Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


MASALAH KEPERAWATAN JIWA WAHAM
Disusun untuk Memenuhi Penugasan Stase Keperawatan Jiwa
Prodi Keperawatan Program Sarjana

Oleh :
RIZQI AKHLAQUL KARIMAH
NIM S18043

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN JIWA WAHAM

A. Masalah utama
Gangguan proses berpikir : waham

B. Proses Terjadinya Masalah


a. Definisi
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan
penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan
tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien (Kusumawati dan
Hartono, 2010).
Waham adalah suat keyakinan yang dipertahankan secara kuat
dan terus menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan (Keliat&
Akemat 2009). Ramdi (2013) mengatakan bahwa waham merupakan
suatu keyakinan tentang isi pikiran yang tidak sesuai dengan
kenyataan atau tidak cocok dengan inteligensia dan latar belakang
kebudayaan, keyakinan tersebut dipertahankan secara kokoh dan tidak
dapat diubah- ubah.

b. Tanda dan Gejala

1) Data subjektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, dan keadaan dirinya berulang kali secara
berlebihann tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
2) Data objektif
1. Klien tampak tidak mempunyai orang lain
2. Curiga
3. Merusak diri (orang lain dan lingkungan)
4. Takut, sangat waspada
5. Tidak tepat menilai lingkung atau realitas
6. Ekspresi wajah tegang
7. Mudah tersinggung

c. Jenis dan masalah utama


Proses terjadinya waham dibagi menjadi enam yaitu:
a. Fase Lack of Human Need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan
klien baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan
waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan
ekonomi sangat terbatas.
Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk
melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara
sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara Reality
dengan self ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi
menginginkan dipandang sebagai seorang sangat cerdas, sangat
berpengalaman dan diperhitungkan dalam kelompoknya.
Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan
bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh
rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang (life span history)
b. Fase lack of self esteem
Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya
kesenjangan antara self ideal dengan self reality (kenyataan
dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi
sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya,
menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan
tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap
memasang self ideal yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal
self reality nya sangat jauh. Dari aspek Pendidikan klien, materi,
pengalaman, pengaruh, support system semuanya sangat rendah.
c. Fase control internal external
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini
atau apa-apa yang ia katakana adalah kebohongan, menutupi
kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi
menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat
berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhannya untuk
dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas
dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak
kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba
memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak
benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena
besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan
hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alas an pengakuan klien tidak merugikan
orang lain.
d. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam
lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama
kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut
sebagai suatu kebenaran karena seringya diulang-ulang. Dari
sinilah mulai terjadinya kerusakan control diri dan tidak
berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada
lagi perasaan dosa saat berbohong.
e. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya
serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan
mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai
halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya.
Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindar
interaksi sosial (Isolasi sosial)
f. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi,
setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat.
Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatic
masa lalu atau kebutuhan – kebutuhan yang tidak terpenuhi
(rantai yang hilang).
Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi
waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting
sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara
konfrontatif serta memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa-
apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada
konsekuensi sosial.

d. Penyebab Terjadinya Masalah


Berbagai kehilangan dapat terjadi pada pasca bencana, baik
kehilangan harta benda, keluarga maupun orang yang bermakna.
Kehilangan ini menyebabkan stress bagi mereka yang
mengalaminya. Jika stress ini berkepanjangan dapat memicu
masalah gangguan jiwa dan waham. (Budi Anna Keliat, 2009)
1) Faktor Prediposisi
1. Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan
sistem saraf yang berhubungan dengan respon biologis yang
maladaptif.

2. Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre


frontal dan korteks limbic

3. Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin


dan glutamat.

4. Virus : paparan virus influensa pada trimester III

5. Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak


peduli.
2) Faktor Presipitasi
1. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
2. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
3. Adanya gejala pemicu

e. Akibat Terjadinya Masalah


Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan
komunikasi verbal yang ditandai dengan pikiran tidak realistic,
flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang
didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat yang lain yang
ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.

C. Pohon Masalah

Kerusakan Risiko tinggi mencederai diri,


komunikasi verbal orang lain, dan lingkungan

Faktor pencetus :
1. Proses
pengolahan
Perubahan proses pikir : waham
informasi yang
berlebihan
2. Mekanisme
Gangguan konsep diri: harga diri rendah penghantaran
listrik yang
abnormal
3. Adanya gejala
pemicu

Faktor penyebab :
1. Genetis
2. Neurobiologis
3. Neurotransmiter
4. Virus
5. Psikologi

D. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji


a. Gangguan proses berpikir : waham
1) Data subjektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakinnya (tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara
belebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
2) Data objektif
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan,
merusak diri, orang lain, dan lingkungan, takut, kadang panik,
sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan atau realitas,
ekspresi wajah klien tegang dan mudah tersinggung.
b. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
1) Data subjektif
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin
membunuh, ingin membakar atau mengacak-acak
lingkungannya.
2) Data objektif
Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang,
melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.

c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah


1) Data subjektif
Klien mengatakan saya tidakKlien mengatakan saya tidak
mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodooh, mengkritik diri
sendiri, dan mengungkapkan perasaan malu terhadap diri
sendiri.
2) Data objektif
Klien tampak suka sendiri, bingung bila disuruh memilih, ingin
mencederai diri atau ingin mengakhiri diri.
E. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan proses pikir : waham

F. Rencana Asuhan Keperawatan


a. Untuk klien
Tujuan umum :klien dapat mengontrol gangguan
wahamnya Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
dengan perawat Tindakan :
1. Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik,
perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan
lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas topik,
waktu, tempat).
2. Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan
perawat menerima keyakinan klien “saya menerima
keyakinan anda” disertai ekspresi menerima, katakan
perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati,
tidak membicarakan isi waham klien.
3. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan
terlindungi: katakan perawat akan menemani klien dan
klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan
dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.

4. Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian


dan perawatan diri.

2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan


yang dimiliki Tindakan :
1. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang
realistis.
2. Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada
waktu lalu dan saat ini yang realistis.
3. Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan
untuk melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas
sehari hari dan perawatan diri).
4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan
sampai kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada
klien bahwa klien sangat penting.
3) Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang
tidak terpenuhi Tindakan :
1. Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
2. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik
selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas,
marah)
3. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan
timbulnya waham.
4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan
klien dan memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika
mungkin).
5. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk
menggunakan wahamnya.
4) Klien dapat berhubungan
dengan realitas Tindakan :
1. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri,
orang lain, tempat dan waktu).
2. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi
realitas.
3. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan
klien
5) Klien dapat menggunakan obat
dengan benar Tindakan :
1. Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis,
frekuensi, efek dan efek samping minum obat
2. Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar
(nama pasien, obat, dosis, cara dan waktu).
3. Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping
obat yang dirasakan
4. Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
b. Untuk keluarga
Tujuan umum : keluarga mau membantu anggota keluarga untuk
menjelaskan identitas sebenarnya.
Tujuan khusus : Klien dapat dukungan dari
keluarga Tindakan :
1) Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga
tentang: gejala waham, cara merawat klien, lingkungan
keluarga dan follow up obat.
2) Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga.
STRATEGI PELAKSANAAN 1
Pertemuan I

A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Klien tampak tenang, sedang duduk dikursi bersama pasien
lain, tidak merasa dirinya sakit
2. Diagnosa keperawatan
Perubahan proses pikir :
waham
3. Tujuan SP 1
a. Klien dapat mengontrol wahamnya
b. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
c. Klien dapat mengungkapkan kebutuhan yang tidak terpenuhi
dengan cara memenuhi kebutuhannya
d. Klien dapat mempraktikkan pemenuhan kebutuhan
4. SP 1 Pasien
Membantu pasien terhadap orientasi realita
5. Tindakan keperawatan :
a. Bantu klien mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
b. Bantu klien mempraktikkan pemenuhan kebutuhan yang
belum terpenuhi.

B. Strategi Komunikasi
1. FASE ORIENTASI (PERKENALAN)
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi ibu, perkenalkan nama saya.
biasa
dipanggil..........”saya mahasiswa STIKES Kusuma Husada
yang akan merawat ibu.
“nama ibu siapa? Suka dipanggil siapa?
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Ibuhari ini? Apa keluhan ibu hari ini?

c. Kontrak Waktu
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang masalah ibu?
dimana kita duduk?diruang tamau? Berapa lama? Bagaimana
jika 30 menit?
2. FASE KERJA
”Saya ingin tahu pengalaman ibu dengan orang terdekat, kita
mulai dari orang tua ibu…. “Sebelum berada disini apakah ibu
pernah mengalami kejadian yang membuat ibu takut, cemas, dan
trauma?sampai sekarang apakah ada kebutuhan dan harapan
yang belum terpenuhi?Apa yang ibu harapkan saat menjadi sakti?
kesaktian itu terjadi berapa kali sehari? Saat apa saja? Berapa
lama? Saya mengerti kalau ibu merasa sakit dan bisa merobohkan
bangunan, tapi sulit bagi saya untuk mempercayai, coba sekarang
ibu bisa contohkan merobohkan pohon besar dikamar sana?
Pengalaman yang tidak menyenangkan apa saat kekuatan muncul?
Saat kekuatan anda datang banyak orang yang akan terluka dan
dirugikan. kalau nanti merugikan ibu harus segera mencari
pertolongan perawat ya? Kalau hobbynya ibu apa saja?
Bagaimana kalau ibu memasukkan hobby ibu kedalam buku harian
ya?
3. FASE TERMINASI
a. Evaluasi Subyektif
”Bagaimana perasaan Ibusetelah kita berbincang-bincang
tadi?saya senang karena ibu sudah bisa mengungkapkan
perasaan dan mau berteman dengan saya.
b. Evaluasi Obyektif
Sekarang coba ibu sebutkan pengalaman ibu yang tidak
menyenangkan.
c. Rencana Tindak Lanjut
“setelah berbincang-bincang coba dilakukan lagi ya jadwal
kegiatan yang sudah kita buat tadi.
d. Kontrak
1. Topik
“Bagaimana kalau besok kita ngobrol-ngobrol lagi ya
tentang kekuatan sakti ibu?
2. Waktu
”Besok kira-kira jam berapa? Bagaimana jika jam 10.00?
3. Tempat
”Besok kita ngobrol dimana? Bagaimana kalau disini lagi.
Sampai jumpa..
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, mukripah. 2008. Komunikasi Terapeutik dalam


Praktik Keperawatan. Bandung: Refika Aditama
Keliat Budi Ana. 2009. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi II.
Jakarta : EGC
Kusumawati dan Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :
Salemba Medika
Riyadi, S. Dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Kusumawati, faridaet al.(2011).Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Salemba
Medika: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai