Anda di halaman 1dari 199

MAKALAH KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

KONSEP PEMERIKSAAN TINGKAT KESADARAN DAN PEMERIKSAAN


FISIK (HEAD TO TOE)

DOSEN PEMBIMBING
Rivan Firdaus, SST., M. Kes.

Disusun Oleh :
Erika Dwi Wahyuni
Fadhilah Sukmawati
Muhammad Oktariq
Muhammad Ridho Pangestu
Novi Rohmawati
Novinta Devi Setyaningrum
Tomi Ihsan Muhaafidhin
Widia Putri Pratiwi
Widya Nandini Lestari
Yulia Rahmawati

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2017/2018


Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya , yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Perkembangan Sejarah Keperawatan
di Indonesia“ dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga saya ucapkan banyak-
banyak terima kasih kepada Dosen yang telah memberikan tugas ini kepada saya.

Makalh ini telah saya susun semaksimal mungkin dan mandapat bantuan dari
beberapa pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya
dapat menyempurnakan makalah ini.

Samarinda, Oktober 2017

Penulis
Daftar Isi

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI ...…………………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………………………… 1


B. Tujuan
 Tujuan Umum …………………………………………………………….. 2
 Tujuan Khusus …………………………………………………………….2
C. Sistematika Penulisan …………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemeriksaan Fisik…………………………………………………..3


B. Tujuan Pemeriksaan Fisik……………………………………………………….3
C. Teknik pemeriksaan Fisik….…………………………………………………….3
 Inspeksi …………………………………………………………………...4
 Palpasi ……….....………………………………………………………...4
 Auskultasi ….……………………………………………………………..6
 Perkusi ……..……………………………………………………………..6
 Persiapan sebelum melakukan pemeriksaan fisik……………………7
D. Pemeriksaan Tingkat Kesadaran Secara Kualitatif…………………………..11
E. Pemeriksaan Tingkat Kesadaran Secara Kuantitatif…………………………22
 Pemeriksaan GCS …………………………………………………….23
 Pemeriksaan AVPU …………………………………………………….26
 Pemeriksaan ACDU …………………………………………………….28
F. Pemeriksaan Fisik Secara Head To Toe………………………...................30
 Pemeriksaan Kepala …….……………………………………………..30
 Pemeriksaan Leher …………………………………………………….75
 Pemeriksaan Dada …………………………………………………….85
 Pemeriksaan Abdomen ….…………………………………………….101
 Pemeriksaan Ekstremitas ……………………………………………125
 Pemeriksaan Genitalia …...……………………………………………177

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………179

A. Kesimpulan ……………………………………………………………………..179
B. Saran ……………………………………………………………………………187

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………..189


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang
ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil
pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik
akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan
pasien.Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian
kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama
diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus
mungkin diperlukan seperti test neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis
dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang
mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk
meyakinkan penyebab tersebut.Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri
penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam
prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu
dilakukan pertama kali.
B. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui sistem pernafasan pada manusia.

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui anatomi organ pernafasan, fungsi sistem pernafasan,


mekanisme pernafasan, transport paru dan homeostasis pernafasan.

C. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab utama. Bab I berisi
tentang latar belakang, tujuan penulisan, dan metode penulisan makalah ini. Bab II
merupakan bagian yang berisi penjelasan tentang tinjauan pustaka, yang
membahas materi/pokok bahasan. Bab III merupakan bagian terakhir yang berisi
kesimpulan dan saran serta daftar pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang
ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil
pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik
akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan
pasien.Pemeriksaan dilakukan untuk kebutuhan klien. Jika klien berada dalam kondisi
akut, saat itu perawat melakukan pengkajian hanya sistem tubuh yang terlibat.
Pengkajian lebih lanjut dilakukan saat klien teelah berada pada kondisi yang lebih baik.
Pemeriksaan fisik secara lengkap dilakukan untuk screening rutiin untuk meningkatkan
tingkat kesehatan dan tindakan preventif, untuk keperluan asuransi kesehatan, militer
atau melamar pekerjaan dan jika klien akan masuk RS dalam jangka lama.

B. TUJUAN PEMERIKSAAN FISIK


1.Mendapatkan data dasar tentang kesehatan klien
2.Menambah, konfirmasi atau membuktikan data yang didapat dalam riwayat
keperawatan
3.Konfirmasi dan mengidentifikasi dx. Keperawatan
4.Membuat penilaian Minis terhadap perubahan status kesehatan dan manajemen
masalah klien
5.Mengevaluasi hasil perawatan

C. TEKNIK PEMERIKSAAN FISIK


Pengkajian lengkap atau sebagian yang dilakukan, seharusnya terinteegrasi
dalam perawatan rutin. Misalnya saat klien melakukan oral hygine, perawat dapat
melakukan pengkajian pada rongga mulut klien, atau saat memandikan klien, perawat
dapat mengkaji kondisi kulit dan bagian-bagian tubuh klien yang lain. Hal ini dilakukan
untuk lebih mengefisienkan penggunaan waktu. Pengkajian ini seharusnya menjadi
perilaku automatik perawat saat berinteraksi dengan klien. Kemampuan akan
ketampilan pemeriksaan fisik akan membuat perawat mendapatkan data yang
komprehansif dan relevan. Saat melakukan pemeriksaan fisik, perawat dapat
melakukannya dengan

4 cara, yaitu dengan inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi.


1. Inspeksi

Perawat melakukan inspeksi atau melihat bagian-bagian tubuh klien


untukmendeteksi kondisi normal atau adanya tanda fisik tertentu. Untuk itu perawat
haarus mengetahui karakteristik normal sebelum dapat mengetahui adanya hal-hal
yang abnormal. Penting juga untuk mengeetahui karakteristik normal untuk tiap usia.
Misalnya kulit kering, keriput dan tidak elastik normal ditemukan padausia lanjut tetapi
tidak pada klien dewasa. Inspeksi dilakukan saat kontak pertama dengan klien dan
dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung dilakukan
dengan penglihatan, pendengaran, penciuman; sedangkan tidak langsung dilakukan
dengan menggunakan bantuan peralatan seperti spekulum, ophtalmoscope. Inspeksi
dilakukan secara obyektif, jangan dicampur dengan ide atauharapan anda. Inspeksi
dapat dilakukan dengan pendekatan sistem tubuh, headto toe atau kombinasi keduanya,
agar tidak ada yang terlewat Jika menemukanadanya sesuatu yang berbeda dari
karakteriskti normal, lakukan pengkajiaansecara lebih mendalam.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan inspeksi, antara lain :
1. Pencahayaan baik
2. Posisi dan bagian tubuh terbuka sehingga seluruh permukaannya dapaterlihat
3. Inspeksi setiap area: ukuran, bentuk, warna, kesimetrisan, posisi danabnormalitas
4. Bandingkan pada sisi tubuh yang lain
5. Gunakan cahaya tambahan ketika menginspeksi rongga tubuh

2. Palpasi

Pengkajian lebih lanjut dilakukan dengan menyentuh tubuh klien dan biasanya
digunakan bersamaan dengan inspeksi. Palpasi dapat dilakukan dengan menggunakan
telapak tangan, jari dan ujung jari untuk mengkaji kelembutan (softness), kekakuan
(rigidity), massa, suhu, posisi dan ukuran, kecepatan dan kualitas nadi perifer

Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan palpasi :


1. Kuku harus pendek
2. beri penjelasan pada klien sebelumnya
3. klien relaks dan dalam posisi nyaman
4. Untuk mencegah terjadinya ketegangan otot pada saat palpasi:
- hangatkan tangan sebelum palpasi
- jelaskan apa yang akan dilakukan, alasan dan apa yang dirasakan
- dorong klien untuk relaks dengan nafas dalam
- hentikan palpasi jika klien mengeluh nyeri

Palpasi dapat dibedakan menjadi palpasi ringan dan dalam. Palpasi ringan
dilakukan misalnya pada abdomen untuk mengetahui adanya tenderness. Letakkan
tangan pada bagian tubuh yang akan dipalpasidan tekan sedalam 1 cm. Daerah yang
mengalami tenderness dikaji lebih lanjut. Tekanan dilakukan dengan ringan dan
sebentar-sebantar. Tekanan yang keras dan lama akan menyebabkan sensitivitas
tangan perawat berkurang. Setelah palpassi ringan, palpasi dapat dilanjutkan dengan
palpasi dalam untuk mengkaji kondisi organ, misalnya organ yang ada dalam abdomen.
Perawatmenekan daerah ayng akan dipalpasi sedalam 2 cm. Palpasi harus
dilakukandengan hati-hati karena tekanan yang terlalu lama akan menyebabkan injury
internal. Palpasi dalam dapat dilakukan dengan satu atau dua tangan.(bimanually).
Ketika melakukan dengan dua tangan, satu tangan (disebut sensing hand) relaks dan
diletakkan diatas kulit klien. Tangan lain (diseebut akctive hand) memberikan tekanan
pada sensing hand. Bagian paling sensitif dari tangan, ujung jarri digunakan untuk
mengkaji texture, bentuk, ukuran, konsistensi dan pulsasi. Temperaatur paling baik
dikaji dengaan punggung tangan. Dan telapak tangan akan lebih sensitif terhadap
fibrasi. Perawat mengkaji posisi, konsistensi dan turgor kulit denganmeng"grasping"
dengan ringan bagian tubuh yang akan dikaji. Saat mempalpas klien juga haarus
memperhaatikan bagian tubuh yang dikaji agar tidak menimbulkan masalaah lebih
lanjut. Misalnya saat mempalpasi arteri besar palpassi dilakukan tidak dengan terlalu
kuaat agar tidak meenimbulkan obsturksi.

3. Auskultasi

Auskultasi adalah mendengarkan (biasanya dengan stetoskop) suara yang


dihasilkan tubuh untuk membedakan suara normal dan abnormal. Perawat harus
mengenali suara normal pada sistem kardiovasskuler, respirassi dangastrointestinal
sebelum dapat membedakan suara yang abnormal. Untuk dapat melakukan auskultasi
dengan baik perawat harus memilikipendengaraan yang baik, stetoskop yang baik dan
tahu cara menggunakanstetoskop dengan tepat Bell stetoskop paling baik jika
digunakan untuk mendengarkan suara yang memiliki Pitch rendah, misalnya suara
vaskular dansuara jantung. Adapun diafragma stetoskop digunakn untuk
mendengarkansuara yang memiliki pitch tinggi, seperti suara para dan bising usus.
Juga perhatikan kebisingan lingkungan dan instruksikan klien tidak berbicara selama
pemeriksaan.
Melalui auskultasi, perawat mencatat karakteristik suara berikut ini
1. Frekuensi/jumlah gelombang suara per detik karena fibrasi obyek
2. Luodness/ amplitude gelombang suara : keras/pelan
3. Kualitas/ suara tersebut memiliki frekuensi dan kekerasan yang sama
4. Durasi/panjang waktu suara terdengar: pendek, sedang, panjang

4. Perkusi

Perkusi dilakukan untuk mengetahui bentuk, lokasi dan densitas struktur yang
ada dibawah permukaan kulit. Perkusi dapat memverivikasi data yang telahdidapat
melalui foto rontgen, atau pengkajian melalui palpasi dan auskultasi. Perkusi dapat
dilakukan secara langsung yaitu dengan mengetukkan jaritangan langsung pada
permukaan tubuh, atau secara tidak langsung denganmenempatkan jari tengah dari
tangan nondominan (disebut pleximeter)dipermukaan tubuh yang akan di perkusi dan
dengan jari tengah tangan yang dominan (disebut plexor), ketuk pada distal phalang jari
tengah tangan non dominan, dibawah dasar kuku. Perkusi dapat menghasilkan lima
jenis suara, yaitu tympany, resonance, hyperresonance, dullness, dan flatness.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat perkusi:


1. kuku pendek, hangatkan tangan sebelum mulai
2. minta klien untuk BAK
3. ruangan tenang
4. Lepaskan perhiasan yang dapat mengganggu
5. Jelaskan pada klien apa yang akan dilakukan dan alasannya

Bagian utama pemeriksaan fisik


 Observasi umum (observasi penampilan umum klien dan tingkah lakunya)
 Pengukuran tanda vital
 Pengukuran tinggi badan dan berat bada
 Pemeriksaan fisik

Peralatan dasar:
 Termometer
 Stetoskope
 Spygmomanometer
 Kartu penglihatan
 Penlight/flashlight
 Meteran

 Persiapan Sebelum Melakukan Pemeriksaan Fisik

Persiapan yang kurang baik sebelum melakukan pemeriksaan fisik akan


mengakibatkan kesalahan dan temuan yang tidak lengkap, karena itu persiapan yang
baik terhadap lingkungan, peralatan dan klien akan memperlancar jalannya
pemeriksaan tanpa adanya gangguan.

 Lingkungan
Saat melakukan pemeriksaan fisik, privasi klian haras dijaga. Ruang periksaan
sebaiknya telah lengkap dengaan peralatan yang diperlukan. Jika pemeriksaan
dilakukan di ruangan klien, sebaiknya disediakan tirai atau pembatas. Selain peralatan
yang lengkap, ruangan juga haras memiliki pencahayaan yang cukup baik agar dapat
menerangi bagian tubuh klien yang akan diperiksa. Ruangan juga sebaiknya tidak
berisik dan cukup hangat agar pemeriksaan dapat berlangsung tanpa gangguan dan
klien merasa nyaman. Pemeriksaan dapat dilakukan di tempat tidur klien, tetapi kadang
hal ini menyulitkan untuk dilakukan pemeeriksaan. Jika klien ditempatkan pada meja
periksa, akan memudahkan pemeriksaan dan diposisikan tertentu. Pemeriksaan di
meja periksa haras dilakukan dengan hati-hati agar klien tidak terjatuh,terutama jika
kesadaran klien berkurang. Meja periksa ini seringkali keras dan menimbulkan rasa
tidak nyaman, untuk itu berikan bantal pada klien, atau tinggikan kepala tempat tidar
sekitar 30 derajat.

 Peralatan
Cuci tangan dilakukan sebelum menyiapkan peralatan dan melakukan
pemeriksaan. Peralatan disusun agar mudah digunakan dan dijaga agar tetap hangat.
Peralatan dasar yang biasa digunakan antara lain Termometer, stetoskope,
Spygmomanometer, Kartu penglihatan, Penlight/flashlight, Meteran, Pensil. Peralatan
lain yang dapat digunakan antara lain Ophtalmoscope, Nasoscope, Otoscope, Garpu
tala, Refleks hammer, Skin calipers, Spekulum vagina.

 Pada Klien/Pasien

 Persiapan Fisik
Adanya rasa nyaman bagi fisik klien adalah sesuatu yang penting agar
pemeriksaan kita suksus. Sebelum mulai, minta klien untuk buang air kecil ataubuang
air besar terlebih dahulu. Kandung kemih dan usus yang kosong sangatmembantu jika
anda akan memeriksa abdomen, genitalia, ran rektum, juga untukmemberi kesempatan
klien untuk menampung urin atau fesesnya. Jelaskan carapengumpulan spesimen
tersebut dan berikan label yang tepat untuk tiap spesimen. Jika klien haras melepas
semua bajunya, siapkan seelimut dan jaga privacy serta kehangaatan ruangan.

 Posisi
Selama pemeriksaan perawat dapat meminta klien untuk melakukan beberapa
posisi sehingga bagian tubuh yang akan diperiksa dapat terlihat. Perawat juga harus
mempertimbangkan kekuatan dan kemampuan klien untuk melakukan suatu posisi. Jika
klien tidak mampu atau terlalu lemah untuk melakukan suatu posisi, sebaiknya perawat
memilih alternaatif posisi lainnya. Posisi saat pemeriksaan antara lain duduk, supine,
dorsal recumbent,
litothomy, sims, prone, knee-chest. Perhatikan juga privasi dan kenyamanan klien saat
melakukan posisi tersebut.

 Persiapan Psikologis
Klien biasanya akan merasa maalu jika bagian-bagian tubuh tertentunya dibuka
dan diperiksa. Hasil pemeriksaan yang abnormal akan menimbulkan kecemasan bagi
klien. Untuk mengurangi hal itu, sebelum pemeriksaan jelaskan apa yang akan
dilakukan dan hasil apa yang diharapkan, begitu juga selama prosedur biarkan klien
mengetahui apa yang sedang anda lakukan, sehingga klien dapat kooperatif.

 Perhatikan Umur Klien/Pasien


o Penampilan Umum
 Gender & ras
 Tanda-tanda distress : nyeri, sulit bernafas, kecemasan
 tipe tubuh —> tingkat kesehatan,umur, gaya hidup
 Posture—> mood, nyeri
 Caraberjalan
 Pergerakan tubuh
 Umur
 Hygyne, cara berpakaian
 Pakaian
 Bau tubuh
 Sikap & mood
 Cara berbicara
 Client abuse

o Pemeriksaan Tanda Vital


 Lakukan sebelum pemeriksaan fisik
 Kaji tekanan darah, nadi, frekuensi pernafasan dan suhu
o Pemeriksaan Tinggi Badan dan Berat Badan
 Rasio TB & BB : status kesehatan umum
 Pada bayi & anak : tumbang
 Sebelum diukur tanyakan pada klien : persepsi klien tentang body image
 Kaji adanya penambahan/pengurangan BB : Jumlah, waktu, penyebab : diet,
selera makan, gejala fisik (mis : mual)
 BB : Ukur pada waktu yang sama setiap harinya, dengan alat dan baju yang
sama
 BB Bayi: lepaskan baju & popok, jaga ruangan tetap hangat
 TB : lepaskan sepatu, berdiri tegak
 TB Bayi: posisi supine, kaki lurus dengan telapak kaki tegak.
 Ukur dari telapak kaki hingga ke vertex kepala

 Pemeriksaan Fisik Pada Ekstremitas

a. Ekstermintas atas
- Inspeksi
Bagaimana pergerakan tangan, dan kekuatan otot.
- Palpasi
Apakah ada nyeri tekan,massa/benjolan
- Motorik
Untuk mengamati besar dan bentuk otot, melakukan pemeriksaan tonus
kekuatan otot, dan tes keseimbangan.
- Reflex
Memulai reflex fisiologi seperti biceps dan triceps
- Sensorik
- Apakah klien dapat membedakan nyeri, sentuhan, temperature, rasa, gerak dan
tekanan.

b. Ekstermitas bawah
- Inspeksi : bagaimana pergerakan kaki, dan kekuatan otot
- Palpasi : apakah ada nyeri tekan, massa/benjolan
- Motorik : untuk mengamati besar dan bentuk otot, melakukan pemeriksaan tonus
kekuatan otot, dan tes keseimbangan
- Reflex : memulai reflex fisiologi seperti biceps dan triceps
- Sensorik : apakah klien dapat membedakan nyeri, sentuhan, temperature, rasa,
gerak dan tekanan

D. PEMERIKSAAN TINGKAT KESADARAN SECARA KUALITATIF


PEMERIKSAAN KESADARAN SECARA KUALITATIF DAN KUANTITATIF (GCS)

 SADAR / KESADARAN
Kesadaran merupakan fungsi utama susunan saraf pusat. Kesadaran
dapat didefinisikan sebagai keadaan yang mencerminkan pengintegrasian
impuls eferen dan aferen. Semua impuls aferen disebut input dan semua
impuls eferen dapat disebut output susunan saraf pusat.
Menurut Corwin Elizabeth (2009) kesadaran adalah Pengetahuan
penuh atas diri, lokasi, dan waktu disetiap lingkungan.
Kesadaran mempunyai dua komponen:
1) Fungsi mental keseluruhan (otak) → Komponen ini berhubungan dengan
Hemispherium cerebri.
2) Derajat “awas-waspada” → Komponen ini berhubungan dengan Racticular
Activating System (Assending Reticular System).

 TIDAK SADAR / KETIDAK SADARAN


Menurut Brunner dan Suddart (2001), ketidak sadaran adalah kondisi
dimana fungsi serebral terdefresi, direntang dari stupor sampai koma.

Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon


seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan. Tingkat kesadaran
dibedakan menjadi 2 yaitu:

1. Tingkat kesadaran kualitatif :


a) Composmentis / Conscious (GCS 14-15)
Kondisi seseorang yang sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun
terhadap lingkungannya dan dapat menjawab pertanyaan yang
ditanyakan oleh pemeriksa dengan baik.

b) Apatis (GSC 12-13)


Keadaan kesadaran yang segan dan acuh tak acuh untuk berhubungan
dengan sekitarnya, respon verbal masih baik dan ditandai dengan tidak
adanya kontak mata atau mata tampak tidak fokus.

c) Delirium (GSC 10-11)


Delirium adalah keadaan yang bersifat sementara dan biasanya terjadi
secara mendadak, dimana penderita mengalami penurunan kesadaran
disertai kekacauan motorik dan siklus tidur bangun yang terganggu. Klien
tampak gaduh, gelisah, kacau, disorientasi dan meronta-ronta, ciri utama
delirium adalah tidak bisa memusatkan perhatian.

d) Somnolen (Letergia, Obtunasi), (GSC 7-9)


Somnolen yaitu penurunan kesadaran dimana pasien tampak lemah,
mengantuk, respon verbal masik baik dan dapat sadar atau menjawab
pertanyaan bila dirangsang, akan tetapi pasien akan kembali tertidur bila
rangsangan dihentikan.
 Latergia :
 Sering tidur atau mengantuk.
 Klien dapat bangun dengan mudah dengan rangsang suara.
 Responnya tepat.

 Obtunasi :
 Klien akan bangun saat dirangsang suara yang lebih keras,
atau menepuk dadanya.
 Klien akan tidur lagi setelah bangun.
 Respon masih cepat.

e) Sopor / Stupor (GSC 5-6)


Sopor atau atupor adalah keadaan mengantuk yang dalam, klien masih
dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri
tetapi klien tidak terbangun sempurna dan tidak dapat memberikan
jawaban verbal yang baik. Penyebab penyakit ini, diantaranya adalah
dikarenakan cedera serius yang dialami penderita hingga kemudian
mempengaruhi otak dan menyebabkan stupor.

f) Semi-koma / koma ringan (GSC 4)


Semi-koma yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan respon
terhadap rangsang verbal, dan tidak dapat dibangunkan sama sekali,
tetapi refleks kornea, pupil masih baik. Respons terhadap rangsang nyeri
tidak kuat.

g) Koma / Comatose (GSC 3)


Koma adalah penurunan kesadaran yang paling rendah atau keadaan
unarousable unresponsiveness, yaitu keadaan pasien tidak dapat
dibangunkan dengan semua rangsangan (verbal, taktil, dan nyeri) dan
tidak dapat berespons terhadap lingkungannya. Kematian otak adalah
hilangnya semua fungsi otak secara ireversibel termasuk batang otak.

Anatomi otak normal


Kemudian juga tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, serta
tidak ada respon pupil terhadap cahaya. Penyebab penyakit ini adalah
dikarenakan cedera serius yang dialami penderita hingga kemudian
mempengaruhi otak dan menyebabkan koma.

 Pemeriksaan fisik umum pada pasien koma


Pemeriksaan dimulai dari inspeksi langsung terhadap pasien dalam
keadaan istirahat. Pemeriksaan umum meliputi pemeriksaan kesan umum
kesadaran tipe badan, kelainan kongenital, tanda-tanda vital, kepala, leher,
toraks, abdomen, ekstremitas, sendi, otot, kolumna vertebralis, dan gerakan
leher atau tubuh. Pemeriksaan kesan umum menilai dengan stimulus
auditorik.
Pemeriksaan memanggil nama pasien dengan suara keras, di
asumsikan pasien tuli dan meminat pasien utnuk membuka mata. Jika
dengan stimulus auditori tidak ada respon, diberikan stimulus taktil. Jika
stimulus taktil tidak menimbulkan respon, diberikan stimulus nyeri namun
tidak membuat trauma. Manuver yang direkomendasikan antara lain
penekanan pada supraorbital ridge kulit, dibawah kuku, sternum dan ramus
mandibularis.
Rangsang nyeri pada pasien koma

Pemeriksa menilai tipe badan pasien apakah tipe astenis/atletis/piknis, juga


apakah ada kelainan kongenital. Dilanjutkan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital
yang meliputi pengukuran tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan, dan skala nyeri.
Peningkatan tekanan darah bisa menunjukkan adanya peningkatan tekanan
intrakranial atau stroke.
Pemeriksaan kepala, leher, toraks, abdomen, ekstremitas, sendi, otot,
kolumna vertebralis dilakukan dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
untuk mengetahui adanya tanda trauma atau kondisi lain. Pada pemeriksaan kepala
dapat ditemukan tanda adanya fraktur, hematoma dan laserasi. Pemeriksaan toraks
meliputi pemeriksaan paru dan jantung.
Pemeriksaan refleks meliputi pemeriksaan refleks kornea, refleks batuk,
refleks fisiologis dan refleks patologis. Pada pemeriksaan refleks korne, pemeriksa
menggoreskan ujung kapas secara lembut atau meniupkan udara ke kornea.
Refleks dinyatakan positif jika mata berkedip saat dilakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan refleks muntah dan batuh dilakukan menggunakan kateter isap yang
dimasukkan ke dalam trakea. Refleks di nyatakan positif jika pasien muntah dan
batuk.
Observasi kedua mata untuk melihat adanya gerakan spontan atau
diskonjugasi bola mata. Pemriksaan refleks cahaya langsung dilakukan satu per
satu pada kedua mata. Pemeriksaan refleks cahaya langsung dilakukan dan
diameter pupil menandakan disfungsi pupil. Disfungsi pupil lebih sering disebabkan
oleh gangguan struktural seperti perdaraahan dan infark.
Dilatasi pupil unilateral menunjukkan adanya peneatkanan nervus III akibat
herniasi lokal ipsilateral atau adanya lesi massa. Pupil kecil dan reaktif menunjukkan
adanya gangguan batang otak. Dilatasi pupil dan tidak reaktif terjadi pada anoksia
berat atau kerusakan midbrain atau kompresi fokal nervus okulomotorius. Pintpoint
pupils menandakan kerusakan pons yang biasanya disebabkan oleh perdarahan
atau infark. Pada funduskopi dapat ditemukan papilledema menandakan
peningkatan tekanan intrakranial dan perdarahan retina.
Gerakan bola mata diperiksa menggunakan dua maneuver yaitu Oculo
Cephalic Reflex (OCR) atau Doll’s Eyes Manuever dan Oculo Vestibular Reflex
(OVR) atay Cold Caloric Test.

Pola pupil pada pasien koma


Pemeriksaan OculoCephalic Reflex (OCR)

danOculoVestibular Reflex (OVR)

Selanjutnya diperiksa dua refleks lagi, yaitu refleks fisiologis dan refleks patologis
anggota gerak. Pemeriksaan refleks fisiologis meliputi tendon biseps, triseps, patella,
dan achilles. Adanya hiperrefleks menandakan adanya lesi upper motor neuron (UMN).

 Refleks fisiologis
 Tendon biseps
Refleks tendon biseps disebut juga refleks regang otot. Cara melakukannya
adalah kita memegang lengan pasien yang di semifleksikan sambil
menempatkan ibu jari diatas tendon otot biseps. Ibu jari kemudian diketok.
Hal ini mengakibatkan gerakan fleksi lengan bawah. Pusat refleksi ini terletak
di C5-C6.
Refleks tendon biseps

 Triseps
Refleks triseps sering disebut juga triseps pees refleks (TPR). Cara
melakukannya adalah kita memegang lengan bawah pasien yang difleksikan
setengah (semifleksi). Setelah itu palu diketok pada tendon insers m.triseps,
yang berada sedikit diatas olekranon. Sebagai jawaban, lengan bawah
mengadakan gerakan ekstensi. Lengkung refleks melalui nervus radialis
yang pusatnya terletak di C6-C8.

Refleks Triseps

 Patella
Refleks patella sering disebut dengan Knee Pess Refleks (KPR). Pada
pemeriksaan refleksi ini, tungkai difleksikan dan digantungkan, misalnya
pada tepi tempat tidur. Kemudian, diketok pada tendon muskulus kuadriceps
femoris, dibawah atau diatas patella. Kuadriceps femoris akan berkontraksi
dan mengakibatkan gerakan mengakibatkan gerakan ekstensi tungkai
bawah. Lengkung refleks ini melalui L2, L3, L4.
Refleks patella

 Tendon achilles
Tendon achilles sering disebut dengan Achilles Pees Refleks (APRncara
melakukannya adalah tungkai bawah difleksikan sedikit, kemudian kita
memegang kaki pada ujungnya untuk memberikan sikap dorsofleksi ringan
pada kaki. Setelah itu, tendon achilles diketok. Hal ini mengakibatkan
berkontraksinya m.triceps sure dan memberikan gerak plantar fleksi pada
kaki. Lengkung refleks ini melalui S1, S2.

Refleks tendon achilles


Kemudian pemeriksaan refleks patologis meliputi babinski, chaddok, oppenheim,
gordon, schaeffer dan hoffmann-tromner. Adanya refleks patologis menandakan lesi
UMN.

 Refleks Babinski
Untuk membangkitkan refleks babinski, kita meminta pasien untuk berbaring
dan istirahat dengan tungkai diluruskan. Kita pegang pergelangan kaki
supaya kaki tetap pada tempatnya. Goresan yang dilakukan harus dilakukan
secara perlahan jangan sampai mengakibatkan nyeri, sebab hal ini akan
menimbulkan gerakan menarik kaki. Goresan dilakukan pada telapak kaki
bagian lateral, mulai dari tumit menuju pangkal jari, jika reaksi positif, kita
dapatkan gerakan dorsofleksi ibu jari, yang dapat disertai dengan mekarnya
jari-jari lain.

Refleks Babinski

 Refleks chaddok
Pada refleks chaddok, rangsang diberikan dengan jalan menggoreskan
bagian lateral maleolus. Jika positif maka akan seperti babinski.

Refleks chaddok
 Refleks Oppenheim
Pada refleks oppenheim memberikan rangsangan dengan jalan menggores
pada bagian lateral malleolus lateralis.

Refleks Oppenheim

 Refleks gordon
Refleks gordon dilakukan dengan cara memberikan rangsangan dengan
jalan menggores pada bagian lateral malleolus lateralis.

Refleks gordon

 Refleks schaefer
Refleks shaefer dilakukan dengan cara memencet atau mencubit tendon
achilles.
Refleks schaefer

 Refleks hoffmann-tromner
Refleks hoffmann diperiksa dengan cara melakukan petikan pada kuku
jari tengah. Refleks tromner diperiksa dengan cara mecolek ujung jari
tengah. Positif jika timbul gerakan fleksi pada ibu jari, jari telunjuk dan
jari-jari lainnya.

Refleks hoffmann-tromner

E. PEMERIKSAAN TINGKAT KESADARAN SECARA KUANTITATIF


GCS (Glasgow Coma Scale) adalah skala yang digunakan untuk menilai tingkat
kesadaran secara kuantitatif pada klien dengan menilai respon pasien terhadap
rangsangan yang diberikan.
Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka
mata , bicara dan motorik. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (skor).
Unsur Skala Koma Glasgow

Glasgow Coma Scale


1 2 3 4 5 6
Mata Mata tak Mata Mata Mata N/A N/A
terbuka terbuka terbuka terbuka
dengan dengan spontan
pemberian respons
nyeri suara
Suara Tak ada Suara Berbicara Kebingung Berbicara N/A
suara Erangan tapi tidak an dan tak normal
tanpa kata- berkomunik mengerti dan sadar
kata asi sekitar lingkungan
Gerakan Tak ada Ekstensi Abnormal Fleksi / Melokalisa Mematuhi
gerakan Lengan fleksi Penarikan si nyeri perintah
terhadap terhadap terhadap
nyeri nyeri nyeri

Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam symbol E¼


V¼ M¼.Selanjutnya nilai-nilai di jumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15. Yaitu
E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.

Jika diihubungkan dengan kasus trauma kapitis maka di dapatkan hasil :


 GCS : 14±15 = CKR (cidera kepala ringan)
 GCS : 9±13 = CKS (cidera kepala sedang)
 GCS : 3±8 = CKB (cidera kepala berat)

PEMERIKSAAN GCS

Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesadaran dengan hasil seobiektif
mungkin adalah menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale). GCS dipakai untuk
menentukan derajat sedera kepala.Reflek membuka mata, respon verbal, motorik
diukur dan hasil pengukuran di jumlahkan jika kurang dari 13. Maka dikatakan
seseorang mengalami cedera kepala. Menunjukan adanya penurunan kesadaran
Metode lain adalah menggunakan sistem AVPU. Dimana pasien diperiksa
apakah sadar baik (Alert).Berespon dengan kata-kata (Verbal).Hanya berespon jika
dirangsang nyeri (pain).Atau pasien tidak sadar sehingga tidak berespon baik verbal
maupun di beri rangsangan nyeri (unresponsive).
Ada metode lain yang lebih mudah dari GCS dengan hasil yang kurang lebih
sama akuratnya. Yaitu sekala ACDU.Pasien diperiksa kesadarannya apakah baik
(Alertness). Bingung atau kacau (Confusion) mudah tertidur (drowsiness) dan tidak ada
respon (unresponsiveness).
GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat
kesadaran pasien. (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak). Dengan menilai
respon pasien dengan rangsangan yang diberikan. Respon pasien yang perlu di
perhatikan mencakup 3 hal, yaitu membuka mata, bicara, dan motoric.
Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1±6
tergantung responnya. Ada 4 cara penilaian kesadaran menurut skala Glasgow, anata
lain :

1. Perhatikan : faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi, kemampuan memberi


respon, dan cedera penyerta lain.
2. Observasi : membuka mata, kualitas isi pembicaraan, dan kemampuan
menggerakan sisi kiri dan kanan.
3. Stimulasi : kemampuan mengeluarkan Suara: diminta dengan suara biasa atau
dengan suara yang kerasPerangsangan nyeri: penekanan pada ujung jari , otot
trapezius atau lekukan keluarnya nervus supraorbital
4. Pemberian Nilai : ditentukan setelah pengamatan respon yang tinggi
 Eve (Respon Membuka Mata)
(4) : Spontan
(3) : Dengan rangsang suara (suruh pasien mebuka mata)
(2) : Dengan rangsang nyeri (berikan rangsanga nyeri. Misalnya menekan kuku
jari)
(1) : Tidak ada respon
 Verbal (Respon Verbal)
(5) : Orientasi baik
(4) : Bingung. Berbicara mengacau (sering bertanya berulang-ulang) disorientasi
tempat dan waktu
(3) : Kata-kata saja (berbicara tidak jelas. Tetapi kata-kata masih jelas, namun
tidak dalma satu kalimat.)
(2) : Suara tanpa arti (menggerang)
(1) : Tidak ada respon

 Motor (Reson Motorik)


(6) : Mengikuti perintah
(5) : Melokalisir nyeri (menjangkau dan menjauhkan stimulus saat diberi rangsang
nyeri)
(4) : Withdraws (menghindar/menarik ekstremitas atau tubuh menjauhi stimulu
saat diberi rangsang nyeri)
(3) : Fleksi abnormal (tangan satu atau keduanya posis kaku diatas dada dan kaki
ekstensi saat di beri rasa nyeri)
(2) : Ektensi abnormal ( tangan atau kedunya ekstensi di sisi tubuh. Dengan jari
mengepal dan kaki ekstensi saat diberi nyeri).
(1) : Tidak ada respon.

Ada empat skala dimulai dengan yang paling parah:

1. Tidak membuka mata.


2. Mata terbuka dengan pemberian rangsangan/stimulus nyeri. Stimulus nyeri
perifer, seperti meremas area lunula pasien kuku lebih efektif daripada stimulus
pusat seperti meremas trapezius, karena efek meringis.
3. Mata terbuka dengan respons suara saat pasien tidak dalam kondisi tertidur
normal atau tanpa ada masalah medis.
4. Mata membuka spontan.

Penilaian GCS pada anak dan bayi


Keterangan : Penurunan kesadaran ringan GCS : 13-14
Penurunan kesadaran sedang GCS : 9-12
Penurunan kesadaran berat GCS : 3-8

PEMERIKSAAN AVPU
Metode lain adalah menggunakan sistem AVPU, dimana pasien diperiksa
apakah sadar baik ( alert ), berespon dengan kata-kata (verbal ), hanya berespon jika
dirangsang nyeri (pain), atau pasien tidak sadar sehingga tidak berespon baik verbal
maupun diberi rangsang nyeri (unresponsive). Ini juga merupakan skala yang
digunakan untuk mengukur tingkatkesadaran pasien. Hal ini lebih sederhana daripada
GCS dan dapat digunakan oleh dokter, perawat, penolong pertama dan kru ambulans.

Empat unsur yangdiuji:


1. Alert - berarti membuka mata spontan, fungsi motorik berbicara dan utuh,
misalnya anggota badan bergerak.
2. Voice - merespon bila diajak bicara, misalnya bicara mendengus atau aktual.
3. Pain - merespon rasa sakit, misalnya menggosok sternum.
4. Unresponsive - jika tidak ada respon terhadap rasa sakit, yaitu tidak ada
gerakan mata, suara atau motorik.
Kru Ambulans biasanya menggunakan AVPU dan, jika pasien skor apa pun
selain sebuah 'A', mereka merekam GCS formal. AVPU juga dapatdigunakan oleh
penolong pertama dan itu membantu mereka untuk memutuskan apakah ambulans
mungkin perlu dipanggil. Namun, ada beberapa kelemahan untuk menggunakan skala
AVPU:
1. Tidak membantu dalam pengelolaan pasien dengan penurunan berkepanjangan
dalam kesadaran.
2. Meskipun digunakan dalam kasus-kasus keracunan, itu kurang baik pada pasien di
bawah pengaruh alkohol.
3. Tingkat kesadaran juga harus dinilai pada kontak awal dengan pasien dan terus
dipantau untuk perubahan seluruh kontak Anda dengan pasien .
a . AVPU .
Skala AVPU adalah metode cepat untuk menilai LOC (LEVEL OF
CONSCIOUSNESS) . LOC pasien dilaporkan sebagai A , V, P , atau U.
1. A : Siaga dan orientasi .
(a) Menandakan orientasi orang, tempat, waktu , dan acara. Mintalah
pasien Anda sederhana pertanyaan berakhir terbuka yang tidak bisa
dijawab dengan ya atau tidak untuk menentukan LOC . Misalnya, " Di
mana Anda sekarang ? "Dan "Apa waktu itu ? " Jangan tanya pasien
Anda , "Apakah Anda tahu yang Anda sekarang ? " Karena ini bisadijawab
dengan ya atau tidak .
(b) Jika pasien waspada , Anda dapat melaporkan hasil Anda sebagai
skor berorientasi pasien dari 1 ( terendah )sampai 4 ( tertinggi ) , mencatat
setiap daerah tidak berorientasi pada . Misalnya, Anda dapat
menyatakan pasien adalah " A dan O x 4 " ( penuh waspada
dan berorientasi ) atau " A dan O x 2 dan tidak tahu waktu dantempat . "
2. V : Merespon stimulus verbal. Hal ini menunjukkan bahwa pasien Anda
hanya merespon bila diminta secara lisan . Hal ini juga penting untuk
dicatat jika pasien membuat tanggapan yang tepat atau tidak . Jika Anda
meminta pasien Anda , " Siapa namamu ? " Dandia menjawab dengan , "
Flaming monyet , " ini akan menjadi respon yang pantas dan
menunjukkan bahwa meskipun ia menanggapi verbal, ia tidak berorientasi
tepat.
(a) Respon terhadap rangsangan suara normal.
(b) Respon terhadap rangsangan suara nyaring .
3. P : Merespon nyeri.
(a) Gunakan jika pasien tidak merespon terhadaprangsangan verbal.
(b) Lembut tapi tegas mencubit kulit pasien.
(c) Catatan jika pasien erangan atau menarik diri daristimulus .
4. U : responsif.
(a) Jika pasien tidak merespon stimulus yang menyakitkandi satu sisi ,
mencoba sisi lain.
(b) Seorang pasien yang masih lembek tanpa bergerak atau membuat
suara tidak responsif.

PEMERIKSAAN ACDU
Ada metode lain yang lebih sederhana dan lebih mudah dari GCS dengan hasil
yang kurang lebih sama akuratnya, yaitu skala ACDU, pasien diperiksa kesadarannya
apakah baik ( alertness ), bingung / kacau (confusion), mudah tertidur ( drowsiness ),
dan tidak ada respon (unresponsiveness).

Ada beberapa lokasi bagian tubuh yang dilakukan pemeriksaan stimulasi, antara lain:

a. tekanan pada jari

b. cubitan pada trapezius

c. cekukan supraorbita
Selain itu, ada 2 macam respon fleksi yang dilakukan oleh tubuh dalam pemeriksaan
fisik :

a. Fleksi abnormal : Gerakan stereotype yang lambat Lengan melipat ke dada Rotasi
lengan bawah Ibu jari mengepal Ekstensi kaki
b. Berulang : Berulang bervariasi Menjauhkan lengan dari tubuh
F. PEMERIKSAAN FISIK SECARA HEAD TO TOE

1. Pemeriksaan Kepala
Kepala

 Riwayat Sakit Kepala

Sakit Kepala biasanya tidak terkaitkan dengan penyakit penting. Ciri-ciri, waktu
terjadinya, lokasi, dan gejala-gejala ia dan tanda-tanda yang berkaitan dengan sakit
kepala menunjukkan asal sakit kepala tersebut. Tanyakanlah pertanyaan-pertanyaan
yang terarah untuk memeperjelas tiap-tiap ciri tersebut.

Ciri sakit kepala yang disebabkan oleh dilatasi pembuluh darah adalah berdenyut.
Tumor yang letaknya dalam menyebabkan nyeri tumpul, dalam, seperti sakit gigi.
Nauralgia menyebabkan nyeri seperti ditusuk- tusuk ketegangan menyebabkan rasa
tertekan atau nyeri seperti rasa tertekan pita yang melingkar .

Waktu terjadinya juga menyarankan diagnosis tertentu. Biasanya, sakit kepala


yang menjadi ketika bangun tidur lebih penting pada kalau terjadi menjelang malam hari.
Hipertensi, sinusitis, dan tumor menyebabkan sakit kepala pagi hari. Sakit kepala
Karena ketegangan dan kelelahan mata akibat astigmatisme ringan sering kali
memburuk pada siang dan malam hari. Sakit kepala yang telah diderita selama
bertahun-tahun kemungkinan besar tidak berkaitan dengan neoplasma.

Mintalah pasien menunjukan dengan tepat kelokasi nyeri. Nyeri karena penyakit
intracranial dialihkan sesuai dengan lokasi penyakitnya. Massa lesi diatas tentorium
serebeli mengalihkan nyerinya kecabang-cabang nervus kranial ke lima. Nyerinya
dirasakan didepan telinga. Lesi dibawa tentorium dialihkan kedaerah distribusi nervus
kranial kesembilan dan kesepuluh, dibelakang telinga. Migan biasanya unilateral dan
sering kali didahuli oleh aura atau tanda peringatan, biasanya visual. Nyeri kepala
karena ketegangan kepala hampir selalu terjadi terjadi didaerah oksipital karena
berkaitan dengan spasme muskulus paraspinosus leher. Peradangan sinus frontalis
dan maksilaris menyebabkan nyeri didaerah sinus-sinus tersebut. Nyeri tersebut
mungkin dialihkan oksiput bila mengenai sinus sfenoid.

Gejala-gejala yang berkaitan memberikan pentujuk penting dan kadang-kadang


hanya secara samar-samar. Batuk malam hari dalam tetesan post nasal (post nasal
drip). Memperkuat diagnosis penyakit sinus. sakit kepala pagi hari pada pria yang
mengalami kelelahan kronis, obesitas, dan pletorik dengan pola tidur terganggu dan
mengorok keras menunjukkan terjadinya abnea waktu tidur dan hipoksia malam hari
sebagai penyebab sakit kepala. Defisit neurologis atau serangan kejang mengarah
pada penyakit serebrovaskuler atau tumor.

Arteri arteri duralis, arteri-arteri pada dasar otak, dan sinus-sinus venosus yang
besar mengindera sakit kalau terjadi spasme atau kalau sangat membengkak. Faktor-
faktor seperti demam, retensi karbon dioksida atau karbon monoksida, dan hi poksia
mengubah tonus pembulun darah serebral dan dapat menyebabkan sakit kepala.
Peradangan arteri temporalis pada arteritis temporalis dapat menyebabkan sakit kepala
dan mialgia di daerah bahu dan ekstremitas superior Peningkatan tekanan intrakranial
me- regangkan selaput otak dan juga struk tur-struktur vaskuler. Tarikan atau de sakan
pada selapu otak mungkin menye babkan nyeri pada penderita tumor otak.Batuk dan
mengejan lebih meningkatkan tekanan intra kranial dan memperberat nyeri pada tumor
otak karena pening- katan tekanan intra kranial. Tumor otak juga menyebabkan muntah
proyek Yang khas pada jenis muntah khusus ini ialah muntahnya tidak berkaitan
dengan rasa mual, terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan keluarnya isi lambung
dengan kekuatan besar.

 Pemeriksaan kepala

Pemeriksaan kepala dan leher dimulai dengan inspeksi kepala. Penemuan-


penemuan dipastikan dengan palpasi. Perhatikan tujuh ciri berikut ini: konfigurasi umum,
simetri, penonjolan tulang, distribusi rambut, ciri-ciri kulit ekspresi muka, dan kontak
mata. Secara singkat periksalah tekstur rambut dan turgor kulit. Pada keadaan klinis
tertentu, palpasi Alteri temporalis dan kelenjar Paris serta kelenjar submandibularis dan
perkusi sinus-sinus akan memberikan informasi yang berguna.

 Penemuan umum
Perkembangan otak, pembentukan tulang, dan
faktor-faktor menentukan bentuk tengkorak. Hidrosefalus
dan mikrosefalus merupakan contoh dramatis dan
respons tengkorak terhadap pertumbuhan otak.
Hidrosefalus pada masa anak-anak menyebabkan
lempeng-lempeng tulang tengkorak saling terpisah jauh,
dan penutupan Situraja mungkin tidak pernah terjadi. Wajah normal sampai Telinga,
diatas kepala mungkin membersar secara aneh. Bila Hidrosefalusnya berat mata
pasien terdorong ke bawah sehingga ia kelihatan seperti sedang melihat kelantai. Suatu
cahaya terang yang ditempelkan ke kepala dalam ruangan gelap akan menimbulkan
transiluminasi kranium. Perkusi dengan ujung jari tengah pada sisi tengkorak akan
menimbulkan bunyi seperti"potretak". Kalau otak tidak berkembang, Tengkorak tidak
membesar, sehingga terjadinya mikrosefalus.

Proprosi tengkorak Normal tergantung pada urutan penutupan Sutura yang tepat.
Bila suatu Sutura menutup secara prematur, akan terjadi kraniosiostosis, suatu bentuk
kepala yang abnormal yang asimetris. Pertumbuhan selalu terjadi dalam arah tegak
lurus garis sutura. Bila suatu Sutura menutup, terjadi pertumbuhan kompensatoris pada
Sutura yang masih terbuka. Bila Sutura sagitalis menutup secara prematur,
pertumbuhan lateral berhenti dan ini dikompensasi pertumbuhan anteroposterior,
menghasilkan kepala yang kecil panjang, skafosefali. Seandainya Sutura koronaria
menutup, pertumbuhan anteroposterior berhenti dan tengkorak menjadi pendek, lebar,
seperti kerucut yang disebut akrosefali. Bila separuh koronaria menutup secara
prematur, sisi tersebut akan menjadi datar dan orbita pada sisi tersebut meninggi,
plagiosefali.

Frontal bossing adalah menonjolnya tulang-tulang frontal. Ini menyebabkan dahi


terlihat menonjol dan garis rambut terlihat menonjol dan garis rambut terlihat lebih
kebelakang. Hal ini terlihat pada pasien lanjut usia dengan penyakit paget stadium
lanjut dan pertumbuhan tulang yang berlebihan. Pada anak-anak penonjolan tulang ini
disebabkan oleh periostitis pada sifilis kongenital atau riket. Banyaknya aliran darah
pada tulang-tulang penderita penyakit paget kadang-kadang menimbulkan bising (bruit)
yang terdengar pada auskultasi tengkorak. Demikian pula, bunyi napas mungkin dapat
didengar pada tengkorak penderita penyakit pegat.

Palpasilah selalu tengkorak bila pasien mengeluh sakit kepala, terutama bila ada
pembengkakan yang berdiri sendiri. Kulit kepala dan tulang tengkorak merupakan
tempat umum penyakit mentaati kebenaran. Nodul arteri temporalis yang nyeri tekan
kadang-kadang ditemukan pada pasien-pasien lanjut usia dengan arteritis temporalis
stadium lanjut.

Beberapa faktor genetik dan hormonal mempengaruhi rambut kepala. Resesi


frontal garis rambut terjadi karena pengaruh testoteron. Hal ini sangat membantu dalam
Membedakan virilidasi dengan hirsutisme biasa. Viritilasasi pada wanita menyebabkan
bertambahnya pertumbuhan rambut atau hirsutisme, resesi temporal garis rambut dan
pembesaran klitoris. Hirsutisme menyebabkan bertambahnya jumlah rambut tanpa ciri-
ciri lainnya. Banyak kelainan genetika juga menyebabkan garis rambut rendah dibagian
posterior. Kebotakan adalah suatu sifat yang diturunkan dan dapat terjadi pada wanita.
Bila kebotakan terjadi dengan pola yang tidak umum atau karena suatu penyakit, obat,
dan toksin dapat menyebabkan kerusakan folikel rambut dan menimbulkan alopesia.

Ekspresi wajah dan kontak mataemberikan petunjuk tentang keadaan emosional


pasien. Jangan mengabaikan penemuan-penemuan penting ini.

Mata

 Tinjauan umum

Mata mengandung lebih banyak informasi diagnostik dari pada organ-organ lain
yang ada untuk diagnosis fisik. Vaskularisasinya saja memungkinan diagnosis anemia,
diabetes, hipertensi, keadaan hiperviskositas, dan arteritis. Kelainan endokrin seperti
hipo- atau hipertiroidisme dapat juga diduga melalui penemuan-penemuan pada mata.
Neurooftalmologi cukup rumit sehingga memerlukan ketekunan sepanjang karier klinis.
Enam dari 10 saraf kranial, lintasan simpatis dan parasimpatis mendatangi struktur-
struktur mata. Kelainannya mungkin terletak jauh tetapi berefek pada penglihatan dan
dapat dilihat. Contohnya adalah ptosis, miosis dan anhidrosis para sindrom Horner.
Sindrom ini disebabkan oleh gangguan dalam lintasan simpatis ke mata dan mungkin
merupakan penemuan satu-satunya pada karsinoma prostat paru yang
menginformasikan saraf simpatis yang berdekatan.

Sekali pun tidak ada tanda-tanda penyakit sistematik pada mata ini, mata tetap
perlu diperiksa dengan seksama. Penglihatan adalah sedimikian berharapyang
sehingga kelalaian menghindari kebutaan yang dapat dicegah merupakan suatu
kekejaman yang luar biasa.

 Riwayat Penyakit Mata

penyakit mata dipusatkan pada empat persoalan: nyeri, perubahan penglihatan,


perubahan anatomis dan gangguan fungsi.

 Nyeri Mata

Empat proses penyebab nyeri mata peradangan, peningkatan tekanan mata,


gangguan fungsi korpus siliaris, dan ke- lainan fokus.

Iritis atau iridosiklitis, peradangan kamera okuli anterior, umumnya nyeri dan
menyebabkan peradangan mata. Konjungtivitis, penyebab lain peradangan mata,
biasanya tidak menyebabkan nyeri. Dari keduanya iritis jauh lebih berbahaya. Abrasi
kornea yang kecil sekalipun, karena memiliki banyak persa- rafan, menimbulkan rasa
nyeri hebat dan mungkin tidak berkaitan dengan pe- radangan mata. Mata juga menjadi
nye- ri bila diregangkan. Glaukoma adalah pe- ningkatan tekanan bola mata secara ab-
normal sekunder terhadap penyumbatan aliran keluar cairan mata. Bila tekanan
meningkat secara mendadak, seperti pada glaukoma akut, rasa nyerinya dapat sangat
hebat sehingga terjadi mual dan muntah.

Fotobia adalah keengganan meli- hat cahaya, biasanya karena cahaya ter- sebut
menyebabkan rasa nyeri. Cahaya yang sangat kuat akan menimbulkan rasa nyeri pada
orang normal. Orang- orang albino, yang kekurangan pigmen penyaring protektif pada
iris dan retina nya, akan menghindari canaya. Infeksi sistemis, terutama penyakit virus
dan riketsia, mungkin berkaitan dengan foto- fobia. Di sini, nyerinya berupa mialgia
korpus siliaris. Posisi istirahat iris adalah bila ia berdilatasi. Cahaya memaksa otot-otot
korpus siliaris untuk berkon- traksi, dan hal ini menimbulkan nyeri.
Astenopia atau ketegangan mata adalah kelemahan mata atau mata mudah
merasa lelah. Kesulitan melihat dengan jelas, nyeri Mata, dan sakit kepala menarik
perhatian anda kepada kelainan ini. Kelainan tersebut disebabkan oleh banyak sebab
seperti gangguan refraksi miopi dalam gangguan melihat jauh atau hiperopia atau
gangguan melihat dekat astigmatisme atau dalam kelengkungan kornea dan phoria
atau ketidak seimbangan otot.

 Perubahan penglihatan

Perubahan kemampuan melihat menakutkan bagi kebanyakan pasien sehingga


mereka segera datang berobat. Bila gangguan pengelihatannya parsial seperti
hilangnya sebagian lapangan pengelihatan atau skotoma (bintik buta) atau unilateral,
mungkin tidak diperhatikan. Misalnya, seorang pasien yang menderita tunnel vision
atau hemianopsia bitemaporalis mungkin tidak mencari pertolongan sampai telah
merusak beberapa pintu garasi. Kehilangan daya penglihatan menunjukan adanya
gangguan antara korneo dan lobus oksipitalis otak. Empat ciri khas perubahan
pengelihatan seringkali memungkinkan ditegakkannya suatu diagnosis sebelum
pemeriksaan dilakukan. Ciri-ciri tersebut mencakup : kehilangan daya penglihatan yang
bersifat khusus, mula terjadinya, lama sakit, dan masalah-masalah yang berkaitan.

Diplopia atau penglihatan ganda terjadi bila bayangan yang jatuh pada kedua
retina tidak bersesuaian. Koordinasi yang rumit pada kedua set otot eksotraokuler dapat
terganggu oleh penyakit-penyakit otot, orbita, atau nervous kranial. Tentukan lah
apakah timbulnya secara berangsur-angsur atau memdadak, arah pandangan di mana
diplopia tersebut paling jelas dan paling ringan, dan apakah kedua bayangan tersebut
terletak berdampingan atau atas-bawah. Tentukan lah apakah masalah tersebut hilang-
timbul atau terus-menerus. Tanyakanlah penyakit-penyakit yang berkaitan. Misalnya,
diabetes biasanya menyebabkan diplopia sementara sekunder terhadap Neuropati
sementara sekunder terhadap Neuropati nervous kranial setempat. Miastenia gravis,
yang disebabkan oleh gangguan fungsi biokimiawi pada siapa antara saraf dan otot,
dapat menyebabkan diplopia yang hilang-timbul.
Adanya bintik didepan mata sering menjadi keluhan pasien. Setiap benda asing
diantara kornea dan retina yang merintangi cahaya dinyatakan sebagai bintik. Riwayat
penyakit dapat memberitahukan Anda dengan tepat tempat rintangan tersebut sebelum
anda memeriksa pasien. Benda asing didepan dlpensa bergerak searah pandangan,
yaitu kalau pasien melihat ke kiri maka bintik tersebut juga bergerak ke kiri, bintik
tersebut bergerak ke kanan. Debris yang melayang-layang dengan bebas didalam
cairan mata cenderung untuk keluar masuk lapangan penglihatan. Debris ini biasanya
tidak berbahaya tetapi menyusahkan pasien. Sebaliknya, suatu bintik yang menetap
biasakan merupakan suatu cacat tetap seperti kekeruhan kornea.

Kehilangan sebagian lapangan penglihatan disebut derek lapangan penglihatan.


Pasien melaporkan kehilangan penglihatan secara tiba-tiba atau berangsur-angsur,
dalam beberapa detik sampai beberapa menit, pada satu atau dua mata. Hal ini sering
dilukiskan sebagai tirai gelap yang menuntupi penglihatan pasien, atau
ketidakmampuan untuk melihat bagian-bagian lapangan penglihatan yang normal
sehingga harus mengatasi dengan memalingkan kepalanya. Serangan iskhemia
sepintas dapat menyebabkan defek lapangan penglihatan yang sementara dan remote.
Cerebrovascular accident dapat menyebabkan defek lengkap atau parsial yang
menetap. Tumor otak menyebabkan defek progresif.

Kalau keutuhan retina tiba-tiba terganggu, kerusakan retina dirasakan sebagai


kilasan cahaya terang yang tiba-tiba, yang diikuti dengan gangguan penglihatan. Kalau
timbul keluhan seperti ini, curigailah terjadinya perdarahan korpus vitreum atau sobekan
retina.

Katarak menimbulkan penglihatan kabur yang progresif lambat. Pasien sering


mengeluh bahwa cahaya uang datang pada waktu malam menimbulkan masalah
khusus. Cahaya tersebut menjadi sangat menyilaukan, suatu efek serupa dengan yang
timbul kalau melihat cahaya yang datang melalui kaca depan mobil selama hujan lebat.
Pendidikan glihatan kabur juga disebabkan oleh faktor-faktor ya g menyebabkan
perubahan bentuk lensa, seperti hiperglikemi aja pada diabetes. Gambar berkabut pada
penglihatan dapat disebabkan oleh glaukoma. Melihat warna kuning dalam lapangan
penglihatan mungkin menjadi keluhan pasien yang menderita intoksikasi obat yang
lazim terjadi, dosis berlebihan digitalisas. Definisi vitamin Atau dapat menimbulkan
rabun senja. Pasien mengeluh tentang berkurangnya penglihatan dimalam hari,
sedangkan penglihatan disiang hari masih baik.

 Perubahan anatomi dan gangguan fungsi

Mata merah dapat disebabkan oleh peradangan konjugtiva, iris atau uvea atau
pendarahan subkonjungtiva. Infeksi konjungtiva, walaupin mengkhawatirkan l, biasanya
tidak nyeri. Demikian pula, pendarahan elsubkonungtiva biasanya lebih menakutkan
ketimbangan simtomatis. Batuk atau bersin yang menyebabkan penemuan insidentalimi
sering terlupakan. Iritis, seperti dijalan diatas, menyebabkan nyeri Mata.

Pada kelopak mata yang bengkak harus ditanyakan tentang gatal kongkutiva
dan tanda-tanda keadaaan alergi lainnya. Kelopak mata yang bengkak dan edema
pesisir mengarah kepada penyakit ginjal atau penyakit lain yang menyebabkan
kehilangan protein. Edema periorbital dapat terjadi pada hipotiroidisme.

Eksoftalmus adalah penonjolan abnormal bila mata dari orbita. Hipertiroidisme,


tumor didalam orbita. Hipertroidisme, tumor didalam orbita, dan distilasi arteriovenosa
dapat menyebabkan eksoftalmus. Eksoftalmus unilateral biasanya berarti penyakit lokal,
tetapi kadang-kadang pasien hipertiroidisme Menderita perubahan unilateral.

Anatom

Pemeriksaan mata
Inspeksi orbita dan letak mata

Perhatikanlah alis mata, yang tumbuh dengan sangat lambat. Hilangnya


sepertiga alis mata kadang- akdangn dijumpai pada mikdedema, suatu keadaan yang
disebabkan oleh kekurangan hormon tiroid.. perhatikan letak bola mata di dalam orbita.
Kadang-kadang Anda perlu mengukur letak mata ; jarang-jarang anda bahkan harus
mengauskultasi mata.

Bola mata dibatasi oleh tulang-tulang orbita. Ia dirangkul oleh otot-otot


eksotraokuler pada sisi-sisinya, nerus Optimus Dan bantalan lemak dibagian posterior
dan konjungtiva di bagian anterior..kelainan salah satu struktur ini dapat mengubah
posisi bola mata didalam orbita. Posisi ini dapat diukir. Letakkan lah sebuah penggaris
pada ujung lateral sudut Orbital dan lihatlah dari sisi diseberang pinggir depan kornea.
Pasien menderita eksoftalmus jika jarak dari sudut tersebut ke pengfie anterior kornea
melebihi 16 mm. Jarang-jarang, pada auskultasi bola mata dapat terdengar bising
kontinu yang khas uang disebabkan oleh distilasi arteriobenosa, sampai sejauh Arteria
karotis..untuk mendengarkan kosong pada kolam mata ini, mintalah pasien untuk
menutup kelopak matanya, kemudian dengan hati-hati dan ringan letakan lah bel
stetoskop pada mata.

 Inspeksi kelopak mata

Biasanya inspeksi biasa MB sudah cukup. Kadang-kadang Anda perlu meriksa


permukaan dalam kelopak mata atas. Letakkan lah kapas lidi kira-kira pada sepertiga
bawah kelopak mata atas. Tariklah bulu mata kelopak mata atas. Tariklah bulu mata ke
bawah dan keluar dan balikkan lah kelopak mata pada lodi tersebut untuk
memperlihatkan konjungtiva palpebra.

Sudut uang terbentuk dibagian medical dan lateral oleh pertemuan kelopak mata
atas dan bawah disebut kanthus. Lipatan kulit ditambahan yang menutupi sudut ini
disebut lipatan epikanthus.

Jarak kedua mata dapat berbeda-beda pada penyakit kongenital. Jarak antara
kedua kanthus interna tidak boleh lebih dari 40mm antara kedua pupil tidak lebih dari 75
mm dan antar kedua kanthus eksternal tidak lebih dari 95mm. Bila batas-batas ini
dilampaui terjadi hipertelorisme okuler.

Perhatikan posisi kelopak mata relatif terhadap mata. Ini ditentukan oleh tiga
kumpulan otot : muskulus orbikularis okili uang dipersarafi oleh N. III, dan otot polos
Muller yang dipersarafi oleh saraf-saraf simpatis dan parasimpatis. Biasanya kelopak
mata atas melewati kornea pada ketinggian yang tepat menyentuh iris.

Aparatus lakmilarister terdiri dari glandula lakrimalis pada dinding luar atas orbita
anterior dan punkta atas dan bawah yang mengalirkan cairan dari Margo palpebra
medial atas dan bawah. Keadaan aparatus lakrimalis dapat diperiksa dengan tes
schirmer. Pakailah sepotong kertas penyaring dengan lebar 5 mm dan panjang 2cm.
Lihatlah kertas ini beberapa pa mm dan letakkan didalam sakus konjungtiva pada
kelopak mata bawa setelah 5 menit kelenjar lakrimalis normal akan menghasilkan. Air
mata yang cukup untuk membasahi potongan kertas penyaring sepanjang 15 mm atau
lebih.
Inspeksi iris, sklera dan kornea

Periksalah sklera untuk melihat peradangan dan perubahan warna (ikterus).

Kornea dapat diperiksa secara langsung atau dengan bantuan oftalmaskop. Ia tidak
mengandung pembuluh darah sama sekali dan mempunyai banyak persarafan. Epitel
kornea yang halus mudah rusaknya hutan menimbulkan akibat-akibat yang serius.
Untuk membantu diagnosis gangguan pada epitel kornea, pakailah kertas penyaring
yang diimplementasikan dengan fluoresein. Ujung kertas tersebut dengan hati-hati
diletakkan pada konjungtiva kelopak mata bawah. Fluoresein akan berdifusi dengan
cepat di permukaan bola mata dan akan menimbulkan warna yang terang pada setiap
kerusakan epitel.

Humor akuers pada kamera okili anterior biasanya jernih. Oris normal harus
bulat dan simetris. Perubahan Fungsional dalam ukuran pupil terjadi melalui pengaruh
saraf simpatis dan parasimpatis yang terdapat didalam N.III
Reaksi pupil harus diperiksa dalam beberapa cara. Pertama, sinarilah dengan
cepat dan langsung ke dalam salah satu mata dan perhatikanlah kontraksi ruang
normal. Pegang lah senter anda 15cm dari orbita dan dibagian lateral nya, kemudia
gerakkan dengan cepat didepan mata. Biasanya terjadi reaksi berlebihan untuk waktu
singkat yang diikuti dengan dilatasi ringan. Kemudoa, sinarilah salah satu mata dan
perhatikan reaksi pada mata lainnya, refleks konsensual. Kedua tindakan ini
membuktikan keutuhan busur dari reseptor ke efektor baik pada mata yang diperiksa
maupun pada mata kontralateral. Konstraksi terjadi pula kalau mata berakomodasi
untuk melihat dekat. Mintalah pasien untuk memusatkan penglihatannua pada benda
yang jauh kemudian dengan cepat memusatkan penglihatannua pada jari anda yang
terletak pada 20-30 cm di depan matanya. Perhatikan kontraksi pupil.

Pemeriksaan otot-otot ekstraokuler

Fungsi motorik ekstraokuler diperiksa dengan konfrontasi. Mintalah pasien untuk


memusatkan pandangannya pada jari anda. Jarak jari tangan anda dengan hidungnya
45cm. Mintalah pasien untuk mengikuti gerakan jari tangan anda dengan matanya,
tanpa mengerakkan kepalannya. Gerakaan jari Anda ke kanan, dan kemudian ke kiri
dari posisi semula. Kemudian gerakkan lah jari Anda ke atas dan kebawah dan kembali
ke posisi semula. Ketika pasien mengikuti jari anda dengan matanya, gerakkan lah jari
anda mendekati pasien dan sentuhlah hidungnya. Ketidak mampuannya untuk
menggerakkan mata dalam arah tertentu menunjukan inkompentensi otot, baik karena
penyakit otot tersebut maupun karena penyakit pada persarafan nya. Paresis saraf
akan dibicarakan dalam bab lain.

Pastikanlah adanya kelemahan otot yang hampir tidak kentara dengan tes
penutup. Pasien menatap ke suatu sumber cahaya, lalu tutuplah salah satu mata dan
kemudian mata lainnya. Mata yang sedang ditutup akan menyimpang ke posisi istirahat.
Ketika penutup tersebut dipindahkan ke mata lain, perhatikan lah gerakan mata yang
baru saja dilepaskan penutupnya itu. Maka yang tadinya sedang istirahat akan
terfikasasi kembali dan bergerak ke arah sentral. Pada eksofara, mata bergerak ke
lateral kalau beristirahat dibawah penutup. Mata tersebut akan bergerak ke medial
kalau penutupnya dibukan

Strabismus atau juling adalah penyimpangan mata yang tidak dapat diatasi oleh
pasien. Kedua mata tidak mempunyai arah pa dangdut yang sama, sehingga terjadi
diplopia. Heteroforia ( sumbu penglihatan yang tidak sejajar) berat menimbulkan
strabismus. Kalau sudah berlangsung lama, strabismus menyebabkan penekanan daya
penglihatan satu mata-mata suatu keadaan yang dikenal sebagai ambliopia.

Arahkanlah sinar sebuah lampu senter kecil ke pasien, dengan jarak beberapa
kali untuk mendeteksi strabismus yang tidak kentara. Sinar yang dipantulkan harus
muncul sedikit ke arah masalah dari pusat dan pada tempat yang sama durian bola
mata. Tes penutup juga berguna jika mata yang memeriksa di ditutup, mata yang
menyimpang akan terfikasasi dan bergerak ke atas sentral.

Pemeriksaan tajam penglihatan dan lapangan penglihatan

Kalau semua struktur-struktur ini berfungsi dengan baik, hasil akhirnya adalah
penglihatan. Setiap gangguan ada tempat ini dapat mengurangi kemampuan untuk
melihat, tajam penglihatan. Lintasan akhir berbusana Optikus ke lobus oksipitalis
melengkapi mekanisme yang rumit ini.

Dalam keadaan normal mata manusia mendeteksi benda-benda yang


membentuk sudut 5 menit. Kartu snellen terdiri dari huruf-huruf dengan ukuran yang
makin mengecil angka pada tiap deret hruuf menunjukan jarak (dalam kaki) dimana
huruf-huruf tadi akan berada dalam sudut 5 menit - jadi "200" berarti bahwa pada jarak
200 kali huruf-huruf tadi masih dapat dibaca oleh mata normal. Pemeriksaan dilakukan
pada jarak 20 kaki. Tajam penglihatan ditentukan sebagai berikut:

Jarak pasien dari kartu tes per Jarak di mana orang normal dapat membaca
huruf tersebut

Jika seseorang pasien hanya dapat melihat huruf 200 yang berukuran besar
pada 20 kaki, tajam penglihatanmua dinyatakan sebagai 20/200. Kartu kecil yang
berusia huruf-huruf uang makin mengecil tersedia untuk pemeriksaan dengan jarak
baca satu lengan dan bermanfaat untuk pemeriksaan di tempat tidur pasien.

Ingatlah untuk memeriksa tiap mata secara individual, degan menutup mata
yang lainnuam kemudian periksalah tajam penglihatan mata tanpa memakai kaca mata,
jika pasien tersebut berkaca mata. Akhirnya, jika tajam penglihatan berkurang, ulangi
lah pemeriksaan dengan pasien melihat lubang kecil. Tes terakhir ini memperbaiki
kesalahan refraksi.

Pakailah kartu inshihara untuk memeriksa penglihatan warna. Tiap kartu


mempunyai latar belakang yang terdiri dari titik-titik berwarna, dan pada latar belakang
inilah terdapat angka-angka yang dibentuk oleh titik-titik berwarna yang mungkin
dikeluarkan dengan latar belakang. Orang dengan latar belakangnya. Orang dengan
penglihatan warna normal akan dapat melihat angka tersebut, sedangkan pasien buta
warna tidak dapat. Sebagai penyakit yang berkaitan dengan kromosom seks, buta
warna terjadi pada 4% dan 0,3% wanita.

Lapangan penglihatan diperiksa dengan konfrontasi. Anda menyesuaikan


lapangan penglihatan anda, dengan mengandaikan bahwa lapangan penglihatan anda
normal. Duduklah berhadap-hadapan dengan pasien, dengan kepala anda sama
tingginya dengan kepala pasien kira-kira berjarak 1 meter. Pasien menutup mata
kanannya dan anda menutup mata kiri anda. Anda melihat kepasien anda, dan
demikian juga sebaliknya. Sekarang ambillah sebuah kapas lidi dan gerakan lah ke
dalam lapangan penglihatan anda. Gerakan ujung kapas lidi tersebut kedalam bintik
buta anda. Ini biasanya akan ditemukan dengan menggetarkan ujutng kapas lidi
tersebut ke jam 9, 15 cm jauhnya dari garis yang menghubungkan mata anda dengan
mata pasien. Ujung kapas lidi tersebut akan menghilang.. gerakanlah benda tersebut
bolak-balik diantara Anda dan pasien sampai ia juga berada didalam bintik buta pasien.
Sekarang anda mengetahui bahwa benda tersebut sama jauhnya dari anda berdua.
Selanjutnya, gerakanlah ujung benda tersebut kedalam berbagai kuadran lapangan
penglihatan. Carilah titik-titik paling tepi yang tidak dapat dilihat lagi oleh pasien. Ulangi
lagi pemeriksaan ini dengan menutup mata lainnya. Lubang pada lapangan penglihatan
kalau dipetakan dengan seksama, dapat dipakai untuk menentukan lokalisasi anatomi
lesi karena serabut-serabut NII mempunyai perjalan yang tepat kedalam otak.

Pemeriksaan oftalmoskopik
Oftalmoskop adalah sumber cahaya yang mempunyai serangkaian lensa yang
dapat difokuskan pada jarak yang berbea-beda. Kebanyakan oftalmoskop
dikaliberasikan dalam dua skala, hitam untuk dioptri (satuan ukuran untuk panjang
fokus) positif dan merah untuk dioptri negative. Pada angka hitam yang besar, benda-
benda dekat berada di titik fokus. Makin besar angka merah, makin jauh letak benda-
benda yang berada dititik fokus. Mulailah melihat benda-benda yang dekat dengan
anda., jadi mulailah dengan angka hitam yang besar, kemudian putarlah skala kea rah
0 dan kemudian keangka merah ketika anda melihat benda-bendayang makin jauh.
Misalnya kornea, paling baik dilihat dengan lensa hitam 15 atau 10. Lensa mata
sebaiknya diperiksa dengan lensa hitam 6, dan retina dengan lensa merah 1 sampai 3.

Banyak oftalmoskop diperlengkapi dengan berbagai macam lensa pada sumber


cahayanya. Lensa-lensa ini nakan menimbulkan bintik putih bulat, bintik putih dengan
kisi-kisi, bintik hijau bulat, atau celah cahaya longitudinal. Pemakaian sumber cahaya
yang berbeda-beda ini akan dibicarakan di bawah ini. pakailah oftalmoskop di ruang
gelap untuk membuat pupil berdilatasi maksimal, aturlah posisi pasien , posisi anda
sendiri, dan pakailah beberapa teknik dan intruksi sederhana untuk memeriksa seluruh
fundus. Mintalah pasien untuk memandang benda 8-12 kaki jauhnya. Untuk memeriksa
retina anda harus melihat melalui lensa pasien, yang dapat mengubah-ubah fokus anda.

Mengatur posisi pasien. Pasiem sebaiknya duduk di pinggri tempat tidur. Untuk
memeriksa mata kanan, naikkanlah tempat tidur tersebut sampai lutut kanan anda tepat
lateral terhadap kanan pasien. Mintalah pasien untuk melihat melalui bahu kanan anda
dan memusatkan pandanganya pada sebuah benda yang jarakna kira-kira 12 kaki, di
atas dan di belakang bahu anda. Kalau pasien sudah memusatkan pandangannya,
miringkanlah kepala pasien ke belakang sampai iris berada ditengah orbita.

Posisi dokter. Pemeriksaan anda akan berjalan terputus-putus jika posisi anda
tidak enak. Pasien sebaiknya duduk di pinggir tempat tidur, dengan sedikit memiringkan
tubuhnya ke depan , dan tungkai bawahnya berjuntai lurus ke bawah. Kalau anda
memiringkan tubuh ke depan untuk memeriksa pasien, punggung anda tidak boleh
membentuk sudut lebih dari 20 derajat. Jika anda merasa tidak enak, ubahlah posisi
pasien. Stabilkanlah tangan anda, peganglah oftalmoskop dengan mengekstensikan
dua jari terakhir dan meletakkan permukaan dorsalnya secara ringan pada pipi pasien.

Intruksi kepala pasien. Beritahukanlah kepada pasien hal-hal yang akan anda
lakukan dan hal-hal yang harus dikerjakannya untuk membantu anda. Berikanlah
intruksi sebelum anda mulai memeriksa. Anda harus meminta pasien untuk
menggerakan matanya agar anda dapat memeriksa seluruh retina.

Mula-mula , mintalah pasien untuk memusatkan pandangannya. Beritahukanlah


bahwa cahaya lampu senter anda akan mengaburkan penglihatannya, tetapi
pandangannya harus tetap terpusatkan. Pastikanlah bahwa ruangan tersebut gelap dan
tidak ada pantulan kornea yang berarti. Kedua, beritahukanlah pasien anda bahwa ia
harus menggerakkan matanya untuk pemeriksaan ini. perlihatkanlah bagaimana anda
akan mengetuk dengan perlahan-lahan pada pelipis kanannya, puncak dahinya, dan
pelipis kirinya. Mintalah pasien anda untuk melihat pada tempat yang anda ketuk tiap
kali tanpa menggerakkan kepalanya. Selanjutnya, suruhlah pasien untuk “melihat ke
bawah”. Beritahukanlah pasien bahwa anda akan memegang ujung kelopak mata
atasnya dengan hati-hati ketika ia melihat ke bawah. Ini akan membuat anda dapat
melihat daerah retina bawah. Perintah terakhir anda adalah melihat langsung ke
sumber cahaya. Anda akan menyelesaikan emeriksaan dengan memeriksa fovea.

Untuk memeriksa mata kanan, peganglah oftalmoskop dengan tangan kanan


anda dan lihatlah dengan mata kanan anda. Jari telunjuk tangan kanan anda terletak
pada jetera fokus. Peganglah alat ini sedemikian rupa sehingga sinarnya jatuh pada
pupil dan anda dapat melihat reflex merah, pantulan merah terang dari retina. Sekarang
gerakanlah alat ini ke arah mata sampai buku jari tengah anda menyentuk arkus
zigomatikus. Lihat melalui peneropong, dimulai dengan lensa hitam (+) 15 untuk
memusatkan pemeriksaan pada kornea, kemudian kamera anterior, lensa, korpus
vitreous, dan akhirnya retina dengan mengubah-ubah kekuatan lensa ke angka hitam
yang lebih rendah, 0, dan kemudian ke skala merah.

Lensa, lensa hitam (+) 6 pada oftalmoskop akan membuat lensa mata berada di
dalam fokus. Lensa mata yang normal jernih

Retina. Retina memberikan kesempatan yang tidak ada taranya untuk


memvisualisasikan saraf cranial dan arteriol akhir secara langsung. Arteri sentralis
retina adalah cabang arteri oftalmika yang dipercabangkan oleh arteri karotis interna.
Lensa 0 sampai merah (-) membuat retina berada di dalam fokus. Arteri sentralis retina
memasuki fundus dibagian tengah diskus optikus dan segera bercabang menjadi arteri
papilaris superior dan inferior . pada tepi diskus, masing-masing arteri ini bercabang lagi
menjadi cabang nasal dan temporal. Vena-vena retina mempertahankan hubungan
yang erat. Biasanya pembuluh-pembuluh ini sangat halus dan tembus cahaya. Yang
terlihat dengan oftalmoskop adalah kolom darah yang terlihat sebagai garis merah.
Dindingnya sendiri hanya terlihat sebagai garis pantulan cahaya yang tipis dan terang.
Lebar seluruh arteriol dibandingkan dengan lebar garis putih tersebut merupakan
indicator sebuah penyakit yang penting.

Teknik-keknik Khusus

Humor akueus keluar melalui kanalis schlemm yang terdapat di kamera bulbi
anterior pada sudut antara iris dan kornea. Setiap sumbatan ini menimbulkan glaukoma.
Gaucoma sudut sempit terjadi apabila kamera bulbi anterior dangkal. Dengan memakai
oftalmoskop dan celah cahaya pada bagian depan kornea, lihatlah dari samping. Anda
akan melihat dua berkas pantulan cahaya. Satu berkas melengkung pada bagian depan
kornea dan berkas lainnya pada iris. Glaucoma sudut terbuka disebabkan oleh
perubahan degeneratif yang menyumbat aliran kedalaman kamera okuli anterior normal.

Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler dan gangguan


penglihatan yang progresif. Palpasi bola mata saja sudah memberikan banyak
informasi kepada pemeriksa yang berpengalaman. Tonometer impressi mengukur
dalamnya lekuk bola mata yang disebabkan oleh plunger dengan bentuk, diameter dan
berat tertentu. Misalnya saja pada tonometer schiotz. Kornea dianestesi dengan pasien
dalam posisi berbaring. Alat ini dengan hati-hati diletakkan secara vertikal pada kornea.
Pembacaan pada skala diubah dalam mmHg dengan melihat tabel yang dibuat menurut
berat yang dipasang pada plunger. Batas normalnya adalah 10-22 mmHg.

Penemuan-Penemuan Lazim

 Inspeksi Kelopak Mata

Karena cidera atau usia lanjut, lempeng tarsal dapat menjadi lemah sehingga
timbul ektropion (eversi) atau entropion (inversi) kelopak mata. Hordeulum adalah
infeksi salah satu kelenjar tersebut. Garis-garis halus, linear, vertikal adalah kelenjar
meibomi yang terdapat di sepanjang tepi kelopak mata. Meibomitis adalah infeksi salah
satu kelenjar ini. Terkadang timbul kista pada kelenjar ini, yang disebut khalazion.
Pendarahan subkonjungtiva memberikan petunjuk penting tentang vaskulitis atau
embolisasi, seperti pada endokarditis bacterial.

Lipatan epikanthus merupakan ciri dari anak dengan down sindrom


(mongolisme). Ptosis yaitu turunnya kelopak mata atas, terjadi pada gangguan lintasan
raf- N III, VII, atau parasimpatis-kelopak mata. Stare adalah peninggian abnormal
kelopak mata atas sehingga sklera yang berwarna putih terlihat di antara margo
palpebra dan iris. Keterlambatan kelopak mata (lid lag) dapat diperlihatkan dengan
meminta pasien melihat ke atas dan secara perlahan-lahan menggerakan matanya ke
bawah.
 Inspeksi Iris, Sklera, Kornea dan kamera Okuli Interior

Konjungtivis adalah peradangan konjungtiva, baik konjungtiva bulbi, palbera,


maupun keduanya. Ia harus dibedakan dengan episkleritis, yang merupakan
peradangan pembuluh darah sklera. Kedua keadaan ini membuat mata menjadi merah.
Pada konjungtivis biasanya ada lingkaran tipis di sekitar limbus yang tidak berwarna
merah, dan episkleritis paling hebat di limbus. Apabila ragu-ragu, peganglah kelopak
mata bawah dan tekan kuat-kuat pada kornea, dan kemudian tarik kelopak mata ke
arah bawah : konjungtivitis akan memucat, tetapi episkleritis tidak.

Endapan kornea yang paling sering ditemukan terdiri dari lipoid dan disebut
arkus senilis. Arkus senilis terlihat sebagai pita tipis berwarna putih susu yang tersusun
di sekitar pinggir kornea biasanya lebih padat di bagian atas dan bawah daripada di
bagian sisinya, tetapi membentuk suatu lingkaran sempurna. Arkus ini merupakan
penemuan normal pada orang yang berusia lanjut, terutama orang kulit hitam, tetapi
kalau dijumpai pasien yang berusia muda, ia mungkin menunjukkan tanda-tanda
hiperlipoproteinema.
Keratopati pita disebabkan oleh endapan garam kalsium di dalam kornea dan
terjadi pada hiperkalsemia yang sudah berlangsung lama. Cincin kayser-fleischer
adalah endapan tembaga yang berwarna coklat keemasan di dalam kornea. Ini hampir
patognomonik untuk penyakit Wilson dan ditemukan pada kira-kira 80% penderita.

Apabila timbul peradangan uvea (iris, korpus siliaris, khoroid), debris berkumpul
di dalam cairan kamera okuli anterior. Kalau terjadi pengumpulan debris, mula-mula
akan terlihat sebagai bintik-bintik kecil pantulan cahaya seperti sinar matahari yang
dipantulkan. Apabila darah keluar dari pembuluh darah dan masuk ke dalam kamera
okuli anterior, ia akan mengendap di bagian bawah sebagai hiphema.

 Pemeriksaan Otot-Otot Ekstraokuler dan Refleks Pupil

Untuk penglihatan binokuler normal, diperlukan koordinasi otot-otot yang halus.


Segala sesuatu yang mengganggu keseimbangan ini menimbulkan heteroforia, atau
penyimpangan mata dari posisinya di bagian tengah. Esoforia adalah kecenderungan
satu mata untuk menyimpang ke arah nasal. Eksoforia adalah kecenderungan satu
mata untuk menyimpang keluar.

Pupil yang ireguler menunjukkan penyakit iris, biasanya uveitis lama. Jaringan
parut atau perlekatan antara kornea dengan lensa, yang disebut sinekia, mengikat iris
dalam satu posisi tertentu pada satu atau beberapa tempat, sehingga menyebabkan
pupil menjadi ireguler.

Pupil Argyll Robertson adalah pupil yang tidak bereaksi terhadap cahaya, tetapi
berkontraksi pada akomodasi. Keadaan ini sering terjadi pada pasien yang terkena
sifilis. Anisokoria, pupil yang besarnya tidak sama, atau setiap kelainan pada reaksi
cahaya berkaitan dengan kelainan pada salah satu tempat berikut ini, salah satunya
adalah penerimaan cahaya melalui nervus optikus ke batang otak.

Pemeriksaan Oftalmoskopik

Setiap kekeruhan lensa disebut katarak. Meskipun etiologinya sangat berbeda-


beda, akibatnya adalah sama, yaitu penurunan daya penglihatan. Pada pemeriksaan
dengan oftalmoskop, katarak terlihat seperti bintik hitam dengan katar belakang merah
karena ia memblokir pantulan cahaya dari retina.

Lensa dapat mengalami dislokasi jika ligamentum penggantungnya robek atau


tidak kompeten. Jika dislokasinya parsial, tepi kurvilinear lensa dapat dilihat menyilang
pupil. Pasien yang menderita penyakit jaringan ikat herediter, seperti sindrom Marfan
atau homosistinuria, cenderung mengalami dislokasi lensa

Retina

Pusatkan perhatian anda pada arteri, vena, diskus, macula, dan keempat kuadran
retina. Arteri lebih tipis dan sedikit lebih pucat daripada vena. Diskus berwarna kuning
kemerahan dengan batas temporal sedikit kurang jelas. Makula jelas terlihat dan normal
dikelilingi oleh halo yang berwarna lebh gelap.

Perubahan Atherosklerotik dan Hipertensif

Penyempitan arteriol setempat menunjukkan spasme, penyempitan umum


menunjukkan vaskulopati karena sebab tertentu. Sklerosis dinding pembuluh darah
mengurangi sifat tembus cahaya sehingga garis cahaya di bagian sentral menjadi lebih
lebar dan lebih terang. Kalau berat, sklerosis menimbulkan pembentukan lapisan yang
terlihat sebagai garis putih yang melapisi pembuluh darah tersebut.
Apabila suatu arteriol bersilangan dengan sebuah vena, mereka mempunyai
sarung adventisial yang sama. Tempat pertautan ini perlu diperiksa dengan cermat.
Sklerosis atau spasme arteri dapat menekan vena tersebut, sehingga menyebabkan
terjadinya takik arteriovenosa.

Pada sklerosis terjadi pula pemendekan arteriol yang menimbulkan perubahan


lain pada tempat persilangan ini. Ketika arteriol memendek, ia menarik vena itu
sehingga vena tersebut membelok pada tempat persilangan.

Perubahan-perubahan diabetic

Mikroaneurisma adalah dilatasi arteriol yang berbentuk kantong-kantong kecil di


dekat tempat percabangannya. Kelainan ini patognomonik untuk diabetes mellitus, dan
dapat menandakan adanya vaskulopati yang serupa di dalam ginjal, nefropati
kimmelstiel-wilson. Mikroaneurisma lebih mudah divisualisasikan dengan filter hijau
yang dipasang pada sumber cahaya. Neovaskularisasi adalah perubahan lainnya yang
terjadi pada diabetes. Ia terlihat sebagai sepotong pembuluh darah baru yang berliku-
liku yang kadang-kadang kelihatan nya tumbuh langsung ke dalam vitreous humor
(gambar 7.20)

Perdarahan ke dalam retina terjadi pada banyak penyakit. Pada bentuk yang
khas, mereka terlihat sebagai daerah kemerahan berbentuk seperti lidah api, yaitu
bintik kecil pada tempat munculnya yang kemudian menyebar dan berbentuk seperti
baji. Perdarahan merupakan penemuan yang sangat penting pada hipertensi, diabetes,
dan hipoksia berat. Eksudat mempunyai bentuk yang berbeda-beda, tergantung pada
lapisan retina tempat terjadinya eskudat tersebut dan etiologinya. Eksudat utih keras
berbatas tegas dan terdiri dari lipophage sebagai respons terhadap hipoksia setempat.
Eksudat kapas mentah berbatas kurang tegas dan biasanya tidak seputih yang pertama.
Ini disebabkan oleh infark iskhemik ada retina. Atherosclerosis dan hipertensi adalah
dua keadaan yang paling sering menyebabkan penemuan ini (gambar 7.21-7.23)

Penyakit-penyakit lain

Sistem Vena juga mempunyai riwayatnya sendiri. Kelainan yang paling dramatis
adalah okulasi Vena sentralisasi dimana seluruh sistem Vena menjadi menggelembung
dan berliku-liku. Pulsa di Vena adalah normal tetapi sulit untuk dilihat. Paling baik
dilukiskan sebagai perasaan bahwa anda melihat sesuatu, adanya pulpasasi Vena
menyingkirkan kemungkinan terjadinya peninggian tekanan intra Krakal. Sindrom
hiperviskositas menyebabkan pengendapan darah vena.
Vena-vena seperti itu terlihat sebagai serangkaian gerbong
barang atau untaian sosis.

Nervus Optikus bukan merupakan


saraf tepi sejati tetapi belum lebih
merupakan saraf tepi sejati tetapi lebih
merupakan perluasan otak yang membawa duramater sampai
ke diskusnya diretina. Serabut-serabut tersebut menyebar dari retina ke diskus. Kalau
dilihat dengan oftalmoso diskus yang normal mempunyai batas yang tegas yang
dibatasi oleh pigmentasi hitam, bagian tengah yang berwarna merah pucat, dan
cekungan ringan. Cekungan ini atau cangkir bisa optik., Menjadi sangat jelas pada
glaukoma yang berlangsung lama. Edema papil menunjukkan peninggian tekanan
intrakranial. Kerucut tekanan yang dihantarkan dengan durameter mengangkat diskus
Optikus dan membalikkannya ke dalam kamera okuli posterior. Batasan ya menjadi
edema dan kabur pulsasi Vena hilang. Pembuluh-pembuluh darah menjadi draped
over , tepi-tepi yang menonjol dan sistem Vena penuh terisi dara.pada pemeriksaan
dengan oftalmoskop mungkin diperlukan perubahan beberapa dioprek untuk melihst
puncak diskus dan kemudian dasar lingkaran.

Atrofi N. Optikus merupakan hasil.akhir kerusakan pada saraf yang tidak


mengalami regenerasi pada atrofi N. Optikus diskus berwarna abu-abu kotor sampai
putih terang tergantung pada banyak nya pembuluh darah yang hilang dan jumlah
proliferasi sel glia

Pigmen retina sangat berbeda- beda di antara orang-orang nirmal. Biasanya,


pigmentasi retina sesuai dengan pigmentasi kulit. Otsmg-orsng yang berkulit kuning
memperlihatkan retina yang pucat, sehingga pembuluh darah terlihat menonjol. Retinitis
pigmentosa adalah suatu kelainan pigmentasi yang khas biasa nya berdiri sendiri.
Dilukiskan sebagai "bone picules". Daerah-daerah hiperpigmentasi yang berukuran
kecil dan berbatas tegas ini mula-mula muncul di daerah tepi dan kemudian meluas
kedekatan diskus.
Khorioretimitis adalah peradangan retina yang menyerang tempat apa saja
diretina. Kalau menyembuh, ia terlihat sebagai kelompok kecil hiper dan hipopigmentasi
yang menjadi bukti terjadinya peradangan terdahulu. Keadaan ini sering disebabkan
oleh penyakit infeksi, seperti histoplasmiosis Karena pigmen retina adalah melani, perlu
diingat bahwa melanoma malihnjm cendrung berasalan dari retina. Suatu bintik hitam
yang sangat padat, biasanya agak menonjol, merupakan gambaran khasnya.
Mengubah bentuk pigmen tersebut. Garis-garis angioid dijumpai pada sebagian orang
normal, pada sebagian pasien dengan penyakit paget pada tulang, dan pada pasien
dengan pseudoxanthoma klastikum.

Ablasi retina adalah suatu peristiwa besar, baik secara simtomatis maupun
secara patologi. Robekan yang terjadi diantara retina dan lapisan pigmen eptiel
menyenakan terkumpul nya cairan di dalam celah tersebut. Retina nya terangkat dan
penglihatan didaerahnya tersebut terganggu. Kalau robekan telah mulai timbul, ia
cenderung menjadi progresif.
Arteri sintralis retina dapat tersumbat oleh embolus,buang mengakibatkan buta
mendadak. Biasanya embolus tersebut berasal dari debris atheromatosa di arkus aorta.
Penyempitan arteriol karena oklusi dan segmentasi kolom Vena (pola " gerbong
barang") yang disebabkan oleh stasis adalah penemuan-penemuan dini. Akhirnya
diskus tersebut akan menjadi pucat dan atrofi.

HIDUNG DAN SINUS

- TINJAUAN UMUM
Keluhan tentang pengeluaran cairan melalui hidung, hidung tersumbat,nyeri,
pendarahan, atau kehilangan kemampuan mencium, menunjukkan gangguan fungsi
hidung dan sinus. Pemeriksaan dasarnya terdiri dari inspeksi mukosa hidung, sepetrum
dan konkha, dan kadang-kadang transiluminasi dan perkusi sinus.

- RIWAYAT PENYAKIT
Gangguan fungsi hidung dapat beruoa kehilangan kemampuan mencium,
ketidakmampuan untuk menyaring atau membersihkan udara atau masalah
melembabkan udara inspirasi. Kehilangan kemampuan untuk mencium merupakan
suatu peristiwa fisiologis yang terjadi dalam proses penuaan. Biasanya keluluhan yang
timbul bukan seperti itu tetapi sebagai kehilangan daya pengecap karena kedua fungsi
in berkaitan erat penyaringan dan pembersihan dilakukan oleh silia epitel traktus
respiratorius dan sel-sel penghasil mukus. Iritasi meningkat sekresi mukus, yang jika
berlebihan atau berkaitan dengan gangguan fungsi silia, mengganggu pasien rinore,
‘Hidung Tersumbat’ atau tetesan postnasal. Epitel hidung banyak mengandung sel
plasma yang menghasilkan antibodi sekretoris IgA dan antiboda alegrik IgE - dengan
demikan dapat terjadi rintis karena hayfever dan bersin bersin karena areaksi alergi.
Dalam konteks ini, riawayat penyakit yang timbul secara musiman atau setelah
pemamparan dengan zat tertentu bermanfaat. Sifat sekret juga penting. Sekret yang
jernih mengarah kepada alergi, infeksi virus, atau respon vasomotor sekret purulen
mengarah kepada super infeksi oleh bakteri.
Cairan yang keluar dari membrana mukosa menghangatkan dan melembabkan
udara inspirasi. Pasien yang mengeluh nyeri kalau bernafas diudara dingin mungkin
menderita pengeringan mukosa hidung.

Gejala nyeri biasanya berkaitan dengan sinus. Peradangan dengan obstruksi


menimbulkan nyeri hebat karena sekresi terus berlangsung tetapi pengeluarannya
terhambat. Pada sinus maksilaris dan frontalis nyeri timbul pada lokasi sinus tersebut.
Sinusitis sfenoidalis menimbulkan nyeri oksipital. Nyeri sinus diperberat oleh segala
sesuatu yang meningkat kan tekanan didalam sinus. Jadi pasien akan menghindari
membungkuk, batuk, bersin, atau membuang ingus.

Epistaksis adalah suatu pengamatn yang mengejutkan tetapi biasanya tidak nyeri.
Tanyakanlah riwayat trauma ringan, infeksi saluran nafas bagian atas atau iritasi
sebagai penyebab lokal, tetapi jangan mengabaikan kemungkinan hipertensi atau
gangguan pendarahan sebagai penyebab yang lebih berbahaya. Mendengkur adalah
pengamatan yang lebih sering menimbulkan keluhan pada pasangannya daripada
pasien itu sendiri. Keadaan ini sering menunjukkan obstruksi hidung, dan tidak boleh
diabaikan begitu saja, terutama pada anak-anak.

Cairan spinal dapat keluar dengan bebas kedunia luar melalui hidung. Faktur dasar
tengkorak dengan robekan kecil pada lamina kribosa membuat cairan serebrospinal
dapat mengalir dengan bebas. Gejalanya adalah keluarnya cairan yang jernih dan
dapat timbul mengingitis yang berulang-ulang. Pengamatan lain yang berkaitan dengan
hidung adalah perubahan warna nada suara. Saluran hidung berfungsi sebagai
resonasi untuk berbicara. Obstruksi menghalangi gema suara.
ANATOMI

Bagian-bagian anatomi hidung

PEMERIKSAAN HIDUNG

Hidung sebaiknya diperaksa dengan speklum hidung dan sumber cahaya yang kuat
yang diarahkan dengan cermin kepala. Untuk pemeriksaan disisi tempat tidur,
spekulum besar pendek pada otoskop sudah cukup memadai. Ingatlah bahwa sumbu
saluran hidung tegak lurus dengan muka, tidak sejajar dengan batang hidung. Untuk
mendapatkan visualisasi yang baik, miringkan kepala pasien ke belakang 45°. Angkat
ujung hidung dengan ibu jari anda. Masukkan spekulum, dengan digerakkan diatas tepi
inferior saluran hidung. Septum nasal membagi saluran udara kira-kira menjadi dua
ruang yang sama besarnya. Periksalah apakah membrana mukosa hidung berwarna
normal - merah mudah merah - atau tidak.

Arahkan sinar ke lateral, beberapa struktur bulat yang terlihat. Di bagian bawah
terlihat ujung anterior konkha inferior yang bulat dan halus. Diatasnya terlihat ujung
anterior konkha media. Ceruk seperti celah diantara kedua konkha ini adalah meatus
media. Konkha superior tidak dapat dilihat dari depan . Meatus diantarqa konkha yang
berdekatan adalah tempat pengurasan sinus. Sekret purulen yang keluar dari meatus
menunjukan sinusitis. Celah gelap sempit diantara konkha meuda dan septum adalah
sulkus olfakturius. Periksalah lesi yang berbentuk massa, perubahan membrana
mukosa, ulserasi, perforasi dan polip.

Nasofarings diperiksa dengan bantuan cermin yang diarahkan ke atas dan


kebelakang uvula. Cara ini akan dibicarakan secara singkat dalam pembahasan
mengenai larings.

Sinus frontalis dan maksilaris dapat diperiksa secara tidak langsung. Dalam ruang
gelap, minta pasien untuk memasukkan sumber cahaya yang terang kedalam mulutnya
untuk transiluminasi sinus maksliaris. Sebuah lampu senter yang terang sudah
mencukupi. Sinus normal yang berisus udara akan terang sebagai cara simestris. Jika
suatu sinus mengandung pus, sekresi atau darah, ia akan terlihat lebih gelap dari pada
pasangannya demikian pula, tekankan lampu senter kecil (penlight) yang terang
dibawah daerah orbita superior untuk transiluminasi sinus frontalis.

Perkusi langsung pada sinus yang mengalami radang akut akan menimbulkan nyeri
hebat. Pasien yang menderita sinusitis akut biasanya hanya tahan satu kali perkusi

PENEMUAN-PENEMUAN LAZIM

Septum biasanya menjadi sumber epistaksis atau perdarahan dari hidung. Tempat-
tempat perdarahan mudah dikenali dengan inspeksi. Perforasi septum dapat
disebabkan oleh iritasi kronis atau trauma atau mungkin menunjukkan perusakan oleh
gumma pada sifilis. Deviasi septum yang jelas akan menyumbat satu saluran dan
memperberat gejala-gejala nasal. Membrana yang lembab dan merah menunjukkan
iritasi, sering kali karena infeksi virus. Warna merah pucat dengan konsistensi lunak
dan basah mengarah kepada alergi. Hapusan sekresi hidung yang dikumpulkan dengan
kapas lidi yang dimasukkan kedalam larutan garam memberikan informasi yang
berharga. Kalau ditemukan bahwa jumlah eosinofil lebih dari 10% maka kemungkinan
keluhan-keluhan hidung tesebut disebabkan oleh faktor alergi.
Konkha yang membengkak dan mengalam hipertrofi mungkin terlihat sebagai suatu
massa. Tetapi mereka akan terlihat terfiksasi dan peka terhadap manipulasi. Polip
hidung, yang lazim ditemukkan pada pasien atopik, terlihat sebagai massa anggur,
merah muda, pucat, dan relatif mobil. Keganasan terlihat berwarna putih keabu-abuan,
rapuh dan relatif tidak sensitif.

Telinga

 Anamnesis

Anamnesis yang terarah diperlukan untuk menggali lebih dalam dan lebih luas keluhan
utama pasien. Keluhan utama telinga dapat berupa 1) gangguan pendengaran/pekak
(tuli), 2) suara berdenging/berdengung (tinitus), 3) rasa pusing yang berputar (vertigo),
4) rasa nyeri di dalam- telinga (otalgia) dan 5) keluar cairan dari telinga (otore). Bila ada
keluhan gangguan pendengaran, perlu ditanyakan keluhan tersebut pada satu atau
kedua telingaa, timbul tiba-tiba atau bertambah berat secara bertahap dan sudah
berapa lama diderita. Adakah riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik,
terpajan bising, pemakaian obat ototoksik sebelumnya atau pernah menderita penyakit
infeksi virus seperti parotitis, influensa berat dan meningitis. Apakah gangguan
pendengaran ini diderita sejak bayi sehingga terdapat juga gangguan bicara dan
komunikasi. Pada orang dewasa tua perlu ditanyakan apakah gangguan ini lebih terasa
ditempat yang bising atau ditempat yang lebih tenang.

Keluhan telinga berbunyi (tinitus) dapat berupa suara berdengung atau berdenging
yang dirasakan di kepala atau di telinga, pada kan satu sisi atau kedua telinga. Apakah
tinitus ini disertai gangguan pendengaran dan keluhan pusing berputar.

Keluhan rasa pusing berputar (vertigo) merupakan gangguan keseimbangan dan rasa
ingin jatuh yang disertai rasa mual, muntah rasa penuh di telinga, telinga berdenging
yang mungkin kelainannya terdapat di labirin. Bila teli vertigo disertai keluhan
neurologis seperti disartri, gangguan penglihatan kemungkinan bra letak kelainannya di
sentral. Apakah keluhan ini timbul pada posisi kepala tertentu dan berkurang bila pasien
berbaring dan akan timbul lagi bila bangun dengan gerakan yang cepat. Kadang-
kadang keluhan vertigo akan timbul bila ada kekakuan otot-otot di leher. Penyakit
diabetes melitus, hipertensi, arteriosklerosis, penyakit jantung, anemia, kanker, sifilis
dapat juga menimbulkan keluhan vertigo dan tinitus.

Bila ada keluhan nyeri di dalam telinga (otalgia) perlu ditanyakan apakah pada telinga
kiri atau kanan dan sudah berapa lama. Nyeri ke telinga (referred pain) dapat berasal
dari rasa nyeri di gigi molar atas, sendi mulut, dasar kan mulut, tonsil atau tulang
servikal karena telinga dipersarafi oleh saraf sensoris yang berasal iriga dari organ-
organ tersebut.

Sekret yang keluar dari liang telinga di sebut otore. Apakah sekret ini keluar dari satu
atau kedua telinga, disertai rasa nyeri atau tidak dan sudah berapa lama. Sekret yang
sedikit biasanya berasal dari infeksi telinga luar lah dan sekret yang banyak dan bersifat
mukoid umumnya berasal dari telinga tengah. Bila berbau busuk menandakan adanya
kolesteatom. Bila bercampur darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat atau
tumor. Bila cairan yang keluar seperti air jernih, harus waspada adanya cairan likuor
serebrospinal.

 Pemeriksaan telinga

Alat yang diperlukan untuk pemeriksaan telinga adalah lampu kepala, corong telinga
telinga, otoskop, pelilit kapas, pengait serumen, pinset lebih telinga dan garputala.

Pasien duduk dengan posisi badan condong sedikit ke depan dan kepala lebih tinggi
sedikit dari kepala pemeriksa untuk memudahkan melihat liang telinga dan membran
timpani.

Mula-mula dilihat keadaan dan bentuk daun telinga, daerah belakang daun telinga
(retroaurikuler) apakah terdapat tanda dengan atau sikatriks bekas operasi. Dengan
menarik daun telinga ke atas dan ke belakang, liang telinga menjadi lebih lurus dan
akan mempermudah untuk melihat keadaan liang yang telinga dan membran timpani.
Pakailah otoskop untuk melihat lebih jelas bagian-bagian membran timpani, Otoskop
dipegang dengan tangan kanan untuk memeriksa telinga kanan pasien dan dengan
tangan kiri bila memeriksa telinga kiri. Supaya posisi otoskop ini stabil maka jari
kelingking tangan yang memegang otoskop ada ditekankan pada pipi pasien.
Bila dalam liang telinga terdapat serumen abetes yang menyumbat maka serumen ini
harus dikeluarkan. Jika konsistensinya cair dapat dengan kapas yang dililitkan, bila
konsistensinya lunak atau liat dapat dikeluarkan dengan pengait dan bila berbentuk
lempengan dapat dipegang dan dikeluarkan dengan pinset. Jika Nyeri serumen ini
sangat keras dan menyumbat dari seluruh liang telinga maka lebih baik dilunak kan
dulu dengan minyak atau karbogliserin rasa Bila sudah lunak atau cair dapat dilakukan
irigasi dengan air supaya liang telinga bersih.

Uji pendengaran dilakukan dengan satu makai garputala dan dari hasil pemeriksaan
atau dapat diketahui jenis ketulian apakah tuli yang konduktif atau tuli perseptif
(sensorineural).

Uji penala yang dilakukan sehari-hari ada luar lah uji pendengaran Rinne dan Weber
koid.

Uji Rinne dilakukan dengan menggetarkan garputala 512 Hz dengan jari atau
mengetukkannya pada siku atau lutut pemeriksa. Kaki garputala tersebut diletakkan
pada tulang Bila mastoid telinga yang diperiksa selama 2-3 detik. Kemudian
dipindahkan ke depan liang telinga selama 2-3 detik. Pasien menentukan ditempat
mana yang terdengar lebih keras Jika bunyi terdengar lebih keras bila garputala
diletakkan di depan liang telinga berarti telinga purule yang diperiksa normal atau
menderita tuli jumlah sensorineural. Keadaan seperti ini disebut Bila Rinne positif. Bila
bunyi yang terdengar lebih beras keras di tulang mastoid, maka telinga yang diperiksa
menderita tuli konduktif dan biasanya tumor lebih dari 20 dB. Hal ini disebut Rinne
negatif.

Weber dilakukan dengan meletakkan kaki penala yang telah digetarkan pada garis dari
tengah wajah atau kepala. Ditanyakan pada telinga mana yang terdengar lebih keras.
Pada keadaan normal pasien mendengar suara di tengah atau tidak dapat
membedakan telinga mana yang mendengar lebih keras. Bila pasien apa mendengar
lebih keras pada telinga yang ya sehat (lateralisasi ke telinga yang sehat) berarti telinga
yang sakit menderita tuli sensorineural Bila pasien mendengar lebih keras pada telinga
yang sakit (lateralisasi ke telinga yang sakit) berarti telinga yang sakit menderita tuli
konduktif.
Telinga

 Tinjauan umum

Keluhan keluhan yang mengarah pada penyakit telinga relatif sedikit, dan terdiri dari :
perubahan ketajaman pendengaran, tinitus, vertigo, dan nyeri. Pemeriksaan penyaring
mencakup : inspeksi anatomi telinga, pemeriksaan otoskopik, pemeriksaan ketajaman
pendengaran disisi tempat tidur, dan, kalau perlu, pemeriksaan ketajaman pendengaran
disisi tempat tidur, dan, kalau perlu, pemeriksaan Weber dan Rinne untuk menentukan
pendengaran

 Riwayat Penyakit

Gangguan pendengaran lebih banyak menimbulkan keluhan pada keluarga atau


teman pasien daripada pasien itu sendiri. Kalau melakukan anamnesis ke arah
gangguan pendengaran sebaiknya diajukan pertanyaan – pertanyaan kepada anggota
keluarga pasien. Pasien sendiri mungkin menceritakan kecenderungannya untuk
memakai salah satu telinga kalau sedang menelpon. Pertanyaan cermat dapat
mengungkapkan batas – batas frekuensi yang tidak dapat didengar. Pasien mungkin
mengakui bahwa ia mendengar suara pria lebih baik dari wanita dan suara wanita lebih
baik daripada anak anak, jadi menunjukkan gangguan pendengaran pada frekuensi
tinggi.

Tinitus adalah suara mendengung bunyi ceklekan , atau suara berdering yang
didengar oleh pasien. Suara tersebut dapat timbul secara terus menerus atau terputus
putus, unilateral atau bilatera. Tinitus disebabkan oleh kelainan yang letaknya proksimal
terhadap foramen ovale dan mempunyai banyak penyebab.
Nyeri telinga menyebabkan pasien segera pergi k dokter. Nyeri yang timbul pada
waktu manipulasi tragus berarti paradangan kanalis eksterna. Nyeri di belakang telinga
menunjukkan peradangan mastoid. Nyeri yang terasa jauh di dalam telinga , disebabka
oleh penyakit telinga tengah. Kalau tuba eustakhii tertutup oleh edema, telinga tengah
sebenarnya menjadi visera berongga yang tersumbat. Distensi dengan udara atau
pusyang bertekanan menimbulkan nyeri hebat. Pengeluaran sekret kronis dari telinga
paling sering berasal dari kanalis eksterna. Pengeluaran cairan secara tiba tiba yang
diikuti dengan hilangnya nyeri biasanya terjadi kalau gendang telinga pecah dengan
spontan. Nyeri karena penyakit pada tuba eustakhii atau peradangan telinga tengah
dapat dialihkan ke leher, tepat di bawah angulus mandibula.

Vertigo adalah semacam pusing yang khusus. Pasien dengan vertigo sejati
melukiskan perasaan bahwa kamar beputar di sekitarnya. Banyak kelainan
menyebabkan fenomena iritatif pada mekanisme labirin ini.

Keluhan keluhan penyerta pada penyakit telinga sangat penting. Apakah gejala
gejala otitis media disertai oleh gejala gejala abses otak? Apakah vertigo tersebut
disertai dengan gangguan pendengaran dengan perkataan lain apakah kedua fungsi N.
II terganggu? Apakah pasien dengan gangguan pendengaran sedang meminum obat
obatan? Salisilat dosis tinggi dapat menyebabkan tinitus karena tercapainya batas
toksik pada orang dewasa.

 Pemeriksaan telinga

Inspeksi dan palpasi. Perhatikan posisi telinga di kepala. Pangkal heliks harus
berada pada garis horizontal dengan sudut mata. Telinga yang terletak rendah sering
menyertai kelainan kogenital ditempat lain. Inspeksi dan palpasilah dengan singkat
tulang rawan telinga, yang seharusnya keras tetapi tidak kaku. Inspeksi dan palsapilah
proseus mastoideus. Sel sel udara mastid berhubungan dengan telinga tengah

Pemeriksaan otoskopik. Otoskop adalah suatu sumber cahaya biasa yang


dilekatkan pada spekulum yang mempunyai kaca pembesar. Tersedia spekulum yang
mempunyai kaca pembesar. Tersedia spekulum dengan berbagai ukuran untuk dipakai
pada anak anak dan orang dewasa. Tutup yang dapat dibuang mencegah terjadinya
kontaminasi silang. Kebanyakan alat juga diperlengkapi untuk pemasangan pipa karet
dan pompanya untuk insulfasi udara.

Kulit kanalis auditorius eksternus melekat erat pada tulang. Ia relatif tidak
mengeluarkan sekret dan menimbulkan nyeri kalau mengalami trauma. Kanalis
eksternus pada anak anak lurus. Kanalis eksterna pada orang dewasa membentuk
sudut, sehingga daun telinga perlu ditarik ke atas dan ke belakang untuk
memvisualisasikan gendang telinga. Untuk memeriksa telinga kanan, letakkan daun
telinga di antara ibu jari dan jari telunjuk kiri, dan rentangkan jari jari lainnya di atas
oksiput. Dengan demikian anda akan dapat mempertahankan tarikan untuk
meluruskan kanalis tersebut dan menggerakkan kepala pada saat yang sama
sementara memegang otoskop dengan tangan lainnya.

Membrani timpani normal, telinga kanan. Pemeriksaan otoskopik.

 Penemuan penemuan lazim dan pemeriksaan pendengaran

Penampilan telinga dapat memberikan petunjuk yang berharga tentang adanya


penyakit ginjal. Malformasi kongenital telinga luar sering menyertai anomali traktus
urinarus, terutama sistem kolektor. Tuli kongenital yang disertai dengan nefritis adalah
dengan suatu kesatuan penyakit yang terkenal. Banyak obat mempunyai efek toksik
baik terhadap telinga maupun terhadap ginjal. Endapan asam urat pada penyakit gout
biasa ditemukan pada heliks telinga dan juga di dalam ginjal.
Pada peradangan akut, membrana timpani terlihat merah dan pembuluh darah
kecil dapat terlihat berjalan di permukaannya. Otitis media supuratif menyebabkan
peradangan dan penonjolan membrana timpani yang disertai dengan hilangnya
gambaran normal. Perforasi dpat terjadi dimana saja pada membrana timpani

Mobilitas membrana timpani hilang kalau


terjadi pembentukan jaringan parut. Jika membrana
timpani terlihat normal, mintalah pasien untuk
menjepit hidungnya untuk meniup dengan bibir
terkatup. Membrana timpani yang normal akan
menonjol keluar sebagai respons terhadap
peningkatan tekanan yang dihantarkan sampai ke
tuba eustakhisius. Jangan melakukan tes ini kalau
pasien jelas menderita penyakit di dalam telinganya.

Tofu gout – dua endapan putih

Sebagai respons terhadap sengatan dingin (frostbite), kadang kadang terjadi


pula pada penyakit Addison, dan pada penyait metabolik yang jarang terjadi, okhronois,
tulang rawan telinga mengalami klasifikasi. Pada gout terjadi endapan yang terlihat
sebagai nodulus putih keras dan berdiri sendiri sendiri di panjang heliks atas. Deformasi
yang sangat jelas, “telinga blumkol”, disebabkan oleh trauma, pendarahan, dan/atau
infeksi.

Nyeri tekanan Mastoid umum ditemukan pada otitis media akut, tetapi mastoiditis
sejati sekarang jarang terjadi. Nyeri tekan pada antrum mastoid selalu dapat ditemukan
pada mastoiditis.

 Pemeriksaan Pendengaran

Gangguan pendengaran biasanya dibagi menjadi dua jenis yang mempunyai


etiologi dan terapi yang berbeda. Tuli konduktif disebabkan oleh gangguan hantaran
getaran udara ke telinga dalam. Tuli snsorineural disebabkan oleh penyakit yang timbul
di mana saja antara organ corti dengan otak. Kobmbinasi gangguan ini lazim ditemukan.
Tes rinne mendeteksi tuli konduktif. Dalam keadaan normal, hantaran suara
melalui udara lebih baik daripada hantaran suara melalui tulang. Jika penyakit
menghalangi hantaran gelombang suara yang normal, maka hantaran melalui tulang
akan mengatasi kesulitan ini. Untuk melakukan tes Rinne getarkanlah garpu tala dan
mastoidesus. Garpu tala dengan 512 getaran/detik adalah yang paling tepat. Kalau
pasien menunjukkan bahwa ia tidak dapat mendengarkan suara itu lagi, segera
letakkanlah kepala garpu tala yang sedang bergetar tersebut di dekat kanalis eksternus.
Biasanya bunyi tersebut terdengar lagi dan hasil tes ini positif. Hasil tes negatif berarti
pasien menderita tuli konduktif pada telinga yang diperiksa.

Tes rinne A, garpu tala yang sedang bergetar


mula mula dipasang pada prosesus
mastoidesus sampai pasien sudah tidak dapat
mendengar lagi bunyi tersebut.

Tes rinne B, garpu tala tersebut kemudian


diletakkan di dekat telinga dan pasien ditanya
apakah ia dapat mendengar bunyi itu lagi.
Biasanya hantaran udara lebih baik daripada
hantaran tulang.

Tes weber memastikan adanya tuli konduktif atau menunjukkan adanya tuli
sensorineural. Getarkanlah garpu tala dan pasanglah pada puncak kepala.
Tanyakannlah kepada pasien apakah ia mendengar lebih jelas pada satu telinga
lainnya. Biasanya bunyi tersebut terdengar berasal dari garis tengah. Jika ada tuli
konduktif pada satu telinga, suara akan terdengar lebih keras pada telinga itu.
Alasannya adalah bahwa efek peredam yang berasal dari suara gaduh normal di latar
belakang menjadi berkurang pada telinga tersebut karena adanya gangguan hantaran.
Tes weber. Garpu tala yang sedang bergetar dipasang
ditengah tengah kepala di belakang sinus frontalis.
Pasien ditaya apakah ia mendengar bunyi tersebut lebih
kuat pada satu telinga.

Tes schwabach memastikan adanya tuli sensorineural dengan membandingkan


pendengaran pasien dengan pemeriksa yang normal. Getarkanlah garpu tala dan
pasanglah pada mastoid pasien. Kalau suara tersebut tidak terdengar lagi, pindahkan
garpu ke mastoid anda sendiri. Jika anda dapat mendengar getaran tala tersebut, ini
berarti bahwa pasien menderita gangguan sensorineural. Jika anda tidak dapat
mendengar getaran tersebut, mintalah rekan anda memeriksa anda.

Dengan ketiga tes ini, dua macam gangguan pendengaran dan berbagai macam
kombinasinya dapat didiagnosis dengan cukup tepat. Pemeriksaan vestiuler akan
dibicarakan dalam bab neurologi.

Mulut Dan Tenggorokan

 Tinjauan Umum

Kembali kita menghadapi daerah yang padat, yang memberikan banyak


informasi klinis, yang seringkali penting secara sistemik. Nyeri, sulit menelan
atau berbicara, suara serak, mulut berbau busuk, dan pendarahan gusi
menyebabkan pasien datang kepada anda. Pemeriksaan terutama terdiri dari
inspeksi, yang dilengkapi dengan palpasi
 Riwayat penyakit

Nyeri di dalam mulut sering terjadi dan tidak mengherankan kalau mengingat
berbagai macam bahan makan, cairan dan gas yang memasuki mulut. Sakit gigi
merupakan nyeri mulut yang paling sering terjadi dan biasanya mempunyai etiologi
yang jelas. Nyeri rahang atau gigi dapat merupakan nyeri alih, seperti pada infark
miokard. Sakit tenggorokan harus dibedakan dari nyeri kalau menelan. Yang pertama
biasanya berarti infeksi, sedangkan yang kedua berkaitan dengan gangguan mekanis.
Tentu saja, sakit tenggorokan berat menyebabkan nyeri kalau menelan. Makanan padat
sering menimbulkan kesulitan yang lebih besar daripada makanan cair.

Tugas farings menimbulkan berbagai macam keluhan gangguan fungsi. Trismus


adalah spasme otot otot untuk mengunyah yang mengganggu kemampuan untuk
membuka mulut. Ia sering menjadi keluhan yang relatif dii pada tetanus, dan juga
dijumpai pada sinusitis ethmoidalis atau sfenoidalis yang akut, dan kadang kadang
disebabkan oleh histeri. Disfagia adalah kesuliatan menelan. Keluhan ini harus selalu
ditanggapi secara serius. Sekali lagi tanyakanlah kepada pasien apakah kesulitan
tersebut lebih besar dengan makanan padat atau cair. Disfagia dengan makanan padat
berarti obstruksi mekanis.

Hilangnya daya mengecap sebenrnya mungkin kehilangan daya mencium. Jika


kehilangan daya mengecap tersebut unilateral, ini menunjukkan gangguan ramus
lingual N VII. Kehilangan daya mengecap bilateral sering terjadi pada penyakit sisemik
yang berat.

Orang orang yang bernafas melalui mulut menderita mulut kering, yang mungkin
mengganggu. Xerostomia atau mulut kering disebabkan oleh tidak cukupnya produksi
saliva. Penyakit peradangan kelenjar ludah mengganggu kemampuan sekresi kelenjar
kelenjar tersebut. Xerostomia dan keratokonjungtivitas sikka, berkurangnya air mata,
dijumpai pada berbagai macam penyakit imunologik seperti artritis reumatoid.

Suara parau merupakan keluhan gangguan fungsional lain yang perlu diperiksa
dengan seksama. Sakit tenggorokan dan suara parau dapat disebabkan oleh penyakit
larings setempat. Suara parau yang tidak nyeri lebih tidak menyenangkan. Karsinoma
paru paru yang menyerang nervus rekuren laringeus akan menyebabkan suara parau.

Halitosis, nafas yang berbau busuk, dapat berasal dari farings sampai saluran
nafas bagian bawah. Biasanya disebabkan oleh karies gigi atau peyakit gusi dan higien
yang buruk. Bau manis dan apak pada penyakit hati yang berat, fetor hepatikus, bau
metalik pada uremia, dan bau busuk pada abses paru paru mungkin disampaikan
secara khusus oleh pasien atau dokter pemeriksa.

Perbahan suara mungkin diiformasikan oleh pasien atau keluarganya.


Perbedaan resonansi terjadi pada sumbatan hidung. Paralisis pita suara menyebabkan
suara bercampur dengan bunyi pernapasan, bukan suara parau yang sebenarnya,
karena pembuangan udara.

 Pemeriksaan mulut dan tenggorokan

Pemeriksaan rutin mulut mencakup inspeksi gusi, gigi dan lidah, visualisasi
farings posterior dan tonsil, dan pemeriksaan refleks muntah (gag refllex), fonasi, dan
gerakan lidah. Palpasi melengkapi inspeksi. Periksalah bibir untuk melihat adanya
fisura, tremor, pigmentasi dan problem setempat. Eversikan bibir untuk melihat forniks
di sekitar mandibula dan maksila.

Jika pasien memakai gigi palsu, mintalah ia agar melepaskannya. Iritasi kronis
yang disebabkan oleh gigi palsu sering menjadi prekusor leukoplakia dan granuloma
dentis. Yang terakhir ini adalah benjolan yang keras berwarna merah muda, seperti
daging, yang ditutupi oleh mukosa normal.

Lidah sebagai organ berotot dilapisi oleh mukosa yang memberikannya


kemampuan untuk mengecap. Mula mula periksalah lidah dalam posisi relaksasi pada
dasar mulut. Mintalah pasien untuk menggerakkan lidahnya dari sisi ke sisi. Periksalah
permukaan lidah. Ukuran papil berbeda, yang berkisar dari bentuk filiformis yang sangat
halus di bagian depan, papil berbentuk kerucut di bagian tengah, dan papil sirkumvalata
yang besar di bagian belakang. Yang terakhir membentuk huruf V dengan aspeks di
bagian posterior, yang mengarah ke foramen sekum, yang merupakan sisa duktus
tirogolosus.

Mintalah pasien untuk menyentuh langit langit mulutnya dengan ujung lida dan
periksalah permukaan bawahnya. Frenulum yang seperti selaput harus kendur dan
lentur. Pada kedua sisi di dasar frenulum terdapat duktus kelenjar ludah sublingual.
Kelenjar ini dapat dipalpasi dengan mudah dengan jari telunjuk yang memakai sarung
tangan di bawah lidah dan tangan lainnya menekan ke atas dari bawah rahang.

Batas posterolateral lidah di bawah tiang tiang tonsil dapat dipalpasi juga. Untuk
memeriksa daerah ini, yang tsering menjadi tempat neoplasia, peganglah lidah dengan
kasa dan tarik keluar ke arah yang berlawanan.

Duktus stensen, orifisium kelenjar parotis, diperiksa dengan menarik pipi


menjauhi gigi molar atas dimana ia terlihat sebagai papila kecil. Ia akan mengeluarkan
bahan purulen

Tonsil terletak di antara dua lipatan jaringan, arkus glosopalatimus dan


faringopalatimus. Daerah ini tidak dapat divisualisasi secara memadai, kecuali kalau
lidah diekstensikan sepenuhnya dan spatula lidah dimasukan dalam dalam. Tonsil
biasanya membesar sampai umur 7 tahun dan kemudian mengecil, kecuali kalau
mengalami peradangan kronis. Secara berurutan, sentuhlah dengan ringan farings
yang terletak di belakang faringoplatinus pada kedua sisi. Jangan menekan farings
dengan spatula lidah. Anda dapat merangsang terjadinya muntah.

 Penemuan penemuan lazim dan teknik khusus

Fisura dan retak pada sudut mulut disebabkan oleh gizi yang buruk atau gigi
palsu yang tidak terpasang dengan tepat. Regades adalah jaringan parut linear putih
pada sudut mulut, dan merupakan petunjuk untuk mecari stigmata sifilis lanjut lainnya.
Pigmentasi bibir berubah pada penyakit yang penting. Penyakit Addison menyebabkan
hiperpigmentasi yang berkuran besar besar besar pada bibir dan mukosa mulut.
Teleangiektasi yang terjadi pada sindrom teleangiektasi hemorhagis herediter terlihat
jelas di bibir. Ini merupkakan petunjuk penting tentang adanya penyebab pendarahan
gastorointestinal.

Karsinoma bibir merupakan neoplasma mulut yang paling sering terjadi.


Sembilan puluh lima persen karsinoma bibir terjadi di bibir bawah. Lesi yang khas
terlihat sebagai margo yang keras dengan ulserasi sentral atau depresi.
Kista retensi mukus dapat ditemukan di mana saja sepanjang forniks di antara
gusi dan dinding bukal atas bawah.

Gusi yang sehat berwarna merah muda terang. Pertemuan gigi dan gusi tajam
dan keras. Jika pertemuan ini mengalami resesi ini mengalami resesi, timbul infeksi dan
piorea alveolaris. Gigi terlihat panjang abnormal dan goyah dan warnanya berubah.

Pigmentasi sepanjang garis gusi terjadi pada keracunan logam berat. Keracunan
timah hitam, bismut dan perak ditandai dengan sederetan bintik bintik abu abu hitam
yang halus tidak tepat pada garis gusi gigi.

Maloklusi dapatan mungkin merupakan tanda pertama neoplasama rahang.


Menggertakkan rahang dan gigi secara kronis adalah kebiasaan yang dilakukan oleh
orang orang yang gelisah dan dapat mengakibatkan hilangnya permukaan oklusi. Gigi
yang berwarna biru keabuan adalah gigi mati dan mungkin terinfeksi. Gigi seri yang
bertakik, gigi Hutchinson, atau gigi premolar berujung lima atau seperti buah murbei,
merupakan tanda sifilis kongenital.

Leukoplakia adalah bercak ercak lesi putih yang ditemukan pada mukosa mulut.
Biasanya disebabkan oleh iritasi kronus, dan warna putih tersebut merupakan akibat
gangguan pada keratinisasi. Lesi ini mungkin pra maligna. Ia harus dibedakan dari
stomatitis Candida atau thrush. Pada infeksi jamur ini, bercak putih tersebut dapat
diangkat dan dilepaskan.
Lekuk latera sepanjang gigi di dekatnya menunjukkan makroglosia. Makroglosia
biasanya tidak berarti, tetapi dapat menunjukkan pembengkakan karena cairan edema,
keganasan pada lidah, atau, jarang jarang, infiltrasi oleh amiloid atau miksedema.
Sekarang, mintalah pasien untuk mengekstensikan lidahnya sepenuhnya.
Ketidakmampuan untuk melakukan hal ini pada orang dewasa biasanya menunjukkan
keganasan lidah, pada anak anak ketidakmampuan ini mungkin disebabkan oleh
pendeknya frenulum.

Penggundulan papil lidah terjadi pada anak anak dalam pola geografik. Ini tidak
berbahaya dan terbatas. Penggundulan lengkappada orang dewasa menyebabkan
lidah merah seperti daging sapi, yang merupakan ciri malnutrisi dan anemia pernisiosa.
Fisura pada lidah lazim dijumpai.

Bercak koplik, yang patognomonik untuk campak, adalah bercak abu abu putih
halus dengan pinggir yang kemerahan. Bercak ini terlihat di sekitar atau tepat di bawah
duktus stensen. Sebagian kecil duktus tersebut dapat dipalpasi dengan 2 jari tangan.

Palatum gothik dengan lengkung tinggi terjadi pada banyak malformasi


kongenital dan dijumpai pula pada pasien yang bernafas melalui mulut karena
hidungnya tersumbat. Massa yang terdapat di garis tengah palatum adalah suatu varian
tulang normal yang disebut torus palatinus. Setiap massa yang tidak terletak di garis
tengah harus dicurigai sebagai neoplasia. Palatum juga memberikan petunjuk pertama
untuk terjadinya ikterus, warna kuning paling jelas dilihat di bawah sinar matahari yang
terang.

Tonsilitis akut terlihat sebagai tonsil yang membengkak dan merah, yang dapat
sedemikian besarnya sehingga bertemu di bawah uvula. Kebanyakan infeksi
menyebabkan kripta terlihat lebih jelas dan dapat mengandung pus. Infeksi bakteri lebih
purulen daripada infeksi virus.

 Nesofaring dan hipofaring – teknik khusus

Daerah ini tidak dapat divisualisasikan secara langsung tanpa peralatan khusus,
yang mencakup cermin kepala, sumber cahaya terang, dan cermin dental. Pemeriksaan
harus dilakukan dengan hati hati. Duduklah di depan pasien atau disisi kanannya
dengan sumber cahaya terpantul dari bagian kiri pasien. Turunkan cermin kepala
setinggi mata kanan anda sehingga anda dapat melihat dengan jelas melalui lubang
sentral dengan mata kanan anda dan melalui tepi cermin dengan mata kiri anda.
Kelengkungan cermin menentukan panjang fokus di mana pantulan cahaya paling
terang.

Mintalah pasien untuk sedikit memiringkan tubuhnya ke arah anda dengan


lehernya sedikit difleksikan agar ia menjulurkan lidahnya sepenuhnya dan bungkuslah
dengan kasa. Letakkan ibu jari anda sekarang terletak di atasnya. Lakukanlah traksi
dan rotasi sehingga ibu jari anda sekarang terletak di atas.
Hangatkan cermin di dalam air panas atau di atas lampu alkohol, periksalah
suhunya dengan punggung tangan anda, dan dengan hati hati masukkanlah cermin
tersebut dari sudut mulut sampai menyentuh dasar uvula. Lanjutkanlah dengan
mengangkat uvula ke atas dan ke belakang. Aturlah fokus cahaya pada cermin anda
dan anda akan dapat melihat laring. Untuk memasukkan nasofaring, cermin tersebut
dimasukkan di bawah dan belakang uvula. Pasien harus bernafas pelan pelan dan
dengan santai, jika tidak palatum mole akan terangkat dan menghalangi pandangan
anda. Ingatlah bahwa bayangan pada cermin akan terbalik. Kalau memeriksa laring
epiglotis akan terliihat di atas dan dinding faring posterior pada bagian bawah cermin.

Kalau memeriksa nasofaring, mula mula carilah tuba eustakhius di bagian lateral.
Dinding posterior atas nasofaring merupakan tempat jaringan adenoid yang , kalau
mengalami hipertrofi, dapat menutupi dan menyumbat aspek posterior saluran hidung.
Koana dipisahkan oleh tiang putih, sekat hidung posterior. Ujung posterior konka dapat
dilihat pada tiap rongga koana. Neoplasma, peradangan, pendarahan dan polip
semuanya dapat ditemukan disini.
Dengan membalikkan cermin, untuk melihat hipofaring, epiglotis terlihat paling
menonjol. Pada permukaan anterior, di bagian bawah terdapat peralihan epiglotis ke
lidah, dengan dua ruang seperti palung dibagian lateral, valekula.

Tepi lateral epiglotis berjalan ke arah postrior, dan melingkari laring sebagai pilka
ariepiglotika tepat di atas aritenoid posterior. Pita suara sejati terlihat sebagai pita pputih
seperti mutiara yang berjalan anteroposterior.

Biasanya pita suara bergerak keluar dengan inspirasi, dan makin besar gerakan
tersebut. Pada ekspirasi, pita suara saling mendekati tetapi tidak bertemu garis tengah.
Satu pita suara mungkin kelihatan bergerak lebih besar daripada pita suara lainnya. Ini
hanya penglihatan belaka dan disebabkan oleh miringnya cermin.

Paralisis pita suara mungkin disebabkan oleh gangguan otot abduktor atau
adduktor. Paralisis abdiuktor unilateral menimbulkan sedikit gejala karena pita suara
yang terganggu akan terletak di garis tengah dan fonasi akan mendekati normal.

Pada perkembangan ke arah paralisis lengkap, otot adduktor tidak berfungsi dan
pita suara bergerak ke luar. Pita suara yang normal akan melewati garis tengah pada
fonasi dan terdengar bunyi nafas pasien pada suaranya. Paralisis adduktor bilateral
paling sering disebabkan oleh histeris, menghalangi fonasi karena kedua pita suara
tidak akan bertemu. Adanya faktor histeris yang menjadi penyebab in dapat dibuktikan
dengan meminta pasien untuk batuk pada keadaan ini kedua pita suara akan menutup
seperti biasa.

 Latihan pemeriksaan fisik

Periksalah dengan cermat tambahan rambu; ukurlah jarak antara kantus interna,
pupil, dan kantus eksterna. Ukurlah penonjolan bola mata. Letakkan penggaris dengan
hati hati pada sudut orbita dan lihatlah garis singgung dengan kornea. Lakukanlah
auskultasi pada bola mata. Mintalah rekan anda untuk menutup matanya dan dengan
hati hati letakkan “bell” stetoskop. Anda mungkin mendengar suara otot yang
menegang atau gerakan kelopak mata. Berlatihlah membalikkan kelopak mata dengan
kapas lidi. Carilah kelenjar meibomi dan kelenjar air mata. Periksalah aliran air mata
dengan kertas saring Schirmer. Lakukanlah tes penutup untuk memastikan tidak
adanya heteroforia. Perhatikanlah fiksasi mata secara bergantian. Periksalah fungsi otot
estraokuler dan lapangan penglihatan dengan adanya konfrontasi. Gelapkanlah
ruangan dan dengan lampu senter sinarilah mata dari jarak 3 – 4 kaki. Perhatikan letak
pantulan cahaya pada tiap mata. Mintalah rekan anda untuk menyinarinya dari berbagai
sudut dan pastikanlah bahwa pantulan tersebut tetap sama pada kedua mata dalam
setiap arah pandangan. Dengan ruang yang masih digelapkan, lakukanlah pemeriksaan
dengan oftalmoskop. Mula mula, dengan oftalmoskop kira kira 10 cm dari mata rekan
anda, dan jarak yang sama dari mata anda, lihatlah refleks merah melalui pupil. Dengan
lensa oftalmoskop distel pada hitam 20, dekatkan alat tersebut dengan mata anda dan
bergeraklah mendekati rekan anda terletak pada arkus zigomatikusnya. Putarlah
jentera sampai kornea terlihat jelas. Sekarang putarlah beberapa ceklekan lagi dan
lihatlah keindahan iris dengan pola dan warnanya yang khas.

Pada lensa hitam 5 atau 0, dapat memeriksa lensa mata. Ingatlah bahwa lensa
lensa biasanya sangat jernih seperti kaca dan hampir tidak dapat dilihat. Sekarang
anda berdua istirahatlah. Setelah lensa ortalmoskop pada merah 2, dan kembali ke
posisi semula. Anda akan menemukan bahwa anda dapat melihat retina sekilas dan
kemudian semuanya tidak menjadi kabur kembali. Pastikanlah bahwa rekan anda
sedang melihat pada suatu titik kejauhan. Lihatlah ke sisi nasal retina dan berusahalah.
Lihatlah ke sisi nasal retina dan berusahalah beberapa kali dengan interval interval
secara singkat. Secara berangsur angsur anda akan menguasi cara pemeriksaan ini.
Perhatikanlah bahwa batasnya lebih tegas pada sisi nasal daripada sisi temporal.
Sekarang lihatlah pembuluh darah di dalam diskus ini. Anda dapat melihat munculnya
pembuluh pembuluh darah ini, yang kemudian melintasi pinggiran diskus tersebut.
Anda seharusnya mempunyai kesan yang jelas tentang cekungan di bagian tengah
diskus ini. Perhatikanlah dalamnya cekungan ini pada orang normal sehingga anda
dapat membandingkannya dengan mata yang sakit nanti.

Ikutilah salah satu pembuluh darah besar yang keluar diskus ini. Pilihlah yang
lebih kecil dan lebih terang, karena inilah arteri dan ikutilah sejauh mungkin sampai
percabangannya. Carilah tempat di mana sebuah arteri dan vena bersilangan.
Perhatikan pula sebuah vena besar dan lihatlah apakah anda dapat mendeteksi pulsasi
halus didalamnya. Anda akan mendapatkan kesan bahwa pembuluh darah di bagin
atas dan bawah cenderung menyimpang di sekitar makukula. Makula mungkin
merupakan tempat yang paling sulit dicari. Ia relatif tidak mengandung pembuluh darah
besar, dan kalau anda menyinari makula secara langsunganda akan melihat pantulan
kembali yang warnanya lebih jelas dan lebih terang.

Ukurlah panjang telinga rekan anda, perhatikan konfigurasi lobus, dan carilah
cekungan segtiga pada antrum mastoid. Dengan otoskop di tangan kanan anda,
tariklah telinga kanan sedikit ke belakang dengan tangan kiri anda. Pakailah ibu jari dan
jari telunjuk anda untuk melakukan hal ini dan letakkanlah jari jari lainnya di kepala.
Pertahankan traksi pada telinga untuk meluruskan kanal. Dengan hati hati masukkanlah
spekulum. Perhatikan warna kanal, dan periksalah bagian bagian membrana timpani.
Mintalah rekan anda untuk menghembuskan nafas dengan perlahan lahan dengan
lubang hidung ditutup dan perhatikanlah gerkan membrana timpani ke arah anda.

Sekarang periksalah lubang hidung dengan memakai spekulum hidung. Pakailah


cahaya terang dan masukkanlah spekulum tegak lurus dengan bidang wajah.
Perhatikanlah warna mukosa normal; kenailah konka media dan inferior dan meatus
medius yang terletak di antaranya. Letakkan lampu senter anda dalam sudut medial
atas mata. Transiluminasi sinus maksilaris dapat dilakukan dari dalam atau luar.
Letakkan senter pada zigoma di dekat hidung dan mintalah rekan anda untuk membuka
mulutnya. Lihatlah iluminasi palatum durum pada sisi tersebut dan bandingkanlah
terangnya dengan sisi lainnya. Sebagai alternatif, masukkan lampu senter ke dalam
mulutnya, lalu ia diminta untuk menutup mulut, dan lihatlah iluminasi dari luar.

Periksalah bibir atas dan bawah dan bagian yang berwarna merah terang
(vermilion border), eversikn bibir bawah, dan periksalah forniks dan daerah pertemuan
gusi dan gigi. Periksalah higien gigi. Doronglah pip lateral menjauhi gigi dengan spatula
lidah dan selesaikan inspeksi ini. Carilah muara duktus kelenjar ludah parotis pada
kedua sisi. Sekarang, dengan lidah dinaikkan ke atas untuk menyentuh palatum,
perhatikan frenulum dan duktus kelenjar submandibularis. Dengan lidah dijulurkan
maksimum, perhatikanlah bermacam macam papil.

Palatum mole harus terangkat ke atas kalau rekan anda melakukan fonasi
dengan mulut terbuka. Berlatihlah menekan lidah posterior dengan spatula liah.
Lakukanlah secara perlahan lahan dan tenang dan berhati hati untuk mengurangi
sensivitas pasien terhadap refleks muntah. Pakailah sarung tangan dan palpasilah
kelenjar ludah submandibularis dan bagian akhir duktus kelenjar parotis.

2. Pemeriksaan Leher
Leher adalah bagian yang menghubungkan kepala dengan tubuh. Di dalam leher
terdapat saluran-saluran pernapasan dan pencernaan. Pada leher manusia, terdapat
suatu bagian yang disebut jakun. Secara anatomis, kita berurusan dengan kelenjar limfe
daerah-daerah tertentu, pembuluh darah dari dan ke kepala dan leher, esophagus,
trakea dan vertebra servikalis.

Keluhan pasien yang menunjukkan kemungkinan adanya penemuan penting di leher


adalah : riwayat adanya massa atau benjolan, nyeri leher, pusing, sinkop, gangguan
neurologis sementara, dan gejala-gejala pernapasan berupa stridor atau suara serak.
Kalau ada tanda-tanda dan gejala-gejala sistemik yang mencerminkan efek hormone
yang berasal dari leher (tiroid dan paratiroid) dan penurunan berat badan, demam atau
anoreksia (yang member kesan tumor atau infeksi), maka leher perlu dievaluasi dengan
teliti.
Pemeriksaan leher terdiri atas inspeksi, palpasi, dan auskultasi selektif dari anatomi
normal dan penemuan abnormal. Tindakan ini dilakukan secara berurutan terhadap
empat struktur : anatomi muskuloskeletal, trakea dan tiroid, jaringan vaskuler dan
limfatik, anomali dan jaringan abnormal. Pemeriksaan ini dimulai dari depan ke belakang,
dan dari garis tengah bagian anterior ke garis tengah bagian posterior.

c. Riwayat Penyakit

Pada pasien, keluhan yang memberi kesan adanya gangguan pada organ leher
dapat berbeda-beda. Sering kali keluhan-keluhan ini hanya secara tidak langsung
mengarah pada patologi leher primer. Terkadang pasien merasa bahwa benjolan atau
massa di leher sebagai kanker sampai terbukti sebaliknya. Suatu massa yang baru
membesar lebih bermakna ketimbang massa yang telah ada selama bertahun-tahun.
Benjolan atau massa yang timbul setelah makan atau minum adalah khas untuk kantong
faringeal atau divertikulum esophagus yang terletak tinggi.

Seorang perawat dapat mengambil diagnosa tambahan berdasarkan letak, sifat, dan
keadaan nyeri leher tentang kemungkinan penyebabnya yang tentunya berbeda-beda
penyebabnya sesuai dengan struktur di leher. Nyeri yang timbul pada gerakan kepala
berasal dari struktur musculoskeletal. Berikut ini merupakan beberapa keluhan yang
terjadi pada pasien atau klien :

1. Tiroiditis menyebabkan rasa nyeri pada bagian anterior leher yang bertambah berat
bila daerah tersebut, terjepit pakaian, atau pada waktu menelan.
2. Peradangan faring dapat dialihkan ke daerah submandibularis dekat angulus
mandibula.
3. Nyeri yang berasal dari jantung dapat dialihkan ke leher bagian depan tengah atau
ke rahang.
4. Pendesakan foramen saraf vertebra servikalis oleh pertumbuhan tulang yang
berlebihan akibat osteoarthritis bisa terjadi pada orang tua dan mengakibatkan nyeri
di leher yang moderat tetapi nyeri bahu dan lengan dan kelemahan menyolok
5. Penyakit tiroid, karena efek metaboliknya yang nyata, mungkin menimbulkan keluhan
berupa diare, oligomenore, penurunan berat badan, kelelahan, atau tremor pada
hipertiroidisme.
6. Hiperkalsemia akibat neoplasma paratiroid mungkin secara perlahan-lahan membuat
pasien menjadi cacat.
7. Penurunan berat badan yang disertai keluhan abdomen yang menyarankan adanya
neoplasma seharusnya mendorong pemeriksaan kelenjar supraklavikular kiri Virchow
yang terletak dekat dengan tempat pengaliran duktus torasikus.
8. Sinkop, presinkop, atau pusing, khususnya saat memutar kepala atau saat sinus
karotikus tertekan oleh leher baju yang sempit, dapat menunjukkan adanya
hipersensitivitas reflex karotis.
9. Gangguan arteri karotis ditandai dengan adanya episode kebutaan unilateral
(amaurosis fugax) atau episode pusing, nausea, sakit kepala, atau hemiparesis
sementara
10. Stridor, “suara seperti kokok ayam jantan” pada inspirasi atau ekspirasi.
Menunjukkan obstruksi saluran napas bagian atas, atau aspirasi akut dan keadaan
gawat darurat bila terdengar pada pasien yang menderita gangguan akut.
11. Suara serak menunjukkan adanya peradangan, tumor atau gangguan neurologis
pada pita suara dan kotak suara.

d. Anatomi
Leher dibagi dalam empat segitiga untuk pencatatan dan interpretasi penemuan.
Garis tengah dibatasi oleh insisisura kartilago tiroidea dan insisura suprasentral.
Trigonum submandibulare dibatasi oleh mandibula dan kedua venter m. digastricus, M.
sternocleidomastoideus yang menonjol membatasi tepi lateral trigonum servikalis
anterior. Fossa supraklavikularis ditemukan di antara klavikula, insersio m.
sternocleidomastoideus dan insersio m. trapezius pada klavikula bagian lateral.

e. Pemeriksaan Dasar
1. Inspeksi dan Rentang Gerakan

 Inspeksilah leher untuk melihat adanya benjolan yang nyata. Benjolan ini
kadang-kadang lebih baik dilihat daripada diraba. Suruh pasien menelan dan
perhatikan gerakan kartilago tiroidea dan ada atau tidaknya gerakan massa
yang dapat ditemukan. Perhatikan cara pasien menyangga kepalanya dan bila
perlu perhatikan Mm. paraspinosus. Spasme otot-otot leher memaksa pasien
memiringkan kepala dan memfiksasinya sehingga otot atau sekelompok otot
yang terganggu teregang minimal. Osteoarthritis berat pada vertebra servikalis
juga menyebabkan pasien memutar pada bahu bukan pada leher.
 Periksalah semua gerakan leher. Fleksi dan rotasi kepala terutama melibatkan
artikulasio atlanto-oksipitalis. Untuk memeriksa rentang gerakan leher,
mintalah pasien anda menyentuhkan dagunya ke bahu kanan dan kemudian
ke bahu kirinya. Mintalah dia menyentuhkan dagunya ke sternum. Kemudian,
letakkan telapak tangan anda pada sisi kepala pasien dan suruh pasien
memutar kepala melawan tahanan, pertama pada salah satu sisi dan
kemudian pada sisi lainnya. Akhirnya, mintalah pasien “melihat langit-langit”
dan mengekstensikan lehernya semaksimal mungkin.
 Periksalah vena jugularis eksterna yang berjalan ke medial dari pertengahan
klavikula, melewati m. sternocleidomastoideus, menuju ke angulus mandibula.
Hentikanlah aliran darah vena dari kepala dengan jari anda. Dengan jari
lainnya, kosongkan vena di bawah jari anda yang menekan tersebut dan
perhatikan pengisian vena jugularis dari bawah. Tindakan ini akan membantu
anda melihat fluktuasi dalam kolom darah pada vena jugularis
.
2. Palpasi

Palpasilah suatu massa untuk menentukan letak, konsistensi, ukuran dan


mobilitasnya. Kelenjar limfe dapat terpisah-pisah atau menyatu, seperti karet atau
keras seperti batu, bebas atau melekat, tidak nyeri atau nyeri tekan. Pembesaran
fisiologis kelenjar limfe sebagai respons terhadap fungsi penyaring yang aktif
biasanya menyebabkan pembesaran yang tersendiri, kenyal, tidak melekat.

Penyakit metastatik biasanya memberi kesan keras seperti batu pada jari yang
meraba. Penyakit limfomatosa biasanya menyebabkan kelenjar limfe teraba seperti
karet. Limfoma dan kadang-kadang karsinoma, menyebabkan kelenjar limfe bersatu
karena biasanya terjadi perluasan penyakit keperikapsular.

Palpasi dilakukan baik dari depan maupun dari belakang pasien. Dari depan,
pertama-tama palpasilah ruang servikalis posterior. Mulailah pada prosesus
mastoideus, kemudian geserlah jari anda ke bawah sepanjang pinggir m. trapezius.
Kelenjar limfe ini mungkin membesar secara selektif pada “German measles” dan
sering terserang pada mononucleosis infeksiosa dan penyakit virus lainnya. Tepat di
depan rantai kelenjar limfe ini, anda dapat menemukan prosesus lateralis vertebra
servikalis dan kemudian tepi posterior m. sternocleidomastoideus.

Kartilago tiroidea merupakan struktur yang paling menonjol di garis tengah. Ia


dapat digerakkan dengan bebas ke kanan dan ke kiri tetapi tidak dapat ke atas dan
ke bawah. Bila digerakkan ke lateral teraba krepitasi sewaktu ia menggeser
melewati bagian anterior vertebra servikalis. Tidak adanya krepitasi seperti itu
mungkin menunjukkan adanya suatu massa pada ruang retrofaringetal.

Pada orang tua, kornu lateral kartilago hioidea mungkin mengalami osofikasi dan
teraba seperti kelenjar limfe yang keras seperti batu. Kedua kartilago ini terangkat
pada waktu menelan. Untuk menemukan tanda tarikan trakea, suruh pasien
menelan dan tekanlah kartilago tiroidea pada tempat kenaikan tertinggi untuk
meregangkan seluruh trakea. Aorta yang melebar ketika melengkung melewati
bronkus utama kiri sekarang akan menghantarkan denyutannya melalui trakea ke
jari anda.
Palpasi arteri karotis, di bawah
mandibula dan medial terhadap m.
sternocleidomastoideus
Selanjutnya, palpasi arteri karotis. Letakkan tiga jari anda di sisi kartilago tiroidea.
Dengan hati-hati geserlah m. sternocleidomastoideus ke lateral dan kartilago tiroidea
ke medial. Gunakan tangan kanan untuk meraba arteri karotis kiri dan demikian pula
sebaliknya . rabalah dengan hati-hati, dan hanya pada satu sisi pada satu saat untuk
menghindari stimulasi sinus karotikus dan refleks bradikardia.

Periksalah kelenjar tiroid dari depan pasien dan rabalah dari depan dan dari
belakang. Pembesaran tiroid dapat bersifat difus atau asimetris. Mula-mula,
lakukanlah palpasi dengan jari menyilang trakea, kemudian tentukanlah garis bentuk
lobus lateral. Letakkan ujung jari anda pada pinggir lateral m.
sternocleidomastoideus dan ujung ibu jari anda pada garis tengah tepat di atas
insisura sternalis. Suruh pasien menelan. Bila kelenjar tiroid membesar, waktu
menelan ia akan teraba sebagai jaringan yang berjalan ke atas di bawah jari anda.
Tiroid yang normal tidak mudah untuk diraba.
Bila anda pindah ke belakang pasien anda, sekali lagi rabalah kelenjar tiroid
yang membesar. Mula-mula, mintalah pasien melakukan sedikit fleksi leher dan
letakkan jari-jari anda medial terhadap m. sternocleidomastoideus. Dalam posisi ini,
kedua tangan dapat melakukan palpasi dengan serentak.

Pemeriksaan dari posterior juga memberikan kesempatan yang baik untuk


melakukan palpasi kelenjar limfe submentalis dan submandibularis. Selanjutnya,
pusatkan perhatian anda pada fosa supraklavikularis. Bila fosa ini dalam, suruh
pasien melakukan tindakan valsava (melakukan ekspirasi dengan glotis tertutup).
Tindakan ini akan memaksa apeks paru dan struktur dalam fosa supraklavikularis
naik ke atas menyentuh jari-jari anda.

3. Auskultasi

Bila pasien berusia lebih dari 50 tahun, dengarkan di atas tiap sinus karotikus
kemungkinan adanya aliran turbulen pada pembuluh darah atau bising karotis
(carotid bruit). Bahan ateromatosa yang menonjol ke lumen mengganggu aliran
lamelar dan menimbulkan arus turbulen yang terdengar sebagai bising sistolik.
Bunyi ini, yang nyaring (high pitched) paling jelas didengar dengan diafragma
stetoskop ketika pasien menahan napas.

Bising karotis asimtomatik yang tidak disertai oleh gejala-gejala neurologis tidak
mempunyai arti klinis. Bising ini menunjukkan adanya gangguan atau distorsi aliran.
Setiap kali perawat menemukan pembesaran tiroid, lakukan auskultasi pada kelenjar
tersebut. Bising tiroid menyarankan adanya hipervaskularitas pada kelenjar dan
keadaan hipertiroid. Bising sistolik dan diastolic, yang ditemukan secara kebetulan,
karena dengung vena (venous hum) dapat didengar pada dasar leher dan insisura
suprasternalis. Bising yang disebabkan oleh penyakit katup jantung dapat pula
didengar di atas arteri karotis pada dasar leher.

f. Penemuan-penemuan Lazim

Meningitis menyebabkan spasme leher dan nyeri yang bertambah berat bila selaput
otak teregang. Fleksi kepala dengan menyentuhkan dagu ke dada, akan menumbulkan
nyeri hebat pada meningitis.Untuk memeriksa arti nyeri leher dan spasme, angkatlah
tungkai yang berada dalam keadaan ekstensi penuh, pada pasien yang sedang
berbaring. Tindakan ini akan meregangkan selaput otak.

Kelenjar limfae yang nyeri tekan menyarankan adanya peradangan, kelenjar limfe
yang keras seperti karang menandakan adanya tumor, dan kelenjar limfe yang keras
seperti karet, melekat satu sama lain, menyarankan adanya limfoma.Kelenjar limfe yang
teraba pada trigonum servikalis anterior dapat disebabkan beberapa gangguan.
Faringitis dan tonsillitis merupakan penyebab tersering pembesaran kelenjar limfe
tersebut.

Benjolan di garis tengah tidak pernah berasal dari kelenjar limfe. kelenjar tiroid
selama masa embrional berjalan turun dari hipofaring dan dapat meninggalkan sisa
duktus tiroglusus sepanjang garis tengah.Benjolan lateral bukan kelenjar limfe
mencakup aneurisma arteri karotis, higroma kistik, dan kista celah brankialis. Pada
penyakit tiroid yang menyebabkan pembesaran difus, lobus piramidalis yang terletak di
garis tengah dapat di raba dengan mudah. Kelenjar yang membesar disebut goiter.

Kelenjar tiroid yang hiperfungsi juga hipervaskular. Pembuluh darah yang melebar
dapat memberi getaran ke tangan dan bising pada auskultasi. Bila anda meraba tiroid
periksalah tiga sifatnya yaitu limfadenopati yang berhubungan, nodul multiple, dan
tekstur. Kelenjar yang membesar, keras seperti kayu menyarankan adanya tiroiditis
kronis, sedangkan pembesaran kelenjar yang nyeri tekan menyarankan adanya tiroiditis
akut.

Iga servikalis kebanyakan ditemukan secara kebetulan, tetapi terkadang


menimbulkan gejala. N. torakalis I dan a. subklavia harus membelok tajam untuk
menyilang iga tersebut sehingga menimbulkan gejala-gejala vaskuler atau saraf pada
lengan dan tangan.

Tindakan Adson membantu memperkirakan diagnosis. Dengan lengan tergantung


lurus ke bawah, raba denyut radialis. Kemudian mintalah pasien memutar kepalanya ke
sisi gejala dan menarik napas dalam. Tindakan ini menyebabkan m. scalenus teregang,
mengangkat iga pertama, kedua dan iga tambahan, dan dapat menghilangkan denyut
nadi dan menimbulkan rasa nyeri.
g. Latihan Pemeriksaan Fisik

Temukan batas leher pertama. Pertama, temukan kartilago tiroidea. Gerakkan


kartilago ini ke kanan-kiri dan perhatikan adanya krepitus halus ketika kartilago bergeser
di atas vertebra. Rabalah trakea sampai ke insisura suprasternalis. Rabalah pinggir
depan m. sternocleidomastoideus pada masing-masing sisi untuk menentukan batas
trigonum servikalis anterior.

Dengan hati-hati rabalah arteria karotis pada satu sisi kemudian pada sisi lainnya.
Gunakan tiga jari untuk mendorong trakea dan otot agar saling menjauhi. Pada bagian
atas setiap trigonum, rabalah ujung posterior kelenjar ludah submandibularis.Carilah
tonjolan mastoid dan rabalah sepanjang tepi posterior m. sternocleidomastideus. Ini
adalah trigonum servikalis posterior.

Rabalah pinggir posterior, yaitu m. trapezius. Di sini sering terdapat beberapa


kelenjar limfe kecil pada orang normal. Rabalah jauh ke dalam pada trigonum ini untuk
meraba prosesus transversus vertebra servikalis. Kemudian mulai pada inion tengkorak
dan raba ketegangan ligamentum yang terbentang dari tempat ini ke tonjolan pada
vertebra servikalis VII. Ligamentum ini paling baik diraba dengan kepala pasien dalam
keadaan fleksi. Rabalah fosa supraklavikularis pada kedua sisi.

Mula-mula lakukan ini pada pasien anda dengan posisi netral, kemudian lakukan
dengan bahunya diangkat untuk mengangkat klavikula ke atas. Kemudian periksalah
tiroid dari depan dan dari belakang. Tindakan ini akan lebih mudah dengan memberikan
segelas air pada pasien. Kemudian perhatikan dengan teliti saat ia menelan.
3. Pemeriksaan Dada
A. Thoraks dan Paru-paru

Pernapasan
1. Pola Pernapasan
1. Normal (eupna) : teratur dengan frekuensi 12-20 kali per menit
2. Tachypnea : frekuensi nafas lebih dari 20 kali per menit
3. Bradipnea : frekuensi nafas kurang dari 12 kali permenit
4. Hiperventilasi : cepat, bernafas dalam lebih dengan frekuensi lebih dari 20
kali per menit
5. Cheyne-stokes : periode bergantian antara hiperpnea dan apnea yang
berirama
6. Kussmaul : pernapasan dalam namun frekuensinya cepat.
7. Air trapping : kesulitan bernapas saat ekspirasi

2. Bunyi Pernapasan
1. Vesikular
Vesikular adalah suara nafas yang terdengar di sebagian besar
paru. Memiliki intensitas yang halus, bernada rendah, dan durasi inspirasi
lebih panjang dari ekspirasi.
2. Bronko-vesikular
Bronko-vesikular adalah suara nafas yang terdengar di daerah
percabangan bronkus dan trakea. Memiliki intensitas sedang, bernada
sedang namun lebih kasar di bandingkan vesicular, dan durasi inspirasi
sama panjang dengan ekspirasi.
3. Bronkial
Bronkial adalah suara nafas yang terdengar di daerah trachea dan
supra sternal notch. Memiliki intensitas yang kasar, bernada tinggi, dan
durasi inspirasi lebih pendek di bandingkan dengan ekspirasi.
4. Trakeal
Trakeal adalah suara nafas yang terdengar di daerah trakea.
Memiliki intensitas yang sangat keras, bernada tinggi, dan durasi inspirasi
sama dengan ekspirasi.

3. Bunyi Tambahan
1. Ralles (crackles)
 Seperti pergesekan rambut
 Terdengar pada saat inspirasi bagian bawah (bases)
 Tidak hilang oleh batuk
 Terkait dengan bronchitis,gagal jantung, dan pneumonia

2. Wheezes
 Bernada tinggi, suara nyaring
 Terdengar saat ekspirasi pada semua area paru
 Tidak hilang dengan batuk
 Terkait dengan asma, bronchitis, gagal jantung, dan empisema.

3. Ronchi
 Kasar dan keras
 Terdengar saat ekspirasi di atas bronchi dan trachea
 Sering hilang oleh batuk
 Terkait dengan bronchitis dan pneumonia

4. Stridor
 Keras dan bernada tinggi
 Mudah terdengar tanpa stetoskop selama inspirasi dan ekspirasi
 Indikasi penyempitan saluran pernafasan atas
 Terkait dengan obstruksi parsial jalan nafas, epiglottitis.

A. Bentuk Dada
1. Barrel Chest (Dada Barel)
Bentuk dada menyerupai barel karena hasil hiperinflasi paru. Hiperinflasi
adalah terjebaknya udara akibat saluran pernapasan yang menyempit. Pada
keadaan ini terjadi peningkatan diameter anteroposterior sehingga dada
menjadi membulat. Barrel chest umumnya ditemukan pada pria.dan dapat
terjadi pada pasien dengan penyakit asma berat.

2. Funnel Chest (Dada Corong)


Bentuk dada ini terjadi ketika adanya gangguan perkembangan paru-paru
yang menyebabkan depresi ujung bawah sternum. Bentuk dada ini rentan
terjadi penekanan jaringan terhadap jantung dan pembuluh darah nesar
sehingga murmur (suara bising) pada jantung sering terjadi. Funner chest
dapat terjadi pada pasien dengan penyakit rikets atau sindrom marfan.
3. Pigeon Chest (Dada Burung)
Bentuk dada ini terjadi ketika ada pergeseran yang menyebabkan
lengkungan keluar pada sternum dan tulang rusuk. Pada keadaan ini juga
terjadi peningkatan diameter anteroposterior. Pigeon chest dapat terjadi pada
pasien dengan penyakit rikets, sindrom marfan, atau kifoskoliosis berat.

4. Khyposcoliosis
Keadaan ini ditandai dengan elevasi scapula dan spina berbentuk huruf S.
Kifoskoliosis yang berat dapat mengurangi kapasitas paru dan meningkatkan
kerja pernapasan. Bentuk dada ini dapat terjadi sebagai akibat dari polio atau
sindrom marfan.
B. Pemeriksaan Dasar
Secara berurutan pemeriksaan toraks dan paru harus meliputi; inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi.

Inspeksi

1. Diamati bentuk thorax, apakah biasa/normal ataukah ada kelainan bentuk seperti;

 Kifosis, Iordosis, scoliosis gibbus (kiposis yang ekstrim).


 Bentuk dada burung (pigeon chest)-sternum menonjol
 Bentuk dada tukang sepatu/cekung (funnel chest)
 Barrel chest (besar-mengembung muka-belakang)

2. Diamati pernapasan pasien seperti:

 Terdengar stridor inspirasi atau ekspirasi


 Menghitung frekuensi pernapasan, normalnya 16-24 kali per menit dan
juga ada perbandingan frekuensi napas, dengan HR yang kira-kira
1 : 4. Napas lebih dari 24 kali per menit disebut Tachypnea. Bila kurang
dari 16 disebut Bradipnea.
 Catat pola atau irama pernapasannya. Teratur, periodic ceynes stokes,
periodic biot, Kussmaul ( cepat-dalam), Hiperventilasi (hanya dalam) atau
irama satu-satu pada pasien sebelum meninggal.
 Amati ada tidaknya Dyspnea (setiap ketidaknyamanan bernapas dalam
bentuk apapun);
– Tanda-tanda retraksi intercostals
– Tanda-tanda retraksi supra sterna
– Pernapasan cuping hidung
– D’effort inspirasi seperti pada disteria.
– D’effort ekspirasi seperti pada asthma bronchiale
– Orthopnea, lebih nyaman bernapas pada posisi duduk.

3. Ada hal lain yang dihubungkan dengan fungsi pernapasan adalah;

 Pengamatan Cyanosis disekitar bibir, mulut dan dasar kuku


 Clubbing of the fingers (seperti ujung pemukul genderang).

4. Amati suara batuk yang kita dengar (produktif, kering, whooping, pendek-pendek
atau berdeham)

Palpasi

Letakkan satu tangan pada tiap sisi dada. Mintalah pasien untuk bernapas
dalam-dalam. Mulailah menempatkan kedua ujung ibu jari pada prosesus xifoideus
dengan jari-jari tangan dan tangan terentang pada kedua bidang bawah anterior paru-
paru. Ulangilah bagian ini pada bagian posterior dan superior.

Pakailah sisi ulnar jari kelima atau telapak tangan anda pada tempat yang sama
di atas paru-paru dan mintalah pasien untuk mengucapkan “Sembilan sepuluh
Sembilan.” Getaran yang dirasakan disebut Vocal fremitus, perabaan dilakukan
diseluruh permukaan dada (kiri, kanan, depan dan belakang).
Umumnya pemeriksaan ini bersifat membandingkan bagian mana yang lebih
bergetar atau kurang bergetar. Pemadatan jaringan baru (Pneumonia, keganasan) akan
terasa lebih bergetar. Pleural effusion dan pneumo thorax akan terasa kurang bergetar

Perkusi

Pemeriksaan dilakukan dengan membandingkan bunyi perkusi paru kanan dan


kiri secara berurutan

Tempatkan jari pleksimeter pada dinding dada yang akan diperiksa. Untuk
menghasilkan bunyi perkusi yang lebih keras, tekan jari dengan kuat. Cara ini lebih baik
daripada melakukan pengetukan lebih keras pada tangan lainnya.

Lakukan pengetukan tanpa pergerakan siku. Lakukan pengetukan dengan cepat dan
seperti refleks.
Pengetukan dilakukan di bagian paling ujung (pada gambar), kemudian pindahkan jari
dengan cepat agar getaran tidak teredam.
Auskultasi

Auskultasi paru adalah mendengarkan suara pada dinding thorax dengan


menggunakn stetoskop, dengan cara meminta pasien bernafas cukup dalam dengan
mulut terbuka dan letakan stetoskop secara sistematik dari atas kebawah dengan
membandingkan kiri-kanan.

B. Jantung

A. Frekuensi dan Irama Jantung

1. Irama teratur
 Cepat (di atas 100 kali)
- Takikardia sinus
- Takikardia atrial atau nodus (supraventrikuler)
- Flutter atrium dengan respons ventrikel teratur
- Takikardia ventrikel
 Normal (60-100 kali)
- Irama sinus normal
- Blok AV derajat dua
- Flutter atrium dengan respons ventrikel teratur
 Lambat
- Brakikardia sinus
- Blok AV derajat dua
- Blok jantung spema

2. Irama tidak teratur


 Tidak teratur secara irama (sporadis)
- Kontraksi premature (atrium, nodus, atau ventrikel)
- Aritmia sinus
 Tidak teratur total
- Fibrilasi atrial
- Flutter atrial dengan blok yang bervariasi

B. Frekuensi Jantung Normal

Usia Frekuensi rata-rata


1-6 bulan 140

6-12 bulan 130

1-2 tahun 115

2-6 tahun 103

6-10 tahun 95

10-14 tahun 85

C. Tekanan darah
1. Pada orang dewasa

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Hipertensi
Sangat berat ≥ 210 ≥ 120
Berat 180-209 110-119
Sedang 160-179 100-109
Ringan 140-159 90-99
Sangat normal 130-139 85-89
Normal < 130 < 85

2. Pada anak-anak
 Normal : tekanan darah sistolik dan diastolik < 90 persentil terhadap
usia dan jenis kelamin
 Sangat normal : tekanan darah sistolik dan diastolik rata-rata antara
persentil 90 dan 95 terhadap usia dan jenis kelamin
 Tinggi : tekanan darah sistolik dan/ atau diastolik rata-rata ≥ 95
persentil terhadap usia dan jenis kelamin.

D. Bunyi Jantung
 Bunyi Jantung I
Bunyi jantung I ditimbulkan karena kontraksi yang mendadak terjadi
pada awal sistolik, meregangnya daun-daun katup mitral dan trikuspid
yang mendadak akibat tekanan dalam ventrikel yang meningkat dengan
cepat, meregangnya dengan tiba-tiba chordae tendinea yang memfiksasi
daun-daun katup yang telah menutup dengan sempurna, dan getaran
kolom darah dalam outflow track (jalur keluar) ventrikel kiri dan di dinding
pangkal aorta dengan sejumlah darah yang ada didalamnya.. Bunyi
jantung I yang mengeras dapat terjadi pada stenosisis mitral

 Bunyi Jantung II

BJ II ditimbulkan karena vibrasi akibat penutupan katup aorta


(komponen aorta), penutupan katup pulmonal (komponen pulmonal),
perlambatan aliran yang mendadak dari darah pada akhir ejaksi sistolik,
dan benturan balik dari kolom darah pada pangkal aorta yang baru
tertutup rapat.Bunyi jantung II dapat dijumpai pada duktus arteriosus
persisten besar, tetralogi fallot, stenosis pulmonalis,

 Bunyi Jantung III


Terdengar karena pengisian ventrikel yang cepat (fase rapid filling).
Vibrasi yang ditimbulkan adalah akibat percepatan aliran yang mendadak
pada pengisisan ventrikel karena relaksasi aktif ventrikel kiri dan kanan
dan segera disusul oleh perlambatan aliran pengisian. Bunyi jantung III
dapat dijumpai pada syok kardiogenik, kardiomiopati, gagal jantung, dan
hipertensi.
 Bunyi Jantung IV
Bunyi jantung IV dapat terdengar bila kontraksi atrium terjadi
dengan kekuatan yang lebih besar, misalnya pada keadaan tekanan
akhir diastole ventrikel yang meninggi sehingga memerlukan dorongan
pengisian yang lebih keras dengan bantuan kontraksi atrium yang lebih
kuat. Dapat dijumpai pada penyakit jantung hipertensif, hipertropi
ventrikel kanan, kardiomiopati, angina pectoris, gagal jantung, hipertensi,

E. Bunyi Jantung Tambahan


 Bunyi detak ejeksi pada awal sistolik (early sisitolic click)
Early sisitolic click adalah bunyi dengan nada tinggi yang terdengar
karena detak. Hal ini disebabkan karena akselerasi aliran darah yang
mendadak pada awal ejeksi ventrikel kiri dan berbarengan dengan
terbukanya katup aorta yang terjadi lebih lambat. Keadaan inisering
disebabkan karena stenosis aorta atau karena beban sistolik ventrikel kiri
yang berlebihan dimana katup aorta terbuka lebih lambat.

 Bunyi detak ejeksi pada pertengahan atau akhir sistolik


(mid-late systolick klick)

Mid-late systolick klick adalah bunyi dengan nada tinggi pada fase
pertengahan atau akhir sistolik yang disebabkan karena daun-daun katup
mitral dan chordae tendinea meregang lebih lambat dan lebih keras.
Keadaan ini dapat terjadi pada prolaps katup mitral karena gangguan
fungsi muskulus papilaris atau chordae tendinea.

 Detak pembukaan katup (opening snap)


Opening snap adalah bunyi yang terdengar sesudah BJ II pada
awal fase diastolik karena terbukanya katup mitral yang terlambat dengan
kekuatan yang lebih besar yang disebabkan hambatan pada pembukaan
katup mitral. Keadaan ini dapat terjadi pada stenosis katup mitral.

 Gerakan perikard (pericardial friction rub)


Pericardial friction rub terdengar pada fase sistolik dan diastolik
akibat gesekan perikardium viseral dan parietal. Bunyi ini dapat ditemukan
pada pericarditis.

 Bising jantung adalah bunyi desiran yang terdengar memanjang yang


timbul akibat vibrasi aliran darah turbulen yang abnormal.

F. Pemeriksaan Dasar

Inspeksi

Vena-vena leher

Aturlah posisi pasien pada tempat pemeriksaan yang dapat dimiringkan ke


atas pada pinggangnya. Mulailah dengan punggung lurus dan ditinggikan kira-
kira 30◦dari garis horizontal. Sinarilah sisi kanan leher dengan membentuk sudut
dengan lampu senter. Tekan basis leher dengan jari tangan untuk mengamati
vena yugularis. Sumbatlah alir balik vena dengan jari tangan di bagian atas.
Kosongkan vena dengan mengurutnya dengan jari tangan dan perhatikan
apakah terjadi pengisian dari bawah.

Jika tidak terlihat, maka turunkanlah sudut tersebut sampai pasien berbaring rata.
Jika masih belum terlihat, secara perlahan tinggikan tempat tidur mulai dari 30 ◦
sampai90◦.
Kemudian carilah ictus cordis, yaitu denyutan dinding toraks. Bila dalam
keadaan normal akan berada di ICS-5 pada linea medioclavikularis kiri selebar 1
cm. dengan mengetahui letak ictus maka akan diperoleh gambaran tentang ada
atau tidaknya pembesaran jantung.

Palpasi

Impuls apical terkadang dapat pula dipalpasi. Normalnya terasa sebagai


denyutan ringan, dengan diameter 1 sampai 2 cm. Telapak tangan mula-mula
digunakan untuk mengetahui ukuran dan kualitasnya. Bila impuls apical lebar
dan kuat, dinamakan sembulan (heave) atau daya angkat ventrikel kiri.
Dinamakan demikian karena seolah “mengangkat” tangan dari dinding dada
selama palpasi.

PMI abnormal. Bila PMI terletak dibawah ruang interkostal V atau


disebelah lateral garis medioklavikularis, penyebabnya adalah pembesaran
ventrikel kiri karena gagal jantung kiri. Secara normal, PMI hanya teraba pada
satu ruang interkostal. Bila PMI dapat teraba pada dua daerah yang terpisah dan
gerakan denyutannya paradoksal (tidak bersamaan), harus dicurigai adanya
aneurisma ventrikel.

Disamping adanya pulsasi perhatikan adanya getaran ”thrill” yang terasa


pada telapak tangan, akibat kelainan katup-katup jantung. Getaran ini sesuai
dengan bising jantung (murmur) yang kuat pada waktu auskultasi sehingga
dapat di palpasi. Thrill juga dapat dipalpasi diatas pembuluh darah bila ada
obstruksi aliran darah yang bermakna, dan akan terjadi di atas arteri karotis bila
ada penyempitan (stenosis) katup aorta. Tentukan pada fase apa getaran itu
terasa, demikian pula lokasinya.

Perkusi

Kegunaan perkusi adalah menentukan batas-batas jantung. Pada


penderita emfisema paru terdapat kesukaran perkusi batas-batas jantung. Selain
perkusi batas-batas jantung, juga harus diperkusi pembuluh darah besar di
bagian basal jantung. Pada keadaan normal antara linea sternalis kiri dan kanan
pada daerah manubrium sterni terdapat pekak yang merupakan daerah aorta.
Bila daerah ini melebar, kemungkinan akibat aneurisma aorta.

Untuk menentukan batas kiri jantung lakukan perkusi dari arah lateral ke
medial. Batas jantung kiri memanjang dari garis medioklavikularis di ruang
interkostal III sampai V. Perubahan antara bunyi sonor dari paru-paru ke redup
relative kita tetapkan sebagai batas jantung kiri.

Batas kanan terletak di bawah batas kanan sternum dan tidak dapat
dideteksi. Pembesaran jantung baik ke kiri maupun ke kanan biasanya akan
terlihat. Pada beberapa orang yang dadanya sangat tebal atau obes atau
menderita emfisema, jantung terletak jauh dibawah permukaan dada sehingga
bahkan batas kiri pun tidak jelas kecuali bila membesar.

Auskultasi

Pindahkan stetoskop dari point maximal impulse bergerak medial ke garis


parasternal kiri, diteruskan ke atas sampai sela iga ke-2, Selanjutnya
menyebrang sternum, tetap di sela iga ke 2 di garis parasternal kanan.tau, bisa
dimulai dari dasar dan mengarah ke apeks: dengan stetoskop di sela iga ke-2 di
garis parasternal kanan, bergerak menyebrang ke garis parasternal kiri di sela
iga ke-2 terus turun sampai sela iga ke-5, dan kemudian ke apeks.

Terlepas dari arah gerak stetoskop, menempelkan telunjuk kiri dan jari
tengah pada arteri karotis, tepat di sepertiga bagian bawah leher dapat
memudahkan identifikasiyang benar dari S1, sebelum denyutan karotis, dan S2,
yang setelah upstroke karotis. Pastikan untuk membandingkan intensitas S1 dan
S2 saat menggerakan stetoskop melalui daerah di atas.

Pada dasar jantung, S2 lebih keras dari S1 dan dapat berpisah dengan
respirasi. Pada apeks, S1 biasanya lebih keras dari S2 kecuali pada interval PR
yang panjang.Hati-hati saat mendengar intensitas S1 dan S2, konfirmasi setiap
suara tersebut dengan mengidentifikasi sistol, pada interval antara S1 dan S2,
dan diastole, pada interval antara S2 dan S1.
Perhatikan jika mendengarkan suara tambahan S3 dan S4 dan murmur,
saat sistol dan diastol merupakan prasyarat mutlak untuk identifikasi yang benar
dari auskultasi dalam siklus jantung

Instruksikan pasien untuk memutar badannya ke sisi kiri ke posisi


dekubitus lateral kiri, dengan posisi seperti ini ventrikel kiri dekat dengan dinding
dada. Tempatkan bel stetoskop dengan ringan pada impuls apikal.Posisi ini
mengeraskan suara S3 dan S4 dan mitral, terutama pada stenosis mitral

Instruksikan pasien untuk duduk, condong ke depan, buang napas


seluruhnya, dan tahan nafas. Menekan diafragma stetoskop di dada,
mendengarkan sepanjang garis parasternal kiri dan di apeks, berhenti secara
berkala sehingga pasien dapat bernapas.Posisi ini menguatkan murmur aorta.
Murmur diastolik yang pelan pada regurgitasi aorta hanya dapat didengarkan
pada posisi ini

Diafragma lebih baik dalam mengambil suara yang relatif bernada tinggi
dari S1, S2, dan murmur dari regurgitasi aorta dan mitral, dan gesekan
perikardial. Mendengarkan seluruh prekordium dengan diafragma dengan
menekan kuat terhadap dada.

Bel lebih sensitif terhadap suara bernada rendah dari S3 dan S4 dan
murmur stenosis mitral. Tekan bel dengan ringan, dengan tekanan hanya cukup
untuk menghasilkan segel udara dengan lingkar bel secara penuh. Gunakan bel
pada apeks, kemudian bergerak ke medial sepanjang garis parasternal. Dengan
meletakan tumit tangan pada dada sebagai titik tumpu dapat membantu untuk
mempertahankan tekanan ringan.

Dengarkan seluruh prekordium dengan posisi pasien terlentang. Untuk


pasien baru dan pasien yang memerlukan pemeriksaan jantung lengkap, dapat
menggunakan dua manuver di bawah untuk mendengarkan stenosis mitral dan
regurgitasi aorta.

Menekan bel dengan kuat pada dada membuatnya berfungsi lebih seperti
diafragma oleh karena peregangan kulit yang di bawahnya; Suara bernada
rendah seperti S3 dan S4 dapat hilang; Sebaliknya, suara bernada tinggi
terdengar seperti klik midsystolic, suara ejeksi, atau opening snap akan lebih
keras.

4. Pemeriksaan Abdomen
Relatif hanya ada sedikit mekanisme patofisiologik yang menimbulkan tanda
dan gejala penyakit abdomen. Gejala-gejala yang menyebabkan sebagian terbesar
pasien datang kepala dokter adalah nyeri, gangguan fungsi, perdarahan
gastrointestinal, gejala sistemik, tanda-tanda dekompensasi organ, obstruksi organ
berongga, dan iritasi peritoneum.

Pemeriksaan abdomen dapat bersifat kompleks karena organ-organ yang


terletak di dalam dan di dekat rongga abdomen. Riwayat keperawatan yang lengkap
membantu perawat menginterpretasikan tanda fisik. Pemeriksaan mencakup
pengkajian struktur traktus gastrointestinal (GI) bawah selain hati, lambung, uterus,
ovarium, ginjal, dan kandung kemih. Pengkajian yang akurat membutuhkan
pencocokan data riwayat klien dengan pengkajian yang cermat terhadap lokasi
gejala fisik.

RIWAYAT KEPERAWATAN UNTUK PENGKAJIAN


ABDOMEN

Kategori Pengkajian Rasional

Jika klien mengalami nyeri abdomen Pola karakteristik nyeri


atau nyeri punggung bawah, kaji membantu menentukan
karakter nyeri secara rinci (lokasi, sumbernya.
awitan, frekuensi, faktor pencetus, faktor
yang memperburuk, jenis nyeri,
keparahan dan proses terjadinya). Posisi yang dilakukan klien
Observasi dengan cermat gerakan dan dapat mengungkapkan sifat dan
posisi klien, termasuk berbaring dengan sumber nyeri termasuk
lutut ditarik ke atas, bergerak gelisah peritoritis, batu ginjal, dan
untuk menemukan posisi yang nyaman pankreatitis.
dan berbaring miring atau duduk
dengan lutut ditarik ke dada.
Data yang dibandingkan dengan
hasil pemeriksaan fisik dapat
Kaji kebiasaan defekasi normal dan membantu mengidentifikasi
karakter feses. penyebab dan sifat masalah
eliminasi.

Perubahan organ abdomen


Tentukan apakah klien pernah
akibat pembedahan atau trauma
menjalani beda abdomen , trauma
dapat menyebabkan perubahan
abdomen, atau tes diagnostik pada
pada hasil pemeriksaan fisik
traktus GI.
(mis. Posisi organ dalam). Tes
diagnostik dapat mengubah
karakter feses.
Kaji apakah klien baru mengalami
perubahan berat badan atau intoleransi Data dapat mengindikasikan
terhadap diet (mis. Mual, muntah, kram perubahan pada saluran
terutama dalam 24 jam terakhir). gastrointestinal atas (lambung
atau kandung empedu) atau
Kaji adanya kesulitan menelan,
kolon bawah.
bersendawa, flatulens, emesis berdarah
(hematemesis), feses hitam atau seperti Tanda dan gejala karakteristik
ter (melena), nyeri uluhati, diare, atau tersebut mengindikasikan
konstipasi. gangguan gastrointestinal.

Tanyakan apakah klien mengonsumsi


obat antiinflamasi (mis. Aspirin,
Agens farmakologik dapat
ibuprofen, atau steroid) atau antibiotik.
menyebabkan tidak enak pada
Minta klien menunjukkan area nyeri
GI atau perdarahan GI.
tekan.
Perawat mengkaji paling akhir
area yang nyeri untuk
Selidiki riwayat keluarga untuk adanya meminimalkan rasa tidak
kanker, penyakit ginjal, alkoholisme, nyaman dan kecemasan.
hipertensi, atau penyakit jantung.
Data dapat mengungkapkan
Tentukan apakah klien dalam keadaan
risiko gangguan yang dapat
hamil, catat periode menstruasi terakhir.
diidentifikasi selama
Kaji konsumsi alkohol klien. pemeriksaan.

Kehamilan menyebabkan
perubahan pada bentuk dan
Bahas riwayat klien untuk faktor berikut:
kontur abdomen.
layanan kesehatan okupasi,
hemodialisis, pengguna obat-obattan IV, Ingesti alkohol kronik dapat
tinggal serumah atau kontak seksual menyebabkan masalah
dengan pembawa virus hepatitis B gastrointestinal dan hati.
(HBV), individu heteroseksual dengan
Faktor risiko pajanan hepatitis B
lebih dari satu pasangan dalam 6 bulan
(Reece, 1993)
terakhir, pria homoseksual atau
biseksual yang aktif secara seksual,
pelancong internasional di area yang
tinggi laju infeksi HBV-nya.

Garis batas membantu perawat memetakan regio abdomen. Prosesus sifoideus


(ujung stenum) menandai tepi atas regio abdomen, dan simfisis pubis menggambarkan
tepi baawah. Dengan membagi abdomen menjadi empat kuadran imaajiner, perawat
dapat merujuk hasil pengkajian dan mencatatnya dalam hubungannya dengan setiap
kuadran. Sebagai contoh, perawat dapat menentukan bahwa klien mengalami nyeri
tekan pada kuadran kiri bawah (LLQ) dengan bising usus normal. Sebelah posterior
ginjal, terdapat di vertebrata T12 sampai L3, dilindungi oleh iga bawah dan otot
punggung. Sudut kostovertebral yang dibentuk oleh iga terakhir dan kolumna vertebra
adalah garis batas yang digunakan selama palpasi ginjal.
A. Anatomi

1. Hati

Hati terletak di bawah diafragma dan dilindungi oleh iga-iga bawah Kubah
diafragma dimulai kira-kira pada sela iga keenam di garis midklavikula. Tepi bawahnya,
yang biasanya tipis dan halus, menonjol ke tepi bawah iga kanan. Tepi bawah hati
dengan lebar normal (8-12 cm) dapat dipalpasi pada sebagian orang normal yang
melakukan inspirasi dalam. Kandung empedu dan porta hepatikus terletak di bawah
kulit hipokondrium kanan. Limpa terletak di bagian posterior kanan di depan iga
kedelapan, ken, sembilan, dan kesepuluh. Ujung limpa sedikit dapat dipalpasi pada 5%
pasien normal yang sudah mencapai umur akademis.

2. Ginjal

Ginjal adalah organ profunda retroperitoneal di daerah pinggang, dan sering kali
tidak dapat dipalpasi. Promontorium sakrum dapat dipalpasi pada pasien ku di kutub
atas sektor hipogastrium. Aorta yang berdenyut, dengan diameter kira-kira 2 cm, dapat
teraba sebagai struktur di garis tengah. Pada pasien kurus, mungkin anda dapat
meraba promontorium sakrum selama palpasi dalam. Akhirnya, uterus dan vesika
urinaria merupakan struktur-struktur di garis tengah yang biasanya tidak dapat dipalpasi
kecuali kalau telah membesar.

3. Pankreas

Pankreas adalah suatu organ retroperitoneal yang terletak pada tulang belakang
dan dikelilingi dengan ketat oleh peritoneum. Nyeri sering menjadi manifestasi satu-
satunya pada penyakit pankreas, terutama penyakit maligna. Nyeri pankreas yang
dirasakan di bagian tengah epigastrium atau periumbilikal sering menembus ke
belakang. Pasien akan menceritakan bahwa ia menderita nyeri konstan yang memberat
kalau berbaring sehingga ia terpaksa mengambil posisi fetus untuk mengurangi nyeri
tersebut. Ketika pankreatitis akut berkembang lebih lanjut, peritoneum menjadi
meradang dan nyeri khas peritonitis menguasai gambaran klinis.

4. Limpa

Limpa adalah suatu organ yang sangat vaskuler, dapat mengalami gangguan-
gangguan vaskuler seperti infark embolik, perdarahan subkapsuler, ruptur, dan infiltrasi
leukemik. Infark menyebabkan nyeri hipokondrium kiri yang timbul secara tiba-tiba dan
berat dan sering di rasakan pula di daerah bahu kiri. Distensi akut menimbulkan rasa
nyeri, tetapi distensi kronis, seperti pada infiltrasi leukemik atau hipertensi portal, paling
banyak menimbulkan rasa berat yang berkepanjangan" di kuadran kiri atas.

B. Gejala-Gejala Penyakit Abdomen

1. Nyeri Abdomen

Nyeri Abdomen merupakan gejala paling umum yang dilaporkan klien ketika
mencari layanan medis. Nyeri abdomen berasal dari salah satu dari tiga sumber berikut
ini: visera yang berongga, organ padat, atau peritonium. Sifat, lokasi, penyebaran, daan
gejala-gejala yang berkaitan menunjukkan sumber nyeri. Visera yang berongga
berfungsi untuk penyimpanan atau pengangkutan yang terakhir ini dilakukan dengan
gelombang peristaltik. Nyeri timbul karena peregangan visera., yang hampir selalu
disebabkan oleh obstruksi. Nyeri yang disebabkan oleh obstruksi mekanis pada viseraa
berongga disebut nyeri kolik dan dikenal sebagai nyeri “kram” intermiten. Perasaan
tidak enak yang terus-menerus secara periodik menjadi lebih hebat ketika gelombang
kontraksi meningkatkan tekanan intralumen untuk sementara. Jadi penyakit kandung
empedu, duktus biliaris, lambung, usus halus dan usus besar dapat menimbulkan nyeri
kram abdomen. Kalau ada nyeri kolik aabdomen, periksalah fungsi semua sistem organ
yang dicurigai untuk mencari petunjuk sumber nyeri tersebut.

Nyeri yang berasal dari visera padat timbul dengan cara yang sedikit berbeda.
Parekhima itu sendiri tidak peka terhadap nyeri. Tiap organ visera dihubungkan oleh
suatu membran serosaa, baik berbentuk kapsul maupun sebagai lapisan peritoneum.
Keduanya berespons terhadap peradangan atau peregangan dengan menimbulkan
nyeri. Dua mekanisme dasarnya adalah pembengkakan dan infiltrasi oleh leukosit.
Pembengkakan yang timbul secara berangsur-angsur kurang nyeri ketimbang yang
terjadi dengan cepat. Dengan salah satu mekanisme tersebut diatas, nyerinya timbul
secara konstan, bukan seperti kram. Gerakan dapat memperberat nyeri tersebut. Nyeri
tekan sering sangat nyata pada palpasi permukaan serosa yang meradang.

Seluruh peritoneum mempunyai persarafan yang kaya dan peka terhadap nyeri kalau
teriritasi dengan darah, isi usus atau pus. Nyeri peritoneum jarang disebabkan oleh
kelainan de novo (peritonitis primer). Kelainannya mungkin setempat atau tersebar,
tetapi biasanya merupakan suatu proses sekunder. Pasien dengan peritornitis menderita
sakit berat dan mempunyai riwayat penyakit yang singkat. Anda sering dapat
mengungkapkan gejala-gejala yang mengarah ke organ yang sakit dan proses primernya.
Nyeri peritoneum bersifat konstan dan tumpul selama pasien tidak terganggu. Yang khas,
ia segera
memberat kalau
timbul gangguan
pada permukaan
serosa yang
meradang yang
disebabkan oleh
pergerakan.
Nyeri pada penyakit abdomen dapat dialihkan ke daerah di permukaan tubuh, baik
yang letaknya dekat maupun jauh dari tempat yang mengalami kelainan tersebut. Jika
medula spinalis menerima input dari visera yang terlibat dan tingkat vertebrata yang
sama juga menerima input aferen dari suatu daerah di permukaan tubuh, daerah di
permukaan tubuh tersebut dapat menjadi tempat nyeri aalih. Hal ini dapat dijelaskan
dengan adanya sinaps yang bersilangan antara aferen visera dan aferen kulit pada
tingkat medula spinalis. Berdasarkan prinsip yang sama, nyeri yang disebabkan oleh
gangguan di luar abdomen dapat dialihkan ke abdomen. Misalnya pneumoniaa
penuomokal kadang-kadang bermanifestasi sebagai nyeri alih pada kuadran atas
abdomen. Nyeri yang disebabkan oleh batu di dalam ureter dapat dialihkan ke skrotum
atau ujung penis.

Sebelum membahas ciri-cirinya abdomen yang khas, istilah yang dipakai untuk
melukiskan berbagai macam bagian abdomen dibagi menjadi beberapa sektor. Yang
termudah adalah sistem empat kuadran dengan garis-garis tegak lurus yang saling
berpotongan di umbikulus, yang membagi abdomen menjadi kuadran kanan dan kiri
atas dan kuadran kanan dan kiri bawah. Dapat pula dipakai sistem sembilan sektor
dengan dua garis vertikal dan dua garis horizontal. Kedua garis vertikal tersebut
berjalan sepanjang tepi lateral muskulus rektus, garis horizontal atas menghubungkan
titik terbawah tulang iga di bagian lateral, dan garis horizontal bawah menghubungkan
spina iliaka anterior superior. Daerah-daerah yang terbentuk oleh
perpotongan keempat garis tersebut adalah dari kanan ke kiri, dan dari atas ke bawah -
hipokondrium kanan, epigastrium, hipokondrium kiri, lumbal kanan, daerah umbilikus,
lumbal kiri, iliaka kanan, hipogastrium, dan iliaka kiri.
2. Kolik
Bilier

Kolik bilier yang disebabkan oleh peradangan atau batu dirasakan di daerah
hipokondrium kanan. Paling sering timbul pada wanita gemuk setengah tua, keluhan ini
bersifat rekuren. Keluhan ini dapat dicetuskan oleh makan atau minum yang berlebihan.
Keluhan lainnya adalah nausea, vomitus, dan demam, dan pasien mungkin
menjelaskan bahwa nyeri tersebut menyebar dari margo kosta ke punggung.
Lambung tidak memperlihatkan nyeri kolik sejati karena ia hampir selalu dapat
mengurangi tekanan yang berlebihan dengan muntah. Penyakit asam peptik dirasakan
sebagai rasa tidak enak di epigastrium - rasa perih - yang biasanya berkurang, tetapi
kadang-kadang menghebat, dengan makan. Okstruksi saluran keluar lambung
menimbulkan muntah bahan makanan yang tidak tecerna ber jam-jam setelah makan.
Obstruksi saluran keluar lambung menimbulkan muntah bahan makanan yang tidak
tercerna berjam-jam setelah makan. Penyakit asam peptik di duodenum dirasakan
sebagai nyeri yang letaknya dalam di daerah hipokondrium kanan yang hampir selalu
berkurang dengan makan. Nyeri tersebut sering membangunkan pasien dari tidurnya.
Biasanya penyakit ini kambuh selama musim semi dan musim gugur, suatu variasi
musiman yang menarik.
Berbagai macam lesi dapat menimbulkan nyeri usus halus. Peristaltis berjalan
dalam satu arah, dengan demikian obstruksi pada dasarnya menciptakan tabung
tertutup di bagian proksimal sumbatan. Karena peristalsis sering terjadi di usus halus,
gelombang nyeri timbul dalam jarak wkatu dekat. Nyeri usus halus cenderung
terlokalisir di daerah umbilikus.

3. Nyeri Kolon

Nyeri kolon dirasakan di daerah iliaka


kanan atau kiri, diatas sekum atau sigmoid.
Seringkali berkaitan dengan fungsinya, nyeri
kolon mungkin timbul atau hilang dengan
defekasi. Gelombang rasa tidak enak
kurang sering ketimbang pada penyakit
usus halus karena peristalsisnya juga
kurang sering. Ingatlah, bahwa kolon
berjalan melintasi abdomen di daerah
epigastrium yang timbul pada waktu makan
dan hilang dengan defekasi mungkin
disebabkan oleh refleks gastrokolik yang
hiperaktif. Ini sering terjadi pada berbagai
macam penyakit usus besar.

4. Apendisitis akut

Apendisitis akut adalah salah satu


bentuk nyeri visera yang karena sering
terjadi, dan perlu dibahas secarra lebih rinci.
Apendisitis paling lama berlaangsung selama 5 hari. Kemudian yang berlangsung lebih
lama kemungkinan disebabkan oleh penyakit lain. Gejala pertamanya adalah
anoreksiaa, yang diikuti oleh nyeri kraam di daerah periumbilikus, kadang-kadang
nausea, dan biasanya demam ringan. Nyeri tersebut kemudian pindah kedaerah iliaka
kanan dan makin lama menjadi makin berat, sampai tiba-tiba menghilang ketika
viseranya ruptur. Beberapa jam kemudian nyeri timbul kembali sebagai nyeri
peritoneum abdomen yang tersebar dan disertai dengan demam tinggi.

5. Nyeri Hati

Hati menjadi nyeri pada hepatitis atau abses hati karena efek leukosit.Kongesti akut
yang terjadi pada gagal jantung kanan, trombosis vena hepatika, atau metastasis yang
tumbuh dengan cepat akan menimbulkan nyeri karena meregangkan kapsul serosa hati.
Biasanya tumpul, relatif konstan, dan terletak dalam, nyeri hepatik menyebar mulai dari
proyeksi organ ini di permukaan tubuh sampai ke hipok ondrium kanan dan epi
gastrium. Jika kubah diafragma terlibat karena kontak langsung dengan proses
penyakitnya, dapat timbul gejala pleuritis. Di samping itu, nyeri diafragma ini dapat
dialihkan ke bahu.

Gangguan fungsi organ abdomen bermanifestasi dalam lima gejala dan tanda
yang umum: ikterus, nausea, vomitus, konstipasi, dan diare. Ik terus adalah pig mentasi
kuning pada kulit dan membra na mukosa yang disebabkan oleh pengendapan pigmen
empedu. Ada tiga proses dasar yang dapat menimbulkan ikterus. Pertama sumbatan
pada aliran empedu, kedua gangguan pada hepatosit (sel hati) sehingga pigmen
empedu tidak dapat diekskresikan dengan baik, dan ketiga hepatosit mungkin dibanjiri
oleh prekursor empedu yang berlebihan karena cepatnya pemecahan hemoglobin
selama hemolisis berat. Pada kebanyakan kasus, riwayat penyakit dan gejala dan
tanda yang berkaitan dapat dipakai untuk menentukan proses primernya.

Ikterus yang tidak nyeri lebih sering ditemukan oleh teman atau anggota keluarga
daripada oleh pasien itu sendiri. Pada pasien muda ikterus sering menunjukkan cacat
kongenital pada metabolisme bilirubin, seperti pada penyakit Gilbert, hepatitis atau
hemolisis - suatu keadaan yang kurang sering ditemu kan. Pada pasien yang berusia
lebih tua, ikterus sering menunjukkan karsinoma kaput pankreas atau traktus biliaris
yang tidak disertai oleh gejala-gejala lainnya atau sirosis hati dan dekompensasi hati
yang sudah lanjut. Riwayat penyakit harus mencakup pertanyaan-pertanyaan untuk
mengenali penyakit hati sebelumnya, pemaparan terhadap hepatitis, makan kerang-
kerangan mentah, suntikan, penyalahgunaan alkohol, pemakaian obat-obatan baik
yang diresepkan maupun obat gelap, dan pemaparan de ngan hepatotoksin. Petunjuk
yang ber- manfaat untuk adanya obstruksi bilier adalah keluhan pruritus yang
disebabkan oleh tertahannya garam empedu. Tanyakanlah pula warna fesesnya karena
tidak adanya empedu di dalam traktus gastrointestinal menimbulkan feses alkholik
yang berwarna seperti tanah lempung.

6. Diare dan konstipasi

Nausea, vomitus, konstipasi dan diare tercantum paling atas dalam daftar
gangguan fungsi fisiologis lainnya. Perincilah keluhan ini dipandang dari segi fungsi
normal, urutan waktu dan keluhan dan keadaan yang berkaitan. Mintalah deskripsi yang
tepat tentang muntah juga dan keadaan fesesnya. Interpretasi gejala-gejala ini dapat
dibantu dengan mempertimbangkan proses patofisiologis dasar yang menimbulkan
penemuan-penemuan ini. Muntah disebabkan oleh salah dari empat proses di bawah
ini: distensi suatu visera yang berongga, peradangan atau peregangan integumen usus,
iritasi mukosa lambung secara langsung, atau perangsangan sistem saraf pusat.
Muntah bahan makanan yang tidak tercerna beberapa jam setelah makan mengarah
kepada obstruksi saluran keluar lambung, yang sering disebabkan oleh penyakit ulkus.
Muntah proyektil terjadi secara tiba-tiba dengan sedikit gejala prodrobulmal. Isi lambung
dikeluarkan dengan kekuatan yang besar. Jenis muntah ini menunjukkan penyakit pada
sistem saraf pusat.

Diare dan konstipasi mungkin disebabkan oleh berbagai macam proses primer:
kebiasaan makan dan hasilnya, efek obat-obatan, bahan kimia atau hormon pada
mukosa usus atau motilitas usus, peradangan atau infeksi usus besar, dan obstruksi
lumen usus. Diare dapat diartikan oleh pasien sebagai feses yang cair atau sering
buang air besar. Pada malabsorpsi fesesnya terutama cenderung berbau busuk dan
banyak sekali. Diare yang berdarah mengarah kepada infeksi penvakit peradangan
usus, atau tumor. Apa yang dianggap sebagai konstipasi oleh seorang pasien mungkin
normal untuk pasien lainnya oleh karena dia perubahan frekuensi merupakan faktor
penting. Pada orang yang berusia lanjut, kontipasi dengan sedikit feses lunak intermiten
mungkin menunjukkan fecal impaction (penimbunan feses yang berlebihan) yang
mengalami pencairan parsial. Keluhan gangguan fungsional yang juga sering
ditemukan adalah intoleransi terhadap makanan. Etiologinya bermacam-macam
misalnya alergi makanan, penyakit pankreas, empedu, atau mukosa usus. Gejala-
gejala yang berkaitan dan satu riwayat penyakit yang lalu memberikan petunjuk yang
bermanfaat untuk menegakkan diagnosis. Gangguan mukosa usus oleh perdangan
atau tumor sering bermanifestasi sebagai perdarahan. Observasi penting yang harus
ditanyakan adalah melena, riwayat feses hitam. Adanya feses seperti itu menunjukkan
darah yang sudah dicernakan, meskipun preparat besi dan bismut (PeptoBismol) akan
menimbulkan efek yang serupa. Melena sejati dilukiskan sebagai feses seperti
terlengket, dan jika pasien mengeluarkan darah dalam jumlah besar, fesesnya menjadi
berbau busuk. Lima puluh ml darah saja sudah dapat menimbulkan melena sedangkan
5 mil darah di dalam feses akan memberikan hasil positif pada tes darah samar (tes
guaiac). Darah merah segar yang dikeluarkan melalui rektum atau hematokhezia berarti
sumber pendarahan tersebut terletak di sebelah distal atau sekum atau, jika berasal
dari bagian atas perdarahannya teriadi sedemikian cepat dan banyak sehingga
dikeluarkan tanpa mengalami perubahan. Pada perdarahan kolon darah akan
bercampur dengan feses. Sebaliknya, perdarahan rektum nya melapisi feses dan
mengotori kertas kloset.

C. Pemeriksaan Dasar

A. Inspeksi

Perawat dapat mengobservasi klien selama aktivitas layanan rutin. Perawat


mencatat postur klien dan mencari adanya bukti-bukti pembelatan abdomen, berbaring
dengan lutut ditarik, atau bergerak gelisah di tempat tidur. Pakaian pasien harus dibuka
dari puting susu sampai simfisis. Periksalah kesimetrisan abdomen. Perhatikan lokasi
penemuan-penemuan seperti apakah tersebar luas atau setempat, distensi, massa, dan
kelainan kulit atau pembuluh darah. Mintalah pasien untuk berbatuk atau mengangkat
kepalanya untuk mendapatkan informasi tambahan tentang sifat kelainan tersebut
dengan menegangkan abdomen. Klien yang bebas dari nyeri abdomen tidak akan
membungkuk atau membelat abdomen. Untuk menginspeksi gerakan atau baayangan
abnormal pada abdomen, perawat berdiri di sisi kanan klien dan melakukan inspeksi
dari atas abdomen. Dengan posisi duduk untuk melihat tegak lurus pada abdomen,
perawat mengkaji kontur. Pemeriksaan ringan diarahkan pada seluruh abdomen.
1. Kulit

Perawat menginspeksi kulit abdomen untuk warna, adanya jaringan parut, pola
vena, lesi, dan striae (tanda guratan-guratan). kulit tersebut memiliki warna yang sama
dengan bagian tubuh lainnya. Pola vena normalnya samar, kecuali pada klien kurus.
Striae terjadi akibat peregangan jaringan karena obesitas atau kehamilan. Adanya
lubang buatan menunjukkan adanya daerah drainase yang terjadi akibat pembedahan
atau ostomi. Jaringan parut yang menunjukkan trauma atau pembedahan di masa
lampau yang menimbulkan perubahan permanen pada anatomi organ di bawahnya.
Memar dapat mengindikasikan cedera kecelakaan, penganiayaan fisik, atau jenis
gangguan perdarahan. Tanyakan apakah klien melakukan injeksi sendiri (mis. Heparin
atau insulin). hasil yang tidak diharapkan mencakup perubahan warna seperti ikterik
atau sianosis. Tampilan regangan mengkilat mengindikasikan adanya asites.

2. Umbikulus

Posisi, bentuk, warna, dan tanda inflamasi, rabas, atau massa yang menonjol harus
diperhatikan. Normalnya umblikus datar atau cekung hemisfer di tengah antara
prosesus sifoideus dan simfisis pubis. Warnanya sama dengan kulit sekitarnya.
Umbilikus yang menonjol ke luar biasanya menunjukkan adanya distensi. Hernia
(penonjolan organ abdomen melewati dinding otot) menyebabkan penonjolan umbilikus
ke atas. Normalnya tidak ada rabas yang ke luar dari area umbilikus.

3. Kontur dan Simetrisitas

Perawat menginspeksi kontur, kesimetrisan, dan gerakan permukaan abdomen,


memperhatikan adanya massa, penonjolan atau distensi. Abdomen datar membentuk
bidang horisontal dari prosesus sifoideus sampai simfisis pubis. Abdomen yang bulat
menonjol ke dalam bola cekung dari bidang horizontal. Setiap hasil temuan tersebut
normal jika bentuk abdomen simetris. Pada lansia sering terdapat peningkatan distribusi
jaringan adiposa yang merata. Adanya massa hanya di satu sisi atau tidak simetris
dapat mengindikasikan adanya kondisi patologis.

Gas intestinal, tumor, atau cairan dalam rongga abdomen dapat menyebabkan
distensi (pembengkakan). Jika distensi bersifat menyeluruh, maka keseluruhan
abdomen akan menonjol. Kulit sering tampak tagng, seperti diregangkan di atas
abdomen. Jika gas menyebabkan distensi, panggul tidak menonjol. Tetapi, jika cairan
yang menjadi sumber masalahnya, maka panggul akan menonjol. Klien diminta miring
ke satu sisi. Tonjolan akan terbentuk pada sisi yang menggantung jika cairan
merupakan penyebab distensi. Perawat menanyakan pada klien apakah abdomen
terasa kencang. Perawat harus berhati-hati agar tidak rancau antara distensi dengan
obesitas. Pada obesitas, abdomen besar, gulungan jaringan adiposa terdapat di
sepanjang panggul dan klien tidak mengeluh sesak pada abdomen. Jika terjadi distensi
abdomen perawat dapat mengukur lingkar abdomen dengan meletakkan pita ukur di
sekeliling abdomen setinggi umbilikus. Pengukuran berurutan akan menunjukkan
adanya peningkatan atau penurunan distensi. Gunakan pena untuk menunjukkan
dimana pita ukur tersebut diletakkan.

4. Pembesaran organ atau massa

Sambil mengobservasi kontur abdomen, perawat meminta klien menarik napas


dalam dan menahannya. Kontur tersebut harus tetap halus dan simetris. Manuver ini
mendoroong diafragma ke bawah dan mengurangi ukuran rongga abdomen. Organ-
organ yang membesar di rongga abdomen bagian atas (mis. Hati atau limpa) dapat
menurun ke bawah rongga iga sehingga menyebabkan tonjolan. Pemeriksaan yang
lebih cermat dapat dilakukan dengan palpasi.

Untuk mengevaluasi mengevaluasi muskulatur abdomen, perawat meminta klien


mengangkat kepalanya. Posisi ini menyebabkan massa dinding abdomen superfisial,
hernia, atau pemisahan otot lebih mudah terlihat.

5. Gerakan atau Pulsasi

Perawat harus mengingat bahwa pria bernapas secara abdomen dan wanita
bernapas secara kostal. Jika klien mengalami nyeri yang hebat, gerakan pernapasan
tersebut akan hilang, dan klien mengencangkan otot-otot abdomennya untuk mengatasi
nyeri ini. Pada inspeksi yang lebih cermat perawat dapat melihat gerakan peristaltik dan
pulsasi aortik dengan melihat ke arah abdomen dari samping untuk mendeteksi
gerakan. Memerlukan waktu beberapa menit untuk melihat gelombang peristaltik
tersebut. Sebaliknya, pulsasi aortik terjadi bersama setiap denyut sistole dan muncul di
garis tengah di atas umbilikus (area epigastrik).

B. Palpasi

Informasi yang diperoleh berbeda-beda tergantung pada perhatian dan ketelitian


yang dicurahkan. Periksalah abdomen dengan hati-hati, lemah-lembut, dan tidak
tergesaa-gesa. Palpasi yang dilakukan dengan tergesa-gesa, tangan yang dingin, atau
pemeriksaan yang dilakukan secara sepintas lalu akan menggagalkan usaha anda.

Jika ada alasan untuk mencurigai kelainan atau nyeri di suatu daerah, palpasilah
daerah tersebut pada saat terakhir. Dengan memakai bantalan jari-jari dan tangan yang
sejajar dengan abdomen, mula-mula palpasilah tiap sektor secara perlahan-lahan
dengan lemah lembut. Seorang pasien yang tegangdapat menjadi lebih santai jika
sendi panggul dan sendi lututnya difleksikan dan hanya tumitnya yang berada pada
meja periksa. Pada tiap daerah pemeriksaan, secara perlahan-lahan tingkatkanlah
tekanan tangan yang memeriksa sampai anda puas dengan hasilnya. Jika ada merasa
perlu memeriksa lebih dalam lagi, letakkanlah tangan lainnya pada tangan yang
melakukan palpasi untuk menambah tekanan. Untuk membantu mencapai bagian
dalam abdomen, mintalah pasien untuk bernafas perlahan-lahan dan dalam-dalam.
Pada tiap ekspirasi abdomen turun, dan posisi ini dipertahankan sampai ekspirasi
berikutnya, dimana tangan dimasukkan lebih dalam lagi.

Pemeriksa yang berpengalaman akan mengalihkan perhatian pasien selama


pemeriksaan dengan membicarakan hal-hal ringan. Periksalah wajah pasien untuk
melihat tanda-tanda perasaan tidak enak selama palpasi.

Palpasi bimanual yang sebenarnya bermanfaat untuk mengetahui garis bentuk


organ, struktur vaaskuler, atau massa dengan mempalpasi kedua sisi berlawanan
struktur tersebut. Ini dilakukan dari depan ke belakang melalui pinggang atau dengan
menekan kedua sisi struktur tersebut di bagian anterior.

Ballottement bermanfaat, terutama kalau abdomen tersebut besar ataau penuh


dengan cairan. Cara ini dapat memperlihatkan adanya massa atau pembesaran organ
yang tidak dapat diketahui dengan palpasi biasa. Ujung jari tangan ditekankan dengan
gerak menusuk yang cepak ke dalam abdomen, yang untuk sementara memindahkan
cairan yang berada di atasnya.

Palpasi abdomen yang


menggelembung membantu dalam
membedakan dilatasi usus, cairan, dan
lemak. Diantara ketiga keadaan ini, hanya
cairan yang akan menghantarkan
gelombang tekanan. Mintalah asisten andaa
untuk menekan garis tengah dengan pinggir
tangannya. Letakkanlah salah satu tangan
anda di pinggang dan ketuklah pinggang
yang berlawanan dengan ujung jari tangan anda. Jika ada cairan bebas, tangan yang
melakukan palpasi akan merasakan adanya benturan gelombang cairan.

Nyeri tekan pantulan adalah suatu tanda penting untuk adanya iritasi peritoneum.
Tangan yang melakukan palpasi secara perlahan-lahan dan dengan lemah-lembut
ditekankan dalam-dalam ke dalam abdomen dan kemudian secara tiba-tiba dilepaskan.
Ketika peritoneum kembali ke posisi semula, pasien dapat menggerenyit atau berteriak.
Jikaa demikian, tanyakanlah dengan segera tempat iritasi maksimum. Kadang-kadang
letaknya jauh sekali dari jari-jari anda yang melakukan palpasi. Penarikan umbilikus
kadang-kadang dapat dipakai untuk memperlihatkan peradangan peritoneum.

Gelombang peristaltik dapat teraba dimana saja di dalam abdomen dan biasanya
menunjukkan obstruksi mekanis, baik persial maupun hampir lengkap.

Pada palpasi yang dilakukan di daerah hipokondrium kanan mungkin ditemukan


pembesaran hati atau kandung empedu. Tepi hati mungkin dapat diraba pada orang
normal. Kalau teraba, lebarnya harus ditentukan dengan perkusi. Pada palpasi haati,
letakkan tangan kiri anda pada iga kanan bawah dan arahkanlah jari-jari tangan kanan
bawah dan arahkanlah jari-jari tangaan kanan anda ke arah bahu kanan, dan
lakukanlah penekanan. Mintalah pasien untuk menarik nafas dalam. Tepi hati akan
terasa menyentuh ujung jari tangan anda ketika ketika ia turun pada waktu inspirasi.
Secara progresif, lakukanlah palpasu lebih rendah sampai anda mencapai krista iliaka.
Hati yang sangat membesar lebih sering tidak ditemukan ketimbang hati yang sedikit
membesar.
Sebagai teknik alternatif, anda dapat meletakkan tumit tangaan kiri anda pada
margo kosta dan melengkungkan jari-jaari tangan anda di atas tepi hati ketika jari
tangan anda di atas tepi hati ketika pasien sedang menarik nafas. Pembesaran lobus
kiri hati dapat melintasi garis tengah dan sampai ke hipokondrium kiri. Kalau hati teraba,
perhatikanlah apakah tepinya tidak nyeri, nyeri tekan, tajam, atau tumpul. Yang terakhir
ini merupakan tanda pembengkakan yang merata.

Kalau timbul kecurigaan bahwa pasien menderita penyakit akut pada kandung
empedu, nyeri tekan pada kuadran kanan atas dapat memberikan petunjuk yang
bermanfaat. Tanda Murphy diperoleh dengan meletakkan tangan kiri pada iga kanan
pasien dan menyangkutkan ibu jari anda di atas margo kosta. Mintalah pasien untuk
menarik nafas dalam ketika anda berusaha menjepit kandung empedu yang sedang
meradang di antara ibu jari anda dan margo kosta. Pasien akan tersendat-sendat ketika
ia menarik nafas dalam, dan ia akan mengalami nyeri tekan kalau anda mampalpasi
kandung empedu tersebut. Demikian pula nyeri tekan dapat diperlihatkan dengan
palpasi dalam secara langsung dengan jari tangan anda ketika pasien sedang menarik
nafas dalam. Anda dapat menggetarkan hati dengan melakukan perkusi dengan
telapak tangan anda pada iga dan memperlihatkan nyeri tekan di daerah hati tersebut.

Palpasi dalam pada epigastrium biasanya menimbulkan nyeri tekan pada pasien
normal. Lobus kiri hati dapat membesar dan mencapai daerah ini, dan ditemukan
sebagai suatu massa yang teraba pada palpasi. Pankreas bersilangan dengan tulang
belakang di daerah ini, dan lambung terletak di antaranya dan jari-jari yang melakukan
palpasi.

C. Auskultasi
Banyak ahli diagnostik lebih suka melakukan auskultasi abdomen sebelum palpasi
atau perkusi aagar tidak merangsang timbulnya peristalsis. Seperti di tempat lainnya,
auskultasi memberikan informasi tentang kejadian dinamik. Sumber suara abdomen
mencakup peristalsis dan suara-suara dari struktur vaskuler atau membrana serosa.

Perawat mengaukultasi abdomen untuk mendengarkan bising usus dari motilitas


usus dan untuk mendeteksi bunyi vaskuler. Klien diminta untuk tidak berbicara. Jika
klien memakai selang nasogastrik atau selang intestinal yang dihubungkan ke pengisap
intermiten, maka selang tersebut harus dimatikan sementara. Bunyi alat pengisap
(suction) dapat mengaburkaan bising usus.

1. Motilitas Usus

Peristalsis atau motilitas usus, merupakan fungsi normal usus halus dan usus besar.
Bising usus merupakan bunyi lintasan udara dan cairan yang diciptakan oleh peristalsis
tersebut. Aktivitas peristaltik memancarkan berbagai macam suara berdeguk dan
bergelembung ketika permukaan antara air dan udara berubah dengan adanya
gelombang kontraksi. Perubahannya adalah dalam hal intensitas, frekuensi, dan
nadanya. Intensitasnya berkaitan dengan kekuatas peristalsis, frekuensi berkaitan
dengan kecepatan gelombang, dan nada berhubungan dengan ketegangan dinding
visera yang sedang berkontraksi. Peristalsis usus halus cenderung lebih sering daan
bernada lebih tinggi ketimbang gemuruh panjang kolon yang bernada rendah.
Dengarkanlah tiap kuadran dengan diafragma stetoskop anda sampai selama satu
menit penuh sebelum menarik kesimpulan. Usus normal yang sedang berisitirahat
menimbulkan beberapa suara berdeguk sampai letupan yang lembut per menit. Setelah
makan, biasanya ditemukan suara yang nyaring, berdeguk, berderu, setiap beberapa
detik.

2. Bunyi Vaskuler

Suara-suara vaskuler , seperti di tempat lain, menunjukkan aliran turbulen di dalam


pembuluh darah yang berdilatasi, menyempit, atau berkelok-kelok. Setiap arteri besar di
dalam abdomen dapat menjadi sumber bising. Aorta paling baik di dengar tepat di atas
pembuluh darah ini di epigastrium, arteri hepatika di hipokondrium kanan, dan arteri
lienalis di hipokondrium kiri. Bising renalis penting, karena, karena pada pasien dengan
hipertensi, etiologinya mungkin adalah stenosis arteri renalis. Dengan memakai
stetoskop, tekanlah ke dalam abdomen sampai anda mendengar bunyi jantung.
Dengarkanlah selama 1 menit penuh pada tiap sisi aorta sebelum anda berhenti. Bising
ini terdengar di daerah umbilikus atau pinggang dan kadang-kadang di sudut
kostovertebral di bagian posterior. Aorta bercabang menjadi arteri iliaka tepat di bawah
umbilikus - suatu tempat dimana lazim terjadi pembentukan ateroma, aliran turbulen,
dan oleh karena itu akan timbul bising.

Bising abdomen mungkin sulit dibedakan dengan desiran (murmur) jantung yang
dihantarkan ke sana. Dengan cermat palpasilah aspeks jantung atau arteri karotis
sementara mendengarkan di atas abdomen. Desiran yang dihantarkan akan sinkron
dengan impuls tersebut, sedangkan bising setempat akan timbul beberapa waktu
kemudian.

3. Derum Vena

Derum vena yang kontinu, lemah, bernada rendah, terdengar pada banyak orang
normal dan agaknya berasal dari vena kava dan percabangannya. Vena umbilikal yang
mengalami rekanulisasi karena hipertensi portal juga akan menimbulkan bunyi deruman,
seperti juga pada hemangioma intra abdomen yang berukuran besar.

Suatu manipulasi dengan stetoskop membantu menentukan batas statik. Tidak


jarang anda menjumpai bahwa hati kelihatannya membesar, tetapi tidak dapat
menentukan batas bawahnya. Letakkanlah bel stetoskop anda di atas hati tepat di
bawah margo kosta dan garuklah dinding abdomen dengan kuku jari kelingking anda.
Lakukanlah hal ini pada beberapa tempat yang membentuk setengah lingkaran dan
berjarak sama dari stetoskop tersebut. Ketika anda menggaruk di atas hati, bunyi
tersebut akan terdengar sangat keras, tetapi segera setelah anda melewati tepi hati
bunyi tersebut tiba-tiba berkurang.

Stetoskop dapat pula dipakai untuk palpasi. Pasien yang gelisah atau pura-pura
sakit mengetahui bahwa alat ini dipakai untuk pemeriksaan auskultasi. Ia tidak
menyangka bahwa anda dapat melakukan palpasi dengan stetoskop. Dengan hati-hati
letakkanlah bel stetoskop dengan perlahan-lahan dan kontinu tekanlah ke dinding
abdomen. Daerah yang sangat nyeri kalau ditekan dengan jari tangan anda mungkin
akan mentolerir eksplorasi yang sangat dalam dengan cara ini.

D. PERKUSI

Seperti di tempat-tempat lainnya, perkusi menggambarkan batas-batas statik antara


jaringan-jaringan dengan kepadatan yang berbeda-beda. Perkusi abdomen dilakukan
untuk mengetahui letak organ-organ yang berada di bawahnya, tulang dan massa dan
membantu mengungkapkan adanya udara di dalam lambung dan usus.

Tekniknya sama seperti perkusi thoraks. Jari pasif yang diletakkan dengan hati-hati
di abdomen diketuk oleh jari pleksor dengan ketukan stakato, dan bunyi serta
resistensinya diperhatikan.

Jika tepi hati telah teraba di hipokondrium kanan, anda harus menentukan
apakah ia benar-benar membesar atau hanya terdorong ke bawah. Lakukanlah perkusi
pada paru-paru anterior yang resonan dan bergeraklah ke bawah sampai pekak hati
menunjukkan batas atas. Lebarnya berbeda-beda dari pasien ke pasien, tetapi ukuran
yang melebihi 12 cm mungkin abnormal. Perkusi di daerah epigastrium dan
hipokondrium kiri menimbulkan bunyi timpani karena adanya gelembung gas di dalam
lambung.
1. ORGAN DAN MASSA

Perawat memperkusi secara sistematik setiap kuadran untuk mengkaji area-area


timpani dan pekak. Area-area yang berpotensi menimbulkan nyeri selalu diperkusi
paling akhir. Timpani biasanya mendominasi karena adanya udara di dalam lambung
dan usus. Perkusi pekak terdengar sebagai bunyi bernada sedang sampai tinggi yang
terdengar di atas massa padat seperti hati, limpa, pankreas, ginjal, dan kandung kemih
yang terdistensi. Selain itu, bunyi pekak juga dapat mengindikasikan adanya tumor. Jika
terdengar adanya pekak, akan sangat bermanfaat menggunakan palpasi untuk
menyelesaikan pengkajian yang lebih lengkap

2. UKURAN HATI

Perkusi memungkinkan perawat mengidentifikasi batas-batasan hati guna


mendeteksi adanya pembesaran organ. Perawat memulainya pada bagian krista iliaka
kanan dan perkusi ke atas sepanjang garis midklavikul kanan. Catat adanya perubahan
dari timpanik ke pekak yang terdapat di tepi bawah hati, yang biasanya berada di tepi
kostal kanan. Perluasan melewati tepi kostal kanan harus segera dilaporkan. Perawat
dapat menandai tepi bawah pada abdomen klien dengan pensil. Tepi atas ditemukan
dengan memperkusi ke bawah dari klavikula. sepanjang rongga interkostal di garis
midklavikular. Pada saat ini catat adanya perubahan dari resonan ke pekak. Tepi atas
hati biasanya ditemukan pada rongga iga kelima, keenam, atau ketujuh. Jarak antara
tepi atas dan tepi bahwa harus 6 sampai 12 cm di garis mid klavikular kanan. Penyakit
seperti sirosis, kanker, dan ak hepatitis menyebabkan pembesaran hati.

3. NYERI TEKAN PADA GINJAL

Dengan posisi klien duduk atau berdiri tegak, perawat menggunakan perkusi
langsung atau tidak langsung untuk mengkaji adanya inflamasi ginjal. Dengan
permukaan ulnar kepalan yang tertutup sebagian, perawat memperkusi bagian
posterior sudut kostovertebra di garis skapula. Jika ginjal meradang, klien akan
merasakan nyeri tekan selama perkusi
D. Penemuan-Penemuan Lazim

Inspeksi

Distensi harus dibedakan dari lemak. Tentukanlah apakah pembengkakan tersebut


meliputi seluruh abdomen atau setempat saja. Jika setempat, perhatikanlah daerah
anatomiknya. Jika ditemukan di daerah suprapubis, mungkin disebabkan oleh distensi
kandung kemih atau pembesaran uterus. Di daerah iliaka, ovarium, sekum, atau
sigmoid mungkin abnormal. Ginjal, limpa, atau hati mungkin menyebabkan distensi
pinggang sedangkan aorta, lambung, atau pankreas dapat menimbulkan
pembengkakan epigastrium, Kelainan hati dan limpa dapat menimbulkan
pembengkakan di daerah hipokondrium. Asites, cairan bebas di dalam abdomen,
menyebabkan penonjolan pinggang kalau pasien tersebut berbaring dan kalau banyak
sekali, membalikkan pusat ke luar (Gambar 14.18). Nada perkusi membedakan
struktur-struktur yang berisi gas dengan struktur yang padat a tau cairan. Scaphoid
abdomen adalah abdomen di mana konturnya menyerupai lunas perahu yang turun
secara tiba-tiba dari prosesus xifoideus. Keadaan ini disebabkan emasiasi, dan di sini
pulsasi aorta abdominal terlihat sangat menonjol.

Kulit abdomen perlu diperhatikan secara khusus. Ia merupakan tempat kelainan-


kelainan yang khusus. Perdarahan abdominal, pelvis, atau retroperitoneal dapat
bermanifestasi sebagai ekimosis setempat di daerah pinggang atau di sekitar umbilikus.
Stria karena baru saja mengalami perubahan berat badan dan stria berpigmen pada
sindrom Cushing terlihat dengan jelas pada dinding abdomen. Linea nigra, garis
hiperpigmentasi yang berjalan dari umbilikus sampai simfisis, menunjukkan bahwa
wanita tersebut pernah hamil. Distensi vena terjadi pada obstruksi vena profunda,
terutama sumbatan pada vena kava inferior. Vena abdomen mengalami distensi untuk
memberikan aliran kolateral di sekitar tempat obstruksi. Caput medusae adalah
lingkaran vena-vena yang berdilatasi yang menyebar dari umbilikus dan merupakan
aliran kolateral vena pada sirosis dan hipertensi portal. Kadang-kadang, pada keadaan
ini darah akan mengalir ke arah bawah untuk memintasi obstruksi pada vena kava
Superior. Jaringan parut bekas operasi memberikan petunjuk tentang kelainan
abdomen. Periksalah apakah pasien anda mempunyai jaringan parut, dan tanyakanlah
riwayat penyakit yang berkaitan. Hernia kadang-kadang dapat didiagnosis dengan
inspeksi saja. Diastasis recti ada lah suatu tonjolan di garis tengah yang dapat
diperlihatkan dengan meminta pasien mengangkat kepalanya. Kelainan ini sering
ditemukan dan menunjukkan kele mahan dan terpisahnya muskulus rektus. Gelombang
peristaltik kadang-kadang dapat dilihat pada pasien normal dengan abdomen yang tipis.
Otot otot abdomen mungkin jelas terpakai pada penyakit paru-paru yang berat.

Palpasi

Nyeri tekan setempat atau umum harus dibedakan. Pasien yang mengalami nyeri
tekan dapat menegangkan otot-otot perutnya secara volunter atau involunter.
Penegangan otot-otot perut yang terjadi secara volunter dapat diatasi dengan
mengalihkan perhatian pasien, sedangkan defense musculare yang sejati atau rigiditas
tidak berada di bawah kendali kesadaran. Abdomen yang benar-benar kaku
menunjukkan peradangan peritoneum di bawahnya, yang secara refleks menyebabkan
spasme pada otot- otot abdomen. Dalam keadaan seperti itu, daerah yang sakit akan
teraba seperti kayu atau papan. Pada keadaan ini, penarikan umbilikus dapat
membantu menentukan adanya peritonitis, karena akan timbul nyeri tekan yang jelas.
Ini adalah daerah di mana peritoneum melekat pada kulit tanpa dihalangi oleh otot.

Nyeri tekan pantulan adalah tanda penting peradangan peritoneum yang biasanya
menyertai defense musculare sejati dan rigiditas. Jangan kacaukan dengan varian
normal. Palpasi dalam epigastrium biasanya menimbulkan tekan pada orang normal,
demikian pula da palpasi aorta dan daerah hipogastrium pada banyak wanita. Ingatlah
bahwa lobus kiri hati normal dapat mencapai epigastrium dan menjadi massa yang
dapat dipalpasi.

Perkusi

Perkusi memastikan penemuan-penemuan diperoleh dengan palpasi. Pekak alih


menunjukkan adanya asites, pekak yang menetap menunjukkan massa, dan timpani
menunjukkan adanya gas.

Auskultasi
Pada obstruksi usus parsial, usus bagian proksimal harus membangkitkan
tekanan yang tinggi dan kontraksi yang kuat untuk mendorong bahan-bahan melalui
lumen yang sudah menyempit. BUnyi usus mula-mula bernada tinggi dan lama.
Terdengar gerakan peristaltik yang kuat. Ini terjadi pada setiap keadaan hipermotilitas.
Meskipun demikian, kalau disebabkan oleh obstruksi, ia biasanya disertai oleh nyeri.

Jika obstruksinya menjadi sempurna, usus proksimal secara progresif berdilatasi


dan menjadi lebih lemah, dan bunyi ususnya menjadi seperti berdering, suara-suara
bernada tinggi, dan singkat. Pada obstruksi yang sudah berlangsung lama atau pada
ileus paralitik karena peritonitis atau penyakit akut lainnya, bunyi usus berhenti sama
sekali. Abdomen yang sunyi menupakan abdomen yang sakit.

Friction rub - suara gesekan yang terdengar ketika permukaan peritoneum saling
bergesekan selama gerakan pernafasan - dapat dijumpai pada beberapa proses
peradangan dan penyakit tumor. Penemuan ini sering paling menonjol di daerah hati
atau limpa.

 Kelainan-kelainan yang Lazim Dijumpai

Asites

Ini ditandai oleh distensi pinggang yang merata, dan pada perkusi ditemukan pekak di
bagian lateral dengan resonansi di daerah umbilikus kalau pasiennya telentang. Ada
pekak alih dan pemeriksaan gelombang cairan memberikan hasil positif. Nyeri tekan
hanya timbul kalau distensinya menyolok atau perito- neumnya meradang.

Obstruksi Mekanis Akut

Vomitus, tidak adanya gerakan usus, dan flatus menyertai nyeri kram intermiten yang
timbul pada permulaan obstruksi. Gejala-gejala ini segera diikuti oleh distensi dan bunyi
usus obstruktif hiperaktif. Akhirnya, nyeri tekan progresif, distensi, dan tidak adanya
bunyi usus lebih menonjol. Ileus refleks dimulai dengan distensi, nyeri tekan yang
menyeluruh, dan nyeri, tetapi tidak ada nyeri kram dan hiperperistalsis.
Peritonitis

Nyeri tekan difus, distensi, nyeri pantulan, dan defense musculare khas di temukan
pada peritonitis. Penyakit ini terjadi secara akut, dan pasiennya tidak mau diperiksa
karena akan timbul perasaan yang tidak enak.

5. Pemeriksaan Ekstremitas

Pemeriksaan Ekstremitas ini dibagi menjadi beberapa bagian antara lain adalah :

 Pemerikasaan Ekstremitas Bagian Atas


Tangan memberikan informasi penting tentang perasaan dan keadaan
seseorang, dan mudah di periksa. Ada lima keluhan yang yang mecirikan
kelainan sistematik atau local pada tangan : nyeri, kelemahan, kekakuna
perubahan anatomis (kulit, otot, persendian), dan perubahan vaskularisasi
sementara.
Palpasi dan tes fungsi tangan perlu dilakukan pada pasien-pasientertentu.
Pemeriksaan tersebut meliputi evaluasi denyuut nadi, telapak dan jari tangan,
kuku, perubahan anatomi dan fungsi.
 Persiapan
Siapkan alat-alat yang diperlukan :
 Goniometri
 Sarung tangan
 Baju periksa
 Refleks hammer
 Cuci Tangan
 Jelaskan Prosedur yang akan dilakukan kepadanya
 Minta klien unutuk mengenakan baju periksa
 Pastikan ruang periksa nyaman dan cukup penerangan

 Faktor-Faktor Yang Harus Diperhatikan


1. Pertahankan privacy klien
2. Buka hanya bagian tubuh klien yang akan diperiksa
3. Pada saat pemeriksaan rentang pergerakan sendi perhatikan hal-hal
berikut :
-Beri contoh gerakan yang harus dilakukan klien
-Jangan periksa sendi yang sedang diperiksa lebih dari batasmaksimal
pergerakannya. Bila nyeri hentikan pemeriksaan
-Bila sudah pasti batas maksimal rentang pergerakan sendi,ukur sudut
sendi dengan menggunakan goniometer
4. Selalu bandingkan hasil pemeriksaan ekstremitas bagiankanan dan kiri
5. Lakukan pemeriksaan dari arah proksimal ke distal
6. Lakukan pemeriksaan dengan urutan sebagai berikut :inspeksi, palpasi,
rentang pergerakan sendi, kekuatan otot danterakhir reflex
7. Beri kesempatan klien untuk beristirahat diantara tahap-tahap
pemeriksaan
8. Pada saat akan memeriksa keadaan pembuluh darah, perhatikan
keadaan kulit klien. Bila terdapat luka pada kulit diarea pemeriksaan
gunakanlah sarungtangan
 Gejala-Gejala
Iritasi pada nervus ulnaris, medianus, atau radialis menimbulkan nyeri
pada tangan. Nyeri yang menjalar ke sisi ulner tangan, jari manis dan kelingking
menandakan iritasi N, ulnaris. Sisi radial telapak tangan dan eminensia tenar
dapat merasakan nyeri ketika iritasi N. media minus. Kalau kelemahan tangan
intrinsic disertai dengan nyeri N. radialis tidak terlibat. Kelainan yang
menyebabkna nyeri tangan dapat timbul dimana saja dari medulla spinalis
servikal smapai saraf distal.
Kelemahan tangan mungkin mencerminkan adanya penyakit kongenital,
neuromuskuler, artikuler, sistematik, atau local. Hilangnya kekuatan
menggenggam dengan keluhan artikuer yang makin memberat merukan ciri
artritis reumatroid.
Kelemahan tangan progesif dengan aktivitas berulang mengarah
kepada gangguan neromasukuler seperti miasteniagrafis. Ketidak mampuan
melepaskan genggaman yang erat, atau miotonia, merupakan ciri kelainan,
kongenital, distrofi mionotik.
Kekakuan otot pada pagi hari merupakan ciri dari artritis rheumatoid.
Penyakit ini mempunyai predileksi menyerang sendi kecil tangan dengan
melatihnya selama setengah jam atau lebih setiap pagi supaya berfungsi lagi.
Pasien mungkin mengeluh terjadinya pembengkakan difus atau edeman tangan.
Mereka mengeluh tentang kekakuan atau ketegangan kulit karena edema.
Edema dapat disebabkan oleh rendahnya protein serum atau retensi cairan yang
hebta, seperti pada nefrosis atau kegagalan ginjal.

 Pemeriksaan Dasar
Mulailah memeriksa denyut secara formal dengan meraba denyut A. radialis
dan ulnaris. Kalau perlu dapat digunakan teknik khusus untuk menilai keadaan
tiap arteri tersebut.
Kemudian, periksalahpanjang dan kontur jari. Setelah meneliti panjang dan
konfigurasi umum jari-jari, dengan cermatperiksalah anatomi kuku dan daerah
sekitarnya. Berikan perhatian khusus pada kulit dan jaringan subkutan ujung jari.
Anatomi kuku dan sekitarnya memberikan banyak petunjuk klinis.perhatikan
bahwa kuku membentk sudut dengan kulit palung kuku. Sudut biasanya tidak
melebihi 160 derajat. Periksalah telapak tangan dan lipatan palmaris.
Palpasilah sendi dan berusahalah meraba bagian-bagian kecil tendodan
anatomi tulang. Pemeriksaan seluruh sendi, yang mencakup rentang
pergerakan aktif dan pasif, dapat diselesaikan dengan cepatdalam waktu 1-2
menit. Gerakanlah jari secara serentak atau bergantian untuk memeriksa
rentang pergerakan aktif dan pasif.
Inspeksilah otot-otot interoseus dan kelompok otot thenar telapak tangan.
Kekuatan menggenggam dapat dinilai dengan menyuruh pasien menggenggam
dengan kuat dua jari anda. Kemudian berusahalah menarik jari-jari tersebut dari
genggamannya.
Tes Tinnel terdiri trdiri dari hiperekstensipergelangan tangan dan perkusi
ringan di atas nervus medianus di pergelangan tangan. Pasien dengan sindrom
carpal tunnel seringkali merasa nyeri di daerah didtribusi nervus medianus bila
dilakukan salah satu tes tersebut diatas.

Tes pencelupan ke dalam aires dilakukan pada pasien tersangka


menderita fenomena Raynaud. Pasien tersebut mencelupkan tangannya kea
lam air es selama 30 detik dan kemudian akan timbul perubahan warna dan
nyeri yang khas.
Tas Allen memperlihatkan keutuhan tiap-tiap arteri dan lokasi obstruksi.
Mintalah pasien anada membuka kepalan tangannya dan lepaskanlah tekanan
pada satu arteri saja. Darah harus segera mengisi kembali kapiler-kapiler
seluruh jari dan telapak tangan. Tidak adanya atau keterlambatan pengisian
darah tersebutt menunjukkan adanya obstruksi. Penyebaran warna merah
normal hanya akan terjadi pada separuh tangan bila arteri palmaris tersembat.
Mintalah pasien mengosongkan lagi pembuluh darah permukaannya dengan
mengepalkan tinjunyadan mempertahankan penekanan arteri lainnya ketika
anda mengulangi urutanyang sama dan perhatikanlah pengisian pembuluh
darah tersebut.
 Penemuan abnormal
a. Perubahan tulang rangka
Tulang tangan dapat membesar pada akromegali karena kelebihan
hormone pertumbuhan. Arakhnodaktili, atau jari panjang seperti laba-
laba, khas pada gangguan jaringan ikat, penyakit marfan. Jari yang
panjang dan lemah dapat diperlihatkan dengan meminta pasien
mengepal tinju dengan ibu jari dimasukkan ke dalam kepalan. Ujung
ibu jari akan menonjol keluar dari sisi ulnar. Telapak tangan, tidak
seperti pada tangan normal.
b. Perubahan pada kuku
Clubbing terjadi bila palung kuku tubuh berlebihan, sehingga
mendorong kuku proksimal ke atas dan melenyapkan sudut kuku
normal. Kuku tersebut juga terlihat seperti jam pasir atau paruh.
Pasien dengan clubbing mempunyai kuku seperti karet busa atau
mengapung.
Garis beau dan mee, menunjukkan baru terjadi stress berat 6 bulan
terakhir, jangka hidup kuku tersebut. Garis beau adalah alur transversal
pada kuku, dan garis mee adalah garis transversal yang serupa.

Onikolisis adalah lepasnya kuku secara tidak teratur di bagian distal.


Salah satu penyebab utamanya adalah psoriasis, yang disebabkan oleh
pengumpulan debriskeratin di bawah kuku.

Hipoalbuminemia, berat karena sebab apapun dapat mengakibatkan


Terbentuknya dua pita tipis transversal yang putih dan sejajar, garis
muercke.

Trikhinosis merupakan penyebab tersering splinter hemorrhage di


seluruh dunia. Mekanismenya mungkin perdarahan dari bahan embolik
yang berukuran kecil atau semacam vaskulitis aneh yang diketahui
menyertai endocarditis bacterial.
Teleangiektasi periungual adalah kelainana vaskuler seperti jepit
rambut halus di sekitar batas kuku. Ini merupakan petunjuk penting
tentang adanya penyakit vaskuler kolagen seperti pada lupus
eritomatus, dermatomiostis, dan scleroderma.

 Telapak Tangan
Eritema palmaris disebabkan oleh beberapa keadaan yang tidak berkaitan.
Ia terlihat sebagai daerah yang lebih merah tua, paling jelas pada tumit tangan
dan menyebar ke lateral,ke daerah thenar dan hipo thenar. Sebab-sebab yang
sering adalah sirosis, kehamilan, dan penyakit katup jantung.

 Triradius Aksial
Ikal radial jarang terlihat pada jari keempat atau kelima orang normal tetapi
sangat sering di temukan pada penderita sindrom down. Lengkungan ulner pada 10 jari
hanya di jumpai pada 4% orang normal, tetapi pada 33% penderita sindrom down.
Pada penyakit ini, sudut a-t-d nya juga sangat lebar, dan mungkin hanya ada satu
lipatan palmar transversal, yang disebut lipatan simian.

Bentuk-bentuk artritis lainnya dapat menyebabkan deformasi. Defromitas dan


penemuan yang berkaitan mengarah kepada diagnosis. Pada artritis psoriatic berat,
tulang-tulang terminal jari tangan mungkin mengalami resorpsi sehingga sehingga
terjadi deformitas pada jari-jari tangan menjadi luna, dan pada palpasi mungkin teraba
sedikit sekali jaringan tulang. Artritis yang meninmbulkan deformitas setempat dan
kelainan kulit yang berkaitan membuat diagnosisnya menjadi jelas.
 Macam-macam Penyakit
 Kelainan Tendo
Nodulus Tendo setempat juga lazim di temukan pada artritis rheumatoid.
Tendo fleksor sangat cenderung menderita kelainan ini. Kalau nodulus ini
menjadi cukup besar, timbul kesulitan unutuk bergerak di bawah retinaculum
telapak tangan. Nodulus tersebut bolak balik terjerat di bawah sarung fibrosa
ini, sehingga menyebabkan terbentuknya jari picu.
Tendo ekstensor sering menjadi tempat endapan lemak pada hiperlipdemia
tertentu. Xanthoma tendinosa adalah bejolan seperti daging ynag bergerak-
gerak di bawah kulit ketika tendo tersebut bergerak
.
Xanthoma tendinosayang difus adalah plak kulit multipel berwarna kuning yang
sering dijumpai pada lipatan kulit. Keadaan ini ditemukan pada sebagian pasien diabetes
miletus dan pasien dengan sirosis bilier lanju dan kadar trigliserida plasma yang sangat tinggi.
Tophus gout, suatu penyakit yang jarang ditemukan, dapat ditemukan di
tangan sebagai tumor keras disekitar sendi. Pemeriksaan yang cermat akan
memperlihatkan bahwa endapan ini bukan tulang. Kadang-kadang endapan
ini dapat digerakkan sedikit pada sendi tersebut.
Dermatoglifik, memberikan kesempatan untuk mengenali pola-pola umum
yang menggambarkan penyakit. Karena perkembangan sidik jari sudah
lengkap pada akhir trisemester pertama. Kehamilan penyakit yang dapat
ditemukan adalah

 Pemeriksaan Eksteremitas Bagian Bawah


Pemeriksaan ektremitas bawah berfokus pada pencarian bukti adanya insufisiensi
arteri dan vena serta edema. Ini adalah kondisi yang paling sering ditemukan pada
pemeriksaan ekstremitas bawah. Pemeriksaan neurologis akan dijelaskan tersendiri.

Daerah Femoralis:
1. Mulailah dengan melihat daerah tersebut, pada kedua sisi lipatan paha mulai dari
daerah pangkal paha. Melihat setiap pembengkakan yang mungkin ditemukan, hal ini
sering ditemukan pada kondisi limfadenopati femoralis atau hernia femoralis.
2. Palpasi daerah femoralis, dengan hati-hati meraba pulsasi arteri femoralis serta
meraba nodus limfatikus inguinal / femoralis (nodus yang mengelilingi arteri dan vena
femoral sampai diameter 1 cm dianggap non-patologis). Jika pemeriksa meraba
kelenjar getah bening, perhatikan apakah teraba keras atau lembut, terfiksasi atau
mobile bebas (nodus yang terfixasi dan keras lebih memberikan kemungkinan kelainan
patologis yang berbahaya).

Gambar Lokasi Tempat Palpasi di daerah Femoralis

Gambar Cara Palpasi daerah Femoralis

3. Pulsasi arterifemoralis harus mudah diidentifikasi, terletak di sepanjang pertengahan


lipatan antara tulang kemaluan dan krista iliaka anterior. Gunakan ujung jari 2, 3 dan 4
untuk melakukan palpasi pulsai arteri femoralis. Jika ada banyak lemak subkutan,
pemeriksa perlu untuk mendorong lebih dalam.
4. Jika ditemukan Hernia femoralis, maka akan terletak di femur anterior, medial
arteri femoral. Karena dapat hernia ini bersifat sementara (pasien melaporkan adanya
benjolan namun pemeriksa tidak menemukan pada saat pemeriksaan), investigasi
harus mencakup saat pasien melakukan manuver Valsalva, yang dapat membuat
hernia lebih menonjol.

Gambar Anatomi Pembuluh Darah

Regio Poplitea:
1. Pindahkan pemeriksaan ke arah lutut dengan lutut sedikit ditekuk.
2. Letakkan tangan pemeriksa di sekitar lutut dan mendorong ujung jari pemeriksa ke
dalam fossa poplitea untuk merasakan denyut arteri poplitea. Catatan pemeriksaan
apakah teraba hanya berdenyut (normal) atau teraba membesar yang sering
disebabkan oleh aneurisma (jarang dijumpai). Arteri ini ditutupi oleh banyak jaringan
dan bisa sulit untuk mengidentifikasi, sehingga pemeriksa mungkin perlu untuk
menekan cukup dalam. Namun mungkin tidak teraba, sehingga pemeriksa dapat
mengidentifikasi pulsasi arteri lain yang lebih distal (lihat di bawah).
Gambar Palpasi Regio Poplitea

 Pemeriksaan Daerah Dibawah Lutut:


Sekarang, alihkan pemeriksaan ke kaki bagian bawah (yaitu dari lutut ke kaki).

Pertama, inspeksi, memperhatikan:


1. Warna: insufisiensi vena di ektremitas bawah ditandai dengan warna gelap
kebiruan/ ungu. Seiring waktu, stasis darah dalam pembuluh vena menyebabkan
pengendapan hemosiderin, memberikan efek kulit berwarna lebih gelap dan berbintik-
bintik. Jika kaki ditempatkan dalam posisi tergantung, maka akan terjadi peningkatan
warna kebiruan / ungu secara dramatis, hal ini menunjukkan kemungkinan besar
terjadinya insufisiensi vena. Hal ini terjadi sebagai akibat dari gravitasi yang melawan
arah pengembalian darah vena ke jantung sehingga aliran menjadi tidak efektif. Pasien
dengan insufisiensi arteri yang parah, akan memiliki kulit yang relatif pucat akibat
perfusi di bagian distal terganggu. Ketika kaki mereka ditempatkan dalam posisi
tergantung, gravitasi meningkatkan aliran arteri dan kulit bisa menjadi lebih merah
akibat arteriol yang berdilatasi maksimal untuk membawa darah ke jaringan yang
mengalami hipoksia.Dalam kasus iskemia berat, daerah yang terkena (biasanya yang
paling sering pada daerah distal dari kaki), dapat muncul warna keputihan atau
belang-belang, hal ini memberikan gambaran seperti ubin keramik. Jaringan mati
akan berubah berwarna hitam (missal gangren). Selulitis (infeksi pada kulit) akan
menyebabkan kulit tampak merah cerah. Perubahan ini bisa sulit dideteksi pada orang
kulit berwarna gelap.

Gambar Sellulitis
2. Pembengkakan pada kaki: Jika ada, apakah simetris? Lokasi pembengkakan
(yaitu pergelangan kaki, betis, lutut dll)?

Gambar Pembengkakan Yang Tidak Simetris menunjukkan Deep Venous


Thrombosis pada kaki kanan.

3. Pertumbuhan kuku: penebalan dan deformitas kuku sering terjadi dengan


insuffisiensi arteri; juga dengan infeksi jamur.

Gambar Onychomycosis
4. Kulit: adakah gambaran penampakan kelainan kulit yang jelas? Mengkilap, berbulu
sedikit (dilihat kemungkinan adanya insufisiensi arteri)? Melebar atau gambaran varises?
Ulserasi kulit dapat terjadi baik pada penyakit vena atau arteri.

Gambar Ulkus akibat Venous Stasis

5. Bagian bawah kaki dan di antara jari kaki: Ini adalah daerah yang sering
bermasalah, terutama pada pasien dengan diabetes sebagai akibat dari gangguan
sensorik, insufisiensi arteri, atau keduanya.

Ulkus Neuropathi pada pasien DM dengan Diabetic


Neuropathy
6. Telusuri kedalaman ulkus: Ulkus dapat berkembang ke jaringan yang lebih dalam.
Hal ini dapat dieksplorasi dengan penggunaan pinset khusus. Jika tulang terlihat atau
dapat ditempuh dengan pinset khusus, infeksi diasumsikan terjadi pada struktur yang
mendasari. Hal ini secara klinis disebut sebagai osteomielitis.

Clinical Osteomyelitis: Ulkus yang dalam

 Pemeriksaan kulit ekstremitas bawah

Perhatikan beberapa hal dibawah ini:


1. Suhu: insufisiensi arteri akan sering menyebabkan kulit terasa dingin. Infeksi, di sisi
lain, menyebabkan hiperemia dan relative lebih hangat pada sisi yang
terinfeksi .Punggung tangan pemeriksa mungkin sensitif untuk mendeteksi perbedaan
suhu ini. Bandingkan satu kaki dengan yang lainnya. Perhatikan bahwa dalam kasus di
mana insufisiensi arteri dan infeksi terjadi secara bersamaan (yang cukup umum
terjadi), aliran darah terganggu dapat menghasilkan suhu kulit menurun (dan juga
kurang kemerahan).
2. Edema: Cairan yang mengumpul pada satu lokasi pada kaki dan pergelangan kaki
karena efek gravitasi. Hal ini terkait dengan beberapa gangguan dari:
a. Tekanan onkotik rendah: Adanya kegagalan untuk mensintesis albumin
(seperti malnutrisi atau penyakit hati) atau adanya peningkatan kehilangan
albumin (melalui ginjal atau kebocoran lokal pada kulit atau organ karena
permeabilitas kapiler yang meningkat).
b. Peningkatan tekanan hidrostatik: akibat gangguan jantung (gagal jantung
kanan), hati (hipertensi portal), insufisiensi vena lokal (misalnya katup vena
incomepetence sehingga mengganggu aliran darah kembali ke jantung dari
kaki), obstruksi limfatik (misalnya retroperitoneal limfadenopati sekunder akibat
keganasan), atau obesitas (yang dapat merusak baik vena dan drainase limfatik).
3. Edema yang umumnya terkait dengan insufisiensi vena, disebabkan adanya
gangguan aliran balik darah ke jantung. Gangguan ini akan cenderung lebih buruk
ketika kaki yang terkena digantung menjuntai ke bawah untuk waktu yang lama
(misalnya pada saat pasien berdiri atau duduk untuk jangka waktu yang lama). Cairan
menumpuk pada daerah paling distal dari kaki dan bertambah besar ke arah lutut
sebagai petunjuk adanya proses yang memburuk. Insufisiensi arteri, di sisi lain,
jarang menyebabkan edema, karena fungsi arteri adalah pengiriman darah ke
ekstremitas, tidak kembalinya darah dari ekstremitas. Namun demikian kondisi
insufisiensi arteri dan vena bisa terjadi bersamaan.
4. Mungkin sulit untuk mendeteksi edema ynag minimal. Periksalah di sekitar
malleolus, karena cairan akan menyebabkan hilangnya tepi tulang. Demikian pula,
cairan akan cenderung "mengisi" ruang antara tendon ekstensor di bagian atas kaki.
Jika pemeriksa tidak yakin apakah ada edema, menekan pada daerah edema selama
beberapa detik, kemudian dilepas, akan tampak sebuah cekungan, hal ini disebut
sebagai pitting edema. Pitting edema sering dikaitkan dengan beberapa kondisi
penyakit dan demikian juga dengan non-pitting edema. Namun, sebenarnya
perbedaan ini mungkin tidak perlu diperdebatkan karena bisa merupakan satu
kesatuan perjalanan penyakit dimana sebelumnya pitting edema kemudian menjadi non
pitting edema. Catatan yang lainnya adalah apakah edema yang terjadi pada dikedua
kakinya. Edema dapat terjadi simetris, seperti yang sering terjadi pada gangguan
onkotik atau peningkatan tekanan hidrostatik secara sistemik. Namun, jika ada proses
inflamasi lokal, seperti selulitis, daerah edema bisa hanya focus pada daerah yang
mengalami inflamasi saja.
Edema kaki kanan. Tampak hilangnya batas Malleolous dan terkumpulnya cairan
di Extensor Tendons di atas kaki

Massive edema. Tampak Pitting edema

Lymphedema, non pitting edema


5. Capilery Refill: tekan ujung ibu jari atau kuku sampai terjadi perubahan warna
menjadi putih. Kemudian lepaskan dan perhatikan berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk kembali menjadi warna merah. Hal ini merefleksikan aliran darah ke distal dari
ekstremitas bawah. Jika lebih dari 2-3 detik dianggap abnormal dan dicurigai adanya
insufisiensi arteri. Capilary Refill juga memanjang pada kondisi hipovolemia, seperti
penurunan volume darah yang menyebabkan perfusi ke ekstremitas berkurang
karena tubuh lebih mengutamkan organ vital yang lebih penting.
6. Perubahan warna kulit akibat insufisiensi vena jika ditekan akan membutuhkan lebih
dari beberapa detik untuk kembali berwarna kebiruan. Daerah kulit yang mengalami
infeksi seperti selulitis, jika ditekan akan dengan cepat kembali ke warna merah cerah.
7. Nyeri: kulit yang mengalami selulitis, bila disentuh tampak lembut. Pada kondisi
penyakit tertentu (diabetes khususnya) menyebabkan neuropati perifer yang
merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya kerusakan kulit dan infeksi. Hal ini
disebabkan karena mereka memiliki sensasi abnormal pada ekstremitas distal mereka.
Dalam kasus ini, maka, infeksi dapat terjadi tanpa adanya rasa sakit.

Gambar Paronychia: Infeksi pada kulit di ujung kuku.

8. Perhatikan karakter setiap daerah yang bengkak (edema): Apakah terasa penuh
cairan edemanya? Apakah ada massa yang solid (jarang)? Apakah ada fluktuasi yang
terfokus, seperti yang terjadi pada abses?
 Pemeriksaan kulit ekstremitas bawah

Perhatikan beberapa hal dibawah ini:


1. Suhu: insufisiensi arteri akan sering menyebabkan kulit terasa dingin. Infeksi, di sisi
lain, menyebabkan hiperemia dan relative lebih hangat pada sisi yang
terinfeksi .Punggung tangan pemeriksa mungkin sensitif untuk mendeteksi perbedaan
suhu ini. Bandingkan satu kaki dengan yang lainnya. Perhatikan bahwa dalam kasus di
mana insufisiensi arteri dan infeksi terjadi secara bersamaan (yang cukup umum
terjadi), aliran darah terganggu dapat menghasilkan suhu kulit menurun (dan juga
kurang kemerahan).
2. Edema: Cairan yang mengumpul pada satu lokasi pada kaki dan pergelangan kaki
karena efek gravitasi. Hal ini terkait dengan beberapa gangguan dari:
a. Tekanan onkotik rendah: Adanya kegagalan untuk mensintesis albumin
(seperti malnutrisi atau penyakit hati) atau adanya peningkatan kehilangan
albumin (melalui ginjal atau kebocoran lokal pada kulit atau organ karena
permeabilitas kapiler yang meningkat).
b. Peningkatan tekanan hidrostatik: akibat gangguan jantung (gagal jantung
kanan), hati (hipertensi portal), insufisiensi vena lokal (misalnya katup vena
incomepetence sehingga mengganggu aliran darah kembali ke jantung dari
kaki), obstruksi limfatik (misalnya retroperitoneal limfadenopati sekunder akibat
keganasan), atau obesitas (yang dapat merusak baik vena dan drainase limfatik).
3. Edema yang umumnya terkait dengan insufisiensi vena, disebabkan adanya
gangguan aliran balik darah ke jantung. Gangguan ini akan cenderung lebih buruk
ketika kaki yang terkena digantung menjuntai ke bawah untuk waktu yang lama
(misalnya pada saat pasien berdiri atau duduk untuk jangka waktu yang lama). Cairan
menumpuk pada daerah paling distal dari kaki dan bertambah besar ke arah lutut
sebagai petunjuk adanya proses yang memburuk. Insufisiensi arteri, di sisi lain,
jarang menyebabkan edema, karena fungsi arteri adalah pengiriman darah ke
ekstremitas, tidak kembalinya darah dari ekstremitas. Namun demikian kondisi
insufisiensi arteri dan vena bisa terjadi bersamaan.
4. Mungkin sulit untuk mendeteksi edema ynag minimal. Periksalah di sekitar
malleolus, karena cairan akan menyebabkan hilangnya tepi tulang. Demikian pula,
cairan akan cenderung "mengisi" ruang antara tendon ekstensor di bagian atas kaki.
Jika pemeriksa tidak yakin apakah ada edema, menekan pada daerah edema selama
beberapa detik, kemudian dilepas, akan tampak sebuah cekungan, hal ini disebut
sebagai pitting edema. Pitting edema sering dikaitkan dengan beberapa kondisi
penyakit dan demikian juga dengan non-pitting edema. Namun, sebenarnya
perbedaan ini mungkin tidak perlu diperdebatkan karena bisa merupakan satu
kesatuan perjalanan penyakit dimana sebelumnya pitting edema kemudian menjadi non
pitting edema. Catatan yang lainnya adalah apakah edema yang terjadi pada dikedua
kakinya. Edema dapat terjadi simetris, seperti yang sering terjadi pada gangguan
onkotik atau peningkatan tekanan hidrostatik secara sistemik. Namun, jika ada proses
inflamasi lokal, seperti selulitis, daerah edema bisa hanya focus pada daerah yang
mengalami inflamasi saja.

Edema kaki kanan. Tampak hilangnya batas Malleolous dan terkumpulnya cairan
di Extensor Tendons di atas kaki

Massive edema. Tampak Pitting edema


Lymphedema, non pitting edema

5. Capilery Refill: tekan ujung ibu jari atau kuku sampai terjadi perubahan warna
menjadi putih. Kemudian lepaskan dan perhatikan berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk kembali menjadi warna merah. Hal ini merefleksikan aliran darah ke distal dari
ekstremitas bawah. Jika lebih dari 2-3 detik dianggap abnormal dan dicurigai adanya
insufisiensi arteri. Capilary Refill juga memanjang pada kondisi hipovolemia, seperti
penurunan volume darah yang menyebabkan perfusi ke ekstremitas berkurang
karena tubuh lebih mengutamkan organ vital yang lebih penting.
6. Perubahan warna kulit akibat insufisiensi vena jika ditekan akan membutuhkan lebih
dari beberapa detik untuk kembali berwarna kebiruan. Daerah kulit yang mengalami
infeksi seperti selulitis, jika ditekan akan dengan cepat kembali ke warna merah cerah.
7. Nyeri: kulit yang mengalami selulitis, bila disentuh tampak lembut. Pada kondisi
penyakit tertentu (diabetes khususnya) menyebabkan neuropati perifer yang
merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya kerusakan kulit dan infeksi. Hal ini
disebabkan karena mereka memiliki sensasi abnormal pada ekstremitas distal mereka.
Dalam kasus ini, maka, infeksi dapat terjadi tanpa adanya rasa sakit.
Gambar Paronychia: Infeksi pada kulit di ujung kuku.

8. Perhatikan karakter setiap daerah yang bengkak (edema): Apakah terasa penuh
cairan edemanya? Apakah ada massa yang solid (jarang)? Apakah ada fluktuasi yang
terfokus, seperti yang terjadi pada abses?

 Pulasi Distal Pedis:


Pulsasi dinilai untuk mengidentifikasi adanya penyakit vaskular arteri. Secara umum,
jika pulsasi disini kurang teraba, maka semakin besar kemungkinan adanya
penyakit arteri oklusif. Walaupun hal ini bukan merupakan kesimpulan yang sempurna,
karena pulsasi di daerah dorsalis pedis masih dapat teraba bahkan pada penyakit
yang signifikan mempengaruhi pembuluh darah yang lebih distal. Adanya riwayat nyeri
/kram dengan aktivitas lebih menguatkan adanya insufisiensi arteri. Lokasi
penyumbatan akan menentukan gejala dan temuan. Penyakit Aorto-iliaka, misalnya,
akan menyebabkan gejala pada pinggul / pantat dan hilangnya pulsasi femoralis
sementara penyakit yang mempengaruhi pembuluh yang lebih distal akan
menyebabkan gejala pada betis dan kaki.

1. Arteri dorsalis Pedis: Terletak hanya lateral tendon ekstensor jempol kaki, yang
dapat diidentifikasi dengan meminta pasien untuk melenturkan kaki mereka sementara
pemeriksa memberikan perlawanan terhadap gerakan ini. Penekanan yang lembut
dengan ujung jari 2, 3 dan 4 ke daerah yang berdekatan dengan tendon dan mencoba
untuk merasakan denyut nadi. Jika pemeriksa tidak dapat merasakannya, coba pindah
tangan pemeriksa ke proksimal / distal atau lebih lateral dan ulangi.

 Lokasi dorsalis Pedis Arteri


Gambar-gambar di bawah ini menunjukkan lokasi arteri dorsalis pedis dalam kaitannya
dengan struktur sekitarnya (anatomi permukaan di sebelah kiri, anatomi di sebelah
kanan).

Gambar Anatomis Arteri Dorsalis Pedis

Gambar Palpasi Arteri Dorsalis Pedis

2. Arteri tibialis Posterior: Terletak tepat di belakang malleolous medial. Hal ini dapat
diraba dengan memegang tumit pasien di tangan pemeriksa dan dengan jari-jari
pemeriksa meraba daerah sekitar malleolus medial sehingga dapat meraba pulsasi
arteri tibialis posterior di daerah yang tepat. Atau, pemeriksa dapat meraba pulsasi dari
atas malleolous medial.
 Lokasi Posterior tibialis Arteri
Gambar-gambar di bawah ini menunjukkan lokasi arteri tibialis posterior dalam
kaitannya dengan struktur sekitarnya (anatomi permukaan di sebelah kiri, anatomi di
sebelah kanan).

Gambar palpasi arteri tibialis posterior

3. Jika ada edema, pemeriksa harus menekan lebih dalam untuk dapat meraba
pulsasi arteri.
4. Jika pemeriksa tidak dapat meraba denyut nadi, dapat menggunakan alat Doppler
untuk mendeteksi pulsasi arteri.

Gambar ALat Dopller untuk mendeteksi pulsasi arteri tibial posterior

5. Pada pemeriksaan pulsasi dinilai pada skala mulai dari 0 (tidak teraba) sampai 2+
(normal). Seperti pada edema, skala ini sangat subjektif.
6. Pemeriksaan Genitalia

 Keluhan-Keluhan Genetal Pada Pria :

Nyeri di lipat paha,penis, atau testis dapat berasal dari tempat tersebut atau
merupakan nyeri alih (dari tempat yang jauh letaknya)

Nyeri lipat paha yang terjadi secara tiba-tiba segera menyarankan adanya hernia.
Seringkali, nyeri tina-tiba tersebut terjadi karena keteganggan otot. Nyeri hernia dapat
berkembang secara berangsur-angsur. Nyeri yang diikuti oleh pembengkakkan
intermiten hamper dapat menegakkan diagnosis tanpa pemeriksaan.

Nyeri skortum atau testis dapat disebabkan oleh peradangan atau penyebab mekanik.
Pada orang dewasa, parotitis mempunyai kecenderungan untuk menyerang satu testis
sehingga timbulpembengkakan dan nyeri.

Nyeri skortum hebat yang terjadi secara tiba-tiba biasanya ada riwayat episode-
episode sebelumnya yang mereda secara spontan. Pada keadaan ini testis memutar
sekitar tangkai vaskularnya, sehingga menganggu akran balik vena dan aliran darah
arterial.

Priapisme adalah ereksi yang terus menerus dan biasanya disertai oleh nyeri.hal ini
dapat ditemukan penyakit medulla spinalis,leukemia mielogen kronik, thrombosis
korpora kavernosa karena sebab apapun,dan kadang kadang prostatitis.

Keluhan gangguan fungsi yang paling menyushkan adalah impoten. Berhati-hatilah


dalam menyelidiki perjalanan penyakit ini. Ketidakmampuan ereksi setiap saat ketika
mempunyai gairah seksual sangat menyarankan adanya penyakit organik.

Inpeksi dapat mengarah pada diagnosis bebrapa keluahan. Luka pada penis tanpa
nyeri mengarah pada sifilis. Bila terdapat ulserasi yang nyeridan penbengkakan nodus
inguinalis, diagnosisnya lebih mengarah ke chancroid dan limfogranuloma
inguinale.pada pria yang lebih tua, harus dicurigai adanya karsinoma epidermal.

Vesikel yang nyeri dan berkusta pada erosi kulit yang berkelompok menyarankan
suatu infeksi dengan virus herpes.
 Pemeriksaan Genetalia Pada Laki-Laki

Posisi pada klien dan pemeriksaan paling penting dalam bagian pemeriksaan ini.
Bila mungkin pemeriksaan ini dilakukan pada pasien dalam posisi berdiri. Tetapi
tekniknya dapat berubah pada pemeriksaan pasien yang harus berbarig di tempat tidur.
Jelaskanlah tiap-tiap prosedur pemeriksaan dan berilah instruksi sebelum memulai
pemeriksan.

 Untuk pemeriksaaan pada posisi berdiri

Muka pemeriksa di depan pasien, tetapi posisinya tepat di samping pasien, tidak
berhadap-hadapan muka.ujung kaki pemeriksa berada tepat lateral kaki pasien yang
sama (kanan atau kiri).kedua kaki pasien sebaknya terentang sejauh 45 cm. siapkan
sarung tangan, pelumas,dan alat pemeriksa darah samar (stool guaiac card) di tempat
yang mudah dijangkau.

Mintalah pasien untuk membuka bajunya dan memperlihatkan genetalianya.


Mula-mula inspeksilah rambut pubis. Pola pertumbuhan rambut pubis pria menuju
kearah garis tengah sambil umbilicus. Palpasilah lipat paha untuk mengetahui adanya
pembengkakan yang ukurannya tetap atau mengecil. Kelenjar limfe selalu dapat diraba
di daerah ini pada orang dewasa. Bila anda meraba suatu benjolan, cobalah untuk
mengecilkan benjolan tersebut dengan hati-hati melalui dinding abdomen. Pastikanlah
penemuan anda tersebut dengan meraba kantong hernia kalau usus telah dideruksi
(dimasukkan kembali ke abdomen).

Mintalah pasien untuk menggulung kulum penis (Prepisium)nke belakang dan


memegang penis ke kanan dan kiri. Pastikanlah anda melihat glans, korona, dan
batang penis. Sediakanlah gelas objek yang bersih bla terdapat pergetahan penis. Bila
pergetahannya merupakan masalah, mintalah pasien mengeluarkan sendiri dengan
“memerah uretra”. Palpasilah dasar uretra dari perineum ke glans penis. Bila dilakukan
dengan arah ini akan keluar setetes cairan yang dapat dipakai untuk dibiakan segaera
dan pewarnaan Gram.

Lalu beritahukanlah bahwa selanjutnya bahwa anda akan memeriksa skrotum


dan testis. Dengan hati-hati peganglah bagian bawah dan belakang skortum dengan
dua jari dan palpasilah testis diantara ibu jari dan dua jari lainnya. Dengan hati-hati
gerakan isi skortum sedikit ke depan dan lanjutkan pemeriksaan dengan visualisasi
langsung.

Palpasilah setiap testis dengan memperhatkan testisnya sendiri,kemudian ke


epididimis, dan korda spermatika. Mula-mula pastikanlah bahwa kedua testis tiring ke
dalam skortum.bila testis tidak berada di dalam skortum, palpasilah kanalis ini,
berusahalah menariknya ke dalam skortum. Undesensus trikularis sejati tidak dapat
dimasukkan ke dalam skortum. Apakah ukurannya dua testis sama apakah besarnya
normal?

Sifat suatu benjolan di dalam skortum biasanya dapat didiagnosis dengan cukup
tepat dengan pemeriksaan fisik. Mula-mula, tentukanlah pastikan dulu benjolan itu
apakah berasal dari skortum atau berasal dari bagian tubuh yang lebih atas turun ke
skortum. Cobalah memegang puncak benjolan tersebut pada pangkal skortum . anda
tidak dapat memegang puncak hernia.

Sekarang beritahukanlah pasien bahwa anda akan memeriksa hernia.palpasilah


dan kemudian ikutilah korda spermatika dengan jari kelingking anda dari epididimis ke
arah penis. Letakkan ujung jari kelingking anda melalui annulus eksterna ke puncak
kantong skortum. Ketika jari tersebut bergerak sepanjang ramus pubis, putarlah jari
anda dan doronglah ke lateral sepanjang kanals ke annulus interna. Sekarang jari anda
terletak sejajar dengan lihgamentum inguinale yang berjalan dar skortum ke spina iliaka
anterior superior. Jika tidak menemukan massa mintalah pasien untuk batuk. Hernia
indirek akan membentur jari anda pada sudut 90⁰. Bila hernia fermoralis atau inguinalis
di duga sebagai penyebab benjolan, dengarkanlah bunyinya dengan stetoskop.
Terdengaar bising usus memastikan diagnosis. Hernia tidak dapat direduksi kembali
perlu segera diperhatikan. Bila berkaitan dengan nyeri abdomen, ini merupakan tanda
bahaya.

Sekarang beritahukan pasien bahwa anda mulai memeriksa rectum.mintalah


pasien berpaling/memutar tubuhnya dan membungkuk di atas meja periksa. Pada
posisi Sim pasien berbaring pada sisi tubuhnya dan menarik lututnya ke arah atas
dada. Pada posisi knee-chest, lutut dan dada pasien menyentuh meja periksa dengan
melipat pantatny. Cara terbaik adalah meminta pasien berdiri dengan kedua kaki
berjarak sekitar 45 cm. membungkuk pada pinggang sehingga dada menmpel pada
meja periksa.mintalah pasien untuk bernapa dalam dan perlahan-perlahan melalui
mulutnya. Mulailah periksa dengan hati-hati. Rentangkanlah bokong nya dengan cermat
inpekslah anus dan perineum.

Lakukanlah pemeriksaan digital, pakailah sarung tangan dan kemudian


oleskanlah pelumas pada jari yang akam memeriksa.letakanlah bantalan, bukan ujung
jari, telunjuk anda pada anus dan mintalah pasien”mengejan seperti paa saat seang
buang air besar”. Tekanlah dengan menggunakan jari telunjuk tersebut dan gerakkan
jari telujuk tersebut dengan gerakkan perrlahan-lahan ke depan melalui sfingter.
Secara perlahan lahan namun pasti masukkanlah seluruh panjang jari telunjuk
anda.rabalah sacrum di bagian posterior. Di bagian anterior, pada pria terdapat prostat.
Mintalah pasien mengejan kembali. Kelainan di daerah yang lebih distal dapat didorong
ke arah jari pemeriksa.

Kelenjar prstat yang berukuran kecil sampai masa pubertas, sedikit banyak
membesar pada waktu dewasa. Konsistensinya yang normal adalah seperti karet
pengapus. Gerakan jari anda sebanyak 360 derajat. Tanyakanlah pada pasien apakah
is merasa nyeri ketika anda meraba struktur-struktur di daerah lateral, anterior, dan
posterior.periksalah adanya darah samar pada tinja yang ada di sarung tangan
anda.Berikanlah kertas tissue pada pasien anda, dan mintalah pasien untuk berpakaian
kembali. Jelaskanlah penemuan-penemuan anda dan tanyakanlah hal-hal yang
berkaitan ketika anda memeriksa darah samar dan melepaskan sarung tangan anda.

 Pada Pria :

1) Inspeksi

a) Pertama tama inspeksi rambut pubis, perhatikan penyebaran dan pola


pertumbuhan rambut pubis. Catat bila rambut pubis tumbuh sedikit atau tidak sama
sekali.

b) Inspeksi kulit, ukuran, dan adanya kelainan lain yang tampak pada penis.
c) Pada pria yang tidak dikhitan, pegang penis dan buka kulup penis, amati lubang
uretra dan kepala penis untuk mengetahui adanya ulkus, jaringan parut, benjolan,
peradangan, dan rabas ( bila pasien malu,penis dapat dibuka oleh pasien sendiri ).
Lubang uretra normalnya terletak di tengah kepala penis. Pada beberapa kelainan
lubang uretra ada yang terletak di bawah batang penis ( hipospadia ) dan ada yang
terletak di atas batang penis ( epispadia )

d) Inspeksi skotrum dan perhatikan bila ada tanda kemerahan, bengkak, ulkus,
eksoriasi, atau nodular. Angkat skrotrum dan amati area di belakang skrotrum.

2) Palpasi

a) Lakukan palpasi penis untuk mengetahui adanya nyeri tekan, benjolan , dan
kemungkinan adanya cairan kental yang keluar.

b) Palpasi stroktum dan testis dengan menggunakan jempol dan tiga jari pertama.
Palpasi tiap testis dan perhatikan ukuran, konstitensi, bentuk, dan kelicinannya. Testis
normalnya teraba elastis, licin, tidak ada benjolan atau massa, dan berukuran sekitar 2-
4 cm.

c) Papasi epidemis yang memanjang dari puncak testis ke belakang. Normalnya


epididimis teraba lunak.

d) Palpasi saluran sperma dengan jempol dan jari telunjuk. Saluran sperma biasanya
ditemukan pada puncak bagian lateral skrotum dan teraba lebih keras daripada
epidedimis.

 PENIS
Inspeksi:
- Lihat adanya kelainan kulit preputium, tanda radang, perubahan warna.

- Bila belum dilakukan circumcisi pemeriksaan penis didahului dari lubang preputium,
lubang yang terlalu sempit dinamakan phymosis yang mengakibatkan preputium tidak
bisa diretraksi, penumpukan smegma, balanitis, ISK, keganasan.

- Glans penis dinilai mulai dari OUE, lihat produk yg keluar dari OUE (urin, sperma,
nanah, darah, batu, udara, feces), ukuran OUE yang terlalu kecil bisa karena meatal
stenosis, letak OUE di ventral (hipospadia) tidak boleh dilakukan circumcisi, letak OUE
di dorsal (epispadia).

- Balanitis, kondiloma akuminata, karsinoma.

- Batang penis diperiksa sisi dorsal (corpos cavernosus & AV dorsalis), sisi ventral
(corpus spongiosus yang berisi urethra) dilihat tanda radang, perubahan warna kulit,
fistel.

Preputium

Gland penis tampak


setelah dilakukan
retraksi preputium

 Palpasi penis

Palpasi gland penis.


Palpasi bagian dorsal dari batang penis, berisi corpus cavernosus, bila teraba bagian
yang keras (plaque), dapat disebabkan :
- “Peyronie’s disease”

- Vena dorsalis yang mengalami trombosis

- Karsinoma

Palpasi bagian ventral dari batang penis:


- Striktura
- Karsinoma uretra
- Ekstravasasi urin dengan jaringan parut (cicatrix)
 Contoh Penyakit
1. KELENJAR INGUINAL
 Inspeksi Kelenjar inguinal
- Lihat adanya tanda radang, perubahan warna kulit, massa, ulkus.

 Palpasi kelenjar-kelenjar inguinal


Penyebab pembesaran kelenjar inguinal.
Penis : karsinoma, chancroid, sipilis, balanitis

Tiap keradangan atau tumor yang berasal dari : skrotum, vulva, anus, tungkai.

Pembesaran kelenjar-kelenjar limfe yang sistemik.

Pada orang normal, biasanya kelenjar limfe inguinal dapat diraba.

2. SCROTUM
 Inspeksi dari skrotum
Testis kiri biasanya tergantung lebih rendah dari pada testis kanan.
 Penyebab-penyebab pembengkakan Skrotum :
Struktur : Patologi :
- Dinding Skrotum - Edema pada penyakit-penyakit hati, ginjal, kegagalan jantung,
idiopatik
- Hematoma, ekstravasasi urin
- Tunika vaginalis - Hidrokel
- Testis - Tumor, torsi, radang
- Epididimis - Epididimitis, TBC, Tumor (jinak)
- Funikulus spermatikus - Hernia, Varikokel
 Palpasi Skrotum dan isinya
Pemeriksaan dilakukan dalam posisi penderita telentang dan berdiri untuk
memperoleh informasi tambahan.

Misalnya :
Varikokel yang tidak mengecil pada penderita dalam posisi telentang,
mencurigakan adanya obstruksi pada vena renalis.

 Palpasi isi skrotum


Biasanya dilakukan dengan ibu jari pada satu bidang dan jari telunjuk serta jari
tengah kanan yang bersangkutan di bidang sebelahnya. “Mass” yang besar lebih
mudah diraba dengan menggunakan kedua tangan.
Perabaan isi skrotum hendaknya sistematis dengan urutan sebagai berikut
1. Testis

2. Epididimis (kaput, korpus, kauda)

3. Funikulus

4. Meatus Inguinalis eksternus

 Transiluminasi pada pembesaran skrotum


Dilakukan dengan sumber cahaya yang cukup kuat melalui celah/lubang kecil, ruang
pemeriksaan digelapkan. Transiluminasi positif biasanya didapatkan pada hidrokel.
Sebelum lampu
dinyalakan

Setelah lampu
dinyalakan tampak
transiluminasi positif
Hidrokel dan spermatokel

 Diagnosis banding dari Hidrokel

- Spermatokel

- Hernia

- Tumor testis

 Perbedaan antara Hidrokel dan Spermatokel :


Hidroke : Testis terapung di dalam hidrokel (testis tidak teraba)
Spermatokel : Testis jelas terpisah (di bawah/di samping) dari spermatokel

 Perbedaan antara Hidrokel dan Hernia :


Hidrokel : Funikulus spermatikus teraba di atas tumor
Hernia : Funikulus spermatikus tidak teraba di atas tumor

 Varikokel :

- Sebagian besar terdapat di sebelah kiri

- Teraba seperti kantung berisi cacing


- Mengempis bila penderita tidur telentang (jika tidak, harus dicurigai tumor yang
menekan/menyumbat v. renalis kiri)

Varikokel yang kecil dapat ditemukan dengan terabanya pengisian pleksus di


sekitar funikulus spermatikus pada waktu penderita batuk atau melakukan manuver
Valsalva.

 Hematokel :
Terjadi Akumulasi darah di dalam tunika vaginalis, akibat :
- Trauma pada skrotum

- Pembedahan daerah skrotum

- Trauma waktu kelahiran

- Penyakit (diskrasia) darah


 Epididimitis
Bakterial non spesifik :
- Pembengkakan dan nyeri hebat/jelas

- Funikulus biasanya menebal

Kadang-kadang dapat diraba testis (normal dan tak nyeri) di samping epididimis yang
nyeri tadi.

 Spesifik (tuberkulosis) :
- Biasanya tak nyeri (kecuali akut)

- Epididimis keras dan teratur

- Vas deferens tak teratur/bentuk tasbih.


 Tumor testis
 Biasanya testis membesar dan mengeras/lebih padat
 Epididimis dan funikulus pada umumnya normal
Pada penderita dengan dugaan tumor testis, harus diperiksa juga :
 Leher metastase ke kelenjar limfe supra klavikular.
 Mammae ginekomasti (beberapa tumor yang memproduksi estrogen,
“chorionic gonadotrophin”).
 Abdomen kelenjar limfe retroperitoneal yang membesar.
 Torsi testis
 Keluhan : nyeri hebat terjadi mendadak

 Gejala :
- Testis yang bersangkutan terangkat ke atas (Derming sign)

- Testis terletak lebih horisontal (Angle sign)

- Nyeri dan pembengkakan seringkali sangat hebat sehingga isi skrotum tidak dapat
diraba dan dipisah-pisahkan

 Bila dielevasikan akan bertambah nyeri pada torsi (Phren sign)


Diagnosis banding Tumor Torsi
nyeri di skrotum :
Epididimitis
Nyeri (+) Ringan/tid Hebat
ak nyeri
Onset Cepat Lambat Mendadak/dramatik
Infeksi saluran kencing (+) (-) (-)
Palpasi : Normal Tumor Struktur-struktur ini
Testis Nyeri Normal sukar diraba/ dipisah-
Epididimitis Biasanya Normal pisahkan
Funikulus menebal
Umur 15 th - tua 15 th – 40 th

 Testis yang retraktil :


- Sudah turun ke dalam skrotum, tapi seringkali naik ke pangkal skrotum atau masuk ke
dalam kanalis inguinalis karena spasme m. Kremaster.

Testis retraktil biasanya dapat ditarik ke dalam skrotum.

3. PROSTAT & VESICULA SEMINALIS


 Anatomi prostat dan vesikula seminalis

 Pemijatan (”massage’) kelenjar prostat

Panah-panah menunjukkan arah pemijatan kelenjar prostat dan vesikula seminalis.


Tujuan pemijatan :

- Terapi prostatitis, kronis, bengkak

- Mengumpulkan getah prostat untuk pemeriksaan mikroskopik dan bakteriologik


 “Rectal toucher” (colok dubur) :
Posisi pasien untuk pemeriksan rectal toucher adalah berdiri, knee chest, tidur
miring, yg paling umum dilakukan adalah litotomi.
Prosedur:
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada penderita.

- Beri pelicin pada anus dengan jari telunjuk yang bersarung tangan.

- Lembekkan (relaksasi) sfinkter ani dengan tekanan jari yang halus.

- Penilaian bulbocavernosus reflek dengan cara setelah jari telunjuk tangan kanan
masuk dalam rectum, tangan kiri menekan glans penis. Menilai kontraksi

- Periksa seluruh/sekeliling dinding rektum.

- Raba kelenjar prostat

Interpretasi yang didapatkan pada saat melakukan rectal toucher :

1. Tonus musculus sphinter ani : normal, meningkat atau menurun

2. Bulbocavernosus reflek : normal, meningkat, atau menurun

3. Lumen, ektra lumen, dingding rectum : terdapat massa atau tidak

4. Ukuran prostat :
Grade 1 : sulcus medianus cekung, pole atas mudah teraba
Grade 2 : Sulcus medianus mendatar, pole atas mudah teraba
Grade 3 : Sulcus medianus cembung, pole atas sulit teraba (masih bisa dicapai)
Grade 4 : sulcus medianus cembung, pole atas tidak dapat teraba

5. Nyeri tekan prostat (+) : prostatitis

6. Konsistensi : Padat-kenyal BPH


Keras Karsinoma
Bengkak, lunak Prostatitis
7. Simetri : Asimetri Karsinoma
8. Mobilitas : mobilitas terbatas pada karsinoma lanjut, prostat melayang (floating
prostat) pada ruptur uretra posterior

9. Sarung tangan lendir darah

Diagnosis banding benjolan prostat yang keras :


1. Karsinoma

2. BPH (Benign Prostate Hypertrophy) yang menonjol lokal

3. Prostatitis menahun (kronis, non spesifik)

4. Prostatitis tuberkulosa

5. Prostatitis granulomatosa

6. Infark prostat

7. Batu-batu prostat

 Genitalia wanita dan keluhan-keluhan yang berkaitan dengan alat reproduksi

Riwayat penyakit yang lengkap untuk setiap wanita harus mencakup umur pada
waktu terjadinya menarke, keteteraturan haid dan interval di antara haid. Taksiran yang
sangat kasar tentang jumlah haid dapat dilakukan dengan menghitung jumlah
pembalut yang diperlukan. Perhatikanlah ada atau tidak kram dan polanya - dismenore.

Nyeri ginekologis dapat disebabkan oleh banyak factor. Tentukanlah hubungan


waktunya dengan terjadinya haid. Kram yang timbul pada wanita haid biasanya
menunjukkan bahwa telah terjadi ovulasi. Mittelschmerz adalah nyeri pada waktu
terjadinya ovulasi, biaanya 14 hari sebelum haid, nyeri pada kedua kuadran bawah dan
demam selama atau tepat setelah haid merupakan cirri khas penyakit peradangan
pelvis karena gonokok.

Koitus yang nyeri, dispareunia disebabkan oleh banyak factor. Uretritis biasanya
menyebabkan keluhan ini. Selama koitus, jarngan meradang tersebut mengalami
trauma ketika bergesekan dengan simfisis. Kadang-kadang ini diikuti dengan dengan
disuria dan sering buang air kecil yang disertai dengan tanda-tanda sistitis.
Nyeri yang disertai dengan gatal-gatal pada vagina mengarah pada vaginitis- paling
sering disebabkan oleh infeksi monilia. Periksalah kemungkinan diabetes pada keluhan
ini. Keluhan disfungsi paling sering berkaitan dengan kehamilah atau kemandulan.

Keluhan yang paling sering ditemukan adalah amenore sekunder – penderitanya


pernah mendapat haid tetapi sekarang tidak lagi. Penyebab tersering adalah kehamilan.
Tetapi pikirkanlah pula riwayat yang mengarah kepada kelainan endokrin yang
penting—tiroid adrenal, hifosis atau ovarium.

Amenore primer berati tidak pernah mengalami haid. Pada kasus ini perhatikan
pula riwayat keluarga. Seoran gadis yang telah berumur 18 tahun belum mendapatkan
haid mugkaintidak abnormal jika hal ini juga ditemukan pada ibu dan neneknya.
Amenore primer yang sejati pada salah satu bagia tubuh sumbu hiptalamus-hipofisis-
ovarium-uterus.

Bercak pendarahan yang ditemukan diantara dua periode haid dan pendarahan post
coital harus di perhatikan paling sering disebabkan oleh breakthrough bleeding pada
prang minum pil anti hamil. Jika tidak sedang minum pil anti hamil, keadaan ini
biasanya disebabkan oleh kelainan uterus—fibroid, karsinoma endometrium,
tertahannya hasil konsepsi dan sebagaiannya.

Pengeluaran secret dan bau busuk mengarah kepada infeksi. Secret yang berubah
warna secara berati biasanya disebabkan oleh trichomonas, monilia, atau gonore.

 Pemeriksaan pelvis standar

Usahakanlah pasien tetap santai dengan memberitakukannya tentang setiap bagian


pemeriksaan dan mengajaknya berpartisipasi sepanjang pemeriksaan dilakukan.
Jelaskan tujuan pemeriksaaanya dan Tanya keluhan-keluhannya. Mintalah pasien anda
untuk bersantai dan memusatkan perhatian pada bernapas lambat. Bokongnya harus
berada tepat di ujung meja pemeriksaan. Sekarang jelaskan setiap langkah
pemeriksaan setiap langkah pemeriksaan ketika anda melanjutkan pemeriksaan.

Sentuhlah pahanya sebelum anda memulai pemeriksaan agar pasien


mengetahui bahwa pemeriksaan akan dimulai. Pastikan pasien baru saja buang air
kecil. Posisi litotomi merupakan posisi yang terbaik untuk melakukan pemeriksaan dan
harus dipaka semua kasus, kecuali pada kasus-kasus yang sangat luar biasa dengan
tumit pasien pada pijakan kaki bersudut 45 derajat. Mintalah pasien untuk membuka
lututnya ke arah luar. Jelaskanlah kepada pasien bahwa rotasi eksternal lutut dapat
membantu relaksasi otot-otot perut. Duduklah diatas sebuah kursi di antara tungkai
pasien dan lakukanlah pencahayaan yang kuat melalui bahu anda.

Periksalah rambut pubis, perineum dan genitalia eksterna untuk melihat


adanyaperadangan dan anatomi abnormal. Bentangkanlah labia mayora. Di bagian
anterior, periksalah klitoris yang ditutupi oleh kedua labia mayora untuk melihat tanda-
tanda iritasi, ulkus atau pembesaran .sekarang bentankanlah labia tersebut lebar-lebar
dan mintalah pasien untuk mengejann sekuat kuatnya. Decamping utertra periksalah
hymen, kelenjar perauretal, kelenjar bartolin, dan vestibulum vagina. Jika dilihat
membengkak dan nyeri kemungkinan besar di sebabkan oleh infeksi.

Lanjutkan ke pemeriksaan inpeksi dengan speculum. Hangatkan speculum


tersebut dengan masukanla ke dalam vagina dengan memakai air sebagai pelumas.
Perbesarlah introitus vagina dengan mendorong perineum kea rah posterior. Pada
pasien muda masukanlah satu atau dua jari ke dalam vagina untuk membentangkan
introitus dan untuk memberikan tekanan posterior. Hindarilah penekanan pada uretra
anterior dan litoris. Struktu-struktur ini sangat sensitife pada tekanan.

Kalau sudah dimasukan putarlah speculum tersebut sehingga daun daunnya


berada dalam posisi horizontal dan bentangkanlah daun-daun tersebut sampai serviks
terlihat diantara dua daun tersebut

Hapusan papanicolao merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk


mendeteksi keganasan uterus pada stadium dini. Mula- mula suatu spatula kayu yang
dipotong secara khusus dimasukan ke dalam orifisium serviks dan diputar 360 derajat
untuk mengerok antara dareh pertemuan antara serviks dan endoserviks . sekarang
lakukanlah palpasi dengan tangan yang memakai sarung tangan dan berpelumas.
Mula- mula rabalah kelenjar bartolini. Jika anda memeriksa dengan tangan kanan,
letakkanlah kaki kanan anda di atas palang kaki meja dan letakanlah siku anda pada
lutut anda. Kemudian masukanlah jari anda yang berpelumas ke dalam vagina dengan
menekan ke arah posterior pada perineum. Kalau terjadi relaksasi masukanlah jari
tengah anda . palpasilah abdomen gerakanlah tangan yang melakukan palpasi kea rah
bawahke arah jari yang berada dalam vagina. Berusahalah untuk menangkap struktur
pelvis di antara jari-jari tangan anda yang berada di dalam vagina dan jari yang
menekan ke bawah dari abdomen.uterus seharusnya dapat digersksn dengan bebas
dan tidak nyeri saat di tekan.kalau anda meraba uterus perhatikanlah posisi, ukuran,
tekstur, mobilitas, nyeri, tekan, bentuk dan irregularitas.

Sekarang gerakkanlah jari jari anda ke salah satu sisi serviks dan tangan lainnya
ke sisi yang sama di abdomen untuk meraba ovarium secara bimanual..lengkapilah
pemeriksaan dengan palpasi rektovaginal. Gantilah sarung tangan dan masukanlah jari
telunjuk ke vagina dan jari tengah ke dalam rectum. Dengan cara ini kamtong douglas
dan semua kelainan sering menjalar ke kantong ini terletak di antara jari-jari tangan
anda pemeriksaan ini dibantu dengan palpasi abdominal.

Untuk mengetahui apakah klien mempunyai masalah dengan genetalia (alat vital) baik
intern/ekstern.

 Tujuan Pemeriksaan Genetalia


1) Melihat dan mengetahui organ organ yang termasuk dalam genetalia

2) Mengetahui adanya abnormalitas pada genetalia, misalnya varises, edema. Tumor,


atau benjolan, infeksi, luka, atau iritasi, pengeluaran cairan atau darah dan sebagainya.

3) Melakukan perawatan genetalia

4) Mengetahui kemajuan proses persalinan pada ibu hamil atau persalinan

 Metode yang Digunakan:


Pada pria:

1. Inspeksi
2. Palpasi

Pada Wanita
Pengkajian alat kelamin wanita bagian luar dan bagian dalam.
Persiapan sebelum pemeriksaan
1) Menyiapakan alat yang digunakan:
a) Lampu yang dapat diatur pencahayaanya
b) Handscone atau sarung tangan
c) Meja pemeriksaan dengan sanggurdi, baskom, spatula plastic.
2) Menyiapkan tempat yang nyaman sehingga dapat menjaga privasi klien.
3) Hal yang harus diperhatikan:
a) Pengkajian dilakukan sesuai kebutuhan dengan tetap menjga kesopanan dan harga
diri klien dan perawat.
b) Perawat meminta klien untuk berkemih sebelum pemeriksaan.
c) Bantu pasien melakukan posisi litotomi di tempat tidur atau meja periksa untuk
pengkajian genital eksternal.
d) Meminta ijin pada klien jika melakukan pengkajian.
e) Perawat harus dapt memeberi penjelasan kepada klien tentang tujuan pengkajian
sehingga klien dapat diajak bekerja sama dan tidak merasa malu.
f) Menjaga privasi klien.

 Langkah pemeriksaan fisik genetalia.


Pada Wanita

1. Pengkajian alat kelamin wanita bagian luar

a) Beri kesempatan kepada pasien untuk mengosongkan kandung kemih sebelum


pengkajian dimulai. Bila diperlukan urine untuk specimen laboratorium.

b) Anjurkan pasien membuka celana, Bantu mengatur posisi litotomi, dan selimuti bagian
yang tidak diamati.

c) Mulai dengan mengamati rambut pubis, perhatikan distribusi dan jumlahnya, dan
bandingkan sesuai usia perkembangan pasien.

d) Amati kulit dan area pubi, perhatikan adana lesi, eritema, fisura, leukoplakia, dan
ekskorasi.

e) Buka labuia minora, klitoris, dan amati bagian dalam labia mayora, labia minora,klitoris,
dan meatus uretra. Perhatikan setiap ada pembengkakan, ulkus, rabas atau nodular.
2. Pengkajian alat kelamin bagian dalam

a) Atur posisi pasien secara tepat dan pakai sarung tangan steril.

b) Lumasi jari telunjuk Anda dengan air steril, masukkan ke dalam vagina, dan identifikasi
kelunakan serta permukaan serviks. Tindakan ini bermanfaat untuk mempergunakan
dan memilih speculum yang tepat. Keluarkan jari bila sudah selesai.

c) Siapkan speculum dengan ukuran dan bentuk ang sesuai dan lumasi dengan air hangat
terutama bila akan mengambil specimen.

d) Letakkan dua jari pada pintu vagina dan tekankan ke bawah kea rah perianal.

e) Yakinkan bahwa tidak ada rambut pubis pada pintu vagina dan masukkan speculum
dengan sudut 45° dan hati-hati dengan menggunakan tangan yang satunya sehingga
tida menjepit rambut pubis atau labia.

f) Bila spekulum sudah berada di vagina, keluarkan dua jari Anda, dan putar speculum
kea rah posisi horizontal dan pertahankan penekanan pada sisi bawah / posterior.

g) Buka bilah speculum, letakkan pada serviks dan kunci bilah sehingga tetap membuka.

h) Bila serviks sudah terlihat, atur lampu untuk memperjelas penglihatan dan amati ukuran,
laserisasi, erosi, nodular, massa, rabas, dan warna serviks . Normalnya bentuk serviks
melingkar atau oval pada nulipara, sedangkan pada para membentuk celah.

i) Bila diperlukan specimen sitologi, ambil dengan cara usapan menggunakan aplikator
dari kapas.

j) Bila sudah selesai, kendurkan sekrup speculum, tutup speculum, dan tarik keluar
secara perlahan-lahan.

k) Lakuakan palpasi secara bimanual bila diperlukan dengan cara memakai sarung tangan
steril, melumasi jari telunjuk dan jari tengah, kemudian memasukkan jari tersebut ke
lobang vagina dengan penekanan ke arah posterior, dan meraba dinding vagina untuk
mengetahui adanya nyeri tekan dan nodular.
l) Palpasi serviks dengan dua jari anda dan perhatikan posisi, ukuran, konsistensi,
regularitas, mobilitas, dan neri tekan. Normalnya serviks dapat digerakkan tanpa terasa
nteri.

m) Palpasi uterus dengan cara jari-jari tangan yang ada dalam vagina menghadap ke atas.
Tangan yang ada diluar letakkan di abdomen dan tekankan ke bawah. Palpasi uterus
untuk mengetahui ukuran, bentuk, konsistensi, dan mobilitasnya.

n) Palpasi ovarium dengan cara menggeser dua jari yang ada dalam vagina ke formiks
lateral kanan. Tangan yang ada di abdomen tekankan ke bawah kea rah kuadran kanan
bawah. Palpasi ovarium kanan untuk mengetahui ukuran, mobilitas, bentuk, konsistensi,
dan nyeri tekan ( normalnya tidak teraba) ulangi untuk ovarium sebelahnya.

 Inspeksi, palpasi organ genetal wanita :


a) Pertumbuhan rambut membentuk segitiga diatas perineum dan sepanjang permukaan
medial paha
b) Kulit perineal sedikit lebih gelap, halus dan bersih
c) Membrane tampak merah muda dan lembab
d) Labia mayora kering / lembab, simetris
e) Labia minora lebih tipis dan salah satunya berukuran lebih besar
f) Jaringan lunak tanpa nyeri
g) Klitoris: lebar <1cm dan panjang 2 cm tidak ada inflamasi, nyeri
h) Orifisium uretra: utuh tanpa inflamasi
i) Meatus uretra: berwarna merah muda, terletak dianterior orifisium
j) Introitus vagina:tidak ada nyeri, inflasi, edema/lesi
k) Kelenjar bartholin: tidak teraba
l) Kelenjar skene; tidak ada pengeluaran (rabas dan nyeri)
m)Serviks: terwarna merah muda, halus, bulat, berada pada garis tengah tanpa lesi
n) Sekresi normal biasanya encer, jernih, dan tidak bau.
o) Tidak ada atau sedikit sekali rambut (gangguan hormone)
p) Kulit parineal terdapat lesi/inflamasi membrane terlihat sangat merah klitoris mengalami
inflamasin (tumor)
q) Orifisium urutra dan introitus vagina: nyeri, inflamasi, lesi
r) Kelenjar bartolin: teraba
s) Kelenjar skene: mengeluarkan cairan/rabas dan nyeri
t) Serviks;malposisi ke lateral ( dapat mengidentifikasi tumor), ada laserasi, massa
u) Sekresi secret: berbau, keruh
v) Pertumbuhan rambut du daerah pubis sampai ke simpisi pubis
w) Kulit penis utuh dan bersih
x) Meatus uretra: ujung gland penis
y) Gland penis: tidak ada lesi dan nyeri
z) Skrotum: tidak ada lesi dan edema
aa)Testis: tidak nyeri tekan, lembut dan kenyal, bebas nodul.
bb)Tidak ada atau sedikit sekali rambut (gangguan hormone)
cc) Kulit penis: lesi /ulkus
dd)Meatus: hypospadia/epispadia
ee) Gland penis: nyeri tekan, ulkus/lesi
ff) Pembesaran salah satu testis(karena kanker) ada benjolan keras terdapat palpasi di
bagian depan atau samping testis.

 Inspeksi rectum :
a) Kulit perianal utuh, tidak ada benjolan, ruam/inflamasi
b) Warna lebih gelap dari jaringan sekitar
c) Spngter anus memiliki tonus otot yang baik
d) Dinding fectum licin dan tidak nyeri
e) Kelenjar prostate(pria): tidak nyeri, ukuran 2,5-4cm
f) Serviks (wanita): tidak nyeri, licin, ukuran 2-3 cm
g) Terdapat luka/inflamasi
h) Spingter anus melemah ( masalah neurology)
i) Dinding rectum nyeri tekan, terdapat polip / massa / nodul
j) Palpasi prostate: membesar, nyeri
k) Palpasi serviks: membesar, terasa nyeri, terdapat massa/nodul
 Hal – hal yang harus diperhatikan pada Genetalia:

a. Pengkajian dilakukan sesuai dengan kebutuhan dengan tetap menjaga kesopanan dan
harga diri klien dan perawat.
b. Perawat meminta klien untuk berkemih sebelum pemeriksaan di mulai.
c. Bantu pasien untuk melakukan posisi litotomi di tempat tidur atau di meja periksa untuk
pengkajian genitalia eksternal.
d. Meminta ijin padaklien jika mau melakukan pengkajian.
e. Menjaga privasi klien.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari
seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis
penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan
pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan
perawatan pasien.Pemeriksaan dilakukan untuk kebutuhan klien.

4 cara, yaitu dengan inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi.


5. Inspeksi

Perawat melakukan inspeksi atau melihat bagian-bagian tubuh klien


untukmendeteksi kondisi normal atau adanya tanda fisik tertentu.
6. Palpasi

Pengkajian lebih lanjut dilakukan dengan menyentuh tubuh klien dan biasanya
digunakan bersamaan dengan inspeksi.
7. Auskultasi

Auskultasi adalah mendengarkan (biasanya dengan stetoskop) suara yang


dihasilkan tubuh untuk membedakan suara normal dan abnormal. Perawat harus
mengenali suara normal pada sistem kardiovasskuler, respirassi dangastrointestinal
sebelum dapat membedakan suara yang abnormal.
8. Perkusi

Perkusi dilakukan untuk mengetahui bentuk, lokasi dan densitas struktur yang
ada dibawah permukaan kulit. Perkusi dapat memverivikasi data yang telahdidapat
melalui foto rontgen, atau pengkajian melalui palpasi dan auskultasi
.
PEMERIKSAAN TINGKAT KESADARAN SECARA KUALITATIF
a. COMPOS MENTIS
Yaitu sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya.
klien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik.
b. APATIS
Keadaan di mana klien tampak segan dan acuk tak acuh terhadap
lingkungannya.
c. DELIRIUM
Yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus tidur bangun
yang terganggu. Klien tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi dan meronta-
ronta.
d. SOMNOLEN (Letergia, Obtundasi, Hipersomnia)
Yaitu keadaan mengantuk yang masih dapat pulih bila dirangsang, tetapi bila
rangsang berhenti, klien akan tertidur kembali.
e. SOPOR (Stupor)
Keadaan mengantuk yang dalam, Klien masih dapat dibangunkan dengan
rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi klien tidak terbangun
sempurna dan tidak dapat memberikan jawaban verbal yang baik.
f. SEMI-KOMA (koma ringan)
Yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan respons terhadap rangsang
verbal, dan tidak dapat dibangunkan sama sekali, tetapi refleks (kornea, pupil)
masih baik.
g. KOMA
Yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan spontan dan
tidak ada respons terhadap rangsang nyeri.

PEMERIKSAAN TINGKAT KESADARAN SECARA KUANTITATIF


GCS (Glasgow Coma Scale) adalah skala yang digunakan untuk menilai tingkat
kesadaran secara kuantitatif pada klien dengan menilai respon pasien terhadap
rangsangan yang diberikan.Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal
yaitu reaksi membuka mata , bicara dan motorik.
PEMERIKSAAN ACDU
Ada metode lain yang lebih sederhana dan lebih mudah dari GCS dengan hasil
yang kurang lebih sama akuratnya, yaitu skala ACDU, pasien diperiksa kesadarannya
apakah baik ( alertness ), bingung / kacau (confusion), mudah tertidur ( drowsiness ),
dan tidak ada respon (unresponsiveness).
PEMERIKSAAN AVPU
Metode lain adalah menggunakan sistem AVPU, dimana pasien diperiksa apakah
sadar baik ( alert ), berespon dengan kata-kata (verbal ), hanya berespon jika
dirangsang nyeri (pain), atau pasien tidak sadar sehingga tidak berespon baik verbal
maupun diberi rangsang nyeri (unresponsive). Ini juga merupakan skala yang
digunakan untuk mengukur tingkatkesadaran pasien. Hal ini lebih sederhana daripada
GCS dan dapat digunakan oleh dokter, perawat, penolong pertama dan kru ambulans.
PEMERIKSAAN KEPALA
Ciri sakit kepala yang disebabkan oleh dilatasi pembuluh darah adalah berdenyut.
Tumor yang letaknya dalam menyebabkan nyeri tumpul, dalam, seperti sakit gigi.
Nauralgia menyebabkan nyeri seperti ditusuk- tusuk ketegangan menyebabkan rasa
tertekan atau nyeri seperti rasa tertekan pita yang melingkar .

Mata

Mata mengandung lebih banyak informasi diagnostik dari pada organ-organ lain
yang ada untuk diagnosis fisik. Vaskularisasinya saja memungkinan diagnosis anemia,
diabetes, hipertensi, keadaan hiperviskositas, dan arteritis. Kelainan endokrin seperti
hipo- atau hipertiroidisme dapat juga diduga melalui penemuan-penemuan pada mata.
Neurooftalmologi cukup rumit sehingga memerlukan ketekunan sepanjang karier klinis.

Oftalmoskop adalah sumber cahaya yang mempunyai serangkaian lensa yang


dapat difokuskan pada jarak yang berbea-beda. Kebanyakan oftalmoskop
dikaliberasikan dalam dua skala, hitam untuk dioptri (satuan ukuran untuk panjang
fokus) positif dan merah untuk dioptri negative

Telinga

Adakah riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik, terpajan bising,
pemakaian obat ototoksik sebelumnya atau pernah menderita penyakit infeksi virus
seperti parotitis, influensa berat dan meningitis. Apakah gangguan pendengaran ini
diderita sejak bayi sehingga terdapat juga gangguan bicara dan komunikasi. Pada
orang dewasa tua perlu ditanyakan apakah gangguan ini lebih terasa ditempat yang
bising atau ditempat yang lebih tenang.

Vertigo adalah semacam pusing yang khusus. Pasien dengan vertigo sejati
melukiskan perasaan bahwa kamar beputar di sekitarnya. Banyak kelainan
menyebabkan fenomena iritatif pada mekanisme labirin ini.

Otoskop adalah suatu sumber cahaya biasa yang dilekatkan pada spekulum
yang mempunyai kaca pembesar. Tersedia spekulum yang mempunyai kaca pembesar.
Tersedia spekulum dengan berbagai ukuran untuk dipakai pada anak anak dan orang
dewasa. Tutup yang dapat dibuang mencegah terjadinya kontaminasi silang.
Kebanyakan alat juga diperlengkapi untuk pemasangan pipa karet dan pompanya untuk
insulfasi udara.

Mulut Dan Tenggorokan

Nyeri di dalam mulut sering terjadi dan tidak mengherankan kalau mengingat
berbagai macam bahan makan, cairan dan gas yang memasuki mulut. Sakit gigi
merupakan nyeri mulut yang paling sering terjadi dan biasanya mempunyai etiologi
yang jelas. Nyeri rahang atau gigi dapat merupakan nyeri alih, seperti pada infark
miokard. Sakit tenggorokan harus dibedakan dari nyeri kalau menelan. Yang pertama
biasanya berarti infeksi, sedangkan yang kedua berkaitan dengan gangguan mekanis.
Tentu saja, sakit tenggorokan berat menyebabkan nyeri kalau menelan. Makanan padat
sering menimbulkan kesulitan yang lebih besar daripada makanan cair.

Halitosis, nafas yang berbau busuk, dapat berasal dari farings sampai saluran
nafas bagian bawah. Biasanya disebabkan oleh karies gigi atau peyakit gusi dan higien
yang buruk. Bau manis dan apak pada penyakit hati yang berat, fetor hepatikus, bau
metalik pada uremia, dan bau busuk pada abses paru paru mungkin disampaikan
secara khusus oleh pasien atau dokter pemeriksa.

Leukoplakia adalah bercak ercak lesi putih yang ditemukan pada mukosa mulut.
Biasanya disebabkan oleh iritasi kronus, dan warna putih tersebut merupakan akibat
gangguan pada keratinisasi. Lesi ini mungkin pra maligna. Ia harus dibedakan dari
stomatitis Candida atau thrush. Pada infeksi jamur ini, bercak putih tersebut dapat
diangkat dan dilepaskan.

Pemeriksaan Leher

Leher adalah bagian yang menghubungkan kepala dengan tubuh. Di dalam leher
terdapat saluran-saluran pernapasan dan pencernaan. Pada leher manusia, terdapat
suatu bagian yang disebut jakun. Secara anatomis, kita berurusan dengan kelenjar limfe
daerah-daerah tertentu, pembuluh darah dari dan ke kepala dan leher, esophagus,
trakea dan vertebra servikalis.

Penyakit metastatik biasanya memberi kesan keras seperti batu pada jari yang
meraba. Penyakit limfomatosa biasanya menyebabkan kelenjar limfe teraba seperti
karet. Limfoma dan kadang-kadang karsinoma, menyebabkan kelenjar limfe bersatu
karena biasanya terjadi perluasan penyakit keperikapsular.

Pemeriksaan Dada

Barrel Chest (Dada Barel)

Bentuk dada menyerupai barel karena hasil hiperinflasi paru. Hiperinflasi


adalah terjebaknya udara akibat saluran pernapasan yang menyempit. Pada
keadaan ini terjadi peningkatan diameter anteroposterior sehingga dada
menjadi membulat. Barrel chest umumnya ditemukan pada pria.dan dapat
terjadi pada pasien dengan penyakit asma berat.

Funnel Chest (Dada Corong)


Bentuk dada ini terjadi ketika adanya gangguan perkembangan paru-paru
yang menyebabkan depresi ujung bawah sternum. Bentuk dada ini rentan
terjadi penekanan jaringan terhadap jantung dan pembuluh darah nesar
sehingga murmur (suara bising) pada jantung sering terjadi. Funner chest
dapat terjadi pada pasien dengan penyakit rikets atau sindrom marfan.
Pigeon Chest (Dada Burung)

Bentuk dada ini terjadi ketika ada pergeseran yang menyebabkan


lengkungan keluar pada sternum dan tulang rusuk. Pada keadaan ini juga
terjadi peningkatan diameter anteroposterior. Pigeon chest dapat terjadi pada
pasien dengan penyakit rikets, sindrom marfan, atau kifoskoliosis berat.

Pemeriksaan Abdomen

Pemeriksaan abdomen dapat bersifat kompleks karena organ-organ yang


terletak di dalam dan di dekat rongga abdomen. Riwayat keperawatan yang lengkap
membantu perawat menginterpretasikan tanda fisik. Pemeriksaan mencakup
pengkajian struktur traktus gastrointestinal (GI) bawah selain hati, lambung, uterus,
ovarium, ginjal, dan kandung kemih. Pengkajian yang akurat membutuhkan
pencocokan data riwayat klien dengan pengkajian yang cermat terhadap lokasi
gejala fisik.

1. Hati

Hati terletak di bawah diafragma dan dilindungi oleh iga-iga bawah Kubah
diafragma dimulai kira-kira pada sela iga keenam di garis midklavikula. Tepi bawahnya,
yang biasanya tipis dan halus, menonjol ke tepi bawah iga kanan. Tepi bawah hati
dengan lebar normal (8-12 cm) dapat dipalpasi pada sebagian orang normal yang
melakukan inspirasi dalam. Kandung empedu dan porta hepatikus terletak di bawah
kulit hipokondrium kanan. Limpa terletak di bagian posterior kanan di depan iga
kedelapan, ken, sembilan, dan kesepuluh. Ujung limpa sedikit dapat dipalpasi pada 5%
pasien normal yang sudah mencapai umur akademis.

2. Ginjal

Ginjal adalah organ profunda retroperitoneal di daerah pinggang, dan sering kali
tidak dapat dipalpasi. Promontorium sakrum dapat dipalpasi pada pasien ku di kutub
atas sektor hipogastrium. Aorta yang berdenyut, dengan diameter kira-kira 2 cm, dapat
teraba sebagai struktur di garis tengah. Pada pasien kurus, mungkin anda dapat
meraba promontorium sakrum selama palpasi dalam. Akhirnya, uterus dan vesika
urinaria merupakan struktur-struktur di garis tengah yang biasanya tidak dapat dipalpasi
kecuali kalau telah membesar.

4. Pankreas

Pankreas adalah suatu organ retroperitoneal yang terletak pada tulang belakang
dan dikelilingi dengan ketat oleh peritoneum. Nyeri sering menjadi manifestasi satu-
satunya pada penyakit pankreas, terutama penyakit maligna. Nyeri pankreas yang
dirasakan di bagian tengah epigastrium atau periumbilikal sering menembus ke
belakang. Pasien akan menceritakan bahwa ia menderita nyeri konstan yang memberat
kalau berbaring sehingga ia terpaksa mengambil posisi fetus untuk mengurangi nyeri
tersebut. Ketika pankreatitis akut berkembang lebih lanjut, peritoneum menjadi
meradang dan nyeri khas peritonitis menguasai gambaran klinis.

4. Limpa

Limpa adalah suatu organ yang sangat vaskuler, dapat mengalami gangguan-
gangguan vaskuler seperti infark embolik, perdarahan subkapsuler, ruptur, dan infiltrasi
leukemik. Infark menyebabkan nyeri hipokondrium kiri yang timbul secara tiba-tiba dan
berat dan sering di rasakan pula di daerah bahu kiri. Distensi akut menimbulkan rasa
nyeri, tetapi distensi kronis, seperti pada infiltrasi leukemik atau hipertensi portal, paling
banyak menimbulkan rasa berat yang berkepanjangan" di kuadran kiri atas.

Nyeri tekan pantulan adalah suatu tanda penting untuk adanya iritasi peritoneum.
Tangan yang melakukan palpasi secara perlahan-lahan dan dengan lemah-lembut
ditekankan dalam-dalam ke dalam abdomen dan kemudian secara tiba-tiba dilepaskan.
Ketika peritoneum kembali ke posisi semula, pasien dapat menggerenyit atau berteriak.
Jikaa demikian, tanyakanlah dengan segera tempat iritasi maksimum. Kadang-kadang
letaknya jauh sekali dari jari-jari anda yang melakukan palpasi. Penarikan umbilikus
kadang-kadang dapat dipakai untuk memperlihatkan peradangan peritoneum.

Pemeriksaan Ekstremitas

 Pemerikasaan Ekstremitas Bagian Atas


Tangan memberikan informasi penting tentang perasaan dan keadaan seseorang,
dan mudah di periksa. Ada lima keluhan yang yang mecirikan kelainan sistematik atau
local pada tangan : nyeri, kelemahan, kekakuna perubahan anatomis (kulit, otot,
persendian), dan perubahan vaskularisasi sementara.
 Pemeriksaan Eksteremitas Bagian Bawah
Pemeriksaan ektremitas bawah berfokus pada pencarian bukti adanya insufisiensi
arteri dan vena serta edema. Ini adalah kondisi yang paling sering ditemukan pada
pemeriksaan ekstremitas bawah. Pemeriksaan neurologis akan dijelaskan tersendiri.
Pemeriksaan Genitalia

Keluhan gangguan fungsi yang paling menyushkan adalah impoten. Berhati-hatilah


dalam menyelidiki perjalanan penyakit ini. Ketidakmampuan ereksi setiap saat ketika
mempunyai gairah seksual sangat menyarankan adanya penyakit organik.

Priapisme adalah ereksi yang terus menerus dan biasanya disertai oleh nyeri.hal ini
dapat ditemukan penyakit medulla spinalis,leukemia mielogen kronik, thrombosis
korpora kavernosa karena sebab apapun,dan kadang kadang prostatitis.

 Pemeriksaan Genetalia Pada Laki-Laki


Posisi pada klien dan pemeriksaan paling penting dalam bagian pemeriksaan ini.
Bila mungkin pemeriksaan ini dilakukan pada pasien dalam posisi berdiri. Tetapi
tekniknya dapat berubah pada pemeriksaan pasien yang harus berbarig di tempat tidur.
Jelaskanlah tiap-tiap prosedur pemeriksaan dan berilah instruksi sebelum memulai
pemeriksan.

 Genitalia wanita dan keluhan-keluhan yang berkaitan dengan alat reproduksi

Riwayat penyakit yang lengkap untuk setiap wanita harus mencakup umur pada
waktu terjadinya menarke, keteteraturan haid dan interval di antara haid. Taksiran yang
sangat kasar tentang jumlah haid dapat dilakukan dengan menghitung jumlah
pembalut yang diperlukan. Perhatikanlah ada atau tidak kram dan polanya - dismenore.

Nyeri ginekologis dapat disebabkan oleh banyak factor. Tentukanlah hubungan


waktunya dengan terjadinya haid. Kram yang timbul pada wanita haid biasanya
menunjukkan bahwa telah terjadi ovulasi. Mittelschmerz adalah nyeri pada waktu
terjadinya ovulasi, biaanya 14 hari sebelum haid, nyeri pada kedua kuadran bawah dan
demam selama atau tepat setelah haid merupakan cirri khas penyakit peradangan
pelvis karena gonokok.

B. Saran

Dari pemaparan diatas, kami memberikan saran dalam ilmu kesehatan khususnya
ilmu keperawatan penting sekali memahami dan mahir melakukan pemeriksaan fisik
dalam asuhan keperawatan secara tepat agar terhindar dari kesalahan dalam tindakan
baik itu dirumah sakit maupun di masyarakat yang berkaitan dengan pelayanan
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Pemeriksaan_fisik pada tanggal 27


September 2017 pukul 12.30 WITA.

Ahmad. 2011. Jakarta. Diakses dari https://ahmadjiwa.files.wordpress.com/2011/05/px-


fisik.word.doc diunduh pada tanggal 27 September 2017 pukul 19.00 WITA.

No name. 2016. Jakarta. Diakses dari https://www.scribd.com/doc/174311495/10-P-F


Ekstremitas-Atas-Bawah.pdf pada tanggal 27 September 2017 pukul 20.45
WITA.

http://www.glasgowcomascale.org/downloads/GCS-Assessment-Aid-Bahasa.pdf
http://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2015/08/Manual-CSL-IV-
Pemeriksaan-Derajat-Kesadaran-Fungsi-Kortikal-Luhur.pdf

Anda mungkin juga menyukai