DOSEN PEMBIMBING
Rivan Firdaus, SST., M. Kes.
Disusun Oleh :
Erika Dwi Wahyuni
Fadhilah Sukmawati
Muhammad Oktariq
Muhammad Ridho Pangestu
Novi Rohmawati
Novinta Devi Setyaningrum
Tomi Ihsan Muhaafidhin
Widia Putri Pratiwi
Widya Nandini Lestari
Yulia Rahmawati
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya , yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Perkembangan Sejarah Keperawatan
di Indonesia“ dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga saya ucapkan banyak-
banyak terima kasih kepada Dosen yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Makalh ini telah saya susun semaksimal mungkin dan mandapat bantuan dari
beberapa pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya
dapat menyempurnakan makalah ini.
Penulis
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………..179
B. Saran ……………………………………………………………………………187
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang
ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil
pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik
akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan
pasien.Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian
kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama
diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus
mungkin diperlukan seperti test neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis
dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang
mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk
meyakinkan penyebab tersebut.Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri
penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam
prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu
dilakukan pertama kali.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus
C. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab utama. Bab I berisi
tentang latar belakang, tujuan penulisan, dan metode penulisan makalah ini. Bab II
merupakan bagian yang berisi penjelasan tentang tinjauan pustaka, yang
membahas materi/pokok bahasan. Bab III merupakan bagian terakhir yang berisi
kesimpulan dan saran serta daftar pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang
ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil
pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik
akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan
pasien.Pemeriksaan dilakukan untuk kebutuhan klien. Jika klien berada dalam kondisi
akut, saat itu perawat melakukan pengkajian hanya sistem tubuh yang terlibat.
Pengkajian lebih lanjut dilakukan saat klien teelah berada pada kondisi yang lebih baik.
Pemeriksaan fisik secara lengkap dilakukan untuk screening rutiin untuk meningkatkan
tingkat kesehatan dan tindakan preventif, untuk keperluan asuransi kesehatan, militer
atau melamar pekerjaan dan jika klien akan masuk RS dalam jangka lama.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan inspeksi, antara lain :
1. Pencahayaan baik
2. Posisi dan bagian tubuh terbuka sehingga seluruh permukaannya dapaterlihat
3. Inspeksi setiap area: ukuran, bentuk, warna, kesimetrisan, posisi danabnormalitas
4. Bandingkan pada sisi tubuh yang lain
5. Gunakan cahaya tambahan ketika menginspeksi rongga tubuh
2. Palpasi
Pengkajian lebih lanjut dilakukan dengan menyentuh tubuh klien dan biasanya
digunakan bersamaan dengan inspeksi. Palpasi dapat dilakukan dengan menggunakan
telapak tangan, jari dan ujung jari untuk mengkaji kelembutan (softness), kekakuan
(rigidity), massa, suhu, posisi dan ukuran, kecepatan dan kualitas nadi perifer
Palpasi dapat dibedakan menjadi palpasi ringan dan dalam. Palpasi ringan
dilakukan misalnya pada abdomen untuk mengetahui adanya tenderness. Letakkan
tangan pada bagian tubuh yang akan dipalpasidan tekan sedalam 1 cm. Daerah yang
mengalami tenderness dikaji lebih lanjut. Tekanan dilakukan dengan ringan dan
sebentar-sebantar. Tekanan yang keras dan lama akan menyebabkan sensitivitas
tangan perawat berkurang. Setelah palpassi ringan, palpasi dapat dilanjutkan dengan
palpasi dalam untuk mengkaji kondisi organ, misalnya organ yang ada dalam abdomen.
Perawatmenekan daerah ayng akan dipalpasi sedalam 2 cm. Palpasi harus
dilakukandengan hati-hati karena tekanan yang terlalu lama akan menyebabkan injury
internal. Palpasi dalam dapat dilakukan dengan satu atau dua tangan.(bimanually).
Ketika melakukan dengan dua tangan, satu tangan (disebut sensing hand) relaks dan
diletakkan diatas kulit klien. Tangan lain (diseebut akctive hand) memberikan tekanan
pada sensing hand. Bagian paling sensitif dari tangan, ujung jarri digunakan untuk
mengkaji texture, bentuk, ukuran, konsistensi dan pulsasi. Temperaatur paling baik
dikaji dengaan punggung tangan. Dan telapak tangan akan lebih sensitif terhadap
fibrasi. Perawat mengkaji posisi, konsistensi dan turgor kulit denganmeng"grasping"
dengan ringan bagian tubuh yang akan dikaji. Saat mempalpas klien juga haarus
memperhaatikan bagian tubuh yang dikaji agar tidak menimbulkan masalaah lebih
lanjut. Misalnya saat mempalpasi arteri besar palpassi dilakukan tidak dengan terlalu
kuaat agar tidak meenimbulkan obsturksi.
3. Auskultasi
4. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk mengetahui bentuk, lokasi dan densitas struktur yang
ada dibawah permukaan kulit. Perkusi dapat memverivikasi data yang telahdidapat
melalui foto rontgen, atau pengkajian melalui palpasi dan auskultasi. Perkusi dapat
dilakukan secara langsung yaitu dengan mengetukkan jaritangan langsung pada
permukaan tubuh, atau secara tidak langsung denganmenempatkan jari tengah dari
tangan nondominan (disebut pleximeter)dipermukaan tubuh yang akan di perkusi dan
dengan jari tengah tangan yang dominan (disebut plexor), ketuk pada distal phalang jari
tengah tangan non dominan, dibawah dasar kuku. Perkusi dapat menghasilkan lima
jenis suara, yaitu tympany, resonance, hyperresonance, dullness, dan flatness.
Peralatan dasar:
Termometer
Stetoskope
Spygmomanometer
Kartu penglihatan
Penlight/flashlight
Meteran
Lingkungan
Saat melakukan pemeriksaan fisik, privasi klian haras dijaga. Ruang periksaan
sebaiknya telah lengkap dengaan peralatan yang diperlukan. Jika pemeriksaan
dilakukan di ruangan klien, sebaiknya disediakan tirai atau pembatas. Selain peralatan
yang lengkap, ruangan juga haras memiliki pencahayaan yang cukup baik agar dapat
menerangi bagian tubuh klien yang akan diperiksa. Ruangan juga sebaiknya tidak
berisik dan cukup hangat agar pemeriksaan dapat berlangsung tanpa gangguan dan
klien merasa nyaman. Pemeriksaan dapat dilakukan di tempat tidur klien, tetapi kadang
hal ini menyulitkan untuk dilakukan pemeeriksaan. Jika klien ditempatkan pada meja
periksa, akan memudahkan pemeriksaan dan diposisikan tertentu. Pemeriksaan di
meja periksa haras dilakukan dengan hati-hati agar klien tidak terjatuh,terutama jika
kesadaran klien berkurang. Meja periksa ini seringkali keras dan menimbulkan rasa
tidak nyaman, untuk itu berikan bantal pada klien, atau tinggikan kepala tempat tidar
sekitar 30 derajat.
Peralatan
Cuci tangan dilakukan sebelum menyiapkan peralatan dan melakukan
pemeriksaan. Peralatan disusun agar mudah digunakan dan dijaga agar tetap hangat.
Peralatan dasar yang biasa digunakan antara lain Termometer, stetoskope,
Spygmomanometer, Kartu penglihatan, Penlight/flashlight, Meteran, Pensil. Peralatan
lain yang dapat digunakan antara lain Ophtalmoscope, Nasoscope, Otoscope, Garpu
tala, Refleks hammer, Skin calipers, Spekulum vagina.
Pada Klien/Pasien
Persiapan Fisik
Adanya rasa nyaman bagi fisik klien adalah sesuatu yang penting agar
pemeriksaan kita suksus. Sebelum mulai, minta klien untuk buang air kecil ataubuang
air besar terlebih dahulu. Kandung kemih dan usus yang kosong sangatmembantu jika
anda akan memeriksa abdomen, genitalia, ran rektum, juga untukmemberi kesempatan
klien untuk menampung urin atau fesesnya. Jelaskan carapengumpulan spesimen
tersebut dan berikan label yang tepat untuk tiap spesimen. Jika klien haras melepas
semua bajunya, siapkan seelimut dan jaga privacy serta kehangaatan ruangan.
Posisi
Selama pemeriksaan perawat dapat meminta klien untuk melakukan beberapa
posisi sehingga bagian tubuh yang akan diperiksa dapat terlihat. Perawat juga harus
mempertimbangkan kekuatan dan kemampuan klien untuk melakukan suatu posisi. Jika
klien tidak mampu atau terlalu lemah untuk melakukan suatu posisi, sebaiknya perawat
memilih alternaatif posisi lainnya. Posisi saat pemeriksaan antara lain duduk, supine,
dorsal recumbent,
litothomy, sims, prone, knee-chest. Perhatikan juga privasi dan kenyamanan klien saat
melakukan posisi tersebut.
Persiapan Psikologis
Klien biasanya akan merasa maalu jika bagian-bagian tubuh tertentunya dibuka
dan diperiksa. Hasil pemeriksaan yang abnormal akan menimbulkan kecemasan bagi
klien. Untuk mengurangi hal itu, sebelum pemeriksaan jelaskan apa yang akan
dilakukan dan hasil apa yang diharapkan, begitu juga selama prosedur biarkan klien
mengetahui apa yang sedang anda lakukan, sehingga klien dapat kooperatif.
a. Ekstermintas atas
- Inspeksi
Bagaimana pergerakan tangan, dan kekuatan otot.
- Palpasi
Apakah ada nyeri tekan,massa/benjolan
- Motorik
Untuk mengamati besar dan bentuk otot, melakukan pemeriksaan tonus
kekuatan otot, dan tes keseimbangan.
- Reflex
Memulai reflex fisiologi seperti biceps dan triceps
- Sensorik
- Apakah klien dapat membedakan nyeri, sentuhan, temperature, rasa, gerak dan
tekanan.
b. Ekstermitas bawah
- Inspeksi : bagaimana pergerakan kaki, dan kekuatan otot
- Palpasi : apakah ada nyeri tekan, massa/benjolan
- Motorik : untuk mengamati besar dan bentuk otot, melakukan pemeriksaan tonus
kekuatan otot, dan tes keseimbangan
- Reflex : memulai reflex fisiologi seperti biceps dan triceps
- Sensorik : apakah klien dapat membedakan nyeri, sentuhan, temperature, rasa,
gerak dan tekanan
SADAR / KESADARAN
Kesadaran merupakan fungsi utama susunan saraf pusat. Kesadaran
dapat didefinisikan sebagai keadaan yang mencerminkan pengintegrasian
impuls eferen dan aferen. Semua impuls aferen disebut input dan semua
impuls eferen dapat disebut output susunan saraf pusat.
Menurut Corwin Elizabeth (2009) kesadaran adalah Pengetahuan
penuh atas diri, lokasi, dan waktu disetiap lingkungan.
Kesadaran mempunyai dua komponen:
1) Fungsi mental keseluruhan (otak) → Komponen ini berhubungan dengan
Hemispherium cerebri.
2) Derajat “awas-waspada” → Komponen ini berhubungan dengan Racticular
Activating System (Assending Reticular System).
Obtunasi :
Klien akan bangun saat dirangsang suara yang lebih keras,
atau menepuk dadanya.
Klien akan tidur lagi setelah bangun.
Respon masih cepat.
Selanjutnya diperiksa dua refleks lagi, yaitu refleks fisiologis dan refleks patologis
anggota gerak. Pemeriksaan refleks fisiologis meliputi tendon biseps, triseps, patella,
dan achilles. Adanya hiperrefleks menandakan adanya lesi upper motor neuron (UMN).
Refleks fisiologis
Tendon biseps
Refleks tendon biseps disebut juga refleks regang otot. Cara melakukannya
adalah kita memegang lengan pasien yang di semifleksikan sambil
menempatkan ibu jari diatas tendon otot biseps. Ibu jari kemudian diketok.
Hal ini mengakibatkan gerakan fleksi lengan bawah. Pusat refleksi ini terletak
di C5-C6.
Refleks tendon biseps
Triseps
Refleks triseps sering disebut juga triseps pees refleks (TPR). Cara
melakukannya adalah kita memegang lengan bawah pasien yang difleksikan
setengah (semifleksi). Setelah itu palu diketok pada tendon insers m.triseps,
yang berada sedikit diatas olekranon. Sebagai jawaban, lengan bawah
mengadakan gerakan ekstensi. Lengkung refleks melalui nervus radialis
yang pusatnya terletak di C6-C8.
Refleks Triseps
Patella
Refleks patella sering disebut dengan Knee Pess Refleks (KPR). Pada
pemeriksaan refleksi ini, tungkai difleksikan dan digantungkan, misalnya
pada tepi tempat tidur. Kemudian, diketok pada tendon muskulus kuadriceps
femoris, dibawah atau diatas patella. Kuadriceps femoris akan berkontraksi
dan mengakibatkan gerakan mengakibatkan gerakan ekstensi tungkai
bawah. Lengkung refleks ini melalui L2, L3, L4.
Refleks patella
Tendon achilles
Tendon achilles sering disebut dengan Achilles Pees Refleks (APRncara
melakukannya adalah tungkai bawah difleksikan sedikit, kemudian kita
memegang kaki pada ujungnya untuk memberikan sikap dorsofleksi ringan
pada kaki. Setelah itu, tendon achilles diketok. Hal ini mengakibatkan
berkontraksinya m.triceps sure dan memberikan gerak plantar fleksi pada
kaki. Lengkung refleks ini melalui S1, S2.
Refleks Babinski
Untuk membangkitkan refleks babinski, kita meminta pasien untuk berbaring
dan istirahat dengan tungkai diluruskan. Kita pegang pergelangan kaki
supaya kaki tetap pada tempatnya. Goresan yang dilakukan harus dilakukan
secara perlahan jangan sampai mengakibatkan nyeri, sebab hal ini akan
menimbulkan gerakan menarik kaki. Goresan dilakukan pada telapak kaki
bagian lateral, mulai dari tumit menuju pangkal jari, jika reaksi positif, kita
dapatkan gerakan dorsofleksi ibu jari, yang dapat disertai dengan mekarnya
jari-jari lain.
Refleks Babinski
Refleks chaddok
Pada refleks chaddok, rangsang diberikan dengan jalan menggoreskan
bagian lateral maleolus. Jika positif maka akan seperti babinski.
Refleks chaddok
Refleks Oppenheim
Pada refleks oppenheim memberikan rangsangan dengan jalan menggores
pada bagian lateral malleolus lateralis.
Refleks Oppenheim
Refleks gordon
Refleks gordon dilakukan dengan cara memberikan rangsangan dengan
jalan menggores pada bagian lateral malleolus lateralis.
Refleks gordon
Refleks schaefer
Refleks shaefer dilakukan dengan cara memencet atau mencubit tendon
achilles.
Refleks schaefer
Refleks hoffmann-tromner
Refleks hoffmann diperiksa dengan cara melakukan petikan pada kuku
jari tengah. Refleks tromner diperiksa dengan cara mecolek ujung jari
tengah. Positif jika timbul gerakan fleksi pada ibu jari, jari telunjuk dan
jari-jari lainnya.
Refleks hoffmann-tromner
PEMERIKSAAN GCS
Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesadaran dengan hasil seobiektif
mungkin adalah menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale). GCS dipakai untuk
menentukan derajat sedera kepala.Reflek membuka mata, respon verbal, motorik
diukur dan hasil pengukuran di jumlahkan jika kurang dari 13. Maka dikatakan
seseorang mengalami cedera kepala. Menunjukan adanya penurunan kesadaran
Metode lain adalah menggunakan sistem AVPU. Dimana pasien diperiksa
apakah sadar baik (Alert).Berespon dengan kata-kata (Verbal).Hanya berespon jika
dirangsang nyeri (pain).Atau pasien tidak sadar sehingga tidak berespon baik verbal
maupun di beri rangsangan nyeri (unresponsive).
Ada metode lain yang lebih mudah dari GCS dengan hasil yang kurang lebih
sama akuratnya. Yaitu sekala ACDU.Pasien diperiksa kesadarannya apakah baik
(Alertness). Bingung atau kacau (Confusion) mudah tertidur (drowsiness) dan tidak ada
respon (unresponsiveness).
GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat
kesadaran pasien. (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak). Dengan menilai
respon pasien dengan rangsangan yang diberikan. Respon pasien yang perlu di
perhatikan mencakup 3 hal, yaitu membuka mata, bicara, dan motoric.
Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1±6
tergantung responnya. Ada 4 cara penilaian kesadaran menurut skala Glasgow, anata
lain :
PEMERIKSAAN AVPU
Metode lain adalah menggunakan sistem AVPU, dimana pasien diperiksa
apakah sadar baik ( alert ), berespon dengan kata-kata (verbal ), hanya berespon jika
dirangsang nyeri (pain), atau pasien tidak sadar sehingga tidak berespon baik verbal
maupun diberi rangsang nyeri (unresponsive). Ini juga merupakan skala yang
digunakan untuk mengukur tingkatkesadaran pasien. Hal ini lebih sederhana daripada
GCS dan dapat digunakan oleh dokter, perawat, penolong pertama dan kru ambulans.
PEMERIKSAAN ACDU
Ada metode lain yang lebih sederhana dan lebih mudah dari GCS dengan hasil
yang kurang lebih sama akuratnya, yaitu skala ACDU, pasien diperiksa kesadarannya
apakah baik ( alertness ), bingung / kacau (confusion), mudah tertidur ( drowsiness ),
dan tidak ada respon (unresponsiveness).
Ada beberapa lokasi bagian tubuh yang dilakukan pemeriksaan stimulasi, antara lain:
c. cekukan supraorbita
Selain itu, ada 2 macam respon fleksi yang dilakukan oleh tubuh dalam pemeriksaan
fisik :
a. Fleksi abnormal : Gerakan stereotype yang lambat Lengan melipat ke dada Rotasi
lengan bawah Ibu jari mengepal Ekstensi kaki
b. Berulang : Berulang bervariasi Menjauhkan lengan dari tubuh
F. PEMERIKSAAN FISIK SECARA HEAD TO TOE
1. Pemeriksaan Kepala
Kepala
Sakit Kepala biasanya tidak terkaitkan dengan penyakit penting. Ciri-ciri, waktu
terjadinya, lokasi, dan gejala-gejala ia dan tanda-tanda yang berkaitan dengan sakit
kepala menunjukkan asal sakit kepala tersebut. Tanyakanlah pertanyaan-pertanyaan
yang terarah untuk memeperjelas tiap-tiap ciri tersebut.
Ciri sakit kepala yang disebabkan oleh dilatasi pembuluh darah adalah berdenyut.
Tumor yang letaknya dalam menyebabkan nyeri tumpul, dalam, seperti sakit gigi.
Nauralgia menyebabkan nyeri seperti ditusuk- tusuk ketegangan menyebabkan rasa
tertekan atau nyeri seperti rasa tertekan pita yang melingkar .
Mintalah pasien menunjukan dengan tepat kelokasi nyeri. Nyeri karena penyakit
intracranial dialihkan sesuai dengan lokasi penyakitnya. Massa lesi diatas tentorium
serebeli mengalihkan nyerinya kecabang-cabang nervus kranial ke lima. Nyerinya
dirasakan didepan telinga. Lesi dibawa tentorium dialihkan kedaerah distribusi nervus
kranial kesembilan dan kesepuluh, dibelakang telinga. Migan biasanya unilateral dan
sering kali didahuli oleh aura atau tanda peringatan, biasanya visual. Nyeri kepala
karena ketegangan kepala hampir selalu terjadi terjadi didaerah oksipital karena
berkaitan dengan spasme muskulus paraspinosus leher. Peradangan sinus frontalis
dan maksilaris menyebabkan nyeri didaerah sinus-sinus tersebut. Nyeri tersebut
mungkin dialihkan oksiput bila mengenai sinus sfenoid.
Arteri arteri duralis, arteri-arteri pada dasar otak, dan sinus-sinus venosus yang
besar mengindera sakit kalau terjadi spasme atau kalau sangat membengkak. Faktor-
faktor seperti demam, retensi karbon dioksida atau karbon monoksida, dan hi poksia
mengubah tonus pembulun darah serebral dan dapat menyebabkan sakit kepala.
Peradangan arteri temporalis pada arteritis temporalis dapat menyebabkan sakit kepala
dan mialgia di daerah bahu dan ekstremitas superior Peningkatan tekanan intrakranial
me- regangkan selaput otak dan juga struk tur-struktur vaskuler. Tarikan atau de sakan
pada selapu otak mungkin menye babkan nyeri pada penderita tumor otak.Batuk dan
mengejan lebih meningkatkan tekanan intra kranial dan memperberat nyeri pada tumor
otak karena pening- katan tekanan intra kranial. Tumor otak juga menyebabkan muntah
proyek Yang khas pada jenis muntah khusus ini ialah muntahnya tidak berkaitan
dengan rasa mual, terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan keluarnya isi lambung
dengan kekuatan besar.
Pemeriksaan kepala
Penemuan umum
Perkembangan otak, pembentukan tulang, dan
faktor-faktor menentukan bentuk tengkorak. Hidrosefalus
dan mikrosefalus merupakan contoh dramatis dan
respons tengkorak terhadap pertumbuhan otak.
Hidrosefalus pada masa anak-anak menyebabkan
lempeng-lempeng tulang tengkorak saling terpisah jauh,
dan penutupan Situraja mungkin tidak pernah terjadi. Wajah normal sampai Telinga,
diatas kepala mungkin membersar secara aneh. Bila Hidrosefalusnya berat mata
pasien terdorong ke bawah sehingga ia kelihatan seperti sedang melihat kelantai. Suatu
cahaya terang yang ditempelkan ke kepala dalam ruangan gelap akan menimbulkan
transiluminasi kranium. Perkusi dengan ujung jari tengah pada sisi tengkorak akan
menimbulkan bunyi seperti"potretak". Kalau otak tidak berkembang, Tengkorak tidak
membesar, sehingga terjadinya mikrosefalus.
Proprosi tengkorak Normal tergantung pada urutan penutupan Sutura yang tepat.
Bila suatu Sutura menutup secara prematur, akan terjadi kraniosiostosis, suatu bentuk
kepala yang abnormal yang asimetris. Pertumbuhan selalu terjadi dalam arah tegak
lurus garis sutura. Bila suatu Sutura menutup, terjadi pertumbuhan kompensatoris pada
Sutura yang masih terbuka. Bila Sutura sagitalis menutup secara prematur,
pertumbuhan lateral berhenti dan ini dikompensasi pertumbuhan anteroposterior,
menghasilkan kepala yang kecil panjang, skafosefali. Seandainya Sutura koronaria
menutup, pertumbuhan anteroposterior berhenti dan tengkorak menjadi pendek, lebar,
seperti kerucut yang disebut akrosefali. Bila separuh koronaria menutup secara
prematur, sisi tersebut akan menjadi datar dan orbita pada sisi tersebut meninggi,
plagiosefali.
Palpasilah selalu tengkorak bila pasien mengeluh sakit kepala, terutama bila ada
pembengkakan yang berdiri sendiri. Kulit kepala dan tulang tengkorak merupakan
tempat umum penyakit mentaati kebenaran. Nodul arteri temporalis yang nyeri tekan
kadang-kadang ditemukan pada pasien-pasien lanjut usia dengan arteritis temporalis
stadium lanjut.
Mata
Tinjauan umum
Mata mengandung lebih banyak informasi diagnostik dari pada organ-organ lain
yang ada untuk diagnosis fisik. Vaskularisasinya saja memungkinan diagnosis anemia,
diabetes, hipertensi, keadaan hiperviskositas, dan arteritis. Kelainan endokrin seperti
hipo- atau hipertiroidisme dapat juga diduga melalui penemuan-penemuan pada mata.
Neurooftalmologi cukup rumit sehingga memerlukan ketekunan sepanjang karier klinis.
Enam dari 10 saraf kranial, lintasan simpatis dan parasimpatis mendatangi struktur-
struktur mata. Kelainannya mungkin terletak jauh tetapi berefek pada penglihatan dan
dapat dilihat. Contohnya adalah ptosis, miosis dan anhidrosis para sindrom Horner.
Sindrom ini disebabkan oleh gangguan dalam lintasan simpatis ke mata dan mungkin
merupakan penemuan satu-satunya pada karsinoma prostat paru yang
menginformasikan saraf simpatis yang berdekatan.
Sekali pun tidak ada tanda-tanda penyakit sistematik pada mata ini, mata tetap
perlu diperiksa dengan seksama. Penglihatan adalah sedimikian berharapyang
sehingga kelalaian menghindari kebutaan yang dapat dicegah merupakan suatu
kekejaman yang luar biasa.
Nyeri Mata
Iritis atau iridosiklitis, peradangan kamera okuli anterior, umumnya nyeri dan
menyebabkan peradangan mata. Konjungtivitis, penyebab lain peradangan mata,
biasanya tidak menyebabkan nyeri. Dari keduanya iritis jauh lebih berbahaya. Abrasi
kornea yang kecil sekalipun, karena memiliki banyak persa- rafan, menimbulkan rasa
nyeri hebat dan mungkin tidak berkaitan dengan pe- radangan mata. Mata juga menjadi
nye- ri bila diregangkan. Glaukoma adalah pe- ningkatan tekanan bola mata secara ab-
normal sekunder terhadap penyumbatan aliran keluar cairan mata. Bila tekanan
meningkat secara mendadak, seperti pada glaukoma akut, rasa nyerinya dapat sangat
hebat sehingga terjadi mual dan muntah.
Fotobia adalah keengganan meli- hat cahaya, biasanya karena cahaya ter- sebut
menyebabkan rasa nyeri. Cahaya yang sangat kuat akan menimbulkan rasa nyeri pada
orang normal. Orang- orang albino, yang kekurangan pigmen penyaring protektif pada
iris dan retina nya, akan menghindari canaya. Infeksi sistemis, terutama penyakit virus
dan riketsia, mungkin berkaitan dengan foto- fobia. Di sini, nyerinya berupa mialgia
korpus siliaris. Posisi istirahat iris adalah bila ia berdilatasi. Cahaya memaksa otot-otot
korpus siliaris untuk berkon- traksi, dan hal ini menimbulkan nyeri.
Astenopia atau ketegangan mata adalah kelemahan mata atau mata mudah
merasa lelah. Kesulitan melihat dengan jelas, nyeri Mata, dan sakit kepala menarik
perhatian anda kepada kelainan ini. Kelainan tersebut disebabkan oleh banyak sebab
seperti gangguan refraksi miopi dalam gangguan melihat jauh atau hiperopia atau
gangguan melihat dekat astigmatisme atau dalam kelengkungan kornea dan phoria
atau ketidak seimbangan otot.
Perubahan penglihatan
Diplopia atau penglihatan ganda terjadi bila bayangan yang jatuh pada kedua
retina tidak bersesuaian. Koordinasi yang rumit pada kedua set otot eksotraokuler dapat
terganggu oleh penyakit-penyakit otot, orbita, atau nervous kranial. Tentukan lah
apakah timbulnya secara berangsur-angsur atau memdadak, arah pandangan di mana
diplopia tersebut paling jelas dan paling ringan, dan apakah kedua bayangan tersebut
terletak berdampingan atau atas-bawah. Tentukan lah apakah masalah tersebut hilang-
timbul atau terus-menerus. Tanyakanlah penyakit-penyakit yang berkaitan. Misalnya,
diabetes biasanya menyebabkan diplopia sementara sekunder terhadap Neuropati
sementara sekunder terhadap Neuropati nervous kranial setempat. Miastenia gravis,
yang disebabkan oleh gangguan fungsi biokimiawi pada siapa antara saraf dan otot,
dapat menyebabkan diplopia yang hilang-timbul.
Adanya bintik didepan mata sering menjadi keluhan pasien. Setiap benda asing
diantara kornea dan retina yang merintangi cahaya dinyatakan sebagai bintik. Riwayat
penyakit dapat memberitahukan Anda dengan tepat tempat rintangan tersebut sebelum
anda memeriksa pasien. Benda asing didepan dlpensa bergerak searah pandangan,
yaitu kalau pasien melihat ke kiri maka bintik tersebut juga bergerak ke kiri, bintik
tersebut bergerak ke kanan. Debris yang melayang-layang dengan bebas didalam
cairan mata cenderung untuk keluar masuk lapangan penglihatan. Debris ini biasanya
tidak berbahaya tetapi menyusahkan pasien. Sebaliknya, suatu bintik yang menetap
biasakan merupakan suatu cacat tetap seperti kekeruhan kornea.
Mata merah dapat disebabkan oleh peradangan konjugtiva, iris atau uvea atau
pendarahan subkonjungtiva. Infeksi konjungtiva, walaupin mengkhawatirkan l, biasanya
tidak nyeri. Demikian pula, pendarahan elsubkonungtiva biasanya lebih menakutkan
ketimbangan simtomatis. Batuk atau bersin yang menyebabkan penemuan insidentalimi
sering terlupakan. Iritis, seperti dijalan diatas, menyebabkan nyeri Mata.
Pada kelopak mata yang bengkak harus ditanyakan tentang gatal kongkutiva
dan tanda-tanda keadaaan alergi lainnya. Kelopak mata yang bengkak dan edema
pesisir mengarah kepada penyakit ginjal atau penyakit lain yang menyebabkan
kehilangan protein. Edema periorbital dapat terjadi pada hipotiroidisme.
Anatom
Pemeriksaan mata
Inspeksi orbita dan letak mata
Sudut uang terbentuk dibagian medical dan lateral oleh pertemuan kelopak mata
atas dan bawah disebut kanthus. Lipatan kulit ditambahan yang menutupi sudut ini
disebut lipatan epikanthus.
Jarak kedua mata dapat berbeda-beda pada penyakit kongenital. Jarak antara
kedua kanthus interna tidak boleh lebih dari 40mm antara kedua pupil tidak lebih dari 75
mm dan antar kedua kanthus eksternal tidak lebih dari 95mm. Bila batas-batas ini
dilampaui terjadi hipertelorisme okuler.
Perhatikan posisi kelopak mata relatif terhadap mata. Ini ditentukan oleh tiga
kumpulan otot : muskulus orbikularis okili uang dipersarafi oleh N. III, dan otot polos
Muller yang dipersarafi oleh saraf-saraf simpatis dan parasimpatis. Biasanya kelopak
mata atas melewati kornea pada ketinggian yang tepat menyentuh iris.
Aparatus lakmilarister terdiri dari glandula lakrimalis pada dinding luar atas orbita
anterior dan punkta atas dan bawah yang mengalirkan cairan dari Margo palpebra
medial atas dan bawah. Keadaan aparatus lakrimalis dapat diperiksa dengan tes
schirmer. Pakailah sepotong kertas penyaring dengan lebar 5 mm dan panjang 2cm.
Lihatlah kertas ini beberapa pa mm dan letakkan didalam sakus konjungtiva pada
kelopak mata bawa setelah 5 menit kelenjar lakrimalis normal akan menghasilkan. Air
mata yang cukup untuk membasahi potongan kertas penyaring sepanjang 15 mm atau
lebih.
Inspeksi iris, sklera dan kornea
Kornea dapat diperiksa secara langsung atau dengan bantuan oftalmaskop. Ia tidak
mengandung pembuluh darah sama sekali dan mempunyai banyak persarafan. Epitel
kornea yang halus mudah rusaknya hutan menimbulkan akibat-akibat yang serius.
Untuk membantu diagnosis gangguan pada epitel kornea, pakailah kertas penyaring
yang diimplementasikan dengan fluoresein. Ujung kertas tersebut dengan hati-hati
diletakkan pada konjungtiva kelopak mata bawah. Fluoresein akan berdifusi dengan
cepat di permukaan bola mata dan akan menimbulkan warna yang terang pada setiap
kerusakan epitel.
Humor akuers pada kamera okili anterior biasanya jernih. Oris normal harus
bulat dan simetris. Perubahan Fungsional dalam ukuran pupil terjadi melalui pengaruh
saraf simpatis dan parasimpatis yang terdapat didalam N.III
Reaksi pupil harus diperiksa dalam beberapa cara. Pertama, sinarilah dengan
cepat dan langsung ke dalam salah satu mata dan perhatikanlah kontraksi ruang
normal. Pegang lah senter anda 15cm dari orbita dan dibagian lateral nya, kemudia
gerakkan dengan cepat didepan mata. Biasanya terjadi reaksi berlebihan untuk waktu
singkat yang diikuti dengan dilatasi ringan. Kemudoa, sinarilah salah satu mata dan
perhatikan reaksi pada mata lainnya, refleks konsensual. Kedua tindakan ini
membuktikan keutuhan busur dari reseptor ke efektor baik pada mata yang diperiksa
maupun pada mata kontralateral. Konstraksi terjadi pula kalau mata berakomodasi
untuk melihat dekat. Mintalah pasien untuk memusatkan penglihatannua pada benda
yang jauh kemudian dengan cepat memusatkan penglihatannua pada jari anda yang
terletak pada 20-30 cm di depan matanya. Perhatikan kontraksi pupil.
Pastikanlah adanya kelemahan otot yang hampir tidak kentara dengan tes
penutup. Pasien menatap ke suatu sumber cahaya, lalu tutuplah salah satu mata dan
kemudian mata lainnya. Mata yang sedang ditutup akan menyimpang ke posisi istirahat.
Ketika penutup tersebut dipindahkan ke mata lain, perhatikan lah gerakan mata yang
baru saja dilepaskan penutupnya itu. Maka yang tadinya sedang istirahat akan
terfikasasi kembali dan bergerak ke arah sentral. Pada eksofara, mata bergerak ke
lateral kalau beristirahat dibawah penutup. Mata tersebut akan bergerak ke medial
kalau penutupnya dibukan
Strabismus atau juling adalah penyimpangan mata yang tidak dapat diatasi oleh
pasien. Kedua mata tidak mempunyai arah pa dangdut yang sama, sehingga terjadi
diplopia. Heteroforia ( sumbu penglihatan yang tidak sejajar) berat menimbulkan
strabismus. Kalau sudah berlangsung lama, strabismus menyebabkan penekanan daya
penglihatan satu mata-mata suatu keadaan yang dikenal sebagai ambliopia.
Arahkanlah sinar sebuah lampu senter kecil ke pasien, dengan jarak beberapa
kali untuk mendeteksi strabismus yang tidak kentara. Sinar yang dipantulkan harus
muncul sedikit ke arah masalah dari pusat dan pada tempat yang sama durian bola
mata. Tes penutup juga berguna jika mata yang memeriksa di ditutup, mata yang
menyimpang akan terfikasasi dan bergerak ke atas sentral.
Kalau semua struktur-struktur ini berfungsi dengan baik, hasil akhirnya adalah
penglihatan. Setiap gangguan ada tempat ini dapat mengurangi kemampuan untuk
melihat, tajam penglihatan. Lintasan akhir berbusana Optikus ke lobus oksipitalis
melengkapi mekanisme yang rumit ini.
Jarak pasien dari kartu tes per Jarak di mana orang normal dapat membaca
huruf tersebut
Jika seseorang pasien hanya dapat melihat huruf 200 yang berukuran besar
pada 20 kaki, tajam penglihatanmua dinyatakan sebagai 20/200. Kartu kecil yang
berusia huruf-huruf uang makin mengecil tersedia untuk pemeriksaan dengan jarak
baca satu lengan dan bermanfaat untuk pemeriksaan di tempat tidur pasien.
Ingatlah untuk memeriksa tiap mata secara individual, degan menutup mata
yang lainnuam kemudian periksalah tajam penglihatan mata tanpa memakai kaca mata,
jika pasien tersebut berkaca mata. Akhirnya, jika tajam penglihatan berkurang, ulangi
lah pemeriksaan dengan pasien melihat lubang kecil. Tes terakhir ini memperbaiki
kesalahan refraksi.
Pemeriksaan oftalmoskopik
Oftalmoskop adalah sumber cahaya yang mempunyai serangkaian lensa yang
dapat difokuskan pada jarak yang berbea-beda. Kebanyakan oftalmoskop
dikaliberasikan dalam dua skala, hitam untuk dioptri (satuan ukuran untuk panjang
fokus) positif dan merah untuk dioptri negative. Pada angka hitam yang besar, benda-
benda dekat berada di titik fokus. Makin besar angka merah, makin jauh letak benda-
benda yang berada dititik fokus. Mulailah melihat benda-benda yang dekat dengan
anda., jadi mulailah dengan angka hitam yang besar, kemudian putarlah skala kea rah
0 dan kemudian keangka merah ketika anda melihat benda-bendayang makin jauh.
Misalnya kornea, paling baik dilihat dengan lensa hitam 15 atau 10. Lensa mata
sebaiknya diperiksa dengan lensa hitam 6, dan retina dengan lensa merah 1 sampai 3.
Mengatur posisi pasien. Pasiem sebaiknya duduk di pinggri tempat tidur. Untuk
memeriksa mata kanan, naikkanlah tempat tidur tersebut sampai lutut kanan anda tepat
lateral terhadap kanan pasien. Mintalah pasien untuk melihat melalui bahu kanan anda
dan memusatkan pandanganya pada sebuah benda yang jarakna kira-kira 12 kaki, di
atas dan di belakang bahu anda. Kalau pasien sudah memusatkan pandangannya,
miringkanlah kepala pasien ke belakang sampai iris berada ditengah orbita.
Posisi dokter. Pemeriksaan anda akan berjalan terputus-putus jika posisi anda
tidak enak. Pasien sebaiknya duduk di pinggir tempat tidur, dengan sedikit memiringkan
tubuhnya ke depan , dan tungkai bawahnya berjuntai lurus ke bawah. Kalau anda
memiringkan tubuh ke depan untuk memeriksa pasien, punggung anda tidak boleh
membentuk sudut lebih dari 20 derajat. Jika anda merasa tidak enak, ubahlah posisi
pasien. Stabilkanlah tangan anda, peganglah oftalmoskop dengan mengekstensikan
dua jari terakhir dan meletakkan permukaan dorsalnya secara ringan pada pipi pasien.
Intruksi kepala pasien. Beritahukanlah kepada pasien hal-hal yang akan anda
lakukan dan hal-hal yang harus dikerjakannya untuk membantu anda. Berikanlah
intruksi sebelum anda mulai memeriksa. Anda harus meminta pasien untuk
menggerakan matanya agar anda dapat memeriksa seluruh retina.
Lensa, lensa hitam (+) 6 pada oftalmoskop akan membuat lensa mata berada di
dalam fokus. Lensa mata yang normal jernih
Teknik-keknik Khusus
Humor akueus keluar melalui kanalis schlemm yang terdapat di kamera bulbi
anterior pada sudut antara iris dan kornea. Setiap sumbatan ini menimbulkan glaukoma.
Gaucoma sudut sempit terjadi apabila kamera bulbi anterior dangkal. Dengan memakai
oftalmoskop dan celah cahaya pada bagian depan kornea, lihatlah dari samping. Anda
akan melihat dua berkas pantulan cahaya. Satu berkas melengkung pada bagian depan
kornea dan berkas lainnya pada iris. Glaucoma sudut terbuka disebabkan oleh
perubahan degeneratif yang menyumbat aliran kedalaman kamera okuli anterior normal.
Penemuan-Penemuan Lazim
Karena cidera atau usia lanjut, lempeng tarsal dapat menjadi lemah sehingga
timbul ektropion (eversi) atau entropion (inversi) kelopak mata. Hordeulum adalah
infeksi salah satu kelenjar tersebut. Garis-garis halus, linear, vertikal adalah kelenjar
meibomi yang terdapat di sepanjang tepi kelopak mata. Meibomitis adalah infeksi salah
satu kelenjar ini. Terkadang timbul kista pada kelenjar ini, yang disebut khalazion.
Pendarahan subkonjungtiva memberikan petunjuk penting tentang vaskulitis atau
embolisasi, seperti pada endokarditis bacterial.
Endapan kornea yang paling sering ditemukan terdiri dari lipoid dan disebut
arkus senilis. Arkus senilis terlihat sebagai pita tipis berwarna putih susu yang tersusun
di sekitar pinggir kornea biasanya lebih padat di bagian atas dan bawah daripada di
bagian sisinya, tetapi membentuk suatu lingkaran sempurna. Arkus ini merupakan
penemuan normal pada orang yang berusia lanjut, terutama orang kulit hitam, tetapi
kalau dijumpai pasien yang berusia muda, ia mungkin menunjukkan tanda-tanda
hiperlipoproteinema.
Keratopati pita disebabkan oleh endapan garam kalsium di dalam kornea dan
terjadi pada hiperkalsemia yang sudah berlangsung lama. Cincin kayser-fleischer
adalah endapan tembaga yang berwarna coklat keemasan di dalam kornea. Ini hampir
patognomonik untuk penyakit Wilson dan ditemukan pada kira-kira 80% penderita.
Apabila timbul peradangan uvea (iris, korpus siliaris, khoroid), debris berkumpul
di dalam cairan kamera okuli anterior. Kalau terjadi pengumpulan debris, mula-mula
akan terlihat sebagai bintik-bintik kecil pantulan cahaya seperti sinar matahari yang
dipantulkan. Apabila darah keluar dari pembuluh darah dan masuk ke dalam kamera
okuli anterior, ia akan mengendap di bagian bawah sebagai hiphema.
Pupil yang ireguler menunjukkan penyakit iris, biasanya uveitis lama. Jaringan
parut atau perlekatan antara kornea dengan lensa, yang disebut sinekia, mengikat iris
dalam satu posisi tertentu pada satu atau beberapa tempat, sehingga menyebabkan
pupil menjadi ireguler.
Pupil Argyll Robertson adalah pupil yang tidak bereaksi terhadap cahaya, tetapi
berkontraksi pada akomodasi. Keadaan ini sering terjadi pada pasien yang terkena
sifilis. Anisokoria, pupil yang besarnya tidak sama, atau setiap kelainan pada reaksi
cahaya berkaitan dengan kelainan pada salah satu tempat berikut ini, salah satunya
adalah penerimaan cahaya melalui nervus optikus ke batang otak.
Pemeriksaan Oftalmoskopik
Retina
Pusatkan perhatian anda pada arteri, vena, diskus, macula, dan keempat kuadran
retina. Arteri lebih tipis dan sedikit lebih pucat daripada vena. Diskus berwarna kuning
kemerahan dengan batas temporal sedikit kurang jelas. Makula jelas terlihat dan normal
dikelilingi oleh halo yang berwarna lebh gelap.
Perubahan-perubahan diabetic
Perdarahan ke dalam retina terjadi pada banyak penyakit. Pada bentuk yang
khas, mereka terlihat sebagai daerah kemerahan berbentuk seperti lidah api, yaitu
bintik kecil pada tempat munculnya yang kemudian menyebar dan berbentuk seperti
baji. Perdarahan merupakan penemuan yang sangat penting pada hipertensi, diabetes,
dan hipoksia berat. Eksudat mempunyai bentuk yang berbeda-beda, tergantung pada
lapisan retina tempat terjadinya eskudat tersebut dan etiologinya. Eksudat utih keras
berbatas tegas dan terdiri dari lipophage sebagai respons terhadap hipoksia setempat.
Eksudat kapas mentah berbatas kurang tegas dan biasanya tidak seputih yang pertama.
Ini disebabkan oleh infark iskhemik ada retina. Atherosclerosis dan hipertensi adalah
dua keadaan yang paling sering menyebabkan penemuan ini (gambar 7.21-7.23)
Penyakit-penyakit lain
Sistem Vena juga mempunyai riwayatnya sendiri. Kelainan yang paling dramatis
adalah okulasi Vena sentralisasi dimana seluruh sistem Vena menjadi menggelembung
dan berliku-liku. Pulsa di Vena adalah normal tetapi sulit untuk dilihat. Paling baik
dilukiskan sebagai perasaan bahwa anda melihat sesuatu, adanya pulpasasi Vena
menyingkirkan kemungkinan terjadinya peninggian tekanan intra Krakal. Sindrom
hiperviskositas menyebabkan pengendapan darah vena.
Vena-vena seperti itu terlihat sebagai serangkaian gerbong
barang atau untaian sosis.
Ablasi retina adalah suatu peristiwa besar, baik secara simtomatis maupun
secara patologi. Robekan yang terjadi diantara retina dan lapisan pigmen eptiel
menyenakan terkumpul nya cairan di dalam celah tersebut. Retina nya terangkat dan
penglihatan didaerahnya tersebut terganggu. Kalau robekan telah mulai timbul, ia
cenderung menjadi progresif.
Arteri sintralis retina dapat tersumbat oleh embolus,buang mengakibatkan buta
mendadak. Biasanya embolus tersebut berasal dari debris atheromatosa di arkus aorta.
Penyempitan arteriol karena oklusi dan segmentasi kolom Vena (pola " gerbong
barang") yang disebabkan oleh stasis adalah penemuan-penemuan dini. Akhirnya
diskus tersebut akan menjadi pucat dan atrofi.
- TINJAUAN UMUM
Keluhan tentang pengeluaran cairan melalui hidung, hidung tersumbat,nyeri,
pendarahan, atau kehilangan kemampuan mencium, menunjukkan gangguan fungsi
hidung dan sinus. Pemeriksaan dasarnya terdiri dari inspeksi mukosa hidung, sepetrum
dan konkha, dan kadang-kadang transiluminasi dan perkusi sinus.
- RIWAYAT PENYAKIT
Gangguan fungsi hidung dapat beruoa kehilangan kemampuan mencium,
ketidakmampuan untuk menyaring atau membersihkan udara atau masalah
melembabkan udara inspirasi. Kehilangan kemampuan untuk mencium merupakan
suatu peristiwa fisiologis yang terjadi dalam proses penuaan. Biasanya keluluhan yang
timbul bukan seperti itu tetapi sebagai kehilangan daya pengecap karena kedua fungsi
in berkaitan erat penyaringan dan pembersihan dilakukan oleh silia epitel traktus
respiratorius dan sel-sel penghasil mukus. Iritasi meningkat sekresi mukus, yang jika
berlebihan atau berkaitan dengan gangguan fungsi silia, mengganggu pasien rinore,
‘Hidung Tersumbat’ atau tetesan postnasal. Epitel hidung banyak mengandung sel
plasma yang menghasilkan antibodi sekretoris IgA dan antiboda alegrik IgE - dengan
demikan dapat terjadi rintis karena hayfever dan bersin bersin karena areaksi alergi.
Dalam konteks ini, riawayat penyakit yang timbul secara musiman atau setelah
pemamparan dengan zat tertentu bermanfaat. Sifat sekret juga penting. Sekret yang
jernih mengarah kepada alergi, infeksi virus, atau respon vasomotor sekret purulen
mengarah kepada super infeksi oleh bakteri.
Cairan yang keluar dari membrana mukosa menghangatkan dan melembabkan
udara inspirasi. Pasien yang mengeluh nyeri kalau bernafas diudara dingin mungkin
menderita pengeringan mukosa hidung.
Epistaksis adalah suatu pengamatn yang mengejutkan tetapi biasanya tidak nyeri.
Tanyakanlah riwayat trauma ringan, infeksi saluran nafas bagian atas atau iritasi
sebagai penyebab lokal, tetapi jangan mengabaikan kemungkinan hipertensi atau
gangguan pendarahan sebagai penyebab yang lebih berbahaya. Mendengkur adalah
pengamatan yang lebih sering menimbulkan keluhan pada pasangannya daripada
pasien itu sendiri. Keadaan ini sering menunjukkan obstruksi hidung, dan tidak boleh
diabaikan begitu saja, terutama pada anak-anak.
Cairan spinal dapat keluar dengan bebas kedunia luar melalui hidung. Faktur dasar
tengkorak dengan robekan kecil pada lamina kribosa membuat cairan serebrospinal
dapat mengalir dengan bebas. Gejalanya adalah keluarnya cairan yang jernih dan
dapat timbul mengingitis yang berulang-ulang. Pengamatan lain yang berkaitan dengan
hidung adalah perubahan warna nada suara. Saluran hidung berfungsi sebagai
resonasi untuk berbicara. Obstruksi menghalangi gema suara.
ANATOMI
PEMERIKSAAN HIDUNG
Hidung sebaiknya diperaksa dengan speklum hidung dan sumber cahaya yang kuat
yang diarahkan dengan cermin kepala. Untuk pemeriksaan disisi tempat tidur,
spekulum besar pendek pada otoskop sudah cukup memadai. Ingatlah bahwa sumbu
saluran hidung tegak lurus dengan muka, tidak sejajar dengan batang hidung. Untuk
mendapatkan visualisasi yang baik, miringkan kepala pasien ke belakang 45°. Angkat
ujung hidung dengan ibu jari anda. Masukkan spekulum, dengan digerakkan diatas tepi
inferior saluran hidung. Septum nasal membagi saluran udara kira-kira menjadi dua
ruang yang sama besarnya. Periksalah apakah membrana mukosa hidung berwarna
normal - merah mudah merah - atau tidak.
Arahkan sinar ke lateral, beberapa struktur bulat yang terlihat. Di bagian bawah
terlihat ujung anterior konkha inferior yang bulat dan halus. Diatasnya terlihat ujung
anterior konkha media. Ceruk seperti celah diantara kedua konkha ini adalah meatus
media. Konkha superior tidak dapat dilihat dari depan . Meatus diantarqa konkha yang
berdekatan adalah tempat pengurasan sinus. Sekret purulen yang keluar dari meatus
menunjukan sinusitis. Celah gelap sempit diantara konkha meuda dan septum adalah
sulkus olfakturius. Periksalah lesi yang berbentuk massa, perubahan membrana
mukosa, ulserasi, perforasi dan polip.
Sinus frontalis dan maksilaris dapat diperiksa secara tidak langsung. Dalam ruang
gelap, minta pasien untuk memasukkan sumber cahaya yang terang kedalam mulutnya
untuk transiluminasi sinus maksliaris. Sebuah lampu senter yang terang sudah
mencukupi. Sinus normal yang berisus udara akan terang sebagai cara simestris. Jika
suatu sinus mengandung pus, sekresi atau darah, ia akan terlihat lebih gelap dari pada
pasangannya demikian pula, tekankan lampu senter kecil (penlight) yang terang
dibawah daerah orbita superior untuk transiluminasi sinus frontalis.
Perkusi langsung pada sinus yang mengalami radang akut akan menimbulkan nyeri
hebat. Pasien yang menderita sinusitis akut biasanya hanya tahan satu kali perkusi
PENEMUAN-PENEMUAN LAZIM
Septum biasanya menjadi sumber epistaksis atau perdarahan dari hidung. Tempat-
tempat perdarahan mudah dikenali dengan inspeksi. Perforasi septum dapat
disebabkan oleh iritasi kronis atau trauma atau mungkin menunjukkan perusakan oleh
gumma pada sifilis. Deviasi septum yang jelas akan menyumbat satu saluran dan
memperberat gejala-gejala nasal. Membrana yang lembab dan merah menunjukkan
iritasi, sering kali karena infeksi virus. Warna merah pucat dengan konsistensi lunak
dan basah mengarah kepada alergi. Hapusan sekresi hidung yang dikumpulkan dengan
kapas lidi yang dimasukkan kedalam larutan garam memberikan informasi yang
berharga. Kalau ditemukan bahwa jumlah eosinofil lebih dari 10% maka kemungkinan
keluhan-keluhan hidung tesebut disebabkan oleh faktor alergi.
Konkha yang membengkak dan mengalam hipertrofi mungkin terlihat sebagai suatu
massa. Tetapi mereka akan terlihat terfiksasi dan peka terhadap manipulasi. Polip
hidung, yang lazim ditemukkan pada pasien atopik, terlihat sebagai massa anggur,
merah muda, pucat, dan relatif mobil. Keganasan terlihat berwarna putih keabu-abuan,
rapuh dan relatif tidak sensitif.
Telinga
Anamnesis
Anamnesis yang terarah diperlukan untuk menggali lebih dalam dan lebih luas keluhan
utama pasien. Keluhan utama telinga dapat berupa 1) gangguan pendengaran/pekak
(tuli), 2) suara berdenging/berdengung (tinitus), 3) rasa pusing yang berputar (vertigo),
4) rasa nyeri di dalam- telinga (otalgia) dan 5) keluar cairan dari telinga (otore). Bila ada
keluhan gangguan pendengaran, perlu ditanyakan keluhan tersebut pada satu atau
kedua telingaa, timbul tiba-tiba atau bertambah berat secara bertahap dan sudah
berapa lama diderita. Adakah riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik,
terpajan bising, pemakaian obat ototoksik sebelumnya atau pernah menderita penyakit
infeksi virus seperti parotitis, influensa berat dan meningitis. Apakah gangguan
pendengaran ini diderita sejak bayi sehingga terdapat juga gangguan bicara dan
komunikasi. Pada orang dewasa tua perlu ditanyakan apakah gangguan ini lebih terasa
ditempat yang bising atau ditempat yang lebih tenang.
Keluhan telinga berbunyi (tinitus) dapat berupa suara berdengung atau berdenging
yang dirasakan di kepala atau di telinga, pada kan satu sisi atau kedua telinga. Apakah
tinitus ini disertai gangguan pendengaran dan keluhan pusing berputar.
Keluhan rasa pusing berputar (vertigo) merupakan gangguan keseimbangan dan rasa
ingin jatuh yang disertai rasa mual, muntah rasa penuh di telinga, telinga berdenging
yang mungkin kelainannya terdapat di labirin. Bila teli vertigo disertai keluhan
neurologis seperti disartri, gangguan penglihatan kemungkinan bra letak kelainannya di
sentral. Apakah keluhan ini timbul pada posisi kepala tertentu dan berkurang bila pasien
berbaring dan akan timbul lagi bila bangun dengan gerakan yang cepat. Kadang-
kadang keluhan vertigo akan timbul bila ada kekakuan otot-otot di leher. Penyakit
diabetes melitus, hipertensi, arteriosklerosis, penyakit jantung, anemia, kanker, sifilis
dapat juga menimbulkan keluhan vertigo dan tinitus.
Bila ada keluhan nyeri di dalam telinga (otalgia) perlu ditanyakan apakah pada telinga
kiri atau kanan dan sudah berapa lama. Nyeri ke telinga (referred pain) dapat berasal
dari rasa nyeri di gigi molar atas, sendi mulut, dasar kan mulut, tonsil atau tulang
servikal karena telinga dipersarafi oleh saraf sensoris yang berasal iriga dari organ-
organ tersebut.
Sekret yang keluar dari liang telinga di sebut otore. Apakah sekret ini keluar dari satu
atau kedua telinga, disertai rasa nyeri atau tidak dan sudah berapa lama. Sekret yang
sedikit biasanya berasal dari infeksi telinga luar lah dan sekret yang banyak dan bersifat
mukoid umumnya berasal dari telinga tengah. Bila berbau busuk menandakan adanya
kolesteatom. Bila bercampur darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat atau
tumor. Bila cairan yang keluar seperti air jernih, harus waspada adanya cairan likuor
serebrospinal.
Pemeriksaan telinga
Alat yang diperlukan untuk pemeriksaan telinga adalah lampu kepala, corong telinga
telinga, otoskop, pelilit kapas, pengait serumen, pinset lebih telinga dan garputala.
Pasien duduk dengan posisi badan condong sedikit ke depan dan kepala lebih tinggi
sedikit dari kepala pemeriksa untuk memudahkan melihat liang telinga dan membran
timpani.
Mula-mula dilihat keadaan dan bentuk daun telinga, daerah belakang daun telinga
(retroaurikuler) apakah terdapat tanda dengan atau sikatriks bekas operasi. Dengan
menarik daun telinga ke atas dan ke belakang, liang telinga menjadi lebih lurus dan
akan mempermudah untuk melihat keadaan liang yang telinga dan membran timpani.
Pakailah otoskop untuk melihat lebih jelas bagian-bagian membran timpani, Otoskop
dipegang dengan tangan kanan untuk memeriksa telinga kanan pasien dan dengan
tangan kiri bila memeriksa telinga kiri. Supaya posisi otoskop ini stabil maka jari
kelingking tangan yang memegang otoskop ada ditekankan pada pipi pasien.
Bila dalam liang telinga terdapat serumen abetes yang menyumbat maka serumen ini
harus dikeluarkan. Jika konsistensinya cair dapat dengan kapas yang dililitkan, bila
konsistensinya lunak atau liat dapat dikeluarkan dengan pengait dan bila berbentuk
lempengan dapat dipegang dan dikeluarkan dengan pinset. Jika Nyeri serumen ini
sangat keras dan menyumbat dari seluruh liang telinga maka lebih baik dilunak kan
dulu dengan minyak atau karbogliserin rasa Bila sudah lunak atau cair dapat dilakukan
irigasi dengan air supaya liang telinga bersih.
Uji pendengaran dilakukan dengan satu makai garputala dan dari hasil pemeriksaan
atau dapat diketahui jenis ketulian apakah tuli yang konduktif atau tuli perseptif
(sensorineural).
Uji penala yang dilakukan sehari-hari ada luar lah uji pendengaran Rinne dan Weber
koid.
Uji Rinne dilakukan dengan menggetarkan garputala 512 Hz dengan jari atau
mengetukkannya pada siku atau lutut pemeriksa. Kaki garputala tersebut diletakkan
pada tulang Bila mastoid telinga yang diperiksa selama 2-3 detik. Kemudian
dipindahkan ke depan liang telinga selama 2-3 detik. Pasien menentukan ditempat
mana yang terdengar lebih keras Jika bunyi terdengar lebih keras bila garputala
diletakkan di depan liang telinga berarti telinga purule yang diperiksa normal atau
menderita tuli jumlah sensorineural. Keadaan seperti ini disebut Bila Rinne positif. Bila
bunyi yang terdengar lebih beras keras di tulang mastoid, maka telinga yang diperiksa
menderita tuli konduktif dan biasanya tumor lebih dari 20 dB. Hal ini disebut Rinne
negatif.
Weber dilakukan dengan meletakkan kaki penala yang telah digetarkan pada garis dari
tengah wajah atau kepala. Ditanyakan pada telinga mana yang terdengar lebih keras.
Pada keadaan normal pasien mendengar suara di tengah atau tidak dapat
membedakan telinga mana yang mendengar lebih keras. Bila pasien apa mendengar
lebih keras pada telinga yang ya sehat (lateralisasi ke telinga yang sehat) berarti telinga
yang sakit menderita tuli sensorineural Bila pasien mendengar lebih keras pada telinga
yang sakit (lateralisasi ke telinga yang sakit) berarti telinga yang sakit menderita tuli
konduktif.
Telinga
Tinjauan umum
Keluhan keluhan yang mengarah pada penyakit telinga relatif sedikit, dan terdiri dari :
perubahan ketajaman pendengaran, tinitus, vertigo, dan nyeri. Pemeriksaan penyaring
mencakup : inspeksi anatomi telinga, pemeriksaan otoskopik, pemeriksaan ketajaman
pendengaran disisi tempat tidur, dan, kalau perlu, pemeriksaan ketajaman pendengaran
disisi tempat tidur, dan, kalau perlu, pemeriksaan Weber dan Rinne untuk menentukan
pendengaran
Riwayat Penyakit
Tinitus adalah suara mendengung bunyi ceklekan , atau suara berdering yang
didengar oleh pasien. Suara tersebut dapat timbul secara terus menerus atau terputus
putus, unilateral atau bilatera. Tinitus disebabkan oleh kelainan yang letaknya proksimal
terhadap foramen ovale dan mempunyai banyak penyebab.
Nyeri telinga menyebabkan pasien segera pergi k dokter. Nyeri yang timbul pada
waktu manipulasi tragus berarti paradangan kanalis eksterna. Nyeri di belakang telinga
menunjukkan peradangan mastoid. Nyeri yang terasa jauh di dalam telinga , disebabka
oleh penyakit telinga tengah. Kalau tuba eustakhii tertutup oleh edema, telinga tengah
sebenarnya menjadi visera berongga yang tersumbat. Distensi dengan udara atau
pusyang bertekanan menimbulkan nyeri hebat. Pengeluaran sekret kronis dari telinga
paling sering berasal dari kanalis eksterna. Pengeluaran cairan secara tiba tiba yang
diikuti dengan hilangnya nyeri biasanya terjadi kalau gendang telinga pecah dengan
spontan. Nyeri karena penyakit pada tuba eustakhii atau peradangan telinga tengah
dapat dialihkan ke leher, tepat di bawah angulus mandibula.
Vertigo adalah semacam pusing yang khusus. Pasien dengan vertigo sejati
melukiskan perasaan bahwa kamar beputar di sekitarnya. Banyak kelainan
menyebabkan fenomena iritatif pada mekanisme labirin ini.
Keluhan keluhan penyerta pada penyakit telinga sangat penting. Apakah gejala
gejala otitis media disertai oleh gejala gejala abses otak? Apakah vertigo tersebut
disertai dengan gangguan pendengaran dengan perkataan lain apakah kedua fungsi N.
II terganggu? Apakah pasien dengan gangguan pendengaran sedang meminum obat
obatan? Salisilat dosis tinggi dapat menyebabkan tinitus karena tercapainya batas
toksik pada orang dewasa.
Pemeriksaan telinga
Inspeksi dan palpasi. Perhatikan posisi telinga di kepala. Pangkal heliks harus
berada pada garis horizontal dengan sudut mata. Telinga yang terletak rendah sering
menyertai kelainan kogenital ditempat lain. Inspeksi dan palpasilah dengan singkat
tulang rawan telinga, yang seharusnya keras tetapi tidak kaku. Inspeksi dan palsapilah
proseus mastoideus. Sel sel udara mastid berhubungan dengan telinga tengah
Kulit kanalis auditorius eksternus melekat erat pada tulang. Ia relatif tidak
mengeluarkan sekret dan menimbulkan nyeri kalau mengalami trauma. Kanalis
eksternus pada anak anak lurus. Kanalis eksterna pada orang dewasa membentuk
sudut, sehingga daun telinga perlu ditarik ke atas dan ke belakang untuk
memvisualisasikan gendang telinga. Untuk memeriksa telinga kanan, letakkan daun
telinga di antara ibu jari dan jari telunjuk kiri, dan rentangkan jari jari lainnya di atas
oksiput. Dengan demikian anda akan dapat mempertahankan tarikan untuk
meluruskan kanalis tersebut dan menggerakkan kepala pada saat yang sama
sementara memegang otoskop dengan tangan lainnya.
Nyeri tekanan Mastoid umum ditemukan pada otitis media akut, tetapi mastoiditis
sejati sekarang jarang terjadi. Nyeri tekan pada antrum mastoid selalu dapat ditemukan
pada mastoiditis.
Pemeriksaan Pendengaran
Tes weber memastikan adanya tuli konduktif atau menunjukkan adanya tuli
sensorineural. Getarkanlah garpu tala dan pasanglah pada puncak kepala.
Tanyakannlah kepada pasien apakah ia mendengar lebih jelas pada satu telinga
lainnya. Biasanya bunyi tersebut terdengar berasal dari garis tengah. Jika ada tuli
konduktif pada satu telinga, suara akan terdengar lebih keras pada telinga itu.
Alasannya adalah bahwa efek peredam yang berasal dari suara gaduh normal di latar
belakang menjadi berkurang pada telinga tersebut karena adanya gangguan hantaran.
Tes weber. Garpu tala yang sedang bergetar dipasang
ditengah tengah kepala di belakang sinus frontalis.
Pasien ditaya apakah ia mendengar bunyi tersebut lebih
kuat pada satu telinga.
Dengan ketiga tes ini, dua macam gangguan pendengaran dan berbagai macam
kombinasinya dapat didiagnosis dengan cukup tepat. Pemeriksaan vestiuler akan
dibicarakan dalam bab neurologi.
Tinjauan Umum
Nyeri di dalam mulut sering terjadi dan tidak mengherankan kalau mengingat
berbagai macam bahan makan, cairan dan gas yang memasuki mulut. Sakit gigi
merupakan nyeri mulut yang paling sering terjadi dan biasanya mempunyai etiologi
yang jelas. Nyeri rahang atau gigi dapat merupakan nyeri alih, seperti pada infark
miokard. Sakit tenggorokan harus dibedakan dari nyeri kalau menelan. Yang pertama
biasanya berarti infeksi, sedangkan yang kedua berkaitan dengan gangguan mekanis.
Tentu saja, sakit tenggorokan berat menyebabkan nyeri kalau menelan. Makanan padat
sering menimbulkan kesulitan yang lebih besar daripada makanan cair.
Orang orang yang bernafas melalui mulut menderita mulut kering, yang mungkin
mengganggu. Xerostomia atau mulut kering disebabkan oleh tidak cukupnya produksi
saliva. Penyakit peradangan kelenjar ludah mengganggu kemampuan sekresi kelenjar
kelenjar tersebut. Xerostomia dan keratokonjungtivitas sikka, berkurangnya air mata,
dijumpai pada berbagai macam penyakit imunologik seperti artritis reumatoid.
Suara parau merupakan keluhan gangguan fungsional lain yang perlu diperiksa
dengan seksama. Sakit tenggorokan dan suara parau dapat disebabkan oleh penyakit
larings setempat. Suara parau yang tidak nyeri lebih tidak menyenangkan. Karsinoma
paru paru yang menyerang nervus rekuren laringeus akan menyebabkan suara parau.
Halitosis, nafas yang berbau busuk, dapat berasal dari farings sampai saluran
nafas bagian bawah. Biasanya disebabkan oleh karies gigi atau peyakit gusi dan higien
yang buruk. Bau manis dan apak pada penyakit hati yang berat, fetor hepatikus, bau
metalik pada uremia, dan bau busuk pada abses paru paru mungkin disampaikan
secara khusus oleh pasien atau dokter pemeriksa.
Pemeriksaan rutin mulut mencakup inspeksi gusi, gigi dan lidah, visualisasi
farings posterior dan tonsil, dan pemeriksaan refleks muntah (gag refllex), fonasi, dan
gerakan lidah. Palpasi melengkapi inspeksi. Periksalah bibir untuk melihat adanya
fisura, tremor, pigmentasi dan problem setempat. Eversikan bibir untuk melihat forniks
di sekitar mandibula dan maksila.
Jika pasien memakai gigi palsu, mintalah ia agar melepaskannya. Iritasi kronis
yang disebabkan oleh gigi palsu sering menjadi prekusor leukoplakia dan granuloma
dentis. Yang terakhir ini adalah benjolan yang keras berwarna merah muda, seperti
daging, yang ditutupi oleh mukosa normal.
Mintalah pasien untuk menyentuh langit langit mulutnya dengan ujung lida dan
periksalah permukaan bawahnya. Frenulum yang seperti selaput harus kendur dan
lentur. Pada kedua sisi di dasar frenulum terdapat duktus kelenjar ludah sublingual.
Kelenjar ini dapat dipalpasi dengan mudah dengan jari telunjuk yang memakai sarung
tangan di bawah lidah dan tangan lainnya menekan ke atas dari bawah rahang.
Batas posterolateral lidah di bawah tiang tiang tonsil dapat dipalpasi juga. Untuk
memeriksa daerah ini, yang tsering menjadi tempat neoplasia, peganglah lidah dengan
kasa dan tarik keluar ke arah yang berlawanan.
Fisura dan retak pada sudut mulut disebabkan oleh gizi yang buruk atau gigi
palsu yang tidak terpasang dengan tepat. Regades adalah jaringan parut linear putih
pada sudut mulut, dan merupakan petunjuk untuk mecari stigmata sifilis lanjut lainnya.
Pigmentasi bibir berubah pada penyakit yang penting. Penyakit Addison menyebabkan
hiperpigmentasi yang berkuran besar besar besar pada bibir dan mukosa mulut.
Teleangiektasi yang terjadi pada sindrom teleangiektasi hemorhagis herediter terlihat
jelas di bibir. Ini merupkakan petunjuk penting tentang adanya penyebab pendarahan
gastorointestinal.
Gusi yang sehat berwarna merah muda terang. Pertemuan gigi dan gusi tajam
dan keras. Jika pertemuan ini mengalami resesi ini mengalami resesi, timbul infeksi dan
piorea alveolaris. Gigi terlihat panjang abnormal dan goyah dan warnanya berubah.
Pigmentasi sepanjang garis gusi terjadi pada keracunan logam berat. Keracunan
timah hitam, bismut dan perak ditandai dengan sederetan bintik bintik abu abu hitam
yang halus tidak tepat pada garis gusi gigi.
Leukoplakia adalah bercak ercak lesi putih yang ditemukan pada mukosa mulut.
Biasanya disebabkan oleh iritasi kronus, dan warna putih tersebut merupakan akibat
gangguan pada keratinisasi. Lesi ini mungkin pra maligna. Ia harus dibedakan dari
stomatitis Candida atau thrush. Pada infeksi jamur ini, bercak putih tersebut dapat
diangkat dan dilepaskan.
Lekuk latera sepanjang gigi di dekatnya menunjukkan makroglosia. Makroglosia
biasanya tidak berarti, tetapi dapat menunjukkan pembengkakan karena cairan edema,
keganasan pada lidah, atau, jarang jarang, infiltrasi oleh amiloid atau miksedema.
Sekarang, mintalah pasien untuk mengekstensikan lidahnya sepenuhnya.
Ketidakmampuan untuk melakukan hal ini pada orang dewasa biasanya menunjukkan
keganasan lidah, pada anak anak ketidakmampuan ini mungkin disebabkan oleh
pendeknya frenulum.
Penggundulan papil lidah terjadi pada anak anak dalam pola geografik. Ini tidak
berbahaya dan terbatas. Penggundulan lengkappada orang dewasa menyebabkan
lidah merah seperti daging sapi, yang merupakan ciri malnutrisi dan anemia pernisiosa.
Fisura pada lidah lazim dijumpai.
Bercak koplik, yang patognomonik untuk campak, adalah bercak abu abu putih
halus dengan pinggir yang kemerahan. Bercak ini terlihat di sekitar atau tepat di bawah
duktus stensen. Sebagian kecil duktus tersebut dapat dipalpasi dengan 2 jari tangan.
Tonsilitis akut terlihat sebagai tonsil yang membengkak dan merah, yang dapat
sedemikian besarnya sehingga bertemu di bawah uvula. Kebanyakan infeksi
menyebabkan kripta terlihat lebih jelas dan dapat mengandung pus. Infeksi bakteri lebih
purulen daripada infeksi virus.
Daerah ini tidak dapat divisualisasikan secara langsung tanpa peralatan khusus,
yang mencakup cermin kepala, sumber cahaya terang, dan cermin dental. Pemeriksaan
harus dilakukan dengan hati hati. Duduklah di depan pasien atau disisi kanannya
dengan sumber cahaya terpantul dari bagian kiri pasien. Turunkan cermin kepala
setinggi mata kanan anda sehingga anda dapat melihat dengan jelas melalui lubang
sentral dengan mata kanan anda dan melalui tepi cermin dengan mata kiri anda.
Kelengkungan cermin menentukan panjang fokus di mana pantulan cahaya paling
terang.
Kalau memeriksa nasofaring, mula mula carilah tuba eustakhius di bagian lateral.
Dinding posterior atas nasofaring merupakan tempat jaringan adenoid yang , kalau
mengalami hipertrofi, dapat menutupi dan menyumbat aspek posterior saluran hidung.
Koana dipisahkan oleh tiang putih, sekat hidung posterior. Ujung posterior konka dapat
dilihat pada tiap rongga koana. Neoplasma, peradangan, pendarahan dan polip
semuanya dapat ditemukan disini.
Dengan membalikkan cermin, untuk melihat hipofaring, epiglotis terlihat paling
menonjol. Pada permukaan anterior, di bagian bawah terdapat peralihan epiglotis ke
lidah, dengan dua ruang seperti palung dibagian lateral, valekula.
Tepi lateral epiglotis berjalan ke arah postrior, dan melingkari laring sebagai pilka
ariepiglotika tepat di atas aritenoid posterior. Pita suara sejati terlihat sebagai pita pputih
seperti mutiara yang berjalan anteroposterior.
Biasanya pita suara bergerak keluar dengan inspirasi, dan makin besar gerakan
tersebut. Pada ekspirasi, pita suara saling mendekati tetapi tidak bertemu garis tengah.
Satu pita suara mungkin kelihatan bergerak lebih besar daripada pita suara lainnya. Ini
hanya penglihatan belaka dan disebabkan oleh miringnya cermin.
Paralisis pita suara mungkin disebabkan oleh gangguan otot abduktor atau
adduktor. Paralisis abdiuktor unilateral menimbulkan sedikit gejala karena pita suara
yang terganggu akan terletak di garis tengah dan fonasi akan mendekati normal.
Pada perkembangan ke arah paralisis lengkap, otot adduktor tidak berfungsi dan
pita suara bergerak ke luar. Pita suara yang normal akan melewati garis tengah pada
fonasi dan terdengar bunyi nafas pasien pada suaranya. Paralisis adduktor bilateral
paling sering disebabkan oleh histeris, menghalangi fonasi karena kedua pita suara
tidak akan bertemu. Adanya faktor histeris yang menjadi penyebab in dapat dibuktikan
dengan meminta pasien untuk batuk pada keadaan ini kedua pita suara akan menutup
seperti biasa.
Periksalah dengan cermat tambahan rambu; ukurlah jarak antara kantus interna,
pupil, dan kantus eksterna. Ukurlah penonjolan bola mata. Letakkan penggaris dengan
hati hati pada sudut orbita dan lihatlah garis singgung dengan kornea. Lakukanlah
auskultasi pada bola mata. Mintalah rekan anda untuk menutup matanya dan dengan
hati hati letakkan “bell” stetoskop. Anda mungkin mendengar suara otot yang
menegang atau gerakan kelopak mata. Berlatihlah membalikkan kelopak mata dengan
kapas lidi. Carilah kelenjar meibomi dan kelenjar air mata. Periksalah aliran air mata
dengan kertas saring Schirmer. Lakukanlah tes penutup untuk memastikan tidak
adanya heteroforia. Perhatikanlah fiksasi mata secara bergantian. Periksalah fungsi otot
estraokuler dan lapangan penglihatan dengan adanya konfrontasi. Gelapkanlah
ruangan dan dengan lampu senter sinarilah mata dari jarak 3 – 4 kaki. Perhatikan letak
pantulan cahaya pada tiap mata. Mintalah rekan anda untuk menyinarinya dari berbagai
sudut dan pastikanlah bahwa pantulan tersebut tetap sama pada kedua mata dalam
setiap arah pandangan. Dengan ruang yang masih digelapkan, lakukanlah pemeriksaan
dengan oftalmoskop. Mula mula, dengan oftalmoskop kira kira 10 cm dari mata rekan
anda, dan jarak yang sama dari mata anda, lihatlah refleks merah melalui pupil. Dengan
lensa oftalmoskop distel pada hitam 20, dekatkan alat tersebut dengan mata anda dan
bergeraklah mendekati rekan anda terletak pada arkus zigomatikusnya. Putarlah
jentera sampai kornea terlihat jelas. Sekarang putarlah beberapa ceklekan lagi dan
lihatlah keindahan iris dengan pola dan warnanya yang khas.
Pada lensa hitam 5 atau 0, dapat memeriksa lensa mata. Ingatlah bahwa lensa
lensa biasanya sangat jernih seperti kaca dan hampir tidak dapat dilihat. Sekarang
anda berdua istirahatlah. Setelah lensa ortalmoskop pada merah 2, dan kembali ke
posisi semula. Anda akan menemukan bahwa anda dapat melihat retina sekilas dan
kemudian semuanya tidak menjadi kabur kembali. Pastikanlah bahwa rekan anda
sedang melihat pada suatu titik kejauhan. Lihatlah ke sisi nasal retina dan berusahalah.
Lihatlah ke sisi nasal retina dan berusahalah beberapa kali dengan interval interval
secara singkat. Secara berangsur angsur anda akan menguasi cara pemeriksaan ini.
Perhatikanlah bahwa batasnya lebih tegas pada sisi nasal daripada sisi temporal.
Sekarang lihatlah pembuluh darah di dalam diskus ini. Anda dapat melihat munculnya
pembuluh pembuluh darah ini, yang kemudian melintasi pinggiran diskus tersebut.
Anda seharusnya mempunyai kesan yang jelas tentang cekungan di bagian tengah
diskus ini. Perhatikanlah dalamnya cekungan ini pada orang normal sehingga anda
dapat membandingkannya dengan mata yang sakit nanti.
Ikutilah salah satu pembuluh darah besar yang keluar diskus ini. Pilihlah yang
lebih kecil dan lebih terang, karena inilah arteri dan ikutilah sejauh mungkin sampai
percabangannya. Carilah tempat di mana sebuah arteri dan vena bersilangan.
Perhatikan pula sebuah vena besar dan lihatlah apakah anda dapat mendeteksi pulsasi
halus didalamnya. Anda akan mendapatkan kesan bahwa pembuluh darah di bagin
atas dan bawah cenderung menyimpang di sekitar makukula. Makula mungkin
merupakan tempat yang paling sulit dicari. Ia relatif tidak mengandung pembuluh darah
besar, dan kalau anda menyinari makula secara langsunganda akan melihat pantulan
kembali yang warnanya lebih jelas dan lebih terang.
Ukurlah panjang telinga rekan anda, perhatikan konfigurasi lobus, dan carilah
cekungan segtiga pada antrum mastoid. Dengan otoskop di tangan kanan anda,
tariklah telinga kanan sedikit ke belakang dengan tangan kiri anda. Pakailah ibu jari dan
jari telunjuk anda untuk melakukan hal ini dan letakkanlah jari jari lainnya di kepala.
Pertahankan traksi pada telinga untuk meluruskan kanal. Dengan hati hati masukkanlah
spekulum. Perhatikan warna kanal, dan periksalah bagian bagian membrana timpani.
Mintalah rekan anda untuk menghembuskan nafas dengan perlahan lahan dengan
lubang hidung ditutup dan perhatikanlah gerkan membrana timpani ke arah anda.
Periksalah bibir atas dan bawah dan bagian yang berwarna merah terang
(vermilion border), eversikn bibir bawah, dan periksalah forniks dan daerah pertemuan
gusi dan gigi. Periksalah higien gigi. Doronglah pip lateral menjauhi gigi dengan spatula
lidah dan selesaikan inspeksi ini. Carilah muara duktus kelenjar ludah parotis pada
kedua sisi. Sekarang, dengan lidah dinaikkan ke atas untuk menyentuh palatum,
perhatikan frenulum dan duktus kelenjar submandibularis. Dengan lidah dijulurkan
maksimum, perhatikanlah bermacam macam papil.
Palatum mole harus terangkat ke atas kalau rekan anda melakukan fonasi
dengan mulut terbuka. Berlatihlah menekan lidah posterior dengan spatula liah.
Lakukanlah secara perlahan lahan dan tenang dan berhati hati untuk mengurangi
sensivitas pasien terhadap refleks muntah. Pakailah sarung tangan dan palpasilah
kelenjar ludah submandibularis dan bagian akhir duktus kelenjar parotis.
2. Pemeriksaan Leher
Leher adalah bagian yang menghubungkan kepala dengan tubuh. Di dalam leher
terdapat saluran-saluran pernapasan dan pencernaan. Pada leher manusia, terdapat
suatu bagian yang disebut jakun. Secara anatomis, kita berurusan dengan kelenjar limfe
daerah-daerah tertentu, pembuluh darah dari dan ke kepala dan leher, esophagus,
trakea dan vertebra servikalis.
c. Riwayat Penyakit
Pada pasien, keluhan yang memberi kesan adanya gangguan pada organ leher
dapat berbeda-beda. Sering kali keluhan-keluhan ini hanya secara tidak langsung
mengarah pada patologi leher primer. Terkadang pasien merasa bahwa benjolan atau
massa di leher sebagai kanker sampai terbukti sebaliknya. Suatu massa yang baru
membesar lebih bermakna ketimbang massa yang telah ada selama bertahun-tahun.
Benjolan atau massa yang timbul setelah makan atau minum adalah khas untuk kantong
faringeal atau divertikulum esophagus yang terletak tinggi.
Seorang perawat dapat mengambil diagnosa tambahan berdasarkan letak, sifat, dan
keadaan nyeri leher tentang kemungkinan penyebabnya yang tentunya berbeda-beda
penyebabnya sesuai dengan struktur di leher. Nyeri yang timbul pada gerakan kepala
berasal dari struktur musculoskeletal. Berikut ini merupakan beberapa keluhan yang
terjadi pada pasien atau klien :
1. Tiroiditis menyebabkan rasa nyeri pada bagian anterior leher yang bertambah berat
bila daerah tersebut, terjepit pakaian, atau pada waktu menelan.
2. Peradangan faring dapat dialihkan ke daerah submandibularis dekat angulus
mandibula.
3. Nyeri yang berasal dari jantung dapat dialihkan ke leher bagian depan tengah atau
ke rahang.
4. Pendesakan foramen saraf vertebra servikalis oleh pertumbuhan tulang yang
berlebihan akibat osteoarthritis bisa terjadi pada orang tua dan mengakibatkan nyeri
di leher yang moderat tetapi nyeri bahu dan lengan dan kelemahan menyolok
5. Penyakit tiroid, karena efek metaboliknya yang nyata, mungkin menimbulkan keluhan
berupa diare, oligomenore, penurunan berat badan, kelelahan, atau tremor pada
hipertiroidisme.
6. Hiperkalsemia akibat neoplasma paratiroid mungkin secara perlahan-lahan membuat
pasien menjadi cacat.
7. Penurunan berat badan yang disertai keluhan abdomen yang menyarankan adanya
neoplasma seharusnya mendorong pemeriksaan kelenjar supraklavikular kiri Virchow
yang terletak dekat dengan tempat pengaliran duktus torasikus.
8. Sinkop, presinkop, atau pusing, khususnya saat memutar kepala atau saat sinus
karotikus tertekan oleh leher baju yang sempit, dapat menunjukkan adanya
hipersensitivitas reflex karotis.
9. Gangguan arteri karotis ditandai dengan adanya episode kebutaan unilateral
(amaurosis fugax) atau episode pusing, nausea, sakit kepala, atau hemiparesis
sementara
10. Stridor, “suara seperti kokok ayam jantan” pada inspirasi atau ekspirasi.
Menunjukkan obstruksi saluran napas bagian atas, atau aspirasi akut dan keadaan
gawat darurat bila terdengar pada pasien yang menderita gangguan akut.
11. Suara serak menunjukkan adanya peradangan, tumor atau gangguan neurologis
pada pita suara dan kotak suara.
d. Anatomi
Leher dibagi dalam empat segitiga untuk pencatatan dan interpretasi penemuan.
Garis tengah dibatasi oleh insisisura kartilago tiroidea dan insisura suprasentral.
Trigonum submandibulare dibatasi oleh mandibula dan kedua venter m. digastricus, M.
sternocleidomastoideus yang menonjol membatasi tepi lateral trigonum servikalis
anterior. Fossa supraklavikularis ditemukan di antara klavikula, insersio m.
sternocleidomastoideus dan insersio m. trapezius pada klavikula bagian lateral.
e. Pemeriksaan Dasar
1. Inspeksi dan Rentang Gerakan
Inspeksilah leher untuk melihat adanya benjolan yang nyata. Benjolan ini
kadang-kadang lebih baik dilihat daripada diraba. Suruh pasien menelan dan
perhatikan gerakan kartilago tiroidea dan ada atau tidaknya gerakan massa
yang dapat ditemukan. Perhatikan cara pasien menyangga kepalanya dan bila
perlu perhatikan Mm. paraspinosus. Spasme otot-otot leher memaksa pasien
memiringkan kepala dan memfiksasinya sehingga otot atau sekelompok otot
yang terganggu teregang minimal. Osteoarthritis berat pada vertebra servikalis
juga menyebabkan pasien memutar pada bahu bukan pada leher.
Periksalah semua gerakan leher. Fleksi dan rotasi kepala terutama melibatkan
artikulasio atlanto-oksipitalis. Untuk memeriksa rentang gerakan leher,
mintalah pasien anda menyentuhkan dagunya ke bahu kanan dan kemudian
ke bahu kirinya. Mintalah dia menyentuhkan dagunya ke sternum. Kemudian,
letakkan telapak tangan anda pada sisi kepala pasien dan suruh pasien
memutar kepala melawan tahanan, pertama pada salah satu sisi dan
kemudian pada sisi lainnya. Akhirnya, mintalah pasien “melihat langit-langit”
dan mengekstensikan lehernya semaksimal mungkin.
Periksalah vena jugularis eksterna yang berjalan ke medial dari pertengahan
klavikula, melewati m. sternocleidomastoideus, menuju ke angulus mandibula.
Hentikanlah aliran darah vena dari kepala dengan jari anda. Dengan jari
lainnya, kosongkan vena di bawah jari anda yang menekan tersebut dan
perhatikan pengisian vena jugularis dari bawah. Tindakan ini akan membantu
anda melihat fluktuasi dalam kolom darah pada vena jugularis
.
2. Palpasi
Penyakit metastatik biasanya memberi kesan keras seperti batu pada jari yang
meraba. Penyakit limfomatosa biasanya menyebabkan kelenjar limfe teraba seperti
karet. Limfoma dan kadang-kadang karsinoma, menyebabkan kelenjar limfe bersatu
karena biasanya terjadi perluasan penyakit keperikapsular.
Palpasi dilakukan baik dari depan maupun dari belakang pasien. Dari depan,
pertama-tama palpasilah ruang servikalis posterior. Mulailah pada prosesus
mastoideus, kemudian geserlah jari anda ke bawah sepanjang pinggir m. trapezius.
Kelenjar limfe ini mungkin membesar secara selektif pada “German measles” dan
sering terserang pada mononucleosis infeksiosa dan penyakit virus lainnya. Tepat di
depan rantai kelenjar limfe ini, anda dapat menemukan prosesus lateralis vertebra
servikalis dan kemudian tepi posterior m. sternocleidomastoideus.
Pada orang tua, kornu lateral kartilago hioidea mungkin mengalami osofikasi dan
teraba seperti kelenjar limfe yang keras seperti batu. Kedua kartilago ini terangkat
pada waktu menelan. Untuk menemukan tanda tarikan trakea, suruh pasien
menelan dan tekanlah kartilago tiroidea pada tempat kenaikan tertinggi untuk
meregangkan seluruh trakea. Aorta yang melebar ketika melengkung melewati
bronkus utama kiri sekarang akan menghantarkan denyutannya melalui trakea ke
jari anda.
Palpasi arteri karotis, di bawah
mandibula dan medial terhadap m.
sternocleidomastoideus
Selanjutnya, palpasi arteri karotis. Letakkan tiga jari anda di sisi kartilago tiroidea.
Dengan hati-hati geserlah m. sternocleidomastoideus ke lateral dan kartilago tiroidea
ke medial. Gunakan tangan kanan untuk meraba arteri karotis kiri dan demikian pula
sebaliknya . rabalah dengan hati-hati, dan hanya pada satu sisi pada satu saat untuk
menghindari stimulasi sinus karotikus dan refleks bradikardia.
Periksalah kelenjar tiroid dari depan pasien dan rabalah dari depan dan dari
belakang. Pembesaran tiroid dapat bersifat difus atau asimetris. Mula-mula,
lakukanlah palpasi dengan jari menyilang trakea, kemudian tentukanlah garis bentuk
lobus lateral. Letakkan ujung jari anda pada pinggir lateral m.
sternocleidomastoideus dan ujung ibu jari anda pada garis tengah tepat di atas
insisura sternalis. Suruh pasien menelan. Bila kelenjar tiroid membesar, waktu
menelan ia akan teraba sebagai jaringan yang berjalan ke atas di bawah jari anda.
Tiroid yang normal tidak mudah untuk diraba.
Bila anda pindah ke belakang pasien anda, sekali lagi rabalah kelenjar tiroid
yang membesar. Mula-mula, mintalah pasien melakukan sedikit fleksi leher dan
letakkan jari-jari anda medial terhadap m. sternocleidomastoideus. Dalam posisi ini,
kedua tangan dapat melakukan palpasi dengan serentak.
3. Auskultasi
Bila pasien berusia lebih dari 50 tahun, dengarkan di atas tiap sinus karotikus
kemungkinan adanya aliran turbulen pada pembuluh darah atau bising karotis
(carotid bruit). Bahan ateromatosa yang menonjol ke lumen mengganggu aliran
lamelar dan menimbulkan arus turbulen yang terdengar sebagai bising sistolik.
Bunyi ini, yang nyaring (high pitched) paling jelas didengar dengan diafragma
stetoskop ketika pasien menahan napas.
Bising karotis asimtomatik yang tidak disertai oleh gejala-gejala neurologis tidak
mempunyai arti klinis. Bising ini menunjukkan adanya gangguan atau distorsi aliran.
Setiap kali perawat menemukan pembesaran tiroid, lakukan auskultasi pada kelenjar
tersebut. Bising tiroid menyarankan adanya hipervaskularitas pada kelenjar dan
keadaan hipertiroid. Bising sistolik dan diastolic, yang ditemukan secara kebetulan,
karena dengung vena (venous hum) dapat didengar pada dasar leher dan insisura
suprasternalis. Bising yang disebabkan oleh penyakit katup jantung dapat pula
didengar di atas arteri karotis pada dasar leher.
f. Penemuan-penemuan Lazim
Meningitis menyebabkan spasme leher dan nyeri yang bertambah berat bila selaput
otak teregang. Fleksi kepala dengan menyentuhkan dagu ke dada, akan menumbulkan
nyeri hebat pada meningitis.Untuk memeriksa arti nyeri leher dan spasme, angkatlah
tungkai yang berada dalam keadaan ekstensi penuh, pada pasien yang sedang
berbaring. Tindakan ini akan meregangkan selaput otak.
Kelenjar limfae yang nyeri tekan menyarankan adanya peradangan, kelenjar limfe
yang keras seperti karang menandakan adanya tumor, dan kelenjar limfe yang keras
seperti karet, melekat satu sama lain, menyarankan adanya limfoma.Kelenjar limfe yang
teraba pada trigonum servikalis anterior dapat disebabkan beberapa gangguan.
Faringitis dan tonsillitis merupakan penyebab tersering pembesaran kelenjar limfe
tersebut.
Benjolan di garis tengah tidak pernah berasal dari kelenjar limfe. kelenjar tiroid
selama masa embrional berjalan turun dari hipofaring dan dapat meninggalkan sisa
duktus tiroglusus sepanjang garis tengah.Benjolan lateral bukan kelenjar limfe
mencakup aneurisma arteri karotis, higroma kistik, dan kista celah brankialis. Pada
penyakit tiroid yang menyebabkan pembesaran difus, lobus piramidalis yang terletak di
garis tengah dapat di raba dengan mudah. Kelenjar yang membesar disebut goiter.
Kelenjar tiroid yang hiperfungsi juga hipervaskular. Pembuluh darah yang melebar
dapat memberi getaran ke tangan dan bising pada auskultasi. Bila anda meraba tiroid
periksalah tiga sifatnya yaitu limfadenopati yang berhubungan, nodul multiple, dan
tekstur. Kelenjar yang membesar, keras seperti kayu menyarankan adanya tiroiditis
kronis, sedangkan pembesaran kelenjar yang nyeri tekan menyarankan adanya tiroiditis
akut.
Dengan hati-hati rabalah arteria karotis pada satu sisi kemudian pada sisi lainnya.
Gunakan tiga jari untuk mendorong trakea dan otot agar saling menjauhi. Pada bagian
atas setiap trigonum, rabalah ujung posterior kelenjar ludah submandibularis.Carilah
tonjolan mastoid dan rabalah sepanjang tepi posterior m. sternocleidomastideus. Ini
adalah trigonum servikalis posterior.
Mula-mula lakukan ini pada pasien anda dengan posisi netral, kemudian lakukan
dengan bahunya diangkat untuk mengangkat klavikula ke atas. Kemudian periksalah
tiroid dari depan dan dari belakang. Tindakan ini akan lebih mudah dengan memberikan
segelas air pada pasien. Kemudian perhatikan dengan teliti saat ia menelan.
3. Pemeriksaan Dada
A. Thoraks dan Paru-paru
Pernapasan
1. Pola Pernapasan
1. Normal (eupna) : teratur dengan frekuensi 12-20 kali per menit
2. Tachypnea : frekuensi nafas lebih dari 20 kali per menit
3. Bradipnea : frekuensi nafas kurang dari 12 kali permenit
4. Hiperventilasi : cepat, bernafas dalam lebih dengan frekuensi lebih dari 20
kali per menit
5. Cheyne-stokes : periode bergantian antara hiperpnea dan apnea yang
berirama
6. Kussmaul : pernapasan dalam namun frekuensinya cepat.
7. Air trapping : kesulitan bernapas saat ekspirasi
2. Bunyi Pernapasan
1. Vesikular
Vesikular adalah suara nafas yang terdengar di sebagian besar
paru. Memiliki intensitas yang halus, bernada rendah, dan durasi inspirasi
lebih panjang dari ekspirasi.
2. Bronko-vesikular
Bronko-vesikular adalah suara nafas yang terdengar di daerah
percabangan bronkus dan trakea. Memiliki intensitas sedang, bernada
sedang namun lebih kasar di bandingkan vesicular, dan durasi inspirasi
sama panjang dengan ekspirasi.
3. Bronkial
Bronkial adalah suara nafas yang terdengar di daerah trachea dan
supra sternal notch. Memiliki intensitas yang kasar, bernada tinggi, dan
durasi inspirasi lebih pendek di bandingkan dengan ekspirasi.
4. Trakeal
Trakeal adalah suara nafas yang terdengar di daerah trakea.
Memiliki intensitas yang sangat keras, bernada tinggi, dan durasi inspirasi
sama dengan ekspirasi.
3. Bunyi Tambahan
1. Ralles (crackles)
Seperti pergesekan rambut
Terdengar pada saat inspirasi bagian bawah (bases)
Tidak hilang oleh batuk
Terkait dengan bronchitis,gagal jantung, dan pneumonia
2. Wheezes
Bernada tinggi, suara nyaring
Terdengar saat ekspirasi pada semua area paru
Tidak hilang dengan batuk
Terkait dengan asma, bronchitis, gagal jantung, dan empisema.
3. Ronchi
Kasar dan keras
Terdengar saat ekspirasi di atas bronchi dan trachea
Sering hilang oleh batuk
Terkait dengan bronchitis dan pneumonia
4. Stridor
Keras dan bernada tinggi
Mudah terdengar tanpa stetoskop selama inspirasi dan ekspirasi
Indikasi penyempitan saluran pernafasan atas
Terkait dengan obstruksi parsial jalan nafas, epiglottitis.
A. Bentuk Dada
1. Barrel Chest (Dada Barel)
Bentuk dada menyerupai barel karena hasil hiperinflasi paru. Hiperinflasi
adalah terjebaknya udara akibat saluran pernapasan yang menyempit. Pada
keadaan ini terjadi peningkatan diameter anteroposterior sehingga dada
menjadi membulat. Barrel chest umumnya ditemukan pada pria.dan dapat
terjadi pada pasien dengan penyakit asma berat.
4. Khyposcoliosis
Keadaan ini ditandai dengan elevasi scapula dan spina berbentuk huruf S.
Kifoskoliosis yang berat dapat mengurangi kapasitas paru dan meningkatkan
kerja pernapasan. Bentuk dada ini dapat terjadi sebagai akibat dari polio atau
sindrom marfan.
B. Pemeriksaan Dasar
Secara berurutan pemeriksaan toraks dan paru harus meliputi; inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi.
Inspeksi
1. Diamati bentuk thorax, apakah biasa/normal ataukah ada kelainan bentuk seperti;
4. Amati suara batuk yang kita dengar (produktif, kering, whooping, pendek-pendek
atau berdeham)
Palpasi
Letakkan satu tangan pada tiap sisi dada. Mintalah pasien untuk bernapas
dalam-dalam. Mulailah menempatkan kedua ujung ibu jari pada prosesus xifoideus
dengan jari-jari tangan dan tangan terentang pada kedua bidang bawah anterior paru-
paru. Ulangilah bagian ini pada bagian posterior dan superior.
Pakailah sisi ulnar jari kelima atau telapak tangan anda pada tempat yang sama
di atas paru-paru dan mintalah pasien untuk mengucapkan “Sembilan sepuluh
Sembilan.” Getaran yang dirasakan disebut Vocal fremitus, perabaan dilakukan
diseluruh permukaan dada (kiri, kanan, depan dan belakang).
Umumnya pemeriksaan ini bersifat membandingkan bagian mana yang lebih
bergetar atau kurang bergetar. Pemadatan jaringan baru (Pneumonia, keganasan) akan
terasa lebih bergetar. Pleural effusion dan pneumo thorax akan terasa kurang bergetar
Perkusi
Tempatkan jari pleksimeter pada dinding dada yang akan diperiksa. Untuk
menghasilkan bunyi perkusi yang lebih keras, tekan jari dengan kuat. Cara ini lebih baik
daripada melakukan pengetukan lebih keras pada tangan lainnya.
Lakukan pengetukan tanpa pergerakan siku. Lakukan pengetukan dengan cepat dan
seperti refleks.
Pengetukan dilakukan di bagian paling ujung (pada gambar), kemudian pindahkan jari
dengan cepat agar getaran tidak teredam.
Auskultasi
B. Jantung
1. Irama teratur
Cepat (di atas 100 kali)
- Takikardia sinus
- Takikardia atrial atau nodus (supraventrikuler)
- Flutter atrium dengan respons ventrikel teratur
- Takikardia ventrikel
Normal (60-100 kali)
- Irama sinus normal
- Blok AV derajat dua
- Flutter atrium dengan respons ventrikel teratur
Lambat
- Brakikardia sinus
- Blok AV derajat dua
- Blok jantung spema
6-10 tahun 95
10-14 tahun 85
C. Tekanan darah
1. Pada orang dewasa
2. Pada anak-anak
Normal : tekanan darah sistolik dan diastolik < 90 persentil terhadap
usia dan jenis kelamin
Sangat normal : tekanan darah sistolik dan diastolik rata-rata antara
persentil 90 dan 95 terhadap usia dan jenis kelamin
Tinggi : tekanan darah sistolik dan/ atau diastolik rata-rata ≥ 95
persentil terhadap usia dan jenis kelamin.
D. Bunyi Jantung
Bunyi Jantung I
Bunyi jantung I ditimbulkan karena kontraksi yang mendadak terjadi
pada awal sistolik, meregangnya daun-daun katup mitral dan trikuspid
yang mendadak akibat tekanan dalam ventrikel yang meningkat dengan
cepat, meregangnya dengan tiba-tiba chordae tendinea yang memfiksasi
daun-daun katup yang telah menutup dengan sempurna, dan getaran
kolom darah dalam outflow track (jalur keluar) ventrikel kiri dan di dinding
pangkal aorta dengan sejumlah darah yang ada didalamnya.. Bunyi
jantung I yang mengeras dapat terjadi pada stenosisis mitral
Bunyi Jantung II
Mid-late systolick klick adalah bunyi dengan nada tinggi pada fase
pertengahan atau akhir sistolik yang disebabkan karena daun-daun katup
mitral dan chordae tendinea meregang lebih lambat dan lebih keras.
Keadaan ini dapat terjadi pada prolaps katup mitral karena gangguan
fungsi muskulus papilaris atau chordae tendinea.
F. Pemeriksaan Dasar
Inspeksi
Vena-vena leher
Jika tidak terlihat, maka turunkanlah sudut tersebut sampai pasien berbaring rata.
Jika masih belum terlihat, secara perlahan tinggikan tempat tidur mulai dari 30 ◦
sampai90◦.
Kemudian carilah ictus cordis, yaitu denyutan dinding toraks. Bila dalam
keadaan normal akan berada di ICS-5 pada linea medioclavikularis kiri selebar 1
cm. dengan mengetahui letak ictus maka akan diperoleh gambaran tentang ada
atau tidaknya pembesaran jantung.
Palpasi
Perkusi
Untuk menentukan batas kiri jantung lakukan perkusi dari arah lateral ke
medial. Batas jantung kiri memanjang dari garis medioklavikularis di ruang
interkostal III sampai V. Perubahan antara bunyi sonor dari paru-paru ke redup
relative kita tetapkan sebagai batas jantung kiri.
Batas kanan terletak di bawah batas kanan sternum dan tidak dapat
dideteksi. Pembesaran jantung baik ke kiri maupun ke kanan biasanya akan
terlihat. Pada beberapa orang yang dadanya sangat tebal atau obes atau
menderita emfisema, jantung terletak jauh dibawah permukaan dada sehingga
bahkan batas kiri pun tidak jelas kecuali bila membesar.
Auskultasi
Terlepas dari arah gerak stetoskop, menempelkan telunjuk kiri dan jari
tengah pada arteri karotis, tepat di sepertiga bagian bawah leher dapat
memudahkan identifikasiyang benar dari S1, sebelum denyutan karotis, dan S2,
yang setelah upstroke karotis. Pastikan untuk membandingkan intensitas S1 dan
S2 saat menggerakan stetoskop melalui daerah di atas.
Pada dasar jantung, S2 lebih keras dari S1 dan dapat berpisah dengan
respirasi. Pada apeks, S1 biasanya lebih keras dari S2 kecuali pada interval PR
yang panjang.Hati-hati saat mendengar intensitas S1 dan S2, konfirmasi setiap
suara tersebut dengan mengidentifikasi sistol, pada interval antara S1 dan S2,
dan diastole, pada interval antara S2 dan S1.
Perhatikan jika mendengarkan suara tambahan S3 dan S4 dan murmur,
saat sistol dan diastol merupakan prasyarat mutlak untuk identifikasi yang benar
dari auskultasi dalam siklus jantung
Diafragma lebih baik dalam mengambil suara yang relatif bernada tinggi
dari S1, S2, dan murmur dari regurgitasi aorta dan mitral, dan gesekan
perikardial. Mendengarkan seluruh prekordium dengan diafragma dengan
menekan kuat terhadap dada.
Bel lebih sensitif terhadap suara bernada rendah dari S3 dan S4 dan
murmur stenosis mitral. Tekan bel dengan ringan, dengan tekanan hanya cukup
untuk menghasilkan segel udara dengan lingkar bel secara penuh. Gunakan bel
pada apeks, kemudian bergerak ke medial sepanjang garis parasternal. Dengan
meletakan tumit tangan pada dada sebagai titik tumpu dapat membantu untuk
mempertahankan tekanan ringan.
Menekan bel dengan kuat pada dada membuatnya berfungsi lebih seperti
diafragma oleh karena peregangan kulit yang di bawahnya; Suara bernada
rendah seperti S3 dan S4 dapat hilang; Sebaliknya, suara bernada tinggi
terdengar seperti klik midsystolic, suara ejeksi, atau opening snap akan lebih
keras.
4. Pemeriksaan Abdomen
Relatif hanya ada sedikit mekanisme patofisiologik yang menimbulkan tanda
dan gejala penyakit abdomen. Gejala-gejala yang menyebabkan sebagian terbesar
pasien datang kepala dokter adalah nyeri, gangguan fungsi, perdarahan
gastrointestinal, gejala sistemik, tanda-tanda dekompensasi organ, obstruksi organ
berongga, dan iritasi peritoneum.
Kehamilan menyebabkan
perubahan pada bentuk dan
Bahas riwayat klien untuk faktor berikut:
kontur abdomen.
layanan kesehatan okupasi,
hemodialisis, pengguna obat-obattan IV, Ingesti alkohol kronik dapat
tinggal serumah atau kontak seksual menyebabkan masalah
dengan pembawa virus hepatitis B gastrointestinal dan hati.
(HBV), individu heteroseksual dengan
Faktor risiko pajanan hepatitis B
lebih dari satu pasangan dalam 6 bulan
(Reece, 1993)
terakhir, pria homoseksual atau
biseksual yang aktif secara seksual,
pelancong internasional di area yang
tinggi laju infeksi HBV-nya.
1. Hati
Hati terletak di bawah diafragma dan dilindungi oleh iga-iga bawah Kubah
diafragma dimulai kira-kira pada sela iga keenam di garis midklavikula. Tepi bawahnya,
yang biasanya tipis dan halus, menonjol ke tepi bawah iga kanan. Tepi bawah hati
dengan lebar normal (8-12 cm) dapat dipalpasi pada sebagian orang normal yang
melakukan inspirasi dalam. Kandung empedu dan porta hepatikus terletak di bawah
kulit hipokondrium kanan. Limpa terletak di bagian posterior kanan di depan iga
kedelapan, ken, sembilan, dan kesepuluh. Ujung limpa sedikit dapat dipalpasi pada 5%
pasien normal yang sudah mencapai umur akademis.
2. Ginjal
Ginjal adalah organ profunda retroperitoneal di daerah pinggang, dan sering kali
tidak dapat dipalpasi. Promontorium sakrum dapat dipalpasi pada pasien ku di kutub
atas sektor hipogastrium. Aorta yang berdenyut, dengan diameter kira-kira 2 cm, dapat
teraba sebagai struktur di garis tengah. Pada pasien kurus, mungkin anda dapat
meraba promontorium sakrum selama palpasi dalam. Akhirnya, uterus dan vesika
urinaria merupakan struktur-struktur di garis tengah yang biasanya tidak dapat dipalpasi
kecuali kalau telah membesar.
3. Pankreas
Pankreas adalah suatu organ retroperitoneal yang terletak pada tulang belakang
dan dikelilingi dengan ketat oleh peritoneum. Nyeri sering menjadi manifestasi satu-
satunya pada penyakit pankreas, terutama penyakit maligna. Nyeri pankreas yang
dirasakan di bagian tengah epigastrium atau periumbilikal sering menembus ke
belakang. Pasien akan menceritakan bahwa ia menderita nyeri konstan yang memberat
kalau berbaring sehingga ia terpaksa mengambil posisi fetus untuk mengurangi nyeri
tersebut. Ketika pankreatitis akut berkembang lebih lanjut, peritoneum menjadi
meradang dan nyeri khas peritonitis menguasai gambaran klinis.
4. Limpa
Limpa adalah suatu organ yang sangat vaskuler, dapat mengalami gangguan-
gangguan vaskuler seperti infark embolik, perdarahan subkapsuler, ruptur, dan infiltrasi
leukemik. Infark menyebabkan nyeri hipokondrium kiri yang timbul secara tiba-tiba dan
berat dan sering di rasakan pula di daerah bahu kiri. Distensi akut menimbulkan rasa
nyeri, tetapi distensi kronis, seperti pada infiltrasi leukemik atau hipertensi portal, paling
banyak menimbulkan rasa berat yang berkepanjangan" di kuadran kiri atas.
1. Nyeri Abdomen
Nyeri Abdomen merupakan gejala paling umum yang dilaporkan klien ketika
mencari layanan medis. Nyeri abdomen berasal dari salah satu dari tiga sumber berikut
ini: visera yang berongga, organ padat, atau peritonium. Sifat, lokasi, penyebaran, daan
gejala-gejala yang berkaitan menunjukkan sumber nyeri. Visera yang berongga
berfungsi untuk penyimpanan atau pengangkutan yang terakhir ini dilakukan dengan
gelombang peristaltik. Nyeri timbul karena peregangan visera., yang hampir selalu
disebabkan oleh obstruksi. Nyeri yang disebabkan oleh obstruksi mekanis pada viseraa
berongga disebut nyeri kolik dan dikenal sebagai nyeri “kram” intermiten. Perasaan
tidak enak yang terus-menerus secara periodik menjadi lebih hebat ketika gelombang
kontraksi meningkatkan tekanan intralumen untuk sementara. Jadi penyakit kandung
empedu, duktus biliaris, lambung, usus halus dan usus besar dapat menimbulkan nyeri
kram abdomen. Kalau ada nyeri kolik aabdomen, periksalah fungsi semua sistem organ
yang dicurigai untuk mencari petunjuk sumber nyeri tersebut.
Nyeri yang berasal dari visera padat timbul dengan cara yang sedikit berbeda.
Parekhima itu sendiri tidak peka terhadap nyeri. Tiap organ visera dihubungkan oleh
suatu membran serosaa, baik berbentuk kapsul maupun sebagai lapisan peritoneum.
Keduanya berespons terhadap peradangan atau peregangan dengan menimbulkan
nyeri. Dua mekanisme dasarnya adalah pembengkakan dan infiltrasi oleh leukosit.
Pembengkakan yang timbul secara berangsur-angsur kurang nyeri ketimbang yang
terjadi dengan cepat. Dengan salah satu mekanisme tersebut diatas, nyerinya timbul
secara konstan, bukan seperti kram. Gerakan dapat memperberat nyeri tersebut. Nyeri
tekan sering sangat nyata pada palpasi permukaan serosa yang meradang.
Seluruh peritoneum mempunyai persarafan yang kaya dan peka terhadap nyeri kalau
teriritasi dengan darah, isi usus atau pus. Nyeri peritoneum jarang disebabkan oleh
kelainan de novo (peritonitis primer). Kelainannya mungkin setempat atau tersebar,
tetapi biasanya merupakan suatu proses sekunder. Pasien dengan peritornitis menderita
sakit berat dan mempunyai riwayat penyakit yang singkat. Anda sering dapat
mengungkapkan gejala-gejala yang mengarah ke organ yang sakit dan proses primernya.
Nyeri peritoneum bersifat konstan dan tumpul selama pasien tidak terganggu. Yang khas,
ia segera
memberat kalau
timbul gangguan
pada permukaan
serosa yang
meradang yang
disebabkan oleh
pergerakan.
Nyeri pada penyakit abdomen dapat dialihkan ke daerah di permukaan tubuh, baik
yang letaknya dekat maupun jauh dari tempat yang mengalami kelainan tersebut. Jika
medula spinalis menerima input dari visera yang terlibat dan tingkat vertebrata yang
sama juga menerima input aferen dari suatu daerah di permukaan tubuh, daerah di
permukaan tubuh tersebut dapat menjadi tempat nyeri aalih. Hal ini dapat dijelaskan
dengan adanya sinaps yang bersilangan antara aferen visera dan aferen kulit pada
tingkat medula spinalis. Berdasarkan prinsip yang sama, nyeri yang disebabkan oleh
gangguan di luar abdomen dapat dialihkan ke abdomen. Misalnya pneumoniaa
penuomokal kadang-kadang bermanifestasi sebagai nyeri alih pada kuadran atas
abdomen. Nyeri yang disebabkan oleh batu di dalam ureter dapat dialihkan ke skrotum
atau ujung penis.
Sebelum membahas ciri-cirinya abdomen yang khas, istilah yang dipakai untuk
melukiskan berbagai macam bagian abdomen dibagi menjadi beberapa sektor. Yang
termudah adalah sistem empat kuadran dengan garis-garis tegak lurus yang saling
berpotongan di umbikulus, yang membagi abdomen menjadi kuadran kanan dan kiri
atas dan kuadran kanan dan kiri bawah. Dapat pula dipakai sistem sembilan sektor
dengan dua garis vertikal dan dua garis horizontal. Kedua garis vertikal tersebut
berjalan sepanjang tepi lateral muskulus rektus, garis horizontal atas menghubungkan
titik terbawah tulang iga di bagian lateral, dan garis horizontal bawah menghubungkan
spina iliaka anterior superior. Daerah-daerah yang terbentuk oleh
perpotongan keempat garis tersebut adalah dari kanan ke kiri, dan dari atas ke bawah -
hipokondrium kanan, epigastrium, hipokondrium kiri, lumbal kanan, daerah umbilikus,
lumbal kiri, iliaka kanan, hipogastrium, dan iliaka kiri.
2. Kolik
Bilier
Kolik bilier yang disebabkan oleh peradangan atau batu dirasakan di daerah
hipokondrium kanan. Paling sering timbul pada wanita gemuk setengah tua, keluhan ini
bersifat rekuren. Keluhan ini dapat dicetuskan oleh makan atau minum yang berlebihan.
Keluhan lainnya adalah nausea, vomitus, dan demam, dan pasien mungkin
menjelaskan bahwa nyeri tersebut menyebar dari margo kosta ke punggung.
Lambung tidak memperlihatkan nyeri kolik sejati karena ia hampir selalu dapat
mengurangi tekanan yang berlebihan dengan muntah. Penyakit asam peptik dirasakan
sebagai rasa tidak enak di epigastrium - rasa perih - yang biasanya berkurang, tetapi
kadang-kadang menghebat, dengan makan. Okstruksi saluran keluar lambung
menimbulkan muntah bahan makanan yang tidak tecerna ber jam-jam setelah makan.
Obstruksi saluran keluar lambung menimbulkan muntah bahan makanan yang tidak
tercerna berjam-jam setelah makan. Penyakit asam peptik di duodenum dirasakan
sebagai nyeri yang letaknya dalam di daerah hipokondrium kanan yang hampir selalu
berkurang dengan makan. Nyeri tersebut sering membangunkan pasien dari tidurnya.
Biasanya penyakit ini kambuh selama musim semi dan musim gugur, suatu variasi
musiman yang menarik.
Berbagai macam lesi dapat menimbulkan nyeri usus halus. Peristaltis berjalan
dalam satu arah, dengan demikian obstruksi pada dasarnya menciptakan tabung
tertutup di bagian proksimal sumbatan. Karena peristalsis sering terjadi di usus halus,
gelombang nyeri timbul dalam jarak wkatu dekat. Nyeri usus halus cenderung
terlokalisir di daerah umbilikus.
3. Nyeri Kolon
4. Apendisitis akut
5. Nyeri Hati
Hati menjadi nyeri pada hepatitis atau abses hati karena efek leukosit.Kongesti akut
yang terjadi pada gagal jantung kanan, trombosis vena hepatika, atau metastasis yang
tumbuh dengan cepat akan menimbulkan nyeri karena meregangkan kapsul serosa hati.
Biasanya tumpul, relatif konstan, dan terletak dalam, nyeri hepatik menyebar mulai dari
proyeksi organ ini di permukaan tubuh sampai ke hipok ondrium kanan dan epi
gastrium. Jika kubah diafragma terlibat karena kontak langsung dengan proses
penyakitnya, dapat timbul gejala pleuritis. Di samping itu, nyeri diafragma ini dapat
dialihkan ke bahu.
Gangguan fungsi organ abdomen bermanifestasi dalam lima gejala dan tanda
yang umum: ikterus, nausea, vomitus, konstipasi, dan diare. Ik terus adalah pig mentasi
kuning pada kulit dan membra na mukosa yang disebabkan oleh pengendapan pigmen
empedu. Ada tiga proses dasar yang dapat menimbulkan ikterus. Pertama sumbatan
pada aliran empedu, kedua gangguan pada hepatosit (sel hati) sehingga pigmen
empedu tidak dapat diekskresikan dengan baik, dan ketiga hepatosit mungkin dibanjiri
oleh prekursor empedu yang berlebihan karena cepatnya pemecahan hemoglobin
selama hemolisis berat. Pada kebanyakan kasus, riwayat penyakit dan gejala dan
tanda yang berkaitan dapat dipakai untuk menentukan proses primernya.
Ikterus yang tidak nyeri lebih sering ditemukan oleh teman atau anggota keluarga
daripada oleh pasien itu sendiri. Pada pasien muda ikterus sering menunjukkan cacat
kongenital pada metabolisme bilirubin, seperti pada penyakit Gilbert, hepatitis atau
hemolisis - suatu keadaan yang kurang sering ditemu kan. Pada pasien yang berusia
lebih tua, ikterus sering menunjukkan karsinoma kaput pankreas atau traktus biliaris
yang tidak disertai oleh gejala-gejala lainnya atau sirosis hati dan dekompensasi hati
yang sudah lanjut. Riwayat penyakit harus mencakup pertanyaan-pertanyaan untuk
mengenali penyakit hati sebelumnya, pemaparan terhadap hepatitis, makan kerang-
kerangan mentah, suntikan, penyalahgunaan alkohol, pemakaian obat-obatan baik
yang diresepkan maupun obat gelap, dan pemaparan de ngan hepatotoksin. Petunjuk
yang ber- manfaat untuk adanya obstruksi bilier adalah keluhan pruritus yang
disebabkan oleh tertahannya garam empedu. Tanyakanlah pula warna fesesnya karena
tidak adanya empedu di dalam traktus gastrointestinal menimbulkan feses alkholik
yang berwarna seperti tanah lempung.
Nausea, vomitus, konstipasi dan diare tercantum paling atas dalam daftar
gangguan fungsi fisiologis lainnya. Perincilah keluhan ini dipandang dari segi fungsi
normal, urutan waktu dan keluhan dan keadaan yang berkaitan. Mintalah deskripsi yang
tepat tentang muntah juga dan keadaan fesesnya. Interpretasi gejala-gejala ini dapat
dibantu dengan mempertimbangkan proses patofisiologis dasar yang menimbulkan
penemuan-penemuan ini. Muntah disebabkan oleh salah dari empat proses di bawah
ini: distensi suatu visera yang berongga, peradangan atau peregangan integumen usus,
iritasi mukosa lambung secara langsung, atau perangsangan sistem saraf pusat.
Muntah bahan makanan yang tidak tercerna beberapa jam setelah makan mengarah
kepada obstruksi saluran keluar lambung, yang sering disebabkan oleh penyakit ulkus.
Muntah proyektil terjadi secara tiba-tiba dengan sedikit gejala prodrobulmal. Isi lambung
dikeluarkan dengan kekuatan yang besar. Jenis muntah ini menunjukkan penyakit pada
sistem saraf pusat.
Diare dan konstipasi mungkin disebabkan oleh berbagai macam proses primer:
kebiasaan makan dan hasilnya, efek obat-obatan, bahan kimia atau hormon pada
mukosa usus atau motilitas usus, peradangan atau infeksi usus besar, dan obstruksi
lumen usus. Diare dapat diartikan oleh pasien sebagai feses yang cair atau sering
buang air besar. Pada malabsorpsi fesesnya terutama cenderung berbau busuk dan
banyak sekali. Diare yang berdarah mengarah kepada infeksi penvakit peradangan
usus, atau tumor. Apa yang dianggap sebagai konstipasi oleh seorang pasien mungkin
normal untuk pasien lainnya oleh karena dia perubahan frekuensi merupakan faktor
penting. Pada orang yang berusia lanjut, kontipasi dengan sedikit feses lunak intermiten
mungkin menunjukkan fecal impaction (penimbunan feses yang berlebihan) yang
mengalami pencairan parsial. Keluhan gangguan fungsional yang juga sering
ditemukan adalah intoleransi terhadap makanan. Etiologinya bermacam-macam
misalnya alergi makanan, penyakit pankreas, empedu, atau mukosa usus. Gejala-
gejala yang berkaitan dan satu riwayat penyakit yang lalu memberikan petunjuk yang
bermanfaat untuk menegakkan diagnosis. Gangguan mukosa usus oleh perdangan
atau tumor sering bermanifestasi sebagai perdarahan. Observasi penting yang harus
ditanyakan adalah melena, riwayat feses hitam. Adanya feses seperti itu menunjukkan
darah yang sudah dicernakan, meskipun preparat besi dan bismut (PeptoBismol) akan
menimbulkan efek yang serupa. Melena sejati dilukiskan sebagai feses seperti
terlengket, dan jika pasien mengeluarkan darah dalam jumlah besar, fesesnya menjadi
berbau busuk. Lima puluh ml darah saja sudah dapat menimbulkan melena sedangkan
5 mil darah di dalam feses akan memberikan hasil positif pada tes darah samar (tes
guaiac). Darah merah segar yang dikeluarkan melalui rektum atau hematokhezia berarti
sumber pendarahan tersebut terletak di sebelah distal atau sekum atau, jika berasal
dari bagian atas perdarahannya teriadi sedemikian cepat dan banyak sehingga
dikeluarkan tanpa mengalami perubahan. Pada perdarahan kolon darah akan
bercampur dengan feses. Sebaliknya, perdarahan rektum nya melapisi feses dan
mengotori kertas kloset.
C. Pemeriksaan Dasar
A. Inspeksi
Perawat menginspeksi kulit abdomen untuk warna, adanya jaringan parut, pola
vena, lesi, dan striae (tanda guratan-guratan). kulit tersebut memiliki warna yang sama
dengan bagian tubuh lainnya. Pola vena normalnya samar, kecuali pada klien kurus.
Striae terjadi akibat peregangan jaringan karena obesitas atau kehamilan. Adanya
lubang buatan menunjukkan adanya daerah drainase yang terjadi akibat pembedahan
atau ostomi. Jaringan parut yang menunjukkan trauma atau pembedahan di masa
lampau yang menimbulkan perubahan permanen pada anatomi organ di bawahnya.
Memar dapat mengindikasikan cedera kecelakaan, penganiayaan fisik, atau jenis
gangguan perdarahan. Tanyakan apakah klien melakukan injeksi sendiri (mis. Heparin
atau insulin). hasil yang tidak diharapkan mencakup perubahan warna seperti ikterik
atau sianosis. Tampilan regangan mengkilat mengindikasikan adanya asites.
2. Umbikulus
Posisi, bentuk, warna, dan tanda inflamasi, rabas, atau massa yang menonjol harus
diperhatikan. Normalnya umblikus datar atau cekung hemisfer di tengah antara
prosesus sifoideus dan simfisis pubis. Warnanya sama dengan kulit sekitarnya.
Umbilikus yang menonjol ke luar biasanya menunjukkan adanya distensi. Hernia
(penonjolan organ abdomen melewati dinding otot) menyebabkan penonjolan umbilikus
ke atas. Normalnya tidak ada rabas yang ke luar dari area umbilikus.
Gas intestinal, tumor, atau cairan dalam rongga abdomen dapat menyebabkan
distensi (pembengkakan). Jika distensi bersifat menyeluruh, maka keseluruhan
abdomen akan menonjol. Kulit sering tampak tagng, seperti diregangkan di atas
abdomen. Jika gas menyebabkan distensi, panggul tidak menonjol. Tetapi, jika cairan
yang menjadi sumber masalahnya, maka panggul akan menonjol. Klien diminta miring
ke satu sisi. Tonjolan akan terbentuk pada sisi yang menggantung jika cairan
merupakan penyebab distensi. Perawat menanyakan pada klien apakah abdomen
terasa kencang. Perawat harus berhati-hati agar tidak rancau antara distensi dengan
obesitas. Pada obesitas, abdomen besar, gulungan jaringan adiposa terdapat di
sepanjang panggul dan klien tidak mengeluh sesak pada abdomen. Jika terjadi distensi
abdomen perawat dapat mengukur lingkar abdomen dengan meletakkan pita ukur di
sekeliling abdomen setinggi umbilikus. Pengukuran berurutan akan menunjukkan
adanya peningkatan atau penurunan distensi. Gunakan pena untuk menunjukkan
dimana pita ukur tersebut diletakkan.
Perawat harus mengingat bahwa pria bernapas secara abdomen dan wanita
bernapas secara kostal. Jika klien mengalami nyeri yang hebat, gerakan pernapasan
tersebut akan hilang, dan klien mengencangkan otot-otot abdomennya untuk mengatasi
nyeri ini. Pada inspeksi yang lebih cermat perawat dapat melihat gerakan peristaltik dan
pulsasi aortik dengan melihat ke arah abdomen dari samping untuk mendeteksi
gerakan. Memerlukan waktu beberapa menit untuk melihat gelombang peristaltik
tersebut. Sebaliknya, pulsasi aortik terjadi bersama setiap denyut sistole dan muncul di
garis tengah di atas umbilikus (area epigastrik).
B. Palpasi
Jika ada alasan untuk mencurigai kelainan atau nyeri di suatu daerah, palpasilah
daerah tersebut pada saat terakhir. Dengan memakai bantalan jari-jari dan tangan yang
sejajar dengan abdomen, mula-mula palpasilah tiap sektor secara perlahan-lahan
dengan lemah lembut. Seorang pasien yang tegangdapat menjadi lebih santai jika
sendi panggul dan sendi lututnya difleksikan dan hanya tumitnya yang berada pada
meja periksa. Pada tiap daerah pemeriksaan, secara perlahan-lahan tingkatkanlah
tekanan tangan yang memeriksa sampai anda puas dengan hasilnya. Jika ada merasa
perlu memeriksa lebih dalam lagi, letakkanlah tangan lainnya pada tangan yang
melakukan palpasi untuk menambah tekanan. Untuk membantu mencapai bagian
dalam abdomen, mintalah pasien untuk bernafas perlahan-lahan dan dalam-dalam.
Pada tiap ekspirasi abdomen turun, dan posisi ini dipertahankan sampai ekspirasi
berikutnya, dimana tangan dimasukkan lebih dalam lagi.
Nyeri tekan pantulan adalah suatu tanda penting untuk adanya iritasi peritoneum.
Tangan yang melakukan palpasi secara perlahan-lahan dan dengan lemah-lembut
ditekankan dalam-dalam ke dalam abdomen dan kemudian secara tiba-tiba dilepaskan.
Ketika peritoneum kembali ke posisi semula, pasien dapat menggerenyit atau berteriak.
Jikaa demikian, tanyakanlah dengan segera tempat iritasi maksimum. Kadang-kadang
letaknya jauh sekali dari jari-jari anda yang melakukan palpasi. Penarikan umbilikus
kadang-kadang dapat dipakai untuk memperlihatkan peradangan peritoneum.
Gelombang peristaltik dapat teraba dimana saja di dalam abdomen dan biasanya
menunjukkan obstruksi mekanis, baik persial maupun hampir lengkap.
Kalau timbul kecurigaan bahwa pasien menderita penyakit akut pada kandung
empedu, nyeri tekan pada kuadran kanan atas dapat memberikan petunjuk yang
bermanfaat. Tanda Murphy diperoleh dengan meletakkan tangan kiri pada iga kanan
pasien dan menyangkutkan ibu jari anda di atas margo kosta. Mintalah pasien untuk
menarik nafas dalam ketika anda berusaha menjepit kandung empedu yang sedang
meradang di antara ibu jari anda dan margo kosta. Pasien akan tersendat-sendat ketika
ia menarik nafas dalam, dan ia akan mengalami nyeri tekan kalau anda mampalpasi
kandung empedu tersebut. Demikian pula nyeri tekan dapat diperlihatkan dengan
palpasi dalam secara langsung dengan jari tangan anda ketika pasien sedang menarik
nafas dalam. Anda dapat menggetarkan hati dengan melakukan perkusi dengan
telapak tangan anda pada iga dan memperlihatkan nyeri tekan di daerah hati tersebut.
Palpasi dalam pada epigastrium biasanya menimbulkan nyeri tekan pada pasien
normal. Lobus kiri hati dapat membesar dan mencapai daerah ini, dan ditemukan
sebagai suatu massa yang teraba pada palpasi. Pankreas bersilangan dengan tulang
belakang di daerah ini, dan lambung terletak di antaranya dan jari-jari yang melakukan
palpasi.
C. Auskultasi
Banyak ahli diagnostik lebih suka melakukan auskultasi abdomen sebelum palpasi
atau perkusi aagar tidak merangsang timbulnya peristalsis. Seperti di tempat lainnya,
auskultasi memberikan informasi tentang kejadian dinamik. Sumber suara abdomen
mencakup peristalsis dan suara-suara dari struktur vaskuler atau membrana serosa.
1. Motilitas Usus
Peristalsis atau motilitas usus, merupakan fungsi normal usus halus dan usus besar.
Bising usus merupakan bunyi lintasan udara dan cairan yang diciptakan oleh peristalsis
tersebut. Aktivitas peristaltik memancarkan berbagai macam suara berdeguk dan
bergelembung ketika permukaan antara air dan udara berubah dengan adanya
gelombang kontraksi. Perubahannya adalah dalam hal intensitas, frekuensi, dan
nadanya. Intensitasnya berkaitan dengan kekuatas peristalsis, frekuensi berkaitan
dengan kecepatan gelombang, dan nada berhubungan dengan ketegangan dinding
visera yang sedang berkontraksi. Peristalsis usus halus cenderung lebih sering daan
bernada lebih tinggi ketimbang gemuruh panjang kolon yang bernada rendah.
Dengarkanlah tiap kuadran dengan diafragma stetoskop anda sampai selama satu
menit penuh sebelum menarik kesimpulan. Usus normal yang sedang berisitirahat
menimbulkan beberapa suara berdeguk sampai letupan yang lembut per menit. Setelah
makan, biasanya ditemukan suara yang nyaring, berdeguk, berderu, setiap beberapa
detik.
2. Bunyi Vaskuler
Bising abdomen mungkin sulit dibedakan dengan desiran (murmur) jantung yang
dihantarkan ke sana. Dengan cermat palpasilah aspeks jantung atau arteri karotis
sementara mendengarkan di atas abdomen. Desiran yang dihantarkan akan sinkron
dengan impuls tersebut, sedangkan bising setempat akan timbul beberapa waktu
kemudian.
3. Derum Vena
Derum vena yang kontinu, lemah, bernada rendah, terdengar pada banyak orang
normal dan agaknya berasal dari vena kava dan percabangannya. Vena umbilikal yang
mengalami rekanulisasi karena hipertensi portal juga akan menimbulkan bunyi deruman,
seperti juga pada hemangioma intra abdomen yang berukuran besar.
Stetoskop dapat pula dipakai untuk palpasi. Pasien yang gelisah atau pura-pura
sakit mengetahui bahwa alat ini dipakai untuk pemeriksaan auskultasi. Ia tidak
menyangka bahwa anda dapat melakukan palpasi dengan stetoskop. Dengan hati-hati
letakkanlah bel stetoskop dengan perlahan-lahan dan kontinu tekanlah ke dinding
abdomen. Daerah yang sangat nyeri kalau ditekan dengan jari tangan anda mungkin
akan mentolerir eksplorasi yang sangat dalam dengan cara ini.
D. PERKUSI
Tekniknya sama seperti perkusi thoraks. Jari pasif yang diletakkan dengan hati-hati
di abdomen diketuk oleh jari pleksor dengan ketukan stakato, dan bunyi serta
resistensinya diperhatikan.
Jika tepi hati telah teraba di hipokondrium kanan, anda harus menentukan
apakah ia benar-benar membesar atau hanya terdorong ke bawah. Lakukanlah perkusi
pada paru-paru anterior yang resonan dan bergeraklah ke bawah sampai pekak hati
menunjukkan batas atas. Lebarnya berbeda-beda dari pasien ke pasien, tetapi ukuran
yang melebihi 12 cm mungkin abnormal. Perkusi di daerah epigastrium dan
hipokondrium kiri menimbulkan bunyi timpani karena adanya gelembung gas di dalam
lambung.
1. ORGAN DAN MASSA
2. UKURAN HATI
Dengan posisi klien duduk atau berdiri tegak, perawat menggunakan perkusi
langsung atau tidak langsung untuk mengkaji adanya inflamasi ginjal. Dengan
permukaan ulnar kepalan yang tertutup sebagian, perawat memperkusi bagian
posterior sudut kostovertebra di garis skapula. Jika ginjal meradang, klien akan
merasakan nyeri tekan selama perkusi
D. Penemuan-Penemuan Lazim
Inspeksi
Palpasi
Nyeri tekan setempat atau umum harus dibedakan. Pasien yang mengalami nyeri
tekan dapat menegangkan otot-otot perutnya secara volunter atau involunter.
Penegangan otot-otot perut yang terjadi secara volunter dapat diatasi dengan
mengalihkan perhatian pasien, sedangkan defense musculare yang sejati atau rigiditas
tidak berada di bawah kendali kesadaran. Abdomen yang benar-benar kaku
menunjukkan peradangan peritoneum di bawahnya, yang secara refleks menyebabkan
spasme pada otot- otot abdomen. Dalam keadaan seperti itu, daerah yang sakit akan
teraba seperti kayu atau papan. Pada keadaan ini, penarikan umbilikus dapat
membantu menentukan adanya peritonitis, karena akan timbul nyeri tekan yang jelas.
Ini adalah daerah di mana peritoneum melekat pada kulit tanpa dihalangi oleh otot.
Nyeri tekan pantulan adalah tanda penting peradangan peritoneum yang biasanya
menyertai defense musculare sejati dan rigiditas. Jangan kacaukan dengan varian
normal. Palpasi dalam epigastrium biasanya menimbulkan tekan pada orang normal,
demikian pula da palpasi aorta dan daerah hipogastrium pada banyak wanita. Ingatlah
bahwa lobus kiri hati normal dapat mencapai epigastrium dan menjadi massa yang
dapat dipalpasi.
Perkusi
Auskultasi
Pada obstruksi usus parsial, usus bagian proksimal harus membangkitkan
tekanan yang tinggi dan kontraksi yang kuat untuk mendorong bahan-bahan melalui
lumen yang sudah menyempit. BUnyi usus mula-mula bernada tinggi dan lama.
Terdengar gerakan peristaltik yang kuat. Ini terjadi pada setiap keadaan hipermotilitas.
Meskipun demikian, kalau disebabkan oleh obstruksi, ia biasanya disertai oleh nyeri.
Friction rub - suara gesekan yang terdengar ketika permukaan peritoneum saling
bergesekan selama gerakan pernafasan - dapat dijumpai pada beberapa proses
peradangan dan penyakit tumor. Penemuan ini sering paling menonjol di daerah hati
atau limpa.
Asites
Ini ditandai oleh distensi pinggang yang merata, dan pada perkusi ditemukan pekak di
bagian lateral dengan resonansi di daerah umbilikus kalau pasiennya telentang. Ada
pekak alih dan pemeriksaan gelombang cairan memberikan hasil positif. Nyeri tekan
hanya timbul kalau distensinya menyolok atau perito- neumnya meradang.
Vomitus, tidak adanya gerakan usus, dan flatus menyertai nyeri kram intermiten yang
timbul pada permulaan obstruksi. Gejala-gejala ini segera diikuti oleh distensi dan bunyi
usus obstruktif hiperaktif. Akhirnya, nyeri tekan progresif, distensi, dan tidak adanya
bunyi usus lebih menonjol. Ileus refleks dimulai dengan distensi, nyeri tekan yang
menyeluruh, dan nyeri, tetapi tidak ada nyeri kram dan hiperperistalsis.
Peritonitis
Nyeri tekan difus, distensi, nyeri pantulan, dan defense musculare khas di temukan
pada peritonitis. Penyakit ini terjadi secara akut, dan pasiennya tidak mau diperiksa
karena akan timbul perasaan yang tidak enak.
5. Pemeriksaan Ekstremitas
Pemeriksaan Ekstremitas ini dibagi menjadi beberapa bagian antara lain adalah :
Pemeriksaan Dasar
Mulailah memeriksa denyut secara formal dengan meraba denyut A. radialis
dan ulnaris. Kalau perlu dapat digunakan teknik khusus untuk menilai keadaan
tiap arteri tersebut.
Kemudian, periksalahpanjang dan kontur jari. Setelah meneliti panjang dan
konfigurasi umum jari-jari, dengan cermatperiksalah anatomi kuku dan daerah
sekitarnya. Berikan perhatian khusus pada kulit dan jaringan subkutan ujung jari.
Anatomi kuku dan sekitarnya memberikan banyak petunjuk klinis.perhatikan
bahwa kuku membentk sudut dengan kulit palung kuku. Sudut biasanya tidak
melebihi 160 derajat. Periksalah telapak tangan dan lipatan palmaris.
Palpasilah sendi dan berusahalah meraba bagian-bagian kecil tendodan
anatomi tulang. Pemeriksaan seluruh sendi, yang mencakup rentang
pergerakan aktif dan pasif, dapat diselesaikan dengan cepatdalam waktu 1-2
menit. Gerakanlah jari secara serentak atau bergantian untuk memeriksa
rentang pergerakan aktif dan pasif.
Inspeksilah otot-otot interoseus dan kelompok otot thenar telapak tangan.
Kekuatan menggenggam dapat dinilai dengan menyuruh pasien menggenggam
dengan kuat dua jari anda. Kemudian berusahalah menarik jari-jari tersebut dari
genggamannya.
Tes Tinnel terdiri trdiri dari hiperekstensipergelangan tangan dan perkusi
ringan di atas nervus medianus di pergelangan tangan. Pasien dengan sindrom
carpal tunnel seringkali merasa nyeri di daerah didtribusi nervus medianus bila
dilakukan salah satu tes tersebut diatas.
Telapak Tangan
Eritema palmaris disebabkan oleh beberapa keadaan yang tidak berkaitan.
Ia terlihat sebagai daerah yang lebih merah tua, paling jelas pada tumit tangan
dan menyebar ke lateral,ke daerah thenar dan hipo thenar. Sebab-sebab yang
sering adalah sirosis, kehamilan, dan penyakit katup jantung.
Triradius Aksial
Ikal radial jarang terlihat pada jari keempat atau kelima orang normal tetapi
sangat sering di temukan pada penderita sindrom down. Lengkungan ulner pada 10 jari
hanya di jumpai pada 4% orang normal, tetapi pada 33% penderita sindrom down.
Pada penyakit ini, sudut a-t-d nya juga sangat lebar, dan mungkin hanya ada satu
lipatan palmar transversal, yang disebut lipatan simian.
Daerah Femoralis:
1. Mulailah dengan melihat daerah tersebut, pada kedua sisi lipatan paha mulai dari
daerah pangkal paha. Melihat setiap pembengkakan yang mungkin ditemukan, hal ini
sering ditemukan pada kondisi limfadenopati femoralis atau hernia femoralis.
2. Palpasi daerah femoralis, dengan hati-hati meraba pulsasi arteri femoralis serta
meraba nodus limfatikus inguinal / femoralis (nodus yang mengelilingi arteri dan vena
femoral sampai diameter 1 cm dianggap non-patologis). Jika pemeriksa meraba
kelenjar getah bening, perhatikan apakah teraba keras atau lembut, terfiksasi atau
mobile bebas (nodus yang terfixasi dan keras lebih memberikan kemungkinan kelainan
patologis yang berbahaya).
Regio Poplitea:
1. Pindahkan pemeriksaan ke arah lutut dengan lutut sedikit ditekuk.
2. Letakkan tangan pemeriksa di sekitar lutut dan mendorong ujung jari pemeriksa ke
dalam fossa poplitea untuk merasakan denyut arteri poplitea. Catatan pemeriksaan
apakah teraba hanya berdenyut (normal) atau teraba membesar yang sering
disebabkan oleh aneurisma (jarang dijumpai). Arteri ini ditutupi oleh banyak jaringan
dan bisa sulit untuk mengidentifikasi, sehingga pemeriksa mungkin perlu untuk
menekan cukup dalam. Namun mungkin tidak teraba, sehingga pemeriksa dapat
mengidentifikasi pulsasi arteri lain yang lebih distal (lihat di bawah).
Gambar Palpasi Regio Poplitea
Gambar Sellulitis
2. Pembengkakan pada kaki: Jika ada, apakah simetris? Lokasi pembengkakan
(yaitu pergelangan kaki, betis, lutut dll)?
Gambar Onychomycosis
4. Kulit: adakah gambaran penampakan kelainan kulit yang jelas? Mengkilap, berbulu
sedikit (dilihat kemungkinan adanya insufisiensi arteri)? Melebar atau gambaran varises?
Ulserasi kulit dapat terjadi baik pada penyakit vena atau arteri.
5. Bagian bawah kaki dan di antara jari kaki: Ini adalah daerah yang sering
bermasalah, terutama pada pasien dengan diabetes sebagai akibat dari gangguan
sensorik, insufisiensi arteri, atau keduanya.
8. Perhatikan karakter setiap daerah yang bengkak (edema): Apakah terasa penuh
cairan edemanya? Apakah ada massa yang solid (jarang)? Apakah ada fluktuasi yang
terfokus, seperti yang terjadi pada abses?
Pemeriksaan kulit ekstremitas bawah
Edema kaki kanan. Tampak hilangnya batas Malleolous dan terkumpulnya cairan
di Extensor Tendons di atas kaki
5. Capilery Refill: tekan ujung ibu jari atau kuku sampai terjadi perubahan warna
menjadi putih. Kemudian lepaskan dan perhatikan berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk kembali menjadi warna merah. Hal ini merefleksikan aliran darah ke distal dari
ekstremitas bawah. Jika lebih dari 2-3 detik dianggap abnormal dan dicurigai adanya
insufisiensi arteri. Capilary Refill juga memanjang pada kondisi hipovolemia, seperti
penurunan volume darah yang menyebabkan perfusi ke ekstremitas berkurang
karena tubuh lebih mengutamkan organ vital yang lebih penting.
6. Perubahan warna kulit akibat insufisiensi vena jika ditekan akan membutuhkan lebih
dari beberapa detik untuk kembali berwarna kebiruan. Daerah kulit yang mengalami
infeksi seperti selulitis, jika ditekan akan dengan cepat kembali ke warna merah cerah.
7. Nyeri: kulit yang mengalami selulitis, bila disentuh tampak lembut. Pada kondisi
penyakit tertentu (diabetes khususnya) menyebabkan neuropati perifer yang
merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya kerusakan kulit dan infeksi. Hal ini
disebabkan karena mereka memiliki sensasi abnormal pada ekstremitas distal mereka.
Dalam kasus ini, maka, infeksi dapat terjadi tanpa adanya rasa sakit.
Gambar Paronychia: Infeksi pada kulit di ujung kuku.
8. Perhatikan karakter setiap daerah yang bengkak (edema): Apakah terasa penuh
cairan edemanya? Apakah ada massa yang solid (jarang)? Apakah ada fluktuasi yang
terfokus, seperti yang terjadi pada abses?
1. Arteri dorsalis Pedis: Terletak hanya lateral tendon ekstensor jempol kaki, yang
dapat diidentifikasi dengan meminta pasien untuk melenturkan kaki mereka sementara
pemeriksa memberikan perlawanan terhadap gerakan ini. Penekanan yang lembut
dengan ujung jari 2, 3 dan 4 ke daerah yang berdekatan dengan tendon dan mencoba
untuk merasakan denyut nadi. Jika pemeriksa tidak dapat merasakannya, coba pindah
tangan pemeriksa ke proksimal / distal atau lebih lateral dan ulangi.
2. Arteri tibialis Posterior: Terletak tepat di belakang malleolous medial. Hal ini dapat
diraba dengan memegang tumit pasien di tangan pemeriksa dan dengan jari-jari
pemeriksa meraba daerah sekitar malleolus medial sehingga dapat meraba pulsasi
arteri tibialis posterior di daerah yang tepat. Atau, pemeriksa dapat meraba pulsasi dari
atas malleolous medial.
Lokasi Posterior tibialis Arteri
Gambar-gambar di bawah ini menunjukkan lokasi arteri tibialis posterior dalam
kaitannya dengan struktur sekitarnya (anatomi permukaan di sebelah kiri, anatomi di
sebelah kanan).
3. Jika ada edema, pemeriksa harus menekan lebih dalam untuk dapat meraba
pulsasi arteri.
4. Jika pemeriksa tidak dapat meraba denyut nadi, dapat menggunakan alat Doppler
untuk mendeteksi pulsasi arteri.
5. Pada pemeriksaan pulsasi dinilai pada skala mulai dari 0 (tidak teraba) sampai 2+
(normal). Seperti pada edema, skala ini sangat subjektif.
6. Pemeriksaan Genitalia
Nyeri di lipat paha,penis, atau testis dapat berasal dari tempat tersebut atau
merupakan nyeri alih (dari tempat yang jauh letaknya)
Nyeri lipat paha yang terjadi secara tiba-tiba segera menyarankan adanya hernia.
Seringkali, nyeri tina-tiba tersebut terjadi karena keteganggan otot. Nyeri hernia dapat
berkembang secara berangsur-angsur. Nyeri yang diikuti oleh pembengkakkan
intermiten hamper dapat menegakkan diagnosis tanpa pemeriksaan.
Nyeri skortum atau testis dapat disebabkan oleh peradangan atau penyebab mekanik.
Pada orang dewasa, parotitis mempunyai kecenderungan untuk menyerang satu testis
sehingga timbulpembengkakan dan nyeri.
Nyeri skortum hebat yang terjadi secara tiba-tiba biasanya ada riwayat episode-
episode sebelumnya yang mereda secara spontan. Pada keadaan ini testis memutar
sekitar tangkai vaskularnya, sehingga menganggu akran balik vena dan aliran darah
arterial.
Priapisme adalah ereksi yang terus menerus dan biasanya disertai oleh nyeri.hal ini
dapat ditemukan penyakit medulla spinalis,leukemia mielogen kronik, thrombosis
korpora kavernosa karena sebab apapun,dan kadang kadang prostatitis.
Inpeksi dapat mengarah pada diagnosis bebrapa keluahan. Luka pada penis tanpa
nyeri mengarah pada sifilis. Bila terdapat ulserasi yang nyeridan penbengkakan nodus
inguinalis, diagnosisnya lebih mengarah ke chancroid dan limfogranuloma
inguinale.pada pria yang lebih tua, harus dicurigai adanya karsinoma epidermal.
Vesikel yang nyeri dan berkusta pada erosi kulit yang berkelompok menyarankan
suatu infeksi dengan virus herpes.
Pemeriksaan Genetalia Pada Laki-Laki
Posisi pada klien dan pemeriksaan paling penting dalam bagian pemeriksaan ini.
Bila mungkin pemeriksaan ini dilakukan pada pasien dalam posisi berdiri. Tetapi
tekniknya dapat berubah pada pemeriksaan pasien yang harus berbarig di tempat tidur.
Jelaskanlah tiap-tiap prosedur pemeriksaan dan berilah instruksi sebelum memulai
pemeriksan.
Muka pemeriksa di depan pasien, tetapi posisinya tepat di samping pasien, tidak
berhadap-hadapan muka.ujung kaki pemeriksa berada tepat lateral kaki pasien yang
sama (kanan atau kiri).kedua kaki pasien sebaknya terentang sejauh 45 cm. siapkan
sarung tangan, pelumas,dan alat pemeriksa darah samar (stool guaiac card) di tempat
yang mudah dijangkau.
Sifat suatu benjolan di dalam skortum biasanya dapat didiagnosis dengan cukup
tepat dengan pemeriksaan fisik. Mula-mula, tentukanlah pastikan dulu benjolan itu
apakah berasal dari skortum atau berasal dari bagian tubuh yang lebih atas turun ke
skortum. Cobalah memegang puncak benjolan tersebut pada pangkal skortum . anda
tidak dapat memegang puncak hernia.
Kelenjar prstat yang berukuran kecil sampai masa pubertas, sedikit banyak
membesar pada waktu dewasa. Konsistensinya yang normal adalah seperti karet
pengapus. Gerakan jari anda sebanyak 360 derajat. Tanyakanlah pada pasien apakah
is merasa nyeri ketika anda meraba struktur-struktur di daerah lateral, anterior, dan
posterior.periksalah adanya darah samar pada tinja yang ada di sarung tangan
anda.Berikanlah kertas tissue pada pasien anda, dan mintalah pasien untuk berpakaian
kembali. Jelaskanlah penemuan-penemuan anda dan tanyakanlah hal-hal yang
berkaitan ketika anda memeriksa darah samar dan melepaskan sarung tangan anda.
Pada Pria :
1) Inspeksi
b) Inspeksi kulit, ukuran, dan adanya kelainan lain yang tampak pada penis.
c) Pada pria yang tidak dikhitan, pegang penis dan buka kulup penis, amati lubang
uretra dan kepala penis untuk mengetahui adanya ulkus, jaringan parut, benjolan,
peradangan, dan rabas ( bila pasien malu,penis dapat dibuka oleh pasien sendiri ).
Lubang uretra normalnya terletak di tengah kepala penis. Pada beberapa kelainan
lubang uretra ada yang terletak di bawah batang penis ( hipospadia ) dan ada yang
terletak di atas batang penis ( epispadia )
d) Inspeksi skotrum dan perhatikan bila ada tanda kemerahan, bengkak, ulkus,
eksoriasi, atau nodular. Angkat skrotrum dan amati area di belakang skrotrum.
2) Palpasi
a) Lakukan palpasi penis untuk mengetahui adanya nyeri tekan, benjolan , dan
kemungkinan adanya cairan kental yang keluar.
b) Palpasi stroktum dan testis dengan menggunakan jempol dan tiga jari pertama.
Palpasi tiap testis dan perhatikan ukuran, konstitensi, bentuk, dan kelicinannya. Testis
normalnya teraba elastis, licin, tidak ada benjolan atau massa, dan berukuran sekitar 2-
4 cm.
d) Palpasi saluran sperma dengan jempol dan jari telunjuk. Saluran sperma biasanya
ditemukan pada puncak bagian lateral skrotum dan teraba lebih keras daripada
epidedimis.
PENIS
Inspeksi:
- Lihat adanya kelainan kulit preputium, tanda radang, perubahan warna.
- Bila belum dilakukan circumcisi pemeriksaan penis didahului dari lubang preputium,
lubang yang terlalu sempit dinamakan phymosis yang mengakibatkan preputium tidak
bisa diretraksi, penumpukan smegma, balanitis, ISK, keganasan.
- Glans penis dinilai mulai dari OUE, lihat produk yg keluar dari OUE (urin, sperma,
nanah, darah, batu, udara, feces), ukuran OUE yang terlalu kecil bisa karena meatal
stenosis, letak OUE di ventral (hipospadia) tidak boleh dilakukan circumcisi, letak OUE
di dorsal (epispadia).
- Batang penis diperiksa sisi dorsal (corpos cavernosus & AV dorsalis), sisi ventral
(corpus spongiosus yang berisi urethra) dilihat tanda radang, perubahan warna kulit,
fistel.
Preputium
Palpasi penis
- Karsinoma
Tiap keradangan atau tumor yang berasal dari : skrotum, vulva, anus, tungkai.
2. SCROTUM
Inspeksi dari skrotum
Testis kiri biasanya tergantung lebih rendah dari pada testis kanan.
Penyebab-penyebab pembengkakan Skrotum :
Struktur : Patologi :
- Dinding Skrotum - Edema pada penyakit-penyakit hati, ginjal, kegagalan jantung,
idiopatik
- Hematoma, ekstravasasi urin
- Tunika vaginalis - Hidrokel
- Testis - Tumor, torsi, radang
- Epididimis - Epididimitis, TBC, Tumor (jinak)
- Funikulus spermatikus - Hernia, Varikokel
Palpasi Skrotum dan isinya
Pemeriksaan dilakukan dalam posisi penderita telentang dan berdiri untuk
memperoleh informasi tambahan.
Misalnya :
Varikokel yang tidak mengecil pada penderita dalam posisi telentang,
mencurigakan adanya obstruksi pada vena renalis.
3. Funikulus
Setelah lampu
dinyalakan tampak
transiluminasi positif
Hidrokel dan spermatokel
- Spermatokel
- Hernia
- Tumor testis
Varikokel :
Hematokel :
Terjadi Akumulasi darah di dalam tunika vaginalis, akibat :
- Trauma pada skrotum
Kadang-kadang dapat diraba testis (normal dan tak nyeri) di samping epididimis yang
nyeri tadi.
Spesifik (tuberkulosis) :
- Biasanya tak nyeri (kecuali akut)
Gejala :
- Testis yang bersangkutan terangkat ke atas (Derming sign)
- Nyeri dan pembengkakan seringkali sangat hebat sehingga isi skrotum tidak dapat
diraba dan dipisah-pisahkan
- Beri pelicin pada anus dengan jari telunjuk yang bersarung tangan.
- Penilaian bulbocavernosus reflek dengan cara setelah jari telunjuk tangan kanan
masuk dalam rectum, tangan kiri menekan glans penis. Menilai kontraksi
4. Ukuran prostat :
Grade 1 : sulcus medianus cekung, pole atas mudah teraba
Grade 2 : Sulcus medianus mendatar, pole atas mudah teraba
Grade 3 : Sulcus medianus cembung, pole atas sulit teraba (masih bisa dicapai)
Grade 4 : sulcus medianus cembung, pole atas tidak dapat teraba
4. Prostatitis tuberkulosa
5. Prostatitis granulomatosa
6. Infark prostat
7. Batu-batu prostat
Riwayat penyakit yang lengkap untuk setiap wanita harus mencakup umur pada
waktu terjadinya menarke, keteteraturan haid dan interval di antara haid. Taksiran yang
sangat kasar tentang jumlah haid dapat dilakukan dengan menghitung jumlah
pembalut yang diperlukan. Perhatikanlah ada atau tidak kram dan polanya - dismenore.
Koitus yang nyeri, dispareunia disebabkan oleh banyak factor. Uretritis biasanya
menyebabkan keluhan ini. Selama koitus, jarngan meradang tersebut mengalami
trauma ketika bergesekan dengan simfisis. Kadang-kadang ini diikuti dengan dengan
disuria dan sering buang air kecil yang disertai dengan tanda-tanda sistitis.
Nyeri yang disertai dengan gatal-gatal pada vagina mengarah pada vaginitis- paling
sering disebabkan oleh infeksi monilia. Periksalah kemungkinan diabetes pada keluhan
ini. Keluhan disfungsi paling sering berkaitan dengan kehamilah atau kemandulan.
Amenore primer berati tidak pernah mengalami haid. Pada kasus ini perhatikan
pula riwayat keluarga. Seoran gadis yang telah berumur 18 tahun belum mendapatkan
haid mugkaintidak abnormal jika hal ini juga ditemukan pada ibu dan neneknya.
Amenore primer yang sejati pada salah satu bagia tubuh sumbu hiptalamus-hipofisis-
ovarium-uterus.
Bercak pendarahan yang ditemukan diantara dua periode haid dan pendarahan post
coital harus di perhatikan paling sering disebabkan oleh breakthrough bleeding pada
prang minum pil anti hamil. Jika tidak sedang minum pil anti hamil, keadaan ini
biasanya disebabkan oleh kelainan uterus—fibroid, karsinoma endometrium,
tertahannya hasil konsepsi dan sebagaiannya.
Pengeluaran secret dan bau busuk mengarah kepada infeksi. Secret yang berubah
warna secara berati biasanya disebabkan oleh trichomonas, monilia, atau gonore.
Sekarang gerakkanlah jari jari anda ke salah satu sisi serviks dan tangan lainnya
ke sisi yang sama di abdomen untuk meraba ovarium secara bimanual..lengkapilah
pemeriksaan dengan palpasi rektovaginal. Gantilah sarung tangan dan masukanlah jari
telunjuk ke vagina dan jari tengah ke dalam rectum. Dengan cara ini kamtong douglas
dan semua kelainan sering menjalar ke kantong ini terletak di antara jari-jari tangan
anda pemeriksaan ini dibantu dengan palpasi abdominal.
Untuk mengetahui apakah klien mempunyai masalah dengan genetalia (alat vital) baik
intern/ekstern.
1. Inspeksi
2. Palpasi
Pada Wanita
Pengkajian alat kelamin wanita bagian luar dan bagian dalam.
Persiapan sebelum pemeriksaan
1) Menyiapakan alat yang digunakan:
a) Lampu yang dapat diatur pencahayaanya
b) Handscone atau sarung tangan
c) Meja pemeriksaan dengan sanggurdi, baskom, spatula plastic.
2) Menyiapkan tempat yang nyaman sehingga dapat menjaga privasi klien.
3) Hal yang harus diperhatikan:
a) Pengkajian dilakukan sesuai kebutuhan dengan tetap menjga kesopanan dan harga
diri klien dan perawat.
b) Perawat meminta klien untuk berkemih sebelum pemeriksaan.
c) Bantu pasien melakukan posisi litotomi di tempat tidur atau meja periksa untuk
pengkajian genital eksternal.
d) Meminta ijin pada klien jika melakukan pengkajian.
e) Perawat harus dapt memeberi penjelasan kepada klien tentang tujuan pengkajian
sehingga klien dapat diajak bekerja sama dan tidak merasa malu.
f) Menjaga privasi klien.
b) Anjurkan pasien membuka celana, Bantu mengatur posisi litotomi, dan selimuti bagian
yang tidak diamati.
c) Mulai dengan mengamati rambut pubis, perhatikan distribusi dan jumlahnya, dan
bandingkan sesuai usia perkembangan pasien.
d) Amati kulit dan area pubi, perhatikan adana lesi, eritema, fisura, leukoplakia, dan
ekskorasi.
e) Buka labuia minora, klitoris, dan amati bagian dalam labia mayora, labia minora,klitoris,
dan meatus uretra. Perhatikan setiap ada pembengkakan, ulkus, rabas atau nodular.
2. Pengkajian alat kelamin bagian dalam
a) Atur posisi pasien secara tepat dan pakai sarung tangan steril.
b) Lumasi jari telunjuk Anda dengan air steril, masukkan ke dalam vagina, dan identifikasi
kelunakan serta permukaan serviks. Tindakan ini bermanfaat untuk mempergunakan
dan memilih speculum yang tepat. Keluarkan jari bila sudah selesai.
c) Siapkan speculum dengan ukuran dan bentuk ang sesuai dan lumasi dengan air hangat
terutama bila akan mengambil specimen.
d) Letakkan dua jari pada pintu vagina dan tekankan ke bawah kea rah perianal.
e) Yakinkan bahwa tidak ada rambut pubis pada pintu vagina dan masukkan speculum
dengan sudut 45° dan hati-hati dengan menggunakan tangan yang satunya sehingga
tida menjepit rambut pubis atau labia.
f) Bila spekulum sudah berada di vagina, keluarkan dua jari Anda, dan putar speculum
kea rah posisi horizontal dan pertahankan penekanan pada sisi bawah / posterior.
g) Buka bilah speculum, letakkan pada serviks dan kunci bilah sehingga tetap membuka.
h) Bila serviks sudah terlihat, atur lampu untuk memperjelas penglihatan dan amati ukuran,
laserisasi, erosi, nodular, massa, rabas, dan warna serviks . Normalnya bentuk serviks
melingkar atau oval pada nulipara, sedangkan pada para membentuk celah.
i) Bila diperlukan specimen sitologi, ambil dengan cara usapan menggunakan aplikator
dari kapas.
j) Bila sudah selesai, kendurkan sekrup speculum, tutup speculum, dan tarik keluar
secara perlahan-lahan.
k) Lakuakan palpasi secara bimanual bila diperlukan dengan cara memakai sarung tangan
steril, melumasi jari telunjuk dan jari tengah, kemudian memasukkan jari tersebut ke
lobang vagina dengan penekanan ke arah posterior, dan meraba dinding vagina untuk
mengetahui adanya nyeri tekan dan nodular.
l) Palpasi serviks dengan dua jari anda dan perhatikan posisi, ukuran, konsistensi,
regularitas, mobilitas, dan neri tekan. Normalnya serviks dapat digerakkan tanpa terasa
nteri.
m) Palpasi uterus dengan cara jari-jari tangan yang ada dalam vagina menghadap ke atas.
Tangan yang ada diluar letakkan di abdomen dan tekankan ke bawah. Palpasi uterus
untuk mengetahui ukuran, bentuk, konsistensi, dan mobilitasnya.
n) Palpasi ovarium dengan cara menggeser dua jari yang ada dalam vagina ke formiks
lateral kanan. Tangan yang ada di abdomen tekankan ke bawah kea rah kuadran kanan
bawah. Palpasi ovarium kanan untuk mengetahui ukuran, mobilitas, bentuk, konsistensi,
dan nyeri tekan ( normalnya tidak teraba) ulangi untuk ovarium sebelahnya.
Inspeksi rectum :
a) Kulit perianal utuh, tidak ada benjolan, ruam/inflamasi
b) Warna lebih gelap dari jaringan sekitar
c) Spngter anus memiliki tonus otot yang baik
d) Dinding fectum licin dan tidak nyeri
e) Kelenjar prostate(pria): tidak nyeri, ukuran 2,5-4cm
f) Serviks (wanita): tidak nyeri, licin, ukuran 2-3 cm
g) Terdapat luka/inflamasi
h) Spingter anus melemah ( masalah neurology)
i) Dinding rectum nyeri tekan, terdapat polip / massa / nodul
j) Palpasi prostate: membesar, nyeri
k) Palpasi serviks: membesar, terasa nyeri, terdapat massa/nodul
Hal – hal yang harus diperhatikan pada Genetalia:
a. Pengkajian dilakukan sesuai dengan kebutuhan dengan tetap menjaga kesopanan dan
harga diri klien dan perawat.
b. Perawat meminta klien untuk berkemih sebelum pemeriksaan di mulai.
c. Bantu pasien untuk melakukan posisi litotomi di tempat tidur atau di meja periksa untuk
pengkajian genitalia eksternal.
d. Meminta ijin padaklien jika mau melakukan pengkajian.
e. Menjaga privasi klien.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari
seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis
penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan
pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan
perawatan pasien.Pemeriksaan dilakukan untuk kebutuhan klien.
Pengkajian lebih lanjut dilakukan dengan menyentuh tubuh klien dan biasanya
digunakan bersamaan dengan inspeksi.
7. Auskultasi
Perkusi dilakukan untuk mengetahui bentuk, lokasi dan densitas struktur yang
ada dibawah permukaan kulit. Perkusi dapat memverivikasi data yang telahdidapat
melalui foto rontgen, atau pengkajian melalui palpasi dan auskultasi
.
PEMERIKSAAN TINGKAT KESADARAN SECARA KUALITATIF
a. COMPOS MENTIS
Yaitu sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya.
klien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik.
b. APATIS
Keadaan di mana klien tampak segan dan acuk tak acuh terhadap
lingkungannya.
c. DELIRIUM
Yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus tidur bangun
yang terganggu. Klien tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi dan meronta-
ronta.
d. SOMNOLEN (Letergia, Obtundasi, Hipersomnia)
Yaitu keadaan mengantuk yang masih dapat pulih bila dirangsang, tetapi bila
rangsang berhenti, klien akan tertidur kembali.
e. SOPOR (Stupor)
Keadaan mengantuk yang dalam, Klien masih dapat dibangunkan dengan
rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi klien tidak terbangun
sempurna dan tidak dapat memberikan jawaban verbal yang baik.
f. SEMI-KOMA (koma ringan)
Yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan respons terhadap rangsang
verbal, dan tidak dapat dibangunkan sama sekali, tetapi refleks (kornea, pupil)
masih baik.
g. KOMA
Yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan spontan dan
tidak ada respons terhadap rangsang nyeri.
Mata
Mata mengandung lebih banyak informasi diagnostik dari pada organ-organ lain
yang ada untuk diagnosis fisik. Vaskularisasinya saja memungkinan diagnosis anemia,
diabetes, hipertensi, keadaan hiperviskositas, dan arteritis. Kelainan endokrin seperti
hipo- atau hipertiroidisme dapat juga diduga melalui penemuan-penemuan pada mata.
Neurooftalmologi cukup rumit sehingga memerlukan ketekunan sepanjang karier klinis.
Telinga
Adakah riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik, terpajan bising,
pemakaian obat ototoksik sebelumnya atau pernah menderita penyakit infeksi virus
seperti parotitis, influensa berat dan meningitis. Apakah gangguan pendengaran ini
diderita sejak bayi sehingga terdapat juga gangguan bicara dan komunikasi. Pada
orang dewasa tua perlu ditanyakan apakah gangguan ini lebih terasa ditempat yang
bising atau ditempat yang lebih tenang.
Vertigo adalah semacam pusing yang khusus. Pasien dengan vertigo sejati
melukiskan perasaan bahwa kamar beputar di sekitarnya. Banyak kelainan
menyebabkan fenomena iritatif pada mekanisme labirin ini.
Otoskop adalah suatu sumber cahaya biasa yang dilekatkan pada spekulum
yang mempunyai kaca pembesar. Tersedia spekulum yang mempunyai kaca pembesar.
Tersedia spekulum dengan berbagai ukuran untuk dipakai pada anak anak dan orang
dewasa. Tutup yang dapat dibuang mencegah terjadinya kontaminasi silang.
Kebanyakan alat juga diperlengkapi untuk pemasangan pipa karet dan pompanya untuk
insulfasi udara.
Nyeri di dalam mulut sering terjadi dan tidak mengherankan kalau mengingat
berbagai macam bahan makan, cairan dan gas yang memasuki mulut. Sakit gigi
merupakan nyeri mulut yang paling sering terjadi dan biasanya mempunyai etiologi
yang jelas. Nyeri rahang atau gigi dapat merupakan nyeri alih, seperti pada infark
miokard. Sakit tenggorokan harus dibedakan dari nyeri kalau menelan. Yang pertama
biasanya berarti infeksi, sedangkan yang kedua berkaitan dengan gangguan mekanis.
Tentu saja, sakit tenggorokan berat menyebabkan nyeri kalau menelan. Makanan padat
sering menimbulkan kesulitan yang lebih besar daripada makanan cair.
Halitosis, nafas yang berbau busuk, dapat berasal dari farings sampai saluran
nafas bagian bawah. Biasanya disebabkan oleh karies gigi atau peyakit gusi dan higien
yang buruk. Bau manis dan apak pada penyakit hati yang berat, fetor hepatikus, bau
metalik pada uremia, dan bau busuk pada abses paru paru mungkin disampaikan
secara khusus oleh pasien atau dokter pemeriksa.
Leukoplakia adalah bercak ercak lesi putih yang ditemukan pada mukosa mulut.
Biasanya disebabkan oleh iritasi kronus, dan warna putih tersebut merupakan akibat
gangguan pada keratinisasi. Lesi ini mungkin pra maligna. Ia harus dibedakan dari
stomatitis Candida atau thrush. Pada infeksi jamur ini, bercak putih tersebut dapat
diangkat dan dilepaskan.
Pemeriksaan Leher
Leher adalah bagian yang menghubungkan kepala dengan tubuh. Di dalam leher
terdapat saluran-saluran pernapasan dan pencernaan. Pada leher manusia, terdapat
suatu bagian yang disebut jakun. Secara anatomis, kita berurusan dengan kelenjar limfe
daerah-daerah tertentu, pembuluh darah dari dan ke kepala dan leher, esophagus,
trakea dan vertebra servikalis.
Penyakit metastatik biasanya memberi kesan keras seperti batu pada jari yang
meraba. Penyakit limfomatosa biasanya menyebabkan kelenjar limfe teraba seperti
karet. Limfoma dan kadang-kadang karsinoma, menyebabkan kelenjar limfe bersatu
karena biasanya terjadi perluasan penyakit keperikapsular.
Pemeriksaan Dada
Pemeriksaan Abdomen
1. Hati
Hati terletak di bawah diafragma dan dilindungi oleh iga-iga bawah Kubah
diafragma dimulai kira-kira pada sela iga keenam di garis midklavikula. Tepi bawahnya,
yang biasanya tipis dan halus, menonjol ke tepi bawah iga kanan. Tepi bawah hati
dengan lebar normal (8-12 cm) dapat dipalpasi pada sebagian orang normal yang
melakukan inspirasi dalam. Kandung empedu dan porta hepatikus terletak di bawah
kulit hipokondrium kanan. Limpa terletak di bagian posterior kanan di depan iga
kedelapan, ken, sembilan, dan kesepuluh. Ujung limpa sedikit dapat dipalpasi pada 5%
pasien normal yang sudah mencapai umur akademis.
2. Ginjal
Ginjal adalah organ profunda retroperitoneal di daerah pinggang, dan sering kali
tidak dapat dipalpasi. Promontorium sakrum dapat dipalpasi pada pasien ku di kutub
atas sektor hipogastrium. Aorta yang berdenyut, dengan diameter kira-kira 2 cm, dapat
teraba sebagai struktur di garis tengah. Pada pasien kurus, mungkin anda dapat
meraba promontorium sakrum selama palpasi dalam. Akhirnya, uterus dan vesika
urinaria merupakan struktur-struktur di garis tengah yang biasanya tidak dapat dipalpasi
kecuali kalau telah membesar.
4. Pankreas
Pankreas adalah suatu organ retroperitoneal yang terletak pada tulang belakang
dan dikelilingi dengan ketat oleh peritoneum. Nyeri sering menjadi manifestasi satu-
satunya pada penyakit pankreas, terutama penyakit maligna. Nyeri pankreas yang
dirasakan di bagian tengah epigastrium atau periumbilikal sering menembus ke
belakang. Pasien akan menceritakan bahwa ia menderita nyeri konstan yang memberat
kalau berbaring sehingga ia terpaksa mengambil posisi fetus untuk mengurangi nyeri
tersebut. Ketika pankreatitis akut berkembang lebih lanjut, peritoneum menjadi
meradang dan nyeri khas peritonitis menguasai gambaran klinis.
4. Limpa
Limpa adalah suatu organ yang sangat vaskuler, dapat mengalami gangguan-
gangguan vaskuler seperti infark embolik, perdarahan subkapsuler, ruptur, dan infiltrasi
leukemik. Infark menyebabkan nyeri hipokondrium kiri yang timbul secara tiba-tiba dan
berat dan sering di rasakan pula di daerah bahu kiri. Distensi akut menimbulkan rasa
nyeri, tetapi distensi kronis, seperti pada infiltrasi leukemik atau hipertensi portal, paling
banyak menimbulkan rasa berat yang berkepanjangan" di kuadran kiri atas.
Nyeri tekan pantulan adalah suatu tanda penting untuk adanya iritasi peritoneum.
Tangan yang melakukan palpasi secara perlahan-lahan dan dengan lemah-lembut
ditekankan dalam-dalam ke dalam abdomen dan kemudian secara tiba-tiba dilepaskan.
Ketika peritoneum kembali ke posisi semula, pasien dapat menggerenyit atau berteriak.
Jikaa demikian, tanyakanlah dengan segera tempat iritasi maksimum. Kadang-kadang
letaknya jauh sekali dari jari-jari anda yang melakukan palpasi. Penarikan umbilikus
kadang-kadang dapat dipakai untuk memperlihatkan peradangan peritoneum.
Pemeriksaan Ekstremitas
Priapisme adalah ereksi yang terus menerus dan biasanya disertai oleh nyeri.hal ini
dapat ditemukan penyakit medulla spinalis,leukemia mielogen kronik, thrombosis
korpora kavernosa karena sebab apapun,dan kadang kadang prostatitis.
Riwayat penyakit yang lengkap untuk setiap wanita harus mencakup umur pada
waktu terjadinya menarke, keteteraturan haid dan interval di antara haid. Taksiran yang
sangat kasar tentang jumlah haid dapat dilakukan dengan menghitung jumlah
pembalut yang diperlukan. Perhatikanlah ada atau tidak kram dan polanya - dismenore.
B. Saran
Dari pemaparan diatas, kami memberikan saran dalam ilmu kesehatan khususnya
ilmu keperawatan penting sekali memahami dan mahir melakukan pemeriksaan fisik
dalam asuhan keperawatan secara tepat agar terhindar dari kesalahan dalam tindakan
baik itu dirumah sakit maupun di masyarakat yang berkaitan dengan pelayanan
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.glasgowcomascale.org/downloads/GCS-Assessment-Aid-Bahasa.pdf
http://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2015/08/Manual-CSL-IV-
Pemeriksaan-Derajat-Kesadaran-Fungsi-Kortikal-Luhur.pdf