegang dengan dua tangan kemudian digerakkan denganurut-urutan yang seperti
padapengkajian mobilitas leher secara aktif.

17
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa “Pengkajian Fisik Kepala dan Leher”
meliputi pemeriksaan pada kepala, mata , telinga, hidung dan sinus-sinus, mulut dan
paring, serta pada leher, dimana pemeriksaan ini dapat berupa inspeksi yaitu dengan
cara di lihat, dan palpasi yaitu dengan cara diraba.

SARAN
Pada makalah “Pengkajian Fisik Kepala dan Leher” ini, diharapkan bermanfaat bagi
pembaca, terutama perawat , karena mengingat betapa pentingnya cara-cara untuk
pengkajian fisik pada kepala dan leher yang baik dan benar, sehingga

18
DAFTAR PUSTAKA

A, S. N. (2023). Pemateri . Cibening Purwakarta .


L., A. A. (2023). Pembuat Makalah. Cibening Purwakarta.
N., A. T. (2023). Pemateri &Pembuat PPT . Cibening Purwakarta.
S, V. V. (2023). Pemateri & Pembuat PPT. Cibening Purwakarta.
Y, N. S. (2023). Pemateri & Pembuat PPT . Cibening Purwakarta.

SUMBER MATERI

19

Anda mungkin juga menyukai