MATERI RINGKAS
KISI-KISI SOAL UKOM KEPERAWATAN
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
b. Respon
Alert / sadar
Verbal
Pain
Unresponsive
c. Airway
Jenis-jenis suara nafas tambahan :
a) Snoring: mengorok
airway tersumbat oleh lidah atau jaringan – jaringan di tenggorokan.
OPA, dilakukan pada pasien tdk sadar
NPA, dilakukan pada pasien sadar dan ada reflek muntah
b) Gargling: berkumur – kumur
disebabkan adanya muntahan isi lambung, darah, atau cairan lain.
Suction = lama tindakan 10 – 15 detik.
Soft tip : Untuk penghisapan caian
Rigid tip :Untuk darah yang mengumpal
c) Stidor
Suara yang keras selama menarik nafas (inspirasi) kemungkinan karena laring yang
membengkak dan menyumbat airway bagian atas.
d) Wheezing: mengi
Terdengar selama : inspirasi dan ekspirasi, secara klinis lebih jelas pada saat ekspirasi.
Penyebab :akibat udara melewati jalan napas yang menyempit/tersumbat sebagian.
Dapat dihilangkan dengan batuk.
e) Crowing
suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena pembengkakan (edema) pada
trakea, untuk pertolongan dilakukan maneuver head tilt and chin lift atau jaw thrust saja
Jika suara napas tidak terdengar karena ada hambatan total pada jalan napas, maka
dapat dilakukan :
a) Jaw thrust
Dilakukan pada pasien yang curiga trauma servical, multiple trauma, jejas di atas
clavicula, raccoon eye
b) Head tilt chin lift
Dilakukan pada pasien non trauma
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
Penanganannya WSD
e) Tamponade jantung
Jvp melemah
Bunyi jantung melemah
Penanganannya Perikardiosintesis
e. Circulation
Control perdarahan dengan balut tekan. Jika patah tulang pada daerah yang
menampung cairan darah banyak bisa mengakibatkan Syok.
Adapun kondisi perdarahan yang bisa mengakibatkan Syok adalah pada
daerah:
Thorax
Abdomen
Pelvis
Femur
Tanda gejala dari syok yaitu
kulit dingin atau lembab.
kulit pucat.
pernapasan dangkal dan cepat.
denyut jantung cepat.
sedikit atau tidak ada urin yang dihasilkan.
kebingungan.
kelemahan.
nadi lemah.
Jika px transfuse darah maka, Hb normal 10
Rumusnya : Hb normal – Hb sekarang x bb x 6 untuk wbc x 4 untuk prc
Pemasangan infuse intra vena 2 jalur
Ambil darah pada saat akses IV untuk pemeriksaan crossmatch
Berikan cairan kristaloid seperti RL
Perbaikan volume cairan dengan perbandingan 1 : 3 dari cairan /
darah yang hilang.
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
f. Disability
Pupil ; isokor, unisokor
GCS
Kategori respon Respon Nilai
Spontan 4
Nyeri 2
Mengikuti perintah 6
Meghindari nyeri 4
Respon motorik
Fleksi abnormal 3
Ekstensi abnormal 2
Disorientasi 4
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E…V…M… Selanjutnya
nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu
E1V1M1
Somnolen(11-10)
Compos Mentis/CM (conscious) yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab
semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya
acuh tak acuh. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat,
mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh
tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun
(tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap
cahaya).
g. Expouser
Gunting baju
Hipotermi, selimuti
2) SECONDARY SURVEI
Anamnesa
Alergi
Medication
Post illness
Last meal
Event
Pemeriksaan fisik
Head to toe : bentuk, tumor, luka, sakit
vital sign
kesimpulan
Ringkasan umum Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Komponen Dewasa Anak Bayi
Urutan RJP CAB
Pengenalan awal Tidak sadarkan diri
Tidak teraba nadi dalam 10 detik
Kompresi 30 : 2 30 : 2 (1 penolong )
( 1 or 2 penolong ) 15 : 2 ( 2 penolong )
A&B Berikan 2x napas bantuan dengan posisi jalan napas terbuka
setelah 30 kompresi . bila terpasang alat bantu jalan napas
( Rescue breathing ) berikan napas 6 – 8 detik / 8 – 10 x/menit.
Hal – hal yang harus diperhatikan
Periksa nadi Nadi carotis Nadi brachialis
atau femoralis
Titik kompresi dada Diantara putting susu pertengahan Dibawah garis
bawah sternum putting susu
Metode kompresi 2 tangan 1 tangan 2 jari
Kedalaman 1 ½ inci – 2 inci ± 1/3 sampai ½ dada
kompresi 4 – 5 cm
Jumlah kompresi keceptan kompresi 100 – 120x/menit
Jantung sudah berdetak ditandai adanya nadi dan nafas sudah spontan
Penolong sudah kelelahan
Pasien dinyatakan tidak mempunyai harapan lagi/meninggal
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
Seorang ibu mendatangi perawat yang berada di stasion ners melapor bahwa cairan infuse
anaknya sudah habis, perawat mengatakan ya saya datang, ibu tunggu saja dikamar anaknya
hingga 30 menit perawat belum juga datang sehingga ibu anak tersebut harus mendatangi
perawat tersebut. Ternyata perawat lupa, waktu dilihat cairan infuse sudah habis, udara sudah
masuk dalam selang infuse.
B. GAYA KEPEMIMPINAN
a. Demokratis
Definisi pemimpin yang selalu mendengar dan mempertimbangkan atas masukan – masukan
dari para pegawainya.
Contoh
Disebuah ruang perinatalogi terlihat kepala ruang dan para perawat sangat dekat. Kepala
ruang perinatalogi sering mendisusikan tentang pelayanan yang lebih baik dan para perawat
pun aktif dalam memberikan masukan – masukan.
b. Otoriter
Definisi gaya pemimpin yang memusatkan pada segala keputusan dan kebijakan yang
diambil dari dirinya sendiri secara penuh.
Contoh
Dalam menjalankan tugas para perawat dibangsal bedah saraf harus sesuai tujuan yang telah
ditentukan oleh kepala ruang, tidak ada sedikit pun bantahan dari perawat untuk
melaksanakan tugasnya sesuai dengan yang diinginkan kepala ruang.
c. Laisez faire
Definisi pemimpin memberikan dan membiarkan pegawainya untuk melakukan kinerja
masing – masing sesuka hati
Contoh
Seorang kepala ruang disuatu bangsal memberikan kepercayaan penuh kepada para
pegawainya untuk melaksanakan tugas masing – masing, kepala ruang hanya menerima
laporan perkembangan kinerjanya.
d. Otokratis
Definisi ketergantungan kepada yang berwenang dan tidak akan melakukan apa – apa kecuali
jika diperintah
e. Karismatik
Definisi suatu hubungan emosional antara pemimpin dan anggota kelompok yang dipimpin.
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
Definisi pemberian asuhan keperawatan yang menugaskan kepada perawat yang bertanggung jawab
penuh terhadap keadaan pasien selama 24 jam dengan kinerja mulai pengkajian, evaluasi hingga pasien
pulang dengan dibantu perawat pelaksana.
Contoh
Diruang asoka terdapat 9 perawat setiap shift pagi dengan kepala ruang. Dalam pemberian asuhan
keperawatan yang berkualitas, kepala ruang menugaskan setiap perawat memiliki tanggung – jawab
penuh selama 24 jam bagi pasiennya dengan dibantu perawat pelaksana.
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
b. ALOS
Rumus
Jumlah lama dirawat ÷ jumlah pasien keluar
c. TOI
Rumus
( Jumlah tempat tidur x jumlah 1 periode ) – Hari perawatan ÷ jumlah pasien keluar
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
Anemia megaloblastik
Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st
gastrektomi) infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen
kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi,
pecandu alkohol.
Anemia hemolitika
Pengaruh obat-obatan tertentu
Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik
kronik, Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase, Proses autoimun
Reaksi transfusi
Malaria
e) Patofisiologi
Faktor-faktor penyebab : penyakit kronis, faktor keturunan, kurang nutrisi,
kehilangan darah
Anemia
Kerusakan
transport O2 Gangguan metabolisme protein
atau lemak Hipoksia jaringan
Metabolisme
Menurun Pemecahan lemak
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
meningkat
Resistensi tubuh
menurun
ATP yang
dihasilkan menurun Sensasi selera
makan menurun
(anoreksia) RESTI INFEKSI
Energi menurun
Kelemahan,
RESTI NUTRISI
Kelelahan KURANG DARI
KEBUTUHAN
RESIKO CIDERA
INTOLERANSI AKTIVITAS
f) Criteria anemia
No Jenis kelamin Kadar Hemoglobin
1 laki-laki Hb <13gr/dl
3 Perempuan Hb <11gr/dl
Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit,atau praktik klinik pada umumnya dinyatakan anemia bila
terdapat nilai sebagai berikut.
1. Hb <10gr/dl
2. Hematokrit <30%
3. Eritrosit <2,8juta
g) Komplikasi
gagal jantung,
parestisia dan
kejang.
h) Pemeriksaan penunjang
o Jumlah Hb lebih rendah dari normal ( 12 – 14 g/dl )
o Kadar Ht menurun ( normal 37% – 41%)
o Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
o Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
o Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak (pada anemia aplastik)
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
i) Penatalaksanaan
Terapi yang dilakukan:
Anemia aplastik:
Transplantasi sumsum tulang
Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
Anemia pada penyakit ginjal
Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
Ketersediaan eritropoetin rekombinan
Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk
aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum
tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
Anemia megaloblastik
Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik
dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang
tidak dapat dikoreksi.
Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan
asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
j) Diagnose keperawatan & intervensi
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leukopenia atau penurunan granulosit (respon inflamasi tertekan).
Intervensi
Anjurkan keluarga untuk cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan klien.
Gunakan sabun anti microba untuk mencuci tangan
Batasi pengunjung bila perlu dan anjurkan u/ istirahat yang cukup
Berikan perawatan kulit, perianal dan oral.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi inadekuat, faktor
psikologis
Intervensi
Kaji adanya alergi makanan.
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
c) Etiologi
Pola makan
Genetic
Asupan tinggi garam
d) Manifestasi klinis
kelemahan, napas pendek, frekuensi jantung meningkat, ansietes, depresi, obesitas, pusing,
sakit kepala, tekanan darah meningkat.
e) Komplikasi
Stroke
Infark miokard
Gagal ginjal
Ensefalopati (kerusakan otak)
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
f) Penatalaksanaan
Pola makan sehat
Berhenti merokok
Mengurangi konsumsi garam
Olahraga secara teratur
g) Diagnose
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
Intervensi
Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat, Catat
keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler, Catat edema
umum, Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi
Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan leher
Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan O2.
Intervensi
Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat
gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik penghematan energi
menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen).
Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.(Seperti jadwal
meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas danmencegah kelemahan).
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
pankreas.
c) Manifestasi klinis
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
d) Komplikasi
Neuropati diabetic
Neuropati sensorik/neuropati perifer.Lebih sering mengenai ekstremitas bawah
dengan gejala parastesia (rasa tertusuk-tusuk, kesemutan atau baal) dan rasa
terbakar terutama pada malam hari,
Retinopati diabetic
Disebabkan karena perubahan dalam pembuluh darah kecil pada retina selain
retinopati, penderita diabetes juga dapat mengalami pembentukan katarak yang
diakibatkan hiperglikemi yang berkepanjangan sehingga menyebabkan
pembengkakan lensa dan kerusakan lensa.
Nefropati diabetic
Ulkus/gangrene
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan
penyakit aktif.
(b) Radiologi
Foto thorax
Bronchografi :
d) Diagnose keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan: Sekret kental atau sekret darah,
Kelemahan, upaya batuk buruk. Edema trakeal/faringeal.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Penurunan permukaan efektif paru,
atelektasis, Kerusakan membran alveolar-kapiler, Sekret kental, tebal, Edema bronkial.
3. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi
e. Asuhan keperawatan pasien dengan BPH
a) Etiologi
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
serta mempengaruhi sel-sel epitel parakrin. Stimulasi itu menyebabkan terjadinya poliferasi
sel-sel epitel maupun sel stroma.
4. Teori berkurangnya kematian sel (apoptosis)
Progam kematian sel (apoptosis) pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik untuk
mempertahankan homeostatis kelenjar prostat. Pada apoptosis terjadi kondensasi dan
fragmentasi sel, yang selanjutnya sel-sel yang mengalami apoptosis akan difagositosis oleh
sel-sel di sekitarnya, kemudian didegradasi oleh enzim lisosom. Pada jaringan normal,
terdapat keseimbangan antara laju poliferasi sel dengan kematian sel. Pada saat terjadi
pertumbuhan prostat sampai pada prostat dewasa, penambahan jumlah sel-sel prostat baru
dengan yang mati dalam keadaan seimbang. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat baru
dengan prostat yang mengalami apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara
keseluruhan menjadi meningkat, sehingga terjadi pertambahan masa prostat.
b) Manifestasi klinis
o Peningkatan frekuensi berkemih
o Nokturia (terbangun pada malam hari untuk miksi)
o Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak/tidak dapat ditunda (urgensi)
o Nyeri pada saat miksi (disuria)
o Pancaran urin melemah
o Rasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik
c) Komplikasi
Retensi urin akut, terjadi apabila buli-buli menjadi dekompensasi
Infeksi saluran kemih
Hidroureter dan hidronefrosis dapat terjadi karena produksi urin terus berlanjut maka
pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung urin yang akan mengakibatkan
tekanan intravesika meningkat.
Gagal ginjal bisa dipercepat jika terjadi infeksi
Hematuri, terjadi karena selalu terdapat sisa urin, sehingga dapat terbentuk batu
endapan dalam buli-buli, batu ini akan menambah keluhan iritasi. Batu tersebut dapat
pula menibulkan sistitis, dan bila terjadi refluks dapat mengakibatkan pielonefritis.
Hernia atau hemoroid lama-kelamaan dapat terjadi dikarenakan pada waktu miksi
pasien harus mengedan.
d) Pemeriksaan penunjang
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
Foto polos abdomen, untuk mengetahui kemungkinan adanya batu opak di saluran
kemih, adanya batu/kalkulosa prostat, dan adanya bayangan buli-buli yang penuh
dengan urin sebagai tanda adanya retensi urin.
Pemeriksaan USG transektal, untuk mengetahui besar kelenjar prostat, memeriksa
masa ginjal, menentukan jumlah residual urine, menentukan volum buli-buli, mengukur
sisa urin dan batu ginjal, divertikulum atau tumor buli-buli, dan mencari kelainan yang
mungkin ada dalam buli-buli.
Pemeriksaan Pielografi intravena ( IVP ), untuk mengetahui kemungkinan
adanya kelainan pada ginjal maupun ureter yang berupa hidroureter atau
hidronefrosis. Dan memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan
dengan adanya indentasi prostat (pendesakan buli-buli oleh kelenjar prostat)
atau ureter dibagian distal yang berbentuk seperti mata kail (hooked fish)
e) Penatalaksanaan
Pre operasi
o Pemeriksaan darah lengkap (Hb minimal 10g/dl, Golongan Darah, CT, BT, AL)
o Pemeriksaan EKG, GDS mengingat penderita BPh kebanyakan lansia
o Pemeriksaan Radiologi: BNO, IVP, Rongen thorax
o Persiapan sebelum pemeriksaan BNO puasa minimal 8 jam. Sebelum pemeriksaan IVP
pasien diberikan diet bubur kecap 2 hari, lavemen puasa minimal 8 jam, dan
mengurangi bicara untuk meminimalkan masuknya udara
Post operasi
Irigasi/Spoling dengan Nacl
Infus diberikan untuk maintenance dan memberikan obat injeksi selama 2 hari, bila
pasien sudah mampu makan dan minum dengan baik obat injeksi bisa diganti dengan
obat oral.
Tirah baring selama 24 jam pertama. Mobilisasi setelah 24 jam post operasi
Dilakukan perawatan luka dan perawatan DC hari ke-3 post oprasi dengan betadin
Anjurkan banyak minum (2-3l/hari
DC bisa dilepas hari ke-9 post operasi
Hecting Aff pada hari k-10 post operasi.
Cek Hb post operasi bila kurang dari 10 berikan tranfusi
f) Diagnose keperawatan
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
c. Manifestasi klinis
hipertensi atau darah tinggi yang di akibatkan oleh retensi cairan dan natrium dari
aktivasi system rennin-angiotenin-aldosteron
gagal jantung kongestif, dan edema pulmoner atau edema paru-paru yang di
akibatkan oleh penumpukan cairan yang berlebihan di paru-paru dan
perikarditis atau radang pada lapisan luar jantung yang di akibatkan oleh iritasi
pada lapisan pericardial oleh toksin uremia.
pada kulit pasien adalah mencakup rasa gatal yang parah (pruritis). Butiran
uremik, suatu penumpukan kristal urea di kulit, saat ini jarang terjadi akibat
penanganan dini dan agresif terhadap penyakit ginjal tahap akhir.
anoreksia, mual disertai muntah,
Pernafasan kusmaul
Nafas berbau ammonia
d. Komplikasi
Hiperkalemia (tingginya kadar kalium didalam darah) yang diakibatkan penurunan
eksresi asidosis metabolic, katabolisme dan masukan diit berlebih yang berlebihan.
Perikarditis, efusi perincardial dan juga temponade jantung
Hipertensi yang diakibatkan oleh retensi cairan dan natrium serta mal fungsi sistem
rennin angioaldosteron
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
Anemia yang di akibatkan oleh penurunan eritroprotein, rentang usia sel darah merah,
pendarahan gasstrointestinal akibat iritasi pada lapisan mukosa saluran pencernaan.
Penyakit tulang seperti osteoporosis dan lain-lain yang diakibatkan oleh retensi fosfat
kadar kalium serum yang rendah metabolisme vitamin D, abnormal dan peningkatan
kadar aluminium
e. Pemeriksaan penunjang
a) Laboratorium
Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan hipoalbuminemia.
Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
Ureum dan kreatinin
Hiponatremi : Umumnya karena kelebihan cairan. Hiperkalemia : biasanya terjadi pada
gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunya dieresis
Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan peninggian hormone
insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.
b) Radiologi
Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal ( adanya batu atau adanya suatu
obstruksi Dehidrasi karena proses diagnostic akan memperburuk keadaan ginjal, oleh
sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.
IIntra Vena Pielografi (IVP) :Untuk menilai system pelviokalisisdan ureter.
USG Untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
EKG Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia)
f. Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan medis
Cairan yang diperbolehkan adalah 500 sampai 600 ml untuk 24 jam atau dengan
menjumlahkan urine yang keluar dalam 24 jam ditamnbah dengan IWL 500ml, maka air
yang masuk harus sesuai dengan penjumlahan tersebut.
Anemia pada gagal ginjal kronis ditangani dengan epogen (eritropoetin manusia
rekombinan). Epogen diberikan secara intravena atau subkutan tiga kali seminggu.
Elektrolit yang perlu diperhatikan yaitu natrium dan kalium. Natrium dapat diberikan
sampai 500 mg dalam waktu 24 jam.
b) Penatalaksanaan Diet
Kalori harus cukup : 2000 – 3000 kalori dalam waktu 24 jam.
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
d) Manifestasi klinis
Serangan tiba-tiba yang diawali dengan batuk-batuk dan sesak nafas
Wheezing
Ekspirasi lebih panjang
Kontraksi otot-otot bantu pernapasan
Hypoksemia dan sianosis
Keletihan
e) Komplikasi
o Pneumothoraks
o Pneumomediastinum
o Atelektasis
o Aspergilosis
o Bronkhitis
f) Pemeriksaan penunjang
Analisa Gas Darah ( AGD / astrup ). Hanya dilakukan pada serangan asma berat karna
terdapt hipoksia, hiperkapnea, dan asidosis respiratorik.
Sputum, Pewarnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri, cara tersebut
kemudian diikuti kultur dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotik.
Sel eosinofil, pada klien dengan status asma dapat mencapai 1000 – 1500 / mm3 .
sedangkan hitung eosinofil normal antara 100 – 200/mm3 .Perbaikan fungsi paru
disertai penurunan hitung jenis sel eosinofil menunjukan pengobatan telah tepat.
g) Penatalaksanaan
1. Farmakologi
o Memberikan oksigen pernasal
o Antagonis beta 2 adrenergik (salbutamol mg atau fenetoral 2,5 mg atau terbutalin 10 mg).
Inhalasi nebulisasi dan pemberian yang dapat diulang setiap 20 menit sampai 1 jam.
Pemberian antagonis beta 2 adrenergik dapat secara subcutan atau intravena dengan dosis
salbutamol 0,25 mg dalam larutan dekstrose 5%
o Aminophilin intravena 5-6 mg per kg, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam
sebelumnya maka cukup diberikan setengah dosis.
o Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg intravena jika tidak ada respon segera atau dalam
serangan sangat berat25
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
o Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk didalamnya golongan beta
adrenergik dan anti kolinergik.
2. Non farmakologi
o Fisioterapi dada dan batuk efektif membantu pasien untuk mengeluarkan sputum dengan
baik
o Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
o Berikan posisi tidur yang nyaman (semi fowler)
o Anjurkan untuk minum air hangat 1500-2000 ml per hari
o Usaha agar pasien mandi air hangat setiap hari
o Hindarkan pasien dari faktor pencetu
h) Diagnose keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan bronkospasme
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama
atau imunitas
h. Asuhan keperawatan pasien dengan LUKA BAKAR
a. Penyebab luka bakar
o Luka bakar karena api
b) Derajad II
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
o Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai
proses eksudasi.
o Dijumpai bulae.
o Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal
Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis. Organ-organ kulit seperti folikel
rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Penyembuhan terjadi spontan
dalam waktu 10-14 hari.
c) Derajad III
o Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
o Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
mengalami kerusakan.
o Tidak dijumpai bulae.
o Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya lebih
rendah dibanding kulit sekitar.
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
o Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
\Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung- ujung saraf
sensorik mengalami kerusakan/kematian.
o Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari
dasar luka.
c. Berat ringannya luka bakar
a) Mayor berat
o Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia 50
tahun. Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir
pertama
o Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum.
o Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) atau trauma inhalasi
b) Minor ringan
Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan
perineum.
c) Modera sedang
o Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III
kurang dari 10 %
o Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa > 40
tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
o Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa
o Tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
d. Luas luka bakar
Kepala leher 9%
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
Genetalia 1%
e. Penatalaksanaan
a) Penanganan awal kejadian
o Jauhkan korban dari sumber panas. Jika penyebabnya api, jangan biarkan korban berlari,
anjurkan korban untuk berguling-guling atau bungkus tubuh korban dengan kain basah
dan pindahkan segera korban ke ruangan yang cukup berventilasi jika kejadian luka bakar
berada di ruangan tertutup.
o Buka pakaian dan perhiasan logam yang dikenakan korban.
o Kaji kelancaran jalan napas korban, beri bantuan pernapasan (life support) dan oksigen
jika diperlukan.
o Beri pendinginan dengan merendam korban dalam air bersih yang bersuhu 20 oC
(suhu air yang terlalu rendah akan menyebabkan hipotermia) selama 15-20 menit segera
setelah terjadinya luka bakar (jika tidak ada masalah pada jalan napas korban).
o Jika penyebab luka bakar adalah zat kimia, siram korban dengan air sebanyak-banyaknya
untuk menghilangkan zat kimia dari tubuh korban.
o Kaji kesadaran, keadaan umum, luas dan kedalaman luka bakar dan cedera lain yang
menyertai luka bakar.
o Segera bawa penderita ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut (tutup tubuh korban
dengan kain/kasa yang bersih selama perjalanan ke rumah sakit).
b) Penanganan pertama luka bakar di UGD
o Penilaian keadaan umum klien. Perhatikan A: Airway (jalan napas); B: Breathing
(pernapasan); C: Circulation (sirkulasi).
o Penilaian luas dan kedalaman luka bakar.
o Kaji adanya kesulitan menelan atau bicara (kemungkinan klien mengalami trauma
inhalasi).
o Kaji adanya edema saluran pernapasan (mungkin klien perlu dilakukan intubasi atau
trakheostomi).
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
o Kaji adanya faktor-faktor lain yang memperberat luka bakar seperti adanya fraktur,
riwayat penyakit sebelumnya (seperti diabetes, hipertensi, gagal ginjal, dll) dan penyebab
luka bakar karena tegangan listrik (sulit diketahui secara akurat tingkat kedalamannya).
o Pasang infus (IV line). Jika luka bakar > 20% derajat II/III biasanya dipasang CVP
(kolaborasi dengan dokter).
o Pasang kateter urine
o Pasang nasogastrik tube (NGT) jika diperlukan.
o Beri terapi cairan intra vena (kolaborasi dengan dokter). Biasanya diberikan sesuai
formula Parkland yaitu 4 ml/kg BB/ % luka bakar pada 24 jam pertama. Pada 8 jam I
diberikan ½ dari kebutuhan cairan dan pada 16 jam II diberikan sisanya (disesuaikan
dengan produksi urine tiap jam)
o Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan . pada klien yang mengalami trauma
inhalasi/gangguan sistem pernapasan dapat dilakukan nebulisasi dengan obat
bronkodilator.
o Periksa lab darah.
o Berikan suntikan ATS/Toxoid.
o Perawatan luka.
o Pemberian obat-obatan (kkolaborasi dengan dokter); analgetik, antibiotik dll.
o Mobilisasi secara dini (range of motion).
o Pengaturan posisi.
c) Penanganan luka bakar di unit perawatan intensif
o Pantau keadaan klien dan setting ventilator.
o Observasi tanda-tanda vital; tekanan darah, nadi dan pernapasan setiap jam dan suhu
setiap 4 jam.
o Pantau nilai CVP.
o Amati GCS.
o Pantau status hemodinamik.
o Pantau haluaran urine (0,5-1 cc/kg BB/jam)
o Auskultasi suara paru tiap pertukaran jaga.
o Cek AGD setiap hari atau bila diperlukan.
o Pantau saturasi oksigen.
o Pengisapan lendir (suction) minimal setiap 2 jam dan jika perlu
o Perawatan mulut setiap 2 jam (beri boraq gliserin).
o Perawatan mata dengan memberi salep atau tetes setiap 2 jam.
o Ganti posisi klien setiap 3 jam.
o Fisioterapi dada.
o Perawatan daerah invasif seperti daerah pemasangan CVP, kateter, tube setiap hari.
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
2. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa);
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak
yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
Malabsorbsi lemak.
Malabsorbsi protein.
3. Faktor makanan
makanan basi,
beracun,
alergi terhadap makanan
b) Manifesatasi klinis
Frekuensi bab (buang air besar) pada bayi lebih dari 3x/hari dan pada neonatus
lebih dari 4x/hari, Bentuk cair pada buang air besarnya kadang-kadang disertai
lendir dan darah
Nafsu makan menurun
Warna tinja lama-kelamaan kehijauan karna bercampur dengan empedu
Muntah
Rasa haus
Malaise
Adanya lecet pada daerah sekitar anus
Fases bersifat banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diserap
oleh usus
Adanya tanda dehidrasi
c) Penatalaksanaan
Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan per oral; mungkin diresepkan glukosa
oral dan larutal elktrolit.
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
d) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tinja: makroskopis dan mikroskopis, pH dan kadar gula jika diduga ada
intoleransi gula (sugar intolerance), biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan
uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten).
Pemeriksaan darah: darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama
natrium, kalium, kalsium dan phospor serum pada diare yang disertai kejang).
Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal. Duodenal
intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama
pada diare kronik
e) Diagnose keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan diare.
Tujuan : Klien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat dengan keseimbangan input dan
out put serta bebas dari tanda dehidrasi.
Intervensi :
Observasi TTV, takikardia dan demam. Kaji turgor kulit dan kelembabab membran
mukosa.
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti
petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat
(>120x/mnt), tekanan nadi sempit ( ≤ 20 mmHg ), tekanan darah menurun,
(120/80 → 120/100 → 120/110 → 90/70 → 80/70 → 80/0 → 0/0 ).
Derajat IV
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung ≥ 140x/mnt), anggota
gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
d) Penatalaksanaan
Tirah baring atau istirahat baring.
Diet makan lunak.
Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri
penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi
penderita DHF.
Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan yang
paling sering digunakan.
Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien
memburuk, observasi ketat tiap jam.
Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.g.Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari
golongan asetaminopen.
Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
e) Pemeriksaan penunjang
Hb dan PCV meningkat ( ≥20%).
Trambositopenia (≤100.000/ml).
Leukopenia.
Ig.D. dengue positif.
Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia, dan
hiponatremia.
Urium dan Ph darah mungkin meningkat.
Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg.
SGOT/SGPT mungkin meningkat.
f) Pencegahan
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
Lingkungan.
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan pemberantasan
sarang nyamuk, pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat pengembangbiakan nyamuk hasil
samping kegiatan manusia.
Biologis.
Pengendalian biologis dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan cupang).
Kimiawi.
Pengasapan/fogging berguna untyk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu
tertentu.
Memberikan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga,
kolam, dan lain-lain.
g) Diagnose keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia)
Intervensi:
Kaji saat timbulnya demam, rasionalnya untuk mengidentifikasi pola demam
pasien.
Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam, rasionalnya tanda
vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien
Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam), rasionalnya peningkatan
suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi
dengan asupan cairan yang banyak.
Berikan kompres hangat, rasionalnya dengan vasodilatasi dapat meningkatkan
penguapan yang mempercepat penurunan suhu tubuh.
Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal, rasionalnya
pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh
2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit
Intervensi:
Observasi tingkat nyeri pasien (skala, frekuensi, durasi), rasional mengindikasi
kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan/resolusi
komplikasi
Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman dan tindakan kenyamanan,
rasionalnya lingkungan yang nyaman akan membantu proses relaksasi.
Ajarkan pasien teknik relaksasi, rasionalnya relaksasi akan memindahkan rasa
nyeri ke hal lain.
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
Emboli
Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang – cabangnya, yang
merusak sirkulasi serebral. Awitan hemiparesis atau hemiplegia tiba-tiba dengan afasia
atau tanpa afasia atau kehilangan kesadaran pada pasien dengan penyakit jantung atau
pulmonal adalah karakteristik dari embolisme serebral.
Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang
subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena
atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan
perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,
pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan ,sehingga otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan
mungkin herniasi otak.
Penyebab – penyebab peningkatan Tekanan Intrakranial antara lain
Tumor primer atau metastasis , Hemoragia otak
Hematoma subdural
Abses otak , Hidrosefalus akut
Nekrosis otak yang diinduk
c) Klasifikasi
o Stroke Hemoragik
Pendarahan intaserebral (PIS)
gejala prodomal tidak jelas, kecuali nyeri kepala karna hipertensi
serangan sering kali disiang hari, waktu kerja, emosi, marah
sifat nyeri kepala hebat sekali
mual muntah sering terjadi pada permulaan serangan
hemifaresis/ hemiplegi bisa terjadi sejak terjadi serangan
kesadaran biasanya menurun
pendarahan subaraknoid (PSA)
prodromal, nyeri kepala hebat dan akut
kesadaran sering terganggu dan berpariasi
ada tanda/ gejala rangsanggan maningal
o Stroke Non Hemoragik/Iskemik
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
MRI
Dengan menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi sertaa
besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan area
yang mengalami lesi dan infark dari hemoragik.
Angiografi Serebri
Membantu menemukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan
arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurimsa
atau malformasi vaskuler.
EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
Pungsi Lumbal
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan
adanya hemoragik pada subarakhnoid atau perdarahan pada intrakranial. Peningkatan
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor yang
merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang
kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
f) Penatalaksanaan
vasodilator meningkatkan aliran darah serebral ( ADS ) secara percobaan, tetapi
maknanya :pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan
agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka
arteri karotis di leher
g) Pencegahan stroke
Hindari merokok, kopi, dan alcohol,Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan ideal
(cegah kegemukan), Batasi intake garam bagi penderita hipertensi, Batasi makanan
berkolesterol dan lemak (daging, durian, alpukat, keju, dan lainnya), Pertahankan diet dengan
gizi seimbang (banyak makan buah dan sayuran, Olahraga secara teratur.
Menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang terjadi dan kesulitan
pasien dalam beberapa atau seluruh tahap komunikasi. Pasien mungkin mempunyai
kesulitan memahami kata yang diucapkan (afasia sensorik/kerusakan pada area
wernick); mengucapkan kata-kata dengan benar (afasia ekspresif/area broca) atau
mengalami kerusakan pada kedua area tersebut.
Minta pasien untuk menulis nama/kalimat yang pendek
Rasional:
Menilai kemampuan menulis (agrafia) dan kekurangan dalam membaca yang benar
yang juga merupakan bagian dari afasia sensorik dan motorik.
Berikan metode komunikasi alternative
Rasional:
Memberikan komunikasi tentang kebutuhan berdasarkan keadaan/deficit yang
mendasarinya.
Bicaralah dengan nada normal dan hindari percakapan yang cepat
Rasional:
Pasien tidak perlu merusak pendengaran, dan meninggikan suara dapat
menimbulkan marah pasien. Memfokuskan respons dapat mengakibatkan frustasi.
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
b) Leopold II
Untuk menentukan bagian janin yang berada pada kedua sisi uterus, pada letak lintang
tentukan di mana kepala janin.
c) Leopold III
Untuk menentukan bagian janin apa yang berada pada bagian bawah dan apakah sudah
masuk atau masih goyang.
d) Leopold IV
Untuk menentukan presentasi dan “engangement “
d. Taksiran BB janin
a) Jika kepala sudah masuk PAP
( TFU – 11 ) x 155 gram
b) Jika kepala belum masuk PAP
c) ( TFU – 12 ) x 155 gram
e. HPHT
a) HPHT bulan Januari sd Maret
Tanggal + 7, Bulan + 9, Tahun + 0
b) HPHT bulan april sd desember
Tanggal + 7, Bulan – 3, Tahun + 1
B. PERSALINAN
a. Tanda – tanda persalinan
a) Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur.
b) Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih banyak, robekan kecil pada bagian
servik.
c) Kadang-kadang ketuban pecah
d) Pada pemeriksaan daam, servik mendatar
b. Faktor yang mempengaruhi persalinan
a) Power / tenaga
b) Passangges / jalan lahir
c) Passanger / janin
d) Psikologis ibu
c. Tahapan persalinan
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
a) Kala I Pembukaan
Tanda – tandanya
Rasa sakit adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan kecil
pada servik.
Terkadang ketuban pecah dengan sendirinya.
Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam
multigravida sekitar 8 jam.
FASE DALAM KALA I
Fase laten
Dimulai sejak awal kontraksi, pembu
kaan servik secara bertahap
Pembukaan serviks kurang dari 4 cmBiasanya berlangsung hingga dibawah 8 jam
Fase aktif
Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sd 4 cm.
Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sd 9 cm.
Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sd lengkap (+ 10 cm).
Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir, mengamati keadaan ibu
terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Dengan menjaga kondisi kontraksi
dan retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus. Tugas uterus ini dapat dibantu dengan
obat-obat oksitosin.
d. Rupture perineum
a) Robekan perineum tingkat 1
Apabila hanya kulit perineum dan mukosa vagina yang robek dan biasanya tidak
memerlukan penjahitan.
b) Robekan perineum tingkat 2
Mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum perlu dijahit.
c) Robekan perineum tingkat 3
Robekan total muskulus sfingter ani eksternum ikut terputus dan kadang-kadang dinding
depan rectum ikut robek pula. Menjahit robekan harus dilakukan dengan teliti.
d) Robekan perineum tingkat 4
Mukosa vagina, kulit, jaringan perineum, sfingter ani sampai ke ruktum perlu di rujuk.
e. Lochea
a. Hari 2 – 3 post partum : Lochea rubra
Cairan secret berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa – sisa selaput
ketuban.
b. Hari 7 – 14 post partum : lochea serosa,
Berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning
c. Lochea sanguilenta
Cairan secret berwarna merah kuning berisi darah dan lender yang keluar pada
hari 3 – 7 post partum
d. Lochea alba,
bentuknya seperti cairan putih berbentu cream terdiri atas leokosit dan sel – sel
desidua.
f. PERIODE NIFAS
a. Early Puerperium (masa nifas dini)
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
V. KEPERAWATAN ANAK
A. REFLEK PADA BAYI BARU LAHIR
a. Refleks Moro
gerakan mengayunkan/merentangkan lengan dan kaki seolah ia akan meraih sesuatu dan
menariknya dengan cepat ke arah dada dengan posisi tubuh meringkuk.Terjadi pada usia 1-2
minggu dan akan menghilang ketika berusia 6 bulan
b. Reflek Rooting
Jika seseorang mengusapkan sesuatu di pipi bayi, ia akan memutar kepala ke arah benda itu
dan membuka mulutnya. Refleks ini terus berlangsung selama bayi menyusu.
c. Refleks Swallowing
Muncul ketika benda-benda yang dimasukkan kedalam mulut, seperti puting susu ibu dan bayi
akan berusaha menghisap lalu menelan. Proses menelan ini yang disebut reflek swallowing.
Reflek ini tidak akan hilang
d. Reflek Menghisap (Sucking )
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
Berikan bayi botol dan dot atau jari kelingking pemeriksaan di bibir bayi. Bayi menghisap
dengan kuat dalam berespon terhadap stimulus, reflex ini menetap selama masa bayi dan
mungkin terjadi selama tidur.
e. Reflex Babinski
Jari-jari mencengkram/hiperekstensi ketika bagan bawah kaki diusap, indikasi syaraf
berkembang dengan normal. Hilang di usia 4 bulan.
B. APGAR SCORE
Keterangan
Nilai 2 : seluruh tubuh bayi kemerahan
APPERANCE / WARNA KULIT Nilai 1 : pucat pada bagian ekstermitas
Nilai 0 : pucat seluruh tubuh / sianosis
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
Seorang anak perempuan pada tanggal 15 juni 2016 di antar ke poli tumbuh kembang untuk
melakukan pemeriksaan perkembangan dari hasil pengkajian didapatkan anak lahir tanggal 25
oktober 2014, berapakah usia anak saat ini?
Tanggal lahir 25 10 2014
Tanggal kunjungan 15 06 2016
Maka tanggal 30 +15 – 25 = 20 hari
Bulan 12 + 5 – 10 = 7 bulan
Tahun 2015 – 2014 = 1 tahun
RUMUS MENGHITUNG BBI BAYI USIA 1 - 12 BULAN
Untuk usia 1-6 bulan dapat menggunakan rumus : BBL (gr) +(usia x 600 gram)
b. (usia/2) +3
* dimana : BBL adalah Berat Badan Lahir Usia dinyatakan dalam bulan.
Atau dengan Rumus Indeks Massa Tubuh (IMT) keluaran Depkes RI yaitu :
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
Farmakoterapi
Klien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat.
Adapun pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi
contohnya Clorpromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan
psikomotornya. Bila tidak ada dapat digunakan dosis efektif rendah,
contohnya Trifluoperasine estelasine, bila tidak ada juga maka dapat
digunakan Transquilizer bukan obat anti psikotik seperti neuroleptika, tetapi
meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti tegang, anti cemas, dan
anti agitasi.
Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan
pemberian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan
kegiatan dan mengembalikan kemampuan berkomunikasi, karena itu dalam
terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk kegiatan seperti
membaca Koran, main catur dapat pula dijadikan media yang penting setelah
mereka melakukan kegiatan itu diajak berdialog atau berdiskusi tentang
pengalaman dan arti kegiatan uityu bagi dirinya. Terapi ini merupakan
langkah awal yangb harus dilakukan oleh petugas terhadap rehabilitasi setelah
dilakukannyan seleksi dan ditentukan program kegiatannya.
c) Strategi pelaksanaan
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan
marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan,
akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I
SP 2 Pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2
Evaluasi latihan nafas dalam
Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal
Susun jadwal kegiatan harian cara kedua
SP 3 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal:
Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
c. Isolasi social
a. Tanda gejala
Mengatakan malas berinteraksi
Mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya
Merasa orang lain tidak level
Menyendiri atau Mengurung diri
Tidak mau bercakap – cakap dengan orang lain
b. Startegi pelaksanaan
Pasien
SP I
Mengidentifikasi penyebab isolasi social pasien
Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan oranglain
Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
e. Waham
a. Tanda gejala
Merasa curiga
Merasa diancam / diguna – guna
Merasa sebagai orang hebat
Merasa memiliki kekuatan luar biasa
Merasa sudah mati
b. Strategi pelaksanaan
Pasien
Sp I
Membantu oreintasi realita
Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
Sp II
Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
Menganjurkan pasien memasukan dalam kegiatan harian
Sp III
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Melatih kemampuan kedua
Menganjurkan pasien memasukan dalam kegiatan harian
Keluarga
Sp I
Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
Menjelaskan pengertian, tanda gejala HDR yang dialami pasien beserta proses
terjadinya
Menjelaskan cara merawat pasien HDR
Sp II
Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien HDR
Sp III
Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
Sp IV
Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien
Mengidentifikasikan cara mencapai rencana masa depan yang realistis
Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa depan
yang realistis
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
f) Communal
Pasangan monogamy dan anak – anak tinggal bersama
g) Single parent
Duda atau janda ada anak
h) Single adult
Wanita atau pria dewasa yang tiggal sendiri tanpa ada keinginan untuk menikah
i) Dyadic nuclear
Suami istri bekerja, keduanya sudah berumur tetapi tidak memiliki anak
j) Middle age / aging couple
Suami yang bekerja sebagai mencari uang, istri dirumah sedangkan anak – anaknya
meninggalkan rumah entah itu kuliah, bekerja, atau menikah
b. Tahap perkembangan keluarga
a) Tahap keluarga baru
Tugas perkembangannya:
Membina hubungan intim yang memuaskan
Membina hubungan dg keluarga lain,teman,kelompok social
Mendiskusikan rencana memiliki anak ( KB)
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
a) Pendidik: Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada agar : Keluarga dapat
melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri serta Bertanggungjawab
terhadap kesehatan
b) Coordinator : diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang
komprehensif tercapai dan diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dan
berbagai disiplin ilmu.
c) Pelaksana: Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik,
maupun rumah sakit. bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung
d) Pengawas kesehatan :Perawat harus melaksanakan home visit secara teratur untuk
melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
e) Konsultan :Perawat harus terbuka dan dapat dipercaya sebagai narasumber bagi
keluarga di dalam mengatasi masalah kesehatan.
f) Fasilitator :Perawat harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan, misalnya
sistem rujukan dan dana’ kesehatan agar dapat membantu keluarga di dalam
menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya.
g) Kolaborasi :Perawat harus bekerjasama dengan tim kesehatan lain untuk mencapai tahap
kesehatan yang optimal.
h) Penemu kasus :Perawat mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini sehingga tak
terjadi ledakan atau wabah.
i) Modifikasi lingkungan :Perawat harus dapat memodifikasi, baik lingkungan rumah
maupun lingkungan masyarakat agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
C Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan salah satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi
tambahan
E Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan
satu fungsi tambahan
D. Barthel indeks
1 Makan (Feeding) 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan memotong, mengoles mentega dll.
2 = Mandiri
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
20 : Mandiri
E. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
1. Rangsang meningeal
Kaku kuduk :
Untuk memeriksa kaku kuduk dapat dilakukan sbb: Tangan pemeriksa ditempatkan
dibawah kepala pasien yang sedang berbaring, kemudian kepala ditekukan (fleksi) dan
diusahakan agar dagu mencapai dada. Selama penekukan diperhatikan adanya tahanan.
Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan dagu tidak dapat mencapai dada.
Kaku kuduk dapat bersifat ringan atau berat
Kernig sign :
Pada pemeriksaan ini , pasien yang sedang berbaring difleksikan pahanya pada
persendian panggul sampai membuat sudut 90°. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
pada persendian lutut sampai membentuk sudut lebih dari 135° terhadap paha. Bila
teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut 135°, maka dikatakan
Kernig sign positif.
Brudzinski I (Brudzinski’s neck sign)
Pasien berbaring dalam sikap terlentang, dengan tangan yang ditempatkan dibawah
kepala pasien yang sedang berbaring , tangan pemeriksa yang satu lagi sebaiknya
ditempatkan didada pasien untuk mencegah diangkatnya badan kemudian kepala pasien
difleksikan sehingga dagu menyentuh dada. Test ini adalah positif bila gerakan fleksi
kepala disusul dengan gerakan fleksi di sendi lutut dan panggul kedua tungkai secara
reflektorik.
Brudzinski II (Brudzinski’s contralateral leg sign)
Pasien berbaring terlentang. Tungkai yang akan dirangsang difleksikan pada sendi lutut,
kemudian tungkai atas diekstensikan pada sendi panggul. Bila timbul gerakan secara
reflektorik berupa fleksi tungkai kontralateral pada sendi lutut dan panggul ini
menandakan test ini postif.
Lasegue sign :
Untuk pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang berbaring lalu kedua tungkai
diluruskan (diekstensikan), kemudian satu tungkai diangkat lurus, dibengkokkan (fleksi)
persendian panggulnya. Tungkai yang satu lagi harus selalu berada dalam keadaan
ekstensi (lurus). Pada keadaan normal dapat dicapai sudut 70° sebelum timbul rasa sakit
dan tahanan. Bila sudah timbul rasa sakit dan tahanan sebelum mencapai 70° maka
disebut tanda Lasegue positif. Namun pada pasien yang sudah lanjut usianya diambil
patokan 60°.
2. Saraf-saraf otak
Nervus Olfactorius
Fungsinya sebagai penciuman yang Sifat sensoriknya membawa rangsangan aroma dari
hidung ke otak. Cara Pemeriksaan : pasien memejamkan mata, disuruh membedakan bau
yang dirasakan (kopi, teh,dll)
Nervus Optikus
Fungsinya untuk menentukan ketajaman penglihatan dan lapangan pandang mata
Cara Pemeriksaan: Dengan snelend card, dan periksa lapang pandang
Nervus Okulomotorius
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
Fungsinya kontraksi pupil, pergerakan bola mata yang Sifat motoriknya,mensarafi otot-
otot orbital. Cara Pemeriksaan : Tes putaran bola mata, menggerakan konjungtiva,
refleks pupil dan inspeksi kelopak mata
Nervus Troklearis
Fungsinya sebagai saraf pemutar bola mata ke bawah dan dalam. Cara Pemeriksaan:
Sama seperti nervus III
Nervus Trigeminus
Fungsi: saraf motorik, gerakan mengunya, sensai wajah, lidah dan gigi, refleks korenea
dan refleks kedip. Cara Pemeriksaan: menggerakan rahang kesemua sisi, pasien
memejamkan mata, sentuh dengan kapas pada dahi atau pipi. menyentuh permukaan
kornea dengan kapas
Nervus Abdusen
Fungsi: saraf motorik, deviasi mata ke lateral. Cara pemeriksaan: sama seperti nervus III
Nervus Fasialis
Fungsi: saraf motorik, untuk ekspresi wajah. Cara pemeriksaan: senyum, bersiul,
mengngkat alis mata, menutup kelopak mata dengan tahanan, menjulurkan lida untuk
membedakan gula dan garam
Nervus Verstibulocochlearis
Fungsi: saraf sensorik, untuk pendengran dan keseimbangan. Cara pemeriksaan: test
webber dan rinne
Nervus Glosofaringeus
Fungsi: saraf sensorik dan motorik, untuk sensasi rasa. Cara pemeriksaan: membedakan
rasa manis dan asam
Nervus Vagus
Fungsi: saraf sensorik dan motorik, refleks muntah dan menelan. Cara pemeriksaan:
menyentuh faring posterior, pasien menelan saliva, disuruh mengucap ah…
Nervus Asesoris
Fungsi: saraf motorik, untuk menggerakan bahu. cara pemeriksaan: suruh pasien untuk
menggerakan bahu dan lakukan tahanan sambil pasien melawan tahanan tersebut.
Nervus Hipoglosus
Fugsi: saraf motorik, untuk gerakan lidah. cara pemeriksaan: pasien disuruh menjulurkan
lidah dan menggerakan dari sisi ke sisi.
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
3. Refleks fisiologis
Biseps
minta pasien memflexikan di siku sementara pemeriksa mengamati dan meraba fossa
antecubital. Tendon akan terlihat dan terasa seperti tali tebal. Cara : ketukan pada jari
pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah
diketuk pada sendi siku. Respon : fleksi lengan pada sendi siku
Triseps
dilakukan dengan pasien duduk dengan Perlahan tarik lengan keluar dari tubuh
pasien, sehingga membentuk sudut kanan di bahu. atau Lengan bawah harus
menjuntai ke bawah langsung di siku Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi
lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi Respon : ekstensi lengan bawah
pada sendi siku
Reflek patella
Posisi klien dapat dilakukan dengan duduk atau berbaring terlentang Cara : ketukan
pada tendon patella Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep
femoris
VIII. ANALISA GAS DARAH
a. Nilai normal analisa gas darah
Nilai normal
Ph 7,35 – 7,45
Pco2 35 – 45 mmHg
Hco3 22 – 36 meq/L
Cao2 16 – 22 m/o2/dl
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
e. Komplikasi
Hematoma : darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh
darah arteri vena atau kapiler terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat
memasukkan jarum
Infiltrasi : masuknya cairan infus kedala jaringan sekitar akibat ujung jarum
infus melewati pembuluh darah.
Tromboflebitis : bengkak pada pembuluh darah vena, terjadi akibat infus yang
dipasang tidak dipantau secara ketet dan benar.
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
Emboli udara : masuknya udara kedalam sirkulasi darah terjadi akibat masuknya
udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah
f. Prosedur tindakan pelaksanaan
Baca status dan data klien untuk memastikan program terapi IV
Cek alat-alat yang akan digunakan
Cuci tangan
Beri salam dan panggil klien sesuai dengan namanya
Perkenalkan nama perawat
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan
Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
Tanyakan keluhan klien saat ini
Jaga privasi klien
Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien
Tinggikan tempat tidur sampai ketingian kerja yang nyaman
Letakkan klien dalam posisi semifowler atau supine jika tidak memungkinkan
(buat klien senyaman mungkin)
Buka kemasan steril dengan meanggunakan tehnik steril
Periksa larutan dengan menggunakan lima benar dalam pemberian obat
Buka set infus, pertahankan sterilitas kedua ujungnya
Letakkan klem yang dapat digeser tepat di bawah ruang drip dan gerakkan klem
pada posisi off
Lepaskan pembungkus lubang slang IV pada kantung larutan IV plastik tanpa
menyentuh ujung tempat masuknya alat set infuse
Tusukkan set infus ke dalam kantong atau botol cairan (untuk kantong, lepaskan
penutup protektor dari jarum insersi selang, jangan menyentuh jarumnya, dan
tusukkan jarum ke lubang kantong IV. Untuk botol, bersihkan stopper pada botol
dengan menggunakan antiseptik dan tusukkan jarum ke karet hitam stopper botol
IV.
Gantungkan botol infus yang telah dihubungkan dengan set infus pada tempat
yang telah disediakan (pertahankan kesterilan set infus)
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
Isi selang infus dengan cairan, pastikan tidak ada udara dalam selang (terlebih
dulu lakukan pengisian pada ruang tetesan/the drip chamber). Setelah selang
terisi, klem dioffkan dan penutup ujung selang infus ditutup
Beri label pada IV dengan nama pasien, obat tambahan, kecepatan pemberian.
Pasang perlak kecil/pengalas di bawah lengan/tangan yang akan diinsersi
Kenakan sarung tangan sekali pakai
Identifikasi aksesibilitas vena untuk pemasangan kateter IV atau jarum
Posisikan tangan yang akan diinsersi lebih rendah dari jantung, pasang torniket
mengitari lengan, di atas fossa antekubital atau 10-15 cm di atas tempat insersi
yang dipilih (jangan memasang torniket terlalu keras untuk menghindari adanya
cidera atau memar pada kulit). Pastikan torniket bisa menghambat aliran IV.
Periksa nadi distal.
Pilih vena yang berdilatasi baik, dimulai dari bagian distal, minta klien untuk
mengepal dan membuka tangan (apabila belum menemukan vena yang cocok,
lepaskan dulu torniket, dan ulangi lagi setelah beberapa menit).
Bersihkan tempat insersi dengan kuat, terkonsentrasi, dengan gerakan sirkuler
dari tempat insersi ke daerah luar dengan larutan yodium—povidon, biarkan
sampai kering. (klien yang alergi terhadap yodium, gunakan alkohol 70 % selama
30 detik)
Lakukan pungsi vena, fiksasi vena dengan menempatkan ibu jari tangan yang
tidak memegang alat infus di atas vena dengan cara meregangkan kulit. Lakukan
penusukan dengan sudut 20-30°, tusuk perlahan dengan pasti
Jika tampak aliran darah balik, mengindikasikan jarum telah masuk vena.
Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan tarik jarum sedikit lalu teruskan plastik
IV kateter ke dalam vena
Stabilkan kateter IV dengan satu tangan dan lepaskan torniket dengan tangan
yang lain
Tekan dengan jari ujung plastik IV karteter, lalu tarik jarum infus keluar
Sambungkan plastic IV kateter dengan ujung selang infus dengan gerakan cepat,
jangan menyentuh titik masuk selang infuse
Buka klem untuk memulai aliran infus sampai cairan mengalir lancar
Fiksasi sambungan kateter infus (apabila sekitar area insersi kotor, bersihkan
terlebih dulu)
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
Oleskan dengan salep betadin di atas area penusukan, kemudian tutup dengan
kasa steril, pasang plester
Atur tetesan infus sesuai ketentuan
Beri label pada temapt pungsi vena dengan tanggal, ukuran kateter, panjang
kateter, dan inisial perawat.
Buang sarung tangan dan persediaan yang digunakan
Cuci tangan
Berikan reinforcement positif
Buat kontrak pertemuan selanjutnya
Akhiri kegiatan dengan baik
Observasi klien setiap jam untuk menentukan respon terhadap terapi cairan
(jumlah cairan benar sesuai program yang ditetapkan, kecepatan aliran benar,
kepatenan vena, tidak terdapat infiltrasi, flebitis atau inflamasi)
Dokumentasikan di catatan perawatan (tipe cairan, tempat insersi,
kecepatanaliran, ukuran dan tipe kateter atau jarum, waktu infus dimulai, respon
terhadap cairan IV, jumlah yang diinfuskan, integritas serta kepatenan sistem IV.
g. Cara menghitung cairan infuse
Mikrodrips (tetes mikro) : 60 tetes/ml (infuset mikro)
Makrodrips (tetesmakro) : 10 tetes/ml, 15 tetes/ml, 20 tetes/ml (infuset regular/makro)
Contoh: 3000 ml diinfuskan dalam 24 jam, maka jumlah milliliter perjamnya adalah
sebagai berikut:
3000 / 24 = 125 ml/h Tetes per menit
Contoh: 1000 ml dalam 8 jam, faktor tetesan 20
1000 x 20 / 8 x 60 = 41 tpm (tetes per menit)
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti
menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari
gelang identitasnya.
Benar Obat
Benar Dosis
Benar Cara/Rute
o Oral Adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai,
karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi
melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
o Parenteral Kata ini berasal dari bahasa Yunani, jadi parenteral berarti diluar
usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus).
o Topikal Yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya
salep, losion, krim, spray, tetes mata.
o Rektal, Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti
konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar /
kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih
cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya
tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.
o Inhalasi Yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas
memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna
untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol
(ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat
misalnya terapi oksigen.
Benar Waktu
Benar Dokumentas
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
c. Prosedur tindakan
TAHAP PRE-INTERAKSI
Mengecek rencana tindakan keperawatan/medik
Mencuci tangan
Menyiapkan alat: lidi kapas/cotton bud, larutan untuk membersihkan telinga,
obat sesuai indikasi, pipet dan kassa, bengkok, pengalas
Tahap orientasi
Memberi salam dan memperkenalkan diri
Mengenalkan tujuan dan prosedur tindakan
Memberi kesempatan bertanya
Tahap Kerja
Mendekatkan alat ke dekat pasien
Atur posisi berbaring atau duduk dengan kepala miring
Pasang pengalas dan bengkok
Bila perlu telinga dibersihkan dulu
Obat telinga disiapkan dan diteteskan sesuai indikasi
Obat diteteskan melalui dinding telinga ke dalam lubang telinga sambil daun
telinga ditarik sehingga telingga menjadi lurus.
Sebaiknya pasien tetap miring selama dalam beberapa menit, supaya obat tidak
keluar
Tahap Terminasi
Mengobservasi reaksi pasien
Membuat kontrak selanjutnya
Mencuci tangan
Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
d. Prosedur tindakan
Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
Cuci tangan
Tempatkan pasien pada posisi telentang dengan kepala miring ke arah perawat.
Gunakan sarung tangan.
Hubungkan kateter penghisap dengan slang alat penghisap.
Mesin penghisap dihidupkan.
Lakukan penghiusapan lendir dengan memasukkan kateter penghisap ke dalam kom
berisi aquadest atau NaCl 0,9 % untuk mempertahankan kesterilan.
Masukkan kateter penghisap dalam keadaan tidak menghisap.
Gunakan alat penghisap dengan tekanan 110 – 150 mm Hg untuk dewasa, 95 – 110
mm Hg untuk anak-anak, dan 50 – 95 ,, Hg untuk bayi (Potter dan Perry, 1995).
Tarik dengan memutar kateter penghisap tidak lebih dari 15 detik.
Bilas kateter dengan aquades atau NaCl 0,9%.
Lakuka penghisapan antara penghisapan pertama dengan berikutnya, minta pasien
untuk bernapas dalam dan batuk. Apabila pasien mengalami distres pernapasan,
biarkan istirahat 20 – 30 detik seblum melakukan penghisapan berikutnya.
Setelah selesai, kaji jumlah, konsistensi, warna, bau sekret, dan respon pasien
terhadap prosedur yang dilakukan.
Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
9. SOP TINDAKAN PERAWATAN KOLOSTOMI
a. Indikasi
Pasien Atresia ani, Trauma kolon dan sigmoid, Diversi pada anus malformasi, Diversi pada
penyakit Hirschsprung, Diversi untuk kelainan lain pada rekto sigmoid anal kanal
b. Prosedur tindakan
Fase Orientasi
memberikan salam
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
b. Kontraindikasi
Fraktur tulang-tulang wajah dan dasar tengkorak
Penderita operasi esofagus dan lambung (sebaiknya NGT dipasang saat operasi)
c. Prosedur tindakan
Fase Orientasi
o Memberikan salam dan menyapa nama pasien
o Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga / pasien
o Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien
Fase Kerja
o Menjaga privacy
o Mengatur posisi pasien dalam posisi semi fowler/fowler (jika tidak ada kontra
indikasi)
o Memakai sarung tangan
o Memasang pengalas di atas dada
o Memastikan letak NGT dengan cara aspirasi isi lambung
o Memasang corong
o Memasukkan air matang, membuka klem, tinggikan 30 cm, sebelum habis klem
kembali
o Memasukkan makanan cair, membuka klem, meninggikan 30 cm, klem kembali
sebelum habis
o Memasukkan air matang, membuka klem, tinggikan 30 cm, sebelum air habis klem
kembali
o Menutup ujung NGT dengan spuit/klem
o Membersihkan sisa makanan pada pasien
o Merapikan pasien
FASE ORIENTASI
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
Tahap kerja
EDITOR: JOONS
BAHAN BACAAN BIMBEL UKOM
EDITOR: JOONS