“ PEMERIKSAAN ABDOMEN ”
DI SUSUN OLEH:
NAMA ANGGOTA KELOMPOK 2 :
1
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan, sehingga kami
bisa menyelesaikan makalah metodologi keperawatan yang berjudul “
Pemeriksaan Abdomen ”.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.....................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah...............................................................................................4
1.3 Tujuan.................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16
3
BAB I PENDAHULUAN
Selain itu, cavum abdomen juga bisa dibagi menjadi regio hipokondrium kiri
dan kanan, epigastrik, umbilikal, hipogastrik, lumbar kiri dan kanan, serta
inguinal kiri dan kanan. Pemeriksaan fisik abdomen kemudian dapat
dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang lainnya sesuai dengan arah
diagnosis.
1.3 Tujuan
4
BAB II PEMBAHASAN
Secara anatomis, cavum abdomen dibagi menjadi, kuadran kanan atas dan bawah
serta kuadran kiri atas dan bawah. Kuadran kanan atas terdiri dari lobus kanan
hepar, kantung empedu, pilorus, sebagian duodenum, caput pankreas, kelenjar
5
adrenal kanan, ginjal kanan, colon bagian fleksura hepatika kanan, colon
ascendens, dan setengah bagian colon transversa.
6
8. Hipogastrium
9. Iliaka sinis
M. Rectus abdominis
Linea mediana
Umbilicus
Lig inguinalis
Simphisis pubis
Hepar
Aorta abdominalis abdominis
Colon transversa
Arteri Iliaka
Uterus
Vesika urinaria
7
Pemeriksaan abdomen pada kelainan jantung terutama mencari keadaan-
keadaan yang disebabkan oleh payah jantung, misalnya bendungan
hepar/hepatomegali kadang- kadang disertai dengan asites. Pada payah jantung,
hepar akan membesar karena bendungan dari ventrikel kanan. Hepar akan
terasa kenyal dan nyeri tekan. Pada keadaan lanjut dan menahun hepar akan
teraba keras dan mungkin tak nyeri tekan lagi. Pada regurgitasi trikuspid yang
berat, kadang- kadang kita akan meraba hepar yang berdenyut sesuai dengan
kontraksi ventrikel, kadang-kadang disertai pula dengan bendungan pada hepar.
Pada beberapa keadaan pulsasi aorta abdominalis akan teraba kuat di
daerah abdomen misalnya pada insufisiensi aorta. Pada aneurisma aorta
abdominalis, aorta teraba membesar dengan pulsasi nyata. Palpasi abdomen
pada keadaan ini harus hati- hati karena dapat menyebabkan kedaruratan jika
aneurisma tersebut pecah.
Pada pemeriksaan abdomen sering akan ditemukan adanya bruit atau
bising pembuluh yang dapat disebabkan oleh stenosis dan biasanya menyangkut
pemb uluh- pembuluh cabang aorta.
Pada insufisiensi trikuspid yang berat, misalnya karena stenosis mitral
denyutan vena femoralis akan lebih mencolok dibandingkan dengan arteri yang
pada keadaan itu akan mengecil karena aliran sistemik yang rendah.
1. INSPEKSI
8
gastrointestinal.
5. Adanya pulsasi
Normal : pada orang kurus terlihat pulsasi aorta abdominalis Aneurisma aorta :
terlihat massa dengan pulsasi
Pulsasi epigastrium : pembesaran ventrikel kanan
2. AUSKULTASI
Dengarkan suara bising usus dan catat jumlah frekuensi dan karakter
bising. Normal 5 sampai 34 kali permenit. Ada beberapa kemungkinan yang
dapat ditemukan, antara lain :
1. Bising usus dapat meningkat atau menurun. Perubahan didapatkan
pada diare, obstruksi usus, ileus paralitik dan peritonitis.
2. Desiran, didapatkan pada stenosis arteri renalis.
3. Friction rubs, didapatkan pada tumor hepar, infark splenikus.
4. Borborygmi dan metalic sound, didapatkan pada ileus obstruktif.
3. PERKUSI
Berguna untuk orientasi abdomen, untuk meyakinkan pemeriksaan hati,
lien dan mengidentifikasi adanya cairan asites, benda padat, massa yang terisi
cairan dan udara bebas di perut serta usus.
PERKUSI HEPAR
Prosedur pemeriksaan :
Perkusi ringan perut di linea medioklavikularis kanan di bawah level
umbilikus ke arah cranial (mulai dari daerah timpani kedaerah pekak).
Beri tanda tempat perubahan pekak yang merupakan batas bawah hati.
Perkusi ringan dinding dada di linea medioklavikularis kanan dari cranial
ke caudal (mulai dari daerah sonor ke daerah redup).
Beri tanda batas peralihan ke redup.
9
Ukur panjang antara 2 tanda tersebut yang merupakan ”liver spans” (lebar
hati).
Bila hati membesar perkusi tempat lain dan beri tanda batas tepi hati.
10
jari anda. Catat dan berikan tanda pada tempat hati teraba.
Lakukan penilaian ukuran hati, bentuk tepi hati, permukaan, konsistensi ,
nyeri tekan atau tidak.
Untuk mengetahui pembesaran hati dilakukan pengukuran jarak dari tepi
kanan arkus kosta pada garis midklavikula ke arah garis yang dibuat.
Ga mbar 6. Deep Palpation
11
mana akan teraba incisura lienalis.
Ukuran pembesaran mengikuti garis Shuffner. Garis Shuffner adalah garis
imaginer yang dibuat mulai dari pertengahan arcus costa kiri melalui
umbilikus menuju ke SIAS kanan. Garis ini dibagi menjadi 8 skala
shuffner.
PALPASI GINJAL
Ginjal kanan :
Letakkan tangan kiri di belakang penderita tepat di bawah dan paralel
dengan iga 12 dan ujung jari tepat di sudut kostovertebra kanan, kemudian
dorong ginjal ke arah ventral.
Letakkan tangan kanan secara halus di kwadran kanan atas di lateral dan
paralel terhadap tepi otot rektus sedikit di caudal lengkung iga kanan.
Minta penderita inspirasi dalam. Pada akhir inspirasi tekan tangan kanan
kuat dan dalam dan raba ginjal kanan antara 2 tangan.
Penderita disuruh ekspirasi, bersamaan itu tekanan tangan kanan dikurangi
pelan-pelan.
Ginjal kiri :
12
Gambar 10. Pemeriksaan ginjal
NYERI KETOK GINJAL
Letakkan tangan kanan di perut bagian atas lateral dari linea mediana.
Tekan agak kuat dan dalam dan identifikasikan pulsasi.
13
Gambar 13. Menilai pembesaran aorta
2.7 Komplikasi
Komplikasi pemeriksaan fisik abdomen jarang terjadi. Namun, pada keadaan
seperti akut abdomen (appendicitis, ulkus peptikum, tifoid) nyeri dan rasa tidak
nyaman pada abdomen akan bertambah dengan manuver pemeriksaan fisik
yang dilakukan, misalnya dengan palpasi atau perkusi.
Perlu disampaikan kepada pasien bahwa pemeriksaan abdomen tidak akan
memperberat penyakit pasien, sehingga pasien juga dapat merasa tenang
selama pemeriksaan dilakukan.
3.3 Kesimpulan
Pemeriksaan fisik abdomen merupakan prosedur diagnostik yang rutin
dilakukan pada berbagai kondisi dan keluhan yang terkait sistem
14
gastrointestinal seperti diare, gastritis, massa intraabdomen, ataupun trauma
abdomen.
Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi. Pemeriksaan fisik abdomen akan menilai segala kelainan organ dan
struktur yang berada di abdomen, seperti gastrointestinal, hepar, kandung
empedu, dan organ-organ genitourinaria.
3.4 Saran
Dengan terselesaikannya makalah ini kami masih jauh dari kata sempurna,
maka dibutuhkannya saran atau masukan dari Dosen maupun teman-teman.
DAFTAR PUSTAKA
15
Ambardini, R. 2010. Aktivitas Fisik Pada Lanjut Usia. Laporan Penelitian.
Universitas Negeri Yogyakarta.
American College of Rheumatology. 2014. Osteoarthritis. Lake Boulevard NE.
Atlanta.
Anwar, M. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono.
Bate’s Guide to Physical Examination and History Taking, electronic version,
115-208
Paulsen F, Waschke J (2013) Sobotta Atlas of Human Anatomy 15th. ed.
London : Urban & Fischer
16