Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH GIZI & DIET

(DIET PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SALURAN


PENCERNAAN)

DOSEN PENGAMPU : MIRA UTAMI NINGSIH , M.NSc

DISUSUN OLEH :
NAMA ANGGOTA KELOMPOK 4:
1. Baiq Safira Nur Aulia (P07120120053)
2. Fitriani Herawati (P07120120060)
3. Ni Wayan Dewi Adriani (P07120120076)
4. Nurhidayatul Hasani (P07120120078)
5. Try Azwin Saputra (P07120120088)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MATARAM


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN MATARAM

1
T.A. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah gizi dan diet ini
dengan judul "Diet pada klien dengan gangguan saluran pencernaan" sebagai
salah satu tugas mata kuliah gizi dan diet yang di ampu oleh Ibu Mira Utami Ningsih
, M.NSc.

Dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada dosen mata
kuliah gizi dan diet, yang telah memberikan bimbingan kepada kami dalam proses
pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak


kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritk dan saran yang membangun.
Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Aamiin..

Mataram, 27 Juli 2021

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan.................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Diet Saluran Pencernaan........................................................................5


2.2 Gangguan Saluran Pencernaan............................................................................5
2.3 Diet Pada Penyakit Gangguan Pencernaan..........................................................9
a. Diet Saluran Cerna Atas
b. Diet Saluran Cerna Bawah

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................14
3.2 Saran....................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan akan asupan nutrisi merupakan salah satu kebutuhan mendasar


bagi manusia untuk bertahan hidup. Nutrisi tersebut juga harus memiliki
persyaratan kelengkapan gizi untuk pemenuhan secara sempurna bagi seseorang
dalam melengkapi kebutuhan nutrisi.

Namun terkadang kebutuhan akan nutrisi tersebut terhambat manakala terjadi


gangguan pada sistem pencernaan. Gangguaan tersebut utamanya adalah
gangguan pada saluran cerna.Jika seseorang mengalami gangguan saluran cerna.
Maka harus ada langkah rehabilitasi, salah satu caranya yaitu dengan melakukan
diet saluran cerna.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan Masalah Berikut ini adalah rumusan masalah mengenai diet pada
saluran Pencernaan:
a) Apa definisi diet saluran pencemaan?
b) Apa saja gangguan saluran pencemaan?
c) Bagaimana diet pada penyakit saluran pencernaan?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembahasan mengenai diet saluran cerna adalah sebagai Berikut:

1. Menjelaskan tentang definisi diet saluran pencernaan.


2. Menjelaskan gangguan saluran pencernaan
3. Menjelaskan diet pada penyakit saluran pencernaan

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Diet Saluran Pencernaan

Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal adalah sistem organ dalam


manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat
gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang
bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut
dari tubuh.

Saluran pencernaan terdiri dari mulut. Kerongkongan, lambung, usus halus,


usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang
terletak diluar saluran pencernaan yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

Diet saluran cerna berarti diet yang dilakukan saat terjadi gangguan pada
saluran pencernaan.Penderita dapat mengalami gangguan pencemaan walaupun
penyebab dan mekanisme terjadinya gangguan tersebut secara pasti belum
diketahui secara pasti, namun gangguan tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor
psikologis.

2.2 Gangguan Saluran Pencernaan

1. Gastritis (Upper Abdominal Syndrome)

Gangguan pencernaan bagian atas yang secara umum dikenal sebagai penyakit
maag merupakan gangguan saluran cerna yang cukup sering dikeluhkan. Selain
disebabkan oleh faktor organik seperti adanya luka/peradangan pada saluran cema
bagian atas (lambung), gangguan ini juga dihubungkan dengan faktor psikologis
mendasarinya. Gangguan ini ditandai antara lain oleh adanya rasa sakit dan atau rasa
penuh di daerah epigastrium (ulu hati), kanan atau kiri di bawah lengkung iga.

Rasa sakit bersifat membakar atau samar-samar, tidak jarang menjalar,


intensitasnya sedang, menghebat karena makanan atau langsung setelah makan, tidak
ada hubungannya dengan kejadian tertentu. Gejala-gejala lain yang timbul antara lain
gangguan menelan, eruktasi (bersendawa), pirosis (merasa terbakar dan rasa asam
atau pahit), mual dan muntah, kembung (meteorismus), dan lain-lain.

5
Penderita gastritis biasanya menunjukkan perubahan yang cukup mencolok yaitu
sikap depresi. Seringkali penderita menyalahkan lingkungan atau makanannya, tetapi
ternyata dengan diet (makanan) juga tidak mengurangi rasa sakitnya. Keseimbangan
yang rapuh yang mudah menjadi runtuh dapat terlihat ketika penderita mengalami
keluhan pada saluran cernanya dan jelas terlihat adanya ketergantungan pada objek
yang memanjakannya.

2. Sindrom Fungsional Hipogastrium (Lower Abdominal Syndrom)

Gangguan pencernaan yang mengenai saluran cema bagian bawah ini juga
dikenal sebagai spastic colon, irritable colon, colitis nervosa, dan obstipasi spastic.
Penderita penyakit ini akan mengeluhkan rasa sakit pada perut, biasanya di bawah
pusat, diare atau obstipasi (sembelit). Bila terjadi obstipasi, feses penderita dapat
keluar berbentuk seperti potlot atau tahi kambing (obstipasi spastik).Faktor psikologis
yang berperan pada penderitanya yaitu adanya harapan harapan untuk meminta lebih
banyak lagi dari orang lain karena mereka telah memberi banyak pada orang tersebut.

3. Aerofagi

Gejala yang timbul dari gangguan saluran cema ini adalah berupa rasa sakit perut
dan perut dirasakan penuh dan membengkak, hal ini dibuktikan dengan bersendawa
(belching) yang keras bertubi-tubi. Simtom ini terutama ditemukan pada meraka yang
bergantian menelan dan mengeluarkan udara. Bila tidak dapat bersendawa, maka
perut akan terasa kembung (meteorismus) dan kentut (flatus) yang tidak berbau.

Karena penyebab yang mendasari gangguan ini adalah faktor psikologis (setelah
hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya penyebab organik yang mendasari nya)
dari penderitanya maka selain memberikan pengobatan yang dapat mengurangi gejala
yang dialami penderitanya maka psikoterapi juga dibutuhkan untuk menghilangkan
atau setidaknya mengurangi gangguan ini.

4. Mencret (Diare)

Diare terjadi karena adanya rangsangan yang berlebihan pada mukosa usus
sehingga gerakan otot usus meningkat dan makanan kurang terserap secara sempurna,
Diare termasuk gangguan pemcemaan yang paling sering muncul terutama pada
anak-anak.

6
Diare akut kalau anak mencret lebih dari 4 kali sehari. Penyebabnya bisa infeksi,
bisa juga hanya karena salah makan, sebagai contoh makanan yang tidak sesuai
dengan usia anak, misalnya sudah diberikan makan padat sebelum waktunya. Faktor
kebersihan juga menjadi sebab diare. Diare yang disebabkan bakteri atau salah makan
adalah penyebab utama gangguan pencernaan pada anak di bawah 5 tahun (Balita).
Selain itu, ada juga diare akibat cacingan.

5. Heartburn
Heartbum adalah nyeri akut yang dirasakan di daerah epigastrium, yang dirasakan
dapat menyebar ke bagian lain dari dada atau lengan. Heartbum ini biasanya timbul
setelah makan dan disebabkan oleh refluks isi lambung ke esofagus.

6. Esofagitis

Esofagitis adalah peradangan kronik esofagus. Kelainan ini sering terjadi akibat
refluks kronik isi lambung ke dalam esofagus. Apabila hal ini terjadi, lapisan mukosa
esofagus dapat mengalami tukak oleh asam. Kerusakan lapisan mukosa dapat
menyebabkan peradangan kronik, spasme otot dan pembentukan jaringan parut di
esofagus, yang dapat menyebankan terhambatnya makanan. Gejala klinis: Nyeri
seperti terbakar di epigastrium, muntah, disfagia (kesulitan menelan).

7. Peritonitis

Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu membran yang melapisi rongga


abdomen. Perionitis biasnya terjadi akibat masuknya bakteri dari saluran cerna atau
organ-organ abdomen ke dalam ruang peritoneum melalui perforasi usus atau
ruptumnya suatu organ. Gejala klinis:

• Nyeri, terutama di atas daerah yang meradang.


• Peningkatan kecepatan denyut jantung akibat hipovolemia karena
• perpindahan cairan ke dalam perinium
• Mual dan muntah
• Abdomen yang kaku

8. Sembelit (Konstipasi)

Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan dengan gejala mengalami


pengerasan feses yang sulit untuk dibuang yang dapat menyebabkan kesakitan pada

7
penderitanya, Konstipasi dapat disebabkan oleh pola makan, hormon, efek samping
obat-obatan, dan juga karena kelainan anatomis. Biasanya, konstipasi disebabkan
karena defekasi yang tidak teratur sehingga feses mengeras dan sulit dikeluarkan.

Pengobatan konstipasi dapat dilakukan dengan mengubah pola makan, obat


pencahar (laksatif), terapi serat, dan pembedahan, walaupun pilihan terakhir jarang
dilakukan, Konstipasi hebat disebut juga dengan obstipasi. Gangguan pada sistem
pencernaan juga bisa disebabkan karena stres. Sebab stres dapat mempengaruhi
sistem saraf dalam tubuh. Sementara penanganan untuk yang susah BAB, harus
dilihat dulu apa penyebabnya.

9. Wasir atau hemoroid

Wasir atau hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah balik (vena) di dalam
anyaman pembuluh darah. Keluhan pertama kali yaitu darah segar menetes setelah
buang air besar (BAB). Biasanya tanpa disertai rasa nyeri dan gatal di anus.
Pencegahannya adalah perlu diet tinggi serat dengan makan sayur sayuran dan buah-
buahan yang bertujuan membuat volume tinjanya besar, tetapi lembek, sehingga saat
BAB, karena tidak perlu mengejan dapat merangsang wasir.

10. Kanker usus

Kanker usus merupakan penyakit ketiga yang menjadi penyebab kematian di


seluruh dunia. Studi pada manusia juga menunjukan keseluruhan jumlah kalsium
yang dikonsumsi sangat positif dalam mengurangi tingkat dari resiko kanker susu ini.
Setiap kenaikan 1.000 miligram kalsium sehari atau lebih akan mempu mengurangi
15% resiko dari kanker usus pada wanita dan 10% pada pria. Konsumsi susu dan
kalsium bisa mengurangi resiko terkena kanker usus.

Keju dan yoghurt juga merupakan hasil olahan dari susu. Cara terbaik untuk
mencegah dan mengurangi risiko kanker usus adalah dengan mengkonsumsi makanan
yang seimbang antara buah, sayuran, dan kalori, untuk mengurai proses penimbunan
lemak.

8
2.3 Diet pada Penyakit Gangguan Pencernaan

a. Diet Saluran Cerna Atas

1. Diet Disfagia Disfagia


Kesulitan menelan karena adanya gangguan aliran makanan pada saluran cerna. Hal
ini dapat terjadi karena kelainan sistem saraf menelan, pascastoke dan adanya massa
atau tomor yang menetupi saluran cema.
Tujuan diet disfagia adalah :

• Menurunkan risiko aspirasi akibat masuknya makanan ke dalam saluran


pernapasan.
• Mencegah dan mengoreksi defisiensi zat gizi dan cairan.
Syarat-syarat diet disfagia adalah:

 Cukup energi, protein dan zat gizi lainnya.


 Mudah dicerna, porsi makanan kecil dan sering diberikan..
 Cukup cairan.
 Bentuk makanan bergantung pada kemampuan menelan, diberikan secara
bertahap,dimulai dari makanan cair penuh atau cair kental, makanan saring
dan makanan lunak.
 Makanan cair jernih tidak diberikan karena sering menyebabkan tersedak atau
aspirasi.
 Cara pemberian makanan dapat per oral atau melalui pipa (selang) atau sonde
Disfagia dapat terjadi pada lansia, adanya gangguan saraf menelan, tumor esofagus
dan pascastoke. Bentuk makanan bergantung pada cara pemberian. Bila diberikan
melalui pipa, makanan diberikan dalam bentuk makanan cair penuh, bila diberikan
per oral maka makanan diberikan dalam bentuk makanan cair kental, saring, atau
lunak.

2. Diet Pasca-Hematemesis-Melena

Keadaan muntah dan buang air besar berupa darah akibat luka atau kerusakan pada
saluran cema.

9
Tujuan diet pasca-hematomesis-melena:

 Memberikan makanan secukupnya yang memungkinkan istirahat pada saluran


cerna, mengurangi risiko perdarahan tulang dan mencegah aspirai.
 Mengusahakan keadaan gizi sebaik mungkin.

Syarat diet:

 Tidak merangsang sal.cerna


 Tidak meninggalkan sisa
 Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam
untuk memberikan istirahat pada lambung
 Diet diberikan jika perdarahan pada lambung atau duodenum sudah tidak ada
Diet pasca-hematemesis-melena diberikan dalam bentuk makanan ccai jernih,
tiap 2-3 jam pasca perdarahan. Nilai gizi makanan ini sangat rendah, sehingga
diberikan selama 1-2 hari saja.

3. Diet Penyakit Lambung

Penyakit lambung atau gastrointestinal meliputi gastritis akut dan kronis, ulkus
peptikum, pasca-operasi lambung yang sering diikuti dengan "dumping syndrome
dan kanker lambung. Gangguan gastrointestinal sering d hubungkan dengan emosi
atau psikoneurosis dan makan terlalau cepat karena kurang di kunyah serta terlalu
banyak merokok. Gangguan pada lambung umumnya berupa sindroma distepsia,
yaitu kumpulan gejaa yang terdiri dari mual, muntah, nyeri efigastrium, kembung,
nafsu makan berkurang dan rasa cepat kenyang.

Tujuan Diet :

Tujuan diet penyakit lambung adalah untuk memberikan makan dan cairan
secukupnya yang tidak meberatkan lambung serta mencegah dan menetralakn sekresi
asam lambung yang berlebihan.

Syarat Diet :

 Mudah cema, porsi kecil dan sering di berikan.


 Energy dan protein cukup.menerimanya sesuai kemampuan pasien
 Lemak rendah, yaitu 10 - 15 % dari kebutuhan energy total yang di tingkatkan
secara bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.
 Rendah serat, terutama serat tidak arut air yang di tingkatkan secara bertahap.

10
 Cairan cukup, terutama bila ada muntah.
 Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara termis,
mekanis, maupun kimia (disesuaikan daya terima perorangan).
 Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak di anjurkan
minum susu terlalu banyak.
 Makan secara perlahan di lingkunan yang tenang.
 Pada fase akut dapat diberikan makan parenteral saja selama 24 - 48 jam untuk
member istirahat pada lambung.

B. Diet Saluran Cerna Bawah

1. Diet Penyakit Usus Inflamatorik (Inflammatory Bowel Disease)


Penyakit usus inflamatorik adalah peradangan terutama pada ileum dan usus
besar dengan gejala diare, disertai darah, lendir, nyeri abdomen, berat badan
berkurang, demam dan kemungkinan terjadi streatorea (adanya lemak dalam
feses). Penyakit ini dapat berupa Kolitis Ulseratif dan Chron’s Disease.lemak
dalam feses). Penyakit ini dapat berupa Kolitis Ulseratif dan Chron’s Disease.

Tujuan diet penyakit inflamatorik adalah:


a) Memperbaiki ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
b) Mengganti kehilangan zat gizi dan memperbaiki status gizi kurang.
c) Mencegah iritasi dan inflamasi lebih lanjut.
d) Mengistirahatkan usus pada masa akut.

Syarat-syarat diet penyakit usus inflamatorik adalah:


a. Pada feses akut dipuasakan dan diberi makanan secara parenteral saja.
b. Bila fase akut teratasi, pasien diberi makanan secara bertahap, mulai dari
bentuk cair (peroral maupun enteral), kemudian meningkat menjadi siet sisa
rendah dan serat rendah.
c. Bila gejal ahilang dapat diberikan makanan biasa.
d. Kebutuhan gizi, yaitu :
a. Energi dan protein tinggi.
b. Suplemen vitamin dan mineral antara lain vitamin A, C, D asm folat, vitamin

11
B12, kalsium, zat besi, magnesium dan seng.
e. Makanan enteral rendah atau bebas laktosa dan mengandung asam lemak rantai
sedang (medium chain trygliceride = MTC) dapat diberikan karena sering
terjadi intoleransi laktosa dan malabsorpsi lemak.
f. Cukup cairan dan elektrolit.
g. Menghindari makanan yang mengandung gas.
h. Sisa rendah dan secara bertahap kembali ke makanan biasa

2. Diet Penyakit Divertikular


Penyakit divertikular terdiri atas penyakit Divertikulosis dan Divertikulitis.
Penyakit Divertikulosis yaitu adanya kantong-kantong kecil yang terbentuk pada
dinding kolon yang terjadi akibat tekanan intrakolon yang tinggi pada konstipasi
kronik. Hal ini terutama terjadi pada usia lanjut yang makanannya rendah serat.
Penyakit Divertikulitis terjadi bila penumpukan sisa makanan pada divertikular
menyebabkan peradangan. Gejala-gjalanya antar alain kram pada bagian kiri
bawah perut, mual, kembung, muntah, konstipase atau diare, menggigil dan
demam.
Tujuan Diet Penyakit Divertikulosis
a) Meningkatkan volume dan konsistensi fees.
b) Menurunkan tekanan intra luminal.
c) Mencegah infeksi.
d) Mengistirahatkan usus untuk mencegah perforasi.
e) Mencegah akibat laksatif dari makanan berserat tinggi.

Syarat - syarat Diet Penyakit Divertikulosis :


a. Kebutuhan energi dan zat-zat gizi normal.
b. Cairan tinggi, yaitu 2-2,5 liter sehari.
c. Serat tinggi.
d. Mengusahakan asupan energi dan zat-zat gizi cukup sesuai dengan batasan
diet yang ditetapkan.
e. Bila ada pendarahan, dimuali dengan makanan cair jernih.

12
f. Makanan diberikan secara bertahap, dimulai dari diet sisa rendah I
kediet sisa rendah II dengan konsistensi yang sesuai.
g. Hindari makanan yang banyak mengandung biji-biji kecil, seperti tomat,
jambu biji dan stroberi yang dapat menumpuk dalam divertikular. Bila perlu
diberi makanan enteral rendah atau bebas laktosa

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Diet saluran cerna berarti diet yang dilakukan saat terjadi gangguan pada
saluran dan mekanisme pencernaan dalam tubuh manusia. Gangguan atau kelainan
dalam system pencernaan antara lain :
a. Gastritis (Upper Abdominal Syndrome)
b. Sindrom Fungsional Hipogastrium (Lower Abdominal Syndrom)
c. Aerofagi
d. Mencret (Diare)
e. Heartburn
f. Esofagitis
g. Peritonitis
h. Sembelit (Konstipasi)
i. Wasir atau hemoroid
j. Kanker usus
Diet pada gangguan saluran cerna dibagi menjadi 2 yaitu : Diet pada saluran
cerna atas dan diet pada saluran cerna bawah. Diet pada saluran cerna atas meliputi
diet disfagia, diet pasca hematemesis-melena dan diet penyakit lambung.
Sedangkan pada saluran cerna bawah meliputi diet penyakit usus inflamatorik dan
diet divertikular.

3.2 Saran

Dalam melakukan diet, hendaknya ditetapkan target waktu dan hasil;


penyesuaian gejala serta diseimbangkan dengan aktivitas olahraga sehingga diet
akan tetap sehat. Penyesuaian gejala utamanya dilakukan saat terjadi gangguan
(seperti gangguan saluran cerna) dan diharuskan melakukan diet, sehingga nantinya
diet akan lebih maksimal memberikan hasil.

14
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Gizi RS Dr.Cipto Mangunkusumo. 1997. Penuntun Diit. Jakarta : PT


Gramedia Pustaka Utama

Beck, Mary E. 2011. Ilmu Gizi dan Diet – Hubungannya Dengan Penyakit –
penyakit untuk Perawat dan Dokter. Jakarta: Andi Publisher

Hartono, Andry dan Kristiani. 1995. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya dengan
Penyakit-Penyakit untuk Perawat dan Dokter. Yogyakarta : Yayasan
Essentia Medica

15

Anda mungkin juga menyukai