TIM PENGAMPU:
Arnis Puspitha R, S.Kep., Ns., M.Kes (Koordinator)
Rini Rachmawaty, S.Kep., Ns., MN., Ph.D
Dr. Takdir Tahir, S.Kep., Ns., M.Kes
Abdul Majid, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.MB
Ilkafah, S.Kep., Ns., M.Kep
Akbar Harisa, S.Kep., Ns., M.Kep., PMNC
Titi Iswanti Afelya, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.MB
Nur Fadilah, S.Kep., Ns., MN
A. Pendahuluan
Pemeriksaan fisik adalah peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada
setiap sistem tubuh yg memberikan informasi obyektif tentang klien dan
memungkinkan perawat untuk membuat penilaian klinis. Pemeriksaan fisik
dilakukan dengan menggunakan indra perawat untuk mengumpulkan data. Perawat
harus memiliki keterampilan yang baik meliputi penilaian-kognitif, psikomotor,
interpersonal, afektif, dan etika/hukum untuk mendapatkan hasil pemeriksaan fisik
yang akurat. Perawat harus mampu melakukan penilaian dengan membandingkan
temuan normal dan abnormal pada pemeriksaan fisik.
Keterampilan yang perlu dikuasai dalam melakukan pemeriksaan fisik salah satunya
adalah komunikasi efektif. Keterampilan komunikasi yang efektif penting untuk
membangun kepercayaan yang dibutuhkan untuk melanjutkan pemeriksaan. Perawat
menerapkan etika dan tanggung jawab profesional pada pasien dengan
menghormati hak, privasi dan kerahasiaan.
Gambar 1. Inspeksi
Inspeksi meliputi :
a. Penampilan umum mencakup penampilan yang ditampilkan oleh klien.
b. Keadaan gizi apakah pasien kelihatan kurus dan lemah
c. Kesimetrisan tubuh
d. Warna kulit.
e. Sikap tubuh dan gaya berjalan
f. Cara berbicara.
Prinsip :
a. Pastikan cahaya baik
b. Posisikan dan pajankan bagian tubuh
c. Inspeksi setiap area untuk ukuran, bentuk, warna, kesimetrisan, posisi dan
abnormalitas
d. Bandingkan setiap area inspeksi dengan area berlawanan
Gambar 2
Bagian tangan yang digunakan dalam palpasi
Tipe Palpasi:
Palpasi dapat dilakukan dengan dua cara yakni palpasi ringan dan palpasi dalam.
Palpasi diawali dengan melakukan palpasi ringan.
a. Palpasi ringan dilakukan dengan memberikan tekanan lembut 1/2 inci atau 1
cm menggunakan telapak jari ke daerah tubuh. Palpasi ringan dilakukan untuk
menilai karakteristik permukaan, seperti suhu, tekstur, mobilitas, bentuk,
ukuran, pulsasi, dan edema.
Gambar 7 Gambar 8
Palpasi dalam dengan satu tangan Palpasi dalam dengan dua tangan
3. Perkusi (Ketuk)
Menepuk permukaan tubuh secara ringan dan tajam, untuk menentukan posisi,
ukuran dan densitas struktur atau cairan atau udara di bawahnya. Pada perkusi
akan dihasilkan getaran dan suara yang menentukan kepadatan jaringan di
bawahnya (jaringan padat, udara atau cairan). Dua faktor yang mempengaruhi
suara pada perkusi adalah ketebalan permukaan dan teknik perkusi. Perawat
perlu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi dan membedakan
suara yang dihasilkan dengan teknik perkusi.
Tipe Perkusi
a. Perkusi langsung
Perkusi langsung adalah pengetukan langsung pada permukaan tubuh
untuk menilai suara perkusi dan mengidentifikasi nyeri tekan pada area
tertentu (misalnya sinus). Perkusi langsung dapat digunakan sebagai
pengganti perkusi tidak langsung pada pemeriksaan dada bayi.
Gambar 9
Perkusi langsung
Gambar 10
Perkusi tidak langsung
Prinsip Kerja :
1) Pajankan bagian tubuh sesuai kebutuhan
2) Jari tengah tangan non dominan diluruskan, tekan bagian ujung jari
dengan kuat pada permukaan yang akan diperkusi.
3) Lenturkan jari tengan dominan dan pertahankan kelenturan pada
pergelangan tangan.
Tabel 1
Bunyi yang dihasilkan oleh Perkusi
Lokasi anatomis
Bunyi dimana pemeriksa
Intensitas Nada Durasi Kualitas
Perkusi mendengarkan
bunyi
Ruang udara tertutup,
Seperti gelembung udara
Timpani Keras Tinggi Menengah
Drum lambung, pipi
menggembung
Menengah
Resonan Rendah Panjang Bergema Paru normal
sampai keras
Lebih
Amat
Hiperesonan Amat keras panjang dari Ledakan Empisema paru
rendah
resonan
Lembut
Pekak sampai Tinggi Menengah Seperti petir Hati
menengah
Gambar 11
Stetoskop
Dilaksanakan
No Langkah Keterampilan Klinik
Ya Tidak
Persiapan Pemeriksaan
1 Pemeriksa berdiri di sisi kanan tempat tidur
2 Menyiapkan sampiran dan menjaga privacy klien
3 Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur, tujuan, dan posisi saat
pemeriksaan fisik
Mempersiapkan keadaan Pasien
4 Fisik
5 Psikologis
Keadaan Umum
6 Mengkaji tingkat kesadaran (komposmentis, apatis, somnolen, delirium, sopor/semikoma,
koma)
7 Mengkaji keadaan sakit (nampak sakit ringan, sedang, atau berat)
8 Mengkaji penampilan umum (mis: lemah, kotor)
9 Amati postur tubuh, ketegapan dan gaya berjalan
10 Mengukur TTV
11 Mengukur BB/TB
Pemeriksaan Kulit , Rambut dan Kuku (Inspeksi dan Palpasi)
12 Inspeksi kulit (warna, jaringan parut, lesi, kondisi vaskularisasi superfisial/CRT)
13 Palpasi kulit untuk mengetahui suhu, tekstur (kasar atau halus), turgor, dan adanya lesi
14 Inspeksi dan palpasi kuku dan catat mengenai warna, bentuk dan setiap
ketidaknormalan/lesi
15 Inspeksi dan palpasi rambut (perhatikan jumlah, distribusi dan teksturnya)
Pemeriksaan Kepala dan Leher
16 Bila klien menggunakan kacamata, anjurkan untuk melepaskannya
17 Inspeksi Kepala:
Kesimetrisan muka, tengkorak, warna dan distribusi rambut serta kulit kepala
18 Palpasi Kepala:
Palpasi kepala untuk mengetahui keadaan rambut, massa, pembengkakan, nyeri tekan,
keadaan tengkoran dan kulit kepala
19 Inspeksi Mata:
Amati bola mata terhadap adanya protrusis, gerakan mata, penglihatan dan visus
20 Amati kelopak mata, perhatikan bentuk dan kelainan:
a. Anjurkan klien melihat ke depan
b. Bandingkan mata kanan dan mata kiri
c. Anjurkan pasien menutup kedua mata
d. Amati bentuk dan keadaan kulit pada kelopak mata, serta pada bagian pinggir kelopak
mata
e. Amati pertumbuhan rambut pada kelopak mata (ada/tidaknya bulu mata, dan posisi
bulu mata)
f. Perhatikan keluasan mata dapat membuka dan catat bila dropping kelopak mata atas
dan sewaktu mata membuka (ptosis)
21 Amati konjungtiva dan sklera:
a. Anjurkan pasien untuk melihat lurus ke depan
b. Amati konjungtiva dan sklera
c. Amati konjungtiva dan kantong konjungtiva bagian bawah, catat bila didapatkan infeksi
atau pus atau bila warnanya tidak normal misalnya anemik.
d. Bila diperlukan amati konjungtiva bagian atas dengan cara membuka/membalik kelopak
mata atas dengan pemeriksa berdiri di belakang klien
Perkusi Lien
Perkusi sepanjang garis misklavikularis kiri ke atas dan ke bawah. Catat dimana suara
redup terdengar (normal terdengar pada area antara sela ICS 6 s.d ICS 10, panjang
sekiatr 7 cm pada orang dewasa)
Palpasi ginjal
a. Posisikan klien supinasi dengan pemeriksa berdiri di sisi kanan (ginjal kanan)
b. Letakkan tangan kiri di bawah panggul, dan elevasikan ginjal ke arah anterior
c. Letakkan tangan kanan pada dinding perut anterior pada garis midkalvikularis dari tepi
bawah batas kosta
d. Tekan tangan kanan secara langsung ke atas saat klien inhalasi. (normal: tidak teraba
pada orang dewasa normal kecuali pada orang yang sangat kurus)
e. Catat kontur/bentuk, ukuran ada adanya nyeri tekan
f. Ulangi langkah yang sama untuk palpasi ginjal kiri
Fasilitator
( )
Dillon, P.M. (2007). Nursing health assessment : a critical thinking, case study
approach.
Smeltzer & Bare. (2008). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Potter & Perry (2009). Fundamental of Nursing : Concepts, Process, and Practice.
Mosby-Year Book Inc.
A. Pengertian :
1. Pernafasan
menghitung jumlah pernafasan (inspirasi yang diikuti ekspresi selaman 1
menit).
Yang dinilai pada pemeriksaan pernafasan adalah: tipe pernafasan, frekuensi,
kedalaman dan suara nafas. Respirasi normal disebut eupnea (laki-laki: 12 –
20x/menit), perempuan: 16-20x/menit)
RR>24x/menit:Takipnea
RR < 10 x/menit : Bradipnea
2. Nadi
menghitung frekuensi denyut nadi (loncatan aliran darah yang dapt teraba
yang terdapat di berbagai titik anggota tubuh melalui perabaan pada nadi),
yang lazim diperiksa atau diraba pada radialis.
Frekuensi denyut nadi dihitung dalam 1 menit, normalnya 60-100 x/menit
Takikardi jika > 100 x/menit dan Bradikardi jika < 60 x/menit
Lokasi pemeriksaan denyut nadi diantaranya :
a. Arteriradialis
b. Arteriulnaris
c. Arteribrachialis
d. Arterikarotis
e. Arteritemporalissuperfisial
f. Arteri maksiliaris eksterna
g. Arterifemoralis
h. Arteridorsalispedis
i. Arteri tibialis posterior
3. Tekanan darah
melakukan pengukuran tekanan darah (hasil dari curah jantung dan tekanan
darah perifer) dengan menggunakan spygnomanometer dan steteskop.
4. Suhu
mengukur suhu tubuh dengan mengguanakan termometer yang di pasangkan
di mulut, aksila dan rektal.
a. Hipotermia (<35° C)
b. Normal (35-37° C)
c. Pireksia/febris (37-41,1° C)
d. Hipertermia (>41,1° C)
1
B. Tujuan :
1. Pernafasan
a. Mengetahui keadaan umum pasien
b. Mengetahui jumlah dan sifat pernafasan dalam rentan 1 menit
c. Mengikuti perkembangan penyakit
d. Membantu menegakkan diagnosis
2. Nadi
a. Mengetahui denyut nadi selama rentan waktu 1 menit
b. Mengetahui keadaan umum pasien
c. Mengetahui intgritas sistem kardiovaskuler
d. Mengukuti perjalanan penyakit
3. Suhu
a. Mengetahui suhu tubuh pasien untuk menentukan tindakan keperawatan
b. Membantu menegakkan diagnosis
4. Tekanan darah
a. Mengetahui keadaan hemodinamik pasien
b. Mengetahui keadaan kesehatan pasien secara menyeluruh
C. Indikasi
1. Pada pasien yang baru masuk dan untuk dirawat
2. Secara rutin pada pasien yang dirawat
3. Sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan pasien
D. Persiapan alat :
1. Pernafasan
Stop watch atau jam tangan, pena dan buku
2. Nadi
Stop watch atau jam tangan, pena dan buku
3. Tekanan darah
Steteskop, spygnomanometer, pena dan buku
4. Suhu
Termometer aksila, atau termometer mulut atau rektum, tissue, air bersih, air
sabun, air desinfektan, savlon didalam botol, pena dan buku.
E. Prosedur kerja :
1. Tahap prainteraksi
a. Baca status pasien
b. Lakukan verifikasi order yang ada untuk pemeriksaan
c. Mencuci tangan
d. siapkan alat
2. Tahap orientasi
a. Menberi salam, pangil pasien dengan panggilan yang di senangi
b. Memperkenalkan nama pasien
c. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien dan keluarga
d. Berikan kesempatan pasien dan keluarga untuk bertanya
e. Jaga privacy pasien
3. Tahap kerja
a. Penilaian pernafasan
2
1) Menjelaskan prosedur kepada pasien bila hanya khusus menilai
pernafasan
2) Membuka baju pasien jika perlu untukmengobservasi gerakan dada
3) Letakan tangan pada dada, mengobservasi keadaan dan kesimetrisan
gerak pernafasan
4) Menentukan irama pernafasan
5) Menghitung pernafasan slama 1 menit atau 60 detik
6) Mendengarkan bunyi pernafasan, kemungkinana ada bunyi abnormal
7) Mencuci tangan
3
posisi ujung termometer dibawah kemudian pasien disuruh menjepit
termometer dengan cara tangan kanan atau tangan kiri memegang bahu
secara bersilangan
5) Menunggu sekitar 5 menit
6) Mengambil termometer setelah 5 menit kemudian mengelap
termometer dengan cara berputar dari urutan yang paling bersih
keurutan yang paling kotor
7) Membaca hasil pengukuran suhu yang ditunjukan air raksa dengan
segera
8) Merapikan baju dan posisi pasien senyaman mungkin
9) Mencelupkan termometer dengan urutan air savlon, air sabun dan bilas
dengan sir bersih
10) Mengeringkan termometer dengan
menggunakan tissue
11) Mengembalikan atau menurunkan posisi air
raksa
12) Mencuci tangan
4. Tahap terminasi
a. Menanyakan kepada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan
tindakan
b. Menyimpulkan prosedur yang telah dilakukan
c. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
d. Berikan penghargaan sesuai dengan kemampuan pasien
e. Mengakhiri kegiatan dengan memberikan salam
F. Dokumentasi
Catat seluruh hasil kegiatan tindakan dalam buku, beri waktu pelaksanaan
kegiatan dan tanda tangan perawat jaga.
4
Personal Hygiene
Keperawatan Dasar I
KEBERSI HAN DIRI & LINGKUN GAN
Tujuan Umum:
Mahasiswa mampu melakukan latihan mengganti alat tenun
Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa di harapkan mampu :
Pengertian
Mengganli alat tenun kotor dengan alat tenun yang bersih pada tempat tidur klien dengan klien diatas
tempat tidur dan pada tempat tidur kosong
Tujuan
l. Untuk memberikan lingkungan yang bersih. tenang, dan nyaman.
2. untuk menghilangkan hal yang dapat mengiritasi kuliut dengan menciptakan alat tidur dan
selimut yang bebas dari kototran/lipatan.
3. untuk meningkatkan gambaran diri dan harga diri klien dengan menciptakan tempat tidur yang
bersih, rapi, dan nyaman
Page 1
tempat tidur setelah
Dapat juga dijelaskan bahwa tempat tidur terbuka merupakan
yang tidak ditutup secara keseluruhan
dipasang seprei. perlak, selimut, dan sarung bantal
Dilakukan setiap shift; pagi & sore (merapikan tempat tidur supaya pasien nampak rapi
dan pasien merasa nyaman
Persediaan Alat:
Tempat tidur, kasur, bantal
Troli Atas
Seprei besar/bedsheet
Seprei kecil/drawsheet
Selimut
Sarung bantal/pillorv case
Tloli Bawah
Makintosh/perlak panjang I
Kain lamailap I
Baskom/doby bag
Prosedur
No. Intervensi I
I
Rasional
I Sediakan alat sesuai kebutuhan/susun Prosedur Iebih sistematis
berdasarkan kebutuhan
Matikan (Turn off) kipas Menghindari cross infection
3 Sediakan ruang kerja yang mencukupi Supaya dapat bekerja dengan nyaman
D.o6 .)
(Lapangkan wasan)
7 Buang kotoran/sisa makanan yang ada Koto:an/sisa makan YanB ada blsa
di atas kasur jika ada mencederakan pasien dan menyebabkan
infeksi
8 Rapikan pembungkus kasur jika
ada,tarik kasur ke atas jika Perlu
I Jika tidak ada pembungkus kasur, alas Mencegah kasur tercemari
kasur menggunakan perlak
1(), Bentangkan seprei dan lipatan tengah
berada di tengah kasur
11. Tarik seprei ke ujung kasur
12. Buka lipatan seterusnya
13. Berdiri menghadap kepala tempat tidur Menjaga postur yang betul sewaktu
melakukan prosedur
r4, Lipat ujung seprei ke bawah bagian
kepala tempat tidur Qipatan sampul
surat)
15. Ulanp;i prosedur yang sama (r4) di
bagian bawah tempattidur
a6. Lipat masuk seprei ke bawah kasur di
bagian tengah sisi tempat tidur dan
tegangkan
17. Bentangkan draw makintosh dan alas di
bagian atasnya dengan drawsheet dan
lipat ke bawah kasur
18. Lipat selimut dengan rapi di bagiaa kaki
tempat tidur
49. Pasangkan sarung bantal
20. Laetakkan bantal di
bagian kepala Kelihatan lebih rapi
tempat tidur dengan menempatkan
Page 3
I
pembukaan sarung bantal diarahkan
jauh dari pintu masuk
21 Rapikan kembali unit/area pasien
Prosedur:
No. Intervensi Rasional
1. Beri salam dan jelaskan prosedur Untuk mengurangi cemas dan
yang akan dija'lankan mendapatkan kerjasama dari ldien
2. Sediakan alat sesuai Prosedur lebih sistematis
kebutuhan/susun berdasarkan
kebutuhan
J. Matikan (Turn off) kipas Menghindari cross infection
4. Sediakan ruang keria yang mencukupi Supaya dapat bekerja dengan nyaman
(Lapangkan kawasan)
Page 4
10. Posisikan pasien ke lateral
(kiri/kanan)
/ Silangkan kedua tangan di atas
asisten)
11 Gulung drawsheet dan sePrei Yang
akan ditukar (sebelah saja)/gulung
sampai ke tengah saja, selipkan
kainan satu persatu di bawah pasien
t2. Buang sisa-sisa makanan jika ada di
atas kasur
13. Ambil kainan yang baru dan letakkan
di atas tempat tidur
/ Seprei -+ ratakan dengan rapi
/ Drawsheet
14. Selipkan bagian yang bergulung di
bawah klien
15. Juntaikan bagian yang tidak
bergulung di sisi tempat tidur
16. Posisikan kembali pasien ke arah
yang berlawanan
17. Keluarkan kain yang kotordan
masukkan ke dalam doby bag
18. Tarik drawsheet dan seprei di
sebelah lagi kemudian rapikan
19. Posisikan kembali pasien dalam
posisi rekumben
20. Rapikaa tempat tidur dengan teknik
yang betul dan gunakan body
mekanik (kepala dan kaki tempat
tidur)
Page 5
2r. l.etakkan selimut kembali dan
posisikan pasien dengan nyaman
Rapikan unit/ruangan kembali.
Prosedur:
No. Intervensi Rasional
I Beri salam dan jelaskan prosedur Untuk mengurangi cemas dan
yang akan dijalankan mendapatkan kerjasama dari klien
2 Sediakan alat sesuai Prosedur lebih sistematis
kebutuhan/susun berdasarkan
kebutuhan
3 Matikan (T\:rn off) kipas I\{enghindari cross infection
4 Sediakan ruang kerja yang mencukupi Supaya dapat bekerja dengan nyaman
(Lapangkan kawasan)
Kunci roda tempat tidur Menghindari tempat tidur bergerak ketika
memasang seprei
6 Cuci tangan secara medikal Menghindari infeksi nosokomial
7 Berdiri di sisi tempat tidur secara Mempertahankan postur badan yang betul
berlawanan untuk menghindari cedera
8 Posisikan pasien dalam posisi Memudahkan seprei dipasang dan
recumben dan keluarkan bantal yang memudahkan pergerakan dan mudah
berlebihan untuk mengalihkan pasien
9 longgarkan seprei , draw sheet dan
lipat blanket letakkan di kursi
Page 6
10. Posisikan pasien ke posisi duduk (up-
right) -+ Pegang bahu & ampu
belakang pasien
/ Perawat berdiri menghadap
pasien (sebelah kanan dan kiri)
/ Buka kaki sebagai dasar ampuan
(satu ke depan satu lagi ke
belakang)
/ Bengkokkan lutut untuk
rendahkan badan
/ Pegang lengan pasien dengan
bagian ketiaknya di ampu. Sebelah
tangan lagi ampu bagian belakang
pasien
Serentak angkat pasien untuk
"
didudukkan
r' Asisten memegant pasien untuk
keselamatan pasien
11. Gulung drawsheet dan seprei yang
akan ditukar hingga aras puntgung
pasien (selitkan di bawah punggung)
t2 Buang sisa-sisa makanan jika ada di
atas kasur
13 Ambil kainan yang baru dan letakkan
di atas tempat tidur
/ Seprei --r ratakan dengan rapi
/ Drawsheet
14. Selipkan bagian yang bergulung di
bawah klien
15. Juntaikan bagian yang tidak
bergulung di sisi tempat tidur dan
rapikan seprei di bagian kepala
tempat tidur
16. Posisikan kembali pasien ke posisi
PaBe 7
supine
17 Bengkokkan ke dua kaki pasien dan
asisten angkat punggung pasien
sedikit/anjurkan pasien mengangkat
punggungnya sedikit dengan
sokongan oleh kakinya.
18. Sewaktu punggung di angkat perawat
Menarik keluar kainan yaag kotor
19. dan masukkan ke dalam doby bag,
I
r Bagi pasien yang ada POP (Plasfrc o/ Pan's)/traksi, pasien boleh menggunakan monkey
pole.
Page B
MEMANDIKAN KLIEN DI TEMPAT TIDUR
(SPONGING)
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan latihan memandikan klien ditempat tidur.
Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:
Pengertian
. Membersihkan seluruh tubuh klien yang terbaring di atas tempat tidumya.
. Memandikan pasien salah satu tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak
mampu mandi secara sendiri atau memerlukan bantuan.
Tujuan
t. Untuk menghilangkan minyak yang menumpuk, keringat, sel-sel kulit yang mati dan bakteri
2. Untuk menghilangkan bau badan yang berlebihan
l. Menstimulasi sirkulasi/peredaran darah
4. Meningkatkan perasaan sembuh bagi klien
5. Mencegah infeksi kulit
6. Untuk melakukan senam otot dan serrdi melalui pergerakan aktif dan pasif
7. Memberikan kesempatan pada perawat untuk mengkaji kondisi kulit klien
Persediaan Alat:
Troli Atas:
2 baskom besar (berisi air hanga:)
Bedak
Sisir
Page 9
Gunting kuku
Handscoon yang tidak steril
o/o
1 com yang berisi cetavalon I dengan kapas dan gauze
2 flannel/waslap
Drawsheet
Bedpan/urinal
Prosedur
i.*o. Intervensi Ilasio na I
2 Beri salam & klien diberitahu tentang Untuk mengurangi rasa cemas klien dan untuk
tujuan prosedur yang akan dilakukan mendapatkan kerjasarna
i3. Sediakan troli yang lengkap dan bawa ke Prosedur lebih sistematis
Page 10
/ Bantu klien berada dekat dengan anda
/ Letakkan dalam posisi rekumben.
semi fowler's atau fowler's lergantung
keadaan klien
10. Longgarkan seprei dan drawsheet Untuk menghindari tubuh klien terekspos
Membersihkan muka:
/ Alas handuk mandi diatas dadaklien
/ Sarungkan waslap yang telah
dibasahkan
r' Lap mata dari dalam keluar
r' Lap bagian dahi
/ Lap hidung dan pipi ke telinga
/ Lap mulut dan dagr.r
kesan sabun
/ Lap kering tangan pasien
(lakukan tangan yang sebelah lagi,
page 11
tukar air jika sudah kotor)
r3. Membersihkan bagian dada dan perut
r' Lipat selimut mandi samapi ke bagian
pubis dan letakkan handuk mandi di
sisi klien
/ Basahi bagaian dada dan abdomen
r' Sabuni bagain tersebut
/ Jika perempuan beri perhatian lebih Menghindari kotoran berkumpul di area
pada bagian bawah lipatan payudara lipatan kulit dan menyebabkan infeksi kulit
v' Bersihkan waslap dan keringkan
bagian tersebut
/ Tutup bagian dada dan abdomen
I
tangan -+ Gunakan circular stroke.
beri perhatian lebih pada bagian
pinggul
PaEe 12
v/ Bersihkan dan lap kering sapuka
16 bedak
MENCUCI RAMBUT
(HAIR SHAMPOO)
Pengertian
Menghilangkan kotoran pada rambut dan kulit kepala dengan menggunakan sampo kemudian dibilas
dengan air sampai bersih.
Tuj ua n
Dilakukan
Jika rambut kotor
Pada klien yang menjalani operasi
.
Page 13
Persiapan alat dan bahan
Baki berisi:
- Dua buah sisir
- Dua buah handuk
- Satu buah waslap
- Sabun/ sampo
- Alas (handuk/perlak)
- Kom kecil
- Kasa
- Bengkok berisi larutan lisol2-3Yo
- Sarung tangan bersih
- Celemek
- Cayung
- Ember berisi air bersih
- kain pel
- ember kosong
- air panas
Persiapan Klien :
'1.
Bawa alat ke dekat klien.
PROSEDUR:
J Cuci tangan
4 Pakai celemek
Atur posisi tidur klien senyaman mungkin dengan kepala dekat sisi tempat
6
tidur
1 Pasang perlak dan handuk dibawah kepala klien
8 Letakkan ernber yang dialasi kain pel di lantai, di bawah kepala klien
Page 14
9 Pasang talang dan arahkan ke ember kosong
l0 Tutup lubang telinga luar dengan kapas dan tutup mata klien dengan waslap
Cosok pangkal rambut dengan kain kasa yang telah diberi sampo kemudian
l3
urut dengan ujungjari. Kasa kotor di buang ke bengkok
Kembalikan klien pada posisi semula dengan cara mengangkat kepala dan
t7
alasnya serta meletakkannya di atas bantal
Sisir kembali rambr"rt klien dengan sisir bersih dan biarkan kering atau
l8
keringkan dengan alat pengering rambut lalu sisir sampai rapi.
t9 Rapikan klien
22 Cuci tangan
Evaluasi
Validasi perasaan klien.
Dokumentasi
II
24 Catat hasil dan respon klien pada proses keperawatan.
Page 15
PERAWATAN JARI KUKU TANGAN DAN KAKI
Pengertian
Memotong kuku klien yang panjang karena klien tidak dapat melakukannya'
Tujuan
- Menjaga kebersihan tangan dan kaki
- Mencegah timbulnya luka (infeksi)
- Mencegah kaki berbau tidak sedaP
- Mengkaji/ memantau masalah pada kuku tangan dan kaki
Dilakukan pada:
Klien yang tidak dapat melakukan sendiri
Check List
No Prosedur
I ) 3
Persiapan alat
Bak berisi:
- Pengalas (perlak kecil dan alasnya)
- Gunting kuku
- Handuk
- Sikat kuku
- Sarung tangan bersih
2
Persiapan Klien :
Page 16
I Klien diberitahu tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan
2 Posisi klien diatur senyaman mungkin.
Memotong Kuku pada Jari Tangan
3 Cuci tangan
4 Pakai sarung tangan I
Rendam tangan dalam baskom berisi air hangat selama l-2 menit untuk
6 melunakkan kuku. Jika kuku sangat kotor, sikat dengan sikat kuku dan sabun,
lalu bilas dengan air hangat, keringkan dengan handuk.
Letakkan tangan di atas bengkok berisi lisol 3 % supaya kuku tidak berserakan.
7 Potong kuku padajari tangan sesuai dengan lengkungan kuku. Setelah selesai,
l5 Cuci tangan.
Evaluasi
16 Val idasi perasaan klien
Dokumenlasi
t7 Catat hasil dan respon klien pada proses keperawatan
Page 17
PERAWATAN GIGI DAN MULUT
Pengertian
Melaksanakankebersihanronggamu|ut,gigi,danlidahuntukmempertahankankebersihandankesehatan
mulut.
I
Tujuan
Agar mulut dan gigi tetap bersih/ tidak berbau
Mencegah infeksi mulut, kerusakan gigi, bibir dan lidah pecah-pecah/ stomatitis
Memberikan perasaan senang dan segar pada klien
Membantu merangsang nafsu makan
Mendidik klien mengenai kebersihan perorangan
Dilakukan pada :
Klien yang tidak dapat melakukan oral higiene secara mandiri, misalnya:
- Ktien tidak sadar
- Klien anak-anak
- Klien patah tulang lengan, tulang rahang,dll
- Klien pacsaoperasi yang masih puasa
MENYIKAT GIGI
Pengertian :
Tujuan:
Supaya mulut dan gigi tetap sehat, bersih, dar tidak berbau
Page 18
Dilakukan pada :
K€giatan
No I ) 3
MENYIKAT GICI
Persiapan alal
Baki berisi:
Pengalas (perlak kecil), jika perlu
Handuk / alas
Persiapan Klien :
2
1 . Klien diberitahu tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan.
2. Posisi klien diatur senyaman mungkin.
Prosedur:
3 Bawa alat ke dekat klien.
Letakkan bengkok di bawah dagu klien agar air bekas kumur dapat
'7
tertampung.
Berikan sikat gigi yang sudah dibnbuhi pasta gigi secukupnya dan telah
9
dibasahi air terlebih dahulu kepada klien.
Page 19
selanjutnya sarankan untuk berkumur dengan air bers ih, tampung air dalarn
bengkok.
t7 Cuci tangan.
Evaluasi
t8 Validasi perasaan klien.
f)okumentasi
20 Catat hasil dan respon klien pada proses keperawatan
Pengertian
Membersihkan rongga mulut, lidah, dan gigi dari semua kororan/ sisa makanan dengan menggunakan
kain kasa atau kapas yang dibasahi dengan air bersih.
Tujuan
Meningkatkan daya tahan tubuh
Mencegah timbulnya penyakit infeksi, baik lokal maupun penularan melalui mulut.
page 20
Dilakukan pada :
Klien yang tidak dapat menggunakan sikat gigi, misalnya stomatitis hebat, penyakit darah
tertentu,dll.
Klien yang sakit payah atau tidak sadar.
Klien sesudah operasi mulut/ patah tulang rahang
I
Persiapan alat
Baki perasat berisi:
- Handuk
- Perlak
- Celas kumur berisis air masak/nacl lo/ol air garum
- Kom kecil berisi boraks gliserin/ gelatin violet secukupnya
- Bak steril tertutup berisi : '
PinseVarteri klem
Spatel lidah
- Bengkok 2 buah
- Perlak kecil
Persiapan Klien/keluarga :
2
l. Klien/keluarga diberitahu tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan.
2. Posisi klien diatur senyaman mungkin.
Prosedur:
J Bawa alat ke dekat klien,
4 Cuci tangan
5 Pasang alas/handuk di bawah dagu dan pipi klien
1 Jepil deppers dengan ujung pinset/ arteri klem basahi dengan air masak/NaCl/air
Page 21
masak
Buka mulut klien dengan spatel lidah yang sudah dibungkus kasa (bila klien
8
tidak sadar).
Bersihkan rongga muali dari dinding, gusi, gigi, dan terakhir gigi bagian luar
9
dengan hati-hati.
Selanjutnya, olesi bibir dengan boraks gliserin, jika terdapat stomatitis, olesi
12
dengan gelatin violet atau obat lainnya menggunakan lidi kapas.
Angkat bengkok yang berisi kasa, deppers, lidi kapas, pinset, klenr yang kotor
1i
dan letakkan di atas baki/meja dorong.
16 Rapikan klien.
B a\YA al at-al at ke teln pat cuc ran LI n tu k di bers h kan, alrr pad a tem patny a
t7
mastng-ma5rng.
t8 Cuci tangan.
Evaluasi
Page 22
MEMELIHARA MULUT PADA KLItrN PATAH TI]LANG RAHANG
Pengertian
Membesihkan rongga mulut, lidah, dan gigi dari semua kotoran/ sisa makanan dengan menggunakan
kain kasa atau kapas yang dibasahi dengan air bersih.
Tuj uan
meningkatkan daya tahan tubuh
mencegah timbulnya penyakit infeksi baik lokal maupun penularan melalui mulut.
I
Persiapan alat :
(bethadine kumur)
.!. Bak steril berisi lidi kapas atau kasa, pinset,spuit l0 cc
.!. Sarung tangan bersih
* Tisu
Persiapan Klien :
D ro. ??
lr
Prosedur:
3 Bawa alat ke dekat klien
Bersihkan gigi dengan menyemprotkan NaCl berulang kali sampai bersih dan
1
anjurkan agar air yang kotor dibuang pada bengkok.
Bersihkan gigi/kawat pengikat dengan lidi kapas/ kain kasa yang dibasahi
8
dengan NaCl berulang kali dengan hati-hati sampai bersih.
Page24
Pemasangan Infus
Keperawatan Dasar I
PEMASANGAN INFUS
Pengertian
Memasukkan cairan/obat langsung ke dalam vena dalam jumlah yang
banyak dan dalam waktu yang lama.
Tujuan
a. Memenuhi cairan dan elektrolit bagi pasien yang tidak bisa
mengambil secara oral
b. Memenuhi cairan dan elektrolit tubuh setelah banyak kehilangan
cairan, contohnya : Melalui perdarahan, dehidrasi yang serius.
c. Memberikan nutrisi yang diperlukan oleh tisu untuk proses
metabolisme
d. Menyediakan suatu medium untuk p[emberian obat secara intravena
Indikasi
Dehidrasi
Syok
Intoksikasi berat
Pra & Pasca bedah sesuai dengan program pengobatan
Pasien yang puasa (NBM/Nil by Mouth) atau tidak boleh mengambil
makanan atau minuman secara oral
Sebelum transfusi darah
Perlu pengobatan dengan cara infus
Pasien yang memerlukan obat yang dimusnahkan oleh acid
hidroklorik atau obat yang mudah diserap oleh gastrousus
1
b. Larutan Elektrolit
Normal Saline/ Nacl
Hartman/ Ringer Lactat
c. Larutan yang meningkatkan volume darah
Serum albumin manusia
Plasma
Isipadu darah
2. Keperluan pasien
Pasien yang mengalami syok hipolemik memerlukan cairan dengan
segera oleh itu cairan perlu diberi dengan tepat
2
3. Status / keadaan jantung dan renal
Pastikan tidak ada gangguan di organ-organ ini.
7. Potensi jarum
Darah beku yang terdapat pada ujung jarum / bevel akan menyekat
aliran infus
8. Penyempitan vena
Penggunaan balutan (bandage) yang erat / cuff tekanan darah
9. Pembukaan udara.
Tertutup = udara tidak dapat masuk ke dalam botol mengakibatkan
tidak ada tekanan di dalam botol untuk membuat cairan menetes
Tetesan dasar
Mikro : 60 tts/mnt
Makro : 20 tts/mnt
3
Persiapan Alat:
1. Cairan infus
2. Infuset
3. IV Khateter Jarum infus, Abocath, Wing needle/Butterfly
4. Kapas alkohol
5. Standar infus
6. Turniquit, plaster, gunting,
7. Larutan antiseptic (Bethadine)
8. Papan Spalk (bila perlu)
9. Sarung tangan
10. Perlak kecil/pengalas, nierbekken.
Prosedur
Langkah-langkah Rasional
1. Periksa arahan dokter/pastikan Mengurangi resiko terjadinya
tentang adanya order pengobatan. kesalahan
Jenis larutan yang diperlukan
Jumlah cairan yang diperlukan
Sediakan regim menurut waktu
yang ditentukan
4
Kebocoran plastik/keretakan
kaca pada botol infus
13. Atur posisi pasien rileks dengan Memberikan rasa nyaman dan
tangan lurus, letakkan perlak kecil memudahkan perawat bekerja.
di bawah tangan. Menghindari kain/seprei
5
terkena darah.
14. Kaji tempat penusukan vena. Pilih Bila terjadi sclerosis atau
tempat distal vena yang digunakan kerusakan pada vena, tempat
proksimal dari vena yang sama
masih dapa digunakan
6
21. Abocath kemudian diteruskan Jika darah telah berada di
masuk ke vena dan tangan yang lumen jarum berarti jarum
tidak memegang digunakan untuk telah masuk ke vena, karena
mengontrol letak jarum dengan pembendungan dengan
palapasi vena dari luar. Jika darah turniket menyebabkan tekanan
telah memasuki lumen jarum naik sehingga mengakibatkan
dorong perlahan2 sampai posisi darah mengisi lumen jarum.
tepat. (Satu tangan mendorong
abocath sampai menempel dengan
tempat penusukan sementara
tangan yang lain menarik
mandarin/stylet ke luar
25. Atur kecepatan tetesan infus sesuai Intake cairan dan elektrolit
order adekuat
7
Kewaspadaan
Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan set infus yang baru
Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi tanda
infeksi
Observasi tanda/reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain
Evaluasi
Output urine seimbang dengan intake cairan
Karakteristik urine menunjukkan fungsi ginjal baik
Klien akan mengkomsumsi cairan sesuai dengan program (peroral,
terapi intravena, atau TPN)
8
Tidak boleh mengatur tetesan untuk menghindari kejadian
berlebihan cairan yang diperlukan
Tidak boleh tinggikan bagian/anggota yang dipasangi infuslebih
dari paras jantung untuk menghidari kejadian back flow ke selang.
9. Memenuhi rasa nyaman dan bantuan aktivitas pasien
Memenuhi personal hygiene
Membantu mobilitas : turun dari tempat tidur, berjalan dsb.
10. Perhatikan tanda2 vital pasien dan komplikasi yang bisa berlaku
sewaktu pasien menerima infus.
Menghentikan infus
Dilakukan jika program terapi sdh selesai atau jika lokasi penusukan
abocath bengkan/aliran tidak berjalan lancar
Tutup klem infus spy alirannya berhenti
Buka plaster dan kasa dengan hati2
Pakai glove, letakkan kasa yang steril diatas tempat abocath dan
keluarkan abocath
Tekan tempat tersebut dengan kasa selama 2-3 menit untuk
mencegah perdarahan kmdn plasterkan dengan rapi.
9
PEMASANGAN TRANSFUSI DARAH
Defenisi:
Memasukkan darah yang berasal dari donor ke dalam tubuh klien
melalui vena.
Tujuan :
1. Untuk menggantikan kehilamgam darah yang banyak sewaktu
pembedahan dalam kasus perdarahan
2. Menggantikan kekurangan komponen darah yang spesifik contohnya,
Platelet, RBC, faktor2 pembekuan darah
3. Umtuk memepertahankan dan meningkatkan volume darah dalam
sirkulsasi pada kasus2 syok akibat perdarahan
4. Untuk meningkatkan kandungan oksigen dalam darah pada kasus
anemia
Di lakukan pada:
1. Klien yang kehilangan darah
2. Klien yang penyakit kelainan darah tertentu (misalnya anemia,
leukemia)
Komponen-Komponen darah:
3. Whole blood Semua komponen darah
4. Packed red cell/packd cell Plasma yang dikeluarkan dari whole
blood
5. Plasma Hasil pemisahan whole blood
6. Platelets kandungannya platelets, limfosit dan sedikit plasma
7. Granulosit Kandungannya WBC, plasma dan sedikit RBC
8. Albumin Kandungannya albumin, plasma dan human albumin
9. clotting factor/Faktor pembekuan darah Cryoprecipited anti
hemolitik faktor
Peralatan
1. Selain alat-alat yang diberika dalam pemeberian infus
2. Larutan normal saline 0,9%/ Nacl 0,9%
3. Set infus dengan filter
4. IV khateter (Diemeter 18 G/19G)
5. produk darah yang benar
6. Sarung tangan
7. Kapas alkohol
8. plester
10
9. Nierbekken
10. Format persetujuan pemberian transfusi yang ditandatangani
11. Penghangat darah
2. Pasien
Pengambilan darah krg lebih 3 ml untuk tes golongan darah ini
bertujuan untuk tes kesesuaian dara untuk menghindari kejadian
aglutinasi dan hemolisis
3. Perawat
Mengambil sampel darah pasien
Mengisi format pengambila darah dengan lengkap
Mengantar sampel darah ke bank darah/PMI
Komfirmasi darah telah disediakan oleh bank darah/PMI sesuai
instruksi dokter di dalam format.
Prosedur
11
5. Dapatkan data dasar tanda – tanda Memastikan suhu, nadi, tekanan darah,
vital dalam 30 menit sebelum dan pernafasan pra-transfusi klien dan
pemberian transfusi darah. memungkinakan deteksi reaksi
Laporkan adanya peningkatan transfusi dengan memperhatikan
suhu pada dokter. perubahan pada tanda – tanda vital.
6 . Minta klien untuk dengan segera Gejala – gejala ini dapat merupakan
melaporkan gejala-gejala berikut : tanda- tanda reaksi transfusi. Pelaporan
mengigil, sakit kepala, gatal, dan penghentian transfusi dengan
kemerahan jika ada. cepat akan membantu meminimalkan
reaksi
7. Cuci tangan Mengurangi transmisi mikro organisme
8. Kenakan sarung tangan sekali Mengurangi transmisi patogen darah,
pakai sarung tangan harus dipakai bila
menangani cairan tubuh (CDC,
1987;OSHA, 1991).
9. Buat jalur IV dengan kateter besar Memungkinkan infus darah lengkap
(diameter 18-G atau 19-G) dan mencegah hemolisis.
10. Gunakan slang infus yang Filter dapat menyaring debris dan
memiliki filter. bekuan darah yang lembut
11. Memberi infus normal saline/Nacl Mencegah hemolisis sel darah merah
0,9% sebelum memberi darah (50
cc)
Jangan memeberikan larutan yang Bisa menyebabkan aglutinasi dan
ada kandungan glukosa menyekat salur darah
12. Ikuti protokol institusi dalam Darah lengkap atau kemasan sel – sel
mendapatkan produk darah dari darah merah harus tetap dalam
bank darah. Minta darah bila anda lingkungan dingin (10 - 60 C). →
telah siap menggunakannya. letakkan dalam kotak darah yang berisi
es batu.
13. Dengan perawat lain, indentifikasi Satu perawat membaca dengan keras
kebenaran produk darah dan klien: saat perawat lainnya mendengarkan
Pemeriksa kompatibilatas yang dan mengecek ulang informasi.
tertera pada kantung darah dan Memastikan bahwa golongan ABO,
informasi pada kantung itu tipe Rh, dan jumlahnya cocok.
sendiri.
12
Periksa tanggal kadaluawarsa Setelah 21 hari, darah hanya
pada kantung. mengandung 70% sampai 80% sel – sel
Periksa darah terhadap adanya aslinya dan 23 mEq/L kalium.
bekuan. Antikoagulan, dekstrosa sitrat – fosfat
(CPD), ditambahkan ke dalam darah
pemeriksaan di atas perlu di dan memungkinkan darah disimpan
lakukan di bank darah/PMI selama 21 hari. Antikoagulan baru,
bersama dengan petugas jaga. adenin – dekstrosa – sistrat – fosfat
Ketika di dalam bangsal/ruangan (CPD – A), memungkinakan
perlu dicek lagi(double cek) penyimpanan selama 35 hari. Bila
dengan perawat lain atau dokter terdapat bekuan, kembalikan darah ke
sebelum darah diberikan ke pasien. bank darah.
14. Darah disimpan pada suhu Agar darah yang diberikan sesuai
ruangan kurang lebih 30 menit dengan suhu badan.
setelah dikeluarkan dari kotak
darah dengan cara :
Dialirkan pada air kran
Direndam dengan air tetapi
pastikan selang
penyambungnya tidak bocor
15. Dengan perlahan balikkan Mencegah sel – sel menggumpal, yang
kantung darah 1 sampai 2 kali dapat menyumbat pintu bawah
untuk mencampur sel – sel tetapi kantung atau menimbulkan bekuan. Sel
tidak digoncang darah yang rapuh mungkin akan rusak
bila terbentur filter yang tak berisi
normal salin.
16. Untuk pemberian darah: Menyiapkan filter dan selang terisi
a. Tusuk unit darah darah
b. Pencet bilik drip; biarkan filter Membantu mempercepat hubungan
terisi darah. dari selang infus yang telah disiapkan
ke kateter IV.
c. Buka klem pengatur dan Mengisi slang
biarkan selang infus terisi
darah.
Masukkan darah dan atur kadar
tetesan :
Dimulai dengan kecepatan Kebanyakan reaksi transfusi terjadi
aliran yang perlahan 2-5 selama 15 sampai 30 menit transfusi.
ml/menit ( 10-15 tetes)dalam Menginfus sejumlah kecil darah pada
10 menit pertama awal meminimalkan volume darah
Tambahkan jumlah tetesan yang terpajan oleh klien, yang
jika tiada tanda-tanda reaksi membatasi beratnya reaksi. Tindakan
13
transfusi darah, antara 28-30 ini juga memungkinkan tindakan cepat
tetes /menit (jumlah tetesan terhadap reaksi transfusi
tergantung pada keadaan
pasien dan jenis darah yang
di berikan)
Tetap bersama klien selama
15 sampai 30 menit masa
transfusi
17. Pantau tanda – tanda vital klien: Waspadalah terhadap setiap perubahan
tiap 5 menit selama 15 menit tanda – tanda vital yang dapat
pertama : tiap 15 menit selama satu merupakan tanda awal reaksi transfusi
jam berikutnya; tiap jam sampai
unit darah terinfuskan; selama satu
jam setelah infus selesai.
18. Atur infus sesuai pesanan dokter.
Kemasal sel – sel darah biasanya
diberikan 1 ½ sampai 2 jam
sementara darah lengkap
diberikan 2 sampai 3 jam.
19. Pastikan tidak memberikan obat Mencegah reaksi obat terhadap darah.
melalui aliran transfusi darah
14
habis, dan raspons klien terhadap
terapi darah. Biasanya digunakan
catatan transfusi terpisah.
24. Teruskan pemerhatian tanda-tanda Untuk mengesan reaksi yang lambat
vital pasien dan keadaan pasien
26. Cek hemoglobin setelah 24 jam Untuk mengetahui kadar hemoglobin
pemberian transfusi darah setelah transfusi apakah ada perubahan
diberikan kepada pasien atau tidak
15
Nasogastric Tube (NGT)
Keperawatan Dasar I
PROSEDUR PEMASANGAN NGT
1. Definisi NGT
NGT adalah singkatan dari Nasogastric Tube. Alat ini adalah alat yang digunakan untuk
memasukkan nutsrisi cair dengan selang plastik yang dipasang melalui hidung sampai
lambung. Ukuran NGT diantaranya dibagi menjadi 3 kategori yaitu:
a. Dewasa ukurannya 16-18 Fr
b. Anak-anak ukurannya 12-14 Fr
c. Bayi ukuran 6 Fr
1
5. Peralatan yang dipersiapkan diantaranya adalah;
a. Selang NGT ukuran dewasa, anak-anak dan bayi (tergantung kondisi pasiennya)
b. Handschoon
c. Handuk
d. Perlak
e. Bengkok
f. Jelly atau lubricant
g. Spuit 10 cc
h. Stetoskop
i. Tongue spatel
j. Plaster
k. Penlight
l. Gunting
2
penlight apakah selang sudah benar masuk. Jika ternyata masih di mulut tarik kembali
selang dan pasang lagi
i. Jika sudah masuk cek lagi apakah selang benar masuk lambung atau trakea dengan
memasukkan angin sekitar 5-10 cc dengan spuit. Kemudian dengarkan dengan
stetoskop, bila ada suara angin berarti sudah benar masuk lambung. Kemudian
aspirasi kembali udara yang dimasukkan tadi
j. Jika sudah sampai lambung akan ada cairan lambung yang teraspirasi
k. Kemudian fiksasi dengan plester pada hidung, setelah fiksasi lagi di leher. Jangan
lupa mengklem ujung selang supaya udara tidak masuk
l. Setelah selesai rapikan peralatan dan permisi pada pasien atau keluarga
m. Selang NGT maksimal dipasang 3 x 24 jam jika sudah mencapai waktu harus dilepas
dan dipasang NGT yang baru.
3
Eliminasi Urine dan Fekal
Keperawatan Dasar I
PRAKTEK KEPERAWATAN DASAR
PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI
A. MIKTURASI/BAK
1. Pasien Laki-laki :
a. Membantu dalam pemberian Urinal
b. Pemasangan Condom Catheter
c. Kateterisasi Uretra (Straight & Indwelling @ Continuous Bladder
Drainage/CBD).
2. Pasien Perempuan
a. Membantu dalam pemberian Pispot/Bedpan
b. Kateterisasi Uretra
B. DEFEKASI/BAB
1. Membantu dalam pemberian Pispot/Bedpan & Commode
2. Rectal Suppositoria
3. Enema/Huknah/Klisma :
a. High Enema
b. Low Enema
4. Faeces Manual
C. TOILET TRAINING
1. Bladder Training
2. Bowel training
1
URINAL & PISPOT
Tujuan penggunaan :
1. Menampung urine untuk pengambilan spesimen atau untuk mengukur
output pasien (Intake output @ I/O Chart).
2. Untuk meransang eliminasi normal & independent.
3. Untuk menjaga integritas kulit pasien (supaya pasien tidak mengotori
tempat tidur).
Indikasi :
i. Pasien yang kurang mampu berjalan tetapi masih mempunyai refleks PU
& BO yang normal, cth : Lansia yang tidak mampu berjalan ke toilet.
ii. Pasien yang plegia/pareses tapi refleksnya tidak mengalami gangguan.
iii. Pasien yang sedang dalam perawatan/immobilisasi, cth: Traksi, Plaster Of
Parish (POP), transfusi darah, dll.
iv. Pasien dengan total bedrest @ CRIB (Complete Rest In Bed),
cth : pasien dengan penyakit jantung, dll.
A. URINAL
2
B. PISPOT (BEDPAN)
Digunakan oleh :
♂ : Untuk BAB
♀ : Untuk BAK & BAB
Jenis-jenis Bedpan/Pispot :
3
CONDOM CATHETER
Definisi :
Condom catheter adalah drainase urine eksternal yang mudah dan aman
digunakan untuk mengalirkan urine pada pasien laki-laki.
Indikasi :
a) Pasien inkontinen atau koma yang masih mempunyai kemampuan untuk
mengosongkan bladder secara spontan dan komplit.
b) Pasien yang sedang menerima perawatan atau pengobatan, exp : Diuretik,
untuk mengurangkan berjalan ke toilet dan juga memudahkan pengukuran
I/O Chart.
c) Pasien yang sadar tapi perlu perawatan Total Bedrest/CRIB,
exp : Pasien dengan penyakit jantung, dll.
Keuntungannya :
Kurang resiko infeksi terutama bila diselingi dengan perawatan perineal
yang adekuat.
Persiapan alat :
Kondom kateter
Strip elastik/Velcro
Urine bag
Disposible glove
Penile/perineum care set
Handuk, waslap, selimut mandi
4
Tanggung Jawab Pelaksanaan Prosedur
No Intervensi Rasional
Sebelum
Semasa Prosedur
5
8 Dengan tangan non-dominan,
genggam penis pasien sepanjang
batangnya, dengan tangan dominan
pegang kantong kondom pada ujung
penis dan dengan perlahan pasangkan
pada ujung penis (Untuk pasien yang
sadar, minta kerja samanya).
6
Setelah Prosedur
Komplikasi pemasangan :
a. Iritasi pada gland penis.
b. Infeksi Saluran kemih terutama jika Hygiene kurang.
7
KATETERISASI URINE PRIA
(INDWELLING & STRAIGHT)
8
KATETERISASI URINE WANITA
(INDWELLING & STRAIGHT)
9
RECTAL SUPPOSITORIA
Definisi :
Adalah sejenis obat yang dimasukkan ke dalam rektum melalui anus.
Persiapan alat :
Obat rectal Supp.
Disposible Glove
Water Soluble Lubricant (exp: Vaseline)
Gauze
Pispot/Commote
Selimut mandi & perlak (Disposible underpad)
Kertas toilet
Baskom, waslap, handuk, sabun dan air.
10
Tanggung Jawab Pelaksanaan Prosedur
No Intervensi Rasionalisasi
Sebelum Prosedur
Semasa Prosedur
6 Buka kemasan obat dan lubrikasi supp. Untuk memudahkan insersi dan
dan jari yang akan dimasukkan ke dalam mencegah trauma
anus.
11
9 Tarik jari keluar dan bersihkan daerah
anus dengan gauze kering.
Selepas Prosedur
12
ENEMA/HUKNAH/KLISMA
Definisi :
Enema adalah memasukkan larutan ke dalam rektumdan colon.
Tujuan/Indikasi Enema :
1. Pasien yang mengalami obstipasi berat (Impact stool)
Sebagai laxative (Memecahkan impact fecal sehingga memudahkan
pengeluarannya).
Meransang paristaltik usus.
2. Sebelum pembedahan (Elective Surgery) terutama bila dilakukan dengan
General Anaesthesia (GA)
Cth : Laparatomi
3. Sebelum pelaksanaan prosedur Diagnostic test terutama yang dilakukan
pada area abdomen (colon)
Cth : Colonoscopy, Sigmoidescopy dan Protoscopy.
4. Sebelum menjalankan X-Ray khas
Cth : Barium Enema, BNO/IVP, KUB X-Ray, dll.
5. Sebelum Partus yaitu pada Kala I (Enema Glycerin)
6. Untuk medikasi lokal atau sistemik
Cth : Enema Antibiotik & Enema karminative.
13
Jenis-jenis Enema :
2. Carminative Enema
Untuk mengeluarkan gas/flatus pada kasus Flatulence.
Akan mengembangkan rektum/colon yang juga meransang paristaltik
Untuk dewasa dimasukkan 60 – 80 ml
Sekarang sudah ada dalam bentuk obat oral, yaitu : Mist Carminative
30 ml (untuk dosis dewasa)
14
3. Oil Retention Enema
- Memasukkan minyak ke dalam rektum dan kolon sigmoid yang
disimpan cukup lama (1 – 3 jam)
- Akan melembutkan faeces, melicinkan rektum dan kanal anus,
sehingga membantu mengeluarkan impact faeces.
- Menggunakan : Minyak Zaitun, minyak glycerin @ Magnesium
Sulphate.
- Dimasukkan ke rektum dengan Spoit Glyserin sebanyak 90 – 120 ml.
4. Return-Flow Enema
Biasanya digunakan untuk mengeluarkan Flatus
Mengalirkan cairan 100 – 200 ml ke dalam rektum dan sigmoid yang
langsung dikeluarkan (in & out) untuk meransang paristaltik.
Proses ini diulang 5 – 6 kali sampai flatus dikeluarkan dan distensi
abdomen berkurang.
15
Kaedah-kaedah Pemberian Enema/Huknah :
16
Persiapan Alat :
Set Enema, termasuk :
o Wadah larutan
o Selang
o Klem pengatur selang
o Selang rectal dengan ujung bulat, ukurannya
Adult : No. 22 – 30 G Fr (French)
Ped. : No. 12 – 18 G Fr.
Larutan Enema sesuai keperluan
Umur Volume
18 Bln 50 – 200 ml
18 bln – 5 thn 200 – 300 ml
5 – 12 th 300 – 500 ml
> 12 th 500 – 1000 ml
Disposible Glove
Pelicin Larut Air (Vaselin)
Perlak @ Disposible Underpad
Selimut mandi
Kertas Toilet
Pispot @ Commode
Termometer air
Baskom, waslap, handuk dan sabun
17
Tanggung Jawab Prosedur
No Intervensi Rasional
1 Persiapan pasien
a. Jelaskan prosedur pada klien dan rasa Mengurangkan cemas dan agar
tidak nyaman yang akan dialami selama mendapatkan kerja sama
prosedur. pasien
c. Posisikan klien
Untuk dewasa: Supaya cairan mengalir
Huknah Tinggi : Lateral kanan @ mengikut gravitasi dan juga
Sim’s dengan lutut kanan flexi. memudahkan visualisasi pada
Huknah rendah : Lateral Kiri/Sim’s anus.
Untuk Anak-anak atau klien dengan
kontrol spinter anus yang kurang:
Dorsal recumbent dan diberi pispot
dibawah bokongnya.
2 Siapkan Peralatan
a. Lubrikasi ± 5 cm pada Rectal tube Memudahkan insersi dan
kurangkan trauma pada
mukosa rektum.
18
c. Cuci tangan dan pakai disposible glove Untuk mengurangkan MO dan
mencegah kontaminasi pada
tangan perawat.
c. Jika tertahan pada spinter anal interna, Untuk relaxkan otot spincter
arahkan pasien untuk bernafas dalam dan mengurangkan trauma.
dan alirkan sedikit cairan melalui tube.
19
b. Lambatkan aliran cairan jika pasien Pemberian enema yang lambat
mengeluh rasa penuh (fullness) atau dan penghentian aliran
sakit. Gunakan klem untuk sebentar akan menurunkan rasa
menghentikan aliran selama 30 detik., spasme di intestinal dan
kemudian mulai alirkan kembali dengan pengeluaran prematur dari
lambat. larutan.
20
atau sekurang-kurangnya 30 mnt untuk
retensi enema.
21
PEMBERIAN ENEMA MELALUI KEMASAN WADAH DISPOSIBLE
(PLASTIC COMMERCIAL CONTAINER)
Persiapan Alat :
Botol larutan disposible dengan ujung bulat*
Disposible Glove
Pelicin Larut Air (Vaselin)
Perlak @ Disposible Underpad
Selimut mandi
Kertas Toilet
Pispot @ Commode
Baskom, waslap, handuk dan sabun
No Intervensi Rasional
Sebelum Prosedur
1 Jelaskan prosedur pada klien Untuk mengurangkan anxietas
dan untuk mendapatkan
kerjasama pasien
22
Dorsal recumbent dan diberi pispot
dibawah bokongnya.
5 Selimuti tubuh dan extremitas bawah klien, Untuk menjaga privasi klien.
expose bagian yang akan dilakukan prosedur
seperlunya saja
6 Cuci tangan dan gunakan disposible glove Untuk mengurangkan M/O dan
mencegah kontaminasi pada
tangan perawat.
Semasa Prosedur
8 Dengan tangan non-dominan, regangkan Untuk merilexkan otot spincter
bokong bagian atas dan cari letak anus. anus agar memudahkan insersi
Arahkan klien untuk menarik nafas dan selang rektal.
menghembusnya perlahan-lahan melalui
mulut.
23
11 Letakkan tisu toilet di sekitar selang anus Untuk mencegah larutan
dan dengan perlahan tarik selang. keluar.
Selepas Prosedur
12 Jelaskan pada klien bahwa perasaan distensi Untuk mendapatkan hasil yang
adalah normal. Minta klien untuk menahan maximal.
larutan selama mungkin dengan berbaring di
tempat tidur (untuk bayi dan anak kecil,
dengan perlahan pegang kedua sisi bokong
selama beberapa menit)
14 Bantu pasien ke toilet atau bantu posisikan Untuk memberi posisi yang
dengan pispot @ commode. nyaman untuk BAB.
* Biasanya jarang diberikan pada bayi dan anak-anak karena komposisi larutannya dari
sabun (Hypertonic solution)
24
PEMBUANGAN IMPAKSI FEKAL
(MENGELUARKAN FAECES DENGAN JARI)
Definisi:
Impaksi fekal adalah suatu keadaan dimana faeces menjadi keras sehingga
tidak bisa dikeluarkan secara volunter melalui kanal anus.
Ini rentan terjadi terutama pada :
klien lansia akibat penurunan frekwensi metabolik, penurunan tingkat
aktivitas, ketidakadekuatan diet dan kecenderungan untuk menggunakan
laxative dan enema berlebihan secara rutin untuk meningkatkan evakuasi
faeces (Riwayat lengkap yang berkaitan dengan faktor-faktor ini harus
ditemukan).
Klien dengan imobilisasi, yang tidak mampu melakukan ambulasi secara
teratur dan yang gagal mempertahankan keseimbangan diet atau asupan
cairan.
Digital Disimpaction adalah tindakan memasukkan jari perawat ke dalam
rektum pasien untuk menghancurkan massa faeces dan mengeluarkannya dalam
bentuk yang telah hancur. Prosedur ini digunakan bila massa faeces terlalu besar
untuk keluar secara volunter dan pemberian enema tidak berhasil.
Tujuan:
Membuang secara manual faeces keras yang menghambat passage
evakuasi normal pada bagian bawah kolon.
Menghilangkan nyeri dan ketidak nyamanan
Merangsang paristaltik normal
Mencegah cedera rektal dan anal
25
Komplikasi/efek samping pelaksanaan prosedur:
a. Cedera (iritasi/pendarahan) dan nyeri lapisan mukosa rektum.
b. Palpitasi, memperlambat refleksif frekwensi jantung dan disritmia karena
Excessive Vagal Stimulation/Response (terutama pada klien lansia dan
pasien dengan gangguan jantung).
26
Persiapan Alat :
3 psg disposible glove
Water soluble lubricant
Pispot/commote
Perlak @ Disposible Underpad
Baskom air hangat
Waslap, handuk, sabun
Penyegar udara (bila ada)
No Intervensi Rasionalisasi
Sebelum prosedur
1 Cuci tangan medikal. Mengurangi transmisi MO
3 Kaji TTV pasien terutama nadi dan Sebagai data dasar untuk
tekanan darah. menentukan perubahan selama
prosedur.
27
7 Tempatkan perlak dibawah bokong Mencegah kontaminasi pada
pasien linen dan tempat tidur.
Semasa prosedur
9 Secara merata lumasi 2 jari tangan pada Mencegah trauma anus dan
tangan dominan. rektum.
28
prosedur bila frekwensi nadi klien
menurun atau iramanya berubah.
Setelah Prosedur
18 Buang glove yang kotor dan tukar yang Mencegah transmisi MO.
baru, kosongkan pispot dan bantu pasien Disimpaksi dapat meransang
ke toilet atau menggunakan pispot refleks defekasi.
bersih.
29
Pengkajian abdomen sebelum dan
setelah prosedur;
HE tentang pencegahan impaksi
berulang.
(prosedur mungkin diikuti dengan
enema atau pemberian
laxative/katartik).
30
TOILET TRAINING
A. TOILET TRAINING
Definisi :
Adalah program regulasi BAK yang menggunakan teknik distraksi/
pengalihan dan relaksasi, jadi klien secara sadar akan mampu menahan
keinginan urgen untuk PU.
Tujuan :
1. Memperbaiki dan meningkatkan pola BAK klien yang normal.
2. Mengembalikan fungsi normal Bladder
a. Meningkatkan kemampuan kapasitas bladder melalui penundaan PU
dan peningkatan interval waktu antara PU.
b. Distensi Bladder secara bertahap dengan penyesuaian pengambilan
cairan.
3. Mengajarkan pasien bagaimana cara mengembalikan kontrol terhadap
urgency dan penundaan PU.
Indikasi :
Program ini dilakukan pada klien dengan Urinary Incontinence spesifik
pada Stress, Urgen dan Mixed Incontinence.
31
Komponen vital dari bladder training ini adalah menghambat sensasi
urgen untuk PU, untuk melakukan ini perawat mengajarkan klien Teknik
Relaksasi Pernafasan yaitu bernafas dalam dan hembuskan perlahan
melalui mulut. Ini dilakukan setiap kali klien merasakan urgensi PU dan
dilakukan sampai sensasi tersebut berkurang atau hilang.
2. Bladder Training
Dimana klien menunda/menghambat sensasi urgency & PU menurut
jadwal yang telah ditentukan, hal ini lebih baik daripada PU saat ada
sensasi urgen.
Tujuannya adalah untuk memperpanjang secara bertahap interval antara
PU; memperbaiki kebiasaan frekuensi PU; untuk menstabilkan otot
detrusor bladder dan untuk mengurangkan urgensi.
Penundaan PU menyebabkan volume PU yang lebih besar dan interval
yang lebih lama antara PU. Pada awal program, tunda PU selama 5 mnt
lalu tingkatkan secara bertahap.
Biasanya jadwal interval PU dimulai setiap 2 – 3 jam (kecuali semasa
tidur/malam hari setiap 4 jam) kemudian ditingkatkan setiap 4 – 6 jam.
3. Habit Training
Merujuk kepada waktu PU dan jadwal toileting.
Menjaga klien tetap kering dengan PU pada interval waktu yang reguler.
Kekurangan habit training adalah tidak ada usaha yang memotivasi klien
untuk menunda PU jika ungency terjadi. Jadi sebaiknya habit training ini
dilakukan jika program bladder training telah komplit dapat dilakukan oleh
pasien.
32
klien untuk PU, cth : menawarkan pispot/commote atau ke toilet pada
klien sesuai dengan jadwal PU yang telah ditentukan.
5. Positive Reinforcement
Ini termasuk dukungan dari perawat, keluarga dan orang terdekat
pasien dan juga ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung
keberhasilan pelaksanaan program bladder training.
a) Tentukan pola BAK klien melalui pengkajian sejarah eliminasi klien dan
galakkan klien untuk PU pada saat-sat itu atau tentukan jadwal yang teratur
dan bantu klien untuk melaksanakannya sesuai jadwal baik itu klien rasa urgen
atau tidak.
b) Dorong pasien untuk menghambat sensasi pada awal urgency dirasakan.
Arahkan klien untuk melakukan teknik relaksasi pernafasan sampai urgency
berkurang atau hilang.
c) Juka klien sudah bisa mengontrol PU-nya sesuai jadwal, perpanjang interval
antara secara bertahap tapi tanpa kehilangan kemampuan untuk menahan
(continence).
d) Atur pengambilan cairan khususnya pada malam hari untuk menolong klien
mengurangkan kebutuhan untuk PU saat tidur.
e) Siang hari (jam 0600 – 1800), galakkan pengambilan cairan setengah jam
sebelum jadwal PU.
f) Hindari mengkonsumsi berlebihan: jus citrus, minuman berkarbonat (terutama
yang mengandung pemanis buatan), alkohol dan minuman yang mengndung
kafein, karena dapat mengiritasi bladder yang menjadi penyebab ketidak-
stabilan otot detrusor, meningkatkan resiko inkontinensia.
g) Jadwalkan obat/bahan makanan yang mengandung diuretik dipagi hari (kalau
ada/perlu).
33
h) Jelaskan pada pasien bahwa pengambilan cairan yang adekuat diperlukan
untuk memastikan produksi urine yang cukup untuk meransang refleks miksi.
i) Alaskan perlak/dsiposible underpad untuk menjaga linen tetap kering dan
sediakan Celana dalam khusus yang tahan air yang dapat menampung urine
dan mengurangkan rasa malu klien. Elak penggunaan Diapers karena
bermakna bahwa keadaan inkontinensia klien dibolehkan.
j) Bantu klien dengan program latihan untuk meningkatkan tonus otot abdomen
dan pelvis(Kegel Exercise). Stretching-relaksasi yang teratur dan rutin sesuai
jadwal dapat meningkatkan tonus otot bladder dan kontrol otot volunter.
k) Berikan dukungan positif untuk menggalakkan kontinensia. Puji pasien untuk
kemampuannya ke toilet dan kemampuannya menjaga urine kontinen.
34
B. BOWEL TRAINING
Definisi :
Adalah program yang bertujuan untuk menolong klien mengembalikan
pola defekasi normal.
Indikasi dilakukan pada Pasien dengan :
Bowel Incontinence
Frequent Constipation
Frequent Fecal Impaction
35
d. Sejarah medikal terkait.
Gangguan medikal yang terkait seperti: cedera/trauma, irritable
Bowel Syndrome, Ulserative colitis, diabetes, haemorrhoid, dll.
e. Gaya hidup dan keyakinan tentang fungsi defekasi
Tanya klien tentang efek dari program ini terhadap perubahan gaya
hidup mereka dan perubahan yang mereka ingin lakukan; ketersediaan
bantuan terlaksananya program setelah pulang kerumah dan dukungan
keluarga dan orang terdekat. Keyakinan tentang program manajemen usus
yang dilakukan dapat membantu keberhasilan pelaksanaan dan pencapaian
program.
5. Pembersihan usus
- Membebaskan kolon dari impaksi fekal dengan cara : manual disimpaksi,
enema atau laxative.
- Setelah impaksi faeces diatasi program Bowel Training dimulai dan
laxative/enema tidak diberikan lagi kecuali :
1. Pasien mengalami impaksi atau obstipasi lagi.
2. Untuk keperluan pemeriksaan diagnostik atau pembedahan.
3. Ada rekomendasi berdasarkan evaluasi dimana laxative/enema
dianggap program terbaik untuk pasien.
3. Waktu/Jadwal BAB
Menjadwalkan waktu BAB yang teratur sebagaimana pola eliminasi
sebelum sakit. Ini harus disesuaikan dengan waktu sekolah/bekerja,
biasanya setiap pagi.
Stimulasi untuk merespon kolon/reflex gastro kolon biasanya dilakukan ±
30 mnt sebelum BAB, contohnya pemberian minuman/jus orange hangat.
Tawarkan pasien pispot/commote/ke toilet diwaktu yang sama setiap hari.
Berikan masa yang cukup bagi pasien di toilet (5 – 25 mnt).
36
4. Diet dan pengambilan cairan
- Berikan pasien diet yang tinggi nutrisi dan fiber dari berbagai macam
sumber makanan.
- Beri minum 2 – 3 liter cairan sehari (kecuali ada kontra indikasi).
- Minum minuman hangat setiap pagi sebelum sarapan untuk meransang
refleks gastro kolon.
6. Privasi
Privasi dapat menimbulkan perasaan relaxasi yang dapat membantu proses
defekasi.
Privasi juga meyakinkan pasien bahwa orang lain tidak dapat mendengar
suara-suara memalukan dan bau busuk saat BAB.
Pasien harus dibantu ke toilet yang tertutup ataupun jika menggunakan
commode atau pispot jaga privasi pasien dengan menutup pintu dan tirai.
7. Posisi
Posisi duduk atau jongkok (squating), efek gravitasi dapat membantu
paristaltik dan pengeluaran faeces.
Elak penggunaan pispot kecuali sangat diperlukan. Untuk posisi
penggunaan pispot, tinggikan kepala tempat tidur, ampu punggung dan
kedua kaki dengan bantal.
Untuk mencegah tekanan exessive dan resiko kerusakan kulit, jangan
pernah membiarkan pasien menngunakan bedpan, commote atau duduk di
toilet lebih dari 25 menit.
37
Untuk pasien dengan otot abdominal yang lemah, penggunaan Abdominal
Binder (korset) dapat meningkatkan tekanan intra abdomen.
Massase abdomen (dari RLQ searah jarum jam) dapat memperlancar
proses defekasi.
Melakukan Valsalva Maneuver ((Bila tidak ada kontra indikasi spt:
peningkatan ICP, haemorrhoid, dll.), cth : teknik pernafasan dan mengedan
(Bear down) dapat meningkatkan tekanan intra abdomen & kontraksi otot
abdomen. Untuk anak-anak bisa diajarkan teknik maneuver ini dengan
cara meniup balon atau batuk.
38
Putar dengan lembut searah dengan jarum jam melawan dinding
spinter anal. Butuh waktu 30 dtk sampai 2 mnt untuk relaksasi otot
spinter
Sementara faeces keluar, dinding rektum digerakkan perlahan kesatu
sisi.
Jika tidak ada lagi faeces yang keluar, digital stimulasi dilanjutkan dan
proses ini diulang sampai colon kosong.
Pasien diarahkan untuk bernafas dalam dan lambat selama pelaksanaan
prosedur ini.
Intuk keberhasilan program, digital stimulasi dapat digantikan dengan
suppositoria setelah pola reflex/respon defekasi kembali normal. Namun
bisa juga digunakan untuk meransang gerakan paristaltik jika supp. tidak
lagi berkesan atau untuk memastikan pengosongan komplit pada kolon.
39
DAFTAR PUSTAKA
Hoeman, Shirley P., 2002, Rehabilitation Nursing 3rd Ed.: Process, Application &
Outcomes. Missouri; Mosby Inc.
Kozier & colleagues, 2000, Fundamental of Nursing 6th Ed.: Concepts, Process &
Practice, USA: Multi Media Edition.
Leahi, Julia M. & Kizilay, Patricia E., 1998, Fundamental of Nursing: A Nursing
Process Approach, Philadelphia: Web Saunders Company.
Lillis, LeMone & Taylor, 1997, Fundamental Of Nursing 3rd Ed., Philadelphia:
Lippincolt.
Potter & Perry, 2000, Buku Saku: Keterampilan dan Prosedur Dasar Ed. 3,
Jakarta: EGC.
40