Anda di halaman 1dari 45

Proses Perubahan Keseimbangan Cairan, Elektrolit,

Asam Basa Hipper dan Hipo Elektrolit

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

Nama Anggota : 1. Afifah Kristiani Nur Asri PO.71.20.1.20.005


` 2. Surya Tirta Samudra PO.71.20.1.20.006
3. Siti Fadhillah PO.71.20.1.20.013
4. Rhizma Kusuma Dewi PO.71.20.1.20.014
5. Francis Prabowo PO.71.20.1.20.022
6. Della Putri Agustin Nadyanti PO.71.20.1.20.023
7. Siti Fatimah Az-Zahra PO.71.20.1.20.030
8. Pebrianti Tiara Putri PO.71.20.1.20.031
9. Peti Tri Utami PO.71.20.1.20.038
10. Rizka Novitrisia PO.71.20.1.20.039
11. Yuli Agustin PO.71.20.1.20.045

Dosen Pengampuh : Syokumawena, S.Kep., M.Kes

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Palembang

D-III Keperawatan Palembang

Tahun Akademik 2020/2021

1
Kata Pengantar

Puji Syukur kami ucapkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Proses Perubahan Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan Asam Basa
Hiper dan Hipo Elektrolit”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas untuk
memenuhi mata kuliah Patofisiologi di Prodi D-III Keperawatan Palembang.

Dalam penulisan makalah ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
anggota kelompok pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun
kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna sehingga
kritik, koreksi dan saran dari semua pihak untuk menyempurnakan makalah kami senjutnya
senantiasa akan kami terima dengan tangan terbuka.

Dan tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen yang telah memberikan
serta membimbing kami untuk tugas makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kelompok kami maupun kepada pembaca umumnya. Tentunya, tidak ada
gading yang tidak retak, makalah ini tentu masih banyak kekurangan. Akhir kata kami
ucapkan banyak Terima kasih.

Palembang, 12 Maret 2021

Penyusun

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar ...............................................................................................................ii

Daftar Isi ........................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A...Latar Belakang ......................................................................................................1


B...Rumusan Masalah .................................................................................................3
C...Tujuan ................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A...Pengertian Keseimbangan Cairan .........................................................................4


B...Penilaian Status Cairan ......................................................................................... 5
C...Penyebab Perubahan Keseimbangan Cairan ........................................................ 6
D...Gangguan Keseimbangan Cairan........................................................................ 12
E... Pengertian Keseimbangan Elektrolit................................................................... 20
F... Penyebab Perubahan Keseimbangan Elektrolit................................................... 21
G...Gangguan Keseimbangan Elektrolit.................................................................... 23
H...Penilaian Status Elektrolit................................................................................... 28
I.... Keseimbangan Asam-basa Tubuh....................................................................... 29
J.... Penyebab dan gangguan Perubahan Keseimbangan Asam-Basa Tubuh............34
K...Penilaian Status Asam Basa Tubuh..................................................................... 38

BAB III PENUTUP

A...Kesimpulan.......................................................................................................... 39
B...Saran.................................................................................................................... 40

Daftar Pustaka.............................................................................................................. 41

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cairan tubuh adalah cairan suspense sel di dalam tubuh yang memiliki fungsi
fisiologis tertentu.cairan tubuh merupakan komponen penting bagi cairan ekstraseluler,
termasuk plasma darah dan cairan transeluler (Anonim 2010). Selain air, cairan tubuh
mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut) yaitu elektrolit dan non elektrolit.
Elektrolit adalah substansi yang menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi
menjadi ion positif dan negative dan diukur dengan kapasitasnnya untuk saling berikatan
satu sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation adalah ion-ion yang
membentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstraseluler utama adalah natrium
(Na+ ), sedangkan kation intrasesuler adalah kalium (K+ ).
Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium keluar dan
kalium ke dalam (Horne, 2001). Sedangkan anion adalah ion-ion yang membentuk
muatan negative dalam larutan. Selain elektrolit, cairan tubuh juga mengandung non-
elektrolit. Nonelektrolit merupakan substansi seperti glukosa dan urea yang tidak
berdisosiasi dalam larutan dan diukur berdasarkan berat.
Daya tahan cardiovascular (aerobik) Menurut Iskandar Adisaputra (1999: 5) yaitu :
“Kesanggupan sistem jantung, paru-paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara
optimal saat melakukan aktivitas sehari-hari dalam waktu yang cukup lama tanpa
mengalami kelelahan berarti. Sehingga 2 daya tahan cardiovascular merupakan
komponen terpenting dari kesegaran jasmani terutama yang menyangkut stamina.”
Aktivitas fisik berpotensi meningkatkan frekuensi denyut nadi bila mempunyai beban
aktivitas yang tinggi. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi aktivitas tubuh maka
semakin tinggi peningkatan aliran darah untuk mensuplai zat makanan dan oksigen ke
jaringan otot sehingga jantung berkontraksi lebih cepat dan kuat yang meningkatkan
frekuensi denyut nadi. Peningkatan panas di dalam tubuh baik dari hasil metabolisme
energi ataupun hasil dari kontraksi otot saat beraktivitas, air yang berada di dalam
sirkulasi aliran darah (darah mengandung air sekitar 83%) akan menyerap panas dan
mengeluarkannya pada permukaan kulit melalui kelenjar keringat.
Keringat yang hilang selama beraktivitas bervariasi antara 0,4-2,6 liter perjam
tergantung individu dan jenis aktivitasnya. Hal ini menyebabkan tubuh kehilangan
mineral-mineral seperti natrium, kalium, magnesium, iron dan zinc. Natrium berfungsi

1
untuk mengatur pH darah, keseimbangan cairan dan tekanan osmosis sehingga tidak
terjadi pengerutan sel akibat perbedaan tekanan. Kalium berfugsi untuk mengatur pH,
keseimbangan cairan dan tekanan osmosis pada cairan intraselulaer.
Pada keadaan normal, keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh sudah diatur secara
otomatis melalui mekanisme homeostatis. Jadi pada saat sel-sel dalam tubuh kehilangan
cairan, sel-sel tubuh tersebut akan mengirimkan sinyal kepada sistem saraf pusat untuk
segera mengkompensasi keadaan tersebut.
Natrium dan kalium diserap oleh usus halus bagian atas. Penyerapan natrium dan
kalium melibatkan proses pasif dan aktif yang mengakibatkan pergerakan elektrolit, air
dan hasil metabolisme masuk ke dalam darah untuk didistribusikan dan digunakan oleh
tubuh. Penyerapan natrium dan kalium tertinggi terjadi di segmen jejunum. Di jejunum
natrium dan kalium diserap meningkat dengan adanya glukosa, galaktosa dan asam amino.
Natrium dan kalium bergerak menuruni gradient elektrokimianya dan menyediakan
energi untuk pergerakan glukosa, galaktosa dan asma amino ke dalam sel epitel melawan
gradient konsentrasi. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari cairan. Air dan elektrolit
yang terkandung di dalam cairan tubuh sangat diperlukan untuk efektivitas saraf dan otot.
Aktivitas fisik yang berat mengakibatkan terjadinya penumpukan asam laktat dan
cairan tubuh akan banyak yang keluar melalui keringat. Cairan penting dalam memelihara
keseimbangan serta proses metabolisme tubuh. Bila asupan cairan ke dalam tubuh lebih
sedikit dibandingkan dengan pengeluaran, maka tubuh akan mengalami gangguan atau
dehidrasi. Kebutuhan normal cairan dan elektrolit harian, untuk orang dewasa rata-rata
membutuhkan cairan 30-35 ml/kg BB/hari . kebutuhan tersebut merupakan pengganti
cairan yang hilang akibat pembentukan urine, sekresi gastrointestinal, keringan (lewat
kulit) dan pengeluaran lewat paru-paru (insensible water loss).
Denyut nadi merupakan rambatan dari denyut jantung yang dihitung tiap menitnya
dengan hitungan repetisi (kali/menit), dengan denyut nadi normal 60-100 kali/menit.
Denyut nadi merupakan indikator untuk melihat intensitas olahraga yang sedang
dilakukan. Air merupakan konsistuen terbesar dalam tubuh. Bila tubuh melakukan
aktifitas yang berlebihan seperti olahraga maka akan terjadi penurunan cairan tubuh.
Cairan yang keluar dari tubuh mengandung elektrolit utama seperti natrium dan kalium.
Untuk mengganti cairan yang hilang dari tubuh beserta elektrolit yang ada di dalamnya
sebaiknya kita meminum cairan yang mengandung ion sesuai. Salah satu buah yang
memiliki tinggi kalium dan natrium adalah semangka. Sebagian besar dari semangka 92%

2
tepatnya adalah air. Dengan persentase kandungan air sebesar itu semangka mampu
memenuhi kebutuhan tubuh akan cairan.
Kandungan air yang banyak hanya awalan saja. Alasan lain untuk mengkonsumsi
semangka adalah hasil penelitian yang terpapar dalam. Dalam jurnal ilmiah tersebut
bahwa konsumsi semangka sebelum latihan berat mampu menurunkan denyut nadi dan
mengurangi rasa sakit otot setelah berlatih alasannya semangka adalah salah satu cairan
berelektrolit.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keseimbangan cairan?
2. Apa penyebab perubahan keseimbangan cairan?
3. Apa gangguan keseimbangan cairan?
4. Apa yang dimaksud keseimbangan elektrolit?
5. Apa penyebab perubahan keseimbangan elektrolit?
6. Apa gangguan keseimbangan elektrolit?
7. Bagaimana penilaian status keseimbangan elektrolit?
8. Apa pengertian dari keseimbangan asam basa tubuh?
9. Apa penyebab perubahan keseimbangan asam basa tubuh?
10. Apa gangguan perubahan keseimbangan asam basa tubuh?
11. Bagaimana penilaian status asam basa?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari keseimbangan cairan, keseimbangan elektrolit, dan
keseimbangan asam basa tubuh,
2. Mengetahui penyebab perubahan keseimbangan cairan, keseimbangan elektrolit, dan
keseimbangan asam basa tubuh,
3. Mengetahui gangguan perubahan keseimbangan cairan, keseimbangan elektrolit, dan
keseimbangan asam basa tubuh,
4. Mengetahui penilaiann keseimbangan elektrolit dan keseimbangan asam basah tubuh

3
BAB II

PEMBAHASAN

A...Pengertian Keseimbangan Cairan


Keseimbangan cairan merupakan aspek dari homeostasis dari organisme di mana
jumlah air dalam organisme perlu dikontrol, melalui osmoregulasi dan perilaku ,
sehingga konsentrasi dari elektrolit ( garam di solusi ) dalam berbagai cairan tubuh
disimpan dalam rentang yang sehat . Prinsip inti dari keseimbangan cairan adalah bahwa
jumlah air yang hilang dari tubuh harus sama dengan jumlah air yang masuk; misalnya,
pada manusia, keluaran (melalui pernapasan , keringat ,buang air kecil , buang air besar ,
dan ekspektasi ) harus sama dengan masukan (melalui makan dan minum , atau dengan
asupan parenteral ). Euvolemia adalah keadaan volume cairan tubuh normal, meliputi
volume darah , volume cairan interstisial , dan volume cairan intraseluler ; hipovolemia
dan hipervolemia adalah ketidakseimbangan. Air diperlukan untuk semua kehidupan di
Bumi. Manusia dapat bertahan hidup selama 4 sampai 6 minggu tanpa makanan tetapi
hanya beberapa hari tanpa air.
Keringat berlebihan dapat meningkatkan kebutuhan akan penggantian elektrolit.
Ketidakseimbangan elektrolit air menyebabkan sakit kepala dan kelelahan jika ringan;
sakit jika sedang, dan terkadang bahkan kematian jika parah. Misalnya, keracunan air
(yang mengakibatkan hiponatremia ), proses terlalu banyak mengonsumsi air terlalu
cepat, bisa berakibat fatal. Kekurangan air tubuh mengakibatkan kontraksi volume dan
dehidrasi . Diare merupakan ancaman bagi volume air tubuh dan tingkat elektrolit, itulah
sebabnya penyakit yang menyebabkan diare merupakan ancaman besar bagi
keseimbangan cairan.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut)
Sedangkan elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkanpartikel-partikelbermuatan
listrik yang Disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam
tubuh melalui Makanan,minuman,dan cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh
bagian Tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal
dari air tubuh Total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Komposisi cairan dan
elektrolit di dalam Tubuh sudah diatur sedemikian rupa agar keseimbangan fungsi organ
vital dapat Dipertahankan.Untuk mempertahankan keseimbangannya, diperlukan
masukan, pendistribusian, Dan keluaran yang memadai, yang diatur melalui mekanisme
tersendiri namun berkaitan satu Sama lain. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling

4
bergantung satu dengan yang lainnya.Apabila Terjadi gangguan keseimbangan, baik
cairan atau elektrolitdalam tubuh dapat mengakibatkan Overhidrasi, dehidrasi,
hiponatremia, hipeanatremia, hipokalemia, hiperkalemia, dan Hipokalsemia.Dengan
demikian, keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan komponen atau Unsur vital
pada tubuh manusia.

B...Penilaian Status Cairan

Parameter pengkajian tingkat keparahan kehilangan cairan.

No. Tingkat Kehilangan Definisi Tanda dan Gejala dan Tanda


1. Kehilangan cairan Penurunan volume a. Takidardia ringan.
minimal intravaskuler sebesar b. Tekanan darah normal pada posisi
10% hingga 15%. terkentang.
c. Tanda-tanda vital postural positif,
meliputi penurunan tekanan darah
sistolik lebih dari 10 mmHg atau
peningkatan frekuensi denyut nadi
lebih dari 20 kali/menit.
d. Peningkatan waktu pengisian
kembali kepiler (>3 detik)
e. Keluaran urine melebihi 20 ml/jam.
f. Kulit lengan dan tungkai teraba
dingin dan tampak pucat.
g. Rasa cemas.

2. Kehulangan cairan Penurunan volume a. Denyut nadi yang halus dan cepat.
sedang intravaskuler sekitar b. Supine hypotension.
25%. c. Kulit pada badan diraba terasa
dingin.
d. Luaran urine 10-30 ml/jam.
e. Merasa sangat kehausan.
f. Gelisah, kebingungan, dan iribilitas.

5
3. Kehilangan cairan Penurunan volume a. Takikardia parah.
berat intravaskuler sebesar b. Hipotensi mencolok.
40% atau lebih. c. Denyut nadi perifer lemah atau
tidak teraba.
d. Kulit yang diraba dingin,
sianotik, atau bintik-bintik.
e. Luaran urine kurang dari 10
ml/jam.
f. Tidak sadarkan diri.

C...Penyebab Peruabahn Keseimbangan Cairan

 Fisiologi Cairan Tubuh


- Distribusi dan Komposisi Cairan

Air merupakan komponen terbesar dari tubuh manusia. Persentase cairan


tubuh tergantung pada usia, jenis kelamin, dan derajat status gizi seseorang. Seiring
dengan pertumbuhan seseorang, persentase jumlah cairan terhadap berat badan
menurun.

Distribusi cairan Laki-laki Dewasa Perempuan Dewasa Bayi


Total air tubuh (%) 60 50 75
Intraseluler 40 30 40
Ekstraseluler 20 20 35
- Plasma 5 5 5
- Intersisial 15 15 30

Tabel 1. Distribusi Cairan Tubuh

Seluruh cairan tubuh tersebut secara garis besar terbagi ke dalam 2


kompartemen, yaitu intraselular dan ekstraselular.

6
a. Cairan intraselular
Pada orang dewasa, sekitar 2/3 dari cairan dalam tubuhnya terdapat di
intraselular. Sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannya merupakan
cairan intraselular.

b. Cairan ekstraselular
Jumlah relatif cairan ekstraselular menurun seiring dengan bertambahnya usia,
yaitu sampai sekitar sepertiga dari volume total pada dewasa.Cairan ekstraselular
terbagi menjadi cairan interstitial dan cairan intravaskular.
Cairan interstitial adalah cairan yang mengelilingi sel dan termasuk cairan
yang terkandung diantara rongga tubuh(transseluler)seperti serebrospinal,
perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan sekresi saluran pencernaan.
Sementara, cairan intravaskular merupakan cairan yang terkandung dalam
pembuluh darah, dalam hal ini plasma darah

- Mekanisme Keseimbangan Cairan


Pergerakan zat dan air di bagian-bagian tubuh melibatkan transpor pasif, yang
tidak membutuhkan energi terdiri dari difusi dan osmosis,dan transporaktif yang
membutuhkan energi ATP yaitu pompa Na-K. Osmosis adalah bergeraknya
molekulmelalui membran semipermeabeldari larutan berkadar lebih rendah menuju
larutan berkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama. Seluruh membran sel dan kapiler
permeabel terhadap air, sehingga tekanan osmotik cairan tubuh seluruh kompartemen
sama. Tekanan osmotik plasma darah ialah 270-290 mOsm/L4.
Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan
bergerak dari konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Difusi
tergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan hidrostatik.Pompa natrium
kalium merupakan suatu proses transpor yang memompa ion natrium keluar melalui
membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion kalium dari luar ke dalam1,4.
Berikut merupakan beberapa mekanisme pengaturan keseimbangan cairan dan
elektrolit antar kompartemen.

7
1. Keseimbangan Donnan
Keseimbangan Donnan merupakan keseimbangan antara cairan intraseluler
dengan cairan ekstraseluler yang timbul akibat adanya peran dari sel membran.

Protein yang merupakan suatu molekul besar bermuatan negatif, bukan hanya
ukuran molekulnya yang besar namun merupakan suatu partikel aktif yang
berperan mempertahankan tekanan osmotik. Protein ini tidak dapat berpindah,
tetapi akan mempengaruhi ion untuk mempertahankan netralitas elektron
(keseimbangan muatan positif dan negatif) sebanding dengan keseimbangan
tekanan osmotik di kedua sisi membran. Pergerakan muatan pada ion akan
menyebabkan perbedaan konsentrasi ion yang secara langsung mempengaruhi
pergerakan cairan melalui membran ke dalam dan keluar dari sel tersebut.

2. Osmolalitas dan Osmolaritas


Osmolalitas digunakan untuk menampilkan konsentrasi larutan osmotik
berdasarkan jumlah partikel, sehubungan dengan berat pelarut. Lebih khusus, itu
adalah jumlah osmol disetiap kilogram pelarut. Sedangkan osmolaritas merupakan
metode yang digunakan untuk menggambarkan konsentrasi larutan osmotik. Hal
ini didefinisikan sebagai jumlah osmol zat terlarut dalam satu liter larutan.
Osmolaritas adalah properti koligatif, yang berarti bahwa tergantung pada jumlah
partikel terlarut dalam larutan. Selain itu osmolaritas juga tergantung pada
perubahan suhu1,4.

3. Tekanan Koloid Osmotik


Tekanan koloid osmotik merupakan tekanan yang dihasilkan oleh molekul
koloid yang tidak dapat berdifusi, misalnya protein, yang bersifat menarik air ke
dalam kapiler dan melawan tekanan filtrasi. Koloid merupakan molekul protein
dengan berat molekul lebih dari 20.000-30.000. Walaupun hanya merupakan
0,5% dari osmolalitas plasma total, namun mempunyai arti yang sangat penting.
Karena, hal ini menyebabkan permeabilitas kapiler terhadap koloid sangat kecil
sehingga mempunyai efek penahan air dalam komponen plasma, serta
mempertahankan air antar kompartemen cairan di tubuh. Bila terjadi penurunan
tekanan koloid osmotik, akan menyebabkan timbulnya edema paru.

8
4. Kekuatan Starling (Starling’s Forces)
Tekanan koloid osmotik plasma kira-kira 25 mmHg sedang tekanan darah 36
mmHg pada ujung arteri dari kapiler darah dan 15 mmHg pada ujung vena.
Keadaan ini menyebabkan terjadinya difusi air dan ion-ion yang dapat berdifusi
keluar dari kapiler masuk ke cairan interstisiil pada akhir arteri dan reabsorsi
berkisar 90% dari cairan ini pada akhir arteri dan reabsosrsi berkisar 90% dari
cairan ini pada ujung venous.

- Sistem Pengaturan Cairan Tubuh


Dalam kondisi normal, cairan tubuh stabil dalam petaknya masing-masing.
Apabila terjadi perubahan, tubuh memiliki sistem kendali atau pengaturan yang
bekerja untuk mempertahankannya. Mekanisme pengaturan dilakukan melalui 2
cara, yaitu kendali osmolar dan kendali nonosmolar.
a. Kendali Osmolar
Mekanisme kendali ini dominan dan efektif dalam mengatur volume
cairan ekstraseluler. Terjadi melalui:
1) Sistem osmoreseptor hipothalamus-hipofisis-ADH
Osmoreseptor terletak pada hipotalamus anterior bagian dari nukleus
supra optik. Terdiri dari vesikel yang dipengaruhi osmolaritas cairan
ekstraseluler. Bila osmolaritas cairan meningkat, vesikel akan mengeriput.
Sebaliknya bila osmolaritas cairan menurun, vesikel akan mengembang
sehingga impuls yang dilepas dari reseptor akan berkurang. Impuls ini
nantinya merangsang hipofisis posterior melepaskan ADH. Jadi semakin
rendah osmolaritas suatu cairan ekstraseluler, semakin sedikit ADH yang
dilepaskan. ADH berperan untuk menghemat air dengan meningkatan
reabsorbsi.

2) Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron
Mekanisme pengaturannya melalui pengaturan ekskresi Na pada urin
melalui interaksi antara aktivitas ginjal dengan hormon korteks adrenal. Lebih
dari 95% Na direabsorbsi kembali oleh tubulus ginjal. Korteks adrenal
merupakan faktor utama yang menjaga volume cairan ekstraseluler melalui
hormon Aldosteron terhadap retensi Na.

9
Pelepasan renin dipengaruhi oleh baroreseptor ginjal. Konsep Makula
lutea, yang tergantung pada perubahan Na di tubulus distalis. Bila Na
menurun, volume tubulus menurun, sehingga mengurangi kontak makula
dengan sel arteriol. Akibatnya terjadi pelepasan renin. Renin akan membentuk
Angiotensin I di hati yang kemudian oleh converting enzim dari paru diubah
menjadi Angiotensin II sebagai vasokonstriktor dan merangsang kelenjar
supra renal menghasilkan aldosteron. Peranan Angiotensin II adalah untuk
mempertahankan tekanan darah bila terjadi penurunan volume sirkulasi dan
Aldosteron akan meningkatkan reabsorbsi Na yang menyebabkan retensi air.

b. Kendali Non Osmolar


Mekanisme kendali ini meliputi beberapa cara sebagai berikut:
1) Refleks “Stretch Receptor”
Pada dinding atrium jantung terdapat reseptor stretch apabila terjadi
dilatasi atrium kiri. Bila reseptor ini terangsang, maka akan timbul impuls
aferen melalui jalur simpatis yang akan mencapai hipotalamus. Kemudian
akibat aktivitas sistem hipotalamushipofisis akan disekresikan ADH

2) Refleks Baroreseptor
Bila tekanan darah berkurang, baroreseptor karotid akan terangsang
sehingga menyebabkan impuls aferen yang melalui jalur parasimpatis
menurun. Akibatnya, terjadi hambatan efek hipotalamus terhadap hipofisis
sehingga sekresi ADH meningkat. Bila terjadi peningkatan tekanan darah,
impuls aferen akan mempengaruhi hipotalamus yang akan menginhibisi
hipofisis posterior sehingga sekresi ADH berkurang.

 Distribusi Pemasukan dan Pengeluaran Cairan Tubuh


Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara jumlah cairan yang
masuk dan keluar. Melalui mekanisme keseimbangan, tubuh berusaha agar cairan
didalam tubuh setiap waktu selalu berada dalam jumlah yang kosntan. Dalam
keadaan normal, masukan cairan akan dipenuhi melalui minum atau makanan yang
masuk ke dalam tubuh secara peroral, serta air yang diperoleh sebagai hasil
metabolisme. Air yang keluar dari tubuh, termasuk yang dikeluarkan sebagai urin,

10
air didalam feses, isensibel dan air yang dikeluarkan melalui kulit dan paru-paru.
Gambaran keseimbangan masukan dan keluaran cairan dapat dilihat pada tabel
berikut.

Keluaran
Tak
Terlihat Tak Terlihat Terlihat
Terlihat
Minuman 650 - Urin 700
Makanan - 750 Kulit - 500
Oksigenasi - 350 Nafas - 400
Feses - 1500
650 ml 1100 ml 700 ml 1050 ml

Masukan Tabel 2 Keseimbangan masukan dan keluaran air


Kebutuhan air setiap hari dapat ditentukan dengan dua cara, ditentukan
berdasarkan umur dan berat badan. Jika berdasarkan umur ditentukan dari umur
0-1 tahun memerlukan air sekitar 120 ml/kg BB, 1-3 tahun memerlukan air sekitar
100 ml/kg BB, 3-6 tahun memerlukan air sekitar 90 ml/kg BB, 7 tahun
memerlukan air sekitar 70 ml/kg BB, dan dewasa memerlukan sekitar 40-50 ml/kg
BB. Sedangkan berdasarkan berat badan ditentukan mulai dari 0-10 kg kebutuhan
cairannya 100 ml/kg BB, 10-20 kg kebutuhan cairannya 1000 ml ditambah dengan
50 ml/kg BB (jika diatas 10 kg), dan jika diatas 20kg kebutuhan cairannya sekitar
1500ml ditambah 20 ml/kg BB (jika diatas 20 kg), dan jika dewasa memerlukan
cairan 40-50 ml/kg BB.
Pengeluaran cairan sebagai bagian dalam mengimbangi kebutuhan cairan pada
orang dewasa. Pengeluaran cairan ini dibagi menjadi empat proses yaitu urin, IWL
(Insensible Water Loss), keringat, dan feses. Dalam kondisi normal, output urin
sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang sehat
kemungkinan produksi urin bervariasi dalam setiap harinya. Bila aktivitas kelenjar
keringat meningkat, maka produksi urin akan menurun sebagai upaya tetap
mempertahankan keseimbangan dalam tubuh. IWL terjadi melalui paru-paru dan
kulit, melalui mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal, kehilangan cairan
tubuh melalui IWL berkisar 200-400 ml perhari. Tetapi, IWL akan meningkat jika

11
ada proses peningkatan suhu tubuh dan proses respirasi meningkat.Pengeluaran
cairan dari proses berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang
panas, respon ini berasal dari anterior hypothalamus, lalu impulsnya akan
ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan saraf
simpatis pada kulit.Pada pengeluaran air melalu feses, berkisar antara 1500 mL per
hari, yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar.

Untuk mengetahui imbang masukan dan keluaran cairan tubuh, dilakukan


penilaian klinis non invasive dan invansif. Untuk penilaian non invasive dilakukan
pencatatan tanda dan gejala klinis sebelum dilakukan terapi cairan, selama terapi dan
sampai terapi dinyatakan berhasil.

Parameter yang dinilai adalah :

1. Perubahan tingkat kesadaran (dilakukan penilaian GCS secara berkala)


2. Perubahan tekanan darah dan denyut nadi normal.
3. Perubahan kimia darah dari pemeriksaan laboratorium
4. Perubahan perfusi perfusi perifer
5. Produksi urin, diusahakan produksi urin paling sedikit 0,5 ml/kg BB/jam.
Untuk penilaian invasive dilakukan pemasangan kateter vena sentral melalui
vena di lengan atas, vena subklavia, atau vena jugularis. Kanulasi ini disamping untuk
mengukur tekanan vena sentral juga digunakan untuk jalur infus jangka panjang dan
nutrisi parenteral. Apabila dilakukan kanulasi vena sentral, bisa digunakan sebagai
penuntun dalam program terapi cairan, terutama pada pasien kritis yang memerlukan
terapi cairan.

D...Jenis Gangguan Keseimbangan Cairan

Tubuh manusia pada kelahiran mengandungi sekitar 75% berat cairan. Di usia
satu bulan, nilai ini menurun menjadi 65% dan pada saat dewasa berat cairan dalam
tubuh manusia bagi pria adalah 60% dan wanita pula sekitar 50%. Selain itu, faktor
kandungan lemak juga mengkontribusi kepada kandungan cairan dalam tubuh. Semakin
tinggi jumlah lemak yang terdapat dalam tubuh, seperti pada wanits, semakin ssemakin
kurang kandungan cairan yang ada.
Nilai normal ambilan cairan dewasa adalah sekitar 2500ml, termasuk 300ml hasil
metabolism tenaga susbtrat. Rata-rata kehilangan cairan adalah sebanyak 2500ml dimana

12
ia terbahagi kepada 1500ml hasil urin, 400ml terevaporasi lewat respiratori, 400ml lewat
evaporasi kulit, 100ml lewat peluh dan 100ml melalui tinja. Kehilangan cairan lewat
evaporasi adalah penting kerna ia memainkan peranan sebagai thermoragulasi, dimana ia
mengkontrol sekitar 20-25% kehilangan haba tubuh. Perubahan pada kesimbanngan
cairan dan volume sel bisa menyebabkan impak yang serius seperti kehilangan fungsi
pada sel, terutama ada otak.
Bentuk gangguan yang paling sering terjadi adalah kelebihan atau kekurangan
cairan yang mengakibatkan perubahan volume .
1. Overhidrasi
Air, seperti subtrat lain, berubah menjadi toksik apabila dikonsumsi secara
berlebihan dalam jangka waktu tertentu. Intoksikasi air sering terjadi bila cairan di
konsumsi tubuh dalam kadar tinggi tanpa mengambil sumber elektrolit yang
menyeimbangi kemasukan cairan tersebut.
Overhidrasi terjadi jika asupan cairan lebih besar daripada pengeluaran cairan.
Kelebihan cairan dalam tubuh menyebabkan konsentrasi natrium dalam aliran darah
menjadi sangat rendah.3 Penyebab overhidrasi meliputi, adanya gangguan ekskresi air
lewat ginjal (gagal ginjal akut), masukan air yang berlebihan pada terapi cairan,
masuknya cairan irigator pada tindakan reseksi prostat transuretra, dan korban
tenggelam.

Gejala overhidrasi meliputi, sesak nafas, edema, peningkatan tekanan vena


jugular, edema paru akut dan gagal jantung. Dari pemeriksaan lab dijumpai
hiponatremi dalam plasma. Terapi terdiri dari pemberian diuretik(bila fungsi ginjal
baik), ultrafiltrasi atau dialisis (fungsi ginjal menurun), dan flebotomi pada kondisi
yang darurat.

2. Dehidrasi
Dehidrasi merupakan suatu kondisi defisit air dalam tubuh akibat masukan
yang kurang atau keluaran yang berlebihan. Kondisi dehidrasi bisa terdiri dari 3
bentuk, yaitu: isotonik (bila air hilang bersama garam, contoh: GE akut, overdosis
diuretik), hipotonik (Secara garis besar terjadi kehilangan natrium yang lebih banyak
dibandingkan air yang hilang. Karena kadar natrium serum rendah, air di
kompartemen intravaskular berpindah ke ekstravaskular, sehingga menyebabkan
penurunan volume intravaskular), hipertonik (Secara garis besar terjadi kehilangan air
yang lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang. Karena kadar natrium tinggi,

13
air di kompartemen ekstravaskular berpindah ke kompartemen intravaskular, sehingga
penurunan volume intravaskular minimal)

Tabel 3 Derajat Dehidrasi


Derajat % kehilangan air Gejala
Ringan 2-4% dari BB Rasa haus, mukosa kulit
kering, mata cowong
Sedang 4-8% dari BB Sda, disertai delirium,
oligo uri, suhu tubuh
meningkat
Berat 8-14% dari BB Sda, disertai koma,
hipernatremi, viskositas
plasma meningkat

Tabel 4 Penilaian dehidrasi

Jenis Dehidrasi
Parameter Ringan Sedang Berat
Kehilangan BB pada5% 10% 15%
bayi
Kehiangan BB pada3-4% 6-8% 10%
anak
Nadi normal meningkat ringan sangat meningkat
Tekanan darah normal normal untuk ortostatik, ortostatik sampai
> 10 mmHg turun syok

Keadaan umum normal gelisah, haus sampai letargi sangat gelisah


Rasa haus ringan Sedang sangat/ tidak bisa Minum
Mukosa normal Kering sangat kering
Air mata ada Menurun tidak ada, mata cekung
Ubun ubun besar normal normal sampai cekung cekung sekali
Vena jugularis tampak tak tampak kecuali dengan tak tampak walau dengan
tekanan

14
tekanan supraklavikular supraclavikular

Kulit cubitan cepatcubitan lambat kembali cubitan sangat lambat


kembali kembali
< 2-4 detik > 4 detik, dingin, sianosis

Berat jenis urin > 1.020 > 1.020, oligo uri oligouri sampai anuri

Pada pemeriksaan laboratorium menunjukkan hipernatremia dan peningkatan


hematokrit. Terapi dehidrasi adalah mengembalikan kondisi air dan garam yang
hilang. Jumlah dan jenis cairan yang diberikan tergantung pada derajat dan jenis
dehidrasi dan elektrolit yang hilang. Pilihan cairan untuk koreksi dehidrasi adalah
cairan jenis kristaloid RL atau NaCl.

Gangguan Keseimbangan Cairan

1. Dehidrasi
a. Pengertian Dehidrasi
Dehidrasi adalah gangguan keseimbangan air di mana output melebihi intake
sehingga jumlah air dalam tubuh berkurang. Saat dehidrasi maka yang hilang
adalah cairan tubuh tetapi pada dasarnya saat dehidrasi elekrolit yang berada
dalam cairan juga berkurang. Dengan demikian setiap gangguan keseimbangan
cairan seperti dehidrasi, kemungkinan besar juga akan disertai dengan gangguan
keseimbangan elektrolit.
b. Penyebab Dehidrasi
1) Dehidrasi Primer (water depletion)
Dehidrasi primer dapat terjadi akibat dari masuknya air ke dalam tubuh
sangat terbatas seperti pada:
a) Penyakit yang menghalangi masuknya air, misalnya infeksi mulut d
fraktur mandibula.
b) Penyakit mental yang disertai dengan menolak air atau ketakutan akan air
(hidrophobia).

15
c) Penyakit sedemikian rupa sehingga penderita sangat lemah dan tidak
dapat minum lagi seperti yang dialami pasien yang menderita penyakit
terminal atau pasien usia lanjut.

Beberapa kejadian sering mengakibatkan terjadinya dehidrasi primer


seperti pada orang yang mengeluarkan keringat yang sangat banyak tetapi
tidak mendapat penggantian air. Stadium awal dehidrasi ion natrium dan chlor
ikut menghilang bersama cairan tubuh. Akibatnya ekstraseluler mengandung
natrium dan chlor berlebihan dan terjadilah gangguan keseimbangan cairan
yang disebut hipertoni ekstrselular.

Untuk mengimbanginya maka terjadi reabsorpsi ion dan air di tubulus


ginjal dan selain itu air akan keluar dari sel masuk ke ekstraseluler agar terjadi
keseimbangan antara intra dan ektraseluler. Akibatnya cairan dalam sel
berkurang sehingga terjadi dehidrasi intraseluler dan inilah yang menimbulkan
rasa haus.

Adanya gangguan keseimbangan cairan menimbulkan tanda dan gejala


dehidrasi primer sebagai berikut:

o Haus.
o Air liur sedikit sehingga mulut kering.
o Oliguria.
o Lemas.
o Timbulnya gangguan mental seperti halusinasi atau delirium.

Kehilangan cairan yang sangat berat bila lebih dari 15% atau 22% total
body water akan menyebabkan gangguan keseimbangan cairan yang
berdampak terhadap gangguan metabolisme tubuh yang mengancam jiwa
penderita.

2) Dehidrasi Sekunder (Sodium Depletion)


Dehidrasi sekunder terjadi manakala tubuh kehilangan cairan yang
mengandung elektrolit melalui saluran pencernaan saat penderita muntah-
muntah dan diare yang sangat berat. Banyaknya cairan disertai elektrolit yang
keluar dari tubuh mengakibatkan tidak hanya keseimbangan cairan yang
terganggu, tetapi keseimbangan elektrolit pun terganggu. Kondisi seperti itu

16
akan mengganggu metabolisme dan sirkulasi tubuh sehingga menimbulkan
tanda dan gejala sebagai berikut:

o Mual
o Muntah
o Kejang
o Sakit kepala
o Lesu dan lelah

2. Edema
a. Pengertian edema
Perpindahan cairan vaskuler ke bila terjadi dalam ekstra seluler menyebabkan
volume penimbunan cairan ekstra seluler tubuh meningkat. Jika terjadi setempat
disebut edema dan jika terjadi umu seluruh tubuh disebut edema anasarka atau
disebut juga dropsy yaitu penimbunan cairan dalam jaringan subkutis dan rongga
tubuh.

b. Patofisiologi edema
Proses terjadinya edema dapat dijelaskan berdasarkan penyebabnya yaitu
sebagai berikut :
1) Penurunan tekanan osmotik
Protein sebagai zat yang berfungsi mempertahankan tekanan osmotik
bila kadarnya dalam plasma menurun yang berarti tekanan osmotiknya
menurun maka akan menyebabkan perpindahan cairan dari vaskuler menuju
sel dalam jaringan yang tekanan osmotiknya lebih tinggi sehingga terjadi
edema. Hal tersebut sesuai dengan hukum osmosis yang menyatakan bahwa
cairan yang berada dalam tekanan osmotik yang lebih rendah akan mengalir
ke bagian yang tekanan osmotiknya lebih tinggi.
Pada penderita penyakit nefrotik syndrome yang mengalami penurunan
kadar protein albumin karena banyak dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal
maka tekanan osmotik plasma dalam vaskuler rendah. Hal tersebut akan
menyebabkan perpindahan cairan vaskuler menuju jaringan yang
mengakibatkan edema di seluruh tubuh yang disebut edema anasarka.

17
2) Peningkatan tekanan hidrostatik
Tekanan hidrostatik adalah tekanan dalam cairan yang berasal dari
tekanan dalam vaskuler. Bila tekanan hidrostatik lebih besar dari tekanan
osmotik maka akan menyebabkan cairan pindah masuk ke dalam jaringan
sehingga terjadi edema. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh berikut ini:
a) Ibu hamil
Bendungan aliran darah yang terjadi pada vena illiaca akibat uterus
yang membesar mengakibatkan tekanan darah vena meningkat sehingga
cairan banyak keluar kapiler menuju jaringan dan terjadilah edema
tungkai.

b) Edema kardial
Bendungan yang terjadi akibat aliran darah balik ke atrium kanan
terhambat seperti pada pasien gagal jantung menyebabkan edema pada
kaki yang disebut pitting edema.

Adapun patofisiologinya dapat dilihat dalam gambar berikut ini yang


menjelaskan dimulainya edema kardial dari penyakit hipertensi yang
diderita pasien menyebabkan gagal jantung, menurunkan volume curah
jantung sehingga aliran darah ke ginjal turun. Hal tersebut menimbulkan
respons reabsorpsi dan retensi air dan natrium diginjal yang akhirnya
timbul edema.

18
3. Obstruksi portal
Pada penderita penyakit sirosis hepatis akan mengalami peningkatan tekanan
vena akibat aliran darah ke liver terhambat. Akibatnya cairan dalam vena portae akan
keluar dari dan masuk rongga peritonium dan terjadilah ascites.

4. Edema postural
Seseorang yang melakukan sikap tidak bergerak seperti berdiri yang lama,
duduk yang lama saat naik mobil jarak jauh maka aliran limfe akan melambat dan
menyebabkan terjadinya udema pada kaki dan pergelangannya. Jika orang tersebut
bergerak maka aktivitas otot dan aliran limfe akan lancar sehingga edema akan hilang
dengan sendirinya.

5. Peningkatan permeabilitas kapiler


Endotel kapiler adalah membran yang bersifat semipermeabel yang dapat
dilalui air dan elektrolit, namun untuk dilalui protein sangat sulit. Pada kondisi di
mana permeabilitas kapiler meningkat seperti pada pengaruh adanya toksin saat
infeksi atau alergi maka protein akan keluar melalui kapiler akibatnya tekanan

19
osmotik darah menurun dan cairan akan keluar kapiler dan masuk dalam jaringan dan
terjadilah edema. Sebagai contoh pada kasus reaksi anafilaksis.

6. Obstruksi limfatik
Pada pederita post mastektomi dan filaria akan mengalami bendungan aliran
limfe yang menyebabkan penimbunan cairan sehingga terjadi edema yang disebut
limfedama. Pada filaria limfedema terjadi pada daerah inguinal yang menimbulkan
edema di kaki dan scrotum.

7. Kelebihan Natrium dan Cairan tubuh


Natrium adalah zat yang berperan dalam pengaturan volume cairan dalam
tubuh bersama ginjal. Bila tubuh mengalami kelebihan natrium dan ginjal tidak
mampu mengeluarkannya melalui urine maka terjadi ketidakseimbangan cairan.
Cairan akan berpindah dari vaskuler dan sel masuk ke dalam jaringan yang akibatnya
terjadi edema.

E...Pengertian Keseimbanagn Elektrolit


Ketidakseimbangan elektrolit adalah kondisi ketika seseorang memiliki terlalu sedikit
atau terlalu banyak mineral tertentu (seperti potassium, kalsium, magnesium, dan sodium)
di dalam tubuhnya. Hal itu bisa terjadi karena berbagai alasan. Beberapa alasan yang
paling sering ditemui ialah berkeringat terlalu banyak, kurang minum air putih, dan pola
makan yang buruk. Bisa juga disebabkan oleh penyakit tertentu atau terjadi sebagai efek
samping dari beberapa terapi medis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air
tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya jika salah satu terganggu maka
akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar
yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang
berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang
berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma),
cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di
dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel,
sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal,
cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
20
F... Penyebab Perubahan Keseimbangan Elektrolit

Gangguan elektrolit adalah kondisi saat kadar elektrolit di dalam tubuh seseorang
menjadi tidak seimbang, bisa terlalu tinggi atau terlalu rendah. Ketidakseimbangan kadar
elektrolit bisa menimbulkan berbagai gangguan pada fungsi organ di dalam tubuh.
Bahkan pada kasus yang berat, gangguan elektrolit bisa menyebabkan aritmia,
kejang, koma, dan gagal jantung.Elektrolit adalah unsur alami yang dibutuhkan untuk
menjaga organ-organ tubuh agar berfungsi normal. Fungsi tubuh yang dipengaruhi
elektrolit, antara lain adalah irama jantung, kontraksi otot, dan fungsi otak.
 Gejala Gangguan Elektrolit
Gangguan elektrolit ringan umumnya tidak menunjukkan gejala. Gejala akan
mulai terlihat pada kondisi gangguan yang semakin berat. Bahkan, gangguan
elektrolit yang tidak ditangani bisa menyebabkan kematian. Dianjurkan untuk
menemui dokter jika mengalami salah satu dari gejala berikut ini:
 Lemas
 Mual
 Muntah
 Detak jantung cepat
 Kram di perut dan otot
 Diare atau sembelit
 Kejang
 Sakit kepala
 Kesemutan
 Mati rras

 Penyebab Gangguan Elektrolit

Gangguan elektrolit umumnya disebabkan karena kehilangan cairan tubuh


melalui keringat berlebih, diare atau muntah yang berlangsung lama, atau karena luka
bakar. Obat-obatan yang dikonsumsi juga bisa menyebabkan seseorang menderita
gangguan elektrolit.

Penyebab dari gangguan elektrolit tergantung dari jenis elektrolit yang


terganggu. Misalnya, penyebab kekurangan fosfat akan berbeda dengan penyebab

21
kekurangan magnesium. Berikut ini akan dipaparkan berbagai jenis elektrolit, juga
penyebab kekurangan atau kelebihannya dalam tubuh.

1. Fosfat

2. Klorida

3. Sodium / Natrium

4. Kalsium

5. Kalium / Potasium

6. Magnesium

 Faktor Risiko Gangguan Elektrolit

Gangguan elektrolit bisa menyerang siapa saja, namun orang dengan kondisi
di bawah ini lebih rentan untuk mengalaminya. Di antaranya adalah:

 Gangguan makan, seperti anoreksia atau bulimia.

 Gangguan tiroid dan paratiroid.

 Gangguan kelenjar adrenal.

 Gagal jantung.

 Kecanduan alkohol.

 Luka bakar.

 Penyakit ginjal.

 Patah tulang.

 Sirosis.

22
 Diagnosis dan Pengobatan Gangguan Elektrolit

Setelah menanyakan riwayat gejala yang dialami pasien, dokter akan


melakukan pemeriksaan fisik, terutama pemeriksaan untuk mengetahui refleks tubuh
pasien. Setelah itu, untuk mengukur kadar elektrolit, diambil sampel darah. Selain
pemeriksaan elektrolit, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan fungsi ginjal
dan elektrokardiogram.

Pengobatan pada pasien gangguan elektrolit tergantung pada jenis gangguan


yang dialami. Namun pada intinya, tujuan pengobatan adalah untuk mengembalikan
keseimbangan kadar elektrolit dalam tubuh.

Pemberian cairan infus yang mengandung natrium klorida bisa membantu


mengembalikan cairan tubuh dan elektrolit yang hilang akibat diare atau muntah.
Selain melalui infus, dapat diberikan suplemen yang mengandung elektrolit yang
dibutuhkan untuk meningkatkan elektrolit yang rendah. Terkadang dibutuhkan obat-
obatan untuk mengurangi jumlah elektrolit berlebih di dalam darah, misalnya
diberikan insulin saat terjadi hiperkalemia. Namun yang paling penting adalah
mengatasi penyebab dari gangguan elektrolit itu sendiri.

Jika kondisi pasien tidak membaik, beberapa kondisi gangguan elektrolit


membutuhkan tindakan khusus, seperti hemodialisis (cuci darah) untuk mengatasi
kelebihan kalium dalam darah.

G.. Gangguan Keseimbangan Elektrolit


1. Hiponatremia
Kondisi hiponatremia apabila kadar natrium plasma di bawah 130mEq/L. Jika
kadar < 118 mg/L maka akan timbul gejala kejang, koma. Hiponatremia ini dapat
disebabkan oleh euvolemia (SIADH, polidipsi psikogenik), hipovolemia (disfungsi
tubuli ginjal, diare, muntah, third space losses, diuretika), hipervolemia (sirosis,
nefrosis). Koreksi hiponatremia yang sudah berlangsung lama dilakukan secara
perlahan-lahan, sedangkan untuk hiponatremia akut lebih agresif.

23
Dosis NaCl yang harus diberikan, dihitung melalui rumus berikut:
NaCl = 0,6( N-n) x BB

N = Kadar Na yang diinginkan


n = Kadar Na sekarang
BB = berat badan dalam kg

Tabel Gradasi Hiponatremia

Gradiasi Gejalah Tanda


Ringan (Na 105-118) Haus Mukosa kering
Sedang (Na 90-104) Sakit kepala, mual, vertigo Takikardi, hipotensi
Berat (Na <90) Apatis, koma Hipotermi

Pertimbangan Anestesi

Hiponatremia sering merupakan manifestasi dari gangguan yang medasari


sebuah penyakit, justeru memerlukan evaluasi pra operatif yang amat teliti.
Konsentrasi natrium plasma lebih besar dari 130 mEq / L biasanya dianggap aman
untuk pasien yang menjalani anestesi umum. Dalam sebagian besar keadaan, plasma
[Na +] harus diperbaiki untuk lebih dari 130 mEq / L untuk prosedur elektif, tanpa
adanya gejala neurologis. Konsentrasi yang lebih rendah dapat menyebabkan edema
serebral signifikan yang dapat dimanifestasikan secara intraoperatif sebagai
penurunan konsentrasi alveolar minimum atau pasca operasi sebagai agitasi,
kebingungan, atau mengantuk. Pasien yang menjalani reseksi transurethral dari
prostatdapat menyerap jumlah air yang banyak dari cairan irigasi (sebanyak 20 mL /
menit) dan berada pada risiko tinggi untuk pengembangan cepat yang mendalam
keracunan air akut Pasien hiponatremia amat sensitif terhadap vasodilatasi dan efek
inotropik negatif dari anestesi uap, propofol, dan agen terkait dengan pelepasan
histamin (morfin, meperidine). Persyaratan dosis untuk obat lain juga harus dikurangi
untuk mengimbangi penurunan volume distribusi. Pasien hiponatremia sangat sensitif
terhadap blokade simpatik dari anestesi spinal atau epidural. Jika anestesi harus
diberikan sebelum koreksi yang memadai hipovolemia, etomidate atau ketamin
mungkin agen induksi pilihan untuk anestesi umum

24
2. Hipernatremia
Jika kadar natrium > 150 mg/L maka akan timbul gejala berupa perubahan
mental, letargi, kejang, koma, lemah. Hipernatremi dapat disebabkan oleh kehilangan
cairan (yang disebabkan oleh diare, muntah, diuresis, diabetes insipidus, keringat
berlebihan), asupan air kurang, asupan natrium berlebihan. Terapi keadaan ini adalah
penggantian cairan dengan 5% dekstrose dalam air.

Pertimbangan anestesi
Hasil kajian mendapatkan hipernatremia akan meningkatkan konsentrasi
alveolar minimum pada anestesi inhalasi pada hewan percobaan, tetapi signifikasi
klinisnya lebih mendekati dengan defisit cairan yang terkait. Hipovolemia akan lebih
terlihat pada setiap vasodilatasi atau depresi jantung dari agen anestesi dan
predisposisi hipotensi dan hipoperfusi jaringan. Penurunan volume distribusi untuk
obat memerlukan pengurangan dosis untuk sebagian besar agen intravena, sedangkan
penurunan cardiac output meningkatkan penyerapan anestesi inhalasi. Operasi elektif
harus ditunda pada pasien dengan hipernatremia yang signifikan (> 150 mEq / L)
sampai penyebabnya didirikan dan defisit cairan dikoreksi. Air dan defisit cairan
isotonik harus diperbaiki sebelum operasi elektif.

3. Hipokalemia
Nilai normal Kalium plasma adalah 3,5-4,5 mEq/L. Disebut hipokalemia
apabila kadar kalium <3,5mEq/L. Dapat terjadi akibat dari redistribusi akut kalium
dari cairan ekstraselular ke intraselular atau dari pengurangan kronis kadar total
kalium tubuh. Tanda dan gejala hipokalemia dapat berupa perasaan lemah, otot-otot
lemas,gangguan irama jantung. Terapi hipokalemia dapat berupa koreksi secara oral
dengan memberikan masukan makanan yang kaya dengan kalium, seperti buah-
buahan, ikan, sayur-sayuran, dan kaldu. Sedangkan terapi untuk gawat darurat dapat
di koreksi secara parenteral tetes kontinyu, tidak boleh memberikan preparat K
langsung intravenous karena bisa mengakibatkan henti jantung. Preparat yang
diberikan bisa dalam bentuk K-Bikarbonat atau Kcl. Selama pemberian, kadar K
plasma harus dipantau setiap jam.
Rumus yang digunakan untuk koreksi:
Defisit K = K (normal) – K (hasil pemeriksaan) x 0,4 x BB

25
Pertimbangan anestesi
Hipokalemia merupakan temuan pra operasi umum. Keputusan untuk
melanjutkan dengan operasi elektif sering didasarkan pada plasma lebih rendah [K +]
antara 3 dan 3,5 mEq / L. Keputusan, bagaimanapun, juga harus didasarkan pada
tingkat perkemkembangan hipokalemia serta ada atau tidak adanya disfungsi organ
sekunder. Secara umum, hipokalemia ringan kronis (3-3,5 mEq / L) tanpa perubahan
EKG tidak meningkatkan risiko anestesi. Namun ini mungkin tidak berlaku untuk
pasien yang menerima digoksin, yang mungkin mempunyai peningkatan risiko
mengembangkan lagi toksisitas digoxin dari hipokalemia tersebut. Maka nilai plasma
[K +] di atas 4 mEq / L yang diinginkan pada pasien tersebut. Manajemen
intraoperatif hipokalemia membutuhkan pemantauan EKG yang teliti dan berwaspada.
Kalium intravena harus diberikan jika atrium atau ventrikel aritmia terjadi. Solusi
intravena glukosa bebas harus digunakan dan hiperventilasi harus dihindari untuk
mencegah penurunan lebih lanjut dalam plasma [K +]. Peningkatan sensitivitas
terhadap blocker neuromuskuler (NMBS) akan dapat dilihat pada status hipokalemia,
oleh karena itu dosis NMBS harus dikurangi 25-50%, dan stimulator saraf harus
digunakan untuk mengikuti tingkat kelumpuhan dan kecukupan reversinya.

4. Hiperkalemia
Hiperkalemia adalah jika kadar kalium > 5 mEq/L. Hiperkalemia sering terjadi
karena insufisiensi renal atau obat yang membatasi ekskresi kalium (NSAIDs, ACE-
inhibitor, siklosporin, diuretik). Tanda dan gejalanya terutama melibatkan susunan
saraf pusat (parestesia, kelemahan otot) dan sistem kardiovaskular (disritmik,
perubahan EKG).
Tabel Gambaran EKG berdasarkan Kadar K Plasma

Kadar K Plasma Gambaran EKG


5,5-6 mEq/L Gelombang T tinggi
6-7 mEq/L P-R memanjang dan QRS melebar
7-8 mEq/L P mengecil & takikardi ventrikel
>8 mEq/L Fibrilasi ventrikel

26
Bila kadar K plasma <6,5mEq/L diberikan: Diuretik, Natrium bikarbonat, Ca
glukonas, glukonas-insulin, Kayekselate. Bila dalam 6 jam belum tampak perbaikan,
dilakukan hemodialisis. Bila fungsi ginjal jelek, pertimbangkan hemodialisis lebih
dini. Pada kadar K plasma >6,5 mEq/L, segera lakukan dialisis.

Pertimbangan Anestesi
Operasi elektif sebaiknya tidak dilakukan pada pasien dengan hiperkalemia
signifikan. Manajemen anestesi pasien bedah hiperkalemia diarahkan pada
menurunkan konsentrasi kalium plasma dan mencegah kenaikan lebih lanjut. EKG
harus hati-hati dipantau. Suksinilkolin merupakan kontraindikasi, seperti penggunaan
setiap solusi intravena yang menagndungi kalium seperti injeksi Ringer laktat.
Menghindari asidosis metabolik atau respiratorik sangat penting untuk mencegah
kenaikan lebih lanjut dalam plasma [K +]. Ventilasi harus dikontrol dengan anestesi
umum, dan hiperventilasi ringan mungkin diinginkan. Terakhir, fungsi neuromuskular
harus dipantau secara ketat, karena hiperkalemia dapat menonjolkan efek NMBS.
5. Hipokalsemia
90% kalsium terikat dalam albumin, sehingga kondisi hipokalsemia biasanya
terjadi pada pasien dengan hipoalbuminemia. Hipokalsemia disebabkan karena
hipoparatiroidism, kongenital, idiopatik, defisiensi vit D, defisiensi 125(OH)2D3 pada
gagal ginjal kronik, dan hiperfosfatemia. Gejala-gejala hipokalsemia meliputi tetani
dengan spasme karpopedal, adanya tanda Chovsteks, kulit kering, gelisah, gangguan
girama jantung. Hipokalsemia adalah suatu kondisi yang gawat darurat karena
menyebabkan kejang umum dan henti jantung. Dapat diberikan 20-30 ml preparat
kalsium glukonas 10% atau CaCl 10% dapat diulang 30-60 menit kemudian sampai
tercapai kadar kalsium plasma yang optimal. Pada kasus kronik, dapat dilanjutkan
dengan terapi per oral.

Pertimbangan Anestesi
Hipokalsemia yang signifikan harus diperbaiki sebelum operasi. Kadar
kalsium terionisasi harus dipantau intraoperatif pada pasien dengan riwayat
hipokalsemia. Alkalosis harus dihindari untuk mencegah penurunan lebih lanjut
dalam Ca 2+. Kalsium intravena mungkin diperlukan seiring transfusi darah sitrat
atau pada solusi albumin dengan jumlah besar. Potensiasi efek inotropik negatif dari

27
barbiturat dan anestesi volatile harus diintipasi. Respon untuk NMBS adalah tidak
konsisten dan memerlukan pemantauan ketat dengan stimulator saraf.

H.. Penilaian Status Keseimbangan Elektrolit


Fungsi elektrolit dalam tubuh amatlah sangat penting. Ketidak seimbangan elektrolit
dalam hal deficit dan akses dapat berakibat negative pada tubuh
1. Natrium (Na+)
Natrium merupakan kation utama dalam CES (Cairan Ekstra Seluler). Natrium
sangat penting dalam pengendalian volume tubuh total. Asupan utama natrium
adalah makanan. Keadaan dimana asupan natrium melebihi jumlah pengeluarannya
akan menghasilkan keadaan keseimbangan natrium positif. Kelebihan retensi air dan
natrium dapat mengakibatkan terjadinya berat badan dan edema. Hal ini juga dapat
menimbulkan penyakit seperti gagal jantung kongesif dan penyakit ginjal.
Sebaliknya, jika pengeluaran natrium melebihi jumlah asupannya, maka akan
menghasilkan keadaan keseimbangan natrium negatif. Keadaan ini mengakibatkan
terjadinya penurunan volume CES dan plasma dengan disertai tekanan darah rendah
dan sirkulasi yang tidak memadai.
Pengaturan natrium dalam tubuh terjadi terutama melalui ekskresi natrium
oleh ginjal, bukannya melalui asupan natrium. Ekskresi natrium oleh ginjal
dipengaruhi oleh laju filtrasi glomerulus (GFR) yang mengatur jumlah natrium yang
difiltrasi dan Aldosteron yang mengstimulasi readsorbsi ion natrium dari tubulus
pengumpul, distal ginjal, kelenjar keringat, kelenjar saliva, dan saluran
gastrointestinal. Kendali pada sekresi aldosteron memiliki beberapa komponen, yaitu
sistem rennin-angiotensinogen-aldosteron dan kalium.

2. Kalium (K+)
Kalium merupakan kation utama dalam CIS (Cairan Intra Seluler). Kalium
sangat penting dalam pengendalian volume sel, aktivitas listrik saraf dan otot, dan
metabolism selular. Kalium di dalam CES akan mempengaruhi keseimbangan asam-
basa cairan tersebut.
Pengaturan kalium dikendalikan oleh aldostern, hormon insulin dan epinefrin.
Muntah, diare, kelebihan asupan natrium, penyakit ginjal, dan penggunaan obat
diuretic untuk hipertensi dan edema dapat menghasikan keadaan kekurangan kalium
atau hipokalemia. Hipokalemia dapat menyebabkan terjadinya suatu penyakit yaitu
28
aritmia jantung. Sebaliknya ekskresi ginjal yang inadekuat dapat mengakibatkan
terjadinya kelebihan kalium atau hiperkalemia. Hierkalemia dapat menyebabkan
terjadinya fibrilasi jantung dan membahayakan kehidupan.

3. Kalsium (Ca2+) dan Fosfat (HPO4-)


Kalsium merupakan elektrolit ekstraseluler. Sebagian besar berada di dalam
rangka, tempatnya berikatan dengan fosfat membentuk Kristal hidroksiapatit matriks.
Fosfat merupakan anion utama dalam CIS.
Perubahan konsentrasi ion kalsium memiliki efek yang signifikan.
Sebaliknnya, perubahan konsentrasi ion fosfat memiliki efek yang tidak terlalu
signifikan, bahkan hampir tidak menghasilkan efek apa-apa. Pengaturan kosentrasi
kalsium dalm CES dan Plasma darah dipengaruhi oleh hormone paratiroid,
kalsitonin, vitamin D, dan modulator lain.
4. Klorida (Cl-), Bikarbonat (HCO3 -) dan anion lainnya
Klorida dan Bikarbonat merupakan anion utama dalam CES. Pengaturannya
bersamaan dengan pengaturan natrium dan keseimbangan asam-basa tubuh. Anio
lainnya seperti sulfat, nitrat,dan laktat memiliki maksimum transport (TM). Jika
maksimum transpornya terlewati, maka ion berlebih akan diekskresi.

5. Klorida
Tingkat normal klorida adalah 97-107mEq/L. Hiperkloromia merupakan
tingkat klorida lebih dari 107 dan dapat pempengaruhi transportasi oksigen dalam
tubuh. Hiperkloromia dapat terjadi sebagai akibat dari dehidrasi, beberapa obat,
penyakit ginjal, diabetes, diare, hiponatremia.

I.... Keseimbangan Asam-Basa Tubuh


Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan dimana konsentrasi ion hidrogen yang
diproduksi setara dengan konsentrasi ion hidrogen yang dikeluarkan oleh sel. Pada
proses kehidupan keseimbangan asam pada tingkat molecular umumnya berhubungan
dengan asam lemah dan basa lemah, begitu pula pada tingkat konsentrasi ion H+ atau ion
OH- yang sangat rendah.
Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hidrogen. Walaupun produksi
akan terus menghasilkan ion hidrogen dalam jumlah sangat banyak, ternyata konsentrasi
ion hidrogen dipertahankan pada kadar rendah pH 7,4.
29
Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45.
Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses
metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal.
Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni paru
dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam
pelepasan asam.
Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah4:
Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila pH > 7.45
o CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai komponen asam.
CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai normalnya adalah 40 mmHg.
o HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga sebagai
komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
o Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau berkurangnya
jumlah komponen basa.
o Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau berkurangnya
jumlah komponen asam.

Pengaturan Keseimbangan Asam dan Basa


Pengaturan keseimbangan ion hidrogen dalam beberapa hal sama dengan pengaturan
ion-ion lain dalam tubuh.5 Sebagai contoh, untuk mencapai homeostatis. Harus ada
keseimbangan antara asupan atau produksi ion hidrogen dan pembuangan ion hidrogen
dari tubuh. Dan seperti pada ion-ion lain, ginjal memainkan peranan kunci dalam
pengaturan-pengaturan ion hidrogen. Akan tetapi, pengaturan konsentrasi ion hidrogen
cairan ekstraseluler yang tepat melibatkan jauh lebih banyak daripada eliminasi
sederhana ion-ion hidrogen oleh ginjal. Terdapat juga banyak mekanisme penyangga
asam basa yang melibatkan darah, sel-sel, dan paru-paru yang perlu untuk
mempertahankan konsentrasi ion hidrogen normal dalam cairan ekstraseluler dan
intraseluler.
Dalam hal ini berbagai mekanisme yang turut membantu mengatur konsentrasi ion
hidrogen, dengan penekanan khusus pada kontrol sekresi ion hidrogen ginjal dan
reabsorpsi, produksi, dan ekskresi ion – ion bikarbonat oleh ginjal, yaitu salah satu
komponen kunci sistem kontrol asam basa dalam berbagai cairan tubuh.
Konsentrasi ion hidrogen dan pH cairan tubuh normal serta perubahan yang terjadi
pada asidosis dan alkalosis. Konsentrasi ion hidrogen darah secara normal dipertahankan
30
dalam batas ketat suatu nilai normal sekitar 0,00004 mEq/liter ( 40 nEq/liter ). Variasi
normal hanya sekitar 3 sampai 5 mEq/liter, tetapi dalam kondisi yang ekstrim,
konsentrasi ion hidrogen yang bervariasi dari serendah 10 nEq/liter sampai setinggi 160
nEq/liter tanpa menyebabkan kematian.
Karena konsentrasi ion hidrogen normalnya adalah rendah dan dalam jumlah yang
kecil ini tidak praktis, biasanya konsentrasi ion hidrogen disebutkan dalam skala
logaritma, dengan menggunakan satuan pH. pH berhubungan dengan konsentrasi ion
hidrogen.
pH normal darah arteri adalah 7,4, sedangkan pH darah vena dan cairan interstetial
sekitar 7,35 akibat jumlah ekstra karbondioksida (CO2) yang dibebaskan dari jaringan
untuk membentuk H2CO3.3 Karena pH normal darah arteri 7,4 seseorang diperkirakan
mengalami asidosis saat pH turun dibawah nilai ini dan mengalami alkolisis saat pH
meningkat diatas 7,4. Batas rendah pH dimana seseorang dapat hidup lebih dari beberapa
jam adalah sekitar 6,8 dan batas atas adalah sekitar 8,0.
pH intraseluler biasanya sedikit lebih rendah daripada pH plasma karena metabolisme
sel menghasilkan asam, terutama H2CO3. Bergantung pada jenis sel, pH cairan
intraseluler diperkirakan berkisar antara 6,0 dan 7,4. Hipoksia jaringan
dan aliran darah yang buruk ke jaringan dapat menyebabkan pengumpulan asam dan itu
dapat menurunkan pH intraseluler.
pH urin dapat berkisar dari 4,5 sampai 8,0 bergantung pada status asam basa cairan
ekstraseluler. Contoh ekstrim dari suatu cairan tubuh yang bersifat asam adalah HCl
yang diekskresikan kedalam lambung oleh oksintik ( sel-sel parietal ) dari mukosa
lambung

Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Asam dan Basa


Pengaturan keseimbangan asam basa diselenggarakan melalui koordinasi dari 3 sistem4:
1. Sistem Buffer
Sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan tubuh, yang dengan segera
bergabung dengan asam atau basa untuk mencegah perubahan konsentrasi ion
hidrogen yang berlebihan.
Sistem buffer ini menetralisir kelebihan ion hidrogen, bersifat temporer dan
tidak melakukan eliminasi. Fungsi utama sistem buffer adalah mencegah perubahan
pH yang disebabkan oleh pengaruh asam fixed dan asam organic pada cairan
ekstraseluler. Sebagai buffer, sistem ini memiliki keterbatasan yaitu4:
31
a. Tidak dapat mencegah perubahan pH di cairan ekstraseluler yang disebabkan
karena peningkatan CO2.
b. Sistem ini hanya berfungsi bila sistem respirasi dan pusat pengendali sistem
pernafasan bekerja normal.
c. Kemampuan menyelenggarakan sistem buffer tergantung pada
tersedianya ion bikarbonat.

Ada 4 sistem buffer4:


a. Buffer bikarbonat merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk
perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat
b. Buffer protein merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel
c. Buffer hemoglobin merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan
asam karbonat
d. Buffer fosfat merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.

Sistem dapat kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara. Jika


dengan buffer kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan
pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap perubahan
kadar ion H dalam darah akinat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan,
kemudian mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan
tersebut. Ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan
menskresikan ion H dan menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki
dapar fosfat dan amonia.
Proses eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal. Mekanisme paru dan ginjal dalam
menunjang kinerja sistem buffer adalah dengan mengatur sekresi, ekskresi, dan absorpsi
ion hidrogen dan bikarbonat serta membentuk buffer tambahan (fosfat, ammonia). Untuk
jangka panjang, kelebihan asam atau basa dikeluarkan melalui ginjal dan paru sedangkan
untuk jangka pendek, tubuh dilindungi dari perubahan pH dengan sistem buffer.
Mekanisme buffer tersebut bertujuan untuk mempertahankan pH darah antara 7,35-
7,45.4

2. Sistem Paru
Paru-paru, dibawah kendali medula otak, mengendalikan karbondioksida, dan
karena itu juga mengendalikan kandungan asam karbonik dari cairan ekstraseluler.3
32
Paru-paru melakukan hal ini dengan menyesuaikan ventilasi sebagai respons terhadap
jumlah karbon dioksida dalam darah. Kenaikan dari tekanan parsial karbondioksida
dalam darah arteri (PaCO2) merupakan stimulan yang kuat untuk respirasi.3 Tentu
saja, tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2) juga mempengaruhi
respirasi. Meskipun demikian, efeknya tidak sejelas efek yang dihasilkan oleh PaCO2.
Pada keadaan asidosis metabolik, frekuensi pernapasan meningkat sehingga
menyebabkan eliminasi karbon dioksida yang lebih besar (untuk mengurangi
kelebihan asam).4 Pada keadaan alkalosis metabolik, frekuensi pernapasan diturunkan,
dan menyebabkan penahanan karbondioksida (untuk meningkatkan beban asam).

3. Sistem Ginjal
Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa, ginjal harus mengeluarkan
anion asam non volatile dan mengganti HCO3-.3 Ginjal mengatur keseimbangan
asam basa dengan sekresi dan reabsorpsi ion hidrogen dan ion bikarbonat. Pada
mekanisme pemgaturan oleh ginjal ini berperan 3 sistem buffer asam karbonat, buffer
fosfat dan pembentukan ammonia. Ion hidrogen, CO2, dan NH3 diekskresi ke dalam
lumen tubulus dengan bantuan energi yang dihasilkan oleh mekanisme pompa
natrium di basolateral tubulus.3 Pada proses tersebut, asam karbonat dan natrium
dilepas kembali ke sirkulasi untuk dapat berfungsi kembali. Tubulus proksimal adalah
tempat utama reabsorpsi bikarbonat dan pengeluaran asam.
Ion hidrogen sangat reaktif dan mudah bergabung dengan ion bermuatan negative
pada konsentrasi yang sangat rendah. Pada kadar yang sangat rendahpun, ion hidrogen
mempunyai efek yang besar pada sistem biologi. Ion hidrogen berinteraksi dengan
berbagai molekul biologis sehingga dapat mempengaruhi struktur protein, fungsi
enzim dan ekstabilitas membrane. Ion hidrogen sangat penting pada fungsi normal
tubuh misalnya sebagai pompa proton mitokondria pada proses fosforilasi oksidatif
yang menghasilkan ATP.4
Produksi ion hidrogen sangat banyak karena dihasilkan terus meneru1s di dalam
tubuh. Perolehan dan pengeluaran ion hidrogen sangat bervariasi tergantung diet,
aktivitas dan status kesehatan. Ion hidrogen di dalam tubuh berasal dari makanan,
minuman, dan proses metabolism tubuh. Di dalam tubuh ion hidrogen terbentuk
sebagai hasil metabolism karbohidrat, protein dan lemak, glikolisis anaerobik atau
ketogenesis.

33
J....Penyebab dan Gangguan Perubahan Keseimbangan Asam Basa Tubuh
Masing-masing jenis gangguan keseimbangan asam basa, disebabkan oleh kondisi
yang berbeda pula. Asidosis respiratorik dan alkalosis respiratorik disebabkan oleh
gangguan pada paru-paru. Sedangkan asidosis metabolik dan alkalosis metabolik dipicu
oleh masalah pada organ ginjal.
Di bawah ini akan dijelaskan penyebab pada tiap jenis gangguan keseimbangan asam
basa.
a. Asidosis Respiratorik
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karen penumpukan
karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau
pernafasan yang lambat. Kecepatan dan kedalaman pernafasanmengendalikan jumlah
karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida,
pH darah akan turun dan darah menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam
darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih
cepat dan lebih dalam.
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat.7 Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat
yang mempengaruhi paru-paru. Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-
penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme
pernafasan.
Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya
memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor (penurunan kesadaran) dan
koma. Stupor dan koma dapat terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan terhenti
atau jika pernafasan sangat terganggu; atau setelah berjam-jam jika pernafasan tidak
terlalu terganggu. Ginjal berusaha untuk mengkompensas asidosis dengan menahan
bikarbonat, namun proses ini memerlukan waktu beberapa jam bahkan beberapa hari.
Biasanya diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan pH darah dan
pengukuran karbondioksida dari darah arteri.
Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari paru-
paru. Obat-obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa diberikan kepada penderita
penyakit paru-paru seperti asma dan emfisema. Pada penderita yang mengalami
gangguan pernafasan yang berat, mungkin perlu diberikan pernafasan buatan dengan
bantuan ventilator mekanik.

34
b. Asidosis Metabolik
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan
rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui
sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring dengan
menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam danlebih cepat sebagai usaha
tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan
jumlah karbon dioksida.Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi
keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih.
Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus
menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir
dengan keadaan koma.
Penyebab asidosis metabolik dapat adalah:
1) Kelebihan produksi asam.
Pada asidosis diabetik atau asidosis laktak, produksi asam dapat melebihi
kemampuan ginjal untuk absorbsi dan ekskresi H+.
2) Kurangnya cadangan dapar
Kehilangan ion HCO3 yang terbuang percuma melalui ginjal atau usus
menyebabkan hipokarbonatremia dana asidosis metabolik.
3) Kurangnya ekskresi asam.
Dapat terjadi pada penyakit ginjal kronik dimana ginjal gagal
mengekskresikan asam yang diproduksi secara normal.

Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya


penderita merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam
atau sedikit lebih cepat, namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini.
Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang
luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan. Bila asidosis
semakin memburuk, tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan
kematian. Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH
darah yang diambil dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan). Darah
arteri digunakan sebagai contoh karena darah vena tidak akurat untuk mengukur pH
darah.
Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran kadar karbon dioksida
dan bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan untuk
35
membantu menentukan penyebabnya. Misalnya kadar gula darah yan tinggi dan
adanya keton dalam urin biasanya menunjukkan suatu diabetes yang tak terkendali.
Adanya bahan toksik dalam darah menunjukkan bahwa asidosis metabolik yang
terjadi disebabkan oleh keracunan atau overdosis. Kadang-kadang dilakukan
pemeriksaan air kemih secara mikroskopis dan pengukuran pH air kemih.
Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya. Sebagai contoh,
diabetes dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan membuang bahan
racun tersebut dari dalam darah. Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk
mengobati overdosis atau keracunan yang berat.
Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis ringan,
yang diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya. Bila
terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara intravena, tetapi
bikarbonat hanya memberikan kesembuhan sementara dan dapat membahayakan.

c. Alkalosis Respiratorik
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena
pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida
dalam darah menjadi rendah. Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi,
yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari
aliran darah.
Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat
menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin memburuk,
bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.
Pengobatan diarahkan untuk memperbaiki ventilasi. Preparat farmakologi
digunakan sesuai indikasi. Sebagai contoh, bronkodilator membantu menurunkan
spasme bronkhial, dan antibiotik yang digunakan untuk infeksi pernapasan. Tindakan
hygiene pulmonari dilakukan, ketika diperlukan, untuk membersihkan saluran
pernapasan dari mukus dan drainase pluren. Hidrasi yang adekurat diindikasikan
untuk menjaga membran mukosa tetap lembab dan karenanya memfasilitasi
pembuangan sekresi. Oksigen suplemen diberikan bila diperlukan. Ventilasi mekanik,
yang digunakan secara waspada dapat memperbaiki ventilasi pulmonari. Penggunaan
ventilasi mekanik yang tidak bijaksana dapat menyebabkan eksresi karbondioksida
yang demikian cepat sehingga ginjal tidak mampu untuk mengeliminasi kelebihan
36
biokarbonat dengan cukup cepat untuk mencegah alkalosis dan kejang. Untuk alasan
ini, kenaikan PaCO2 harus diturunkan secara lambat. Membaringkan pasien dalam
posisi semifowler memfasilitasi ekspansi dinding dada.

d. Alkalosis Metabolik
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa
karena tingginya kadar bikarbonat. Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan
terlalu banyak asam. Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung
selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan
selang lambung.
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang
mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat. Selain
itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam
jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan
keseimbangan asam basa darah.
Penyebab utama akalosis metabolik:
1) Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
2) Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
3) Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan
kortikosteroid).
Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot
berkedut dan kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang
berat, dapat terjadi kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang
berkepanjangan (tetani).
Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit
(natrium dan kalium). Pada kasus yang berat, diberikan amonium klorida secara
intravena.

K.. Penilaian Status Asam Basa Tubuh


Kadar asam basa (pH) dalam darah diukur dengan skala pH, dari 1-14. Kadar pH
darah normal berkisar antara 7,35 sampai 7,45. Darah seseorang dinilai terlalu asam bila
pH kurang dari 7,35. Kondisi tersebut dinamakan asidosis. Sedangkan darah dengan nilai
pH lebih besar dari 7,45, dikategorikan terlalu basa, atau disebut dengan alkalosis.

37
pH normal darah arteri adalah 7,4, sedangkan pH darah vena dan cairan interstetial
sekitar 7,35 akibat jumlah ekstra karbondioksida (CO2) yang dibebaskan dari jaringan
untuk membentuk H2CO3. Karena pH normal darah arteri 7,4 seseorang diperkirakan
mengalami asidosis saat pH turun dibawah nilai ini dan mengalami alkolisis saat pH
meningkat diatas 7,4. Batas rendah pH dimana seseorang dapat hidup lebih dari beberapa
jam adalah sekitar 6,8 dan batas atas adalah sekitar 8,0.3
pH intraseluler biasanya sedikit lebih rendah daripada pH plasma karena metabolisme
sel menghasilkan asam, terutama H2CO3. Bergantung pada jenis sel, pH cairan
intraseluler diperkirakan berkisar antara 6,0 dan 7,4. Hipoksia jaringan dan aliran darah
yang buruk ke jaringan dapat menyebabkan pengumpulan asam dan itu dapat
menurunkan pH intraseluler.
pH urin dapat berkisar dari 4,5 sampai 8,0 bergantung pada status asam basa cairan
ekstraseluler. Contoh ekstrim dari suatu cairan tubuh yang bersifat asam adalah HCl
yang diekskresikan kedalam lambung oleh oksintik ( sel-sel parietal ) dari mukosa
lambung.

38
BAB III

PENUTUP

A...Kesimpulan
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut) Sedangkan elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkanpartikel-
partikelbermuatan listrik yang Disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan
elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui Makanan,minuman,dan cairan intravena (IV)
dan di distribusi ke seluruh bagian Tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti
adanya distribusi yang normal dari air tubuh Total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian
tubuh. Komposisi cairan dan elektrolit di dalam Tubuh sudah diatur sedemikian rupa
agar keseimbangan fungsi organ vital dapat Dipertahankan.Untuk mempertahankan
keseimbangannya, diperlukan masukan, pendistribusian, Dan keluaran yang memadai,
yang diatur melalui mekanisme tersendiri namun berkaitan satu Sama lain.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya.Apabila
Terjadi gangguan keseimbangan, baik cairan atau elektrolitdalam tubuh dapat
mengakibatkan Overhidrasi, dehidrasi, hiponatremia, hipeanatremia, hipokalemia,
hiperkalemia, dan Hipokalsemia.Dengan demikian, keseimbangan cairan dan elektrolit
merupakan komponen atau Unsur vital pada tubuh manusia.
Penyebab Peruabahan Keseimbangan Cairan
Fisiologi Cairan Tubuh antara lain :
A. Distribusi dan Komposisi Cairan
B. Mekanisme Keseimbangan Cairan, meliputi :
 Keseimbangan Donnan

 Osmolalitas dan Osmolaritas


 Tekanan Koloid Osmotik
 Kekuatan Starling (Starling’s Forces)
C. Sistem Pengaturan Cairan Tubuh , meliputi :
 Kendali Osmolar
 Kendali Non Osmolar
D. Distribusi Pemasukan dan Pengeluaran Cairan Tubuh

39
Kadar asam basa (pH) dalam darah diukur dengan skala pH, dari 1-14. Kadar pH
darah normal berkisar antara 7,35 sampai 7,45. Darah seseorang dinilai terlalu asam bila
pH kurang dari 7,35. Kondisi tersebut dinamakan asidosis. Sedangkan darah dengan nilai
pH lebih besar dari 7,45, dikategorikan terlalu basa, atau disebut dengan alkalosis.
pH normal darah arteri adalah 7,4.

B...Saran
Keseimbangan cairan tubuh sangat penting bagi kesehatan tubuh . pada dasarnya
tubuh memiliki sistem Homeostatis dimana tubuh akan kembali pada ketentuan
normalnya. Akan tetapi keseimbangan cairan tubuh juga tidak dapat diremehkan karena
akan berdampak pada kesehatan yang menurun. Banyak dampak yang diperoleh tubuh
jika tidak mempertahankan keseimbangan cairan tubuh.

40
Daftar Pustaka

Aryasa, Tjaya. 2017. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Denpasar: Universitas
Udayana.

Dogdog. 2020. Keseimbangan elektrolit.


https://www.researchgate.net/publication/311455903_Ilmu_Keperawatan_Dasar#:~:te
xt=Keseimbangan%20cairan%20dan%20elektrolit%20berarti,akan%20berpengaruh%
20pada%20yang%20lainnya. (Tanggal akses 12 Maret 2020).

Ermawan, Budhy. 2020. Pengantar Patofisiologi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Guyton AC, Hall JE. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.

Horne, M. M & Swearingen,P. L. (2000). Keseimbangan cairan, elektrolit, & Asam Basa. (ed.
2). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

I Nyoman. 2017. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Denpasar: Universitas Udayana.

Juffrie, M., 2004. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit pada Penyakit.

Mangku G, Senapathi TGA. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Dalam Buku Ajar Ilmu
Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: Indeks; 2010.

Saluran Cerna. Sari Pediatri, 6(1), pp. 52-59.

Sriyanti, Cut. 2016. Patofisiologi. Kementrian Kesehatan Indonesia.

Viswanatha, P. A., & KAH, P. 2017. Keseimbangan Asam Basa. Gangguan Keseimbangan
Air-Elektrolit dan Asam-Basa, 60-71.

Viswanatha Putu Aksa.2017. Keseimbangan Asam Basa.(Online).


(https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/5a1f9a2d9b46df3dbcb67e6d3
b70f19b.pdf diakses 23:16, 12 Maret 2021)

Wahyu, Andri Setiya. Januari 2016. Ilmu Keperawatan Dasar. Jawa Timur: Mitra Wacana
Media.

41
Willy, Tjin. 2018. Gangguan Keseimbangan Asam Basa. Diakses tanggal 12 Maret 2021.
https://www.alodokter.com/gangguan-keseimbangan-asam-basa.

Yaswir Rismawati, Ira Ferawati.2012.Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium,


Kalium dan Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium.(Online).
(http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/48/43 diakses 23:05, 12
Maret 2021)

42

Anda mungkin juga menyukai