Anda di halaman 1dari 14

KETERAMPILAN DASAR KEPERAWATAN

“PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN”

OLEH : KELOMPOK 6

NAMA NIM

Ni Luh Ayu Cahyani 213213317

Ni Kadek Gayatri S.P 213213328

Ni Luh Puspasari Aprilia Putri 213213335

Ni Putu Indah Saraswati Budhi Pratiwi 213213338

I Gede Eka Dharma Putra Sanjaya 213213345

KELAS : A15-B

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIRA MEDIKA BALI

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan terhadap Tuhan yang Maha Esa. Berkat rahmat dan
karunian-Nya kami dapat menyusun tugas makalah ini dengan isi yang dapat membantu kami
mengenal lebih dalam mengenai ilmu kesehatan keperawatan. Dengan berkat beliau lah kelompok
kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah Keterampilan Dasar
Keperawatan dengan judul yaitu Pemeriksaan Fisik Abdomen.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki oleh karena itu kami mengharapkan
segala bentuk dan saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pendidikan
khususnya ilmu kesehatan.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membaca. Sehingga
makalah yang kami susun dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan ataupun
ada kesalahan dalam penulisan makalah ini.

Denpasar, 15 Februari 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 4

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 4


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................. 6

2.1 Pemeriksaan Fisik Abdomen ............................................................................................ 6


2.2 Persiapan Pemeriksaan Fisik Abdomen ........................................................................... 7
2.3 Prosedur Pemeriksaan Fisik Abdomen ............................................................................ 8

BAB III PENUTUP .................................................................................................................... 13


3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 13
3.2 Saran ................................................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, perawat harus
mempunyai pengetahuan dan keterampilan mengkaji dan merumuskan diagnosis
keperawatan, merencanakan tindakan keperawatan, dan membuat evaluasi.
Pengkajian merupakan tahap yang paling utama dalam proses keperawatan, dimana
pada tahap ini perawat melakukan pengkajian data yang diperoleh dari hasil
wa wancara atau anamnesis, laporan teman sejawat, catatan kesehatan lain dan
hasil dari pengkajian fisik. Anamnesis keperawatan untuk memperoleh data subjektif
tentang kondisi pasien dan pemerikaan fisikatau pemeriksaan klinis adalah sebuah
proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda
klinis penyakit.
Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa
tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat
dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam
penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan
fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota
gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi,
dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat
menyususn sebuah diagnosis diferensial, yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin
menyebabkan gejala tersebut. Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri
penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam
prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu
dilakukan pertama kali.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu pemeriksaan fisik abdomen?
2. Apa saja persiapan dan alat yang perlu disiapkan?
3. Bagaimana prosedur dalam melakukan pemeriksaan fisik abdomen?

4
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa arti dari pemeriksaan fisik abdomen.
2. Untuk mengetahui bagaimana persiapan dan alat yang perlu disiapkan.
3. Untuk mengetahui prosedur melakukan pemeriksaan fisik abdomen.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Manfaat Teoritis
Diharapkan hasil dari penyusunan makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak, khususnya kepada mahasiswa keperawatan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai Pemeriksaan Fisik Abdomen.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan hasil dari penyusunan makalah ini dapat dijadikan sebagai suatu
pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan yang nantinya ilmu tersebut dapat
dipahami dan diaplikasikan dalam praktik keperawatan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pemeriksaan Fisik Abdomen


Pemeriksaan fisik abdomen merupakan prosedur diagnostik yang rutin
dilakukan pada berbagai kondisi dan keluhan yang terkait sistem gastrointestinal
seperti diare, gastritis, massa intra abdomen, ataupun trauma abdomen. Dengan tujuan
untuk mengidentifikasi tanda penyakit atau kelainan pada daerah abdomen.
Abdomen adalah bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak diantara toraks
dan pelvis. Rongga ini berisi viscera dan dibungkus dinding abdomen yang terbentuk
dari dari otot abdomen, columna vertebralis, dan tulang ilium. Untuk membantu
menetapkan suatu lokasi di abdomen, yang paling sering dipakai adalah pembagian
abdomen oleh dua buah bidang bayangan horisontal dan dua bidang bayangan
vertikal. Bidang bayangan tersebut membagi dinding anterior abdomen menjadi
sembilan daerah (regiones). Dua bidang diantaranya berjalan horizontal melalui
setinggi tulang rawan iga kesembilan, yang bawah setinggi bagian atas crista iliacadan
dua bidang lainnya vertikal di kiri dan kanan tubuh yaitu dari tulang rawan iga
kedelapan hingga ke pertengahan ligamentum inguinale. Cavum abdomen dibagi
menjadi 4 bagian dengan garis imajiner yang saling tegak lurus melewati umbilikus.
Keempat bagian ini adalah kuadran kanan atas dan bawah, serta kuadran kiri atas dan
bawah. Kuadran-kuadran ini merepresentasikan organ-organ yang terletak di
dalamnya.
Berikut merupakan 9 region abdomen :
1. Hypocondriaca dextra meliputi organ : lobus kanan hati, kantung empedu,
sebagian duodenum fleksura hepatik kolon, sebagian ginjal kanan dan kelenjar
suprarenal kanan.
2. Hypocondriaca sinistra meliputi organ: gaster, limpa, bagian kaudal pankreas,
fleksura lienalis kolon, bagian proksimal ginjal kiri dan kelenjar suprarenal kiri.

3. Epigastrica meliputi organ: pilorus gaster, duodenum, pankreas dan sebagian dari
hepar.
4. Lumbalis dextra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal kanan,
sebagian duodenum dan jejenum.

6
5. Lumbalis sinistra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal kiri,
sebagian jejenum dan ileum.
6. Umbilical meliputi organ: Omentum, mesenterium, bagian bawah duodenum,
jejenum dan ileum.
7. Inguinalis dextra meliputi organ: sekum, apendiks, bagian distal ileum dan ureter
kanan.
8. Inguinalis sinistra meliputi organ: kolon sigmoid, ureter kiri dan ovarium kiri.
9. Pubica/Hipogastric meliputi organ: ileum, vesica urinaria dan uterus (pada
kehamilan).

2.2 Persiapan Pasien Dan Alat Dalam Pemeriksaan Fisik Abdomen


1. Persiapan Pasien
 Sebelum melakukan pemeriksaan fisik abdomen, perawat maupun dokter
perlu melakukan anamnesis. Anamnesis merupakan kunci dari diagnosis.
Anamnesis meliputi keluhan utama yang dialami pada saat itu serta keluhan
tambahan. Keluhan tersebut kemudian digali lebih dalam untuk menemukan
arah diagnosis.
 Selain itu, dokter juga perlu menjelaskan kepada pasien mengenai prosedur
pemeriksaan fisik abdomen yang akan dilakukan. Pasien juga perlu diberitahu
mengenai kemungkinan adanya rasa tidak nyaman maupun nyeri yang
bertambah pada saat pemeriksaan.
 Pemeriksaan fisik yang baik dilakukan secara sistematis, diawali dengan
melihat keadaan umum dan kesadaran pasien, serta tanda-tanda vital. Tanda-
tanda vital ini terutama sangat penting, mengingat banyaknya kasus gangguan
intraabdomen ataupun trauma yang menyebabkan gangguan hemodinamik dan
merupakan kasus kegawatdaruratan. Tanda vital kemudian dilanjutkan dengan
pemeriksaan fisik umum “head-to-toe”. Pemeriksaan fisik umum ini diawali
dari kepala, leher, paru, kemudian baru ke pemeriksaan fisik abdomen dan
seterusnya.
 Sebelum dilakukan pemeriksaan fisik, ada baiknya untuk meminta pasien
BAK terlebih dahulu. Selain itu, tanyakan mengenai lokasi nyeri, sehingga
pada pemeriksaan palpasi, area tersebut merupakan area terakhir yang

7
dipalpasi. Terutama pada pasien yang nyeri, alihkan perhatian pasien dengan
mengajak pasien berbicara agar pasien merasa lebih nyaman.
 Posisi terbaik pada pemeriksaan fisik abdomen adalah supinasi dengan kedua
lengan di samping kanan dan kiri badan atau menyilang di dada. Kedua
tungkai difleksikan untuk membantu agar dinding abdomen lebih rileks.
Apabila lengan diletakkan di atas kepala, dinding abdomen akan teregang dan
menjadi lebih tegang, sehingga palpasi menjadi lebih sulit. Pemeriksa berada
di sebelah kanan pasien.

2. Persiapan Peralatan

Peralatan yang diperlukan pada pemeriksaan fisik abdomen meliputi,


stetoskop dan pita ukur untuk mengukur lingkar perut. Adapun pada pemeriksaan
fisik dapat melibatkan keluarga pasien atau asisten sebagai saksi pemeriksaan
fisik, terutama pada pasien yang berbeda gender dengan pemeriksa.

Pemeriksa harus mencuci tangan dengan bersih sebelum melakukan


pemeriksaan fisik. Perhatikan untuk menghangatkan tangan pemeriksa dan
stetoskop terlebih dahulu dengan cara menggesekkan kedua telapak tangan atau
memasukkan tangan pada air hangat.

2.3 Prosedur Pemeriksaan Fisik Abdomen

1. INSPEKSI

Dengan berdiri di sebelah kanan penderita, perhatikan :

1. Kulit

Perhatikan tinggi dinding perut dibanding dinding dada, wujud kelainan kulit,
jaringan parut pelebaran vena. Kemungkinan yang ditemukan : pink purple
striaepada Cushing’s syndrome, dilatasi vena pada sirosis hepatis atau
obstruksi vena cava inferior, jaringan parut bekas operasi, cullen”s sign dan
grey turner’s sign (hematoma pada daerah umbilikus dan pinggang), sebagai
tanda pankreatitis akut.

8
2. Umbilikus

Perhatikan bentuk, lokasi dan adanya tanda-tanda inflamasi atau hernia.

3. Bentuk Perut

Perhatikan simetris, pembesaran organ atau adanya massa. Perhatikan juga


daerah inguinal dan femoral.Kemungkinan yang ditemukan : tonjolan nyata,
tonjolan suprapubik, hepar atau limpa yang membesar, tumor, pembesaran
perut seperti bentuk perut katak.

4. Adanya gelombang peristaltik

Normal ditemukan pada orang yang kurus. Abnormal pada obstruksi


gastrointestinal.

5. Adanya pulsasi

Normal : pada orang kurus terlih at pulsasi aorta abdominalis. Aneurisma aorta
: terlihat massa dengan pulsasi. Pulsasi epigastrium : pembesaran ventrikel
kanan.

2. AUSKULTASI

Dengarkan suara bising usus dan catat jumlah frekuensidan karakter bising.
Normal 5 sampai 34 kali permenit. Ada beberapa kemungkinan yang dapat
ditemukan, antara lain :

1. Bising usus dapat meningkat atau menurun. Perubahan didapatkan pada diare,
obstruksi usus, ileus paralitik dan peritonitis.
2. Desiran, didapatkan pada stenosis arteri renalis.
3. Friction rubs, didapatkan pada tumor hepar, infark splenikus.
4. Borborygmi dan metalic sound, didapatkan pada ileus obstruktif.

9
3. PERKUSI

Berguna untuk orientasi abdomen, untuk meyakinkan pemeriksaan hati, lien dan
mengidentifikasi adanya cairan asites, benda padat, massa yang terisi cairan dan
udara bebas di perut serta usus.

1. Perkusi Hepar

Prosedur pemeriksaan :

 Perkusi ringan perut di linea medioklavikularis kanan di bawah level


umbilikus ke arah cranial(mulai dari daerah timpanikedaerahpekak).
 Beri tanda tempat perubahan pekak yang merupakan batas bawah hati.
 Perkusi ringan dinding dada di linea medioklavikularis kanan dari
cranial kecaudal (mulai dari daerah sonor ke daerah redup).
 Beri tanda batas peralihan ke redup.
 Ukur panjang antara 2 tanda tersebut yang merupakan ”liver spans”
(lebar hati).
 Bila hati membesar perkusi tempat lain dan beri tanda batas tepi hati.

Liver span normal: 6-12 cm pada linea medioklav ikularis kanan sedangkan pada
linea mid sternalis 4-8 cm. Pada penyakit paru obstruktif pekak hati menurun tetapi
liver spannormal. Liver span melebar: hepatomegali (hepatitis, CHF), efusi pleura
kanan. Liver span menyempit : hepar kecil (sirosis hepatis), udara bebas di bawah
diafragma.

Langkah perkusi bila mencurigai adanya splenomegali :

 Perkusi sela iga terendah di linea aksilaris anterior kiri.Pada daerah ini
terdengar suara timpani. Minta penderita tarik napas dalam dan tahan nafas.
Perkusi lagi di tempat yang sama. Dalam keadaan normal suara tetap terdengar
timpani. Berarti tidak ada splenomegali.
 Bila dicurigai terdapat splenomegali maka lakukan perkusi dari berbagai arah
mulai dari redup atau timpani ke arah daerah pekak yang diduga limpa
sehingga bisa memberikan gambar batas-batas lien.

10
4. PALPASI

1. PALPASI HATI

Langkah-langkah pemeriksaan :

 Letakkan tangan kiri anda di belakang penderita sejajar dan menopang


iga 11 dan 12.
 Ingatkan penderita untuk rileks.
 Tekankan tangan kiri ke ventral sehingga hati akan mudah teraba dari
depan.
 Letakkan tangan kanan anda pada perut sisi kanan lateral otot rektus
dengan ujung jari tangan tepat di bawah daerah pekak hati.
 Arah jari bisa ke arah cranial penderita.
 Minta penderita menarik nafas dalam. Raba tepi hepar yang menyentuh
jari anda. Catat dan berikan tanda padatempat hati teraba.
 Lakukan penilaian ukuran hati, bentuk tepi hati, permukaan,
konsistensi , nyeri tekan atau tidak.
 Untuk mengetahui pembesaran hati dilakukan pengukuran jarak dari
tepi kanan arkus kosta pada garis midklav ikula ke arah garis yang
dibuat.

2. PALPASI LIEN

 Dengan melingkari penderita, tangan kiri diletakkan di belakang


bagian bawah iga-iga kiri dan didorongkan keventral.
 Untuk memulai palpasi letakkan tangan kanan di bawah dugaan tepi
limpa dan tekankan ke arah limpa.
 Minta penderita bernapas dalam dan rasakan tepi limpa yang akan
turun ke caudal dan menyentuh jari anda.
 Setelah tepi limpa teraba lanjutkan palpasi ke arah lateral dan medial di
mana akan teraba incisuralienalis.
 Ukuran pembesaran mengikuti garis Shuffner. Garis Shuffner adalah
garis imaginer yang dibuat mulai dari pertengahan arcus costa kiri

11
melalui umbilikus menuju ke SIAS kanan. Garis ini dibagi menjadi 8
skala shuffner.

3. PALPASI GINJAL

Ginjal kanan :

 Letakkan tangan kiri di belakang penderita tepat di bawah dan paralel


dengan iga 12 dan ujung jari tepat di sudut kostovertebra kanan,
kemudian dorong ginjal ke arah ventral.
 Letakkan tangan kanan secara halus di kwadran kanan atas di lateral
dan paralel terhadap tepi otot rektus sedikit di caudallengkung iga
kanan.
 Minta penderita inspirasidalam. Pada akhir inspirasi tekan tangan
kanan kuat dan dalam dan raba ginjal kanan antara 2 tangan.
 Penderita disuruh ekspirasi, bersamaan itu tekanan tangan kanan
dikurangi pelan-pelan.

Ginjal kiri : Prinsipnya sama dengan ginjal kanan, bedanya :

 Pemeriksa pindah ke sisi kiri penderita.


 Gunakan tangan kanan untuk mendorong ginjal ke arah dorsal.
 Gunakan tangan kiri untuk melakukan palpasi dari ventral.

12
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan fisik abdomen merupakan prosedur diagnostik yang rutin
dilakukan pada berbagai kondisi dan keluhan yang terkait sistem gastrointestinal
seperti diare, gastritis, massa intra abdomen, ataupun trauma abdomen. Dengan tujuan
untuk mengidentifikasi tanda penyakit atau kelainan pada daerah abdomen. Abdomen
adalah bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak diantara toraks dan pelvis.
Rongga ini berisi viscera dan dibungkus dinding abdomen yang terbentuk dari dari
otot abdomen, columna vertebralis, dan tulang ilium. Pemeriksaan fisik abdomen
terdiri empat tahap secara berurutan mulai dari inspeksi, auskultasi, perkusi dan
palpasi.

3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat berguna dan dapat menambah
ilmu atau pemahaman dalam proses belajar pemeriksaan fisik abdomen. Agar
pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, dan sebagai seorang mahasiswa
keperawatan harus memahami ilmu pemeriksaan fisik dengan sempurna dan
pemeriksaan fisik ini harus dikakukan dengan prosedur yang benar.

13
DAFTAR PUSTAKA

Yuli Pramana Triyanta. (2019). KETERAMPILAN PEMERIKSAAN ABDOMEN


LANJUT. Diakses pada 15 Februari 2022, dari http://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-
content/uploads/2019/02/smt-4-MODUL-SL-PEMERIKSAAN-ABDOMEN-
LANJUT-2019.pdf
dr. Felicia. Teknik Pemeriksaan Fisik Abdomen. Diakses pada 15 Februari 2022, dari
https://www.alomedika.com/tindakan-medis/gastroentero-hepatologi/pemeriksaan-
fisik-abdomen/teknik
Diakses pada 15 Februari 2022, dari http://eprints.undip.ac.id/81906/3/BAB_II_.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai