Sebagai seorang perawat kita harus mempunyai kemampuan berfirkir kritis dan
interpretasi perilaku klien. Hal ini dapat dilakukan dengan ketrampilan pengkajian dan
pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik adalah tinjauan system tubuh dari kepala sampai kaki untuk
memperoleh informasi objektif tentang klien, sehingga dapat dilakukan pengkajian klinis.
Keteapatan pemeriksaan fisik akan mempengaruhi pilihan terapi dan evalausi respon
pasien.
Tujuan pemeriksaan fisik
1. Mengumpulkan data dasar tentang status kesehatan klien
2. Melengkapi, menginformasi, atau menolak data yang diperoleh pada anamnesis
3. Menginformasi dan mengidentifikasi diagnosis keperawatan
4. Mengkaji perubahan status dan penanganan klien secara klinis
5. Evaluasi hasil perawatan
B. PALPASI
Palpasi melibatkan penggunaan tangan untuk menyentuh bagian tubuh agar dapat
dilakukan pemeriksaan yang sensitif. Palpasi digunakan untuk pemeriksaan seluruh
bagian tubuh yang dapat dijangkau. Gunakan tangan yang berbeda untuk mendeteksi
karakteristik seperti tekstur, suhu, dan persepsi gerakan.
Misalnya :
1. Palpasi kulit untuk memeriksa suhu, kelembaban, tekstur, turgor, nyeri tekan, dan
ketebalan
2. Palpasi abdomen untuk mengkaji nyeri tekan, distensi, atau massa.
Anda harus memiliki tangan yang hangat, jari kuku pendek dan pendekatan yang lembut
untuk melakukan teknik palpasi. Lakukan palpasi secara perlahan, lembut, dan teliti.
Palpasi ringan pada struktur seperti abdomen digunakan untuk menentukan area sensitif
Gambar 1.
Prinsip dasarnya adalah jika suatu struktur berisi lebih banyak udara (misalnya paru-paru)
akan menghasilkan suara yang lebih keras, rendah dan panjang daripada struktur yang
lebih padat (misalnya otot paha), yang menghasilkan suara yang lebih lembut, tinggi dan
pendek. Densitas jaringan atau massa yang tebal akan menyerap suara, seperti proteksi
akustik menyerap suara pada ruang “kedap suara”.
Ada dua metode perkusi, langsung (segera) dan tak langsung (diperantarai). Perkusi
diperantarai (tak langsung) adalah metode yang menggunakan alat pleksimeter untuk
menimbulkan perkusi. Dari sejarahnya, pleksimeter adalah palu karet kecil, dan digunakan
untuk mengetuk plessimeter, suatu obyek padat kecil (biasanya terbuat dari gading), yang
dipegang erat di depan permukaan tubuh. Ini merupakan metode yang disukai selama
hampir 100 tahun, tetapi pemeriksa merasa repot untuk membawa peralatan ekstra ini.
Sehingga, perkusi tak langsung, menggunakan jari telunjuk dan jari tengah atau hanya jari
tengah satu tangan bertindak sebagai pleksimeter, yang mengetuk jari tengah tangan yang
lain sebagai plessimeter, berkembang
menjadi metode pilihan sekarang (Gambar 4).
Gambar 4. Perkusi jari tak langsung.
Kini, jari pasif (plessimeter) diletakkan dengan lembut dan erat pada permukaan tubuh,
dan jari-jari lainnya agak terangkat di atas permukaan tubuh untuk menghindari
berkurangnya suara. Pleksimeter, mengetuk plessimeter dengan kuat dan tajam, di antara
ruas interphalangeal proksimal. Setelah melakukan ketukan cepat, jari segera diangkat,
agar tidak menyerap suara. Perkusi langsung dan tak langsung juga dapat dilakukan
dengan kepalan tangan (Gambar 5). Perkusi langsung kepalan tangan melibatkan kepalan
dari tangan yang dominan yang kemudian mengetuk permukaan tubuh langsung. Perkusi
langsung kepalan bermanfaat untuk toraks posterior, terutama jika perkusi jari tidak
berhasil. Pada perkusi tak langsung dengan kepalan, plessimeter menjadi tangan yang
pasif, diletakkan pada tubuh ketika pleksimeter (kepalan dari tangan yang dominan)
mengetuk. Kedua metode prekusi bermanfaat untuk menilai,
misalnya, nyeri tekan costovertebral angle (CVA) ginjal.
Gambar 5. Perkusi kepalan tangan. (A) Perkusi tak langsung pada daerah
costovertebral (CVA). (B) Perkusi langsung pada CVA.
AUSKULTASI
PERSIAPAN PEMERIKSAAN
Persiapan lingkungan, perlengkapan, dan klien yang benar akan memungkinkan
pemeriksaan fisik yang lancar.
1. Kontrol infeksi
Beberapa klien mungkin memiliki lesi terbuka atau luka basah. Gunakan sarung
tangan untuk mengurangi kontak dengan mikroorganisme. Ikuti prosedur higiene
tangan sesuai kebijakan institusi sebelum dan setelah pemeriksaan fisik.
2. Lingkungan
Pencahayaan yang cukup, perhatikan privasi pasien, klien merasa nyaman (kedap
suara), hindari kebisingan, cegah gangguan dari pihak lain dan pastikan ruangan
cukup hangat.
3. Perlengkapan
Lakukan higiene tangan sebelum mempersiapkan perlengkapan dan pemeriksaan.
Susun perlengkapan agar mudah digunakan. Pastikan semua peralatan berfungsi
dengan baik (baterai, gosok diafragma stetoskop diantara tangan
Gambar 6. Perlengkapan selama pemeriksaan fisik, daftar peralatan
SURVEI UMUM
1. PENAMPILAN DAN PERILAKU UMUM
a. Gender dan ras
b. Usia
c. Tanda stressindikasi nyeri, ekspresi wajah, kesulitan bernapas
d. Jenis tubuhobesitas, terlalu kurus dll
e. Postur
f. Gait (gaya berjalan)
g. Gerakan tubuh
h. Hygiene dan dandanan
i. Pakaian
j. Bau tubuh
k. Afek dan mood
l. Bicara
m. Kekerasan terhadap klien
2. TANDA VITAL
Merupakan bagian awal dari pemeriksaan fisik (dibahas di pertemuan tersendiri/ bab
lain)
3. TINGGI BADAN DAN BERAT BADAN
Kedua hal ini menggambarkan kesehatan umum seseorang. Kelompok usia tertentu
perlu diperhatikan (bayi, lansia dll). Periksa adanya menambahan dan penurunan BB.
Penambahan BB 2,3 kg pehari menandakan masalah retensi cairan. Kehilangan BB lebih
dari 5% dalam 1 bulan atau 10% dalam 6 bulan maka kehilangan tsb dianggap
bermakna.
Gambar 8. (pengukuran panjang badan bayi)
2) Kelembaban
Hidrasi kulit dan membrane mukosa menggambarkan keseimbangan cairan
tubuh, perubahan lingkungan kulit, dan regulasi suhu tubuh.
Kelembaban merujuk kepada tingkat basah dan kandungan minyak. Kulit
normal tampak halus dan kering
Keringat yang meningkat dihubungkan dengan aktivitas, lingkungan hangat,
obesitas, kegelisahan atau perasaan tegang.
3) Suhu
Suhu kulit dipengaruhi oleh jumlah darah yang bersirkulasi di dermis.
Peningkatan maupun penurunan suhu tubuh mengindikasikan peningkatan
atau penurunan aliran darah.
Peningkatan suhu tubuh sering dijumpai pada eritema lokal kulit
Kaji suhu tubuh klien secara akurat dengan memalpasi kulit dengan punggung
tangan
4) Tekstur
Tentukan tekstur kulit halus/ksara, tipis/tebal, kencang/elastis, dan
mengalami indurasi (pengerasan)/lembut, dengan mempalpasi dengan ujung
jari.
Tekstur kulit normal adalah halus, lembut, seimbang, serta fleksibel pada
anak-anak dan dewasa.
5) Turgor/ elastisitas kulit
Edema ataud ehidrasi akan mengruangi turgor
Kulit yang normal akan kehilangan elastisitasnya seiring usia.
Untuk mengkaji turgor kulit, cubit kulit dipunggung lengan atau area sternum
dengan ujung jari lalu lepaskan
Gambar 10. Pengkajian untuk turgor kulit
6) Vaskularitas
Sirkulasi kulit mempengaruhi warna lokal dan tampilan pembuluh darah
superfisial
Seiring penuaan, kapiler menjadi mudah pecah
Area tekan lokal yang ditemukan setelah klien berada pada posisi tertentu,
tampak merah, merah muda, atau pucat
Petekie adalah bintik sebesar ajrum berwarna merah/ ungu dikulit yang
diakibatkan perdarahan kecil. Petekie tidak dapat memutih tetapi dapat
mengindikasikan kelainan darah yang serius, reaksi obat dan penyakit hati.
7) Edema
Area kulit menjadi bengkak akibat penumpukan cairan didalam jaringan
Trauma langsung dan gangguan aliran vena merupakan penyebab utama
edema
Lakukan inspeksi edema untuk melihat lokasi, warna dan bentuk
Edema akan memisahkan permukaan kulit dari lapisan pigmen dan vaskuler
sehingga menyembunyikan warna kulit
Kulit edema juga tampak teregang dan mengilat
Lakukan palpasi untuk menentukan mobilitas, konsistensi, dan nyeri tekan
Saat tekanan dari jari pemeriksa meninggalkan lekukan ini disebut PITTING
EDEMA
cara mengkaji derajat pitting edema, tekan area pitting edema tekan area
edema dengan kuat memakai ibu jari selama beberapa detik lalu lepaskan.
Kedalaman lekukan, dicatat dalam millimeter untuk menentukan tingkat
edema. Contohnya edema 1+ sesuai dengan kedalaman 2 mm; 2+ sesuai
dengan kedalaman 4 mm; 3+ sesuai dengan kedalaman 6 mm; 4+ sesuai
kedalaman 8 mm.
8) Lesi/ luka
Saat mendeteksi lesi, lakukan inspeksi warna, lokasi, tekstur, ukuran, bentuk,
tipe, pengelompokan (berkeompok atau linear) dan distribusi (lokal atau
generalisata).
Jika ada eksudat amati warna, bau, jumlah dan konsistensi, ukur lesi dan
jelaskan dalam ukuran cm, ukur lesi dalam dimensi tinggi, lebar dan
kedalaman
Palpasi akan menentukan mobilitas, kontur, (rata, elevasi, depresi), dan
konsistensi (lembut atau keras).
o Saat klien melihat ke tiap arah, amati gerakan paralel mata, posisi
kelopak atas terhadap iris, dan adanya gerakan abnormal
o Kaji adanya nistagmus, yaitu suatu gerakan bolak balik ritmis dan
involunter dari mata, dengan menghentikan gerakan jari secara periodik
o Gangguan gerakan mata menggamabrkan cedera lokal pada otot mata
dan struktur pendukungnya, atau kelainan saraf kranial yang mensarafi
otot
Lapangan pandanguntuk mengkaji lapangan pandang klien berdiri atau
duduk dengan jarak 60cm dari pemeriksa setinggi mata. Klien menutup
sebelah mata (misalnya mata kiri) dan melihat ke mata pemeriksa yang tepat
berada didepannya (mata yang berlawanann dari mata klien). Tutup mata
(sebelah kanan) sehingga lapangan pandang anda akan sama dengan klien.
Gerakkan jari dari kejauhan yg sama dari anda dan klien kelaur lapangan
pandang, lalu gerakkan memasuki lapangan pandang. Tanyakan pada klien
kapan ia mulai dapat melihat jari.
Struktur mata eksternalposisi pemeriksa berdiri tepat didepan klien, dan
minta klien untuk melihat wajah pemeriksa.
o Posisi dan susunan
Amati posisi kedua mataormalnya paralel/simetris
Mata yang menonjol (eksoftalmos) mengindikasikan hipertiroidisme
Strabismus (juling) akibat cedera neuromuskuler atau kelainan
bawaan
Radang/ tumor orbita sering menimbulkan protrusi mata
o Alis mata
Inspeksi ukuran, tekstur rambut, susunan dan pergerakan
Normalnya kedua lais tampak simetris
Rambut yang kasar dan tidak sejajar diluar kantus temporal
mengindikasikan hipotiroidisme
o Kelopak mata
Inspeksi posisi, warna, permukaan, kondisi dan arah bulu mata, dan
kemampuan klien untek membuka, menutup dan berkedip
Penurunan kelopak mencapai pupil (ptosis)disebabkan karena
edema/ gangguan saraf kranial III, Pada lansia ptosis diakibatkan
hilangnya elastisitas karena penuaan
Untuk menginspeksi permukaan kelopak atas, minta klien untuk
menutup matanya. Angkat kedua alis perlahan dnegan ibu jari dan jari
telunjuk untuk meregangkan kulit. Warna kemerahan
mengindikasikan radang/ infeksi. Edema kelopak terjdang
diakibatkan alergi/ gagal jantung/ginjalmenyebabkan klien
sulit menutup mata
Kelopak yang normal akan menutups ecara simetris. Berkedip secara
involunter dan bilateral sebanyak 20 kali per menit. Reflek kedip akan
melicinkan kornea
o Aparatus lakrimalinspeksi area ini untuk melihat edema dan warna
kemerahan, palapsi kelenjar secra perlahan untuk mendeteksi nyeri
tekan. Normalnya kelenjar tidak teraba.
o Konjungtiva dan sklera
Sklera normal memiliki warna putih
Sklera mengalami pigmentasi dan tampak kuning atau hijau jika ada
penyakit hati (sklera ikterik)
Cara menginspeksi konjungtiva tarik kelopak tanpa menekan bola
mata. Tarik kedua kelopka dengan ibu jari dan ajri telunjuk di orbita
bawah dan atas. Minta klien melihat ke atas, kebawah, dan kesamping.
Inspeksi warna, tekstur, dan adanya edema atau lesi. Konjungtiva
normal tidak ada eritema. Adanya kemerahan mengindikasikan
alergi/ konjungtivitis infeksius.
o Kornea merupakan bagian transparan dna tidka berwarna diatas pupil
dan iris.
Saat klien melihat lurus kedepan inspeksi kejernihan dan tekstur
kornea sambil menyinari permukaan kornea dari sudut miring.
Kornea normal tampak berkilau, trasnparan, dan mulus
Pada lansia kornea kehilangan kilaunya
o Pupil dan iris
Amati ukuran, bentuk, kesamaan, akomdasi dan reaksi cahaya pada
pupil.
Pupil normal tampak hitam, bulat, reguler, dan sama ukurannya pada
kedua mata (diamter 3-7 mm)
Pupil yang berawan menandakan katarak
Pupil yang dilatasi diakibatkan glaukoma, trauma, kelainan neurologis,
pengobatan mata (atropin) atau berhenti mengonsumsi opioid
Inflamasi iris atau penggunaan obat (pilokarpin, morfin, kokain)
menyebabkan kontriksi pupil
Pupil kecil (pin point) merupakan tanda umum intoksikasi opioid
Periksa reflek pupil (terhadap cahaya dan akomodasi). Saat klien
melihat lurus kedepan, arahkan sinar ke pupil, jika kklien melihat ke
sinar, akan terdapat reaksi akomodasi palsu. Pupil yang disianri
langsung akan berkontriksi dan pupil sebelahnya akan ikut
berkontriksi. Amati kesamaan reflek kedua pupil.
Untuk memeriksa akomodasi, minta klien melihat objek jauh lalu ke
objek tes (jari/pencil) yang dipeagnag 10 cm dari hidung klien. Pupil
normal akan berkonvergensi dan berakomodasi dengan berkonstriksi
saat melihat objek jarak dekat. Respon kedua pupil bersifat sama
Pemeriksaan akomodasi hanya dilakukan jika klien memiliki kelainan
pada respon pupil terhadap cahaya. Jika reaksi pupil normal catat
singkatan PERRLA (pupils equal, round, reactive to light, and
accomodation, pupil sama, bulat, raktif terhadap cahaya dan
akomodasi)
o Struktur mata internal menggunakan OFTALMOSKOP untuk
menginspeksi fundus yang mencakup retina, koroid, papil optik makula,
fovea sentralis dan pembuluh darah retina.
Klien yang membutuhkan pemeriksaan ini adalah penderita diabetes,
hipertensi dan kelainan intrakranial
o Pemeriksaan tekanan bola mata
Dengan mengunakan tonometri atau palpasi bola mata untuk
mengetahui adanya nyeri tekan atau konsistensi bola mata.
o Pemeriks a a n dengan O f ta l mo s ko p
Oftalmoskop adalah alat dengan sistem cermin optik untuk melihat
anatomi interna dari mata. Ada dua cakram pada oftalmoskop: satu
untuk mengatur lubang cahaya (dan filter), dan satu lagi untuk
merubah lensa untuk mengoreksi kesalahan refraktif baik dari
pemeriksa maupun pasien.
Lubang-lubang dan filter-filter yang paling penting adalah lubang kecil,
lubang besar, dan filter bebas-merah. Lubang kecil adalah untuk pupil
yang tidak berdilatasi; lubang besar untuk pupil yang berdilatasi; dan
filter bebas-merah menyingkirkan sinar merah dan dirancang untuk
melihat pembuluh darah serta perdarahan. Dengan filter ini, retina
tampak abu-abu, diskus berwarna putih, makula kuning, dan darah
tampak berwarna hitam
Menggunakan oftalmoskop
Oftalmoskop dipegang dengan tangan kanan di depa n mata kanan
pemeriksa, untuk memeriksa mata kanan pasien. Pasien diminta
untuk melihat lurus ke depan dan mata terfiksasi pada sasaran yang
jauh. Jika pemeriksa menggunakan kaca mata, maka kaca mata harus
dilepas supaya dapat melihat retina dengan lebih baik. Lampu of-
talmoskop dinyalakan, lubang dipindahkan ke lubang kecil. Pemeriksa
harus memulai dengan diopter lensa diatur pada angka "0" jika ia
tidak menggunakan kaca mata. Pemeriksa yang miopia harus memulai
dengan lensa "minus", yang ditunjukkan oleh angka-angka berwarna
merah; pemeriksa yang hiperopia akan memerlukan lensa "plus", yang
ditunjukkan oleh angka-angka berwarna hitam. Jari telunjuk tetap
pada cakram untuk memudahkan mengatur fokus.
Oftalmoskop diletakkan berlawanan dengan dahi pemeriksa,
sedangkan ibu jari kiri pemeriksa mengangkat kelopak mata kanan
atas pasien. Oftalmoskop dan kepala pemeriksa harus berfungsi
sebagai satu unit. Pemeriksa yang melihat melalui oftalmoskop, harus
mendekati pasien setinggi mata sejauh sekitar 15 inci pada sudut 20 °
lateral dari pusat, seperti yang terlihat pada gambar 3.15. Cahaya
harus menyinari pupil. Pantulan sinar berwarna merah, refleks
merah, dapat terlihat pada pupil. Pemeriksa harus memperhatikan
setiap kekeruhan pada kornea atau lensa.
Dengan bergerak ke arah pasien dengan garis 20° yang sama,
pemeriksa akan mulai melihat pembuluh darah retina. Pemeriksa
harus bergerak lebih dekat ke pasien, membawa lengan yang
memegang oftalmoskop berlawanan dengan dagu pasien. Jika sudah
terjadi kontak dengan pasien, maka akan terlihat papil saraf optikus
atau pembuluh darah. Dengan memutar roda diopter . Unit tenaga
optik dari lensa untuk sinar cahaya divergen atau konvergen.
c. TELINGA
Inspeksi dan palpasi
o Amati bagian teliga luar: bentuk, ukuran, warna, lesi, nyeri tekan, adakah
peradangan, penumpukan serumen.
o Dengan otoskop periksa amati, warna, bentuk, transparansi, perdarahan, dan
perforasi.
o Uji kemampuan kepekaan telinga :
dengan bisikan pada jarak 4,5 – 6 M untuk menguji kemampuan
pendengaran telinga kiri dan kanan
dengan arloji dengan jarak 30 Cm, bandingkan kemampuan mendengar
telinga kanan dan kiri
dengan garpu tala lakukan uji weber: mengetahui keseimbangan
konduksi suara yang didengar klien, normalnya klien mendengar
seimbang antara kanan dan kiri
dengan garpu tala lakukan uji rinne: untuk membandingkan
kemampuan pendengaran antara konduksi tulang dan konduksi udara,
normalnya klien mampu mendengarkan suara garpu tala dari kondusi
udara setelah suara dari kondusi tulang
dengan garpu tala lakukan uji swabach: untuk membandingkan
kemampuan hantaran konduksi udara antara pemeriksa dan klien,
dengan syarat pendengaran pemeriksa normal.
Gambar 18. Pemeriksaan otoskopik
Gambar 25. Palatum yang keras terletak anterior pada atap mulut
Gambar 26. Senter dan spekulum lidah meungkinkan visulasisasi uvula dan
palatum lunak psoterior
f. WAJAH
Inspeksi : Perhatikan ekspresi wajah klien, Warna dan kondisi wajah klien,
struktur wajah klien, sembab atau tidak, ada kelumpuhan otot-otot fasialis atau
tidak.
g. LEHER
Pemeriksaan leher mencakup otot leher, nodus limfa kepala leher, arteri
karotis, vena jugularis, kelenjar tiroid dan trakea
Lakukan inspeksi dan palpasi leher untuk menentukan integritas struktur leher
dan memeriksa sistem limfatik
Lakukan pemeriksaan dengan klien dalam kondisi duduk
Otot sternokledomastoideus dan trapezius membagi tiap sisi leher menjadi dua
segitiga. Segitiga bagian depan mengandung trakea, kelenjar tiroid, arteri karotis,
dan nodus limfa servikal anterior; segitiga bagian belakang mengandung nodus
limfa posterior
OTOT LEHER
o Lakukan inspeksi leher pada posisi anatomis dengan sedikit hiperekstensi,
perhatikan kesimetrisan otot leher
o Minta klien menekuku leher kearah dada, hiperekstensi ke belakang, dan
gerakkan kepala ke setiap sisi dan samping dengan telinga bergrak ke arah
bahu. Posisi ini untuk memeriksa otot sternokledomastoideus dan trapezius.
Leher normalnya bergrak dengan nyaman
NODUS LIMFA
o Pemeriksaan ini dilakukan saat ada kecurigaan imunosupresi yangs ering
dihubungkan dengan alergi, infeksi HIV, penyakit autoimun (lupus) atau
infeksi serius
o Dagu dinaikkan dan kepala sedikit miring, pertama inspeksi area dimana
nodus limfa terdistribusi dan bandingkan kedua sisi. Inspeksi nodus yang
terlihat untuk mendeteksi edema, eritema, garis merah. Normalnya nodus
tidak terlihat
o Urutan pemeriksaan nodus oksipital pada dars tulang kepala, nodus post
artikular di atas mastoid, nodus preaurikuler didepan telinga, nodus
retrofaringeal pada sudut mandibula, nodus submandibular dan nodus sub
mental pda garis tengah belakang ujung mandibula
o Deteksi pembesaran, perhatikan lokasi, ukuran, bnetuk, permukaan,
konsistensi, mobilitas, nyeri tekan, dan kehangat nodus
o Nyeri hampir selalu mengindikasikan inflamasi. Masalah yang melibatkan
nodus limfa kepala dan leher berarti ada kelainan di mulut, tenggorokan,
abdomen, paydara, toraks dan lengan
bawah
bawah
bawah
bawah
bawah
o Toraks lateral
Minta klien mengangkat lengan agar mudah meriksa suara apas normal
adalah vesikuler
Gunakan ketrampialn inspeksi, palpasi, auskultasi
o Toraks anterior
Inspeksi sama dngan torak posterior
Palpasi untuk mendeteksi benjolan, massa, nyeri, pergrakan
abnormalkaji fremitus taktil didada anterior, kan berkruang di jantung,
toraks bawah, dan jaringan payudara.
Auskultasi toraks anterior memiliki pola sistematik. Minta klien duudk
jika mampu untuk memaksimalkan perkembangan dada. Beri perhatian
khusus pada lobus bawah di mana sekresi mukus banyak menumpuk.
Cari suara bronkovesikuler dan vesikuler diatas dan dibawah klavikula
dan sepanjang perifer paru paru. Aukultasi juga suara bronkus yang
terdengar keras, bernada tinggi dan kosong dengan ekspirasi yang lebih
panjang dari pada inspirasi (3;2). Normalnya didengar ditrakea.
Auskultasi secaramembandingkan suara apru pada salahsatu regio di sisi
tubuh dengan suara di regio yag sama pada sisi tubuh yang berlwanan
o Bentuk torak, kesimetrisan, keadaan kulit.
Normal chest : diameter proximodistal lebih panjang dari anterodistal
Pigeon chest : diameter anteroposterior lebih panjang dari proximodistal
Funnel chest : diameter anteroposterior lebih pendek dari proximodistal
Barrel chest : diameter anteroposteriol sama denga proximodistal
Kyposis : tulang belakang bengkok ke depan
Scoliosis : Tulang belakang bengkok ke sanping
Lordosis : tulang belakang bengkok ke belakang
Amati pernafasan klien : frekuensi ( 16 – 24 X per-menit ), retraksi
intercosta, retraksi suprasternal, pernafasan cuping hidung.
Macam-macam pola pernafasan :
Eupnea : Irama dan kecepatan pernafasan normal
Takipneu : Peningkatan kecepatan pernafasan
Bradipnea : Lambat tapi merupakan pernafasan normal
Apnea : Tidak terdapatnya pernafasan
Chene Stokes : Pernafasan secara bertahap lebih cepat dan dalam, dan
melambat diseligi pereode apnea
Biot’s : Pernafasan cepat dan dalam dengan berhenti tiba-tiba .
Kusmaul : Pernafasan cepat dan dalam tanpa berhenti
Amati ada / tidak cianosis, batuk produktif atau kering.
Palpasi
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus ;membandingkan getaran dinding
torak antara kanan dan kiri, dengan cara menepelkan kedua telapak
kata tujuh puluh tujuh, telapak tangan digeser ke bawah dan bandingkan
Perkusi
Menempelkan jari tengah pemeriksa pada intercosta klien dan mengetuk
dengan jari tangan yang satunya, normalnya suara dinding torak saat
Auskultasi
Suara nafas Vesikuler : terdengar di seluruh lapang paru dengan
intensitas suara rendah ,lembut dan bersih.
Bronchial : di atas manubrium sterni, suara tinggi, keras dan bersih
Bronkovesikuler : Intercosta 1 dan 2, dan antara scapula, intensitas
sedang dan bersih
Trakeal : di atas trakea pada leher, imtensitas sangat tinggi ,keras dan
bersih
Suara Ucapan
Anjurkan klien mengucapkan tujuh puluh tujuh berulang-ulang,
Suara tambahan
- Rales : Suara yang terdengar akibat exudat lengket saat
inspirasi
klien batuk
penyempitan bronkus
o Pada bayi jantung lebih horisontal, apkes jantung terletak di sic 3 dan 4 dikiri
garis midklavikula. Saat 7 tahun PMI anak sama dengan dewasa.
o Pada individu yang tinggi dan langsing jantung terletak lebih vertikal dan
sentral, semakin gemuk dan pendek seseorang, jantungcenerung terletak
lebih kekiri dan horisontal.
o Untuk mengkaji fungsi jantung. Pahami siklus jantung dan peristiwa fisiologis
yang penting. Jantung normalnya memompa darah melalui keempat ruangan
secara metodis dan berurutan. Proses dibagian kiri terjadi sebelum dibagian
kanan. Saat darah mengalir melalui tiap ruangan, katup terbuka dan
menutup, tekanan dalam ruangan naik dan turun, dan ruangan akan
berkontraksi. Tiap proses menghasilkan tanda fisiologis. Kedua sisi jantung
berfungsi secara terkoordinasi
o Terdapat dua fase siklus jantung yaitu sistole dan diastole. Aelama sistole
ventrikel berkontraksi dan mengelaurkan darah dari ventrikel kiri ke aorta
dan dari ventrikel kanan ke arteri pulomonal. Selama diastole ventrikel
berelaksasi dan atrium berkontraksi untuk memindahkan darah dari
ventrikel dan mengisi arteri koroner.
o Suara jantung terjadi karena proses yang fisiologis pada siklus jantung
o Saat sistole dimulai, tekanan ventrikel meningkat dan menutup katup mitral
dan trikuspid. Penutupan katup menimbulkan suara jantung pertama (S1)
LUB. Ventrikel lalu berkontraksi dan darah mengalir melalui aorta dan
sirkulasi pulmonal. Setelah ventrikel kosong tekanan venrikel turun dibawah
tekanan aorta dan arteri pulmonal, menyebabkan katup aorta dan pulmonal
menutup dan timbul suara kedua (S2)DUB.
o https://www.youtube.com/watch?v=R4mOazFzWsU
o Katup mitral dan trikuspid kembali terbuka untuk memungkinkan pengisian
ventrikel. Pengisian cepat ventrikel menimbulkan suara ketiga (S3)pada
anak dan dewasa muda, abnormal pada usia diatas 30 tahun
o Suara keempat (S4) terjadi saat atrium berkontraksi untuk membantu
pengisian ventrikel normalnya pada lansia yang sehat, anak, atlet,
abnormal pada orang dewasa.
INSPEKSI DAN PALPASI
o Pastikan klien rileks dan nyaman
o Posisi klien supinasi atau elevasi tubuh 45 derajat, klien tidak berbicara saat
auskultasi
o Perhatikan adanya pulsasi yang terlihat dan denyutan yang kuat, palpasi
impuls apikal dan sumber vibrasi
o Mulai dasar jantung (atas) kemudian kearah apeks
o Inpeksi sudut louis yang terletak antara sternum dan manubrium sterni
dan rasakan pangkalnya disternum sekitar 5 cm di bawah penonjolan
sternum.
o Temukan 6 lokasi anatomis jantung dan inspeksi serta palapsi tiap area
o SIC II Kanan ada area aorta, SIC II kiri ada area pulmonik
o Setelah menemukan area pulmonik gerakkan jari ke bawah batas sternum
kiri ke SIC III disebut area pulmonik kedua
o SIC IV dan V sepanjang sternum ada area trikuspid
o Untuk menemukan area mitral/ apikal temukan ruang interkosta tepat dikiri
sternum dan gerakkan jari kelateral ke garis mid klavikula kiri, temukan area
apikal dengan telapak tangan atau ujung jari. Normalnya impuls apikal
sebagai ketukan kecil di area berdiamater 1-2 cm di apeks (gambar)
o Normalnya kita tidak dapat merasakan pusasi atau vibrasi pada SIC II,III atau
IV.
o Ukuran jantung diperkiakan dengan memperhatikan diameter PMI dan posisi
relatifnya terhadap garis midklavikula
o Pada kasus jantung berat otot jantung emmebesar shg PMI ditemukan dikiri
dari garis midklavikula
o PMI sulit ditemukan pada lansia karena diameter anteroposterior yang
membesar
o PMI juga sulit ditemukan pada klien yang berotot atau gemuk
o Pada bayi/anak PMI ditemukan di SIC III/IV
o PMI sama dengan iktus cordis
AUSKULTASI
o Tehnik ini untuk mendeteksi suara jantung normal, suara tambahan, dan
murmur.
o Deteksi suara berintensitas rendah yang ditimbulkan oleh penutupan katup
o Dimulai dari area aorta dan menggeser stetoskop pada tiap lokasi anatomis
o Dengarkan suara siklus lengkap jantung pada tiap lokasi
o Ulangi porsedur dengan menggunakan bel stetoskop
o Terkadang klien bisa mengambil 3 posisi yang berbeda selama pemeriksaan
Duduk tegang dan condong kedepan (baik untuk semua area dan
murmur bernada tinggi)
Supinasi (baik untuk semua area)
Berbaring pada sisi kiri (baik untuk semua area, posisi terbaik untuk
mendengar suara bernada rendah pada diastole)
o Gambar (posisi duduk, supinasi, baring lateral)
duduk
o Bunyi S1 bernada tinggi, terdengar redup, dan paling baik didengar di apeks,
jika sulit mendengar S1 sesauikan dengan pulsasi carotis
o S2 mengkuti penghentian sistolik pendek dan mendahului penghentian
diastolik panjang, paling baik didengar di area aortik
o Nilai adanya suara jantung tambahan pada tiap lokasi auskultasi
o Gunakan bel stetoskop dan dnegarkan suara bernada rendah seperti S3 dan
S4, klik dan gesekan.
o S3 atau gallop ventrikuler terjadi tepat setelah S2 pada akhir diatole
ventrikulerakibat masuknya darah ke ventrikel yang terlalu cepat karena
kekakuan atau dilatasi akibat gagal jantung dan hipertensi
o S4 atau gallop atrial terjadi tepat sebelum S1 atau sistole ventrikuler
o Suara tambahan lebih mudah terdengar jika klien berbarung pada sisi kiri
dan stetoskop pada lokasi apikal
o Bagian akhir pemeriksaan mencakup pengkajian murmur jantung. Yaitu
suara meniup terus menerus yang terdnegar diawal, pertengahan atau akhir
sistole atau diastole
o Suara murmur terjadi karena peningkatan aliran darah melalui katup normal,
aliran melalui katup stenotik atau ke dalam pembuluh darah atau ruang
jantung yang berdilatasi (melebar), atau aliran balik melalui katup yang gagal
menutup
o Suara murmur merupakan tanda penyakit jantung
o Suara ini umum ditemukan pada anak anak
o Hal hal yang perlu diperhatikan saat mengausklutasi mur mur
Auskultasi di area mitral, trikuspid, aortik, dan pulmonik untuk
penentuan waktu siklus jantung, lokasi suara terbaik, radiasi, kekerasan
suara, nada dan kualitas
Murmur yang terjadi antar s1 dan s2 adalah murmur sistolik
Murmur yang terjadi antar s2 dan s1 berikutnya, adalah murmur
diastolik
Lokasi murmur tidak selalu berada didekat katup. Contoh murmur
mitral terbaik diapeks jantung
Intensitas atau kekerasan dihubungkan dengan kecepatan aliran darah
melalui jantung atau jumlah darah yang diregurgitasikan. Pada murmur
berat, rasakan dorongan pada lokasi auskultasi. Suatu thrill merupakan
sensasi terpalpasi kontinu seperti dengkuran kucing. Intensitasnya
sebagai berikut:
Tingkat 1 hampir tidak terdengar pada ruangan yang tenang
Tingkat 2 terdengar jelas tapi pelan
Tingkat 3 agak keras
Tingkat 4 keras dengan thrill
Tingkat 5 sangat keras, thrill mudah terpalpasi
Tingkat 6 lebih keras, dapat terdengar tanpa stetoskop, thrill
terpalpasi dan terlihat
SISTEM VASKULER
Letakkan bel stetoskop diatas ateri karotis pada ujung lateral klavikula
dan batas posterior sternokledomastoideus. Minta klien menolehkan
kepala menjauhi pemeriksa
Minta klien menahan napas sementara sehingga tidak menutup bruit
Normalnya tidak mendengar suara apapun selama auskultasi arteri
karotis
VENA JUGULARIS
Vena yang paling mudah diperiksa adalah vena jugularis interna dan
eksternal di leher
Vena jugularis eskternal terletak di supervisial diatas klavikula
Vena jugularis internal terletak lebih dalam sepanjang arteri karotis
Normalnya saat klien berbaring supinasi, vena jugularis eksternal
berdistensi dan mudah terlihat. Sebaliknya vena jugularis mengempis
saat klien duduk atau berdiri. Klien dengan penyakit jantung memiliki
distensi vena jugularis walaupun saat duduk
Gambar posisi klien untuk mengkaji distensi vena jugularis
Pemeriksaan abdomen sangat kompleks karena adanya organ di dalam dan dekat
rongga abdomen
Pemeriksaan ini mencakup pengkajian struktur saluran gastrointestinal bawah
selain hati, lambung, uterus, ovarium, ginjal, kandung kemih
Nyeri abdomen adalah salahsatu gejala yang paling sering dilaporkan
Lakukan pengkajianorgan anterior dan posterior
Sistem penanda membantu pemetaan regio abdomen
Prosesus xipoideus (ujung sternum) merupakan batas atas regio abdomen anterior
Simphisis pubis menandai batas bawah
Pisahkan abdomen menjadi empat kuadran imaginer
Di posteriorniga bawah dan otot punggung melindungi ginjal yang berlokasi di
vertebra T12 sampai L3.
Gambar
Sudut kostovertebral yang dibentuk oleh iga terakhir dan kolom vertebra
merupakan penanda yang digunakan selama palpasi ginjal
Selama pemeriksaan klien harus rileks, minta klien untuk BAK dulu
Klien berbaring supinasi/ dorsal recumbent
Buka abdomen dari tepat diatas prosesus xipoideus sampai ke simphisis pubis
Hangatkan tangan dan stetoskop untuk membuat klien rileks
Minta klien untuk melaporkan nyeri dan menunjukkan area yang nyeri. Lakukan
pemeriksaan area ini terakhir
Pergerakan usus
o Peristaltik
o Adalah pergerakan makanan melalui usus fungsi normal dari usus
halus dan besar
o Bising usus merupakan aliran udara dan cairan yang ditimbulkan
gerakan peristaltik
o Letakkan diafragma stetoskop perlahan pada pada tiap keempat
kuadran
o Normalnya udara dan cairan bergerak melalui usus, menyebabkan
suara gemuruh/ klik pelan yang terjadi ireguler 5-35 kali/menit
o Suara biasanya berlangsung ½ detik sampai beberapa detik. Biasanya
dibutuhkan 5-20 detik untuk mendengar satu suara usus; tetapi
dibutuhkan 5 menit untuk menentukan ketiadaan bising usus
o Lakukan auskultasi di keempat kuadran untuk memastikan anda
mendengar semua suara
o Waktu auskultasi terbaik adalah diantara waktu makan
o Bising usus didiskripsikan sebagai normal, terdengar, tidak ada,
hiperaktif atau hipoaktif
o Tidak ada bising ususobstruksi usus tahap lanjut, ileus paralitik,
peritonitis
o Pasca operasi dengan anestesi umumbising usus tidak ada/
hipoaktif
o Suara hiperaktif yang terdengar keras dan menggeram
(borborygmi)peningkatan motilitas usus (radang usus, kegelisahan,
diare, perdarahan, laksatif berlebihan, reaksi usus thd makanan
tertentu)
o Suara vaskuler
o Bruit mengindikasikan penyempitan pembuluh darah besar dan
gangguan aliran darah
o Bruit pada abdomen dapat menandakan aneurisma atau stenosis
pembuluh darah
o Gunakan bel stetoskop untuk mengauskultasi regio epigastrik dan
tiap kuadran
o Normalnya tidak terdapat suara vaskuler di aorta (garis tengah
melalui abdomen) atau arteri femoralis (kuadran bawah)
o Bruit arteri renal terdengar dengan menempatkan stetoskop di atas
tiap kuadran atas dianterior atas dibatas sudut costovertebral di
posterior
o Nyeri Ginjal
o Klien berdiri tegak/duduk gunkan palpasi langsung atau tidak
langsung untuk mengkaji inflamasi ginjal
o Perkusi diposterior pada sudut costovertebral di garis skapular, jika
ginjal mengalami radang, klien akan merasakan nyeri nyeri perkusi
PALPASI
o Palpasi utamanya dilakukan untuk mendeteksi area nyeri abdomen,
distensi, atau massa
o Gunakan palapsi ringan pada tiap kuadran abdomen
o Gunakan palpasi sistematik untuk tiap kuadran dan periksa resistensi
otot, nyeri tekan dan organ atau masa superfisial
o Perhatikan wajah klien untuk melihat tanda ketidaknyamanan
o Abdomen biasanya terasa mulus dengan kelembutan konsisten dan
tidak ada nyeri/ massa
o Ketegangan otot walaupun saat pasien rileks disebabkan karena
peritonitis, kolesistitis akut, apendicitis
o Cek adanya distensi kandung kemihtidk mampu BAK
(sedasi/anestesi), mengalami inkontinensia, kateter yang drainase
tidak baik
o Normalnya kandung kemih terletak di bawah pusar dan diatas
simphisis pubis
o Palpasi dalam dilakukan untuk mendeteksi organ abdomen dan
mendeteksi masa yang lebih sulit teraba
o Jangan lakukan palpasi dalam pada area insisi operasi atau organ
yang terasa nyeri
o Penekanan dalam menimbulkan nyeri pada klien yang sehat sekum,
kolon sigmoid, aorta, garis tengah didekat proxecuss xipoideus
o Periksa tiap kuadran dengan sistematismassa, palpasi ukuran,
lokasi,bentuk, konsistensi, nyeri tekan, pulsasi, mobilitas
o Cek nyeri tekan rebound dengan menekan tangan perlahan dan
kedalam ke area yang terlibat dan lepaskan dnegan cepat
o Jika klien merasa nyeri saat tangan dilepas, berarti hasil pemeriksaan
ini positif
o Nyeri rebound terjadi pda klien dnegan iritasi peritoneum spti
apendicitis, pankreatitis, cedera peritoneum yang menyebabkan
empedu, darah atau enzim memasuki rongga peritoneum
PULSASI AORTA
o Untuk mengkaji ini lakukan palpasi dengan ibu jari dan telunjuk satu
tangan ke dalam abdomen atas, tepat dikiri garis tengah
o Normalnya pulsasi akan diteruskan kedepan
o Jika ada pembesaran aorta akibat aneurisma (dilatasi lokal pembuluh
darah) pulsasi akan diteruskan ke lateral
o Jangan mempalpasi masa abdomen yang berpulsasi
REFLEKS
Memancing reaksi refleks memberikan data tentang interitas jalur sensorik dan motorik
pada lengkung refleks dan segmen spinal tertentu
Tingkat refleks
B. PEMERIKSAAN JANTUNG
a. Inspeksi
Amati ictus cordis : denyutan dinding torak akibat pukulan ventrikel kiri pada
dinding torak, normalnya pada ICS V Mid clavikula kiriselebar 1 Cm, sulit
ditemukan pada klien yang gemuk.
b. Palpasi
Adanya pulsasi pada dinding torak, normalnya pulsasi tidak ada :
ICS II ( area aorta pada sebelah kanan dan pulmonal pada sebelah kiri )
ICS V Mid Sternalis kiri ( area tricuspidalis atau ventrikel kanan )
ICS V Mid Clavikula kiri ( area Bicuspidalis )
c. Perkusi
Tujuan perkusi adalah untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara
kasar, batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : ICS II Mid sternalis
Batas bawah : ICS V
Batas Kiri : ICS V Mid Clavikula Sinistra
Batas Kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra
d. Auskultasi
Dengarkan BJ I pada ICS IV linea sternalis kiri BJ I Tricuspidalis,
dan pada ICS V Mid Clavicula / Apeks BJ I bicuspidalis terdengar LUB lebih keras
akibat penutupan katub mitral da tricuspidalis.
Dengarkan BJ II pada ICS II linea sternalis kanan BJ II Aorta, dan ICS II atai III
linea sternalis kiri BJ II aorta , terdengar DUB akibat penutupankatup aorta dan
pulmonal.
Dengarkan BJ III ( kalau ada ) terdengar di daerah mitral, pada awal diastolic
terdengar LUB-DUB-EE, BJ III terdengar normal pada anak-anak,dewasa muda
dan orang hamil. Bila ada BJ III pada orang dewasa yang disertai dengan
oedema/dipsneu berarti abnormal. BJ III pada klien decompensasi cordis disebut
Gallop Rhythm, yang terjadi akibat getaran karena derasnya pengisian ventrikel
kiri dari atrium kiri dari ruang sempit ke ruang yang lebih lebar.
Dengarkan adanya suara murmur, suara tambahan pada fase sistolik, diastolic
akibat dari getaran jantung atau pembuluh darah karena arus turbulensi darah.
Derajat Murmur : 1 : Hampir tidak terdengar
2 : Terdengar lemah
3 : Agak keras
4 : Keras
5 : Sangat keras
6 : Sampai stetoskop di angkat sedikit suara masih terdengar