DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1
Kata Pengantar
Puji Syukur kami ucapkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Proses Perubahan Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan Asam Basa
Hiper dan Hipo Elektrolit”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas untuk
memenuhi mata kuliah Patofisiologi di Prodi D-III Keperawatan Palembang.
Dalam penulisan makalah ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
anggota kelompok pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun
kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna sehingga
kritik, koreksi dan saran dari semua pihak untuk menyempurnakan makalah kami senjutnya
senantiasa akan kami terima dengan tangan terbuka.
Dan tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen yang telah memberikan
serta membimbing kami untuk tugas makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kelompok kami maupun kepada pembaca umumnya. Tentunya, tidak ada
gading yang tidak retak, makalah ini tentu masih banyak kekurangan. Akhir kata kami
ucapkan banyak Terima kasih.
Penyusun
ii
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A...Kesimpulan.......................................................................................................... 39
B...Saran.................................................................................................................... 40
Daftar Pustaka.............................................................................................................. 41
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cairan tubuh adalah cairan suspense sel di dalam tubuh yang memiliki fungsi
fisiologis tertentu.cairan tubuh merupakan komponen penting bagi cairan ekstraseluler,
termasuk plasma darah dan cairan transeluler (Anonim 2010). Selain air, cairan tubuh
mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut) yaitu elektrolit dan non elektrolit.
Elektrolit adalah substansi yang menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi
menjadi ion positif dan negative dan diukur dengan kapasitasnnya untuk saling berikatan
satu sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation adalah ion-ion yang
membentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstraseluler utama adalah natrium
(Na+ ), sedangkan kation intrasesuler adalah kalium (K+ ).
Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium keluar dan
kalium ke dalam (Horne, 2001). Sedangkan anion adalah ion-ion yang membentuk
muatan negative dalam larutan. Selain elektrolit, cairan tubuh juga mengandung non-
elektrolit. Nonelektrolit merupakan substansi seperti glukosa dan urea yang tidak
berdisosiasi dalam larutan dan diukur berdasarkan berat.
Daya tahan cardiovascular (aerobik) Menurut Iskandar Adisaputra (1999: 5) yaitu :
“Kesanggupan sistem jantung, paru-paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara
optimal saat melakukan aktivitas sehari-hari dalam waktu yang cukup lama tanpa
mengalami kelelahan berarti. Sehingga 2 daya tahan cardiovascular merupakan
komponen terpenting dari kesegaran jasmani terutama yang menyangkut stamina.”
Aktivitas fisik berpotensi meningkatkan frekuensi denyut nadi bila mempunyai beban
aktivitas yang tinggi. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi aktivitas tubuh maka
semakin tinggi peningkatan aliran darah untuk mensuplai zat makanan dan oksigen ke
jaringan otot sehingga jantung berkontraksi lebih cepat dan kuat yang meningkatkan
frekuensi denyut nadi. Peningkatan panas di dalam tubuh baik dari hasil metabolisme
energi ataupun hasil dari kontraksi otot saat beraktivitas, air yang berada di dalam
sirkulasi aliran darah (darah mengandung air sekitar 83%) akan menyerap panas dan
mengeluarkannya pada permukaan kulit melalui kelenjar keringat.
Keringat yang hilang selama beraktivitas bervariasi antara 0,4-2,6 liter perjam
tergantung individu dan jenis aktivitasnya. Hal ini menyebabkan tubuh kehilangan
mineral-mineral seperti natrium, kalium, magnesium, iron dan zinc. Natrium berfungsi
1
untuk mengatur pH darah, keseimbangan cairan dan tekanan osmosis sehingga tidak
terjadi pengerutan sel akibat perbedaan tekanan. Kalium berfugsi untuk mengatur pH,
keseimbangan cairan dan tekanan osmosis pada cairan intraselulaer.
Pada keadaan normal, keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh sudah diatur secara
otomatis melalui mekanisme homeostatis. Jadi pada saat sel-sel dalam tubuh kehilangan
cairan, sel-sel tubuh tersebut akan mengirimkan sinyal kepada sistem saraf pusat untuk
segera mengkompensasi keadaan tersebut.
Natrium dan kalium diserap oleh usus halus bagian atas. Penyerapan natrium dan
kalium melibatkan proses pasif dan aktif yang mengakibatkan pergerakan elektrolit, air
dan hasil metabolisme masuk ke dalam darah untuk didistribusikan dan digunakan oleh
tubuh. Penyerapan natrium dan kalium tertinggi terjadi di segmen jejunum. Di jejunum
natrium dan kalium diserap meningkat dengan adanya glukosa, galaktosa dan asam amino.
Natrium dan kalium bergerak menuruni gradient elektrokimianya dan menyediakan
energi untuk pergerakan glukosa, galaktosa dan asma amino ke dalam sel epitel melawan
gradient konsentrasi. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari cairan. Air dan elektrolit
yang terkandung di dalam cairan tubuh sangat diperlukan untuk efektivitas saraf dan otot.
Aktivitas fisik yang berat mengakibatkan terjadinya penumpukan asam laktat dan
cairan tubuh akan banyak yang keluar melalui keringat. Cairan penting dalam memelihara
keseimbangan serta proses metabolisme tubuh. Bila asupan cairan ke dalam tubuh lebih
sedikit dibandingkan dengan pengeluaran, maka tubuh akan mengalami gangguan atau
dehidrasi. Kebutuhan normal cairan dan elektrolit harian, untuk orang dewasa rata-rata
membutuhkan cairan 30-35 ml/kg BB/hari . kebutuhan tersebut merupakan pengganti
cairan yang hilang akibat pembentukan urine, sekresi gastrointestinal, keringan (lewat
kulit) dan pengeluaran lewat paru-paru (insensible water loss).
Denyut nadi merupakan rambatan dari denyut jantung yang dihitung tiap menitnya
dengan hitungan repetisi (kali/menit), dengan denyut nadi normal 60-100 kali/menit.
Denyut nadi merupakan indikator untuk melihat intensitas olahraga yang sedang
dilakukan. Air merupakan konsistuen terbesar dalam tubuh. Bila tubuh melakukan
aktifitas yang berlebihan seperti olahraga maka akan terjadi penurunan cairan tubuh.
Cairan yang keluar dari tubuh mengandung elektrolit utama seperti natrium dan kalium.
Untuk mengganti cairan yang hilang dari tubuh beserta elektrolit yang ada di dalamnya
sebaiknya kita meminum cairan yang mengandung ion sesuai. Salah satu buah yang
memiliki tinggi kalium dan natrium adalah semangka. Sebagian besar dari semangka 92%
2
tepatnya adalah air. Dengan persentase kandungan air sebesar itu semangka mampu
memenuhi kebutuhan tubuh akan cairan.
Kandungan air yang banyak hanya awalan saja. Alasan lain untuk mengkonsumsi
semangka adalah hasil penelitian yang terpapar dalam. Dalam jurnal ilmiah tersebut
bahwa konsumsi semangka sebelum latihan berat mampu menurunkan denyut nadi dan
mengurangi rasa sakit otot setelah berlatih alasannya semangka adalah salah satu cairan
berelektrolit.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keseimbangan cairan?
2. Apa penyebab perubahan keseimbangan cairan?
3. Apa gangguan keseimbangan cairan?
4. Apa yang dimaksud keseimbangan elektrolit?
5. Apa penyebab perubahan keseimbangan elektrolit?
6. Apa gangguan keseimbangan elektrolit?
7. Bagaimana penilaian status keseimbangan elektrolit?
8. Apa pengertian dari keseimbangan asam basa tubuh?
9. Apa penyebab perubahan keseimbangan asam basa tubuh?
10. Apa gangguan perubahan keseimbangan asam basa tubuh?
11. Bagaimana penilaian status asam basa?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari keseimbangan cairan, keseimbangan elektrolit, dan
keseimbangan asam basa tubuh,
2. Mengetahui penyebab perubahan keseimbangan cairan, keseimbangan elektrolit, dan
keseimbangan asam basa tubuh,
3. Mengetahui gangguan perubahan keseimbangan cairan, keseimbangan elektrolit, dan
keseimbangan asam basa tubuh,
4. Mengetahui penilaiann keseimbangan elektrolit dan keseimbangan asam basah tubuh
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
bergantung satu dengan yang lainnya.Apabila Terjadi gangguan keseimbangan, baik
cairan atau elektrolitdalam tubuh dapat mengakibatkan Overhidrasi, dehidrasi,
hiponatremia, hipeanatremia, hipokalemia, hiperkalemia, dan Hipokalsemia.Dengan
demikian, keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan komponen atau Unsur vital
pada tubuh manusia.
2. Kehulangan cairan Penurunan volume a. Denyut nadi yang halus dan cepat.
sedang intravaskuler sekitar b. Supine hypotension.
25%. c. Kulit pada badan diraba terasa
dingin.
d. Luaran urine 10-30 ml/jam.
e. Merasa sangat kehausan.
f. Gelisah, kebingungan, dan iribilitas.
5
3. Kehilangan cairan Penurunan volume a. Takikardia parah.
berat intravaskuler sebesar b. Hipotensi mencolok.
40% atau lebih. c. Denyut nadi perifer lemah atau
tidak teraba.
d. Kulit yang diraba dingin,
sianotik, atau bintik-bintik.
e. Luaran urine kurang dari 10
ml/jam.
f. Tidak sadarkan diri.
6
a. Cairan intraselular
Pada orang dewasa, sekitar 2/3 dari cairan dalam tubuhnya terdapat di
intraselular. Sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannya merupakan
cairan intraselular.
b. Cairan ekstraselular
Jumlah relatif cairan ekstraselular menurun seiring dengan bertambahnya usia,
yaitu sampai sekitar sepertiga dari volume total pada dewasa.Cairan ekstraselular
terbagi menjadi cairan interstitial dan cairan intravaskular.
Cairan interstitial adalah cairan yang mengelilingi sel dan termasuk cairan
yang terkandung diantara rongga tubuh(transseluler)seperti serebrospinal,
perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan sekresi saluran pencernaan.
Sementara, cairan intravaskular merupakan cairan yang terkandung dalam
pembuluh darah, dalam hal ini plasma darah
7
1. Keseimbangan Donnan
Keseimbangan Donnan merupakan keseimbangan antara cairan intraseluler
dengan cairan ekstraseluler yang timbul akibat adanya peran dari sel membran.
Protein yang merupakan suatu molekul besar bermuatan negatif, bukan hanya
ukuran molekulnya yang besar namun merupakan suatu partikel aktif yang
berperan mempertahankan tekanan osmotik. Protein ini tidak dapat berpindah,
tetapi akan mempengaruhi ion untuk mempertahankan netralitas elektron
(keseimbangan muatan positif dan negatif) sebanding dengan keseimbangan
tekanan osmotik di kedua sisi membran. Pergerakan muatan pada ion akan
menyebabkan perbedaan konsentrasi ion yang secara langsung mempengaruhi
pergerakan cairan melalui membran ke dalam dan keluar dari sel tersebut.
8
4. Kekuatan Starling (Starling’s Forces)
Tekanan koloid osmotik plasma kira-kira 25 mmHg sedang tekanan darah 36
mmHg pada ujung arteri dari kapiler darah dan 15 mmHg pada ujung vena.
Keadaan ini menyebabkan terjadinya difusi air dan ion-ion yang dapat berdifusi
keluar dari kapiler masuk ke cairan interstisiil pada akhir arteri dan reabsorsi
berkisar 90% dari cairan ini pada akhir arteri dan reabsosrsi berkisar 90% dari
cairan ini pada ujung venous.
2) Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron
Mekanisme pengaturannya melalui pengaturan ekskresi Na pada urin
melalui interaksi antara aktivitas ginjal dengan hormon korteks adrenal. Lebih
dari 95% Na direabsorbsi kembali oleh tubulus ginjal. Korteks adrenal
merupakan faktor utama yang menjaga volume cairan ekstraseluler melalui
hormon Aldosteron terhadap retensi Na.
9
Pelepasan renin dipengaruhi oleh baroreseptor ginjal. Konsep Makula
lutea, yang tergantung pada perubahan Na di tubulus distalis. Bila Na
menurun, volume tubulus menurun, sehingga mengurangi kontak makula
dengan sel arteriol. Akibatnya terjadi pelepasan renin. Renin akan membentuk
Angiotensin I di hati yang kemudian oleh converting enzim dari paru diubah
menjadi Angiotensin II sebagai vasokonstriktor dan merangsang kelenjar
supra renal menghasilkan aldosteron. Peranan Angiotensin II adalah untuk
mempertahankan tekanan darah bila terjadi penurunan volume sirkulasi dan
Aldosteron akan meningkatkan reabsorbsi Na yang menyebabkan retensi air.
2) Refleks Baroreseptor
Bila tekanan darah berkurang, baroreseptor karotid akan terangsang
sehingga menyebabkan impuls aferen yang melalui jalur parasimpatis
menurun. Akibatnya, terjadi hambatan efek hipotalamus terhadap hipofisis
sehingga sekresi ADH meningkat. Bila terjadi peningkatan tekanan darah,
impuls aferen akan mempengaruhi hipotalamus yang akan menginhibisi
hipofisis posterior sehingga sekresi ADH berkurang.
10
air didalam feses, isensibel dan air yang dikeluarkan melalui kulit dan paru-paru.
Gambaran keseimbangan masukan dan keluaran cairan dapat dilihat pada tabel
berikut.
Keluaran
Tak
Terlihat Tak Terlihat Terlihat
Terlihat
Minuman 650 - Urin 700
Makanan - 750 Kulit - 500
Oksigenasi - 350 Nafas - 400
Feses - 1500
650 ml 1100 ml 700 ml 1050 ml
11
ada proses peningkatan suhu tubuh dan proses respirasi meningkat.Pengeluaran
cairan dari proses berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang
panas, respon ini berasal dari anterior hypothalamus, lalu impulsnya akan
ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan saraf
simpatis pada kulit.Pada pengeluaran air melalu feses, berkisar antara 1500 mL per
hari, yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar.
Tubuh manusia pada kelahiran mengandungi sekitar 75% berat cairan. Di usia
satu bulan, nilai ini menurun menjadi 65% dan pada saat dewasa berat cairan dalam
tubuh manusia bagi pria adalah 60% dan wanita pula sekitar 50%. Selain itu, faktor
kandungan lemak juga mengkontribusi kepada kandungan cairan dalam tubuh. Semakin
tinggi jumlah lemak yang terdapat dalam tubuh, seperti pada wanits, semakin ssemakin
kurang kandungan cairan yang ada.
Nilai normal ambilan cairan dewasa adalah sekitar 2500ml, termasuk 300ml hasil
metabolism tenaga susbtrat. Rata-rata kehilangan cairan adalah sebanyak 2500ml dimana
12
ia terbahagi kepada 1500ml hasil urin, 400ml terevaporasi lewat respiratori, 400ml lewat
evaporasi kulit, 100ml lewat peluh dan 100ml melalui tinja. Kehilangan cairan lewat
evaporasi adalah penting kerna ia memainkan peranan sebagai thermoragulasi, dimana ia
mengkontrol sekitar 20-25% kehilangan haba tubuh. Perubahan pada kesimbanngan
cairan dan volume sel bisa menyebabkan impak yang serius seperti kehilangan fungsi
pada sel, terutama ada otak.
Bentuk gangguan yang paling sering terjadi adalah kelebihan atau kekurangan
cairan yang mengakibatkan perubahan volume .
1. Overhidrasi
Air, seperti subtrat lain, berubah menjadi toksik apabila dikonsumsi secara
berlebihan dalam jangka waktu tertentu. Intoksikasi air sering terjadi bila cairan di
konsumsi tubuh dalam kadar tinggi tanpa mengambil sumber elektrolit yang
menyeimbangi kemasukan cairan tersebut.
Overhidrasi terjadi jika asupan cairan lebih besar daripada pengeluaran cairan.
Kelebihan cairan dalam tubuh menyebabkan konsentrasi natrium dalam aliran darah
menjadi sangat rendah.3 Penyebab overhidrasi meliputi, adanya gangguan ekskresi air
lewat ginjal (gagal ginjal akut), masukan air yang berlebihan pada terapi cairan,
masuknya cairan irigator pada tindakan reseksi prostat transuretra, dan korban
tenggelam.
2. Dehidrasi
Dehidrasi merupakan suatu kondisi defisit air dalam tubuh akibat masukan
yang kurang atau keluaran yang berlebihan. Kondisi dehidrasi bisa terdiri dari 3
bentuk, yaitu: isotonik (bila air hilang bersama garam, contoh: GE akut, overdosis
diuretik), hipotonik (Secara garis besar terjadi kehilangan natrium yang lebih banyak
dibandingkan air yang hilang. Karena kadar natrium serum rendah, air di
kompartemen intravaskular berpindah ke ekstravaskular, sehingga menyebabkan
penurunan volume intravaskular), hipertonik (Secara garis besar terjadi kehilangan air
yang lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang. Karena kadar natrium tinggi,
13
air di kompartemen ekstravaskular berpindah ke kompartemen intravaskular, sehingga
penurunan volume intravaskular minimal)
Jenis Dehidrasi
Parameter Ringan Sedang Berat
Kehilangan BB pada5% 10% 15%
bayi
Kehiangan BB pada3-4% 6-8% 10%
anak
Nadi normal meningkat ringan sangat meningkat
Tekanan darah normal normal untuk ortostatik, ortostatik sampai
> 10 mmHg turun syok
14
tekanan supraklavikular supraclavikular
Berat jenis urin > 1.020 > 1.020, oligo uri oligouri sampai anuri
1. Dehidrasi
a. Pengertian Dehidrasi
Dehidrasi adalah gangguan keseimbangan air di mana output melebihi intake
sehingga jumlah air dalam tubuh berkurang. Saat dehidrasi maka yang hilang
adalah cairan tubuh tetapi pada dasarnya saat dehidrasi elekrolit yang berada
dalam cairan juga berkurang. Dengan demikian setiap gangguan keseimbangan
cairan seperti dehidrasi, kemungkinan besar juga akan disertai dengan gangguan
keseimbangan elektrolit.
b. Penyebab Dehidrasi
1) Dehidrasi Primer (water depletion)
Dehidrasi primer dapat terjadi akibat dari masuknya air ke dalam tubuh
sangat terbatas seperti pada:
a) Penyakit yang menghalangi masuknya air, misalnya infeksi mulut d
fraktur mandibula.
b) Penyakit mental yang disertai dengan menolak air atau ketakutan akan air
(hidrophobia).
15
c) Penyakit sedemikian rupa sehingga penderita sangat lemah dan tidak
dapat minum lagi seperti yang dialami pasien yang menderita penyakit
terminal atau pasien usia lanjut.
o Haus.
o Air liur sedikit sehingga mulut kering.
o Oliguria.
o Lemas.
o Timbulnya gangguan mental seperti halusinasi atau delirium.
Kehilangan cairan yang sangat berat bila lebih dari 15% atau 22% total
body water akan menyebabkan gangguan keseimbangan cairan yang
berdampak terhadap gangguan metabolisme tubuh yang mengancam jiwa
penderita.
16
akan mengganggu metabolisme dan sirkulasi tubuh sehingga menimbulkan
tanda dan gejala sebagai berikut:
o Mual
o Muntah
o Kejang
o Sakit kepala
o Lesu dan lelah
2. Edema
a. Pengertian edema
Perpindahan cairan vaskuler ke bila terjadi dalam ekstra seluler menyebabkan
volume penimbunan cairan ekstra seluler tubuh meningkat. Jika terjadi setempat
disebut edema dan jika terjadi umu seluruh tubuh disebut edema anasarka atau
disebut juga dropsy yaitu penimbunan cairan dalam jaringan subkutis dan rongga
tubuh.
b. Patofisiologi edema
Proses terjadinya edema dapat dijelaskan berdasarkan penyebabnya yaitu
sebagai berikut :
1) Penurunan tekanan osmotik
Protein sebagai zat yang berfungsi mempertahankan tekanan osmotik
bila kadarnya dalam plasma menurun yang berarti tekanan osmotiknya
menurun maka akan menyebabkan perpindahan cairan dari vaskuler menuju
sel dalam jaringan yang tekanan osmotiknya lebih tinggi sehingga terjadi
edema. Hal tersebut sesuai dengan hukum osmosis yang menyatakan bahwa
cairan yang berada dalam tekanan osmotik yang lebih rendah akan mengalir
ke bagian yang tekanan osmotiknya lebih tinggi.
Pada penderita penyakit nefrotik syndrome yang mengalami penurunan
kadar protein albumin karena banyak dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal
maka tekanan osmotik plasma dalam vaskuler rendah. Hal tersebut akan
menyebabkan perpindahan cairan vaskuler menuju jaringan yang
mengakibatkan edema di seluruh tubuh yang disebut edema anasarka.
17
2) Peningkatan tekanan hidrostatik
Tekanan hidrostatik adalah tekanan dalam cairan yang berasal dari
tekanan dalam vaskuler. Bila tekanan hidrostatik lebih besar dari tekanan
osmotik maka akan menyebabkan cairan pindah masuk ke dalam jaringan
sehingga terjadi edema. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh berikut ini:
a) Ibu hamil
Bendungan aliran darah yang terjadi pada vena illiaca akibat uterus
yang membesar mengakibatkan tekanan darah vena meningkat sehingga
cairan banyak keluar kapiler menuju jaringan dan terjadilah edema
tungkai.
b) Edema kardial
Bendungan yang terjadi akibat aliran darah balik ke atrium kanan
terhambat seperti pada pasien gagal jantung menyebabkan edema pada
kaki yang disebut pitting edema.
18
3. Obstruksi portal
Pada penderita penyakit sirosis hepatis akan mengalami peningkatan tekanan
vena akibat aliran darah ke liver terhambat. Akibatnya cairan dalam vena portae akan
keluar dari dan masuk rongga peritonium dan terjadilah ascites.
4. Edema postural
Seseorang yang melakukan sikap tidak bergerak seperti berdiri yang lama,
duduk yang lama saat naik mobil jarak jauh maka aliran limfe akan melambat dan
menyebabkan terjadinya udema pada kaki dan pergelangannya. Jika orang tersebut
bergerak maka aktivitas otot dan aliran limfe akan lancar sehingga edema akan hilang
dengan sendirinya.
19
osmotik darah menurun dan cairan akan keluar kapiler dan masuk dalam jaringan dan
terjadilah edema. Sebagai contoh pada kasus reaksi anafilaksis.
6. Obstruksi limfatik
Pada pederita post mastektomi dan filaria akan mengalami bendungan aliran
limfe yang menyebabkan penimbunan cairan sehingga terjadi edema yang disebut
limfedama. Pada filaria limfedema terjadi pada daerah inguinal yang menimbulkan
edema di kaki dan scrotum.
Gangguan elektrolit adalah kondisi saat kadar elektrolit di dalam tubuh seseorang
menjadi tidak seimbang, bisa terlalu tinggi atau terlalu rendah. Ketidakseimbangan kadar
elektrolit bisa menimbulkan berbagai gangguan pada fungsi organ di dalam tubuh.
Bahkan pada kasus yang berat, gangguan elektrolit bisa menyebabkan aritmia,
kejang, koma, dan gagal jantung.Elektrolit adalah unsur alami yang dibutuhkan untuk
menjaga organ-organ tubuh agar berfungsi normal. Fungsi tubuh yang dipengaruhi
elektrolit, antara lain adalah irama jantung, kontraksi otot, dan fungsi otak.
Gejala Gangguan Elektrolit
Gangguan elektrolit ringan umumnya tidak menunjukkan gejala. Gejala akan
mulai terlihat pada kondisi gangguan yang semakin berat. Bahkan, gangguan
elektrolit yang tidak ditangani bisa menyebabkan kematian. Dianjurkan untuk
menemui dokter jika mengalami salah satu dari gejala berikut ini:
Lemas
Mual
Muntah
Detak jantung cepat
Kram di perut dan otot
Diare atau sembelit
Kejang
Sakit kepala
Kesemutan
Mati rras
21
kekurangan magnesium. Berikut ini akan dipaparkan berbagai jenis elektrolit, juga
penyebab kekurangan atau kelebihannya dalam tubuh.
1. Fosfat
2. Klorida
3. Sodium / Natrium
4. Kalsium
5. Kalium / Potasium
6. Magnesium
Gangguan elektrolit bisa menyerang siapa saja, namun orang dengan kondisi
di bawah ini lebih rentan untuk mengalaminya. Di antaranya adalah:
Gagal jantung.
Kecanduan alkohol.
Luka bakar.
Penyakit ginjal.
Patah tulang.
Sirosis.
22
Diagnosis dan Pengobatan Gangguan Elektrolit
23
Dosis NaCl yang harus diberikan, dihitung melalui rumus berikut:
NaCl = 0,6( N-n) x BB
Pertimbangan Anestesi
24
2. Hipernatremia
Jika kadar natrium > 150 mg/L maka akan timbul gejala berupa perubahan
mental, letargi, kejang, koma, lemah. Hipernatremi dapat disebabkan oleh kehilangan
cairan (yang disebabkan oleh diare, muntah, diuresis, diabetes insipidus, keringat
berlebihan), asupan air kurang, asupan natrium berlebihan. Terapi keadaan ini adalah
penggantian cairan dengan 5% dekstrose dalam air.
Pertimbangan anestesi
Hasil kajian mendapatkan hipernatremia akan meningkatkan konsentrasi
alveolar minimum pada anestesi inhalasi pada hewan percobaan, tetapi signifikasi
klinisnya lebih mendekati dengan defisit cairan yang terkait. Hipovolemia akan lebih
terlihat pada setiap vasodilatasi atau depresi jantung dari agen anestesi dan
predisposisi hipotensi dan hipoperfusi jaringan. Penurunan volume distribusi untuk
obat memerlukan pengurangan dosis untuk sebagian besar agen intravena, sedangkan
penurunan cardiac output meningkatkan penyerapan anestesi inhalasi. Operasi elektif
harus ditunda pada pasien dengan hipernatremia yang signifikan (> 150 mEq / L)
sampai penyebabnya didirikan dan defisit cairan dikoreksi. Air dan defisit cairan
isotonik harus diperbaiki sebelum operasi elektif.
3. Hipokalemia
Nilai normal Kalium plasma adalah 3,5-4,5 mEq/L. Disebut hipokalemia
apabila kadar kalium <3,5mEq/L. Dapat terjadi akibat dari redistribusi akut kalium
dari cairan ekstraselular ke intraselular atau dari pengurangan kronis kadar total
kalium tubuh. Tanda dan gejala hipokalemia dapat berupa perasaan lemah, otot-otot
lemas,gangguan irama jantung. Terapi hipokalemia dapat berupa koreksi secara oral
dengan memberikan masukan makanan yang kaya dengan kalium, seperti buah-
buahan, ikan, sayur-sayuran, dan kaldu. Sedangkan terapi untuk gawat darurat dapat
di koreksi secara parenteral tetes kontinyu, tidak boleh memberikan preparat K
langsung intravenous karena bisa mengakibatkan henti jantung. Preparat yang
diberikan bisa dalam bentuk K-Bikarbonat atau Kcl. Selama pemberian, kadar K
plasma harus dipantau setiap jam.
Rumus yang digunakan untuk koreksi:
Defisit K = K (normal) – K (hasil pemeriksaan) x 0,4 x BB
25
Pertimbangan anestesi
Hipokalemia merupakan temuan pra operasi umum. Keputusan untuk
melanjutkan dengan operasi elektif sering didasarkan pada plasma lebih rendah [K +]
antara 3 dan 3,5 mEq / L. Keputusan, bagaimanapun, juga harus didasarkan pada
tingkat perkemkembangan hipokalemia serta ada atau tidak adanya disfungsi organ
sekunder. Secara umum, hipokalemia ringan kronis (3-3,5 mEq / L) tanpa perubahan
EKG tidak meningkatkan risiko anestesi. Namun ini mungkin tidak berlaku untuk
pasien yang menerima digoksin, yang mungkin mempunyai peningkatan risiko
mengembangkan lagi toksisitas digoxin dari hipokalemia tersebut. Maka nilai plasma
[K +] di atas 4 mEq / L yang diinginkan pada pasien tersebut. Manajemen
intraoperatif hipokalemia membutuhkan pemantauan EKG yang teliti dan berwaspada.
Kalium intravena harus diberikan jika atrium atau ventrikel aritmia terjadi. Solusi
intravena glukosa bebas harus digunakan dan hiperventilasi harus dihindari untuk
mencegah penurunan lebih lanjut dalam plasma [K +]. Peningkatan sensitivitas
terhadap blocker neuromuskuler (NMBS) akan dapat dilihat pada status hipokalemia,
oleh karena itu dosis NMBS harus dikurangi 25-50%, dan stimulator saraf harus
digunakan untuk mengikuti tingkat kelumpuhan dan kecukupan reversinya.
4. Hiperkalemia
Hiperkalemia adalah jika kadar kalium > 5 mEq/L. Hiperkalemia sering terjadi
karena insufisiensi renal atau obat yang membatasi ekskresi kalium (NSAIDs, ACE-
inhibitor, siklosporin, diuretik). Tanda dan gejalanya terutama melibatkan susunan
saraf pusat (parestesia, kelemahan otot) dan sistem kardiovaskular (disritmik,
perubahan EKG).
Tabel Gambaran EKG berdasarkan Kadar K Plasma
26
Bila kadar K plasma <6,5mEq/L diberikan: Diuretik, Natrium bikarbonat, Ca
glukonas, glukonas-insulin, Kayekselate. Bila dalam 6 jam belum tampak perbaikan,
dilakukan hemodialisis. Bila fungsi ginjal jelek, pertimbangkan hemodialisis lebih
dini. Pada kadar K plasma >6,5 mEq/L, segera lakukan dialisis.
Pertimbangan Anestesi
Operasi elektif sebaiknya tidak dilakukan pada pasien dengan hiperkalemia
signifikan. Manajemen anestesi pasien bedah hiperkalemia diarahkan pada
menurunkan konsentrasi kalium plasma dan mencegah kenaikan lebih lanjut. EKG
harus hati-hati dipantau. Suksinilkolin merupakan kontraindikasi, seperti penggunaan
setiap solusi intravena yang menagndungi kalium seperti injeksi Ringer laktat.
Menghindari asidosis metabolik atau respiratorik sangat penting untuk mencegah
kenaikan lebih lanjut dalam plasma [K +]. Ventilasi harus dikontrol dengan anestesi
umum, dan hiperventilasi ringan mungkin diinginkan. Terakhir, fungsi neuromuskular
harus dipantau secara ketat, karena hiperkalemia dapat menonjolkan efek NMBS.
5. Hipokalsemia
90% kalsium terikat dalam albumin, sehingga kondisi hipokalsemia biasanya
terjadi pada pasien dengan hipoalbuminemia. Hipokalsemia disebabkan karena
hipoparatiroidism, kongenital, idiopatik, defisiensi vit D, defisiensi 125(OH)2D3 pada
gagal ginjal kronik, dan hiperfosfatemia. Gejala-gejala hipokalsemia meliputi tetani
dengan spasme karpopedal, adanya tanda Chovsteks, kulit kering, gelisah, gangguan
girama jantung. Hipokalsemia adalah suatu kondisi yang gawat darurat karena
menyebabkan kejang umum dan henti jantung. Dapat diberikan 20-30 ml preparat
kalsium glukonas 10% atau CaCl 10% dapat diulang 30-60 menit kemudian sampai
tercapai kadar kalsium plasma yang optimal. Pada kasus kronik, dapat dilanjutkan
dengan terapi per oral.
Pertimbangan Anestesi
Hipokalsemia yang signifikan harus diperbaiki sebelum operasi. Kadar
kalsium terionisasi harus dipantau intraoperatif pada pasien dengan riwayat
hipokalsemia. Alkalosis harus dihindari untuk mencegah penurunan lebih lanjut
dalam Ca 2+. Kalsium intravena mungkin diperlukan seiring transfusi darah sitrat
atau pada solusi albumin dengan jumlah besar. Potensiasi efek inotropik negatif dari
27
barbiturat dan anestesi volatile harus diintipasi. Respon untuk NMBS adalah tidak
konsisten dan memerlukan pemantauan ketat dengan stimulator saraf.
2. Kalium (K+)
Kalium merupakan kation utama dalam CIS (Cairan Intra Seluler). Kalium
sangat penting dalam pengendalian volume sel, aktivitas listrik saraf dan otot, dan
metabolism selular. Kalium di dalam CES akan mempengaruhi keseimbangan asam-
basa cairan tersebut.
Pengaturan kalium dikendalikan oleh aldostern, hormon insulin dan epinefrin.
Muntah, diare, kelebihan asupan natrium, penyakit ginjal, dan penggunaan obat
diuretic untuk hipertensi dan edema dapat menghasikan keadaan kekurangan kalium
atau hipokalemia. Hipokalemia dapat menyebabkan terjadinya suatu penyakit yaitu
28
aritmia jantung. Sebaliknya ekskresi ginjal yang inadekuat dapat mengakibatkan
terjadinya kelebihan kalium atau hiperkalemia. Hierkalemia dapat menyebabkan
terjadinya fibrilasi jantung dan membahayakan kehidupan.
5. Klorida
Tingkat normal klorida adalah 97-107mEq/L. Hiperkloromia merupakan
tingkat klorida lebih dari 107 dan dapat pempengaruhi transportasi oksigen dalam
tubuh. Hiperkloromia dapat terjadi sebagai akibat dari dehidrasi, beberapa obat,
penyakit ginjal, diabetes, diare, hiponatremia.
2. Sistem Paru
Paru-paru, dibawah kendali medula otak, mengendalikan karbondioksida, dan
karena itu juga mengendalikan kandungan asam karbonik dari cairan ekstraseluler.3
32
Paru-paru melakukan hal ini dengan menyesuaikan ventilasi sebagai respons terhadap
jumlah karbon dioksida dalam darah. Kenaikan dari tekanan parsial karbondioksida
dalam darah arteri (PaCO2) merupakan stimulan yang kuat untuk respirasi.3 Tentu
saja, tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2) juga mempengaruhi
respirasi. Meskipun demikian, efeknya tidak sejelas efek yang dihasilkan oleh PaCO2.
Pada keadaan asidosis metabolik, frekuensi pernapasan meningkat sehingga
menyebabkan eliminasi karbon dioksida yang lebih besar (untuk mengurangi
kelebihan asam).4 Pada keadaan alkalosis metabolik, frekuensi pernapasan diturunkan,
dan menyebabkan penahanan karbondioksida (untuk meningkatkan beban asam).
3. Sistem Ginjal
Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa, ginjal harus mengeluarkan
anion asam non volatile dan mengganti HCO3-.3 Ginjal mengatur keseimbangan
asam basa dengan sekresi dan reabsorpsi ion hidrogen dan ion bikarbonat. Pada
mekanisme pemgaturan oleh ginjal ini berperan 3 sistem buffer asam karbonat, buffer
fosfat dan pembentukan ammonia. Ion hidrogen, CO2, dan NH3 diekskresi ke dalam
lumen tubulus dengan bantuan energi yang dihasilkan oleh mekanisme pompa
natrium di basolateral tubulus.3 Pada proses tersebut, asam karbonat dan natrium
dilepas kembali ke sirkulasi untuk dapat berfungsi kembali. Tubulus proksimal adalah
tempat utama reabsorpsi bikarbonat dan pengeluaran asam.
Ion hidrogen sangat reaktif dan mudah bergabung dengan ion bermuatan negative
pada konsentrasi yang sangat rendah. Pada kadar yang sangat rendahpun, ion hidrogen
mempunyai efek yang besar pada sistem biologi. Ion hidrogen berinteraksi dengan
berbagai molekul biologis sehingga dapat mempengaruhi struktur protein, fungsi
enzim dan ekstabilitas membrane. Ion hidrogen sangat penting pada fungsi normal
tubuh misalnya sebagai pompa proton mitokondria pada proses fosforilasi oksidatif
yang menghasilkan ATP.4
Produksi ion hidrogen sangat banyak karena dihasilkan terus meneru1s di dalam
tubuh. Perolehan dan pengeluaran ion hidrogen sangat bervariasi tergantung diet,
aktivitas dan status kesehatan. Ion hidrogen di dalam tubuh berasal dari makanan,
minuman, dan proses metabolism tubuh. Di dalam tubuh ion hidrogen terbentuk
sebagai hasil metabolism karbohidrat, protein dan lemak, glikolisis anaerobik atau
ketogenesis.
33
J....Penyebab dan Gangguan Perubahan Keseimbangan Asam Basa Tubuh
Masing-masing jenis gangguan keseimbangan asam basa, disebabkan oleh kondisi
yang berbeda pula. Asidosis respiratorik dan alkalosis respiratorik disebabkan oleh
gangguan pada paru-paru. Sedangkan asidosis metabolik dan alkalosis metabolik dipicu
oleh masalah pada organ ginjal.
Di bawah ini akan dijelaskan penyebab pada tiap jenis gangguan keseimbangan asam
basa.
a. Asidosis Respiratorik
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karen penumpukan
karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau
pernafasan yang lambat. Kecepatan dan kedalaman pernafasanmengendalikan jumlah
karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida,
pH darah akan turun dan darah menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam
darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih
cepat dan lebih dalam.
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat.7 Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat
yang mempengaruhi paru-paru. Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-
penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme
pernafasan.
Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya
memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor (penurunan kesadaran) dan
koma. Stupor dan koma dapat terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan terhenti
atau jika pernafasan sangat terganggu; atau setelah berjam-jam jika pernafasan tidak
terlalu terganggu. Ginjal berusaha untuk mengkompensas asidosis dengan menahan
bikarbonat, namun proses ini memerlukan waktu beberapa jam bahkan beberapa hari.
Biasanya diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan pH darah dan
pengukuran karbondioksida dari darah arteri.
Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari paru-
paru. Obat-obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa diberikan kepada penderita
penyakit paru-paru seperti asma dan emfisema. Pada penderita yang mengalami
gangguan pernafasan yang berat, mungkin perlu diberikan pernafasan buatan dengan
bantuan ventilator mekanik.
34
b. Asidosis Metabolik
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan
rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui
sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring dengan
menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam danlebih cepat sebagai usaha
tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan
jumlah karbon dioksida.Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi
keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih.
Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus
menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir
dengan keadaan koma.
Penyebab asidosis metabolik dapat adalah:
1) Kelebihan produksi asam.
Pada asidosis diabetik atau asidosis laktak, produksi asam dapat melebihi
kemampuan ginjal untuk absorbsi dan ekskresi H+.
2) Kurangnya cadangan dapar
Kehilangan ion HCO3 yang terbuang percuma melalui ginjal atau usus
menyebabkan hipokarbonatremia dana asidosis metabolik.
3) Kurangnya ekskresi asam.
Dapat terjadi pada penyakit ginjal kronik dimana ginjal gagal
mengekskresikan asam yang diproduksi secara normal.
c. Alkalosis Respiratorik
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena
pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida
dalam darah menjadi rendah. Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi,
yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari
aliran darah.
Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat
menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin memburuk,
bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.
Pengobatan diarahkan untuk memperbaiki ventilasi. Preparat farmakologi
digunakan sesuai indikasi. Sebagai contoh, bronkodilator membantu menurunkan
spasme bronkhial, dan antibiotik yang digunakan untuk infeksi pernapasan. Tindakan
hygiene pulmonari dilakukan, ketika diperlukan, untuk membersihkan saluran
pernapasan dari mukus dan drainase pluren. Hidrasi yang adekurat diindikasikan
untuk menjaga membran mukosa tetap lembab dan karenanya memfasilitasi
pembuangan sekresi. Oksigen suplemen diberikan bila diperlukan. Ventilasi mekanik,
yang digunakan secara waspada dapat memperbaiki ventilasi pulmonari. Penggunaan
ventilasi mekanik yang tidak bijaksana dapat menyebabkan eksresi karbondioksida
yang demikian cepat sehingga ginjal tidak mampu untuk mengeliminasi kelebihan
36
biokarbonat dengan cukup cepat untuk mencegah alkalosis dan kejang. Untuk alasan
ini, kenaikan PaCO2 harus diturunkan secara lambat. Membaringkan pasien dalam
posisi semifowler memfasilitasi ekspansi dinding dada.
d. Alkalosis Metabolik
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa
karena tingginya kadar bikarbonat. Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan
terlalu banyak asam. Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung
selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan
selang lambung.
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang
mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat. Selain
itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam
jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan
keseimbangan asam basa darah.
Penyebab utama akalosis metabolik:
1) Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
2) Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
3) Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan
kortikosteroid).
Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot
berkedut dan kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang
berat, dapat terjadi kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang
berkepanjangan (tetani).
Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit
(natrium dan kalium). Pada kasus yang berat, diberikan amonium klorida secara
intravena.
37
pH normal darah arteri adalah 7,4, sedangkan pH darah vena dan cairan interstetial
sekitar 7,35 akibat jumlah ekstra karbondioksida (CO2) yang dibebaskan dari jaringan
untuk membentuk H2CO3. Karena pH normal darah arteri 7,4 seseorang diperkirakan
mengalami asidosis saat pH turun dibawah nilai ini dan mengalami alkolisis saat pH
meningkat diatas 7,4. Batas rendah pH dimana seseorang dapat hidup lebih dari beberapa
jam adalah sekitar 6,8 dan batas atas adalah sekitar 8,0.3
pH intraseluler biasanya sedikit lebih rendah daripada pH plasma karena metabolisme
sel menghasilkan asam, terutama H2CO3. Bergantung pada jenis sel, pH cairan
intraseluler diperkirakan berkisar antara 6,0 dan 7,4. Hipoksia jaringan dan aliran darah
yang buruk ke jaringan dapat menyebabkan pengumpulan asam dan itu dapat
menurunkan pH intraseluler.
pH urin dapat berkisar dari 4,5 sampai 8,0 bergantung pada status asam basa cairan
ekstraseluler. Contoh ekstrim dari suatu cairan tubuh yang bersifat asam adalah HCl
yang diekskresikan kedalam lambung oleh oksintik ( sel-sel parietal ) dari mukosa
lambung.
38
BAB III
PENUTUP
A...Kesimpulan
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut) Sedangkan elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkanpartikel-
partikelbermuatan listrik yang Disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan
elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui Makanan,minuman,dan cairan intravena (IV)
dan di distribusi ke seluruh bagian Tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti
adanya distribusi yang normal dari air tubuh Total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian
tubuh. Komposisi cairan dan elektrolit di dalam Tubuh sudah diatur sedemikian rupa
agar keseimbangan fungsi organ vital dapat Dipertahankan.Untuk mempertahankan
keseimbangannya, diperlukan masukan, pendistribusian, Dan keluaran yang memadai,
yang diatur melalui mekanisme tersendiri namun berkaitan satu Sama lain.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya.Apabila
Terjadi gangguan keseimbangan, baik cairan atau elektrolitdalam tubuh dapat
mengakibatkan Overhidrasi, dehidrasi, hiponatremia, hipeanatremia, hipokalemia,
hiperkalemia, dan Hipokalsemia.Dengan demikian, keseimbangan cairan dan elektrolit
merupakan komponen atau Unsur vital pada tubuh manusia.
Penyebab Peruabahan Keseimbangan Cairan
Fisiologi Cairan Tubuh antara lain :
A. Distribusi dan Komposisi Cairan
B. Mekanisme Keseimbangan Cairan, meliputi :
Keseimbangan Donnan
39
Kadar asam basa (pH) dalam darah diukur dengan skala pH, dari 1-14. Kadar pH
darah normal berkisar antara 7,35 sampai 7,45. Darah seseorang dinilai terlalu asam bila
pH kurang dari 7,35. Kondisi tersebut dinamakan asidosis. Sedangkan darah dengan nilai
pH lebih besar dari 7,45, dikategorikan terlalu basa, atau disebut dengan alkalosis.
pH normal darah arteri adalah 7,4.
B...Saran
Keseimbangan cairan tubuh sangat penting bagi kesehatan tubuh . pada dasarnya
tubuh memiliki sistem Homeostatis dimana tubuh akan kembali pada ketentuan
normalnya. Akan tetapi keseimbangan cairan tubuh juga tidak dapat diremehkan karena
akan berdampak pada kesehatan yang menurun. Banyak dampak yang diperoleh tubuh
jika tidak mempertahankan keseimbangan cairan tubuh.
40
Daftar Pustaka
Aryasa, Tjaya. 2017. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Denpasar: Universitas
Udayana.
Guyton AC, Hall JE. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.
Horne, M. M & Swearingen,P. L. (2000). Keseimbangan cairan, elektrolit, & Asam Basa. (ed.
2). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Juffrie, M., 2004. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit pada Penyakit.
Mangku G, Senapathi TGA. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Dalam Buku Ajar Ilmu
Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: Indeks; 2010.
Viswanatha, P. A., & KAH, P. 2017. Keseimbangan Asam Basa. Gangguan Keseimbangan
Air-Elektrolit dan Asam-Basa, 60-71.
Wahyu, Andri Setiya. Januari 2016. Ilmu Keperawatan Dasar. Jawa Timur: Mitra Wacana
Media.
41
Willy, Tjin. 2018. Gangguan Keseimbangan Asam Basa. Diakses tanggal 12 Maret 2021.
https://www.alodokter.com/gangguan-keseimbangan-asam-basa.
42