Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH METODOLOGI KEPERAWATAN

“ PEMERIKSAAN ABDOMEN ”

DOSEN PENGAMPU : MIRA UTAMI NINGSIH, M.NSc.

DI SUSUN OLEH:
NAMA ANGGOTA KELOMPOK 2 :

1. ADE IRFANI (P07120120046)


2. ADINDA PERMATA BAHRI (P07120120048)
3. BQ. NOVI FARISKA INDRIANI (P07120120054)
4. FAISAL ARDI (P07120120057)
5. FITRIANI HERAWATI (P07120120058)
6. IDA NURMAYANI (P07120120064)
7. IVHA ELMIRA PEBRIANA (P07120120066)
8. MADE ARYANI MAHARANI PUTRI (P07120120069)
9. NADIA SYAWATUL MUTHMAINNAH (P07120120073)
10. NI WAYAN DEWI ADRIANI (P07120120076)
11. NURHIDAYATUL HASANI (P07120120078)
12. OKTAFI ALDIMAN (P07120120081)
13. RAHMAWATI (P07120120084)
14. RIZKY MUNAWAR (P07120120087)
15. WAYAN INDAH SANIS S. (P07120120090)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN
2020/2021

1
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan, sehingga kami
bisa menyelesaikan makalah metodologi keperawatan yang berjudul “
Pemeriksaan Abdomen ”.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua


pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,semoga bantuannya
mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terdapat dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih
jauh dri kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Mataram, 27 April 2021

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR.............................................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.....................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah...............................................................................................4
1.3 Tujuan.................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian  abdomen..........................................................................................5


2.2 Tujuan pemeriksaan abdomen............................................................................5
2.3 Pedoman klinis...................................................................................................6
2.4 Pembagian region abdomen...............................................................................6
2.5 Pemeriksaan abdomen........................................................................................8
2.6 Indikasi dan kontraindikasi................................................................................14
2.7 Komplikasi.........................................................................................................14

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.........................................................................................................15
3.2 Saran....................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pemeriksaan fisik abdomen merupakan prosedur diagnostik yang rutin
dilakukan pada berbagai kondisi dan keluhan yang terkait sistem
gastrointestinal seperti diare, gastritis, massa intraabdomen, ataupun trauma
abdomen. Cavum abdomen dibagi menjadi 4 bagian dengan garis imajiner
yang saling tegak lurus melewati umbilikus. Keempat bagian ini adalah
kuadran kanan atas dan bawah, serta kuadran kiri atas dan bawah. Kuadran-
kuadran ini merepresentasikan organ-organ yang terletak di dalamnya.

Selain itu, cavum abdomen juga bisa dibagi menjadi regio hipokondrium kiri
dan kanan, epigastrik, umbilikal, hipogastrik, lumbar kiri dan kanan, serta
inguinal kiri dan kanan. Pemeriksaan fisik abdomen kemudian dapat
dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang lainnya sesuai dengan arah
diagnosis.

Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan


auskultasi. Pemeriksaan fisik abdomen akan menilai segala kelainan organ dan
struktur yang berada di abdomen, seperti gastrointestinal, hepar, kandung
empedu, dan organ-organ genitourinaria.

1.2 Rumusan masalah

 Apa pengertian abdomen?


 Apa saja tujuan pemeriksaan abdomen?
 Bagaimana pedoman klinisnya?
 Apa saja pembagian region abdomen?
 Bagaimana cara pemeriksaan abdomen?
 Apa saja indikasi dan kontarindikasinya?
 Apa saja komplikasinya?

1.3 Tujuan

 Ingin mengetahui pengertian abdomen.


 Ingin mengetahui tujuan pemeriksaan abdomen.
 Ingin mengetahui pedoman klinisnya.
 Ingin mengetahui pembagian region abdomen.
 Ingin mengetahui pemeriksaan abdomen.
 Ingin mengetahui indikasi dan kontarindikasinya.
 Ingin mengetahui komplikasinya.

4
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian  abdomen


Abdomen adalah istilah yang digunakan untuk menyebut bagian dari tubuh
yang berada di antara toraks (dada) dan pelvis pada
hewan mamalia dan vertebrata lainnya.
Pada arthropoda, abdomen adalah bagian tubuh paling posterior yang berada
di belakang toraks atau sefalotoraks (cephalothorax). Dalam bahasa Indonesia
umum, abdomen sering disebut dengan perut. Bagian yang ditutupi atau
dilingkupi oleh abdomen disebut cavitas abdominalis atau rongga perut dan mulut
Pada vertebrata, abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-
otot perut pada bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di
sebelah dorsal. Bagian atas abdomen berbatasan dengan tulang iga
atau costae. Cavitas abdominalis berbatasan dengan rongga dada atau cavitas
thorax melalui otot diafragma dan sebelah bawah dengan rongga panggul
atau cavitas pelvis. Cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan
membran serosa yang dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis.
Pada vertebrata, di dalam abdomen terdapat berbagai sistem organ, seperti
sebagian besar organ sistem pencernaan dan sistem perkemihan. Berikut adalah
organ yang dapat ditemukan di abdomen:

 Komponen dari saluran cerna: lambung (gaster), usus halus, usus


besar (kolon), usus buntu (sekum), dan umbai cacing (appendix).
 Organ pelengkap dari saluran cerna: hati (hepar), kantung empedu,
dan pankreas.
 Organ saluran kemih: ginjal, ureter, dan kantung kemih (vesica urinaria).
 Organ lain seperti limpa (lien).
Terdapat pula organ khusus yang khas pada beberapa hewan seperti struktur
lambung pada ruminansia yang dibagi menjadi empat ruangan,
yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum.

2.2 Tujuan pemeriksaan abdomen


Teknik pemeriksaan fisik abdomen tentunya diawali dengan anamnesis berkaitan
dengan keluhan pasien, baik yang berhubungan dengan keluhan gastrointestinal,
urogenital, maupun keluhan lainnya. Anamnesis kemudian dilanjutkan dengan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan untuk mendapatkan
gambaran klinis organ-organ dan ruang intraabdomen.

Secara anatomis, cavum abdomen dibagi menjadi, kuadran kanan atas dan bawah
serta kuadran kiri atas dan bawah. Kuadran kanan atas terdiri dari lobus kanan
hepar, kantung empedu, pilorus, sebagian duodenum, caput pankreas, kelenjar

5
adrenal kanan, ginjal kanan, colon bagian fleksura hepatika kanan, colon
ascendens, dan setengah bagian colon transversa.

2.3 Pedoman klinis


Sebetulnya tidak ada pedoman klinis khusus terkait pemeriksaan fisik
abdomen. Pemeriksaan ini sederhana, cepat, dan bermanfaat dalam
mengarahkan diagnosis pasien. Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait
pemeriksaan fisik abdomen adalah :

 Pemeriksaan fisik abdomen merupakan bagian dari pemeriksaan fisik


umum yang harus dilakukan pada pasien dengan atau tanpa keluhan pada
bagian abdomen
 Pemeriksaan fisik abdomen meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, dan
perkusi pada seluruh regio abdomen dengan tujuan untuk memperoleh
gambaran klinis pasien berdasarkan organ intraabdomen yang diperiksa
 Pemeriksaan fisik abdomen dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan
penunjang lainnya, seperti pemeriksaan darah lengkap, USG, CT scan,
dan MRI
 Hasil yang didapatkan pada pemeriksaan fisik abdomen harus disampaikan
kepada pasien dan ditulis di rekam medis pasien sebagai bukti temuan yang
didapatkan.

2.4 Pembagian region abdomen


Dinding anterior abdomen adalah muskulus rectus abdominis, dapat
ditemukan apabila seseorang dalam posisi terlentang mengangkat kepala
dan bahunya (gambar 1). Untuk tujuan deskripsi, biasanya abdomen dibagi
menjadi 4 kuadran menurut dua garis imaginer yang saling tegak lurus dan
berpotongan di umbilikus. Berdasarkan pembagian ini didapatkan 4
kuadran, yaitu :
RUQ : Right upper quadrant LUQ : Left upper quadrant
RLQ : Right lower quadrant LLQ : Left lower quadrant
Sistem pembagian yang lain, abdomen dibagi menjadi sembilan regio :
1. Hypokhondrium dekstra
2. Epigastrium
3. Hypokhondrium sinistra
4. Lumbalis dekstra
5. Umbilikalis
6. Lumbalis sinistra
7. Iliaka dekstra

6
8. Hipogastrium
9. Iliaka sinis

M. Rectus abdominis

Linea mediana

Umbilicus

Lig inguinalis

Simphisis pubis

Gambar 1. Dinding anterior abdomen

Gambar 2. Dinding abdomen (Adopted From Bates Guide To Physical


Examination and History Tak

Hepar
Aorta abdominalis abdominis
Colon transversa
Arteri Iliaka
Uterus
Vesika urinaria

Gambar 3. Topografi organ abdomen

7
Pemeriksaan abdomen pada kelainan jantung terutama mencari keadaan-
keadaan yang disebabkan oleh payah jantung, misalnya bendungan
hepar/hepatomegali kadang- kadang disertai dengan asites. Pada payah jantung,
hepar akan membesar karena bendungan dari ventrikel kanan. Hepar akan
terasa kenyal dan nyeri tekan. Pada keadaan lanjut dan menahun hepar akan
teraba keras dan mungkin tak nyeri tekan lagi. Pada regurgitasi trikuspid yang
berat, kadang- kadang kita akan meraba hepar yang berdenyut sesuai dengan
kontraksi ventrikel, kadang-kadang disertai pula dengan bendungan pada hepar.
Pada beberapa keadaan pulsasi aorta abdominalis akan teraba kuat di
daerah abdomen misalnya pada insufisiensi aorta. Pada aneurisma aorta
abdominalis, aorta teraba membesar dengan pulsasi nyata. Palpasi abdomen
pada keadaan ini harus hati- hati karena dapat menyebabkan kedaruratan jika
aneurisma tersebut pecah.
Pada pemeriksaan abdomen sering akan ditemukan adanya bruit atau
bising pembuluh yang dapat disebabkan oleh stenosis dan biasanya menyangkut
pemb uluh- pembuluh cabang aorta.
Pada insufisiensi trikuspid yang berat, misalnya karena stenosis mitral
denyutan vena femoralis akan lebih mencolok dibandingkan dengan arteri yang
pada keadaan itu akan mengecil karena aliran sistemik yang rendah.

2.5 Pemeriksaan abdomen

1. INSPEKSI

Dengan berdiri di sebelah kanan penderita, perhatikan :


1. Kulit
Perhatikan tinggi dinding perut dibanding dinding dada, wujud kelainan
kulit, jaringan parut pelebaran vena. Kemungkinan yang ditemukan : pink
purple striae pada Cushing’s syndrome, dilatasi vena pada sirosis hepatis atau
obstruksi vena cava inferior, jaringan parut bekas operasi, cullen”s sign dan
grey turner’s sign (hematoma pada daerah umbilikus dan pinggang), sebagai
tanda pankreatitis akut.
2. Umbilikus
Perhatikan bentuk, lokasi dan adanya tanda-tanda inflamasi atau hernia.
3. Bentuk perut
Perhatikan simetris, pembesaran organ atau adanya massa. Perhatikan juga
daerah inguinal dan femoral. Kemungkinan yang ditemukan : tonjolan nyata,
tonjolan suprapubik, hepar atau limpa yang membesar, tumor, pembesaran
perut seperti bentuk perut katak.
4. Adanya gelombang peristaltik
Normal ditemukan pada orang yang kurus. Abnormal pada obstruksi

8
gastrointestinal.
5. Adanya pulsasi
Normal : pada orang kurus terlihat pulsasi aorta abdominalis Aneurisma aorta :
terlihat massa dengan pulsasi
Pulsasi epigastrium : pembesaran ventrikel kanan

2. AUSKULTASI
Dengarkan suara bising usus dan catat jumlah frekuensi dan karakter
bising. Normal 5 sampai 34 kali permenit. Ada beberapa kemungkinan yang
dapat ditemukan, antara lain :
1. Bising usus dapat meningkat atau menurun. Perubahan didapatkan
pada diare, obstruksi usus, ileus paralitik dan peritonitis.
2. Desiran, didapatkan pada stenosis arteri renalis.
3. Friction rubs, didapatkan pada tumor hepar, infark splenikus.
4. Borborygmi dan metalic sound, didapatkan pada ileus obstruktif.

Gambar 4. Tempat-tempat untuk pemeriksaan auskultasi abdomen

3. PERKUSI
Berguna untuk orientasi abdomen, untuk meyakinkan pemeriksaan hati,
lien dan mengidentifikasi adanya cairan asites, benda padat, massa yang terisi
cairan dan udara bebas di perut serta usus.
PERKUSI HEPAR

Prosedur pemeriksaan :
 Perkusi ringan perut di linea medioklavikularis kanan di bawah level
umbilikus ke arah cranial (mulai dari daerah timpani kedaerah pekak).
 Beri tanda tempat perubahan pekak yang merupakan batas bawah hati.
 Perkusi ringan dinding dada di linea medioklavikularis kanan dari cranial
ke caudal (mulai dari daerah sonor ke daerah redup).
 Beri tanda batas peralihan ke redup.

9
 Ukur panjang antara 2 tanda tersebut yang merupakan ”liver spans” (lebar
hati).
 Bila hati membesar perkusi tempat lain dan beri tanda batas tepi hati.

Liver span normal : 6-12 cm pada linea medioklavikularis kanan sedangkan


pada linea mid sternalis 4-8 cm.
Pada penyakit paru obstruktif pekak hati menurun tetapi liver span normal.
Liver span melebar : hepatomegali (hepatitis, CHF), efusi pleura kanan.
Liver span menyempit : hepar kecil (sirosis hepatis), udara bebas di bawah
diafragma.

Gambar 5. Menentukan besar hepar, dengan perkusi

Langkah perkusi bila mencurigai adanya splenomegali :


 Perkusi sela iga terendah di linea aksilaris anterior kiri. Pada daerah ini
terdengar suara timpani. Minta penderita tarik napas dalam dan tahan
nafas. Perkusi lagi di tempat yang sama. Dalam keadaan normal suara
tetap terdengar timpani. Berarti tidak ada splenomegali.
 Bila dicurigai terdapat splenomegali maka lakukan perkusi dari berbagai
arah mulai dari redup atau timpani ke arah daerah pekak yang diduga
limpa sehingga bisa memberikan gambar batas-batas lien.

4. PALPASI PALPASI HATI


Langkah pemeriksaan :
 Letakkan tangan kiri anda di belakang penderita sejajar dan menopang iga 11
dan 12.
 Ingatkan penderita untuk rileks.
 Tekankan tangan kiri ke ventral sehingga hati akan mudah teraba dari depan.
 Letakkan tangan kanan anda pada perut sisi kanan lateral otot rektus dengan
ujung jari tangan tepat di bawah daerah pekak hati.
 Arah jari bisa ke arah cranial penderita.
 Minta penderita menarik nafas dalam. Raba tepi hepar yang menyentuh

10
jari anda. Catat dan berikan tanda pada tempat hati teraba.
 Lakukan penilaian ukuran hati, bentuk tepi hati, permukaan, konsistensi ,
nyeri tekan atau tidak.
 Untuk mengetahui pembesaran hati dilakukan pengukuran jarak dari tepi
kanan arkus kosta pada garis midklavikula ke arah garis yang dibuat.
Ga mbar 6. Deep Palpation

Gambar 7. Menilai tenderness pada hepar yang tak teraba

Gambar 8. Palpasi hepar


PALPASI LIEN

 Dengan melingkari penderita, tangan kiri diletakkan di belakang bagian

bawah iga- iga kiri dan didorongkan keventral .


 Untuk memulai palpasi letakkan tangan kanan di bawah dugaan tepi limpa
dan tekankan ke arah limpa.
 Minta penderita bernapas dalam dan rasakan tepi limpa yang akan turun
ke caudal dan menyentuh jari anda.
 Setelah tepi limpa teraba lanjutkan palpasi ke arah lateral dan medial di

11
mana akan teraba incisura lienalis.
 Ukuran pembesaran mengikuti garis Shuffner. Garis Shuffner adalah garis
imaginer yang dibuat mulai dari pertengahan arcus costa kiri melalui
umbilikus menuju ke SIAS kanan. Garis ini dibagi menjadi 8 skala
shuffner.

Gambar 9. Pemeriksaan lien, palpasi lien


dengan tangan kanan

PALPASI GINJAL

Ginjal kanan :
 Letakkan tangan kiri di belakang penderita tepat di bawah dan paralel
dengan iga 12 dan ujung jari tepat di sudut kostovertebra kanan, kemudian
dorong ginjal ke arah ventral.
 Letakkan tangan kanan secara halus di kwadran kanan atas di lateral dan
paralel terhadap tepi otot rektus sedikit di caudal lengkung iga kanan.
 Minta penderita inspirasi dalam. Pada akhir inspirasi tekan tangan kanan
kuat dan dalam dan raba ginjal kanan antara 2 tangan.
 Penderita disuruh ekspirasi, bersamaan itu tekanan tangan kanan dikurangi
pelan-pelan.

Ginjal kiri :

Prinsipnya sama dengan ginjal kanan, bedanya :


 Pemeriksa pindah ke sisi kiri penderita.
 Gunakan tangan kanan untuk mendorong ginjal ke arah dorsal.
 Gunakan tangan kiri untuk melakukan palpasi dari ventral.

12
Gambar 10. Pemeriksaan ginjal
NYERI KETOK GINJAL

Dilakukan penekanan atau pukulan pada sudut kostovertebra.

Gambar 11. Pemeriksaan nyeri ginjal


PALPASI AORTA ABDOMINALIS

 Letakkan tangan kanan di perut bagian atas lateral dari linea mediana.
 Tekan agak kuat dan dalam dan identifikasikan pulsasi.

Gambar 12. Ilustrasi pemeriksaan aorta abdominalis

13
Gambar 13. Menilai pembesaran aorta

2.6 Indikasi dan kontraindikasi


Indikasi pemeriksaan fisik abdomen adalah berbagai keluhan dan penyakit
yang melibatkan organ dan struktur di abdomen. Banyak sekali keluhan yang
memerlukan pemeriksaan fisik abdomen untuk evaluasi klinisnya, misalnya:

 Gastrointestinal: diare, konstipasi, nyeri perut, mual, muntah, anoreksia,


kecurigaan alergi atau keracunan makanan
 Hepatologi: ikterus, massa abdomen, hepatomegali, splenomegali,
ascites, spider naevi
 Urologi: retensi urin, oliguria, hematuria, disuria, pyuria, kolik renal
 Genital dan reproduksi: dismenorea, leukorrhea, massa regio genital
 Trauma: trauma tembus abdomen, trauma tumpul abdomen
Belum ada kontraindikasi khusus untuk pemeriksaan fisik abdomen.
Pemeriksaan fisik abdomen merupakan bagian dari prosedur pemeriksaan fisik
umum yang penting dilakukan pada pasien dengan atau tanpa keluhan pada area
abdomen. Pemeriksaan fisik abdomen sederhana, cepat, dan relatif aman
dilakukan, sehingga tidak menimbulkan risiko komplikasi yang bermakna.

2.7 Komplikasi
Komplikasi pemeriksaan fisik abdomen jarang terjadi. Namun, pada keadaan
seperti akut abdomen (appendicitis, ulkus peptikum, tifoid) nyeri dan rasa tidak
nyaman pada abdomen akan bertambah dengan manuver pemeriksaan fisik
yang dilakukan, misalnya dengan palpasi atau perkusi.
Perlu disampaikan kepada pasien bahwa pemeriksaan abdomen tidak akan
memperberat penyakit pasien, sehingga pasien juga dapat merasa tenang
selama pemeriksaan dilakukan.

BAB III PENUTUP

3.3 Kesimpulan
Pemeriksaan fisik abdomen merupakan prosedur diagnostik yang rutin
dilakukan pada berbagai kondisi dan keluhan yang terkait sistem

14
gastrointestinal seperti diare, gastritis, massa intraabdomen, ataupun trauma
abdomen.
Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi. Pemeriksaan fisik abdomen akan menilai segala kelainan organ dan
struktur yang berada di abdomen, seperti gastrointestinal, hepar, kandung
empedu, dan organ-organ genitourinaria.

3.4 Saran
Dengan terselesaikannya makalah ini kami masih jauh dari kata sempurna,
maka dibutuhkannya saran atau masukan dari Dosen maupun teman-teman.

DAFTAR PUSTAKA

Albert, T. J. dan Vaccaro, A. R. 2013. Pemeriksaan Fisik Saraf Spinal. Jakarta:


EGC

15
Ambardini, R. 2010. Aktivitas Fisik Pada Lanjut Usia. Laporan Penelitian.
Universitas Negeri Yogyakarta.
American College of Rheumatology. 2014. Osteoarthritis. Lake Boulevard NE.
Atlanta.
Anwar, M. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono.
Bate’s Guide to Physical Examination and History Taking, electronic version,
115-208
Paulsen F, Waschke J (2013) Sobotta Atlas of Human Anatomy 15th. ed.
London : Urban & Fischer

16

Anda mungkin juga menyukai