Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

KETERAMPILAN DASAR PRAKTEK KLINIK


“PEMERIKSAAN FISIK PADA NY. R USIA 26 TAHUN DENGAN
PEMERIKSAAN SADARI PAYUDARA
DI PMB INDRI KURNIA SARI, S.Tr.Keb”

DosenPembimibingAkademik
Dr. Bdn,. Hj. Rosmiati, S. Sit, SKM, m. Kes

CI
Bdn. Harikah, S.ST

Disusun Oleh

INDRI KURNIA SARI


NPM : 220503725517

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES BHAKTI PERTIWI INDONESIA
JAKARTA
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Keterampilan Dasar Praktik Klinik Pemeriksaan Fisik head to toe” ini dengan tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada bidang Studi Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Selain itu makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang cara periksaan fisik head to toe bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Bersama ini perkenankan penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar –
besarnya dengan hati yang tulus kepada:
1. Dr. Bdn. Hj. LilikSusilowati, S.SiT., M.Kes., MARS selaku Ketua Yayasan
Bhakti Pertiwi Indonesia
2. Dr. Bdn. Hj. Ella Nurlelawati, SKM., M.Kes selaku Ketua STIKes Bhakti
Pertiwi Indonesia
3. Dian Raflesiani, S.SiT., M.Kes. selaku Kaprodi Pendidikan Profesi Bidan
STIKes Bhakti Pertiwi Indonesia
4. Dr. Bdn,. Hj. Rosmiati, S. Sit, SKM, m. Kes Selaku Pembimbing Akademik
STIKes Bhakti Pertiwi Indonesia
5. Bdn. Harikah, S.ST Selaku pembimbing Lahan STIKes Bhakti Pertiwi
Indonesia
Penulis menyadari bahwa asuhan kebidanan ini jauh dari sempurna oleh karena
itu perlu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk
kesempurnaan dari asuhan kebidanan ini. Saya berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Jakarta, November 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER ………………………………,………………………………………………i
Kata Pengantar………………………………………………………………………………...ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................iv
BAB I PENDADAHULUAN…………………………………………………………………7
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………..7
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………….7
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………8
1.4 Manfaat………………………………………………………………………………..8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................9
2.1.1 Pengertian SADARI………………………………………………………………...9
2.2.1 Pegertian Pemeriksaan Fisik……………………………………………………….18

BAB III.....................................................................................................................................28
3.1 Data Subjektif.........................................................................................................28
3.2 Data Obyektif.........................................................................................................28
3.3 Assesment..............................................................................................................29
3.4 Perencanaan...........................................................................................................30

BAB IV………………………………………………………………………………………29
4.1 Pembahasan………………………………………………………………………….29
BAB V.....................................................................................................................................30
5.1 Kesimpulan............................................................................................................32
5.2 Saran......................................................................................................................32

BAB I

PENDAHULUAN

3
1.1    Latar Belakang

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli

medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil

pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik

akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan

pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian

kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa

dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin

diperlukan seperti test neurologi.

Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis

dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang

mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk

meyakinkan penyebab tersebut. Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri

penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam

prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu

dilakukan pertama kali.           

1.2    Rumusan Masalah

1.      Apakah itu pemeriksaan fisik  ?

2.      Apakah tujuan dari pemeriksaan fisik ?

3.      Bagaimana metode dan langkah pemeriksaan fisik ?

4
4.      Seperti apa pemeriksaan tanda vital ?

5.      Bagaimana pemeriksaan fisik head to toe ?

6.      Bagaimana pemeriksaan fisik per sistem ?

1.3    Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian periksaan fisik

2. Untuk mengetahui tujuan dari pemeriksaan fisik

3. Untuk mengetahui metode dan langkah pemeriksaan fisik

4. Untuk mengetahui seperti apa tanda tanda vital

5. Untuk mengetahui bagaimana cara pemeriksaan head to toe

6. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan fisik per sistem

1.4    Manfaat

Makalah ini di buat oleh kami agar meminimalisir kesalahan dalam tindakan

praktik kebidanan yang di sebabkan oleh ketidakpahaman dalam prosedur

pemeriksaan fisik dalam kebidanan sehingga berpengaruh besar terhadap kesehatan

klien.

5
BAB II

TINJAUAN

PUSTAKA

2.1 Sadari (Pemeriksaan Payudara Sendiri)

2.1.1 Pengertian

SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) adalah suatu cara untuk

mengetahui bentuk normal payudara dan mendeteksi perubahannya

yang dilakukan setiap bulan. Banyak wanita yang memiliki benjolan

pada payudaranya. Tapi untuk mengetahui gumpalan mana yang normal

dan tidak normal, perlu melakukan pemeriksaan teratur dan berulang

untuk merasakan struktur payudara (Brown Zora, 2011).

SADARI merupakan pemeriksaan payudara yang paling mudah,

6
sederhana, dan murah karena tidak membutuhkan biaya. Berbeda

dengan jenis-jenis pemeriksaan payudara lainnya seperti mammografi,

USG, MRI, PET Scan dan biopsi, dimana melibatkan tenaga medis dan

peralatan canggih, dan membutuhkan biaya yang mahal. Pada

pelaksanaan SADARI yang perlu dilakukan hanya meraba dan

memeriksa payudara untuk memastikan tidak ada benjolan atau

kelainan apapun. Jika rutin dilakukan, dapat mendeteksi secara lebih

dini dan cepat mendapat penanganan jika terdapat masalah atau

kelainan pada payudara (Tim Naviri, 2016).

Dari beberapa pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa SADARI

merupakan pemeriksaan payudara yang paling sederhana untuk

mendeteksi perubahan atau adanya kelainan pada payudara yang

dilakukan setiap bulan secara teratur.

7
2.1.2 Tujuan

Tujuan dilakukannya SADARI yaitu untuk mendeteksi dini jika

terdapat benjolan pada payudara, terutama yang dicurigai ganas, sehingga

dapat menurunkan angka kematian. Meskipun kejadian kanker payudara

pada wanita muda rendah, tetapi sangat penting untuk diajarkan SADARI

sehingga terbiasa melakukannya di kala tua (Nugroho Taufan, 2011).

2.1.3 Waktu dan Frekuensi

Waktu terbaik untuk melakukan sadari yaitu 2-3 hari setelah

menstruasi, ketika kelembutan atau pembengkakan payudara hilang. Jika

pada saat melakukan SADARI terdapat gumpalan atau perubahan yang

tidak normal pada payudara, maka lakukan pemeriksaan pada ahli medis

untuk mengevaluasi payudara klinis (Brown Zora, 2011).

Menurut penelitian Sari Septiani dan Mahyar Suara tahun 2013,

Waktu melakukan SADARI yaitu hari ke 7-10 terhitung saat hari pertama

haid dan tidak ada kata terlalu dini untuk memulai SADARI karena saat ini

ada kecenderungan kanker payudara dialami oleh perempuan dengan usia

(15-20 tahun).

Dengan melakukan SADARI secara teratur, keberadaan kanker bisa

ditemukan ketika masih berdiameter 1,2 cm. Sementara SADARI yang

dilakukan tidak teratur, kanker biasanya baru ditemukan ketika mencapai

diameter 2,5 cm. Jika wanita tersebut kurang terampil melakukannya,

kanker yang ditemukan diamaternya bisa lebih besar lagi sekitar 3,5cm

(Tim Naviri, 2016).

8
Jadi dapat disimpulkan bahwa waktu dilakukannya SADARI yaitu 2-

3 hari setelah menstruasi atau hari ke 7-10 terhitung dari haid pertama yang

dilakukan setiap bulan dan teratur agar dapat mendeteksi dini kanker

kelainan pada payudara atau dapat menemukan kanker sebelum stadium

lanjut.

2.1.4 Pentingnya SADARI dalam kesehatan Payudara

Kanker payudara adalah jenis kanker yang paling umum ditemukan

pada wanita setelah kanker kulit, tetapi Hal ini dapat dicegah dengan

melakukan SADARI dengan rutin dan teratur. Namun, yang menjadi

masalah selama ini deteksi dini yang sebenarnya relatif mudah itu sering

tidak dilakukan, dengan berbagai alasan. Padahal cara tersebut sangat

efektif dalam mandeteksi perkembangan kanker, sekaligus memperbesar

tingkat kesembuhan seseorang jika sel kanker ditemukan sejak stadium dini

(Tim Naviri, 2016).

2.1.5 Perlu di Perhatikan Saat Melakukan SADARI

Dalam melakukan SADARI, berikut ini adalah hal-hal yang perlu

diperhatikan:

1. Teraba benjolan

2. Penebalan kulit.

3. Perubahan bentuk dan ukuran.

4. Pengerutan kulit.

5. Keluar cairan dari puting susu padahal tidak sedang menyusui.

6. Ada rasa nyeri pada payudara tanpa penyebab jelas.

7. Pembengkakan lengan atas.

9
8. Teraba benjolan diketiak.

Jika terdapat kelainan seperti yang disebutkan diatas maka segera

periksakan diri kedokter agar dilakukan pemeriksaan lebih lanjut (Tim

Naviri, 2016).

2.1.6 Cara Pemeriksaan Payudara Sendiri

1. Buka seluruh pakaian bagian atas

kemudian berdiri didepan cermin

dengan kedua lengan tergantung lepas

didalam ruangan yang terang.


Langkah I
Perhatikan payudara:

a. Bentuk dan ukuran payudara kanan dan kiri apakah simetris

b. Bentuknya membesar atau mengeras

c. Puting lurus kedepan atau berubah arah atau puting tertarik ke dalam

d. Puting atau kulitnya ada yang lecet

e. Kulit tampak kemerahan, kebiruan atau kehitaman

f. Kulit menebal dengan pori-pori melebar (seperti kulit

jeruk), permukaan kulit mulus, tidak ada kerutan atau

cekungan

2. Ulangi pengamatan pada langkah satu

dengan posisi kedua tangan lurus

keatas. Langkah II

10
3. Ulang kembali pengamatan pada

langkah satu dengan posisi tangan di

pinggang.

4. Gunakan keempat jari tangan kanan Langkah III


yang saling dirapatkan untuk meraba

payudara dengan gerakan keatas dan

kebawah mulai dari tepi paling kiri

hingga ke tepi paling kanan lalu


Langkah IV
rasakan apakah terdapat benjolan.

5. Berbaring di tempat tidur dan

letakkan bantal tipis dibawah bahu

kiri dan lengan kiri direntangkan


Langkah V
keatas samping kepala kemudian

gunakan

keempat jari tangan kanan yang saling dirapatkan untuk meraba

payudara dengan gerakan memutar (seperti membuat lingkaran kecil-

kecil) mulai dari tepi payudara hingga ke puting susu. Kemudian

rasakan apakah terdapat benjolan.

6. Kemudian ulang langkah kelima

dengan posisi berdiri.


Langkah VI
7. Gunakan kedua tangan, secara

lembut pijat payudara dari tepi

hingga ke puting untuk mengetahui

ada tidaknya cairan yang keluar


Langkah VII
11
dari

12
puting payudara.

8. Meraba ketiak dan area sekitar

payudara untuk mengetahui adanya

benjolan (Syafrudin. Dkk, 2011),

(Tim Naviri, 2016) dan (Brown


Langkah VIII
Zora, 2011).

2.1.7 Faktor Resiko Kanker Payudara

1. Tidak menikah

2. Tidak pernah melahirkan

3. Tidak pernah menyusui

4. Pernah operasi payudara karena tumor ganas payudara

5. Terdapat riwayat kanker dalan keluarga

6. Usia haid pertama kurang dari 12 tahun

7. Usia menopause setelah umur 55 tahun

8. Melahirkan anak pertama setelah 30 tahun

9. Terkena radiasi pada bagian dada

10. Penggunaan hormon

11. Obesitas setelah menopause

12. Malas bergerak

13. Konsumsi alkohol

14. Pola makan yang buruk

15. Merokok (Tim Naviri, 2016 dan Syafrudin dkk, 2011)

13
2.1.8 Kelainan Pada Payudara yang Perlu di Waspadai

Kelainan yang perlu diwaspadai sebagai gejala kanker payudara:

1. Benjolan

Gejala kanker payudara paling mudah dikenali yaitu munculnya

benjolan yang tidak normal. Umumnya, benjolan tersebut bisa diraba

sendiri, meski kadang hanya bisa diketahui keberadaaannya melalui

pemeriksaan mammograf. Benjolan keras dengan bentuk yang tidak

teratur perlu diwaspadai, dibandingkan dengan benjolan yang lunak dan

bulat. Benjolan lunak biasanya dipicu oleh kista, meski kista juga bisa

mengeras jika mengalami pengapuran.

2. Pembengkakan

Payudara bisa membengkak karena kehamilan atau karena adanya

retensi (penumpukan) cairan akibat terlalu banyak mengkonsumsi

garam. Namun, pembengkakan akibat kanker biasanya tidak simetris

antara payudara kiri dan kanan.

3. Iritasi kulit

Kanker payudara juga bisa ditandai dengan kulit atau puting yang

memerah, tebal dan bersisik. Jika tanda-tanda itu muncul, meski tidak

sedang mengalami infeksi kulit dan tidak memiliki alergi terhadap

bahan kimia pada pakaian, sabun, dan lotion, sebaiknya segera

periksakan diri ke dokter.

14
4. Nyeri dibagian puting

Munculnya nyeri dibagian puting bisa disebabkan oleh kista,

namun juga bisa disebabkan oleh sel kanker. Untuk dapat

membedakannya, perlu memeriksakan segera ke dokter.

5. Puting tenggelam

Meski jarang, pertumbuhan sel kanker payudara disekitar aerola

juga bisa menyebabkan puting tenggelam (nipple retraction). Gejala

tersebut bertahan hingga beberapa pekan, ada kemungkinan terjadi

traksi atau pengencengan kelenjar susu, yang terjadi karena terdesak

oleh sel tumor.

6. Cairan aneh di puting

Selain susu, cairan apapun yang keluar dari puting patut

diwaspadai, terutama jika berwarna merah atau coklat. Biasanya, dokter

akan melakukan ductogam, yaitu pemeriksaan sejenis mammograf

untuk memeriksa kelainan kelenjar susu, lalu mengamati cairan yang

keluar dibawah mikrosop untuk mengetahui adanya sel kanker

didalamnya.

7. Pembengkakan kelenjar getah bening

Kanker payudara selalu ditandai dengan pembengkakan kelenjar

getah bening didaerah ketiak. Jika mendapat hal tersebut, segera

periksakan diri untuk mengantisipasi kemungkinan yang terjadi, meski

kadang-kadang infeksi juga bisa menyebabkan bagian ini membengkak

(TimNavari,2016)

15
2.2 Pemeriksaan Fisik

2.2.1 Pengertian Pemeriksaan fisik

Menurut (Azizah, 2010) pemeriksaan fisik secara

komprehensif (head to toe/per sistem) wajib dilakukan meski tidak

ada keluhan berarti yang dirasakan guna mengantisipasi penyakit

degenerative. Adapun pemeriksaan fisik head to toe, meliputi :

a. Keadaan Umum

Kesadaran sedang, lemah atau baik. Pada klien hipertensi

biasanya mempunyai berat badan lebih/obesitas, bentuk badan

seperti buah pir (Doengoes, 2000).

b. Kepala

1) Inspeksi: kulit kepala; warna, bekas lesi, bekas trauma, area

terpajan sinar mata hari, hipopigmentasi, hygiene, penonjolan

tulang yang imobilisasi parsial atau total, sianosis, eritema.

Rambut; warna, variasi bentuk rambut, kulit kepala, area

pubis, axila, botak simetris pada pria, rambut kering atau

lembab, rapuh, mudah rontok, rambut tumbuh halus, rambut

pubis sedikit keriting.

2) Palpasi: kulit kepala; suhu dan tekstur kulit, turgor, ukuran

lesi, adanya kalus yang menebal, keriput, lipatan-lipatan

kulit, tekstur kulit kasar atau halus,bukti perlambatan dari

luka memar, laserasi, eksklorasi. Rambut; rambut kasar,

kering dan mudah rontok.Klien dengan hipertensi akan

mengalami nyeri kepala atau rasa berat di tengkuk (Black,

2014). Darah mengalir lebih cepat di dalam pembuluh darah


16 kerja dari otak untuk memenuhi
di kepala sehingga

kebutuhan oksigennya juga lebih besar. Sehingga akibat yang


di timbulkan adalah nyeri atau sakit kepala (Dalimartha dkk.,

2008).

c. Mata

1) Inspeksi: kesimetrisan, warna retina, kepekaan terhadap

cahaya atau respon cahaya, anemis, atau tidak pada daerah

konjungtiva, sklera ikterus (kekuningan) atau tidak.

Ditemukan strabismus (mata menonjol keluar), riwayat

katarak, kaji keluhan terakhir pada daerah penglihatan.

Kuantitas bulu mata dan tampak kelenjar lakrimalis (kelenjar

air mata), kornea dengan karakteristik transparan pada

permukaan. Penggunaan alat bantu penglihatan.

2) Tes uji penglihatan dengan mengukur jarak penglihatan,

mengukur lapang pandang, fungsi otot ekstra okular, struktur

okular,reaksi sinar terhadap akomodasi, area muskular.

Pemeriksaan mata pada penderita hipertensi ditemukan

dengan adanya pandangan kabur atau ganda (Black, 2014). Otot

siliaris pada mata akan melemah akibat tekanan intraokuler. Otot

ini akan merangsang daya akomodasi pada lensa sehingga letak

bayangan tidak bisa sampai ke dalam titik buta retina, sehingga

bayangan tidak jelas pada saat di proyeksikan (Dalimartha dkk.,

2008).

d. Hidung

1) Inspeksi: kesimetrisan, kebersihan, mukosa kering atau

lembab, adanya peradangan atau tidak.

2) Palpasi: sinus frontal dan maksilaris terhadap nyeri tekan.


17
3) Tes uji penciuman atau fungsi olfaktorius dengan melakukan

tes vial abu dengan memberikan kontras bau (contoh: kopi,

bawang putih, cengkeh, merica, dll).

Pemeriksaan hidung pada penderita hipertensi akan

mengalami epistaksis (perdarahan dari hidung). Menurut

Budiman B.J., & Hafidz. A (2012) menjelaskan bahwa mimisan

atau epistaksis terjadi karena lesi lokal di hidung yang

menyebabkan pembuluh darah infeksi atau penyebab lainnya

yang menghancurkan pembuluh darah, sementara hipertensi

hanyalah faktor pemberat dari epistaksis itu sendiri. Hipertensi

berat dapat menyebabkan epistaksis masif, biasanya dibagian

posterior hidung dengan tekanan diatas konka media. Dapat

disertai oleh pusing, kepala seperti ditusuk-tusuk, ansietas,edema

perifer, nokturia, mual, muntah, letargi (Kowalak, 2002).

e. Mulut dan tenggorokan

1) Inspeksi: kesimetrisan bibir, warna, tekstur lesi, dan

kelembaban serta karakteristik permukaan pada mukosa

mulut dan lidah. Palatum keras atau lunak, area tonsilar

terhadap ukuran warna dan eksudat. Jumlah gigi, gigi yang

karies dan penggunaan gigi palsu. Tampak peradangan atau

stomatitis, kesulitan mengunyah dan kesulitan menelan.

2) Palpasi: lidah dan dasar mulut terhadap nyeri tekan dan

adanya masa

18
3) Tes uji fungsi saraf fasial dan glosofaringeal dengan

memberikan perasa manis, asam, asin, dan manis.

Pemeriksaan mulut dan tenggorokan pada penderita

hipertensi ditemukan stomatitis atau peradangan, kesulitan

mengunyah dan kesulitan menelan (Udjianti, 2010).

f. Telinga

1) Inspeksi: permukaan bagian luar daerah tragus dalam

keadaan normal atau tidak. Kaji struktur telinga dengan

menggunakan otoskop untuk mengetahui adanya serumen,

otorhea, obyek asing, dan lesi. Kaji membrane timpani

terhadap warna, garis, dan juga bentuk.

2) Tes uji pendengaran atau fungsi auditori dengan melakukan

skrining pendengaran, pemeriksaaan pendengaran dilakukan

secara kualitatif dengan menggunakan garpu talaq dan

kuantitatif dengan menggunakan audiometer. Tes suara, tes

detik jam, tes webber, tes rine dengan menggunakan media

garpu tala.

Pemeriksaan telinga pada penderita hipertensi akan

mengalami gangguan pada telinga dalam, terutama terhadap

bunyi suara atau nada-nada yang tinggi (Azizah dan Lilik M;

Kholifah, 2015).

19
g. Leher

1) Inspeksi: pembesaran kelenjar thyroid, gerakan-gerakan halus

pada respon percakapan, secara bilateral kontraksi otot

seimbang. Garis tegak trakhea pada area suprasternal,

pembesaran kelenjar thyroid terhadap masa simetris tak

tampak pada saat menelan.

2) Palpasi: arteri temporalis, iramanya teratur, amplitudo sedikit

berkurang, lunak, lentur dan tidak ada nyeri tekan. Area

trakhea adanya masa pada thyroid. Raba JVP (jugularis vena

pleasure) untuk menentukan tekanan otot jugularis.

3) Tes uji kaku kuduk.

Pada pemeriksaan leher didapatkan kaku leher. Pembuluh

darah yang ada di sekitar leher menjadi menyempit dengan

berkala sehingga leher akan mengalami pengerutan baik oleh otot

leher maupun pembuluh darahnya (Dalimartha, S., dkk, 2008).

h. Dada

1) Inspeksi: Pada Paru; bentuk dada normal chest atau barrel

chest atau pigeon chest/lainnya, tampak adanya retraksi.

Inspeksi;irama dan frekuensi pernafasan pada usia lanjut

normal duabelas sampai dengan duapuluh permenit bahkan

dapat lebih karena kemampuan otot paru dalam kembang

kempis menurun. Ekspansi bilateral dada secara simetris,

durasi inspirasi lebih panjang dari pada ekspirasi. Penurunan

nafas mudah dan teratur tanpa distres. Tidak ditemukan

20
takipnea, dispnea, kusmaul, chiencestoke. Pada Jantung.

Inspeksi; ekstermitas terhadap tanda ketidakcukupan vena,

antara lain trombosis, edema, dan varises vena.

2) Palpasi: Pada Paru; adanya tonjolan-tonjolan abnormal, taktil

fremitus (keseimbangan lapang paru), perabaan suhu tubuh,

tak ada nyeri tekan, krepitasi oleh karena defisiensi kalsium.

Lakukan tes ekspansi torakal. Taktil fremitus berdasarkan

perabaan dada dan punggung untuk mengetahui

keseimbangan pada paru dengan pengucapan “66” dan “99”

dengan hasil bervariasi berdasarkan intensitas nada tinggi dan

vibrasi. Pada Jantung. Palpasi; nadi dari kedua lengan pada

area nadi temporalis, carotis, brakhialis, antebtakhialis untuk

mengetahui frekuensi, irama, amplitudo, kontur dan simetris.

Normalnya adalah 60-90x/menit, iramanya teratur. Pada usia

lanjut ditemukan bermacam-macam ritme nadi oleh karena

penyakit yang diderita. Ukur tekanan darah pada kedua

lengan untuk mengetahui kestabilan jantung sepanjang

periode waktu. Normal usia lanjut 140/90mmHg.

3) Perkusi: Pada Paru pengembangan diafragmatik untuk

mengetahui pengembangan bilateral rentangnya dari 3-5cm,

sedikit lebih tinggi pada sisi sebelah kiri. Pada Jantung.

4) Auskultasi: Pada Paru;Whispered Pectoriloqui, penghantaran

kata yang dibisikkan melalui dinding dada. Pada orang

normal didapatkan bunyi muffled. Bunyi nafas tambahan

21
yang sering ditemukan pada lanjut usia antara lain mengi oleh

jalan nafas yang sempit pada titik dimana dinding yang

berlawanan bersentuhan. Krekels bunyidiscontinue singkat

dan eksplosif dan terdengar keras pada saat inspirasi. Ronkhi

atau bunyi gemuruh continue dapat terdengar lebih jelas pada

saat ekspirasi, friction rub pleural atau bunyi tajam dan

terdengar seperti orang memarut. Pada Jantung. Area katup

aorta, katup pulmonal, area pulmonal kedua, area

trikuspidalis, untuk mengetahui keadaan abnormal pada

jantung dan organ sekitar jantung. Kaji bunyi S1,S2,S3, dan

S4, murmur dan gallop.

Pemeriksaan pada pada penderita hipertensi ditemukan

kesimetrisan rongga dada, klien tidak sesak nafas, tidak ada

penggunaan otot bantu pernafasan (Udjianti, 2010).

i. Abdomen

1) Inspeksi: bentuk seperti distensi, ilat, simetris. Serta kaji

gerakan pernafasan.

2) Palpasi: adanya benjolan, permukaan abdomen, pembesaran

hepar dan limfa dan kaji adanya nyeri tekan.

3) Perkusi: adanya udara dalam abdomen, kembung

4) Auskultasi: bising usus dengan frekuensi normal 20x/menit

pada kuadran 8 periksa karateristiknya, desiran pada daerah

epigastrik dan keempat kuadran.

22
Klien dengan hipertensi akan mengalami mual dan

muntah (Udjianti, 2010). Mual disebabkan karena pada saat

darah masuk ke dalam organ lambung maka lambung akan

mendapatkan suplai darah yang banyak dan lambung juga akan

meningkatkan asam lambung. Sementara asam lambung harus

seimbang dengan keadaan volume makanan yang masuk. Pada

pasien hipertensi terjadi penurunan nafsu makan, sehingga

produktifitas asam lambung meningkat dan akan menimbulkan

gejala mual. Sedangkan Muntah merupakan tanda umum

gangguan saluran cerna dan jantung. Muntah disebabkan oleh

suatu rangkaian kontraksi otot abdomen terkoordinasi dan

gerakan peristaltik esophagus yang terbalik, khasnya didahului

mual (Kowalak, 2002).

j. Genetalia

1) Inspeksi: Pada Pria; Bentuk, kesimetrisan ukuran skrotum,

kebersihan, kaji adanya haemoroid pada anus. Pada Wanita;

Kebersihan, karakteristik mons pubis dan labia mayora serta

kesimetrisan labia mayora. Klitoris ukuran bervariasi, tetapi

biasanya lebih kecil dari orang dewasa.

2) Palpasi: Pada Pria; batang lunak, adanya nyeri tekan, tanpa

nodulus atau dengan nodulus, palpasi pula skrotum dan testis

mengenai ukuran, letak, warna. Pada Wanita; bagian dalam

labia mayora dan minora, kaji warnam kontur dan

kelembapan.

23
Produksi urine dalam batas normal dan tidak ada keluhan

pada sistem genetalia, kecuali penyakit hipertensi sudah

mengalami komplikasi ke ginjal (Udjianti, 2010).

k. Ekstermitas

1) Inspeksi: Pada Ekstermitas; warna kuku, ibu jari, dan jari-jari

tangan, penurunan transparasi, beberapa distorsi dari datar

normal atau permukaan agak melengkung pada inspeksi

berbentuk kuku, permukaan tebal dan rapuh. Penggunaan alat

batu, rentang gerak, deformitas, tremor, edema kaki. Pada

Saraf; kaji koordinasi dan propiosepsi untuk mengetahui

gerakan yang cepat berubah-ubah, gerakan halus berirama,

bertujuan, gerakan langkah cepat. Lakukan tes jari ke hidung.

Lakukan tes nyeri, sensori, vibrasi, posisi. Pada

muskuluskeletal. Kaji kekuatan otot ekstermitas dengan

melakukan pengujian kekuatan otot.

2) Palpasi: Pada Ekstermitas; permukaan kuku licin, permukaan

menonjol dan kasar. Pada Muskuluskeletal; turgor ulit

hangat, dingin. Pada Saraf; kaji sensasi kortikal dan

pembedahan, kaji reflek-reflek superficial pada daerah

brakhioradialis, triseps, patella, plantar dan kaji reflek-reflek

patologis. Untuk mengetahui adanya keseimbangan saraf.

Klien dengan hipertensi akan terjadi episode mati rasa

atau kelumpuhan salah satu badan, serta mengalami penurunan

24
koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas (Udjianti,

2010).

l. Integumen

1) Inspeksi: kebersihan, warna dan area terpajan serta

kelembapan dan gangguan kulit yang tidak jelas khusus pada

wanita; kesimetrisan, kontur, warna kulit tekstur dan lesi.

Pada payudara; puting susu ukuran dan bentuk, arah, warna.

2) Palpasi: kasar atau halus permukaan kulit, khusus pada

wanita masa pada payudara, lakukan perabaan pada putting

susu lalu putar searah jarum jam untuk mengetahui adanya

masa dan mendeteksi kanker payudara lebih awal.

Pada penderita hipertensi ditemukan kulit kering dan

menjadi tipis serta mukosa bibir kering karena kekurangan cairan

dan nafsu makan yang menurun (Azizah dan Lilik M dalam

Kholifah, 2015).

2. Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Nurarif dan Kusuma, 2015) disebutkan :

a. Pemeriksaan Laboratorium

1) Hb/Ht : Mengidentifikasi hubungan dari sel-sel terhadap

volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor

resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.

2) BUN/kreatinin : Untuk memberikan informasi tentang perfusi

/fungsi ginjal.

25
3) Glukosa : Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus

hipertensi) yang dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar

ketokolamin.

4) Urinalisa : Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfugsi

ginjal dan adanya diabetes mellitus.

b. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

c. EKG : Menunjukkan adanya pola regangan, dimana luas,

peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit

jantung hipertensi.

d. IUP : Mengidentifikasi penyebab dari hipertensi seperti : batu

ginjal, perbaikan ginjal.

Rontgen toraks : Menilai adanya destruksi kalsifikasi pada area katup jantung,

dan pembesaran jantung.

26
BAB III

Tinjauan Kasus

3.1 Data Subjektif (S) 01 JULI 2023 PUKUL 08.00 WIB

1. Identitas (Biodata)
Nama ibu : Ny. R Nama suami : Tn. T
Umur : 26 thn Umur : 30tahun
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat:Branti Raya
Keluhan Utama :ingin melakukan SADARI karna payudara terkadang terasa nyeri.

3.2 Data Obyektif

A. PemeriksaanUmum
Keadaanumum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
Keadaanemosional : Stabil
Tekanan darah : 90/70 mmHg
Suhutubuh : 36.30 C
Denyutnadi : 78x/menit
Pernapasan : 18 x/menit
Tinggi badan : 160 Cm
Berat badan sekarang : 55 Kg
Lingkar lengan atas : 27 Cm
B. PemeriksaanKhusus
1. Inspeksi
Kepala : warnarambut:hitam Benjolan: tidakada,
- Rontok : tidak - Ketombe : tidakada.
Muka : - Cloasmagravidarum : tidak ada
- Oedema:tidakada
Mata : Kelopak Mata 27
: tidakadamasalah
Konjungtiva : merah muda, tidak anemis
Sklera : tidakikterik
Hidung : Simetris, Sekret : tidakada, Polip : tidakada
Mulut dan Gigi : Kebersihan : Cukup
Lidah : tidak Stomatitis
Gusi : tidak bengkak
Gigi : tidak ada caries &karanggigi
Telinga : serumen : tidak ada
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Axilla : pembesaran kelenjar limfe: tidak ada
Dada : simetris
Payudara: Pembesaran :ya, tidak ada kelainan.
Simetris : simetris.
Papilamamae : cokelat kehitaman, menonjol
Benjolan/Tumor : tidak ada
Pengeluaran : belum ada
Striae : tidak ada
Kebersihan : cukup
Abdomen : TFU : Teraba 1-2 jari diatas simpisis
Ekstremitas: - Odema : tidak ada
- Varises : tidakada

- Pemeriksaan USG pada tanggal 3 juli menunjukkan usia kehamilan 9

minggu, janin tunggal, hidup, intrauterine.

-
3.3 Assesment

Diagnosa : Ny. R usia 26 th dengan pemeriksaan SADARI normal

Data Dasar :Ny. R usia 26 tahun ingin melakukan pemeriksaan SADARI

Masalah :

 Terkadang Rasa tidak nyaman karena nyeri payudara

Kebutuhan :

 Informasikan tentang penyebab nyeri payudara

 28kondisi payudaranya baik baik saja


Yakinkan ibu bahwa
 Pemenuhan nutrisi ibu

Identifikasi diagnose dan masalah potensial :

Diagnosa potensial : -

Masalah potensial :-

Kebutuhan :

Pemberian Informasi mengenai penyebab payudara nyeri

Memberkan edukasi agar dapat melakukan pemeriksaan payudara sendiri dirumah

3.4 Perencanaan

1) Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien dan keluarga bahwa kondisi pasien saat

ini dalam kondisi baik-baik saja, ibu dan keluarga mengerti

2) Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa nyeri payudara pada ibu kemungkinan

dikarenakan hormon yang di tandai sebagai tanda akan terjadinya menstruasi, ibu

mengerti

3) Memberikan KIE pada ibu tentang cara melakukan SADARI sendiri. Ibu mengerti

4) Menganjurkan ibu untuk makan-makanan bergizi dan bernutiri. Ibu mengerti

29
BAB IV

PEMBAHASAN

Pemeriksaan fisik berasal dari kata “Physical Examination” yang artinya memeriksa

tubuh. Jadi pemeriksaan fisik adalah memeriksa tubuh dengan atau tanpa alat untuk tujuan

mendapatkan informasi atau data yang menggambarkan kondisi klien yang sesungguhnya.

Tujuan dari pemeriksaan fisik yaitu :

1. Mengkaji secara umum dari status umum keadaan klien.

2. Mengkaji fungsi fisiologi dan patologis atau gangguan.

3. Mengenal secara dini adanya masalah keperawatan klien baik aktual maupun resiko.

4. Merencanakan cara mengatasi permasalahan yang ada,serta menghindari masalah yang mungkin

terjadi.

Pemeriksaan fisik mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama pada klien yang baru masuk

ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat, secara rutin pada klien yang sedang di rawat,

sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien. Jadi pemeriksaan fisik ini sangat penting dan harus di

lakukan pada kondisi tersebut, baik klien dalam keadaan sadar maupun tidak sadar.

Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena sangat bermanfaat, baik untuk untuk

menegakkan diagnosa keperawatan, memilih intervensi yang tepat untuk proses kebidanan,

maupun untuk mengevaluasi hasil dari asuhan kebidanan.  

30
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil asuhan kebidanan kepada ibu hamil dengan hyperemesis gravidarum yang

dilakukan dengan memberikan pemeriksaan fisik secara head to toe dapat di simpulkan

bahwa setiap tenaga kesehatan sangat perlu memiliki ketrampilan pemeriksaan fisik secara

head to toe secara mandiri. Dimana pemasangan pemeriksaan fisik head to toe merupakan

salah satu tindakan dasar pada pelayanan kesehatan.

1.1 Saran

1.1.1 Bagi bidan

Menjadi bahan masukan dalam melaksanakan tindakan kebidanan

1.1.2 Bagi klien

Bagi para pasien hendaknya lebih memahami kondisi yang sedang di alami saat ini

5.2 Saran

5.2.1 Untuk Tenaga Kesehatan

1. Agar meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan pasien sehingga dapat

menjelaskan informasi dan prosedur dengan baik dan benar.

2. Menjalin hubungan yang baik dengan pasien.

3. Memberikan motivasi dan dukungan kepada pasien.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Notoatmodjo, 2003. Kesehatan Masyarakat Ilmu prinsip – prinsip dasar ,Cetakan 2,

Jakarta: Rineka Cipta.

2. Notoatmodjo, 2005.Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi , Cetakan I. Jakarta:

Rineka Cipta. Purwanto, Heri, 1998 , Pengantar Perilaku Manusia. Jakarta:

EGC

3. Sugiyono, 2004 , Stastitika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

4. Mubarak wahid , 2012 , Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan , Jakarta ,

Salemba Medika Gilly andrews, 2010 , Buku Ajar Kesehatan Reproduksi

Wanita , Jakarta ,EGC Pamungkas zaviera,2011 , Deteksi Dini Kanker

Payudara , Jakarta , buku biru

5. Azwar Syaifuddin. 2003. Sikap Manusia Dan Teori Pengukurannya. Edisi 2.

cetakan VII. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

6. Nasrul Effendy. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.

Jakarta: EGC. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi

Penelitian Ilmu Keperawatan

7. Pedoman Skripsi. Tesis dan Instrumen Penelitian Perawatan. Edisi I. Jakarta:

Salemba Medika

8. Sanjaya wina , 2008 , Strategi Pembelajaran , edisi 8 , Jakarta : Kencana Prenada Media

32

Anda mungkin juga menyukai