Disusun Oleh:
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………………
A. Latar Belakang……………………………………………………………………….
B. Tujuan Penulisan………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
A. Pemeriksaan Fisik Pada Bayi…………………………………………………………
B. Pemeriksaan fisik pada Balita…………………………………………………………
C. SOP Pemeriksaan Fisik Pada Bayi……………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara mengetahui gejala dan masalah kesehatan
yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengumpulkan data tentang
kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal data yang diperoleh dari riwayat pasien,
mengidentifikasi masalah pasien, menilai perubahan status pasien, dan mengevaluasi
pelaksanaan tindakan yang telah diberikan. Dalam melakukan pemeriksaan fisik tedapat
teknik dasar yang perlu dipahami, antara lain inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi
(ketukan) dan auskultasi (mendengar).
Observasi (pengamatan secara seksama) pemeriksaan dilakukan pada seluruh tubuh, dari
ujung rambut sampai ujung kaki, namun tidk harus dengan urutan tertentu. Pemeriksaan yang
menggunakan alat seperti pemeriksaan tengkorak, mulut, telinga, suhu tubuh, tekanan darah,
dan lain-lainnya, sebaiknya dilakukan paling akhir, karena dengan melihat atau memakai alat-
alat, umumnya anak menjadi takut atau merasa tidak nyaman, sehingga menolak diperiksa
lebih lanjut.
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui cara pemeriksaan fisik pada bayi dan anak balita
2. untuk mengetahui SOP pemeriksaan fisik pada bayi dan balita
BAB II
PEMBAHASAN
7. Pemeriksaan ekstremitas
Pemeriksaan ini untuk menilai ada tidaknya gerakan ekstremitas abnormal, asimetris,
posisi dan gerakan yang abnormal (menghadap kedalam atau keluar garis tangan), serta
menilai kondisi jari kaki, yaitu jumlahnya berlebih atau saling melekat.
8. Pemeriksaan kulit
Pemeriksaan ini untuk melihat ada atau tidaknya kemerahan pada kulit atau
pembengkakan, postula (kulit melepuh), luka atau trauma, bercak atau tanda abnormal pada
kulit, elastisitas kulit, serta ada atau tidanya ruam popok (bercak merah terang dikulit daerah
pada bokong). pemeriksaan ini normal apabila tanda seperti eritema toksikum (titik merah dan
pusat putih kecil pada muka, tubuh dan punggung) pada hari kedua atau selanjutnya, kulit
tubuh yang terkelupas pada hari pertama.
c. Pemeriksaan nadi
Pemeriksaan nadi seharusnya dilakukan dalam keadaan tidur atau istirahat. Pemeriksaan
nadi dapat dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan denyut jantung untuk mengetahui
adanya pulsus deficit yang merupakan denyut jantung yang tidak cukup kuat untuk
menimbulkan denyut nadi, sehingga denyut jantung lebih tinggi dari pada denyut nadi.
e. Pemeriksaan Pernapasan
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menilai frekuensi, irama, kedalaman, dan tipe
atau pola pernafasan dengan ketentuan sebagaimana tertera pada table berikut :
Pola Pernapasan Deskripsi
Dyspepsia Susah nafan yang ditunjukan dengan
adanya retraksi dinding dada
Bradipnea Frekuensi pernafasan lambat abnormal,
tapi iramanya teratur
Takipnea Frekuensi pernapasan cepat yang
abnormal
Hiperkapnea Pernapasan cepat dan dalam
Apnea Tidak ada pernapasan
Cheyne stokes Periode pernafasan cepat dalam yang
bergantian dengan periode apnea,
umumnya pada bayi dan pada anak selama
tidur nyenyak, depresi, dan kerusakan otak
Kusmaul Nafas dalam yang abnormal bisa cepat,
normal, atau lambat. Pada umumnya
terjadi pada asidosis metabolik
Biot Tidak teratur, terlihat pada kerusakan otak
bagian bawah dan depresi pernapasan.
f. Pemeriksaan suhu
Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui rektal, aksila, dan oral yang digunakan untuk
menilai keseimbanga suhu tubuh yang dapat digunakan untuk membantu menentukan
diagnosis dini suatu penyakit.
Table suhu tubuh normal :
Usia Suhu (derajat celcius)
3 bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,2
5 tahun 37,0
b. Pemeriksaan kuku
Pemeriksaan kuku dilakukan dengan cara inspeksi terhadap warna, bentuk, dan keadaan
kuku. Adanya jari kuku yang dapat menunjukkan penyakit pernafasan kronis atau penyakit
jantung serta bentuk kuku cekung atau cembug menunjukkan adanya cedera, defisiensi besi,
dan infeksi.
c. Pemeriksaan rambut
Pemeriksaan rambut ini dilakukan untukmenilai warna, kelebatan, distribusi, dan
karakteristik lainnya dari rambut. Normalnya rambut menutupi semua permukaan tubuh,
kecuali telapak tangan dan kaki serta permukaan labia sebelah dalam. Rambut kepala
normalnya berkilauan seperti sutra dan kuat. Rambut yang kering, rapuh, dan kurang pigmen
dapat menunjukan adanya malnutrisi, penyakit hipotiroidisme, efek obat, dan lain-lain
b. Pemeriksaan wajah
Pemeriksaan wajah pada anak dilakukan untuk menilai kesimetrisan wajah. Asimetris
pada wajah dapat disebakan oleh adanya paralisis fasialis. Selain melihat kesimetrisan wajah,
pemeriksaan ini dapat dilakuka untuk melihat adanya pembengkakan daerah wajah.
c. Pemeriksaan mata
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk menilai visus atau ketajaman penglihatan.
Pemeriksaan visus ini dapat dilakukan dengan pemberian ransangan cahaya pada usia
neonatus. Pada usia 1 bulan, bayi sudah mampu melihat adanya benda-benda dan pada usia 2
bulan mampu melihat jari, untuk memperjelas pemeriksaa dapat digunakan oftalmoskop.
Pemeriksaan mata selanjutnya adalah pemeriksaan palpebral. Palpebral dilihat apakah
simetris atau tidak, kelainan yang muncul antara lain ptosis, , lagoftalmos, dan
pseudolagoftalmos. Pemeriksaan sclera dilakukan untuk menilai warna sclera. Warna sclera
normal berwarna putih. Kornea, pada pemeriksaan dilihat apakah jernih atau tidak, apabila
terjadi peradanga tampak adanya kekeruhan.
Pemeriksaan pupil dilakukan untuk melihat kemampuan pupil dalam membesar dan
mengecil. Pada keadaan normal pupil berbentuk bulat dan simetris. Pupil dikatakan ormal
apabila dierikan sinar akan mengecil dengan refleks cahaya langsung maupun kontra lateral
pada yang tidak disinari. Apabila ditemukan pupil yang berwarna putih kemungkinan adanya
penyakit katarak. Pemeriksaan lensa dapat dilakukan dengan menilai jernih atau tidaknya
lensa, maka kemungkinan pasien mengalami katarak. Pada pemeriksaan bola mata mengecil
dinamakan enoftalmos. Pemeriksaan strabismus atau juling di tentukan apabila ditemukan
sumbu visual yang tidak sejajar pada lapang gerakan bola mata.
d. Pemeriksaan telinga
Pemeriksaan ini dapat dilakukan mulai dari teliga luar, tengah dan dalam. Pada
pemeriksaan telinga bagian luar dapat dimulai dari pemeriksaan daun dan liang telinga
dengan menentukan bentuk, besar serta posisinya. Pemeriksaan liang telinga ini dapat
dilakukan dengan bantuan otoskop. Pemeriksan selanjutnya adalah membran timpani,
pemeriksaan ini dikatakan normal apabila membran timpani sedikit cekung dan mengilap,
kemudian dilihat juga adanya perforasi atau tidak. Berikutnya dilakukan pemeriksaan mastoid
dengan melihat adanya pembengkakan pada daerah mastoid, setelah itu baru dilakukan
pemeriksaan pendengaran apakah memiliki gangguan atau tidak dengan bantuan alat
garpatula. Pemeriksaan telinga yang spesifik untuk bayi, misalnya pemeriksaan simetrisitas
daun telinga yang khas terjadi pada bayi atau anak yang mengalami sindrom down.
e. Pemeriksaa hidung
Pemeriksaan hidung dilakukan untuk menilai adaya kelainan bentuk hidung juga
menentukan ada tidaknya epistaksi. Alat yang dapat digunakan ialah rhinoskopi anterior
maupun posterior.
f. Pemeriksaan mulut
Pemeriksaan mulut dilakukan untuk menentukan ada tidaknya trismus yang merupakan
kesulitan membuka mulut, halitosis yang merupakan bau mulut tidak sedap karena personal
hygine yang kurang, serta labioskisis dimana keadaan bibir tidak simetris. Pemeriksaan
selanjutya adalah gusi yang dapat ditentukan dengan melihat adanya edema atau tanda-tanda
peradangan. Pemeriksaan lidah juga dapat dilakukan untuk menilai apakah terjadi kelainan
kongenital atau tidak, juga dapat diperiksa ada tidaknya tremor lidah dengan cara
menjulurkan lidah.
Pemeriksaan gigi perlu dilakukan khususnya pada anak, dimana kadang-kadang gigi
tumbuh dan mudah lepas. Perkembangan gigi susu mulai tumbuh pada usia 5 bulan, tetapi
kadang-kadang 1 tahun. Pada usia 3 tahunke 20 gigi susu akan tumbuh. Kelainan yang
ditemukan pada gigi antara lain adanya karies dentis yag terjadi akibat infeksi bakteria.
Dalam pemeriksaan ini juga dapat diketahui adanya hipersalivasi pada anak, hal ini terjadi
kemungkinan akibat gigi anak akan tumbuh atau karena adanya proses peradangan yang lain.
g. Pemeriksaan faring
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya hyperemia, edema, serta adanya abses,
baik retro faringeal maupun peritonsiral. Adanya edema faring umumya ditandai dengan
mukosa yang pucat dan sembab. Pada difteri dapat ditemukan adanya bercak putih abu-abu
(pseudomembran).
h. Pemeriksaan laring
Pemeriksaan laring ini sangat berhubungan dengan pemeriksaan pernafasan. Apabila ada
obstruksi pada laring, maka suara terdengar stridor yang disertai dengan bentuk dan suara
serak. Pada pemeriksaan laring dapat digunakan alat laringoskop, baik direk (langsung)
maupun indirek (tidak langsung) dengan menggunakan alat yang dimasukkan kedalam secara
perlahan-lahan dengan lidah ditarik keluar.
i. Pemeriksaan leher
Pemeriksaan leher dilakukan untuk menilai adanya tekanan pada vena jugularis dengan
cara meletakkan pasien dalam posisi terlentang dengan dada dan kepala diangkat setinggi 15-
30 derajat, pada pemeriksaan ini dapat ditemukan ada tidaknya distensi pada vena jugularis.
Pemeriksaan yang lain adalah ada tidaknya masa dalam leher.
Pemeriksaan pada bayi dilakukan dalam keadaan terlentang, kemudian kelenjer tiroid
diraba dari kedua sisi dengan jari telunjuk dan tengah. Perhatikan adanya pergerakan pada
roid ke atas apabila pasie menelan.
4. Pemeriksaan dada
Dalam melakukan penilaian terhadap hasil pemeriksaan dada, hal yang perlu
diperhatikan adalah bentk dan besar dada, kesimetrisan dan gerakan dada, adanyan deformitas
atau tidak, adanya penonjolan, serta adanya pembengkakan atau kelainan yang lain. Bentuk-
bentuk dada adalah sebagai berikut :
a. Funnel chest, merupakan bentuk dada dimana sternum bagian bawah serta iga masuk
kedalam terutama saat inspirasi. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya hipertropi adenoid
yang berat
b. Pigeon chest (dada burung), merupakan bentuk dada dimana bagian sternum menonjol
kearah luar, biasanya disertai dengan depresi fentrikel pada daerah kostokodral.
c. Barrel chest, merupakan bentuk dada dimana dada berbentuk bulat seperti tong dengan
sternum terdorong kearah depan dengan iga-iga horizontal. Dada dengan bentuk ini
dapat ditemukan pada penyakit obstruksi paru seperti asma, emfisema, dan lain-lain.
Pemeriksaan pada daerah dadayang lain adalah pemeriksaan payudara, paru dan jantung.
Pada bayi dan balita akan sulit ditentukan bentuk dada ini. Pemeriksaan ini akan menjadi
efektif untuk anak yang berusia lebih dari 5 tahun.
5. Pemeriksaan payudara
Pemeriksaan payudara pada anak dapat dilakukan untuk mengetahui perkembangan atau
kelainan payudara anak, diantaranya adalah untuk mengetahui ada tidaknya ginekosmatika
aptologis atau terjadi galaktore sebelum anak mengalami masa pubertas.
6. Pemeriksaan paru
Langkah pertama untuk pemeriksaan paru adalah inspeksi untuk melihat apakah terdapat
kelainan patologis atau hanya fisiologis dengan melihat pengembangan paru saat bernafas,
selanjutnya pemeriksaan paru dengan palpasi, perkusi dan auskultasi. Hasil penilaian dari
auskultasi meliputi adanya suara nafas dan suara nafas tambahan sebagaimana diuraikan
berikut .
a. Suara nafas dasar
Suara nafas dasar merupakan suara nafas biasa yang meliputi suara nafas vasiculer,
bronkial, amforik, cog wheel breath sound, dan metamorphosing breath sound.
b. Suara nafas tambahan
Suara nafas tambahan merupakan suara nafas yang dapat di dengar selain nafas dasar
dengan bantuan auskultasi. Suara nafas tambahan meliputi rongki basah (rales)/ ronki kering,
wheezing, suara krepitasi, serta bunyi gesekan pleura (pleural friction rub).
7. Pemeriksaan jantung
Pemeriksaan jntung yang pertama kali dilakukan dengan cara berikut ini
a. Denyut aspeks atau aktivitas ventrikel lebih dikenal dengan nama iktus kordis,
merupakan denyut jantung yang dapat dilihat pada daerah aspeks, yaitu sela iga ke-4
pada garis midklavikularis kiri atau sedikit lateral. Denyutan ini dapat terlihat apabila
terjadi pembesaran ventrikel, seperti apabila pada daerah ventrikel kiri yang besar, maka
apeks jantung bergeser kebawah dan ke lateral.
b. Detak pulmonal, merupakan detak jantung yang apabila tidak teraba bunyi jantung II,
maka dikatakan normal. Apabila bunyi jantung II mengeras dan dapat diraba pada sela
iga ke-2 tepi kiri stenum, maka keadaa tersebut dikatakan sebagai detak pulmonal atau
pulmonary tapping.
c. Getaran bising (thrill), merupakan getaran dinding dada akibat bising jantung keras, yang
terjadi pada kelainan organic
Perkusi
Dapat dilakukan untuk menilai adanya pembesaran pada jantung (kardiomegali) serta
batasan dari organ jantung tersebut yang dilakukan pada daerah sekitar jantung dari perifer
hingga ke tenggah.
Auskultasi
Auskultasi pada jantung dilakukan dengan cara mendengarkan mulai dari aspeks hingga
ketepi kiri sternum bagian bawah, bergeser keatas sepanjang tepi kiri sternum, tepi kanan
sternum daerah infra dan supraklavikula kanan/kiri, lekuk suprasternal daerah karotis dileher
kanan atau kiri, serta seluruh sisa dada atau dapat dilakukan dengan berbagai cara
pemeriksaan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilaidaerah mitral di aspeks, untuk
triskuspidalis di parastenal kiri bawah, daerah pulmonal pada sela iga ke-2 tepi kiri sternum
dan daerah aorta di sela iga ke-2 tepi kanan sternum.
8. Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaa abdomen pada anak dilakukan dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi, dan
perkusi. Pemeriksaan auskultasi didahulukan mengingat yang akan didengarkan adalah bising
usus atau paristaltik usus, sehinggga tidak dipengaruhi oleh stimulasi dari luar melalui palpasi
atau perkusi. Berbagai organ yang diperiksa dalam pemeriksaan abdomen, diantaranya hati,
ginjal, dan lambung itu sendiri.
9. Pemeriksaan genitalia
Pemeriksaan genitalia anak berbeda antara laki-laki dan perempuan. Khusus pada laki-
laki, dapat diperiksa dengan cara memerhatikan ukuranm bentuk penis, dan testis. Perlu juga
diperhatikan kelainan yang ada, seperti hipospadia (orificium uretra di ventral penis, biasanya
dekat glan atau sepanjang penis); epispadia (muara uretra pada dorsal penis), mungkin glan
atau batang penis; fimosis (pembukaan prepusium sangat kecil, sehingga tidak dapat ditarik
ke glen penis), serta adanya peradangan pada testis dan skrotum.
Sedangkan pada perempuan dapat diperhatikan adanya epispedia (terbelahnya mons
pubis dan klitoris serta uretra membuka dibagian dorsal); adanya tanda-tanda seks sekunder,
seperti pertumbuhan rambut dan payudara, serta cairan yang keluar dari lubang genital.
Pemeriksaan ketiga adalah pemeriksaan rangsang meningeal, antara lain kaku kuduk.
Cara melakukannya adalah pasien diatur posisi terlentang kemudian leher ditekuk, apabila
terdapat tahanan dagu dan dagu tidak menempel atau mengenai bagian dada maka disebut
kaku kuduk (positif). brudzinski I diperiksa dengan cara pasien di atur dalam posisi
terlentang, meletakkan satu tangan dibawah kepala pasien, kemudian tangan lain diletakkan
didada untuk mencegah badan terangkat, kemudian kepala di fleksikan kedada. Adanya
rangsangan meningeal apabila kedua tungkai bawah akan fleksi pada sendi panggul dan lutut.
Brudzinski II dengan cara pasien diatur terlentang, difleksikan secra pasif tungkai atas pada
sendi panggul, ikuti fleksi tungkai lainnya. Apabila sendi lutut lainnya dalam keadaan
ekstensi, maka terdapat tanda meningeal dan tanda kering. Dengan posisi dalam keadaan
terlentang, fleksikan tungkai atas tegak lurus, kemudian luruskan tungkai bawah pada sendi
lutut, penilaiannya adalah jika dalam keadaan normal tungkai bawah dapat membentuk sudut
135 derajat terhadap tungkai atas.
Pemeriksaan terkhir adalah pemeriksaan kekuatan dan tonus otot dengan cara melihat
adanya kekuatan tonus otot pada bagian ekstremitas. Caranya dengan memberikan tahanan,
menggangkat atau menggerakkan bagian otot yang akan dinilai dengan ketentuan
sebagaimana pada table berikut :
Nilai kekuatan otot Keterangan
(tonus otot)
0 (0%) Paralisis, tidak ada kontraksi otot sama sekali
1 (10 %) Terlihat atau teraba gerakan kontraksi otot, tetapi tidk
ada gerakan anggota gerak sama sekali
2 (25%) Dapat menggerakkan anggota gerak, tetapi tidak kuat
menahan berat dan tidak dapat melawan tekanan
pemeriksa
3 (50%) Dapat menggerakkan anggota gerak untuk menahan
berat, tetapi dapat menggerakkan anggota badan
untuk melawan tekanan pemeriksa
4 (75%) Dapat menggerakkan sendi dengan aktif untuk
menahan berat badan dan melawan tekanan secara
stimulan
5 (100%) normal
C. SOP Pemeriksaan fisik pada anak
Pengertian : Kegiatan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan
terhadap bayi baru lahir
Tujuan : 1. Untuk memastikan keadaan fisik bayi baru lahir dalam keadaan normal
2. Untuk mendeteksi adanya penyimpangan dari normal atau abnormal
Prosedur : Persiapan pasien :
a. Identifikasi klien
b. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada
orang tua klien
Persiapan alat :
a. Hemmer reflek
b. Penlamp
c. Stetoskop binoral/ monoral
d. Bengkok
e. Tensi meter
f. Jam tangan
g. Sarung tangan
Pelaksanaan :
1. Petugas mencuci tangan
2. Pemeriksaan fisik ini bisa dilakukan dengan cara:
Inpeksi (melihat)
Palpasi (meraba)
Auskultasi (mendengar)
Perkusi (mengetok)
Anamnesa (tanya jawab)
3. Keadaan umum
Bentuk tubuh (lardosis,kifosis/ tidak)
Psikologis (menangis/tidak, takut/ tidak)
4. Kepala
Bentuknya (lonjong, bundar/ tidak)
Besarnya (normal, mikrocepalus, hydrocepalus/ tidak)
Ubun-ubun besar/kecil, sudah menutup/ belum
Bila menutup teraba cekung, datar, cembung, tegang/ tidak
Sutura-sutura teraba/ tidak
5. Rambut
Warnanya (hitam, merah jagung, putih)
Kesuburannya (lebat, tipis/ tidak)
Mudah rontok/ tidak, botak/ tidak
6. Muka
Pucat, cemas, kuning, merah, biru (sianosis)
Kulit wajah: halus, kasar, jerawatan/ tidak
Hiperpigmentasi melantonik ada atautidak
7. Mata
Simetris/tidak, juling, buta/tidak (kelopak mata/ bulu mata
lengkap/ tidak)
Selaput lendir mata pucat/ tidak
Bintik bitot ada/ tidak
Penyakit mata akut/ kronis, tumor/ tidak
8. Hidung
Bersih/ tidak
Pilek/ tidak, polip/tumor ada/ tidak
Dapat membedakan bau-bauan atau tidak
9. Mulut
Bersih/ tidak, berbau/ tidak
Bibir pucat/ tidak, stomatitis/ tidak
Gusi bersih
Lidah kotor, tenggorokan bersih/ tidak, pharynx membesar/ tidak,
tonsil membesar/tidak
10. Telinga
Bersih/ tidak
Pernah keluar cairan/tidak
Dapat mendengar dengan baik/ tidak
11. leher
Bentuknya : pendek, sedang, panjang
Pembesaran kelenjer thyroid ada/ tidak, pembesaran lymphe ada/
tidak
Hyperpigmentasi pada kulit leher/ tidak
Arteri karotis palpasi jelas/ tidak
12. Ketiak
13. Dada
Bentuk normal atau tidak
Kalau pasien wanita (buah dada, putting susu, hiperpigmentasi
ada/ tidak)
14. Ekstremitas atas
Simetris/ tidak
Jari-jari legkap/ tidak
Kuku: pucat, kotor, panjang biru/ tidak
15. Abdomen (perut)
Membesar/tidak
Nyeri tekan / tidak
Ada bekas operasi/ tidak
Ada bising usus/ tidak
Bentuk pusar: cekung, datar (hernia umbilikus)
Teraba tumor/ tidak
16. Ekstremitas bawah
Simetris/ tidak
Tibia baik/ tidak, oedema ada/ tidak, varises ada/ tidak
Jari-jari lengkap/ tidak
Telapak kaki cekung atau datar
17. Punggung
Alur tulang punggung simetris/ tidak
Kifosis ada/ tidak
Hiperlordosis ada/ tidak
18. Genetalia
Genetalia laki-laki (saluran kencing lancar/ tidak, testis lengkap/
tidak, testis sudah turun ke skrotum/ belum, femosis ada/ tidak)
Genetalia wanita (kebersihan, vagina bersih/ tidak, labia minor/
mayor sudah menutup atau belum, klitoris, uretra, vagina lengkap/
tidak)
19. Pemeriksaan neurologis
Reflek mengisap ada/ tidak
Reflek menggenggam ada/ tidak
Reflek moro ada/ tidak
Reflek babinski ada/ tidak
Reflek inkurvasi ada/ tidak
20. Tingkat kesadaran
Pasien sada/ tidak
Pasien latergi/ tidak
Pasien aktudansi/ tidak
Pasien stupar/ tidak
Pasien koma/ tidak
DAFTA PUSTAKA