Anda di halaman 1dari 51

MODUL PRAKTIKUM

MATA KULIAH
KEPERAWATAN KOMUNITAS II

Dosen/Tim Pengajar :

1. Ns. Tomi Jepisa, M.Kep


2. Ns. Welly, M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN ALIFAH PADANG

TAHUN AJARAN 2021/2022


LEMBAR PENGESAHAN

Mata Kuliah : Keperawatan Komunitas II

Dosen Pengampu : Ns. Tomi Jepisa, M.Kep


Ns. Welly, M.Kep

Padang, Maret 2019

Penyusun,

( TIM Mata Kuliah Keperawatan Komunitas II)

Mengetahui dan Menyetujui,

Ketua Prodi Keperawatan

( Ns. Amelia Susanti, M.Kep, Sp.Kep.J )

i
VISI DAN MISI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
VISI
MENGHASILKAN NERS YANG UNGGUL DI BIDANG CMHN YANG
BERKEPRIBADIAN LUHUR DAN BERJIWA ENTREUPREUNERSHIP YANG
MAMPU BERSAING SECARA NASIONAL TAHUN 2021.

MISI
• MENYELENGGARAKAN PENDIDIKAN NERS YANG BERORIENTASI PADA
CMHN
• MENGEMBANGKAN PENELITIAN DI BIDANG KEPERAWATAN KHUSUSNYA
CMHN
• MELAKUKAN PENGABDIAN MASYARAKAT YANG BERORIENTASI PADA
HASIL PENELITIAN
• MELAKSANAKAN KERJA SAMA DENGAN LINTAS SEKTOR, LINTAS
PROGRAM DAN KOMUNITAS GLOBAL

TUJUAN PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


a. MENYIAPKAN PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI KEMAMPUAN
AKADEMIK DAN KETERAMPILAN PROFESIONAL YANG DAPAT
MENERAPKAN, MENGEMBANGKAN DAN MEMPERKAYA KHASANAH
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DI BIDANG KESEHATAN
KHUSUSNYA DI BIDANG KEPERAWATAN CMHN
b. MENGHASILKAN LULUSAN PROGRAM NERS YANG PROFESIONAL
DENGAN DILANDASI DENGAN KEPRIBADIAN LUHUR
c. MAMPU MERENCANAKAN, MENGELOLA DAN MENGEVALUASI UPAYA-
UPAYA KESEHATAN SESUAI DENGAN SITUASI DAN KONDISI DAERAH
SETEMPAT DENGAN MEMANFAATKAN SUMBERDAYA YANG ADA
UNTUK MENINGKATKAN KESEHATAN MASYARAKAT.
d. MEMAHAMI DAN MAMPU MENGGUNAKAN HASIL-HASIL PENELITIAN
UNTUK MERENCANAKAN, MELAKSANAKAN DAN MENGEVALUASI
DALAM UPAYA KEMAJUAN DUNIA KEPERAWATAN
e. MENGHASILKAN LULUSAN YANG MEMILIKI KETERAMPILAN
ENTERPRENEURSHIP

ii
f. MEMBANGUN KERJASAMA ANTAR STAKEHOLDER UNTUK
MENGEMBANGKAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG UNGGUL DAN
KOMPETETIF DI TINGKAT NASIONAL MAUPUN GLOBAL
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya
kepada kita semua sehingga buku Modul Praktikum Keperawatan Komunitas I ini selesai
disusun sebagai pedoman bagi mahasiswa dan pembimbing dalam mengikuti dan
menjalankan Praktikum Keperawatan Komunitas I. Selain itu diharapkan dengan
mempedomani buku ini mahasiswa memperoleh gambaran umum pelaksanaan Praktikum
Keperawatan Komunitas I. Buku ini berisi tentang informasi umum, tujuan, sasaran dan
kompetensi yang harus dicapai mahasiswa. Proses bimbingan, proses pelaksanaan praktek,
evaluasi dan daftar rujukan yang dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran
mahasiswa.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf
pengajar dan pembimbing Praktikum Keperawatan Komunitas I atas kontribusinya dalam
menyumbangkan ide-ide yang sangat bermanfaat dalam proses pengembangan buku ini.

Akhirnya semoga buku ini bermanfaat dalam proses pencapaian kemampuan


mahasiswa sesuai dengan tujuan dan kompetensi yang diharapkan.

Padang, Maret 2019

(Tim MK Keperawatan Komunitas I)

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................... i


VISI DAN MISI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG ... ii
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANSEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG ................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................................ vi

I. Keperawatan Komunitas………….………………………………………….1
II. Ketentuan Praktikum………………………………………………………....2
III. Strategi Pencapaian Kompetensi……………………………………………..4
IV. Langkah-langkah Pengkajian komunitas…...………………………………...8
V. format Penilaian Pengkajian Komunitas…………………………………….26

DAFTAR PUSTAKA

iv
I. Keperawatan Komunitas II

Deskripsi Mata Kuliah

Laboratorium ini terbagi atas tiga ruangan yaitu laboratorium komunitas, puskesmas, dan
rumah sehat. Masing-masing laboratorium ini dapat menampung mahasiswa sebanyak 20-
30 mahasiswa. Laboratorium ini dirancang untuk kegiatan seperti pelayanan posyandu,
penyuluhan kepada masyarakat, pemberian terapi nonmedis, kunjungan ke keluarga, dll.
Fasilitas di laboratorium ini dapat digunakan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia baik reguler maupun ekstensi. Fasilitas yang tersedia adalah
berbagai media penyuluhan (pamflet, lembar balik, leaflet, film pendidikan
kesehatan), micro teaching, audio visual, meja dan kursi, alat peraga makanan, alat bantu
jalan, dll.

Kompetensi Mata Kuliah


Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran pada mata kuliah Keperawatan Komunitas, bila
diberi data/kasus/ dihadapkan pada situasi nyata, mahasiswa memiliki kemampuan:
a. Ketrampilan dalam pengkajian keperawatan komunitas

b. Ketrampilan dalam penyuluhan kesehatan masyarakat

c. Ketrampilan dalam pemberian Asuhan Keperawatan Keluarga

d. Ketrampilan dalam pemberian Asuhan Keperawatan pada Lansia

e. Ketrampilan dalam pemberian Asuhan Keperawatan Kelompok Khusus

f. Ketrampilan dalam pendokumentasian Asuhan Keperawatan Komunitas

g. Ketrampilan dalam pemberian pelayanan keperawatan di Layanan


Kesehatan (Posyandu, Puskesmas, Polindes, dll )

1
KETENTUAN PRAKTIKUM
A. TATA TERTIB UMUM
1. Pengguna Laboratorium adalah mahasiswa, dosen/instruktur dan pengguna lain
diluar STIKes Alifah Padang.
2. Pelaksanaan kegiatan praktek Laboratorium harus disesuaikan dengan jadwal
yang telah disusun, bila terjadi perubahan jadwal, dosen/instruktur praktikum
harus memberitahukan kepada petugas Laboratorium minimal 1 hari sebelum
praktek laboratorium dilaksanakan.

B. TATA TERTIB KHUSUS


Selama berada di laboratorium, Praktikan diwajibkan :
1. Setiap mahasiswa harus memakai seragam yang telah ditentukan
2. Setiap mahasiswa tidak dibenarkan makan dan minum dalam Laboratorium
3. Setiap mahasiswa wajib membaca panduan praktek (daftar tilik)
4. Setiap mahasiswa harus hadir dilaboratorium 5 menit sebelum praktek dimulai
5. Setiap kelompok praktek mahasiswa harus meminjam alat yang digunakan minimal
1 HARI sebelum praktek dimulai
6. Setiap peminjaman dan pengembalian alat harus mengisi buku dan diketahui
petugas penanggung jawab labor
7. Setiap peralatan/bahan laboratorium yang hilang, pecah atau rusak harus diganti
sesuai dengan yang aslinya
8. Alat-alat yang dipinjam, dikembalikan dalam keadaan baik, bersih dan kering
9. Setiap mahasiswa harus merapikan kembali laboratorium sebelum dan setelah
digunakan

C. SANKSI
Setiap peralatan/bahan laboratorium yang hilang, pecah atau rusak harus diganti sesuai
dengan yang aslinya

D. HAK DAN KEWAJIBAN


1. MAHASISWA
a. Mahasiswa mempunyai hak untuk mendapatkan pembelajaran praktek
dilaboratorium.
b. Mahasiswa diwajibkan hadir 5 menit dilaboratorium sebelum dilaksanakan
praktek.
c. Mahasiswa diwajibkan memiliki modul laboratorium
d. Mahasiswa setelah mendapatkan bimbingan dari dosen / instruktur dapat
melaksanakan praktek secara mandiri atau dengan kerjasama kelompok.

2
e. Mahasiswa wajib mentaati semua tata tertib yang berlaku di laboratorium.
f. Mahasiswa wajib mengikuti proses bimbingan sampai selesai.

2. PEMBIMBING / INSTRUKTUR
a. Dosen/Instruktur mempunyai hak untuk memberikan praktek di
laboratorium.
b. Dosen/Instruktur membimbing dan mengkoordinir mahasiswa dalam
melaksanakan praktikum di laboratorium.
E. Evaluasi
Evaluasi berupa ujian praktek (utek) yang dilakukan pada topik pemeriksaan
antenatal, pemeriksaan intranatal. Mata kuliah keperawatan maternitas 3 SKS yang
terdiri dari 2T, 1P. Penilaian pada mata kuliah Promosi Kesehatan dan Pendidikan
Kesehatan yaitu 70% teori, dan 30% labor dengan ketentuan:
A : 80-100
B : 65-79
C : 55-64
D : 40-54
E : 0-40

3
II. STRATEGI PENCAPAIAN KOMPETENSI

1. PENCAPAIAN KOMPETENSI KOGNITIF


Mahasiswa diwajibkan untuk melakukan pembelajaran mandiri (Self Directed
Learning) untuk mencapai kompetensi kognitif yang diharapkan. Kompetensi
kognitif yang diharapkan dalam pembelajaran praktikum Promosi Kesehatan dan
Pendidikan Kesehatan adalah
a. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan pelaksanaan dari setiap prosedur yang
dilakukan

b. Mahasiswa mampu mensimulasikan tahapan pelaksanaan dari setiap prosedur yang


dilakukan (persiapan,pelaksanaan,evaluasi) secara sistematis.

2. PENCAPAIAN KOMPETENSI AFEKTIF


- Penilaian pada aspek afektif akan dilakukan oleh fasilitator secara terintegrasi pada
setiap kegiatan pencapaian kompetensi kognitif maupun pencapaian kompetensi
psikomotor
- Matrik atribut softskill yang digunakan pada pencapaian kompetensi afektif sebagai
berikut :

4
No. Atribut Defenisi Indikator SKOR

Sofskill 1 2 3 4

1 Disiplin Ketepatan waktu Kehadiran dikelas Tidak hadir di Datang terlambat > 15 Datang terlambat 5-15 Datang tepat waktu
dalam mengikuti kelas menit menit
kegiatan praktik
Ketaatan dan Penyerahan tugas dan Terlambat > Terlambat 2 hari & Terlambat 1 hari & Tepat waktu & tidak
kepatuhan dalam patuh terhadap tata 2hari & selalu sering melanggar jarng melanggar pernah melanggar
melaksanakan tertib melanggar
tugas dan tata tertib
praktik
2 Percaya diri Keberanian dan Berani tampil Tidak berani Berani tampil Berani tampil Berani tampil
kepercayaan tampil mencoba/melakukan mencoba/melakukan mencoba/melakukan
peserta didik dalam mencoba kegiatan praktikum kegiatan praktik kegiatan
melakukan simulasi melakukan dengan dengan sedikit praktikdengan tidak
kegiatan canggung/grogi canggung/grogi canggung/grogi
praktik
3 Partisipasi Keikutsertaan Penyampaian pendapat Tidak pernah Jarang Sering Selalu
aktif secara aktif dalam baik lisan maupun
setiap kegiatan tulisan melalui
praktik bertanya,memberikan
jawaban penyampaian
ide

5
PENCAPAIAN KOMPETENSI PSIKOMOTOR
Pencapaian kompetensi tindakan psikomotor yang diharapkan adalah mahasiswa mampu:
1. Melakukan tindakan keperawatan komunitas kesehatan sesuai dengan asuhan keperawatan

PETUNJUK PRAKTIKUM
1. Pelaksanaan praktikum dilakukan dengan metode simulasi:
2. Fasilitator menentukan topik pembelajaran praktik yang akan dilakukan

3. Fasilitator menentukan masing-masing kelompok

4. Setelah fasilitator membentuk kelompok, fasilitator meminta kepada penjelas atau


demonstrator menjelaskan atau mendemontrasikan cara mengerjakan keterampilan yang
telah ditentukan, pengecek/pengamat bertugas mengamati dan menilai penjelasan atau
demontrasi yang dilakukan temanya.

5. Fasilitator meminta kelompok untuk melakuka simulasi.

6. Fasilitator meminta mahasiswa untuk melakukan keterampilan atau prosedur tersebut


dilakukan sampai selesai dan dapat dikuasai oleh peserta didik.

7. Setiap mahasiswa wajib mengikuti kegiatan praktik (100% kehadiran) sesuai dengan jadwal
yang telah disepakati oleh fasilitator, kelompok, dan masing-masing pasangan dalam
kelompok. Jadwal pengaturan kelompok dan fasilitatornya adalah sebagai berikut:

a. Ns. Tomi Jepisa, M.Kep Kelompok I (Kelas A dan B, )

b. Ns. Welly, M.Kep Kelompok II (Kelas A dan B)

8. Setiap mahasiswa wajib mentaati tata tertib praktik.

TUGAS MAHASISWA

1. Mahasiswa wajib mempelajari materi praktik sebelum pelaksanaan praktik bersama dengan
kelompok yang telah ditunjuk oleh fasilitator sesuai dengan modul praktik yang telah
diberikan.

2. Mahasiswa dalam kelompok wajib melakukan praktek dan dapat menghubungi fasilitator
jika diperlukan dalam penguatan pelaksanaan prosedur yang dilakukan.

6
3. Mahasiswa diharapkan aktif dalam berlatih untuk melakukan keterampilan yang telah
ditetapkan bersama kelompoknya.

TUGAS FASILITATOR

1. Menjelaskan keterampilan yang akan dilatih kepada mahasiswa pada awal pertemuan.

2. Memfasilitasi dan mendampingi mahasiswa dalam kelompok yang ditunjuk setiap kali
melakukan keterampilan yang ditetapkan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh
kelompok dan fasilitator (masing-masing minimal 7x pertemuan mandiri sekaligus
evaluasi)

3. Membagi mahasiswa dalam kelompok untuk berperan sebagai mahasiswa dan demonstrator
dari setiap keterampilan yang diajarkan

4. Melakukan evaluasi dari masing-masing pasangan mahasiswa terkait dengan pencapaian


keterampilan yang diharapkan.

7
III. LANGKAH-LANGKAH PENGKAJIAN
KEPERAWATAN KOMUNITAS

1. KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN


Fokus mata kuliah ini membahas tentang asuhan keperawatan komunitas melalui proses
keperawatan diantarnya pengkajian komunitas, membuat analisis data atau menegakan diagnose,
intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan komunitas.

Kompetensi Mata Kuliah


Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran pada mata kuliah Keperawatan Komunitas, bila diberi
data/kasus/ dihadapkan pada situasi nyata, mahasiswa memiliki kemampuan:
1. Merencanakan asuhan keperawatan komunitas dalam rentang sehat-sakit
2. Menyusun rencana asuhan keperawatan komunitas fokus pada peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit minimal pada area sekolah dan kesehatan kerja dengan
menggunakan langkah proses keperawatan komunitas dan pelaksanaannya menggunakan
pembelajaran berbasis projek Pengabdian Masyarakat.

2. STRATEGI PEMBELAJARAN
a. Belajar dan latihan mandiri

b. Belajar secara kelompok (Practice Rehearseal Pairs).

Fokus praktik keperawatan komunitas adalah memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan
komunitas dalam pencegahan primer, sekunder dan tertier terhadap komunitas dengan masalah
kesehatan yang bersifat actual, resiko dan potensial. Penerapan pengetahuan tentang konsep
keperawatan komunitas dalam menyelesaikan masalah-masalah keperawatan yang muncul
sebagai akibat tidak terpenuhinya kebutuhan dasar komunitas yang dapat diatasi dengan
intervensi keperawatan komunitas (terapi modalitas keperawatan komunitas).

Pelaksanaan praktik profesi keperawatan komunitas dilaksanakan diwilayah masyarakat area


rural. Pengalaman belajar ini akan berguna dalam bentuk memberikan pelayanan dan asuhan

8
keperawatan komunitas termasuk bidang perawatan lain. Pengalaman belajar meliputi
pengalaman belajar komunitas atau pengalaman belajar lapangan.

Sasaran Pembelajaran Penunjang

1. Mahasiswa mampu menerapkan pendekatan Islami dalam memberikan asuhan


keperawatan komunitas.

2. Mahasiswa mampu menerapkan etik sesuai dengan etik keperawatan .

3. Mahasiswa mampu membina hubungan interpersonal dan komunikasi terapeutik dengan


target komunitas.

4. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan komunitas di sekolah dengan


menggunakan konsep-konsep asuhan keperawatan komunitas

5. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan komunitas pada kelompok khusus


dengan menggunakan konsep-konep dasar dan asuhan keperawatan komunitas

6. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada kelompok resiko atau masalah
kesehatan khusus (ibu hamil, balita, usia sekolah, remaja, dewasa, dan kelompok usia
lanjut) dengan menggunakan konsep dasar dan asuhan keperawatan komunitas

7. Mahasiswa mampu melakukan terapi modalitas keperawatan komunitas dengan benar

8. Mahasiswa mampu berkolaborasi dengan tenaga kesehatan yang ada diwilayah tersebut.

Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,


merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk
mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Langkah – langkahnya dimulai dari
(1) pengkajian : pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah, (2) diagnosis
keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi tindakan
keperawatan. (Wahit, 2005). Proses keperawatan pada komunitas mencakup individu, keluarga
dan kelompok khusus yang memerlukan pelayanan asuhan keperawatan.
Tahap akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Evaluasi mengacu kepada
penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini perawat menemukan penyebab mengapa suatu
proses keperawatan dapat berhasil atau gagal. Perawat menemukan reaksi klien terhadap
intervensi keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan apa yang menjadi sasaran dari

9
rencana keperawatan dapat diterima. Evaluasi berfokus pada individu klien dan kelompok dari
klien itu sendiri. Proses evaluasi memerlukan beberapa keterampilan dalam menetapkan rencana
asuhan keperawatan., termasuk pengetahuan mengenai standar asuhan keperawatan, respon klien
yang normal terhadap tindakan keperawatan, dan pengetahuan konsep teladan dari keperawatan.
Proses keperawatan komunitas juga memperhatikan adanya perbedaan budaya di masing-
masing daerah, karena hal itu Leininger (1978) mendefinisikan transkultural di keperawatan
sebagai: “ bidang kemanusiaan dan pengetahuan pada studi formal dan praktik dalam
keperawatan yang difokuskan pada perbedaan studi budaya yang melihat adanya perbedaan dan
kesamaan dalam perawatan, kesehatan, dan pola penyakit didasari atas nilai-nilai budaya,
kepercayaan dan praktik budaya yang berbeda di dunia, dan menggunakan pengetahuan untuk
memberikan pengaruh budaya yang spesifik pada masyarakat.”

PROSES ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


2.1.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Komunitas
Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bidang khusus dalam ilmu
keperawatan, yang merupakan gabungan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat
dan social (WHO, 1959). Suatu bidang dalam keperawatan yang merupakan perpaduan
antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat
(Rapat Kerja Keperawatan Kesehatan Masyarakat, 1989). Dengan demikian ada 3 teori
yang menjadi dasar ilmu perawatan kesehatan masyarakat yaitu :
1. Ilmu Keperawatan
Konsep keperawatan di karakteristikkan oleh 4 komponen konsep pokok yang menjadi
paradigma dalam keperawatan, dimana menggambarkan hubungan teori–teori yang
membentuk susunan yang mengatur teori–teori tersebut berhubungan satu dengan lainnya
yaitu : konsep manusia, konsep kesehatan, konsep masyarakat dan konsep keperawatan
(Christine Ibrahim, 1986).
2. Ilmu Kesehatan Masyarakat
Dalam mengaplikasikan praktik asuhan keperawatan dalam komunitas diperlukan
pengetahuan penunjang yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat, dalam melihat
perspektif proses terjadinya masalah kesehatan masyarakat yang erat kaitannya dengan
ilmu epidemiologi, ilmu statistik kesehatan sehingga masalah tersebut diketahui faktor

10
penyebab dan alternatif pemecahannya. Termasuk juga diperlukan pemahaman tentang
konsep puskesmas, PHC atau posyandu dan untuk merubah perilaku masyarakat
diperlukan pengetahuan yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan masyarakat
(Soekidjo Notoadmojo, 2003).
3. Ilmu Sosial (Peran Serta Masyarakat)
Pengetahuan sosial kemasyarakatan penting untuk dipahami oleh seorang perawat
kesehatan masyarakat dalam menjalankan tugasnya, sebab dia akan berhadapan dengan
kelompok–kelompok sosial dalam masyarakat.
Pengetahuan sosial yang dimaksud adalah ilmu pengembangan dan
pengorganisasian masyarakat, pendekatan edukatif dan teori tentang pendekatan
perubahan perilaku. Hal ini bisa dirasakan oleh perawat saat menjalankan tugas, peran
dan fungsinya dalam keluarga, kelompok atau masyarakat dengan berbagai latar belakang
agama, budaya, pendidikan, ekonomi, norma, adat istiadat dan aturan–aturan yang
berlaku dalam masyarakat (Nasrul Effendi, 1999). Dengan memahami pengetahuan ilmu
sosial perawat kesehatan masyarakat dapat melakukan pendekatan untuk merubah
perilaku masyarakat ke arah yang positif dalam memelihara kesehatan keluarga,
kelompok dan masyarakat sehingga menuju kemandirian (self care), dimana mereka
diharapkan dapat mengenal dan merumuskan masalah kesehatan dan keperawatan yang
mereka hadapi, memprioritaskan dan mencari alternatif pemecahan masalah melalui
perencanaan bersama, kemudian melaksanakan kegiatan bersama berdasarkan
perencanaan yang mereka buat serta menilai hasil yang telah dicapai.
2.1.2 Pengertian Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk
menetapkan, merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka
membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin.
Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling
berkaitan dan dinamis. Selanjutnya menetapkan langkah proses keperawatan sebagai
proses pengumpulan data, pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Wolf, Weitzel dan
Fuerst, 1979).
Jadi proses keperawatan komunitas adalah metode asuhan keperawatan yang
bersifat ilmiah, sistematis, dinamis, kontinyu dan berkesinambungan dalam rangka

11
memecahkan masalah kesehatan dari klien, keluarga, kelompok atau masyarakat yang
langkah – langkahnya dimulai dari (1) pengkajian : pengumpulan data, analisis data dan
penentuan masalah, (2) diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan,
pelaksanaan dan evaluasi tindakan keperawatan. (Wahit, 2005). Proses keperawatan pada
komunitas mencakup individu, keluarga dan kelompok khusus yang memerlukan
pelayanan asuhan keperawatan.
Dalam perawatan kesehatan komunitas keterlibatan kader kesehatan, tokoh –
tokoh masyarakat formal dan informal sangat diperlukan dalam setiap tahap pelayanan
keperawatan secara terpadu dan menyeluruh sehingga masyarakat benar – benar mampu
dan mandiri dalam setiap upaya pelayanan kesehatan dan keperawatan yang diberikan.
2.1.3 Tujuan Dan Fungsi Proses Keperawatan
Tujuan dan Fungsi Proses Keperawatan :
1. Tujuan
Tujuan melakukan proses keperawatan dalam komunitas adalah :
a. Agar diperoleh hasil asuhan keperawatan komunitas yang bermutu, efektif dan efisien
sesuai dengan permasalahan yang terjadi pada masyarakat dan agar pelaksanaannya
dilakukan secara sistematis, dinamis, berkelanjutan dan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
b. Meningkatkan status kesehatan masyarakat.
c. Untuk dapat mencapai tujuan ini maka perawat kesehatan komunitas harus memiliki
keterampilan dasar yang meliputi : epidemiologi, penelitian, pengajaran, organisasi
masyarakat dan hubungan interpersonal yang baik.
2. Fungsi
a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi tenaga kesehatan
masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan
keperawatan.
b. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya
dalam kemandiriannya di bidang kesehatan.
c. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahabn masalah, komunikasi
yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.

12
d. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahannya
atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan
pada akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhannya.
2.1.4 Langkah-Langkah Proses Keperawatan
Banyak ahli yang mendefinisikan tentang langkah – langkah proses keperawatan
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Subdit Perawatan Kesehatan Masyarakat Depkes RI
Membagi dalam empat tahap yaitu : (1) Identifikasi, (2) Pengumpulan data (3) Rencana
dan kegiatan (4) serta Penilaian.
2. Freeman
Sedangkan Freeman membagi dalam enam tahap yaitu : (!) Membina hubungan saling
percaya dengan klien, (2) Pengkajian, (3) Penentuan tujuan bersama keluarga dan orang
terdekat klien, (4) Merencanakan tindakan bersama klien, (5) Melaksanakan kegiatan
sesuai dengan rencana, dan (6) Hasil evaluasi.
3. S.G Bailon
Membagi menjadi empat tahap yaitu : (1) Pengkajian, (2) Perencanaan, (3) Implementasi,
dan (4) Evaluasi. Dari pendapat – pendapat dari para ahli tersebut diatas, maka penulis
menyimpulkan bahwa pada dasarnya langkah – langkah dalam proses keperawatan
komunitas adalah :
(1) Pengkajian
(2) Diagnosis Keperawatan
(3) Perencanaan
(4) Pelaksanaan
(5) Evaluasi atau penilaian
1. Pengkajian
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan
yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut
permasalahan pada fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapat
ditentukan.

13
Dalam tahap pengkajian ini terdapat lima kegiatan yaitu : pengumpulan data,
pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat
dan prioritas masalah.
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai masalah
kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk
mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan
spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Oleh karena itu data tersebut
harus akurat dan dapat dilakukan analisa untuk pemecahan masalah. Kegiatan pengkajian
yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :
a. Data Inti
(1) Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal di komunitas dan studi
dokumentasi sejarah komunitas tersebut. Uraikan termasuk data umum mengenai lokasi
daerah binaan (yang dijadikan praktek keperawatan komunitas), luas wilayah, iklim, tipe
komunitas (masyarakat rural atau urban), keadaan demografi, struktur politik, distribusi
kekuatan komunitas dan pola perubahan komunitas.
(2) Data Demografi
Kajilah jumlah komunitas berdasarkan : usia, jenis kelamin, status perkawinan, ras atau
suku, bahasa, tingkat pendapatan, pendidikan, pekerjaan, agama dan komposisi keluarga.
(3) Vital Statistik
Jabarkan atau uraikan data tentang: angka kematian kasar atau CDR, penyebab kematian,
angka pertambahan anggota, angka kelahiran.

b. Status Kesehatan Komunitas


Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistik antara lain:
dari angka mortalitas, morbiditas, IMR, MMR, cakupan imunisasi. Selanjutnya status
kesehatan komunitas kelompokkan berdasarkan kelompok umur: bayi, balita, usia
sekolah, remaja dan lansia.

14
Pada kelompok khusus di masyarakat: ibu hamil, pekerja industry, kelompok penyakit
kronis, penyakit menular. Adapaun pengkajian selanjutnya dijabarkan sebagaimana
dibawah ini :
1. Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas
2. Tanda – tanda vital : tekanan darah, nadi, respirasi rate, suhu tubuh.
3. Kejadian penyakit (dalam satu tahun terakhir) :
a. ISPA
b. Penyakit asma
c. TBC paru
d. Penyakit kulit
e. Penyakit mata
f. Penyakit rheumatik
g. Penyakit jantung
h. Penyakit gangguan jiwa
i. Kelumpuhan
j. Penyakit menahun lainnya
4. Riwayat penyakit keluarga
5. Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari :
a. Pola pemenuhan nutrisi
b. Pola pemenuhan cairan elektrolit
c. Pola istirahat tidur
d. Pola eliminasi
e. Pola aktivitas gerak
f. Pola pemenuhan kebersihan diri
6. Status psikososial
7. Status pertumbuhan dan perkembangan
8. Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan
9. Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan
10. Pola perilaku tidak sehat seperti : kebiasaan merokok, minum kopi yang berlebihan,
mengkonsumsi alkohol, penggunaan obat tanpa resep, penyalahgunaan obat
terlarang, pola konsumsi tinggi garam, lemak dan purin.

15
c. Data lingkungan fisik
a) Pemukiman
1. Luas bangunan
2. Bentuk bangunan : rumah, petak, asrama, pavilion
3. Jenis bangunan : permanen, semi permanen, non permanen
4. Atap rumah : genteng, seng, kayu, asbes
5. Dinding : tembok, kayu, bambu
6. Lantai : semen, keramik, tanah
7. Ventilasi : ± 15 – 20% dari luas lantai
8. Pencahayaan : kurang, baik
9. Penerangan : kurang, baik
10. Kebersihan : kurang, baik
11. Pengaturan ruangan dan perabot : kurang, baik
12. Kelengkapan alat rumah tangga : kurang, baik
b) Sanitasi
1. Penyediaan air bersih (MCK)
2. Penyediaan air minum
3. Pengelolaan jamban : bagaimana jenisnya, berapa jumlahnya dan bagaimana jarak
dengan sumber air
4. Sarana pembuangan air limbah (SPAL)
5. Pengelolaan sampah : apakah ada sarana pembuangan sampah, bagaimana cara
pengelolaannya : dibakar, ditimbun, atau cara lainnya
6. Polusi udara, air, tanah, atau suaran/kebisingan
7. Sumber polusi : pabrik, rumah tangga, industri
c) Fasilitas
1. Peternakan, pertanian, perikanan dan lain – lain
2. Pekarangan
3. Sarana olahraga
4. Taman, lapangan
5. Ruang pertemuan

16
6. Sarana hiburan
7. Sarana ibadah
d) Batas – batas wilayah
Sebelah utara, barat, timur dan selatan
e) Kondisi geografis
f) Pelayanan kesehatan dan sosial
1) Pelayanan kesehatan
(1) Sumber daya yang dimiliki (tenaga kesehatan dari kader)
(2) Jumlah kunjungan
(3) Sistem rujukan
2) Fasilitas sosial (pasar, toko, swalayan)
(1) Lokasi
(2) Kepemilikan
(3) Kecukupan
3) Ekonomi
(1) Jenis pekerjaan
(2) Jumlah penghasilan rata – rata tiap bulan
(3) Jumlah pengeluaran rata – rata tiap bulan
(4) Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga dan lanjut usia
d. Keamanan dan transportasi
a. Keamanan
1. System keamanan lingkungan
2. Penanggulangan kebakaran
3. Penanggulangan bencana
4. Penanggulangan polusi, udara dan air tanah
b. Transportasi
1. Kondisi jalan
2. Jenis transportasi yang dimiliki
3. Sarana transportasi yang ada
e. Politik dan pemerintahan
1. Sistem pengorganisasian

17
2. Struktur organisasi
3. Kelompok organisasi dalam komunitas
4. Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
f. Sistem komunikasi
1. Sarana umum komunikasi
2. Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas
3. Cara penyebaran informasi
g. Pendidikan
1. Tingkat pendidikan komunitas
2. Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal dan non formal)
1) Jenis pendidikan yang diadakan di komunitas
2) Sumber daya manusia, tenaga yang tersedia
3) Jenis bahasa yang digunakan
h. Rekreasi
1. Kebiasaan rekreasi
2. Fasilitas tempat rekreasi
(a) Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subyektif dan obyektif.
1. Data subyektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu,
keluarga, kelompok dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui
lisan.
2. Data obyektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran.
(b) Sumber Data
(1) Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa atau perawat
kesehatan masyarakat dari individu, keluarga, kelompok dan komunitas berdasarkan
hasil pemeriksaan atau pengkajian.
(2) Data sekunder

18
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya : kelurahan,
catatan riwayat kesehatan pasien atau medical record (Wahit, 2005).
(c) Cara Pengumpulan Data
1. Wawancara atau anamnesa
Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang berbentuk tanya jawab antara
perawat dengan pasien atau keluarga pasien, masyarakat tentang hal yang berkaitan
dengan masalah kesehatan pasien. Wawancara harus dilakukan dengan ramah, terbuka,
menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh pasien atau keluarga
pasien, dan selanjutnya hasil wawancara atau anamnesa dicatat dalam format proses
keperawatan.
2. Pengamatan
Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan meliputi aspek fisik, psikologis,
perilaku dan sikap dalam rangka menegakkan diagnosis keperawatan. Pengamatan
dilakukan dengan menggunakan panca indera dan hasilnya dicatat dalam format proses
keperawatan.
3. Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya asuhan keperawatan yang diberikan
adalah asuhan keperawatan keluarga, maka pemeriksaan fisik yang dilakukan dalam
upaya membantu menegakkan diagnosis keperawatan dengan cara IPAP :
I = yaitu melakukan pengamatan pada bagian tubuh pasien atau keluarga yang sakit
P = yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara meraba pada bagian tubuh
yang mengalami gangguan
A = yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan bunyi tubuh
tertentu dan biasanya perawat komunitas menggunakan stetoskop sebagai alat bantu
untuk mendengarkan denyut jantung, bising usus, suara paru
P = yaitu cara pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mengetukkan jari
telunjuk atau alat hammer pada bagian tubuh yang diperiksa.
2. Pengolahan Data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data dengan cara sebagai
berikut:
1. Klasifikasi data atau kategorisasi data

19
Cara mengkategorikan data :
a. Karakteristik demografi
b. Karakteristik geografi
c. Karakteristik sosial ekonomi
d. Sumber dan pelayanan kesehatan (Anderson & Mc Farlene 1988. Community as
Client)
2. Perhitungan prosentase cakupan dengan menggunakan telly
3. Tabulasi data
4. Interpretasi data
5. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan
data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang
kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan
atau masalah keperawatan. Tujuan analisis data :
1. Menetapkan kebutuhan community
2. Menetapkan kekuatan
3. Mengidentifikasi pola respon community
4. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan

4. Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan


Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan keperawatan
yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan yang selanjutnya dilakukan
intervensi. Namun demikian masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin dapat diatasi
sekaligus. Oleh karena itu diperlukan prioritas masalah.
5. Prioritas Masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu
mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria, diantaranya adalah :
1. Perhatian masyarakat
2. Prevalensi kejadian
3. Berat ringannya masalah
4. Kemungkinan masalah untuk diatasi

20
5. Tersedianya sumber daya masyarakat
6. Aspek politis
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut
Abraham H. Maslow yaitu :
1. Keadaan yang mengancam kehidupan
2. Keadaan yang mengancam kesehatan
3. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
Dalam menyusun atau mengurut masalah atau diagnosis komunitas sesuai dengan
prioritas (penapisan) yang digunakan dalam keperawatan komunitas adalah format
penapisan menurut Meuke dan Stanhope, Lancaster 1988 :
1. Format A (Meuke) : Seleksi atau penapisan diagnosa kesehatan komunitas
2. Format B (Stanhope dan Lancaster 1988)
3. Format B : Prioritas masalah (Stanhope dan Lancaster 1988)

2 Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah respons individu pada masalah kesehatan baik yang
aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat
pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul
kemudian. (American Nurses of Association ) jadi diagnosis keperawatan adalah suatu
pernyataan yang jelas, padat, dan pasti tentang status dan masalah kesehatan pasien yang
dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Dengan demikian diagnosis keperawatan
ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosis keperawatan akan
memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata
(aktual) dan yang mungkin terjadi (potensial). Diagnosis keperawatan mengandung
komponen utama yaitu :
1) Problem atau masalah : problem merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari
keadaan normal yang seharusnya terjadi
2) Etiologi atau penyebab : menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau keperawatan
yang dapat memberikan arah terhadap intervensi keperawatan, yang meliputi :
a. Perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
b. Lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan social

21
c. Interaksi perilaku dan lingkungan
3) Symptom atau gejala :
a. Informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa
b. Serangkaian petunjuk timbulnya masalah
Perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1) Dengan rumus PES
Rumus : DK = P + E + S
DK : Diagnosis keperawatan
P : Problem atau masalah
E : Etiologi
S : Symptom atau gejala
2) Dengan rumus PE
Rumus : DK = P + E
DK : Diagnosis keperawatan
P : Problem atau masalah
E : Etiologi
Jadi, menegakkan diagnosis keperawatan minimal harus mengandung 2 komponen
tersebut diatas, disamping mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1) Kemampuan masyarakat untuk menanggulangi masalah
2) Sumber daya yang tersedia dari masyarakat
3) Partisipasi dan peran serta masyarakat
Sedangkan diagnosis keperawatan komunitas menurut Mueke, 1984 terdiri dari :
1) Masalah…………sehat………..sakit
2) Karakteristik populasi
3) Karakteristik lingkungan (epidemiologi triangle)
Logan & Dawkins, 1986. Dalam bukunya : Family centered Nursing in the
COMMUNITY
Diagnosis resiko :………………………….(masalah)
Diantara :………………………….(community)

22
Berhubungan dengan :………………………….(karakteristik community dan
lingkungan) Yang dimanifestasikan oleh/ didemonstrasikan
oleh:…………………(indikator kesehatan/ analisa data)
1) Resiko terjadinya diare di RW 02 Ds. Somowinangun Lamongan sehubungan dengan:
a. Sumber air tidak memenuhi syarat
b. Kebersihan perorangan kurang
c. Lingkungan yang buruk dimanifestasikan oleh : banyaknya sampah yang
berserakan, penggunaan sungai sebagai tempat mencuci, mandi, dan pembuangan
kotoran (buang air besar)
2) Tingginya kejadian karies gigi SDN Somowinangun Lamongan sehubungan dengan :
a. Kurangnya pemeriksaan gigi
b. Kurangnya fluor pada air minum dimanifestasikan : 62% kariies dengan inspeksi
pada murid-murid SDN Somowinangun Lamongan
3) Kurangnya gizi pada balita di desa Somowinangun khusunya di RW.1 sehubungan
dengan :
a. Banyak kepala keluarga kehilangan pekerjaan
b. Kurangnya jumlah kader
c. Kurangnya jumlah posyandu
d. Kurangnya jumlah pengetahuan masyarakat tentang gizi
4) Resiko terjadinya penyakit dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) di desa
Somowinangun RW.2 berhubungan dengan :
a. Cakupan imunisasi rendah
b. Kader kurang
c. Banyaknya drop out imunisasi
5) Terjadinya penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat (diare, ISPA, DBD) di desa X,
RW.Y berhubungan dengan :
a. Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan
b. Terpaparnya lingkungan oleh bermacam polusi
c. Kurangnya kader kesehatan
6) Resiko terjadi penurunan derajat kesehatan pada usia lanjut di RW.1 Ds. Somowinangun
berhubungan dengan :

23
a. Tidak adanya pembinaan pada usia lanjut
b. Tidak adanya wadah pada usia lanjut untuk meningkatkan kesehatan usila
c. Kurangnya informasi tentang kesehtan usia lanjut yang dimanifestasikan dengan :
jumlah usia lanjut : 200 orang, penyakit yang diderita usia lanjut : rematik 52,8%,
hipertensi 32,42%, katarak 7%, diabetes mellitus 5,2%, dan lain-lain 3,29% dan usia
lanjut yang memeriksakan kesehatannya tidak teratur 45,4%
7) Resiko peningkatan kenakalan remaja di RT.01 RW.6 berhubungan dengan :
a. Kurangnya pengetahuan remaja dan keluarga tentang tugas perkembangan
b. Wadah organisasi pemuda tidak aktif lagi : karang taruna dan remaja masjid ditandai
dengan : jumlah remaja RW.6 83, remaja dengan kegiatan negatif : merokok 2,69%,
minum-minuman keras 0,19%, dan main kartu 0,28%. Banyak remaja mengisi waktu
luang berkumpul dengan teman sebaya 38,8%, hasil observasi banyak ditemukan
remaja berkumpul di gang-gang jalan , dan hasil wawancara didapatkan cukup
banyak remaja yang mengisi waktu dengan minum-minuman keras dan merokok
8) Anemia ibu hamil di RW.1 Somowinangun Luntas Kab. Lamongan berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan masyarakat mengenal kebutuhan gizi ibu selama hamil yang
dimanifestasikan dengan :
a. 35,5% ibu hamil mengeluh pusing
b. 25% ibu hamil pucat dan lemah
c. 71,5% menyatakan kebutuhan makanan sel;ama hamil sama dengan saat tidak hamil,
jumlah kader yang aktif hanya 5 orang, kader tidak tersebar di semua RT, ada RT
yang tidak mau menjadi kader, 60% keluarga mengolah sayur dipotong dulu baru
dicuci, 90% ibu hamil tidak mempunyai KMS, 75% ibu hamil tidak memperoleh
informasi tentang kebutuhan gizi ibu hamil, dan 20% ibu hamil menyatakan
kebutuhan gizinya kurang dari biasanya
9) Resiko timbulnya penyakit : diare, DHF, typhoid, ISPA, dan lain-lain sehubungan dengan
kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara lingkungan yang memenuhi syarat
kesehatan ditandai dengan :
a. Letak kandangdi dalam rumah 1,41%
b. System pembuangan air limbah sembarangan 5,71%
c. Jarak pembuangan sampah dengan rumah 30,29%

24
d. Tidak mempunyai temapt pembuangan sampah sementara 29,14%
e. Membuang sampah di sembarang tempat 18,86%
f. Tempat penampungan sampah terbuka 58,29%
g. Penampungan air dalam kondisi terbuka 4%
h. Kondisi air berwarna 1,14%
i. Jarak sumber air dengan septik tank kurang dari 10 meter 10,8%
j. Rumah yang tidak mempunyai jendela 4,57%
k. Rumah yang pencahayaanya remang-remang 10,28%
l. Kasus penyakit yang paling sering diderita batuk pilek 67,42%
m. Tidak mempunyai tempat penampungan sampah sementara 29,14%
n. Tempat penampungan sampah terbuka 58,29%
10) Potensi masyarakat RW.4 Ds. Somowinangun Lamongan dalam meningkatkan kesehatan
balita berhubungan dengan tingginys kesadaran ibu terhadap kesehatan balita yang
ditunjang keaktifan kader kesehatan dan petugas yang ditandai dengan :
a. Hampir seluruhnya balita dibawa ke posyandu setiap bulan 91,14%
b. Hampir seluruhnya balita telah mendapat imunisasi lengkap 86,08%
c. Hampir seluruhnya balita memiliki KMS 92,41%
d. Sebagian besar balita dalam garis hijau 71,23%
11) Resiko terjadi peningkatan angka kesakitan pada lansia di RW.4 berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara kesehatan lansia, yang ditandai
dengan :
a. Jumlah lanjut usia 51 orang
b. Lansia yang mengalami keluhan penyakit 70,59%
c. Jenis penyakit yang diderita lansia : asma 5,88%, TB paru 3,92%, hipertensi 27,45%,
DM 3,92%, reumatik 31,37%, katarak 1,95%, dan lain-lain 8,33%
d. Upaya lansia untuk mencegah penyakit : non medis 13,88% dan diobati sendiri 8,33%
e. Lansia yang tidak mengisi waktu luang dengan kegiatan tertentu 23,5%
f. Belum adanya posyandu lansia
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah

25
ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. (Pusdiklat DJJ Keperawatan)
jadi perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan
diagnose keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana keperawatan yang disusun harus
mencakup: 1) Perumusan tujuan, 2) Rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan, dan 3) Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan.
1) Perumusan tujuan
Dalam merumuskan tujuan harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Berfokus pada masyarakat
b. Jelas dan singkat
c. Dapat diukur dan diobservasi
d. Realistic
e. Ada target waktu
f. Melibatkan peran serta masyarakat
Dalam pencapaian tujuan dengan menggunakan formulasi criteria yang mencakup :
T = S + P + K.1 + K.2
Keterangan :
S : Subyek
P : Predikat
K.1 : Kondisi
K.2 : Kriteria
Selain itu dalam perumusan tujuan :
1) Dibuat berdasarkan goal = sasaran dibagi hasil akhir yang diharapkan
2) Perilaku yang diharapkan berubah
3) S : Specific
4) M : Measurable atau dapat diukur
5) A : Attainable atau dapat dicapai
6) R : Relevant/Realistic atau sesuai
7) T : Time-Bound atau waktu tertentu
8) S : Sustainable atau berkelanjutan
Contoh :
Goal dan Tujuan

26
Nama komuniti :
Masalah :
Goal :

No Tanggal Tujuan Tanggal dicapai


ditetapkan

(Anderson dan Mc. Farlane, 1988 : 265.)

27
B. Metode / Instrumen Pengkajian Komunitas
Metode pengumpulan data pengkajian asuhan keperawatan antara lain Windshield survey,
informant interview, observasi partisipasi, dan focus group discussion (FGD).
1. Windshield Survey
Windshield survey dilakukan dengan berjalan-jalan di lingkungan komunitas untuk
menentukan gambaran tentang kondisi dan situasi yang terjadi di komunitas, lingkungan
sekitar komunitas, kehidupan komunitas, dan karakteristik penduduk yang ditemui di
jalan saat survai dilakukan.
2. Informant Interview
Sebelum terjun ke masyarakat, instrument pengkajian sebaiknya dikembangkan dan
dipersiapkan terlebih dahulu. Instrument yang perlu dikembangkan untuk melakukan
pengkajian terhadap masyarakat antara lain kuesioner, pedoman wawancara, dan
pedoman observasi. Untuk mendapatkan hasil yang akurat dan agar masyarakat membina
rasa percaya (trust) dengan perawat diperlukan kontak yang lama dengan komunitas.
Perawat juga harus menyertakan lembar persetujuan (informed consent) komunitas yang
dibubuhi tanda tangan atau cap jempol akan melakukan tindakan yang membutuhkan
persetujuan komonitas. Informed consent juga mencantumkan jaminan kerahasian
terhadap isi persetujuan dan dapat yang telah disampaikan. Wawancara dilakukan kepada
key informant atau tokoh yang menguasai program.
3. Observasi Partisipasi
Setiap kegiatan kehidupan di komunitas perlu diobservasi. Tentukan berapa lama
observasi akan dilakukan, apa, dimana, waktu, dan tempat komunitas yang akan di
observasi. Kegiatan observasi dapat dilakukan menggunakan format observasi yang
sudah disiapkan terlebih dahulu, kemudian catat semua yang terjadi, dengan tambahan
penggunaan kamera atau video. Informasi yang penting diperoleh menyangkut aktivitas
dan arti sikap atau tampilan yang ditemukan di komunitas. Observasi dilakukan terhadap
kepercayaan komunitas, norma, nilai, kekuatan, dan proses pemecahan masalah di
komunitas.
4. Focus Group Discussion (FGD)
FGD merupakan diskusi kelompok terarah yang dilakukan untuk mendapatkan informasi
yang mendalam tentang perasaan dan pikiran mengenai satu topic melaui proses diskusi

28
kelompok, berdasarkan pengalaman subjektif kelompok sasaran terhadap satu
institusi/produk tertentu FGD bertujuan mengumpulkan data mengenai persepsi terhadap
sesuatu, misalnya, pelayanan yang dan tidak mencari consensus serta tidak mengambil
keputusan menganai tindaka yang harus dilakukan. Peserta FGD terdiri dari 6-12 orang
dan harus homogen, dikelompokkan berdasarkan kesamaan jenis kelamin, usia, latar
belakang social ekonomi (pendidikan,suku, status perkawinan, dsb). Lama diskusi
maksimal 2 jam. Lokasi FGD harus memberikan situasi yang aman dan nyaman
sehingga menjamin narasumber berbicara terbuka dan wajar.
FGD menggunakan diskusi yang terfokus sehingga membutuhkan pedoman wawancara
yang berisi pertanyaan terbuka, fasilitator, moderato, notulen, dan observer. Fasilitator
dapat menggunakan prtunjuk diskusi agar diskusi terfokus. Peran fasilitator menjelaskan
diskusi, mengarahkan kelompok, mendorong peserta untuk berpartisipasi dalam diskusi,
menciptakan hubungan baik, fleksibel, dan terbuka terhadap saran, perubahan, gangguan,
dan kurangnya partisipasi.
Perekam jalannya diskusi yang paling utama adalah pengamat merangkap pencatat
(observer dan recorder) hal yang perlu dicatat adalah tanggal diskusi, waktu diskusi
diadakan, tempat diskusi, jumlah peserta, tingkat partisipasi peserta, gangguan selama
proses diskusi, pendapat peserta apa yang membuat peserta menolak menjawab atau
membaut peserta tertawa, kesimpulan diskusi , dan sebagainya. Pengguanaan alat
perekam saat SGD berlangsung harus mendapat izin dari responden terlebih dahulu.
Sebelum membuat instrument pengkajian keperawatan komunitas seperti kuisioner,
pedoman wawancara, pedoman observasi, atau windshield survey, kisi-kisi instrument
pengkajian sebaiknya dibuat terlebih dahulu, agar data yang akan ditanyakan dan dikaji
kepada komunitas tidak tumpang tindih sehingga waktu yang digunakan lebih efektif dan
efisian

29
Tabel kisi-kisi instrument pengkajian komunitas
No variabel Sub-variabel Item Sumber data strategi
pertanyaan
1 Core demografi Nama Data primer kuisioner
Usia
Jenis kelamin
2 Lingkungan fisik
3 Pendidikan
4 Komunikasi
5 Layanan kesehatan dan
social
6 Keamanan dan
transportasi
7 Ekonomi
8 Politik dan
pemerintahan
9 rekreasi

C. Diagnosis Keperawatan Komunitas


Selain data primer, data skunder yang diperoleh melalui laporan/dokumen yang sudah
dibuat di desa/kelurahan puskesmas, kecamatan, atau dinas kesehatan, musalnya laporan tahunan
puskesmas, monografi desa, profil kesehatan, dsb, juga perlu dikumpulkan dari komunitas.
Setelah dikumpulkan melalui pengkajian, data selanjutnya dianalisis, sehingga perumusan
diagnosis keperawatan dapat dilakukan. Diagnosa dirumuskan terkait garis pertahanan yang
mengalami kondisi terancam. Ancaman terhadap garis pertahanan fleksibel memunculkan
diagnosis potensial; terhadap garis normal memunculkan diagnosis resik; dan terhadap garis
pertahanan resisten memunculkan diagnosis actual/gangguan. Analisis data dibuat dalam bentuk
matriks

30
Tabel format analisis data komunitas
Data Diagnosis keperawatan komunitas
• Insiden TB dalam 6 bulan terahir Tingginya angka TB diwilayah ….
• ….% proporsi penduduk dengan kasus TB Yang berhubungan dengan tidak

• Status gizi seluruh anggota keluarga ..% adekuatnya penggunaan fasilitas

• Status imunisasi balita layanan kesehatan untuk


penanggulangan tb dan keterbatasan
• Ventilasi udara dalam rumah…
kualitas sasran pelayanan TB
• Riwayat frekwnsi batuk lama (lebih dari 3 bulan)…%
• …% keluarga belum memenfaatkan fasilitas
kesehatan
• ..% pengetahuan keluarga tentang TB masih rendah
• 91% remaja mengalami keputihan Resiko meningkatnya kejadian
• 40% remaja yang mengalami keputihan menderita infertilitas pada agregat remaja di
gatal wilayah …. Yang berhubungan

• Upaya yang dilakukan remaja dalam mengatasi dengan tingginya kejadian gangguan
keputihan 83% didiamkan saja organ reproduksi remaja dan

• 55% remaja memiliki kemampuan tentang kesehatan kurangnya kebiasaan perawatan

reprosuksi yang masih rendah organ reproduksi remaja.

• 40,8% remaja meliki pengetahuan terkait kebiasaan


hygiene personal kesehatan reproduksi yang masih
rendah

Diagnosis keperawatan komunitas disusun berdasarkan jenis diagnosis sebagai berikut.


1. Diagnosis sejahtera
Diagnosis sejahtera/ wellness digunakan bila komunitas mempunyai potensi untuk
ditingkatkan, belum ada data maladapti. Perumusan diagnosis keperawatan komunitas
potensial, hanya terdiri dari komponen problem (p) saja, tanpa komponen etiologi (e).
Contoh diagnosis sejahtera/ wellness:

31
Potensial peningkatan tumbuh kembang pada balita dir t 05 rw 01 desa x kecamatan A,
ditandai dengan cakupan imunisasi 95% (95%), 80% berat badan balita di atas garis
merah KMS, 80% pendidikan ibu adalah SMA, cakupan posyandu 95%.
2. Diagnosis ancaman ( risiko)
Diagnosis risiko digunakan bila belum terdapat paparan masalah kesehatan, tetapi sudah
ditemukan beberapa data maladaptive yang memungkinkan timbulnya gangguan. Perumusan
diagnosis keperawatan komunitas risiko terdiri atas problem (p), etiologi (e) , dan symptom/
sign (s).
Contoh diagnosa risiko:
Resiko terjadinya konflik psikologis pada warga RT 05, RW 01 desa x kecamatan A yang
berhubungan dengan koping masyarakat yang tidak efektif ditandai dengan pernah terjadi
perkelahian antar- RT, kegiatan gotonbg royong , dan silaturahmi, rutin rw jarang
dilakukan, penyuluhan kesehatan terkait kesehatan jiwa belum pernah dilakukan,
masyarakat sering berkumpul dengan melakukan kegiatan yang tidak positif seperti berjudi.
3. Diagnosis aktual/ gangguan
Diagnosis gangguan ditegakkan bila sudah timbul gangguan/ masalah kesehatandi
komunitas, yang didukung oleh beberapa data maladaptive. Perumusan diagnosis
keperawatan komunitas actual terdiri atas problem (p), etiologi (e), dan symptom/sign (s)
Contoh diagnosis actual:
gangguan/masalah kesehatan reproduksi pada agregat remaja yang berhubungan
dengan kurangnya kebiasaan hygiene Personal, ditandai dengan 92% remaja mengatakan
mengalami keputihan patologis, upaya yang dilakukan remaja dalam mengatasi keputihan
80% didiamkan saja, 92% remaja mengatakan belum pernah memperoleh informasi
kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan.
Tingginya kasus diare di wilayah RW 5 kelurahan X yang berhubungan dengan tidak
adekuatnya penggunaan fasilitas layanan kesehatan untuk penanggulangan diare,
keterbatasan, dan kualitas sarana pelayanan diare.

D. Prioritas Diagnosis Keperawatan komunitas


Setelah data dianalisis dan masalah keperawatan komunitas ditetapkan prioritas masalah
kesehatan komunitas yang perlu ditetapkan bersama masyarakat melalui musyawarah

32
masyarakat desa (MMD) atau lokakarya mini masyarakat. Prioritas masalah dibuat berdasarkan
kategori dapat diatasi, kemudahan, dan kekhususan, mengingat banyaknya masalah yang
dihadapi oleh masyarakat. Pemilihan masalah ini sangat penting dilakukan, agar implementasi
yang dilakukan benar-benar bermanfaat bagi masyarakat dan secara tidak langsung akan
membangun rasa percaya diri dan kompetensi masyarakat untuk mengatasi masalah yang lain
(Bract, 1990 dalam Helvie, 1998). Penentuan prioritas masalah keperawatan komunitas dapat
dilakukan melalui metode berikut.
1. Paper and Pencil Tool (Ervin, 2002)
Pentingnya Kemungkinan Peningkatan
masalah untuk perubahan positif terhadap
dipecahkan : jika diatasi : kualitas hidup
Masalah 1 Rendah 0 Tidak ada bila diatasi : Total
2 Sedang 1 Rendah 0 tidak ada
3 Tinggi 2 Sedang 1 Rendah
3 Tinggi 2 Sedang
Resiko meningkatnya
kejadian infertilitas 3 3 3 9
pada agregat remaja
Kurangnya kebiasaan 3 2 2 7
hygiene personal

2. Scoring diagnosis keperawatan komunitas (DepKes, 2003)


Masalah keperawatan A B C D E F G H Total
Resiko meningkatnya
kejadian infertilitas 2 3 2 5 2 3 2 2 21
pada agregat remaja.
Kurangnya kebiasaan 3 4 3 3 3 3 3 3 25
hygiene personal
Keterangan : Pembobotan :
A. Risiko keparahan 1. Sangat rendah
B. Minat masyarakat 2. Rendah

33
C. Kemungkinan diatasi 3. Cukup
D. Waktu 4. Tinggi
E. Dana 5. Sangat tinggi
F. Fasilitas
G. Sumber daya
H. Tempat

E. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)


Musyawarah Masyarakat desa (MMD) adalah pertemuan seluruh warga desa untuk
membahas hasil Survei mawas Diri dan merencanakan penanggulangan masalah kesehatan yang
diperoleh dari Survei Mawas Diri (Depkes RI, 2007). Tujuan dari MMD ini adalah sebagai
berikut
 Masyarakat mengenal masalah kesehatan di wilayahnya
 Masyarakat sepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan MMD adalah sebagai berikut :
 Musyawarah masyarakat desa harus dihadiri oleh pemuka masyarakat desa, petugas
puskesmas, dan sector terkait di kecamatan
 MMD dilaksanakan dib alai desa atau tempat pertemuan lain yang ada di desa
 MMD dilaksanakan segera setelah SMD dilaksanakan

Cara pelaksanaan MMD adalah sebagai berikut :


 Pembukaan dengan menguraikan maksud dan tujuan MMD dipimpin oleh kepala desa
 Pengenalan masalah kesehatan oleh masyarakat sendiri melalui curah pendapat dengan
mempergunakan alat peraga, poster, dan lain-lain dengan dipimpin oleh ibu desa
 Penyajian hasil SMD oleh kelompok SMD
 Perumusan dan penentuan prioritas masalah kesehatan atas dasar pengenalan masalah dan
hasil SMD, dilanjutkan dengan rekomendasi teknis dari petugas kesehatan di desa atau
perawat komunitas
 Penyusunan rencana penanggulangan masalah kesehatan dengan dipimpin oleh kepala
desa

34
 penutup
F. Intervensi : Plan Of Action (POA)
Perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta rencana tindakan
untuk mengatasi masalah yang ada. Tujuan dirumuskan untuk mengatasi atau meminimalkan
stresor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk
memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis
pertahanan normal, dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan resisten
(Anderson & McFarlane, 2000).
Tujuan terdiri atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Penetapan tujuan
jangka panjang (tujuan umum/TUM) mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah (P)
di komunitas, sedangkan penetapan tujuan jangka pendek (tujuan khusus/TUK) mengacu pada
bagaimana mengatasi etiologi (E). Tujuan jangka pendek harus SMART (S= spesifik, M=
measurable/dapat diukur, A= achievable/dapat dicapai, R= reality, T= time limited/ punya limit
waktu).

Diagnosis Keperawatan TUM TUK


Komunitas
Risiko meningkatnya Tidak • Pengetahuan remaja terkait kesehatan
terjadi
kejadian infertilitas pada gangguan infertilitas reproduksi meningkat dari …%
agregat remaja putrid di pada agregat remaja menjadi ……%.
wilayah ….. yang putri • Menurunnya jumlah siswi yang
berhubungan dengan di …. mengalami keputihan dari …%
tingginya kejadian menjadi …..%.
gangguan organ • Terjadi peningkatan perilaku remaja
reproduksi remaja dan terkait kebiasaan perawatan organ
kurangnya kebiasaan reproduksi sehari – hari dari ….%
perawatan organ menjadi ….. %.
reproduksi remaja. • Remaja sudah memanfaatkan layanan
UKS untuk membantu mengatasi
masalah remaja.

35
Tingginya angka TB di Meningkatnya • Terjadi peningkatan pengetahuan
wilayah …. Yang kemandirian keluarga tentang penanganan TB dari
berhubungan dengan masyarakat di …. ,,,% menjadi …%.
tidak adekuatnya dalam • Terjadi peningkatan kualitas saranan
menolong
penggunaan fasilitas dirinya sendiri agar kesehatan untuk penanggulangan
layanan kesehatan untuk terhindar dari TB.
penanggulangan TB dan penyebaran TB. • Penemuan kasuss TB secara mandiri
keterbatasan kualitas oleh masyarakat.
sarana pelayanan TB.

Rencana kegiatan yang akan dilakukan bersama masyarakat dijabarkan secara operasional dalam
planning of action (POA) yang disusun dan disepakati bersama masyarakat saat MMD atau
lokakarya mini masyarakat.

Tabel rencana kegiatan asuhan keperawatan komunitas


Diagnosis TUM TUK Rencana Kegiatan Evaluasi
Keperawatan
Komunitas
Tingginya Meningkatny Setelah dilakukan1. Beri penyuluhan Kriteria evaluasi :
angka TB di a tindakan tentang TB dan pengetahuan
wilayah …. kemandirian keperawatan selama perawatannya. masyarakat tentang
Yang masyarakat satu bulan,2. Ajarkan masyarakat TB meningkat.
berhubungan di …. dalam diharapkan: keterampilan dalam
dengan tidak menolong • Terjadi peningkatan menangani gejala TB, Standar evaluasi:
adekuatnya dirinya pengetahuan melakukan tindakan1. 70 % keluarga
penggunaan sendiri agar keluarga tentang pencegahan penularan mampu menyebutkan
fasilitas terhindar dari penanganan TB dari TB. pengertian,
layanan penyebaran … % menjadi …% 3. Deteksi kasus TB di tanda/gejala, dan
kesehatan TB. • Terjadi peningkatan masyarakat melalui penyebab TB.
untuk kualitas sarana skrining. 2. 75 % keluarga
penanggulanga kesehatan untuk4. Bagikan leaflet setelah mampu melakukan

36
n TB dan penanggulangan TB. penyuluhan TB. tindakan pencegahan
keterbatasan • Penemuan kasus TB5. Lakukan pembinaan TB.
kualitas sarana secara mandiri oleh kader dalam3. 75% kader mampu
pelayanan TB. masyarakat. kemampuan menemukan kasus
penemuan kasus dan TB dan melakukan
penanganan TB. penanganan TB.
6. Lakukan kerjasama
dengan institusi
pendidikan formal dan
informal untuk
melaksanakan
program terkait
pencegahan dan
penanggulangan TB.

37
Tabel Planning of Action
Masalah Tujuan Kegiatan Sasaran Waktu Tempat Sumber dana Media
Keperawatan
Risiko TUM
meningkatnya • Tidak terjadi di gangguan
kejadian infertilitas pada agregat remaja
infertilitas pada putri di wilayah….
agregat remaja
putrid di TUK
wilayah … • Pengetahuan remaja terkait
kesehatan reproduksi meningkat1. Melakukan pendidikan Remaja Minggu Balai Swadaya Leaflet,
dari …% menjadi …%. kesehatan reproduksi kepada di RW … pertama warga booklet,

• Jumlah siswa yang mengalami remaja terkait materi kesehatan poster

keputihan menurun dari …% reproduksi dan

menjadi … %. pemeliharaanya.

• Perilaku remaja terkait kebiasaan


perawatan orang reproduksi 2. Bekerja sama dengan guru BP

sehari – hari meningkat dari …% dalam memberikan materi Guru BP Minggu Sekolah Dana sekolah Leaflet,

menjadi ….%. kesehatan reproduksi. sekolah kedua poster


…..
Risiko TUK
meningkatnya • Pengetahuan kader tentang Pelatihan dan penyegaran Kader di Minggu RW ….. Swadaya Lembar

38
kasus TB di pengertian, penyebab, tanda dan kader RW …. keempat balik,
wilayah … gejala, akibat, dan poster,
penanggulangan TB meningkat leaflet
dari …% menjadi …%

39
G. Implementasi
Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan program.
Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah masyarakat. Sering kali,
perencanaan program yang sudah baik tidak diikuti dengan waktu yang cukup untuk
merencanakan implementasi. Implementasi melibatkan aktivitas tertentu sehingga program
yang ada dapat dilaksanakan, diterima, dan direvisi jika tidak berjalan. Implementasi
keperawatan dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan komunitas menggunakan
strategi proses kelompok, pendidikan kesehatan, kemitraan (partnership), dan
pemberdayaan masyarakat (empowerment). Perawat komunitas menggali dan
meningkatkan potensi komunitas untuk dapat mandiri dalam memelihara kesehatannya.
Tujuan akhir setiap program di masyarakat adalah melakukan perubahan
masyarakat. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari anggota
masyarakat. Perubahan nilai dan norma di masyarakat dapat disebabkan oleh faktor
eksternal, seperti adanya undang-undang, situasi politik, dan kejadian kritis eksternal
masyarakat. Dukungan eksternal ini juga dapat dijadikan daya pendorong bagi tindakan
kelompok untuk melakukan perubahan prilaku masyarakat. Organisasi ekternal dapat
menggunakan model social planning dan locality development untuk melakukan
perubahan, menggalakkan kemitraan dengan memanfaatkan sumber daya internal dan
sumber daya eksternal.
Perawat komunitas harus memiliki pengetahuan yang memadai agar dapat
memfasilitasi perubahan dengan baik, termasuk pengetahuan tentang teori dan model
berubah. Perubahan yang terjadi di masyarakat sebaiknya dimulai dari tingkat individu,
keluarga, masyarakat, dan sistem di masyarakat. Ada beberapa model berubah (Ervin,
2002), yaitu :
1. Model berubah Kurt Lewin
Proses berubah terjadi pada saat individu, keluarga, dan komunitas tidak lagi nyaman
dengan kondisi yang ada. Model ini terdiri dari :
▪ Unfreezing, bila ada perasaan butuh untuk berubah baru implementasi dilakukan,
dengan tujuan membantu komunitas menjadi siap untuk melakukan perubahan.
▪ Change yaitu intervensi mulai diperkenalkan kepada kelompok
▪ Refreezing meliputi bagaimana membuat suatu program menjadi stabil melalui
pemantauan dan evaluasi.
Contoh : pada kasus flu burung, saat unfreezing berubah menjadi refreezing, perawat
komunitas perlu mempertahankan kondisi yang ada dengan melakukan kemitraan
tentang bagaimana kebiasaan masyarakat yang sudah bagus dapat dipertahankan dan
kebiasaan masyarakat yang kurang mendukung kesehatan tidak lagi terjadi, seperti
kebiasaan tidak melakukan cuci tangan.

6
2. Strategi berubah Chin & Benne
Strategi berubah ini sangat cocok digunakan oleh perawat komunitas dalam
mengkaji status individu, kelompok, dan masyarakat dalam membuat keputusan
untuk berubah. Strategi ini merupakan strategi untuk melakukan perubahan di
komunitas, bukan tahap proses berubah. Menurut model ini untuk melakukan
perubahan diperlukan strategi perubahan yaitu :
▪ Rational empiris, dikatakan bahwa untuk melakukan perubahan di komunitas, perlu
terdapat fakta dan pertimbangan tentang seberapa besar keuntungan yang diperoleh
dengan adanya perubahan tersebut. Contoh : adanya kebiasaan merokok yang
banyak terjadi di masyarakat, terutama remaja, diperlukan peran perawat komunitas
untuk memfasilitasi perubahan dengan memberikan promosi kesehatan bahaya
merokok melalui media,seperti poster, leaflet, modul data kejadian kesakitan dan
kematian akibat merokok atau mengajak melihat langsung kondisi korban akibat
rokok. Dengan adanya fakta, diharapkan terjadi perubahan pada individu.
▪ Normative reedukatif yaitu pertimbangan tentang keselarasan perubahan dengan
norma yang ada di masyarakat.
▪ Power coercive yaitu strategi perubahan yang menggunakan sanksi baik politik
maupun sanksi ekonomi. Misalnya sanksi terhadap perokok yang merokok di tempat
umum berupa denda atau kurungan.

3. First order and second order change


Menurut model ini first order bertujuan mengubah substansi atau isi di dalam
sistem, sedangkan pada second order, perubahan ditujukan pada sistemnya.
Contoh : Adasnya resiko pergaulan bebas yang saat ini marak di kalangan
remaja,perawat komonitas perlu mengubah substansi yang ada dalam system (frist
order) seperti membentuk dan melihat kader kesehatan remaja (KKR) di sekolah dan
dimasyarakat, melakukan promosi kesehatan kepada siswa, guru, orang tua dan
masyarakat melakukan dukungan lintas –sektor dan lintas-program kepada aparat
terkait program melalui jaringan kemitraan, dsb.selain itu ,diperlukan juga perubahan
pada system (second order) termasuk fasilitas yang ada, seperti menyediakan klinik
remaja, revitalisasi UKS di sekolah, kebijakan pemerintah terkait remaja, dsb.
Mengukur adanya perubahan masyarakat pada tingkat induvidu, dapat
diketahui dari tingkat kesadaran individu terhadap perubahan, bagaimana individu
mengerti tentang masalah yang dihadap, tingkat partisipasi individu, dan adanyan
perubahan dalam bentuk tingkah laku yang ditampilkan. Adanya role model yang
ada dimasyarakat dapat dijadikan pendorong untuk mengubah norma dan praktik
individu dalam perubahan masyarakat.

7
Pada tingkat masyarakat, perubahan lebih difokuskan pada kelompok dan
oeganisasi, termasuk adanya perubahan kebijakan yang berhubungan dengan
masalah yang terjadi di masyarakat, adanya dukungan dan partisipasi dalam kegiatan
masyarakat serta aktivitas lain yang berhubungan dengan penyelesaian masalah.
Perubahan dimasyarakat dapat dievaluasi melalui pengembangan koalisi, partisipasi
masyarakat dalam dukungan untuk mencapai tujuan, dan perubahan nilai dan norma
yang berlaku di masyarakat.
Setiap akan melakukan kegiatan dimasyarakat /implementasi
program,sebaiknya dibuat dahulu laporan pendahuluan (LP) kegiatan asuhan
keperawatan komonitas yang meliputi:
1. Latar belakang yang berisi kriteria komonitas, data yang perlu dikaji lebih lanjut
terkait implementasi yang akan dilakukan,dan masalah keperawatan komonitas yang
terkait dengan implementasi saat ini.
2. Proses keperawatan komonitas yang berisi diagnose keperawatan komonitas, tujuan
umum, dan tujuan khusus.
3. Implementasi tindakan keperawatan, yang berisi topik kegiatan, target kegiatan,
metode, strategi kegiatan, media dan alat bantu yang dipergunakan , waktu dan
tempat pelaksanaan kegiatan, pengorganisasian petugas kesehatan beserta tugas,
susunan acara, setting tempat acara.
4. Kriteria evaluasi, yang berisi evaluasi struktur, evaluasi proses, dan evaluasi hasil
dengan menyebutkan target persentase pencapaian hasil yang diinginkan.

Pelaksanaan kegiatan perkesmas, dilakukan berdasarkan POA Perkesmas yang


telah disusun. Pemantauan kegiatan perkesmas secara berkala dilaksanakan oleh
kepala puskesmas dan coordinator puskesmas dengan melakukan diskusi tentang
permasalahan yang dihadapi terkait pelaksanaan perkesmas serta melakukan
penilaian setia akhir tahun dengan membandingkan hasil pelaksanaan kegiatan
dengan rencana yang telah disusun. Pembahasan masalah perkesmas dapat dilakukan
dengan cara mengadakan kegiatan :
1. Lokakarya Mini Bulanan
Lokakarya mini bulanan dilakukan setian bulan di puskesmas, dihadiri oleh staf
puskesmas dan unit penunjangnya untauk membahas kinerja internal puskesmas
termasuk cakupan, mutu pembiayaan, masalah, dan hambtan yang ditemui termasuk
pelaksanaan perkesmas dan kaitanya dengan masalah lintas program lainnya.
2. Lokakarya Mini Tribulanan
Lokakarya mini tribulanan dilakukan setiap 3 bulan sekali, dipimpin oleh camat dan
dihadari oleh staf puskesmas dan unit penunjangnya, instansi lintas- sektor tingkat
kecamatan untuk membahas masalah dalam pelaksanaan puskesmas termasuk

8
perkesmas terkait dengan lintas – sektor dan pemasalahan yang terjadi untuk
mendapatkan penyelesaiannya.
3. Refleksi Diskusi Kasus (RDK)
Refleksi diskusi kasus merupakan metode yang digunakan dalam merefleksikan
pengalaman dalam satu kelompok diskusi untuk berbagai pengetahuan dan
pengalaman yang didasarkan atas standar yang berlaku. Proses diskusi ini
memberikan ruang dan waktu bagi peserta diskusi untuk merefleksikan pengalaman
masing-masing serta kemampuannya tanpa tekanan kelompok, terkondisi, setiap
peserta saling mendukung, member kesempatan belajar terutama bagi peserta yang
tidak terbiasa dan kurang percaya diri dalammenyampaikan pendapat (WHO.2003).
RDK dilakukan minimal seminggu sekali, dihadapi oleh perawat perkesmas di
puskesmas untuk membahas masalah teknis perkesmas.

Dalam pemberian asuhan keperawatan komonitas kepada individu / kluarga /


kelompok dan masyarakat agar pemahaman dan ketrampilan perawat komonitas
lebih meningkat. Adapun persyaratan metode RDK adalah:
a) Kelompok terdiri atas 5-8 orang.
b) Salah satu anggota kelompok berperan sebagai fasilitator, satu orang lagi sebagai
penyaji,dan sisanya sebagai peserta.
c) Posisi fasilitator, penyaji, dan peserta lain dalam diskusi setara (equal).
d) Kasus yang disajikan oleh penyaji merupakan pengalaman yang terkait asuhan
keperawatan di komonitas yang menarik untuk dibahas dan di diskusikan, perlu
penanganan dan pemecahan masalah.
e) Posisi duduk sebaiknya melingkar tanpa dibatasi oleh meja atau benda lainnya agar
peserta dapat bertatapan dan berkomonikasi secara bebas.
f) Tidak boleh ada interupsi dan hanya satu orang saja yang berbicara dalam satu saat,
peserta lainya memperhatiakan dan mendengarkan.
g) Tidak diperkenakan ada dominasi, kritik yang dapat memojokkan peserta lainnya.
h) Peserta berbagi (sharing) pengalaman selama satu jam dan dilakukan secara rutin.
i) Setiap anggota secara bergiliran mendapat kesempatan sebagai fasilitator, penyaji,
dan anggota peserta diskusi.
j) Selama diskusi, diusahakan agar tidak ada peserta yang tertekan atau terpojok. Yang
diharapkan justru dukungan dan dorongan dari setiap peserta agar terbiasa
menyampaikan pendapat mereka masing-masing.

H. Evaluasi Tindakan Keerawatan Komunitas


Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan. Evaluasi merupakan
sekumpulan informasi yang sistemik berkenaan dengan program kerja dan efektivitas dari

9
serangkaian program yang digunakan masyarakat terkait program kegiatan, karakteristik,
dan hasil yang telah dicapai (patton, 1986 dalam Helvie, 1998). Program evaluasi
dilakukan untuk memberikan informasi kepada perencanaan program dan pengambil
kebijakan tentang efektivitas dan efisiensi program. Evaluasi merupakan sekumpulan
metode dan ketrampilan untuk menentukan apakah program sudah sesuai dengan rencana
dan tuntutan masyarakat. Evaluasi digunakan untuk mengetahui beberapa tujuan yang
diharapkan telah tercapai dan apakah itervensi yang dilakukan efektif untuk masyarakat
setempat sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat, apakah sesuai dengan rencana atau
apakah dapat mengatasi masalah masyarakat. Evaluasi ditunjukan untuk menjawab apa
yang menjadi kebutuhan masyarakat dan program apa yang dibutuhkan masyarakat,
apakah media yang digunakan tepat , ada tidaknya program perencanaan yang dapat di
implementasikan, apakah program dapat menjangkau masyarakat, siapa yang yang
menjadi target sasaran program, apakah program yang dilakukan dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat. Evaluasi juga bertujuan mengidentifikasi masalah dalam
perkembangan program dan penyelesaian. Program evaluasi dilaksanakan untuk
memastikan apakah ada hasil program sudah sejalan dengan sasaran dan tujuan,
memastikan biaya program sumber daya, dan waktu pelaksanaan program yang telah
dilakukan. Evaluasi juga diperlukan untuk memastikan apakah prioritas program yang
disusun sudah memenuhi kebutuhan masyarakat, dengan membandingkan perbedaan
program terkait keefektifannya.
Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses, dan hasil. Evaluasi program
merupakan proses mendapatkan dan menggunakan informasi sebagai dasar proses
pengambilan keputusan, dengan cara meningkatkan pelayanan kesehatan. Evaluasi proses
difokuskan pada urutan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil. Evaluasi hasil
dapat diukur melalui perubahan pengetahuan ( knowledge) , sikap ( attitude), dan
perubahan prilaku masyarakat.
Evaluasi terdiri atas evaluasi formatif, menghasilkan informasi untuk umpan balik
selama program berlangsung. Sementara itu, evaluasi sumatif dilakukan setelah program
selesai dan mendapatkan informasi tentang efektifitas pengambilan keputusan. Pengukuran
efektifitas program dapat dilakukan dengan cara mengevaluasi kesuksesan dalam
pelaksanaan program. Pengukuran efektivitas program dikomonitas dapat dilihat
berdasarkan:
1. pengukuran komonitas sebagai klien. Pengukuran ini dilakukan dengan cara
mengukur kesehatan ibu dan anak, mengukur kesehatan komonitas.
2. pengukuran komonitas sebagai pengalaman Pembina hubungan. Pengukuran
dilakukan dengan cara melakukan pengukuran social dari determinan kesehatan.

10
3. pengukuran komonitas sebagai sumber. Ini dilakukan dengan mengukur tingkat
keberasilan pada kluarga atau masyarakat sebagai sumber informasi dan sumber
intervensi kegiatan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Ferry . 2009 . Keperawatan kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam
Keperawatan . Jakarta . Salemba Medika

Henny, Achjar Komang Ayu . 2011 . Asuhan Keperawatan Komunitas : Teori dan praktek
Jakarta : EGC

Anderson, Elizabeth T, dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik,
edisi 3. Jakarta : EGC

Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2 Teori. Jakarta : Sagung
Seto

Dermawan, Deden. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Yogyakarta : Gosyen


Publishing

Gunawijaya, J. 2010. Kuliah Umum tentang Budaya dan Perspektif Transkultural dalam
Keperawatan Mata Ajar KDK II 2010, semester genap: FK UI

Leininger, M dan McFarland. M.R. 2002. Transkultural Nursing : Concepts,

Theories, Research and Practice, edisi 3. USA : Mc.Graw Hill Companies

12

Anda mungkin juga menyukai