Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI DAN


BALITA

Disusun Oleh:

Nama : Bintara sinulingga


NIM : 221014201143

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNISBAR
TAHUN 2023
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………………
A. Latar Belakang……………………………………………………………………….
B. Tujuan Penulisan………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
A. Pemeriksaan Fisik Pada Bayi…………………………………………………………
B. Pemeriksaan fisik pada Balita…………………………………………………………
C. SOP Pemeriksaan Fisik Pada Bayi……………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara mengetahui gejala dan masalah kesehatan
yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengumpulkan data tentang
kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal data yang diperoleh dari riwayat pasien,
mengidentifikasi masalah pasien, menilai perubahan status pasien, dan mengevaluasi
pelaksanaan tindakan yang telah diberikan. Dalam melakukan pemeriksaan fisik tedapat
teknik dasar yang perlu dipahami, antara lain inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi
(ketukan) dan auskultasi (mendengar).
Observasi (pengamatan secara seksama) pemeriksaan dilakukan pada seluruh tubuh, dari
ujung rambut sampai ujung kaki, namun tidk harus dengan urutan tertentu. Pemeriksaan yang
menggunakan alat seperti pemeriksaan tengkorak, mulut, telinga, suhu tubuh, tekanan darah,
dan lain-lainnya, sebaiknya dilakukan paling akhir, karena dengan melihat atau memakai alat-
alat, umumnya anak menjadi takut atau merasa tidak nyaman, sehingga menolak diperiksa
lebih lanjut.

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui cara pemeriksaan fisik pada bayi dan anak balita
2. untuk mengetahui SOP pemeriksaan fisik pada bayi dan balita
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemeriksaan Fisik Pada Bayi


Adapun pemeriksaan fisik yang dilakukan pada bayi antara lain :

1. Hitung Frekuensi Nafas


Pemeriksaan frekuensi nafas dilakukan dengan mengitung rata-rata pernafasan dalam
satu menit. Pemeriksaan ini dikatakan normal pada bayi baru lahir apabila frekuensinya antara
30-60 kali permenit, tanpa adanya retraksi dada dan suara merintih saat ekspirasi, tetapi
apabila bayi dalam keadaan lahir kurang dari 2.500 gram atau usia kehamilan kurang dari 37
minggu, kemungkinan terdapat adanya retraksi dada ringan. Jika pernapasan berhenti
beberapa detik secara periodik, maka masih dikatakan dalam batas normal.

2. Lakukan inspeksi pada warna bayi


Pemeriksaan ini berfungsi untuk mengetahui apakah ada warna pucat, icterus, sianosis
sentral, atau tanda lainnya. Bayi dalam keadaan aterm umumnya lebih pucat dibandingkan
bayi dalam keadaan preterm mengingat kondisi kulitnya lebih tebal.

3. Hitung Denyut jantung Bayi dengan menggunakan stetoskop


Pemeriksaan denyut jantung untuk menilai apakah bayi mengalami gangguan yang
menyebabkan jantung dalam keadaan tidak normal, seperti suhu tubuh yang tidak normal,
perdarahan atau gangguan nafas. Pemeriksaan denyut jantung ini dikatakan normal apabila
frekuensinya antara 100-160 kali permenit. Masih dalam keadaan normal apabila diatas 60
kali permenit dalam jangka waktu yang relatif pende, beberapa kali perhari, dan terjadi
selama beberapa hari pertama jika bayi mengalami distres

4. Ukur suhu aksila


Lakukan pemeriksaan suhu menlalui aksila untuk menentukan apakah bayi dalam
keadaan hipotermi atau hipertermi. Dalam kondisi normal suhu bayi antara 36,5-37,5 derajat
celcius.

5. Kaji postur dan gerakan


Pemeriksaan ini untuk menilai ada atau tidaknya epistotonus/ hiperekstensi tubuh yang
berlebihan dengan kepala dan tumit kebelakang, tubuh melengkung kedepan, adanya
kejang/spesma, serta tremor.
Pemeriksaan postur dalam keadaan normal apabila dakam keadaan istirahat kepalan
tangan longgar dengan lengan panggul dan lutut semifleksi. Selanjutnya pada bayi berat
kurang dari 2.500 gram atau usia kehamilan kurang dari 37 minggu ekstremitasnya dalam
keadaan sedikitekstensi. Apabilabayi letak sunsang, didalam kandungan bayi akan mengalami
fleksi penuh pada sendi panggul atau lutut/sendi lutut ekstensi penuh, sehingga kaki bisa
mencapai mulut. Selanjutnya gerakan ekstremitas bayi harusnya terjadi secara spontan dan
simetris disertai dengan gerakan sendi penuh dan pada bayi normal dapat sedikit gemetar.

6. Periksa tonus atau kesadaran bayi


Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat adanya latergi, yaitu penurunan kesadaran
dimana bayi dapat bangun lagi dengan sedikit kesulitan, ada tidaknya tonus otot yang lemah,
mudah terangsang, mengantuk, aktivitas berkurang, dan sadar (tidur yang dalam tidak
merespon terhadap rangsangan). pemeriksaan ini dalam kedaan normal dengan tingkat
kesadaran mulai dari diam hingga sadar penuh serta bayi dapat dibangunkan jika sedang tidu
atau dalam keadaan diam.

7. Pemeriksaan ekstremitas
Pemeriksaan ini untuk menilai ada tidaknya gerakan ekstremitas abnormal, asimetris,
posisi dan gerakan yang abnormal (menghadap kedalam atau keluar garis tangan), serta
menilai kondisi jari kaki, yaitu jumlahnya berlebih atau saling melekat.

8. Pemeriksaan kulit
Pemeriksaan ini untuk melihat ada atau tidaknya kemerahan pada kulit atau
pembengkakan, postula (kulit melepuh), luka atau trauma, bercak atau tanda abnormal pada
kulit, elastisitas kulit, serta ada atau tidanya ruam popok (bercak merah terang dikulit daerah
pada bokong). pemeriksaan ini normal apabila tanda seperti eritema toksikum (titik merah dan
pusat putih kecil pada muka, tubuh dan punggung) pada hari kedua atau selanjutnya, kulit
tubuh yang terkelupas pada hari pertama.

9. Pemeriksaan tali pusat


Pemeriksaan ini untuk melihat apakah adanya kemerahan, bengkak, bernanah, berbau
atau lainnya pada tali pusat. Pemeriksaan ini normalapabila warna tali pusat kebiruan pada
hari pertama dan mulai mengering atau mengecil dan lepas pada hari ke-7 hingga ke-10.
10. Pemeriksaan kepala dan leher
Pemeriksaan bagian kepala yang dapat diperiksa antara lain :
a. Pemeriksaan pada rambut dengan menilai jumlah dan warna, adanya lanugo, terutama
pada daerah bahu dan punggung.
b. Pemeriksaan wajah dan tengkorak dapat dilihat adanya maulage, yaitu tulang tengkorak
yang saling menumpuk pada saat lahir untuk dilihat simetris atau tidak. Ada tau tidaknya
caput succedaneum (edema pada kulit kepala, lunak dan tidak berfluktuasi,batasnya tidak
tegas, serta menyebrangi satura dan akan hilang dalam beberapa hari)
c. Pemeriksan pada mata untuk menilai adanya strabismus atau tidak, yaitu koordinasi
gerakan mata yang belum sempurna. Cara memeriksanya adalah dengan menggoyangkan
kepala secara perlahan-lahan, sehingga mata bayi akan terbuka, kemudian baru diperiksa.
Apabila ditemukan jarang berkedip atau sensitivitas terhadap cahaya berkurang, maka
kemungkinan mengalamikebutaan. Apabila ditemukn adanya epicantus melebar, maka
kemungkinan anak mengalami sindrom down. Pada glaucoma kongenital, dapat terlihat
pembesaran dan terjadi kekeruhan pad kornea. Katarak kongenital dapat dideteksi
apabila terlihat pupil yang berwarn putih. Apabila ada trauma pada mata maka terjadi
edema palpebral, perdarahan konjungtiva, retina dan lain-lain.
d. Pemeriksaan telinga dapat dilakukan untuk menilai adanya gangguan pendengaran.
Dilakukan dengan membunyikan bel atau suara jika terjadi reflek terkejut, apabila tidak
terjadi reflek, maka kemungkinan akan terjadi gangguan pendengaran.
e. Pemeriksaan hidung dapat dilakukan dengan cara melihat pola pernafasan, apabila bayi
bernafas melalui mulut, maka kemungkina bayi mengalami obstriksi jalan nafas karena
adanya atresia koana bilateral atau fraktur tulang hidung atau ensevalokel yang menonjol
ke naso faring, sedangkan pernafasan cuping hidung akan menunjukkan gangguan pada
paru, lubang hidungkadang-kadang banyak mukosa. Apabila sekret mukopurulen dan
berdarah, perlu dipikirkan adanya penyakit sifilis kongenital dan kemungkinan lain.
f. Pemeriksaan mulut dapat dilakukan dengan melihat adanya kista yang ada pada mukosa
mulut. Pemeriksaan lidah dapat dinilai melalui warna dan kemampuan refleks mengisap.
Apabila ditemukan lidah yang menjulur keluar, dapat dilihat kemungkinan adanya
kecacatan kongenital.
g. Pemeriksaan leher dapat dengan melihat pergerakan, apabila terjadi keterbatasan dalam
pergerakannya, maka kemungkinan terjadi kelainan pada tulang leher, misalnya kelainan
tiroid, hemangioma, dan lain-lain.

11. Pemeriksaan dada dang punggung


Merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada daerah dada dan pungggung, yang
dilakukan untuk melihat adanya kelainan bentuk, melihat adanya gangguan pada pernafasan
seperti apabila ditemukan pernafasan paradoksal dan retraksi pada inspirasi, adanya
kesimetrisan. Apabila tidak simetris maka kemungkinan bayi mengalami pneumotorak,
paresis diafragma atau hernia diafragmatika dan pernafasan normal bayi pada umumnya
dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan, frekuensi pernafasan bayi normal
antara 40-60 kali permenit, perhitungan harus satu menit penuh karena terdapat periodic
breating dimana polapernafasan pada neonatus terutama pada prematur adanya henti nafas
yang berlangsung 20 detik dan terjadi secara berkala. Kadang-kandang pada kelenjer susu
bayi ditemukan air susu karena pengaruh hormonal.
Pada pemeriksan secara palpasi dapat ditemukan ada tidaknya fraktur klavikula dengan
cara meraba icterus kordis dengan menentukan posisi jantung, secara auskultasi frekuensi
jantung dilakukan dengan menggunakan stetoskop dengan menilai jumlah frekuensi jantung
secara normal bayi antara 120-160 kali permenit. Adanya bising sering ditemukan pada bayi,
bunyi pernafasan pada bayi adalah bronkovasikuler dan terdengar bising usus pada daerah
dada menunjukkan adanya hernia diagfragmatika.

12. Pemeriksaan abdomen


pemeriksaan pada abdomen ini meliputi pemeriksan secara inspeksi untuk melihat
bentuk dari abdomen. Apabila didapatkan abdomen membuncit yang dapat diduga
kemungkinan disebabkan hipatosplenomegali atau cairan didalam rongga perut, adanya
kembung apabila didapatkan adanya perforasi usus atau ileus. Pada perabaan hati biasanya
teraba 2-3 cm dibawah ureus kosta kanan, limpa teraba 1 cm dibawah arkus korta kiri. Pada
palpasi ginjal dapat dilakukan dengan pengaturan posisi terlentang dan tungkai bayi dilipat
agat otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas bawah ginjal dapat diraba setinggi
umbilicus diantara garis tengah dan tepi perut. Dan bagian-bagian ginjal dapat diraba sekitar
2-3 cm adanya pembesaran pada ginjal dapat di sebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan
atau trombosis vena renalis.

13. Pengukuran Antropometri


Pada bayi baru lahir, perlu diakukan pengukuran antropometri seperti berat badan yang
normal adalah sekitar 2.500-3.500 gram, apabila ditemukan berat badan kurang dari 2.500
gram, maka dapat dikatakan bayi memiliki berat badan lahir rendah (BBLR). akan tetapi,
apabila ditemukan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 3.500 gram, maka bayi masuk
kedalam kelompok makrosomia.
Pengukuran antropometri lainnya adalah pengukuran panjang badan secara normal,
panjang badang bayi baru lahir adalah 45-50cm, pengukuran lingkaran kepala normalnya
adalah 33-35 cm, pengukuran lingkar dada normalnya adalah30-33cm. Apabila ditemukan
diameter kepala lebih besar 3 cm dari lingkar dada, maka bayi mengalami hidrosefalus dan
apabila diameter kepala lebih kecil dari 3 cm dari lingkar dada, maka bayi tersebut mengalami
mikrosefalus.

14. Pemeriksaan genetalia


Pemeriksaan genetalia ini untukmengetahui keadaan labium minor yag tertutup oleh
labia mayor, lubang uretra dan lubang vagina seharusnya terpisah, namun apabila ditemukan
satu lubang maka didapatkan terjadinya kelainan dan apabila ada sekret pada lubang vagina,
hal tersebut karena pengaruh hormon. Pada bayi laki-laki sering didapatkan fimosis, secara
normal panjang penis pada bayi adalah 3-4 cm dan 1-1,3 cm untuk lebarnya, kelainan yang
terdapat pada bayi adalah adanya hipospadia yang merupakan defek dibagian ventral ujung
penis atau defek sepanjang penisnya. Epispadia merupakan kelainan defek pada dorsum
penis.

15. Pemeriksaan pada anus dan rektum


Pemeriksaan pada anus dan rektum dapat dilakukan untuk menilai adanya kelainan
otresia ani atau mengetahui posisinya, adanya miconium secara umum keluarnya pada 24 jam
apabila ditemukan dalam waktu 48 jam belum keluar maka kemungkinan adanya meconium
plug syndrom, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan.

16. Pemeriksaan urin dan tinja


Pemeriksaan urin dan tinda bermanfaat untuk menilai ada atau tidaknya diare serta
kelainan pada daerah anus. Pemeriksaan ini normal apabila bayi mengeluarkan feses cair
antara 6-8 kali perhari, dapat dicurigai apabila frekuensi meningkat serta adanya lendir atau
darah. Adanya perdarahan pervagina pada bayi baru lahir dapat terjadi selama beberapa hari
pada minggu pertama kehidupan.

17. Pemeriksaan refleks


Panduan pemeriksaan refleks dapat dilihat pada table berikut :
Pemeriksaan refleks Cara pengukuran Kondisi normal Kondisi patologis
Berkedip Sorotkan cahaya ke Di jumpai pada tahun Jika tidak di jumpai
mata bayi pertama menunjukkan
kebutaan
Tanda babinzki Gorek telapak kaki Jari kaki Bila pengembangan
sepanjang tepi luar, mengembang dan ibu jari kaki dorso fleksi
dimulai dari tumit jari kaki dorsof leksi, setelah usia 2 tahun,
di jumpai sampai adanya tanda lesi
usia 2 tahun ekstrapiramidal
Merangkak Letakan bayi Bayi membuat Apabila gerakan
tengkurap ditas gerakan merangkak tidak simetris adanya
permukaan yang rata dengan lengan dan tanda kelianan
kaki bila diletakkan neurologis
pada abdomen
Menari / melangkah Pegang bayi Kaki akan bergerak Refleks menetap
sehingga kakinya ketas dan kebawah melebihi 4-8 minggu
sedikit menyentuh bila sedikit merupakan keadaan
permukaan yang disentuhkan abnormal
keras kepermukaan keras
dijumpai pada 4-8
minggu pertama.
Eksturasi Setuh lidah dengan Lidah ekstensi Ekstensi lidah yang
ujung spatel lidah kearah luar bila persisten adanya
disentuh, dijumpai sindrom down
pada usia 4 bulan
Galant’s Gores punggung bayi Punggung bergerak Tidak adanya refleks
sepanjang sisi tulang kearah samping bila menunjukan lesi
belakang dari bahu di stimulasi, dijumpai modulaspinalis
sampai bokong pada 4-8 minggu transversal
pertama
Moro Ubah posisi dengan Lengan ekstensi, jari- Refleks yang
tiba-tiba atau pukul jari mengembang, menetap lebih pada 4
meja/ tempat tidur kepala terlempar bulan. Adanya
kebelakang, tungkai kerusakan otak,
sedikit ekstensi, respon tidak simetris,
lengan kembali adanya hemiparesis,
ketengah dengan fraktur klavikula atau
menggenggam tulang cidera fleksus
belakang dan brakialis, tidak ada
ekstremitas bawah respon ekstremitas
ekstensi. Lebih kuat bawah, adanya
selama 2 bulan dislokasi pinggul
menghilang pada atau cidera medulla
usia 3-4 bulan. spinalis.
Neck righting Letakkan bayi daam Bila bayi terlentang, Tidak ada reflek atau
posisi terlentang, bahu dan badan reflek menetap lebih
coba menarik kemudian pelvis dari 10 bulan
perhatian bayi dari berotasi kearah menunjukkan
satu sisi dimana bayi diputar adanyan gangguan
dan dijumpai selama sistem sraf pusat
10 bulan pertama
Menggenggam Letakkan jari Jari-jari melengkung Fleksi yang tidak
(palmar grasp) ditelapak tangan bayi disekitar jari yang simetris menunjukan
dari sisi ulnar, jika diletakkan di telapak adanya paralisis,
refleks lemah atau tangan bayi dari sisi reflek menggenggam
tidak ada berikan ulnar, refleks ini yang menetap
botol atau dot, karena menghilang pada menunjukkan
mengisap akan usia 3-4 bulan gangguan serebral
mengeluarkan reflak
Rooting Gores sudut mulut Bayi memutar kearah Tidak adanya reflek
bayi garis tengah pipi yang digores, menunjukkan adanya
bibir reflek ini menghilang gangguan neorologis
pada usia 3-4 bulan, berat
tetapi bisa menetap
sampai usia 12 bulan,
khususnya selama
tidur
Kaget (startie) Bertepuk tangan Bayi mengekstensi Tidak adanya reflek
dengan keras dan memfleksi menunjukkan
lengan dalam adanyan gangguan
merespon terhadap pendengaran
suara yang keras,
tangan tetap rapat,
reflek ini akan
menghilang setelah
usia 4 bulan
Mengisap Berikan bayi boto Bayi mengisap Reflek yang lemah
atau dot dengan kuat dalam atau tidak ada
berespon terhadap menunjukan
stimulasi, reflek ini kelambatan
menetap selama perkembangan atau
masa bayi dan keadaan neurologis
mungkin terjadi yang abnormal
selama tidur tanpa
stimulasi
Tonic neck Putar kelapa dengan Bayi melakukan Tidak normal jika
cepat kesatu sisi perubahan posisi bila respon terjadi setiap
kepala diputar kesatu kepala diputar, jika
sisi, lengan dan menetap adanya
tungkai ekstensi kerusakan serebral
kearah sisi putaran mayor.
kepala dan fleksi
pada sisi yang
berlawanan,
normalnya reflek ini
tidak terjadi setiap
kali kepala diputar,
tampak kira-kira
pada usia 2 bulan dan
menghilang pada
usia 6 bulan

18. Skor APGAR


Skor APGAR 0 1 2
Laju nadi Tidak ada < 100x permenit >100x/menit
Usaha nafas Tidak ada Menangis lemah, Menangis kuat
hipoventilasi
Tonus otot fleccid Sedikit fleksi Gerak aktif
Iritabilitas reflek Tidak berespon meringgis Menangis, batuk,
atau bersin
Warna Biru atau pucat akrosianosis Merah muda
B. Pemeriksaan Fisik Pada Anak
Merupakan pengkajian yang dilakukan pada anak yang bertujuan untuk memperoleh data
status kesehatan anak serta dapat dijadikan sebagai dasar dalam menegagkan diagnosis.
Adapun pemeriksaannya sebagai berikut :
1. Pemeriksaan keadaan Umum
Pemeriksaan ini terdiri atas pemeriksaan status kesadaran, status gizi, tanda-tanda vital
dan lain-lain.
a. Pemeriksaan kesadaran
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai status kesadaran anak, ada dua macam
penilaian status kesadaran, yaitu penilaian status secara kualitatif dan penilaian secara
kuantitatif. Secara kualitatif didapatkan antara lain :
 compos mentis, yaitu anak mengalami kesadaran penuh dengan memberikan respon yang
cukup terhadap stimulasi yang diberikan;
 apatis yaitu anak acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya;
 somnolen yaitu anak memiliki kesadaranyang lebih rendah dengan ditandai anak tampak
mengantuk, selalu ingin tidur, tidak responsive terhadap ransangan ringan, dan masih
memberikan respon terhadap ransangan kuat;
 sopor yaitu anak tidk memberikan respon ringan maupun sedang, tetapi masih
memberikan respon sedikit terhadap ransangan yang kuat dengan adanya reflek pupil
terhadap cahaya yang masih positif;
 koma yaitu anak tidak dapat bereaksi terhadap stimulasi atau ransangan apapun, reflek
pupil terhadap cahaya tidak ada;
 delerium merupakan tingkat kesadaran paling rendah ditandai dengan disorientasi sangat
iritatif, kacau, dan salah persepsi terhadap ransangan sensorik

b. Pemeriksaan Status gizi


Pemeriksaan status gizi ini dapat dilakukan dengan melakukan beberapa pemeriksaan,
seperti pemeriksaan antropometri, yang meliputi pemeriksaan berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas, pemeriksaan klinis dan laboratorium yang dapat digunakan untuk
menentukan status gizi anak. Selajutnya dalam penilaian status gizi anak dapat disumpilkan
apakah anak mengalami gizi baik, cukup atau gizi yang kurang

c. Pemeriksaan nadi
Pemeriksaan nadi seharusnya dilakukan dalam keadaan tidur atau istirahat. Pemeriksaan
nadi dapat dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan denyut jantung untuk mengetahui
adanya pulsus deficit yang merupakan denyut jantung yang tidak cukup kuat untuk
menimbulkan denyut nadi, sehingga denyut jantung lebih tinggi dari pada denyut nadi.

d. Pemeriksaan tekanan darah


Dalam melakukan pemeriksaan tekanan darah, hasilnya sebaiknya dicantumkan dalam
posisi apa pemeriksaan darah dilakukan, seperti tidur, duduk, berbaring atau menangis. Sebab
posisi akan mempengaruhi hasil penilaia tekanan darah yang dilakukan. Pemeriksaan tekanan
darah dapat dilakukan , baik secara langsung maupun tidak langsung pada pasien.
Pemeriksaan yang sering kita lakukan adalah pemeriksaan tidak langsung dengan
menggunakan spigmimanometer yag dapat dilakukan secara palpasi atau secara auskultasi
dengan bantuan stetoskop.
Pemeriksaan ini untuk menilai adanya kelainan pada gangguan system kardiovaskuler,
apabila didapatkan perbedaan tekanan darah sistolik pada saat inspirasi dan saat ekspirasi
lebih dari 10 mmHg, maka dapat dikatakan anak mengalami pulpus paradoksus yang
kemungkinan menyebabkan terjadinya tempode jantung, gagal jantung dan lain-lain
Table tekanan darah normal
Usia Tekanan sistolik/
diastolik (mmHg)
1 bulan 86/54
6 bulan 90/60
1 tahun 96/65
2 tahun 99/65
4 tahun 99/65

e. Pemeriksaan Pernapasan
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menilai frekuensi, irama, kedalaman, dan tipe
atau pola pernafasan dengan ketentuan sebagaimana tertera pada table berikut :
Pola Pernapasan Deskripsi
Dyspepsia Susah nafan yang ditunjukan dengan
adanya retraksi dinding dada
Bradipnea Frekuensi pernafasan lambat abnormal,
tapi iramanya teratur
Takipnea Frekuensi pernapasan cepat yang
abnormal
Hiperkapnea Pernapasan cepat dan dalam
Apnea Tidak ada pernapasan
Cheyne stokes Periode pernafasan cepat dalam yang
bergantian dengan periode apnea,
umumnya pada bayi dan pada anak selama
tidur nyenyak, depresi, dan kerusakan otak
Kusmaul Nafas dalam yang abnormal bisa cepat,
normal, atau lambat. Pada umumnya
terjadi pada asidosis metabolik
Biot Tidak teratur, terlihat pada kerusakan otak
bagian bawah dan depresi pernapasan.

f. Pemeriksaan suhu
Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui rektal, aksila, dan oral yang digunakan untuk
menilai keseimbanga suhu tubuh yang dapat digunakan untuk membantu menentukan
diagnosis dini suatu penyakit.
Table suhu tubuh normal :
Usia Suhu (derajat celcius)
3 bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,2
5 tahun 37,0

2. Pemeriksaan kulit, kuku, rambut, dan kelenjer getah bening


Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui apakah terdapat kelainan atau masalah pada
kondisi kulit, kuku, rambut dan kelenjer getah bening.
a. Pemeriksaan Kulit
Pemeriksaan ini untuk menilai warna kulit dan cara pemeriksaan dan keadaan patologis
kelembapan kulit.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada table berikut :
Warna Kulit Deskripsi
Coklat Menunjukan adanya penyakit addison atau
beberapa tuor hipofisis
Biru kemerahan Menunjukkan polisitemia
Merah Alergi dingin, hipertermia, psikologis,
alcohol, atau imflamasi lokal
Biru (sianosis pada Sianosis perifer karena kecemasan,
kuku) kedinginan, atau sentral karena penurunan
kapasitas darah dalam membaawa oksigen
yang meliputi bibir, mulut dan badan
Kuning Icterus yang menyertai penyakit hati,
hemolysis sel darah merah, obstruksi saluran
empedu, atau infeksi berat yang dapat dilihat
pada sclera, membrane mukosa dan
abdomen.
Bila terdapat pada telapak tangan, kaki, dan
mukosa serta bukan pada sclera,
kemungkinan akibat memakan wortel dan
kentang.
Bila pada area kulit terbuka tidak ada sklera
dan membran mukosa menunjukkan adanya
penyakit ginjal kronis
Pucat (kurang merah Menunjukkan adanya sinkop, demam, syok
muda pada orang dan anemia
kulit putih) atau
warna abu-abu pada
kulit hitam
Kekurangan warna albinoisme
secara umum

Table cara pemeriksaan dan keadaan patologis kelembapan kulit :


Cara Patologis
Amati kelembapan daerah kulit Kulit kering pada daerah bibir, tangan dan genital
normal agak kering menunjukkan adanya dermatitis kontak
Normal : membran mukosa Kekeringan yang menyeluruh disertai adanya lipatan dan
lembap membran mukosa yang lembab menunjukkan terlalu
terpapar dengan sinar matahari dan sering mandi atau
kurang gizi, sedangkan kering pada membran mukosa
menunjukkan adanya dehidrasi serta adanya kedinginan
menunjukkan adanya syok dan perspirasi

b. Pemeriksaan kuku
Pemeriksaan kuku dilakukan dengan cara inspeksi terhadap warna, bentuk, dan keadaan
kuku. Adanya jari kuku yang dapat menunjukkan penyakit pernafasan kronis atau penyakit
jantung serta bentuk kuku cekung atau cembug menunjukkan adanya cedera, defisiensi besi,
dan infeksi.

c. Pemeriksaan rambut
Pemeriksaan rambut ini dilakukan untukmenilai warna, kelebatan, distribusi, dan
karakteristik lainnya dari rambut. Normalnya rambut menutupi semua permukaan tubuh,
kecuali telapak tangan dan kaki serta permukaan labia sebelah dalam. Rambut kepala
normalnya berkilauan seperti sutra dan kuat. Rambut yang kering, rapuh, dan kurang pigmen
dapat menunjukan adanya malnutrisi, penyakit hipotiroidisme, efek obat, dan lain-lain

d. Pemeriksaan kelenjer getah bening


Pemeriksaan getah being dilakukan dengan cara melakukan palpasi pada daerah leher,
inguinal, atau kelenjer lainnya. Apabila terjadi pembesaran dengan diameter lebih dari 10
mm, hal ini menunjukkan kemungkinan adanya ketidaknormalan atau terdapat indikasi
penyakit tertentu.

3. Pemeriksaan kepala dan leher


Pemeriksaan kepala dan leher meliputi pemeriksaan kepala secara umum, waitu
pemeriksaan wajah, mata, telinga, hidung, mulut, faring, laring dan leher.
a. Pemeriksaan kepala
Pemeriksaan ini bermanfaat untik memeriksa lingkar kepala.apabila didapatka lingkar
kepala yang lebih besar dari normal dinamakan makrosefali dan biasanyan dapat diteukan
pada penyakit hidrosepalus. Sebaiknya, apabila lingkar kepala lebih kecil dari normal disebut
mikrosefali. Pemeriksaan yang lain adalah ubun-ubun atau fontanel ubun-ubun besar,
normalnya bertekstur rata atau sedikit cekung, namun apabila ubun-ubun besar menonjol
dapat menunjukan adanya peningkatan tekanan intrakarnial, sedangkan apabila cekung
kemungkinan terjadi dehidrasi dan malnutrisi.

b. Pemeriksaan wajah
Pemeriksaan wajah pada anak dilakukan untuk menilai kesimetrisan wajah. Asimetris
pada wajah dapat disebakan oleh adanya paralisis fasialis. Selain melihat kesimetrisan wajah,
pemeriksaan ini dapat dilakuka untuk melihat adanya pembengkakan daerah wajah.

c. Pemeriksaan mata
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk menilai visus atau ketajaman penglihatan.
Pemeriksaan visus ini dapat dilakukan dengan pemberian ransangan cahaya pada usia
neonatus. Pada usia 1 bulan, bayi sudah mampu melihat adanya benda-benda dan pada usia 2
bulan mampu melihat jari, untuk memperjelas pemeriksaa dapat digunakan oftalmoskop.
Pemeriksaan mata selanjutnya adalah pemeriksaan palpebral. Palpebral dilihat apakah
simetris atau tidak, kelainan yang muncul antara lain ptosis, , lagoftalmos, dan
pseudolagoftalmos. Pemeriksaan sclera dilakukan untuk menilai warna sclera. Warna sclera
normal berwarna putih. Kornea, pada pemeriksaan dilihat apakah jernih atau tidak, apabila
terjadi peradanga tampak adanya kekeruhan.
Pemeriksaan pupil dilakukan untuk melihat kemampuan pupil dalam membesar dan
mengecil. Pada keadaan normal pupil berbentuk bulat dan simetris. Pupil dikatakan ormal
apabila dierikan sinar akan mengecil dengan refleks cahaya langsung maupun kontra lateral
pada yang tidak disinari. Apabila ditemukan pupil yang berwarna putih kemungkinan adanya
penyakit katarak. Pemeriksaan lensa dapat dilakukan dengan menilai jernih atau tidaknya
lensa, maka kemungkinan pasien mengalami katarak. Pada pemeriksaan bola mata mengecil
dinamakan enoftalmos. Pemeriksaan strabismus atau juling di tentukan apabila ditemukan
sumbu visual yang tidak sejajar pada lapang gerakan bola mata.

d. Pemeriksaan telinga
Pemeriksaan ini dapat dilakukan mulai dari teliga luar, tengah dan dalam. Pada
pemeriksaan telinga bagian luar dapat dimulai dari pemeriksaan daun dan liang telinga
dengan menentukan bentuk, besar serta posisinya. Pemeriksaan liang telinga ini dapat
dilakukan dengan bantuan otoskop. Pemeriksan selanjutnya adalah membran timpani,
pemeriksaan ini dikatakan normal apabila membran timpani sedikit cekung dan mengilap,
kemudian dilihat juga adanya perforasi atau tidak. Berikutnya dilakukan pemeriksaan mastoid
dengan melihat adanya pembengkakan pada daerah mastoid, setelah itu baru dilakukan
pemeriksaan pendengaran apakah memiliki gangguan atau tidak dengan bantuan alat
garpatula. Pemeriksaan telinga yang spesifik untuk bayi, misalnya pemeriksaan simetrisitas
daun telinga yang khas terjadi pada bayi atau anak yang mengalami sindrom down.

e. Pemeriksaa hidung
Pemeriksaan hidung dilakukan untuk menilai adaya kelainan bentuk hidung juga
menentukan ada tidaknya epistaksi. Alat yang dapat digunakan ialah rhinoskopi anterior
maupun posterior.

f. Pemeriksaan mulut
Pemeriksaan mulut dilakukan untuk menentukan ada tidaknya trismus yang merupakan
kesulitan membuka mulut, halitosis yang merupakan bau mulut tidak sedap karena personal
hygine yang kurang, serta labioskisis dimana keadaan bibir tidak simetris. Pemeriksaan
selanjutya adalah gusi yang dapat ditentukan dengan melihat adanya edema atau tanda-tanda
peradangan. Pemeriksaan lidah juga dapat dilakukan untuk menilai apakah terjadi kelainan
kongenital atau tidak, juga dapat diperiksa ada tidaknya tremor lidah dengan cara
menjulurkan lidah.
Pemeriksaan gigi perlu dilakukan khususnya pada anak, dimana kadang-kadang gigi
tumbuh dan mudah lepas. Perkembangan gigi susu mulai tumbuh pada usia 5 bulan, tetapi
kadang-kadang 1 tahun. Pada usia 3 tahunke 20 gigi susu akan tumbuh. Kelainan yang
ditemukan pada gigi antara lain adanya karies dentis yag terjadi akibat infeksi bakteria.
Dalam pemeriksaan ini juga dapat diketahui adanya hipersalivasi pada anak, hal ini terjadi
kemungkinan akibat gigi anak akan tumbuh atau karena adanya proses peradangan yang lain.

g. Pemeriksaan faring
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya hyperemia, edema, serta adanya abses,
baik retro faringeal maupun peritonsiral. Adanya edema faring umumya ditandai dengan
mukosa yang pucat dan sembab. Pada difteri dapat ditemukan adanya bercak putih abu-abu
(pseudomembran).

h. Pemeriksaan laring
Pemeriksaan laring ini sangat berhubungan dengan pemeriksaan pernafasan. Apabila ada
obstruksi pada laring, maka suara terdengar stridor yang disertai dengan bentuk dan suara
serak. Pada pemeriksaan laring dapat digunakan alat laringoskop, baik direk (langsung)
maupun indirek (tidak langsung) dengan menggunakan alat yang dimasukkan kedalam secara
perlahan-lahan dengan lidah ditarik keluar.

i. Pemeriksaan leher
Pemeriksaan leher dilakukan untuk menilai adanya tekanan pada vena jugularis dengan
cara meletakkan pasien dalam posisi terlentang dengan dada dan kepala diangkat setinggi 15-
30 derajat, pada pemeriksaan ini dapat ditemukan ada tidaknya distensi pada vena jugularis.
Pemeriksaan yang lain adalah ada tidaknya masa dalam leher.
Pemeriksaan pada bayi dilakukan dalam keadaan terlentang, kemudian kelenjer tiroid
diraba dari kedua sisi dengan jari telunjuk dan tengah. Perhatikan adanya pergerakan pada
roid ke atas apabila pasie menelan.

4. Pemeriksaan dada
Dalam melakukan penilaian terhadap hasil pemeriksaan dada, hal yang perlu
diperhatikan adalah bentk dan besar dada, kesimetrisan dan gerakan dada, adanyan deformitas
atau tidak, adanya penonjolan, serta adanya pembengkakan atau kelainan yang lain. Bentuk-
bentuk dada adalah sebagai berikut :
a. Funnel chest, merupakan bentuk dada dimana sternum bagian bawah serta iga masuk
kedalam terutama saat inspirasi. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya hipertropi adenoid
yang berat
b. Pigeon chest (dada burung), merupakan bentuk dada dimana bagian sternum menonjol
kearah luar, biasanya disertai dengan depresi fentrikel pada daerah kostokodral.
c. Barrel chest, merupakan bentuk dada dimana dada berbentuk bulat seperti tong dengan
sternum terdorong kearah depan dengan iga-iga horizontal. Dada dengan bentuk ini
dapat ditemukan pada penyakit obstruksi paru seperti asma, emfisema, dan lain-lain.
Pemeriksaan pada daerah dadayang lain adalah pemeriksaan payudara, paru dan jantung.
Pada bayi dan balita akan sulit ditentukan bentuk dada ini. Pemeriksaan ini akan menjadi
efektif untuk anak yang berusia lebih dari 5 tahun.

5. Pemeriksaan payudara
Pemeriksaan payudara pada anak dapat dilakukan untuk mengetahui perkembangan atau
kelainan payudara anak, diantaranya adalah untuk mengetahui ada tidaknya ginekosmatika
aptologis atau terjadi galaktore sebelum anak mengalami masa pubertas.

6. Pemeriksaan paru
Langkah pertama untuk pemeriksaan paru adalah inspeksi untuk melihat apakah terdapat
kelainan patologis atau hanya fisiologis dengan melihat pengembangan paru saat bernafas,
selanjutnya pemeriksaan paru dengan palpasi, perkusi dan auskultasi. Hasil penilaian dari
auskultasi meliputi adanya suara nafas dan suara nafas tambahan sebagaimana diuraikan
berikut .
a. Suara nafas dasar
Suara nafas dasar merupakan suara nafas biasa yang meliputi suara nafas vasiculer,
bronkial, amforik, cog wheel breath sound, dan metamorphosing breath sound.
b. Suara nafas tambahan
Suara nafas tambahan merupakan suara nafas yang dapat di dengar selain nafas dasar
dengan bantuan auskultasi. Suara nafas tambahan meliputi rongki basah (rales)/ ronki kering,
wheezing, suara krepitasi, serta bunyi gesekan pleura (pleural friction rub).

7. Pemeriksaan jantung
Pemeriksaan jntung yang pertama kali dilakukan dengan cara berikut ini
a. Denyut aspeks atau aktivitas ventrikel lebih dikenal dengan nama iktus kordis,
merupakan denyut jantung yang dapat dilihat pada daerah aspeks, yaitu sela iga ke-4
pada garis midklavikularis kiri atau sedikit lateral. Denyutan ini dapat terlihat apabila
terjadi pembesaran ventrikel, seperti apabila pada daerah ventrikel kiri yang besar, maka
apeks jantung bergeser kebawah dan ke lateral.
b. Detak pulmonal, merupakan detak jantung yang apabila tidak teraba bunyi jantung II,
maka dikatakan normal. Apabila bunyi jantung II mengeras dan dapat diraba pada sela
iga ke-2 tepi kiri stenum, maka keadaa tersebut dikatakan sebagai detak pulmonal atau
pulmonary tapping.
c. Getaran bising (thrill), merupakan getaran dinding dada akibat bising jantung keras, yang
terjadi pada kelainan organic

 Perkusi
Dapat dilakukan untuk menilai adanya pembesaran pada jantung (kardiomegali) serta
batasan dari organ jantung tersebut yang dilakukan pada daerah sekitar jantung dari perifer
hingga ke tenggah.

 Auskultasi
Auskultasi pada jantung dilakukan dengan cara mendengarkan mulai dari aspeks hingga
ketepi kiri sternum bagian bawah, bergeser keatas sepanjang tepi kiri sternum, tepi kanan
sternum daerah infra dan supraklavikula kanan/kiri, lekuk suprasternal daerah karotis dileher
kanan atau kiri, serta seluruh sisa dada atau dapat dilakukan dengan berbagai cara
pemeriksaan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilaidaerah mitral di aspeks, untuk
triskuspidalis di parastenal kiri bawah, daerah pulmonal pada sela iga ke-2 tepi kiri sternum
dan daerah aorta di sela iga ke-2 tepi kanan sternum.

8. Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaa abdomen pada anak dilakukan dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi, dan
perkusi. Pemeriksaan auskultasi didahulukan mengingat yang akan didengarkan adalah bising
usus atau paristaltik usus, sehinggga tidak dipengaruhi oleh stimulasi dari luar melalui palpasi
atau perkusi. Berbagai organ yang diperiksa dalam pemeriksaan abdomen, diantaranya hati,
ginjal, dan lambung itu sendiri.

9. Pemeriksaan genitalia
Pemeriksaan genitalia anak berbeda antara laki-laki dan perempuan. Khusus pada laki-
laki, dapat diperiksa dengan cara memerhatikan ukuranm bentuk penis, dan testis. Perlu juga
diperhatikan kelainan yang ada, seperti hipospadia (orificium uretra di ventral penis, biasanya
dekat glan atau sepanjang penis); epispadia (muara uretra pada dorsal penis), mungkin glan
atau batang penis; fimosis (pembukaan prepusium sangat kecil, sehingga tidak dapat ditarik
ke glen penis), serta adanya peradangan pada testis dan skrotum.
Sedangkan pada perempuan dapat diperhatikan adanya epispedia (terbelahnya mons
pubis dan klitoris serta uretra membuka dibagian dorsal); adanya tanda-tanda seks sekunder,
seperti pertumbuhan rambut dan payudara, serta cairan yang keluar dari lubang genital.

10. Pemeriksaan tulang belakang dan ekstremitas


Pemeriksaan tulang belakang dan ekstremitas pada anakdapat dilakukan dengan cara
inspeksi terhadap adanya kelaina tulang belakang, seperti lordosis (deviasi tulang belakang
kearah anterior), kifosis (devisi tulang belakang kearah posterior), scoliosis ( devisi tulang
belakang kearah samping), kelemahan, serta perasaan nyeri yang ada pada tulang belakang
dengan cara mengobservasi pada posisi terlentang, tengkurap, atau duduk.
Pemeriksaan tulang, otot dan sendi dimulai dengan inspeksi pada jari-jari, seperti pada
jari tubuh dapat dijumpai pada penyakit jantung bawaan atau penyakit paru kronis, adanya
nyeri tekan, gaya berjalan, ataksia (inkoordinasi hebat), spesma otot, paralisis, atrifi/
hipertrofi otot, kontraktur, dan lain-lain.

11. Pemeriksaan neurologis


Pemeriksaan neurologis pada anak pertama kali dapat dilakukan secara inspeksi dengan
mengamati berbagai kelainan neurologis, seperti kejang, tremor/ gemetaran (gerakan halus
yang konstan), twitching (gerakan spasmodic yang berlangsung singkat, seperti otot lelah
serta nyeri setempat), korea (gerakan involunter kasar, tanpa tujuan, cepat dan tersentak-
sentak, serta tidak terkoordinasi), parese (kelumpuhan otot tidak sempurna), paralisis
(kelumpuhan otot yang sempurna), diplegia (kelumpuhan pada kedua anggota gerak),
paraplegia (kelumpuhan pada anggota gerk bawah), tetraplagia/ parese ( kelumpuhan pada
keempat anggota gerak), hemiparese/ plegi (kelumpuhan pada sisi tubuh atau anggota gerak
yang dibatasi garis tengah di daerah tulang belakang).
Pemeriksaan kedua adalah pemeriksaan reflek. Pada pemeriksaan ini yang dapat
diperiksa antara lain :
a. Reflex superfisial, dengan cara menggores kulit abdomen dengan empat goresan yang
membentuk segi empat dibawah xifoid (diatas simpisis)
b. Reflex tendon dalam, dengan mengetuk menggunakan hammmer pada tendon biseps,
trisep, patella, dan achilles. Penilaiannya adalah jika pada bisep (terjadi reflek sendi
siku), trisep (terjadi ekstensi sendi siku), patela (terjada ekstensi sendi lutut) dan pada
achiles (terjadi fleksi plantar kaki). apabila hiperrefleksi ada kelainan pada upper motor
neuron dan apabila hiporefleks berarti terjadi kelainan pada lower motor neuron.
c. Refleksi patologis dapat dinilai adanya reflexx babinski dengan cara menggores
permukaan plantar kaki dengan alat yang sedikit runcing, hasinya positif apabila terjadi
reaksi ektensi ibu jari.

Pemeriksaan ketiga adalah pemeriksaan rangsang meningeal, antara lain kaku kuduk.
Cara melakukannya adalah pasien diatur posisi terlentang kemudian leher ditekuk, apabila
terdapat tahanan dagu dan dagu tidak menempel atau mengenai bagian dada maka disebut
kaku kuduk (positif). brudzinski I diperiksa dengan cara pasien di atur dalam posisi
terlentang, meletakkan satu tangan dibawah kepala pasien, kemudian tangan lain diletakkan
didada untuk mencegah badan terangkat, kemudian kepala di fleksikan kedada. Adanya
rangsangan meningeal apabila kedua tungkai bawah akan fleksi pada sendi panggul dan lutut.
Brudzinski II dengan cara pasien diatur terlentang, difleksikan secra pasif tungkai atas pada
sendi panggul, ikuti fleksi tungkai lainnya. Apabila sendi lutut lainnya dalam keadaan
ekstensi, maka terdapat tanda meningeal dan tanda kering. Dengan posisi dalam keadaan
terlentang, fleksikan tungkai atas tegak lurus, kemudian luruskan tungkai bawah pada sendi
lutut, penilaiannya adalah jika dalam keadaan normal tungkai bawah dapat membentuk sudut
135 derajat terhadap tungkai atas.
Pemeriksaan terkhir adalah pemeriksaan kekuatan dan tonus otot dengan cara melihat
adanya kekuatan tonus otot pada bagian ekstremitas. Caranya dengan memberikan tahanan,
menggangkat atau menggerakkan bagian otot yang akan dinilai dengan ketentuan
sebagaimana pada table berikut :
Nilai kekuatan otot Keterangan
(tonus otot)
0 (0%) Paralisis, tidak ada kontraksi otot sama sekali
1 (10 %) Terlihat atau teraba gerakan kontraksi otot, tetapi tidk
ada gerakan anggota gerak sama sekali
2 (25%) Dapat menggerakkan anggota gerak, tetapi tidak kuat
menahan berat dan tidak dapat melawan tekanan
pemeriksa
3 (50%) Dapat menggerakkan anggota gerak untuk menahan
berat, tetapi dapat menggerakkan anggota badan
untuk melawan tekanan pemeriksa
4 (75%) Dapat menggerakkan sendi dengan aktif untuk
menahan berat badan dan melawan tekanan secara
stimulan
5 (100%) normal
C. SOP Pemeriksaan fisik pada anak
Pengertian : Kegiatan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan
terhadap bayi baru lahir
Tujuan : 1. Untuk memastikan keadaan fisik bayi baru lahir dalam keadaan normal
2. Untuk mendeteksi adanya penyimpangan dari normal atau abnormal
Prosedur : Persiapan pasien :
a. Identifikasi klien
b. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada
orang tua klien

Persiapan alat :
a. Hemmer reflek
b. Penlamp
c. Stetoskop binoral/ monoral
d. Bengkok
e. Tensi meter
f. Jam tangan
g. Sarung tangan

Pelaksanaan :
1. Petugas mencuci tangan
2. Pemeriksaan fisik ini bisa dilakukan dengan cara:
 Inpeksi (melihat)
 Palpasi (meraba)
 Auskultasi (mendengar)
 Perkusi (mengetok)
 Anamnesa (tanya jawab)
3. Keadaan umum
 Bentuk tubuh (lardosis,kifosis/ tidak)
 Psikologis (menangis/tidak, takut/ tidak)
4. Kepala
 Bentuknya (lonjong, bundar/ tidak)
 Besarnya (normal, mikrocepalus, hydrocepalus/ tidak)
 Ubun-ubun besar/kecil, sudah menutup/ belum
 Bila menutup teraba cekung, datar, cembung, tegang/ tidak
 Sutura-sutura teraba/ tidak
5. Rambut
 Warnanya (hitam, merah jagung, putih)
 Kesuburannya (lebat, tipis/ tidak)
 Mudah rontok/ tidak, botak/ tidak
6. Muka
 Pucat, cemas, kuning, merah, biru (sianosis)
 Kulit wajah: halus, kasar, jerawatan/ tidak
 Hiperpigmentasi melantonik ada atautidak
7. Mata
 Simetris/tidak, juling, buta/tidak (kelopak mata/ bulu mata
lengkap/ tidak)
 Selaput lendir mata pucat/ tidak
 Bintik bitot ada/ tidak
 Penyakit mata akut/ kronis, tumor/ tidak
8. Hidung
 Bersih/ tidak
 Pilek/ tidak, polip/tumor ada/ tidak
 Dapat membedakan bau-bauan atau tidak
9. Mulut
 Bersih/ tidak, berbau/ tidak
 Bibir pucat/ tidak, stomatitis/ tidak
 Gusi bersih
 Lidah kotor, tenggorokan bersih/ tidak, pharynx membesar/ tidak,
tonsil membesar/tidak
10. Telinga
 Bersih/ tidak
 Pernah keluar cairan/tidak
 Dapat mendengar dengan baik/ tidak
11. leher
 Bentuknya : pendek, sedang, panjang
 Pembesaran kelenjer thyroid ada/ tidak, pembesaran lymphe ada/
tidak
 Hyperpigmentasi pada kulit leher/ tidak
 Arteri karotis palpasi jelas/ tidak
12. Ketiak
13. Dada
 Bentuk normal atau tidak
 Kalau pasien wanita (buah dada, putting susu, hiperpigmentasi
ada/ tidak)
14. Ekstremitas atas
 Simetris/ tidak
 Jari-jari legkap/ tidak
 Kuku: pucat, kotor, panjang biru/ tidak
15. Abdomen (perut)
 Membesar/tidak
 Nyeri tekan / tidak
 Ada bekas operasi/ tidak
 Ada bising usus/ tidak
 Bentuk pusar: cekung, datar (hernia umbilikus)
 Teraba tumor/ tidak
16. Ekstremitas bawah
 Simetris/ tidak
 Tibia baik/ tidak, oedema ada/ tidak, varises ada/ tidak
 Jari-jari lengkap/ tidak
 Telapak kaki cekung atau datar
17. Punggung
 Alur tulang punggung simetris/ tidak
 Kifosis ada/ tidak
 Hiperlordosis ada/ tidak
18. Genetalia
 Genetalia laki-laki (saluran kencing lancar/ tidak, testis lengkap/
tidak, testis sudah turun ke skrotum/ belum, femosis ada/ tidak)
 Genetalia wanita (kebersihan, vagina bersih/ tidak, labia minor/
mayor sudah menutup atau belum, klitoris, uretra, vagina lengkap/
tidak)
19. Pemeriksaan neurologis
 Reflek mengisap ada/ tidak
 Reflek menggenggam ada/ tidak
 Reflek moro ada/ tidak
 Reflek babinski ada/ tidak
 Reflek inkurvasi ada/ tidak
20. Tingkat kesadaran
 Pasien sada/ tidak
 Pasien latergi/ tidak
 Pasien aktudansi/ tidak
 Pasien stupar/ tidak
 Pasien koma/ tidak

DAFTA PUSTAKA

Dr. H. Ahmad nuri,Sp. A. www.google.com,diagnosis fisik Pada Anak.


www.google.com.pemeriksaan Fisik Pada Bayi Baru lahir.
Buku Asuhan Persalinan Normal revisi 2007. DEPKES RE. 2003. Menajemen Terpadu bayi
Muda. Modul-6 DEPKES RI
Prawiroharjo. Sarwono. 2005. Pelayanan Kesehatan Material dan Neonatal. Jakarta:
JNPKKR.POG

Anda mungkin juga menyukai