Anda di halaman 1dari 25

Konsep Dasar, Persiapan, dan Prosedur Pemeriksaan Penunjang

Keperawatan Dasar I

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 7 – KEPERAWATAN B

Putri Oktaviani Salsabila – R011201024


Zahra Amaliah – R011201026
Fauziah – R011201070
Deta Queen Fiorella – R011201072
Hamdana Auliyah Hamsah – R011201116
Miftakhul Jannah – R011201122

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah ‫ سبحانه و تعالى‬senantiasa kita ucapkan atas rahmat dan karunia-
Nya yang berupa iman dan kesehatan akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat
serta salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬yang telah membawa kita dari alam
kegelapan menuju alam terang benderang seperti saat ini. Semoga syafaatnya mengalir pada kita
kelak.

Makalah dengan judul “Konsep Dasar, Persiapan, dan Prosedur Pemeriksaan Penunjang” ini
dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar I. Makalah ini menyampaikan
pengertian, tujuan, jenis-jenis, persiapan, dan prosedur pemeriksaan penunjang.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Indra Gaffar, S.Kep., Ns., M.Kep selaku
koordinator mata kuliah Keperawatan dasar I, Ibu Arnis Puspita R, S.Kep., Ns., M.Kes selaku
dosen fasilitator materi Konsep Dasar, Persiapan, dan Prosedur Pemeriksaan Penunjang, dan
semua pihak yang telah mendukung dan membantu penyelesaian makalah ini. Besar harapan
penulis agar makalah ini bisa menjadi rujukan sumber bahan untuk mencari informasi terkait dan
dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila
terdapat kesalahan penulisan. Kritik yang terbuka dan membangun sangat penulis nantikan demi
kesempurnaan makalah selanjutnya.

Makassar, 28 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 3

A. Latar Belakang .................................................................................................. 3

B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 3

C. Tujuan .............................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5

1. Pengertian Pemeriksaan Penunjang .................................................................. 5

2. Tujuan Pemeriksaan Penunjang ........................................................................ 5

3. Jenis-Jenis Pemeriksaan Penunjang .................................................................. 5

4. Persiapan dan Prosedur Pemeriksaan Penunjang...............................................8

BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 23

1. Kesimpulan ..................................................................................................... 23

2. Saran ............................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pemeriksaan penunjang saat ini menjadi sangat penting karena pergeseran fungsi
hasil pemeriksaan laboratorium dari penunjang diagnosa menjadi penegak diagnosa.
Pemeriksaan laboratorium biasanya dilakukan sebelum dan sesudah hemodialisa.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk membandingkan kadar zat-zat racun dalam darah
sehingga dapat ditentukan bahwa proses dialisa berhasil. Pemeriksaan laboratorium yang
biasa dilakukan meliputi, elektrolit (kalium, natrium, kalsium, fosfor dan klorida), ureum,
kreatinin, albumin dan total protein. Pemeriksaan ureum sangat membantu menegakkan
diagnosis gagal ginjal akut. Pengukuran kadar ureum dapat dipergunakan untuk
mengevaluasi fungsi ginjal, status hidrasi, menilai keseimbangan nitrogen, menilai
progresivitas penyakit ginjal, dan menilai hasil hemodialisa. Ureum adalah produk akhir
katabolisme protein dan asam amino yang diproduksi oleh hati dan didistribusikan
melalui cairan intraseluler dan ekstraseluler ke dalam darah untuk kemudian difiltrasi
oleh glomerulus dan sebagian direabsorbsi pada keadaan dimana urin terganggu.
Pemeriksaan kadar ureum lebih sering menggunakan serum dibandingkan plasma. Tetapi,
pada pasien dengan ESDR yang diterapi dengan perawatan dialysis, penggunaan sampel
serum memberikan tantangan tersendiri. Sampel darah dari pasien gagal ginjal kronis
yang mendapat terapi antikoagulan akan membutuhkan waktu lebih lama untuk membeku
sepenuhnya. Oleh karena itu, pemeriksaan penunjang sangat diperlukan untuk
memperkuat hasil diagnosa.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apakah yang dimaksud dengan pemeriksaan penunjang?
b. Apakah tujuan dari pemeriksaan penunjang?
c. Apa saja jenis-jenis pemeriksaan penunjang?
d. Bagaimanakah persiapan dan prosedur pemeriksaan penunjang?

3
C. TUJUAN
a. Mengetahui apa itu pemeriksaan penunjang.
b. Mengidentifikasi tujuan dari pemeriksaan penunjang.
c. Mengidentifikasi jenis-jenis dari pemeriksaan penunjang.
d. Mengetahui proses persiapan dan prosedur pemeriksaan penunjang.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan diagnostik adalah suatu pemeriksaan
medis yang dilakukan atas indikasi tertentu yang digunakan untuk memperoleh
keterangan yang lebih jelas. Pemeriksaan penunjang umumnya dilakukan setelah
pemeriksaan fisik dan penelusuran riwayat keluhan atau riwayat penyakit pada pasien.

2. Tujuan Pemeriksaan Penunjang


1. Menegakan diagnosis kerja
2. Menyingkirkan differential diagnosis
3. Petunjuk tatalaksana
4. Mengetahui komplikasi penyakit
5. Petunjuk prognosis
6. Memantau efek samping

3. Jenis-Jenis Pemeriksaan Penunjang


Terdapat beberapa jenis pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan sesuai dengan
kondisi klinis pasien. Setiap pemeriksaan mempunyai indikasinya tersendiri. Pemeriksaan
penunjang terdiri dari :

1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan
khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari pasien dalam bentuk darah, sputum
(dahak), urine, kerokan kulit, dan cairan tubuh lainnya dengan tujuan untuk
menentukan diagnosis atau membantu menegakkan diagnosis penyakit.

Pemeriksaan laboratorium tidak hanya dilakukan bagi individu yang sakit.


Individu sehat yang rutin melakukan pemeriksaan laboratorium akan memperoleh
banyak manfaat. Pemeriksaan laboratorium dapat berupa Medical Check Up

5
berkala sehingga individu dapat memantau terus kesehatannya. Melakukan Medical
Check Up secara rutin hampir tidak ada ruginya.

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk beberapa tujuan seperti : untuk


mendeteksi penyakit, menentukan resiko, memantau perkembangan penyakit,
memantau perkembangan pengobatan, dan lain-lain. Melihat beberapa tujuan dari
pemeriksaan laboratorium yang disebutkan tadi, maka pemeriksaan laboratorium
perlu dilakukan sedini mungkin atau segera setelah dokter mendiagnosa suatu
penyakit. Seperti slogan yang sudah cukup dikenal dimasyarakat “Lebih baik
mencegah daripada mengobati”.

2. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi atau yang biasa dikenal sebagai USG, merupakan teknik
menampilkan gambar atau citra dari kondisi bagian dalam tubuh. Alat medis ini
memanfaatkan gelombang suara dengan frekuensi tinggi untuk mengambil gambar
tubuh bagian dalam. Misalnya, organ tubuh atau jaringan lunak.

USG ini digunakan agar tim medis mendapatkan ketepatan dalam mendiagnosis
penyakit. Dengan kata lain, USG merupakan pemeriksaan penunjang untuk
membantu dokter mengidentifikasi penyebab penyakit pada seseorang.

3. Rontgen
Foto Rontgen adalah prosedur pemeriksaan menggunakan radiasi gelombang
elektromagnetik atau sinar-X untuk menampilkan gambar bagian dalam tubuh. Selain
untuk mendeteksi masalah kesehatan, foto Rontgen juga dapat digunakan sebagai
prosedur penunjang dalam tindakan medis tertentu.

Pada foto Rontgen, gambaran dari benda padat, seperti tulang, akan ditampilkan
sebagai area berwarna putih. Sedangkan, udara yang terdapat pada paru-paru akan
tampak berwarna hitam dan gambaran dari lemak atau otot ditampilkan dengan warna
abu-abu.

6
4. Pap Smear
Pap smear adalah prosedur untuk mendeteksi kanker leher rahim (serviks) pada
wanita. Pap smear juga dapat menemukan sel-sel abnormal (sel prakanker) di leher
rahim yang dapat berkembang menjadi kanker.

Pap smear dilakukan dengan mengambil sampel sel di serviks. Setelah itu,
pemeriksaan di laboratorium akan dilakukan agar diketahui apakah di dalam sampel
tersebut terdapat sel prakanker atau sel kanker.

5. Mammografi
Mammografi atau mammogram adalah tes pemindaian untuk menangkap gambar
jaringan payudara dengan sinar-X. Pemeriksaan medis ini digunakan untuk
mendeteksi lebih dalam kelainan pada payudara. Lewat mammografi dokter bisa
mengetahui ada tidaknya tumor, kanker, kista, atau penumpukkan kalsium pada
jaringan payudara. Seseorang disarankan untuk melakukan mamografi setahun sekali
jika berusia lebih dari 40 tahun atau ada riwayat kanker payudara di keluarga.

6. Laparoskopi
Laparoskopi adalah jenis prosedur bedah yang memungkinkan ahli bedah untuk
mengakses bagian dalam perut dan panggul tanpa harus membuat sayatan yang besar
di kulit. Prosedur ini juga dikenal sebagai operasi lubang kunci atau operasi invasif
minimal.

Melalui tindakan laparoskopi dengan menggunakan alat laparoskop, pasien bisa


menghindari sayatan besar yang biasa dilakukan pada operasi konvensional.
Laparoskop berbentuk seperti sebuang tabung kecil. Alat ini dilengkapi dengan
cahaya dan kamera berfungsi untuk menyampaikan gambar bagian dalam perut atau
panggul ke monitor di luar.

7
4. Persiapan dan Prosedur Pemeriksaan Penunjang
Persiapan untuk Pemeriksaan Laboratorium
Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu diperhatikan instruksi dokter
sehingga tidak salah persiapan dan berkesan profesional dalam bekerja.

- Pengambilan Darah
Yang harus dipersiapkan antara lain :
 kapas alkohol 70 %,
 karet pembendung (torniket)
 semprit sekali pakai umumnya 2.5 ml atau 5 ml
 penampung kering bertutup dan berlabel
 penampung (dapat tanpa anti koagulan atau mengandung anti koagulan)
tergantung pemeriksaan yang diminta oleh dokter
 kadang-kadang diperlukan pula tabung kapiler polos atau yang mengandung
antikoagulan.

- Penampungan urin
Digunakan botol penampung urin yang bermulut lebar, berlabel, kering, bersih,
bertutup rapat dapat steril (untuk biakan) atau tidak steril. Untuk urin kumpulan
dipakai botol besar kira-kira 2 liter dengan memakai pengawet urin.

- Penampung khusus
Biasanya diperlukan pada pemeriksaan mikrobiologi atau pemeriksaan khusus yang
lain. Hal yang enting diingat adalah label harus ditulis lengkap identitas penderita
seperti pada formulir termasuk jenis pemeriksaan sehingga tidak tertukar.

Persiapan Pengambilan Spesimen


1. Darah
Tempat pengambilan darah untuk berbagai macam pemeriksaan laboratorium,
a. Perifer (pembuluh darah tepi)
b. Vena

8
c. Arteri
d. Pada orang dewasa diambil pada ujung jari atau daun telinga bagian bawah
e. Pada bayi dan anak kecil dapat diambil pada ibu jari kaki atau tumit

Bentuk pemeriksaan:
a. Jenis/golongan darah
b. HB untuk mendeteksi adanya penyakit anemia dan ginjal
c. Hematokrit untuk mengukur konsentrasi sel darah merah dalam darah
d. Trombosit untuk mendeteksi adanya trombositopenia dan trombosis
e. SGPT (serum Glumatik Piruvik Transaminase) untuk mendeteksi adanya
kerusakan hepatoseluler
f. Albumin untuk mendeteksi adanya gangguan hepar seperti luka bakar dan
gangguan ginjal
g. Asam urat untuk mendeteksi penyakit pada ginjal, luka bakar
h. Billirubin (Direct : deteksi ikterik, Indirect : anemia & malaria)
i. Gula darah untuk mendeteksi diabetes

Persiapan alat:
a. Lanset darah atau jarum khusus
b. Kapas alcohol
c. Kapas kering
d. Alat pengukur Hb/kaca objek/botol pemeriksaan, tergantung macam
pemeriksaan
e. Bengkok
f. Hand scoon
g. Perlak dan pengalas

Prosedur kerja
a. Mendekatkan alat
b. Memberitahu klien dan menyampaikan tujuan serta langkah prosedur
c. Memasang perlak dan pengalas

9
d. Memakai hand scoon
e. Mempersiapkan bagian yang akan ditusuk, tergantung jenis pemeriksaan
f. Kulit dihapushamakan dengan kapas alcohol
g. Bekas tusukan ditekan dengan kapas alcohol
h. Merapikan alat
i. Melepaskan hand scoon

2. Urine
Kegunaan:
a. Menafsirkan proses-proses metabolisme
b. Mengetahui kadar gula pada tiap-tiap waktu makan (pada pasien DM)

Jenis pemeriksaan:
a. Urine sewaktu
Urine yang dikeluarkan sewaktu-waktu bilamana diperlukan pemeriksaan
b. Urine pagi
Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur.
c. Urine pasca prandial
Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan (1,5-3 jam sesudah
makan)
d. Urine 24 jam
Urine yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam.

Persiapan alat:
a. Formulir khusus untuk pemeriksaan urine
b. Wadah urine dengan tutupnya
c. Hand scoon
d. Kertas etiket
e. Bengkok
f. Buku ekspedisi untuk pemeriksaan laboratorium

10
Prosedur tindakan:
a. Mencuci tangan
b. Mengisi formulir
c. Memberi etiket pada wadah
d. Memakai hand scoon
e. Menuangkan 100 cc urine dari bengkok ke dalam wadah kemudian ditutup rapat.
f. Menyesuaikan data formulir dengan data pada etiket
g. Menuliskan data dari formulir ke dalam buku ekspedisi
h. Meletakkan wadah ke dalam bengkok atau tempat khusus bertutup.
i. Membereskan dan merapikan alat
j. Melepas hand scoon
k. Mencuci tangan

3. Faeces
Pengertian:
Menyiapkan feses untuk pemeriksaan laboratorium dengan cara pengambilan
yang tertentu.

Tujuan:
a. Untuk menegakkan diagnosa
b. Pemeriksaan tinja untuk pasien dewasa
c. Untuk pemeriksaan lengkap meliputi warna, bau, konsistensi, lendir, darah, dan
telur cacing. Tinja yang diambil adalah tinja segar.

Persiapan alat:
a. Hand scoon bersih
b. Vasseline
c. Botol bersih dengan penutup
d. Lidi dengan kapas lembab dalam tempatnya
e. Bengkok

11
f. Perlak pengalas
g. Tissue
h. Tempat bahan pemeriksaan
i. Sampiran

Prosedur tindakan:
a. Mendekatkan alat
b. Memberitahu pasien
c. Mencuci tangan
d. Memasang perlak pengalas dan sampiran
e. Melepas pakaian bawah pasien
f. Mengatur posisi dorsal recumbent
g. Memakan hand scoon
h. Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus dengan arah keatas
kemudian diputar kekiri dan kekanan sampai teraba tinja
i. Setelah dapat dikeluarkan perlahan-lahan lalu dimasukkan ke dalam tempatnya.
j. Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue.
k. Melepas hand scoon
l. Merapikan pasien
m. Mencuci tangan

Untuk pemeriksaan kultur (pembiakan) pengambilan tinja dengan cara steril.


Caranya sama dengan cara thoucer, tetapi alat-alat yang digunakan dalam keadaan
steril.

4. Cairan Pervaginam
Persiapan alat:
a. Kapas lidi steril
b. Objek gelas
c. Bengkok
d. Sarung tangan

12
e. Spekulum
f. Kain kassa, kapas sublimat
g. Bengkok
h. Perlak

Prosedur:
a. Memberitahu dan memberi penjelasan pada klien tentang tindakan yang akan
dilakukan
b. Mendekatkan alat
c. Memasang sampiran
d. Membuka dan menganjurkan klien untuk menanggalkan pakaian bagian bawah
(jaga privacy pasien)
e. Memasang pengalas dibawah bokong pasien
f. Mengatur posisi pasien dengan kaki ditekuk (dorsal recumbent)
g. Mencuci tangan
h. Memakai sarung tangan
i. Membuka labia mayora dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang tidak
dominan
j. Mengambil sekret vagina dengan kapas lidi dengan tangan yang dominan sesuai
kebutuhan
k. Menghapus sekret vagina pada objek gelas yang disediakan
l. Membuang kapas lidi pada bengkok
m. Memasukkan objek gelas ke dalam piring petri atau ke dalam tabung kimia dan
ditutup
n. Memberi label dan mengisi formulir pengiriman spesimen untuk dikirim ke
laboratorium
o. Membereskan alat
p. Melepas sarung tangan
q. Mencuci tangan
r. Melakukan dokumentasi tindakan

13
5. Sputum
Pengertian:
Sputum atau dahak adalah bahan yang keluar dari bronchi atau trakhea, bukan
ludah atau lendir yang keluar dari mulut, hidung atau tenggorokan.

Tujuan:
Untuk mengetahui basil tahan asam dan mikroorganisme yang ada dalam tubuh
pasien sehingga diagnosa dapat ditegakkan.

Indikasi:
Pasien yang mengalami infeksi/peradangan saluran pernafasan (apabila
diperlukan).

Persiapan alat:
a. Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup
b. Botol bersih dengan penutup
c. Hand scoon
d. Formulir dan etiket
e. Perlak pengalas
f. Bengkok
g. Tissue

Prosedur tindakan:
a. Menyiapkan alat
b. Memberitahu pasien
c. Mencuci tangan
d. Mengatur posisi duduk
e. Memasang perlak pengalas dibawah dagu dan menyiapkan bengkok.
f. Memakai hand scoon

14
g. Meminta pasien membatukkan dahaknya ke dalam tempat yang sudah disiapkan
(sputum pot)
h. Mengambil 5cc bahan, lalu masukkan ke dalam botol
i. Membersihkan mulut pasien
j. Merapikan pasien dan alat
k. Melepas hand scoon
l. Mencuci tangan

Persiapan untuk Pemeriksaan Radiologi


1. USG Abdomen dan Gynecologi - Obstetri
a. Pengertian Ultrasonografi (USG)
Adalah suatu tehnik pemeriksaan radiologi dengan memanfaatkan gelombang
suara atau ultrasound yang dipancarkan melalui transducer ke organ abdomen.

b. Tujuan
1) Untuk memperlihatkan struktur morfologis organ-organ abdomen, seperti :
hati, kandung empedu, pankreas, lien, ginjal, vesica urinaria, prostas,
adneksa, struktur vascular termasuk arteri dan vena, serta kelenjar
sekitarnya (mesenterium, para aorta, para iliaka), keadaan usus-usus,
keadaan uterus.
2) Penilaian dalam pemeriksaan ini meliputi struktur masing-masing organ
abdomen, struktur vasculer dan bilier (apakah terdapat batu atau endapan,
SOL atau kista, hematoma), pembesaran kelenjar atau bendungan pada
sistem urinarius (apakah terdapat cairan bebas atau ascites)
3) Untuk melihat dan mengamati kehidupan fetus sebelum kelahiran
4) Penilaian kehamilan meliputi : posisi janin, letak plasenta, cairan amnion,
kelainan mayor janin, jumlah janin, umur kehamilan, taksiran partus, berat
janin, jenis kelamin, lilitan talipusat
5) Untuk melihat dugaan adanya kehmailan di luar uterus dan kehmailan
ektopik terganggu (KET) terutama ditujukan untuk melihat cauran bebas di

15
dalam cavum douglassi atau dalam rongga abdomen, kadang-kadang dapat
dilihat janin
6) Untuk kasus-kasus dengan infeksi pelvis diperlukan pemeriksaan USG
untuk melihat daerah adneksa (terdapat fokal abses seperti tubo ovarial
abses, dsb)

c. Ruang lingkup
Pemeriksaan ini dilakukan seumur hidup, untuk pemeriksaan USG Gynecologi
– Obstetri dilakukan pada wanita dewasa

d. Langkah-langkah
1) Persiapan alat
a) Pesawat USG
b) Jelly
c) Tissue atau handuk

2) Persiapan pasien
a) Pada keadaan akut seperti trauma, tidak perlu dilakukan persiapan
seperti puasa. Pemeriksaan ditujukan untuk melihat keadaan organ-
organ serta kemungkinan adanya cairan bebas intra abdominal
b) Pada keadaan efektif, diperlukan puasa untuk mendapatkan hasil
yang optimal. Puasa diperlukan sekitar 8 – 10 jam sebelumnya atau
sebaiknya dilakukan pemeriksaan USG pagi hari sebelum makan
pagi
c) Untuk neonatus hanya kira-kira sekitar 3 – 5 jam saja. Puasa terutama
ditujukan bila ingin menilai kandung empedu dan salurannya. Untuk
pemeriksaan lain misalnya ginjal, tidak diperlukan puasa sebelumnya
d) Untuk menilai pankreas dengan optimal, pasien minum air ter;lebih
dahulu sebanyak kira-kira 500 cc (untuk dewasa) agar lambung terisi
air dan pankreas mudah dinilai.

16
e) Untuk pemeriksaan kehamilan normal tidak diperlukan persiapan,
tetapi untuk pemeriksaan kehamilan dalam keadaan patologis (seperti
KET, infeksi pelvis) pasien diminta minum terlebih dahulu agar buli
terisi air dan dapat digunakan sebagai jendela untuk melihat struktur
uterus dan adneksa

e. Prosedur pemeriksaan
1) Untuk menilai/melihat ginjal
Tehnik pemeriksaannya :
a) Untuk melihat ginjal kanan, posisikan pasien supine pada mid axillary
atau subdistal maupun intercostal
b) Pasien LLD (Left Lateral Decubitus) untuk mempermudah
pemeriksaan karena pada posisi supine kadang-kadang akan
menyulitkan
c) Untuk melihat ginjal kiri, posisikan pasien RLD (Right Lateral
Decubitus)
d) Letakkan transducer pada intercostal 9 – 10 atau subcostal pada mid
axillary
e) Buat irisan longitudinal pada axis ginjal
f) Irisan transversal pada kutub atas (upper pole), pertengahan dan pada
kutub bawah (lower pole)
g) Pasien diminta tarik nafas panjang dan tahan napas, kemudian lakukan
pengambilan gambar
h) Kadang-kadang dilakukan pada punggung vertebra untuk memperjelas
gambaran karena ada otot-otot tebal di bagian depan

2) Untuk menilai/melihat liver


Tehnik pemeriksaannya :
a) Pasien tidur terlentang atau LLD
b) Pasien diminta tarik nafas panjang dan tahan nafas
c) Buat irisan transversal dan longitudinal pada daerah subcostal

17
d) Lakukan pada kedua lobus dari lobus kiri ke lobus kanan

3) Untuk menilai/melihat pankreas


Tehnik pemeriksaannya :
a) Pasien supine di atas bed atau meja pemeriksaan
b) Buat irisan longitudinal sepanjang axis vena cava untuk memperlihatkan
caput pankreas
c) Buat irisan transversal melalui lobus kiri sebagai acusitc window untuk
memperlihatkan body dan tail dengan menampakkan vena lienalis sebagai
landmark

4) Untuk menilai/melihat uterus


Tehnik pemeriksaannya :
a) Pertama dilakukan scanning secara longitudinal, hal ini untuk melihat
apakah kandung kemih terisi air dengan baik, bila belum pemeriksaan
ditunda
b) Pasien diminta untuk minum lagi dan diperiksa ulang 30 – 40 menit
kemudian

2. Rontgen atau Pemotretan Schedell


a. Pengertian
Suatu pemeriksaan yang dilakukan pada tulang kepala atau tengkorak dengan
menggunakan tehnik radiografi

b. Tujuan
Untuk mendiagnosa kelainan atau fraktur pada tulang kepala atau tengkorak

c. Ruang lingkup
Pemeriksaan ini dilakukan untuk semua umur

18
d. Prosedur pemeriksaan
1) Antero Posterior (AP)
Posisi pasien :
a) Supine di atas bed atau meja pemeriksaan
b) Mid Sagittal Plane (MSP) : tubuh diatur tegak lurus terhadap
pertengahan bed atau meja pemeriksaan

Posisi obyek :
Posisi kepala diatur menunduk sehingga Infraorbitomeatal Line (IOML)
tegak lurus terhadap bed atu meja pemeriksaan dan diatur true AP

Posisi sinar :
FFD : 90 cm
CR : vertikal tegak lurus kaset
CP : pada glabella

2) Lateral
Posisi pasien :
a) Supine atau semiprone di atas bed atau meja pemeriksaan
b) Untuk pasien dengan cedera kepala berat, dilarang memenipulasi
pasien terutama bila diduga adanya fraktur cervical. Dalam hal ini
dibuat foto lateral dengan sinar horizontal

Posisi obyek :
Kepala dirotasikan dengan sisi yang akan difoto dekat dengan kaset
Kepala diatur true lateral, dengan cara mid line dari kepala diatur sejajar
dengan bed atau meja periksaan, atur interpopullary tegak lurus dengan
kaset

19
Posisi sinar :
FFD : 90 cm
CR : vertikal tegak lurus kaset
CP : pada daerah sella tursica

e. Faktor eksposi
Untuk anak-anak : Untuk Dewasa :
KV : 60 – 70 KV : 70 – 85
mAS : 10 – 15 mAS : 15 – 25

f. Sarana
1) Kaset dan film ukuran 24 x 30 cm
2) Pesawat rontgen, control table dan marker

3. Pap Smear (Papanicolaou Smear)


Pap smear merupakan pemeriksaan sitologi yang digunakan untuk mendeteksi
adanya kanker serviks atau sel prakanker, mengkaji efek pemberian hormon seks
serta mengkaji respons terhadap kemoterapi dan radiasi.

Persiapan dan pelaksanaan :


a. Lakukan informed consent
b. Tidak ada pembatasan makanan dan cairan
c. Anjurkan pasien untuk tidak melakukan irigasi vagina (pembersihan vagina
dengan zat lain) memasukan obat melalui vagina atau melakukan hubungan
seks sekurang-kurangnya 24 jam
d. Spekulum yang sudah dilumasi dengan air dengan air megalir dimasukan ke
vagina.
e. Pap stick digunakan untuk mengusap serviks kemudian pindahkan ke kaca
mikroskop dan dibenamkan ke dalam cairan fiksasi.
f. Berikan label nama dan tanggal pemeriksaan

20
4. Mammografi
a. Pengetian
Merupakan pemeriksaan dengan bantuan sinar x yang dilakukan pada bagian
payudara untuk mendeteksi adanya kista / tumor dan menilai payudara secara
periodik.

b. Persiapan dan Pelaksanaan :


a. Lakukan informed consent
b. Tidak ada pembatasan cairan dan makanan
c. Baju dilepas sampai pinggang dan perhiasan pada leher
d. Gunakan pakaian kertas / gaun bagian depan terbuka
e. Anjurkan pasien untuk duduk dan letakan payudara satu per satu diatas meja
kaset sinar x.
f. Lalu lakukan pemeriksaan

5. Laparoskopi
a. Pengertian
Suatu pemeriksaan dengan cara untuk melihat rongga abdomen dengan bantuan
laparoskop melalui dinding abdomen depan, yang sebelumnya telah dilakukan
pneumoperitoneum

b. Tujuan
1) Untuk menegakkan diagnostik dan diagnosa banding dari penyakit/infeksi
genetalia interna
2) Untuk pemantauan pada saat dilakukan tindakan histereskopi
3) Untuk mengangkat dan mencari translokasi AKDR
4) Second look operation, apabila diperlukan operasi sebelumnya
5) Infertilitas primer dan sekunder

21
c. Prosedur pemeriksaan
Anastesi untuk pemeriksaan laparaskopi :
1) Untuk anastesi lokal
Untuk laparoskopi yang tidak memerlukan waktu lama dan intervensi berat
dapat dilakukan dengan anastesi lokal (seperti pemasangan cincin/klip tuba
pada tindakan sterilisasi)
2) Untuk anastesi regional
Hanya digunakan apabila anastesi inhalasi merupakan kontra indikasi.
Efek samping : dapat terjadi vasodilatasi dan hipotensi yang mendadak
3) Untuk anastesi umum
Aman dilakukan oleh spesalis anastesi.

Posisi pasien :
Posisi yang digunakan yaitu posisi trendelenburg, dengan sudut kemiringan 15 –
250 (150 biasanya sudah cukup). Selain itu bokokng pasien harus lebih menjorok
ke depan, melewati ujung bed atau meja pemeriksa agar hidrotubator yang telah
dipasang dapat digerakkan bebas.

22
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

A.1. Pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan diagnostik adalah suatu pemeriksaan medis
yang dilakukan atas indikasi tertentu yang digunakan untuk memperoleh keterangan
yang lebih jelas dan umumnya dilakukan setelah pemeriksaan fisik.

A.2. Tujuan dilakukan pemeriksaan penunnjang adalah untuk menegakan diagnosis kerja,
menyingkirkan differential diagnosis, sebagai petunjuk tatalaksana, untuk mengetahui
komplikasi penyakit, petunjuk prognosis, serta dapat memantau efek samping.

A.3. Terdapat beberapa jenis pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan sesuai dengan
kondisi klinis pasien seperti pemeriksaan laboratorium, Ultrasonografi (USG), Rontgen,
Pap smear, Mammografi, dan Laparoskopi.

B. SARAN
Sebagai manusia biasa, kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak
terdapat kekeliruan dan masih memerlukan perbaikan secara menyeluruh, hal ini tidak lain
disebabkan keterbatasan ilmu dan kemampuan yang kami miliki dalam menyelesaikan
makalah ini, karenanya berbagai masukan dan saran yang sifatnya membangun sangatlah
diharapkan demi sempurnanya makalah ini.

23
DAFTAR PUSTAKA

Fiki Rofiqohe F., S.Km. Hand Out: Pemeriksaan Diagnostik

http://mhbali.com/definisi-fungsi-pemeriksaan-laboratorium/

https://www.alodokter.com/kenali-9-jenis-pemeriksaan-penunjang-yang-umum-dilakukan

https://www.halodoc.com/kesehatan/usg

https://www.alodokter.com/foto-rontgen-ini-yang-harus-anda-ketahui

https://www.alodokter.com/pap-smear-ini-yang-harus-anda-ketahui

https://www.halodoc.com/kesehatan/mammografi

https://www.halodoc.com/kesehatan/laparoskopi

http://suzannandraha.blogspot.com/2016/10/ringkasan-pemeriksaan-penunjang.html

24

Anda mungkin juga menyukai