Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KETERAMPILAN KLINIK PRAKTIK KEBIDANAN 2

PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERNAFASAN & SISTEM PENDENGARAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

1. Rindiyani (206121006)
2. Komala (206121010)
3. Kusuma Dewi Arimbi (206121014)

UNIVERSITAS AL-IRSYAD CILACAP

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

D3 KEBIDANAN

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Keterampilan Klinik Praktik
Kebidanan 2 tentang ” Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan & Sistem Pendengaran ”.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami menerima saran
dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah dikemudian hari.

Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Cilacap, 14 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2

DAFTAR ISI........................................................................................................................................3

BAB I....................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN................................................................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................................................4

BAB II..................................................................................................................................................6

PEMBAHASAN..................................................................................................................................6

2.1 Depresi Postpartum...................................................................................................................6

1. Batasan Depresi........................................................................................................................6

2. Gangguan Psikologis Masa Posrpartum.................................................................................6

3. Faktor Penyebab Depresi Postpartum..................................................................................10

4. Penatalaksanaan Depresi Postpartum..................................................................................12

5. Pencegahan Depresi Postpartum...........................................................................................15

BAB III...............................................................................................................................................17

PENUTUP..........................................................................................................................................17

3.1 SIMPULAN..............................................................................................................................17

3.2 SARAN.....................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang
ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil
pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan
membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala
dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti
test neurologi.
Pengkajian fisik pada prinsipnya dikembangkan berdasarkan model yang lebih
difokuskan pada respon yang ditimbulkan akibat masalah kesehatan yang dialami. Pengkajian
fisik harus mencerminkan diagnosa fisik yang secara umum ,kita sebagai petugas kesehatan
dapat membuat perencanaan tindakan untuk mengatasinya.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana konsep teori pada Pemeriksaan Fisik.

2. Apa tujuan Pemeriksaan Fisik.

3. Apa manfaat dari Pemeriksaan Fisik.

4. Apa indikasi Pemeriksaan Fisik.

5. Bagaimana prosedur Pemeriksaan Fisik.

6. Bagaimana prosedur pemeriksaan fisik sistem pernafasan.

7. Bagaimana prosedur pemeriksaan fisik sistem pendengaran.

1.3 TUJUAN

1. Dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dasar kebidanan tentang pemeriksaan


fisik.
2. Menjelaskan prinsip umum pengkajian

3. Mendemonstrasikan cara pendekatan / anamnese pada klien

4. Menyiapkan lingkungan yang aman dan nyaman

5. Mendemonstrasikan tehnik-tehnik pengkajian

6. Dapat Menerapkan dalam praktik

7. Dapat mendemonstrasikan pemeriksaan fisik pada ibu hamil, ibu nifas, ibu bersalin, dan
bayi baru lahir.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pemeriksaan Fisik


1. Konsep Dasar
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki
pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan
memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik
mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon terhadap
terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005).
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau
hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif
dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah
dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. ( Dewi Sartika, 2010).

Adapun teknik-teknik pemeriksaan fisik yang digunakan adalah:

1. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan,
pendengaran dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu
pasien. Suatu gambaran atau kesan umum mengenai keadaan kesehatan yang di
bentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke suatu inspeksi local yang berfokus pada
suatu system tunggal atau bagian dan biasanya mengguankan alat khusus seperto
optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain. (Laura A.Talbot dan Mary
Meyers, 1997) Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat
bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar).
(Dewi Sartika, 2010).
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna,
bentuk, posisi, kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/pembengkakan.setelah inspeksi
perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian
tubuh lainnya.
2. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan
meletakkan tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan. Laura
A.Talbot dan Mary Meyers, 1997).
Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba ; tangan
dan jari-jari, untuk mendeterminasi ciri2 jaringan atau organ seperti: temperatur,
keelastisan, bentuk, ukuran, kelembaban dan penonjolan.(Dewi Sartika,2010). Hal
yang di deteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan
atau massa, edema, krepitasi dan sensasi.

3. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh unutk
menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam membantu penentuan densitas,
lokasi, dan posisi struktur di bawahnya.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997).
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh
tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan
menghasilkan suara, yang bertujuan untuk mengidentifikasi batas/ lokasi dan
konsistensi jaringan. Dewi Sartika, 2010).

4. Auskultasi
Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh
bermacam-macam organ dan jaringan tubuh.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers,
1997).
Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat
yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung,
suara nafas, dan bising usus.(Dewi Sartika, 2010).

Dalam melakukan pemeriksaan fisik, ada prinsip-prinsip yang harus di


perhatikan, yaitu sebagai berikut :
a. Kontrol infeksi
Meliputi mencuci tangan, memasang sarung tangan steril, memasang
masker, dan membantu klien mengenakan baju periksa jika ada.
b. Kontrol lingkungan
Yaitu memastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup
penerangan untuk melakukan pemeriksaan fisik baik bagi klien maupun bagi
pemeriksa itu sendiri. Misalnya menutup pintu/jendala atau skerem untuk
menjaga privacy klien.

2. Prinsip Dasar
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli
medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil
pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan
membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala
dan berakhir pada anggota gerak yaitu kaki. Pemeriksaan secara sistematis tersebut
disebut teknik Head to Toe. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test
neurologi. Dalam Pemeriksaan fisikdaerah abdomen pemeriksaan dilakukan dengan
sistematis inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis
dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang
mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan
penyebab tersebut.
Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara
umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan
suhu, denyut dantekanan darah selalu dilakukan pertama kali.
3. Anamnesa
Salah satu keterampilan yang paling penting saat berhadapan dengan pasien
adalah kemampuan anamnesa dan melakukan pemeriksaan fisik, sehingga bisa
menyingkirkan different diagnosis (dd) yang kemudian menegakkan diagnosis.
Ketidakmampuan dalam mencari informasi ketika meng-anamnesa pasien membuat kita
tidak bisa menentukan pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk menyingkirkan different
diagnosis. Kesalahan mendiagnosis juga berarti kesalahan melakukan terapi yang tepat.
Perlu diingat lagi bahwa keterampilan anamnesa sudah memenuhi 70% dalam penegakan
diagnosis. Untuk itu buat kita yang bekerja di perifer dengan keterbatasan alat
pemeriksaan penunjang, ada baiknya mempelajari lagi bagaimana menganamnesa pasien
yang baik dan bagaimana melakukan pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk
menyingkirkan different diagnosis.

Beberapa hal yang perlu dipersiapkan ketika melakukan anamnesa kepada pasien
adalah sebagai berikut:

1. Identitas Pasien, sebelum memulai anamnesa kepada seorang pasien, pastikan


bahwa identitasnya sesuai dengan catatan medis yang dibawa. Sebenarnya ini hal
yang sepele, tetapi sering terjadi kesalahan fatal dan terkadang berakhir ke meja
hijau karena melakukan tindakan medis kepada orang yang salah. Ada baiknya juga
memperkenalkan diri, walau hal ini jarang dilakukan oleh dokter di Indonesia.
2. Privasi pasien yang berhadapan dengan kita merupakan orang terpenting saat itu.
Oleh karena itu, pastikan bahwa anamnesa dilakukan ditempat yang tertutup dan
menjaga kerahasiaan pasien. Terlebih ketika kita melakukan pemeriksaan fisik pada
bagian tertentu.
3. Pendamping, hadirkan pendamping pasien dan pendamping kita (paramedis). Hal
ini dibutuhkan untuk menghindari hal-hal yang mungkin kurang baik untuk pasien
dan juga untuk kita terutama ketika pemeriksa dan pasiennya berlainan jenis
kelamin. Selain itu, pendamping pasien juga bisa membantu memperjelas informasi
yang kita butuhkan (terutama pasien lansia dan anak-anak yang susah diajak
berkomunikasi).
4. Aseptic dan disinfeksi, tangan adalah perantara penularan kuman dari satu pasien
ke pasien yang lain. Untuk itu, sebaiknya kita mencuci tangan sebelum atau sesudah
memeriksa seorang pasien agar tidak terjadi penularan antar pasien. Pastikan juga
stetoskop dan pakaian, seperti jas , didisinfeksi secara teratur.

4. Teknik Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan & Sistem Pendengaran


a) System pernafasan
Tujuan :
 Mengetahui bentuk, kesimetrisas, ekspansi, keadaan kulit, dan dinding
dada.
 Mengetahui frekuensi, sifat, irama pernafasan,
 Mengetahui adanya nyeri tekan, masa, peradangan, traktil premitus.

Persiapan alat :

a) Stetoskop
b) Penggaris centimeter
c) Pensil penada

Prosedur pelaksanaan :

- Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas (frekuensi,


irama, kedalaman, dan upaya pernafasan/penggunaan otot-otot bantu
pernafasan), warna kulit, lesi, edema, pembengkakan/ penonjolan.
- Normal: simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda-tanda distress
pernapasan, warna kulit sama dengan warna kulit lain, tidak
ikterik/sianosis, tidak ada pembengkakan/penonjolan/edema.
- Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile fremitus.

(perawat berdiri dibelakang pasien, instruksikan pasien untuk


mengucapkan angka “tujuh-tujuh” atau “enam-enam” sambil melakukan
perabaan dengan kedua telapak tangan pada punggung pasien.)

- Normal: integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan/massa/tanda-tanda


peradangan, ekspansi simetris, taktil vremitus cendrung sebelah kanan
lebih teraba jelas.

10
- Perkusi: paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan satu sisi
dengan satu sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola berjenjang sisi ke
sisi).
- Normal: resonan (“dug dug dug”), jika bagian padat lebih daripada bagian
udara=pekak (“bleg bleg bleg”), jika bagian udara lebih besar dari bagian
padat=hiperesonan (“deng deng deng”), batas jantung=bunyi rensonan----
hilang>>redup.
- Auskultasi: suara nafas, trachea, bronchus, paru. (dengarkan dengan
menggunakan stetoskop di lapang paru kika, di RIC 1 dan 2, di atas
manubrium dan di atas trachea)
- Normal: bunyi napas vesikuler, bronchovesikuler, brochial, tracheal.

Setelah diadakan pemeriksaan dada evaluasi hasil yang di


dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan
hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
b) Pemeriksaan telinga

Tujuan :
Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga, dan fungsi
pendengaran.

Persiapan Alat :

a) Arloji berjarum detik


b) Garpu tala
c) Speculum telinga
d) Lampu kepala

Prosedur Pelaksanaan :

- Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi


telinga, warna, liang telinga (cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu
dengar.
- Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus, warna sama
dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan alat bantu dengar.
11
- Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus
- Normal: tidak ada nyeri tekan.

Setelah diadakan pemeriksaan telinga evaluasi hasil yang di dapat dengan


membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat tersebut.

Pemeriksaaan Telinga Dengan Menggunakan Garpu Tala

a. Pemeriksaan Rinne
 Pegang agrpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau
buku jari tangan yang berlawanan.
 Letakkan tangkai garpu tala pada prosesus mastoideus klien.
 Anjurkan klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia tidak
merasakan getaran lagi.
 Angkat garpu tala dan dengan cepat tempatkan di depan lubang
telinga klien 1-2 cm dengan posisi garpu tala parallel terhadap
lubang telinga luar klien.
 Instruksikan klien untuk member tahu apakah ia masih
mendengarkan suara atau tidak.
 Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut.
b. Pemeriksaan Webber
 Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau
buku jari yang berlawanan.
 Letakkan tangkai garpu tala di tengah puncak kepala klien.
 Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas pada
kedua telinga atau lebih jelas pada salah satu telinga.
 Catat hasil pemeriksaan dengan pendengaran tersebut.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada
setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan
perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi
pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon terhadap terapi tersebut.(Potter dan
Perry, 2005).

Adapun teknik – teknik pemeriksaan fisik:

a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Perkusi
d) Auskultasi

13
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/31426615/Makalah_Kelompok_9

https://www.academia.edu/12672900/Makalah_pemeriksaan_fisik

14

Anda mungkin juga menyukai