OLEH KELOMPOK 2 :
RAHMAN FERDIANSYAH
SUTRI DEWI KUMAMA
SHAFARUDIN
SUMIANTI
FEBRIA ANGGARINI
YOGARA CHAISAR RANGKUTI
LUCIA OKTAVIANI DEWI
RENA LESTARI
AGUSTINA SUSANTI
ERNA MARDIONO
RAHMINI QADARSYIH
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME. yang telah melimpahkan
rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini
dengan baik. Adapun judul Makalah ini “GENERAL SURVEY “. Adapun tujuan dari
penulisan ini adalah sebagai salah satu metode pembelajaran bagi mahasiswa-mahasiswi
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak, Ucapan terima kasih tidak
lupa penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini, diantaranya :
Demikian akhir kata dari penulis, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak dan
pembelajaran budaya khususnya dalam segi teoritis sehingga dapat membuka wawasan ilmu
budaya serta akan menghasilkan yang lebih baik di masa yang akan datang.
PENULIS
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan
A. Latar belakang..........................................................................................................4
B. Tujuan......................................................................................................................4
A. Kesimpulan .............................................................................................................15
B. Saran........................................................................................................................15
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengkajian kesehatan menyeluruh seorang individu terdiri dari tiga komponen: (1)
wawancara dan riwayat kesehatan; (2) pengamatan umum dan pengukuran tanda-
tanda vital; dan (3) pemeriksaan fisik, yang meliputi evaluasi diagnostik, interpretasi
temuan klinis, diagnosis, terapi dan tindak-lanjut. Biasanya, farmasis tidak melakukan
pemeriksaan fisik menyeluruh, tidak seperti profesional kesehatan lainnya (yaitu
dokter, asisten dokter, perawat). Walaupun demikian, sangatlah penting bagi farmasis
untuk mengenal pemeriksaan fisik terutama prinsip- prinsipnya, metode, dan data
yang diperoleh karena farmasis secara rutin menggunakan data pasien .
Tidak ada yang absolut mengenai metode yang digunakan dan sistem yang harus
dicakup dalam suatu pemeriksaan fisik. Penentuan pilihan dipengaruhi oleh usia
pasien, gejala, data fisik dan laboratorium lainnya, serta tujuan pemeriksaan itu
sendiri (misalnya, penapisan/screening fisik umum, pemeriksaan fisik spesifik, atau
analisis gejala-gejala). Kunjungan berikutnya atau tindak lanjut merupakan kunjungan
yang terjadwal untuk mengkaji progresi atau kesembuhan dari suatu masalah atau
abnormalitas tertentu)
B. TUJUAN
a. Tensimeter
b. Stetoskop
c. Lampu kepala Optalmoskop
d. Garpu tala
e. Snellen card
f. Pinset cirrurgi
g. Bengkok
h. Reflek hammer ermometer
i. Jam tangan – Lampu senter
j. Otoskop
k. Spekulum hidung – Spatel lidah
l. Pinset anatomi.
m. Sarung tangan dan Timbangan
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu elemen penting dari proses menentukan diagnosis
sebuah intervensi keperawatan. Diagnosis dilakukan untuk mengetahui kebutuhan klien, agar
dapat memberikan intervensi yang tepat pada klien tersebut. Pemeriksaan fisik adalah
komponen pengkajian keperawatan yang bersifat objektif yang dilakukan dengan cara
melakukan pemeriksaan pada tubuh klien dengan melihat keadaan pasien (inspeksi), meraba
suatu sistem atau organ yang hendak diperiksa (perkusi), mengetuk suatu sistem atau organ
yang hendak diperiksa (palpasi), dan mendegarkan menggunakan stetoskop (auskultasi).
Metode Pemeriksaan
terdapat empat teknik pengkajian yang secara universal diterima untuk digunakan
selama pemeriksaan fsik: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Teknik-teknik ini
digunakan sebagai bingkai kerja yang menfokuskan pada indera penglihatan,
pendengaran, sentuhan dan penciuman. Data dikumpulkan berdasarkan semua indera
tersebut secara simultan untuk membentuk informasi yang koheren. Teknik-teknik
tersebut secara keseluruhan disebutsebagai observasi/pengamatan, dan harus
dilakukan sesuai dengan urutan di atas
Langkah pertama pada pemeriksaan pasien adalah inspeksi, yaitu melihat dan
mengevaluasi pasien secara visual dan merupakan metode tertua yang digunakan
untuk mengkaji/menilai pasien. Inspeksi merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan
dengan melihat bagian tubuh yang akan diperiksa. Aspek yang diperiksa pada tahap inspeksi
ini diantaranya adalah ukuran, warna, bentuk, dan letak. Pastikan membawa alat-alat yang
diperlukan seperti penlight (lampu senter). Kondisi pencahayaan ruangan pun harus cukup
baik agar mudah diobservasi. Secara formal, pemeriksa menggunakan indera
penglihatan berkonsentrasi untuk melihat pasien secara seksama, persisten dan tanpa
terburu-buru, sejak detik pertama bertemu, dengan cara memperoleh riwayat pasien
dan, terutama, sepanjang pemeriksaan fisik dilakukan
Palpasi, yaitu menyentuh atau merasakan dengan tangan, adalah langkah kedua pada
pemeriksaan pasien dan digunakan untuk menambah data yang telah diperoleh
melalui inspeksi sebelumnya. Palpasi struktur individu,baik pada permukaan maupun
dalam rongga tubuh, terutama pada abdomen, akan memberikan informasi mengenai
posisi, ukuran, bentuk, konsistensi dan mobilitas/gerakan komponen-komponen
anatomi yang normal, dan apakah terdapat abnormalitas misalnya pembesaran organ
atau adanya massa yang dapat teraba. Palpasi juga efektif untuk menilai menganai
keadaan cairan pada ruang tubuh. Palpasi merupakan tindakan pemeriksaan fisik yang
mengandalkan indera peraba. temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, dan
ukuran. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :
Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir. Misalnya: adanya tumor, oedema,
krepitasi (patah tulang), dan lain-lain.
Perkusi, langkah ketiga pemeriksaan pasien adalah menepuk permukaan tubuh secara
ringan dan tajam, untuk menentukan posisi, ukuran dan densitas struktur atau cairan
atau udara di bawahnya. Menepuk permukaan akan menghasilkan gelombang suara
yang berjalan sepanjang 5-7 cm (2-3 inci) di bawahnya Perkusi merupakan
pemeriksaan yang dilakukan dengan mengetuk. Bagian yang diketuk adalah bagian
tubuh yang dapat didiagnosis dengan data berupa suara. Bagian tubuh yang biasanya
memerlukan cara ini adalah thorax dan abdomen. Perkusi dilakukan dengan
meletakkan telapak/jari tangan perawat di bagian tubuh yang diindikasi bermasalah
lalu tangan satunya lagi mengetuk punggung tangan perawat agar tercipta bunyi. Ada
dua metode perkusi, langsung (segera) dan tak langsung (diperantarai). Perkusi
diperantarai (tak langsung) adalah metode yang menggunakan alat pleksimeter untuk
menimbulkan perkusi . suatu obyek padat kecil (biasanya terbuat dari gading), yang
dipegang erat di depan permukaan tubuh. Ini merupakan metode yang disukai selama
hampir 100 tahun, tetapi pemeriksa merasa repot untuk membawa peralatan ekstra ini.
Sehingga, perkusi tak langsung, menggunakan jari telunjuk dan j ari tengah atau
hanya jari tengah satu tangan bertindak sebagai pleksimeter, yang mengetuk jari
tengah yang lain sebagai pleksimeter
Redup: suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru pada
pneumonia.
Pekak: suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung,
perkussi daerah hepar.
Hipersonor/timpani: suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, misalnya
daerah caverna paru, pada klien asthma kronik.
ANAMNESE
Keluhan Utama, merupakan keluhan yang dirasakan klien, sehingga menjadi alasan klien
dibawa ke Rumah Sakit. Riwayat Penyakit Sekarang, kronologis dari penyakit yang diderita
saan ini mulai awal hingga di bawa ke RS secara lengkap meliputi ;
1. P = Provoking atau Paliatif : Apa penyebab gejala ? Apa yang dapat mengurangi dan
memperberat penyakitnya ? Apa yang dilakukan pada saat gejala mulai dirasakan ? Keluhan
psikologis yang dirasakan .
2. Q = Quality and Quantity : Seberapa tingkat keparahan yang dirasakan klien
3. R = Regio or Radiation : Pada area mana gejala dirasakan?Sejauh mana
penyebarannya.
4. S = Severity : Tingkat/skala keparahan, hal-hal yang memperberat atau mengurangi
keluhan .
5. Time : Kapan gejala mulai muncul? Seberapa sering dirasakan? Apakah timbul
tiba- tiba atau bertahap? Kambuhan dan lama dirasakan?
Riwayat Penyakit Yang Lalu : Penyakit apa saja yang pernah dialami klien, baik
yang ada hubungannya dengan penyakit yang diderita sekarang atau tidak ada
hubungannya dengan penyakit yang diderita sekarang, riwayat operasi, dan termasuk
riwayat alergi.
Riwayat Kesehatan Keluarga : Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang
sama?, Penyebab kematian bila ada anggota keluarga yang meninggal? Apakah ada
jenis penyakit herediter dalam keluarga?
Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi ; Mengkaji jenis, jumlah, dan waktu makan
selama di rumah dan di rumah sakit. Pantangan makanan?, Kesulitan menelan,
mengunyah, mual, anoreksia? Usaha mengatasi kesulitan yang dialami klien?
Pola Eliminasi ; Mengkaji jumlah, warna, bau, konsistensi, Konstipasi,
Incontinentia,frekuensi, BAB dan BAK klien? Upaya mengatasi masalah yang
dialami klien ?
Pola istirahat tidur : Mengkaji waktu mulai tidur, waktu bangun, penyulit tidur, yang
mempermudah tidur, gangguan tidur, pemakaian jenis obat tidur, hal yang
menyebakan klien mudah terbangun?
Pola kebersihan diri / Personal Hygiene : Mengkaji status kebersihan mulai rambut
hingga kaki, frekuensi mandi, gosok gigi, cuci rambut, potong kuku?
Aktivitas Lain : Olah raga yang dilakukan, hobby dan lain-lain?
RIWAYAT PSIKOLOGIS
Status Emosi
Bagaimana ekspresi hati dan perasaan klien, tingkah laku yang menonjol, suasana
yang membahagiakan klien, stressing yang membuat perasaan klien tidak nyaman.
Gaya Komunikasi
Apakah klien tampak hati-hati dalam berbicara, apakah pola komunikasinya spontan
atau lambat, apakah klien menolak untuk diajak komunikasi, Apakah komunikasi
klien jelas, apakah klien menggunakan bahasa isyarat.
Pola Interaksi
Kepada siapa klien berspon, Siapa orang yang dekat dan dipercaya klien, apakah
klien aktif atau pasif dalam berinteraksi, Apakah tipe kepribadian klien terbuka atau
tertutup.
Pola Pertahanan
Bagaimana mekanisme koping klien dalam mengatasi masalahnya
Dampak di Rawat di Rumah Sakit
Apakah ada perubahan secara fisik dan psikologis selama klien di rawat di RS.
RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
Latar belakang social, budaya dan spiritual klien Apakah klien aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan, apakah ada konflik sosial yang dialami klien, bagaimana ketaatan klien
dalam menjalankan agamanya, apakah klien mempunyai teman dekat yang senantiasa siap
membantu.
Ekonomi Siapa yang membiayai perawatan klien selama dirawat, apakah ada masalah
keuangan dan bagaimana mengatasinya
Bunyi Korothkof I : Bunyi yang pertama terdengar lemah, nadanya agak tinggi,
terdengar deg..deg....( Suara sistol )
Bunyi Korothkof III : Adanya bunyi yang berubah menjadi keras, nada rendah tanpa bising,
terdengar deg..deg...
Menghitung denyut nadi per-menit, meraba nadi radial yang termudah, bilatidak teraba nadi
carotid atau apical, pada bayi nadi temporal.
Menghitung frekuensi pernafasan per menit, dengan menyilangkan tangan klien di dada amati
pergerakan dinding dada klien
Mengukur suhu tubuh, pada orang dewasa pada axillar, pada bayi dan anak pada rectal atau
oral, dan pada kondisi yang memerlukan tingkat akurasi yang tinggi pada orang dewasa bisa
per-oral atau per-rektal .
Pertimbangan khusus
Usia pasien dapat mempengaruhi cara pemeriksaan, terutama jika pasien masih sangat
muda atau sangat lanjut usia.
PASIEN ANAK-ANAK/PEDIATRIK
Pemeriksaan fisik seorang anak dilakukan secara terstruktur dan sistematik, tetapi
pendekatan cephalocaudal yang biasanya lebih disukai untuk orang dewasa mungkin
tidak selalu dapat dilakukan dengan sempurna pada anak-anak. Untuk anak-anak yang
lebih dewasa dan remaja, urutan pemeriksaan seperti pada pasien dewasa mungkin
dapat dilakukan, tetapi makin muda pasiennya maka makin besar kemungkinannya
untuk menggunakan pendekatan “oportunisik” untuk dapat memperoleh data
pengkajian vital. Atau dengan kata lain, urutan pemeriksaan mungkin perlu
disesuaikan untuk mengakomodasi sikap anak.
Bayi biasanya lebih mudah, karena mereka tidak terlalu takut terhadap orang tak
dikenal, dapat dialihkan perhatiannya sambil mengumpulkan data untuk pengkajian
kesehatan, dan dapat dipegang oleh orangtua selama pemeriksaan berlangsung. Jika
bayi tidur atau mengantuk, maka toraks paru-paru dan kardiovaskular dapat diperiksa
terlebih dahulu, sebelum bayi terbangun. Jika bayi aktif dan mau bermain, maka
pemeriksaan tangan dan kaki dilakukan terlebih dahulu. Pemeriksaan kepala dan leher
biasanya membuat pasien bayi distress, sehingga area ini diperiksa terakhir.
Bayi yang berusia sekitar 1 tahun, balita dan anak-anak sebelum usia sekolah
merupakan tantangan bahkan bagi pemeriksa yang berpengalaman. Anak-anak ini
secara normal telah mengembangkan ketidakpercayaan terhadap orang tak dikenal
dengan berbagai tingkat. Mereka mungkin malah pernah mempunyai pengalaman
yang menakutkan dengan praktisi kesehatan dan, mungkin sangat takut terhadap siapa
saja di suasana kantor atau yang memakai baju putih. Untuk alasa ini, biasanya akan
sangat membantu untuk memakai pakaian putih ketika berinteraksi dengan anak-anak.
Juga, mungkin akan bermanfaat untuk menunjukkan teknik pemeriksaan pada
orangtuanya, boneka, atau mainan binatang terlebih dahulu akan membantu, jika
pasien anak tersebut bermain dengan perlatan dan mengkondisikan suasana
pemeriksaan. Hampir selalu diperlukan untuk melakukan pemeriksaan sambil
orangtuanya memegang pasien; namun tidak perlu menghalangi pasien anak tersebut
untuk bangun dan berjalan-jalan di sekitar ruang pemeriksaan. Banyak yang dapat
diperiksa ketika pasien mau. Jika tidak, banyak data mungkin tidak diperoleh, dan
mungkin seluruh system harus diabaikan tidak diperiksa. akan membantu, jika pasien
anak tersebut bermain dengan perlatan dan mengkondisikan suasana pemeriksaan.
Hampir selalu diperlukan untuk melakukan pemeriksaan sambil orangtuanya
memegang pasien; namun tidak perlu menghalangi pasien anak tersebut untuk bangun
dan berjalan-jalan di sekitar ruang pemeriksaan. Banyak yang dapat diperiksa ketika
pasien mau. Jika tidak, banyak data mungkin tidak diperoleh, dan mungkin seluruh
system harus diabaikan tidak diperiksa.
Pengkajian pasien geriatric cukup kompleks dan memakan waktu, tergantung pada
tingkat keragaman, tingkat kronis dan kompleksitas masalah fisik yang mendasari.
Pemeriksaan fisik umum sama seperti pada pasien dewasa; namun, perubahan posisi
diusahakan sesedikit mungkin. Ruangan harus dijaga sedikit lebih hangat, atau
diperlukan selimut tambahan. Kadang- kadang, ketidakmampuan pasien untuk
mencapai atau mempertahankan posisi optimal membuat pemeriksa harus
menyesuaikan posisinya gar dapat melakukan pengkajian secara adekuat.
Tingkat energi dan ketahanan pasien usia lanjut harus diobservasi dengan seksama,
dan pemeriksaan harus disesuaikan dengan kondisi pasien. Pasien usia lanjut mungkin
memerlukan lebih banyak waktu dan bantuan untuk bergerak. Selain itu, mereka
mungkin juga memerlukan waktu lebih lama untuk menjawab pertanyaan.
PASIEN HAMIL
Pengkajian pasien yang hamil Pemeriksaan fisik komplit harus dilakukan selama
kunjungan prenatal pertama untuk mengetahui kondisi basal dan perubahan yang
terjadi selama kehamilan. Juga, kunjungan prenatal pertama merupakan waktu yang
penting untuk mengetahui adanya masalah kesehatan yang mendasari yang mungkin
dapat mempengaruhi kehamilan atau kesehatan pasien selama stres kehamilan secara
umum. Pemeriksaan fisik umum awal pada pasien yang hamil sama seperti
pemeriksaan pasien dewasa; namun, perhatian khusus diberikan untuk mendiagnosis
kehamilan, apakah pelvic adekuat, dan menilai pertumbuhan dan keadaan umum
janin. Pengkajian prenatal selalu mencakup evaluasi ibu dan janin. Setelah pengkajian
awal, pemeriksaan ulang dijadwalkan secara teratur, yang dapat berbeda-beda
tergantung kondisi ibu dan pertumbuhan janin .
DOKUMENTASI
Pada dokumentasi perawat dapat memilih untuk mencatat hasil dari pengkajian fisik
pada awal pemeriksaan atau pada akhir pemeriksaan. Sebagian besar institusi masin-
masing memiliki format khusus yang mempermudah untuk pencatatan dan
pemeriksaan. Perawat juga perlu meninjau hasil sebelum membantu klien berpakaian,
untuk mengantisipasi seandainya perlu memeriksa kembali informasi atau untuk
mendapatkan data tambahan. Hasil dari pemeriksaan fisik dimasukkan kedalam
rencana asuhan.
A. KESIMPULAN
Pemeriksaan fisik mutlak dilakukan pada setiap klien, terutama pada klien
yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan,secara rutin pada klien yang
sedang dirawat, sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien. Jadi pemeriksaan fisik
sangat penting dan harus dilakukan pada kondisi tersebut, baik klien dalam
keadaan sadar maupun tidak sadar.
B. SARAN
Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, penting bagi perawat
untuk bisa memahami ilmu pemeriksaan fisik dengan sempurna dan
pemeriksaan fisik ini harus dilakukan secara berurutan, sistematis, dan
dilakukan dengan prosedur yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. American Cancer Society Guidelines for the Early Detection of
Cancer. Atlanta, GA: American Cancer Society, 2006. Available at:
http://www.cancer.org/docroot/PED/content/PED_2_3X_ACS_Cancer_Detection_Guidel
ines_3 6.asp?sitearea=PED. Accessed August 21, 2006.
Centers for Disease Control. Standard Precautions Excerpt from Guideline for Isolation
Precautions in Hospitals: Preventing T ransmission of Infectious Agents in Healthcare
Settings 2007. Centers for Disease Control and Prevention, U.S. Department of Health and
Human Services. Available at: http://www.cdc.gov/ncidod/dhqp/gl_isolation_standard.html.
Accessed April 7, 2008.
Goodfellow L. Physical assessment: a vital nursing tool in both developing and developed
countries. Cri t Care Nurs Q 1997; 20(2):6-8.
National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH). Recommendations for the
Prevention of Natural Rubber Latex Al lergy. Cincinnati, OH: National Institute of
Occupational Safety and Health, 1998. NIOSH Publication No. 98-113.
on and Disease Prevention Objectives. Washington, DC: Public Health Services, 1999