Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah
kesehatan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan utnuk mengumpulkan data
tentang kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal data yang diperoleh dari riwayat
pasien, mengidentifikasi masalah pasien, menilai perubahan status pasien, dan mengevaluasi
pelaksanaan tindakan yang telah diberikan. Dalam melakukan pemeriksaan fisik terdapat teknik
dasar yang perlu dipahami, antara lain inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (ketukan),
dan auskultasi (mendengar).
Observasi (pengamatan secara seksama) Pemeriksaan dilakukan pada seluruh tubuh, dari
ujung rambut sampai ujung kaki, namun tidak harus dengan urutan tertentu. Pemeriksaan yang
menggunakan alat seperti pemeriksaan tengkorak, mulut, telinga, suhu tubuh, tekanan darah, dan
lain- lainnya, sebaiknya dilakukan paling akhir, karena dengan melihat atau memakai alat-alat,
umumnya anak menjadi takut atau merasa tidak nyaman, sehingga menolak diperiksa lebih lanjut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara pemeriksaan fisik pada bayi dan anakbalita?

2. Bagaimana cara pemeriksaan fisik pada anak ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui cara pemeriksaan fisik pada bayi dan anakbalita.

2. Untuk mengetahui cara pemeriksaan fisik pada anak.

D. Manfaat Penulisan

1. Untuk Mahasiswa

Mahasiswa lebih memahami bagaimana cara pemeriksaan fisik pada bayi dan anak balita
serta anak.
2. Untuk Pembaca
Untuk menambah wawasan para pembaca tentang pemeriksaan fisik pada bayi dan anak
balita serta anak.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemeriksaan Fisik pada Bayi

Merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh bidan, perawat, atau dokter untuk
menilai status kesehatan yang dilakukan pada saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir, dan pada
waktu pulang dari rumah sakit.Dalam melakukan pemeriksaan ini sebaiknya bayi dalam keadaan
telanjang di bawah lampu terang, sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas.Tujuan
pemeriksaan fisik secara umum pada bayi adalah menilai status adaptasi atau penyesuaian
kehidupan intrauteri kedalam kehidupan ekstrauteri serta mencari kelainan pada bayi.

Adapun pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada bayi antara lain :

1. Hitung Frekuensi Nafas

Pemeriksaan frekuensi nafas ini dilakukan dengan menghitung rata-rata pernapasan dalam
satu menit. Pemeriksaan ini dikatakan normal pada bayi baru lahir apabila frekuensinya antara
30-60 kali per menit, tanpa adanya retraksi dada dan suara merintih saat ekspirasi, tetapi apabila
bayi dalam keadaan lahir kurang dari 2.500 gram atau usia kehamilan kurang dari 37 minggu,
kemungkinan terdapat adanya retraksi dada ringan. Jika pernapasan berhenti beberapa detik
secara periodik, maka masih dikatakan dalam batas normal.

2. Lakukan Inspeksi pada Warna Bayi

Pemeriksaan ini berfungsi untuk mengetahui apakah ada warna pucat, icterus, sianosis sentral,
atau tanda lainnya. Bayi dalam keadaan aterm umumnya lebih pucat dibandingkan bayi dalam
keadaan preterm mengingat kondisi kulitnya lebih tebal.

3. Hitung Denyut Jantung Bayi dengan Menggunakan Stetoskop

Pemeriksaan denyut jantung untuk menilai apakah bayi mengalami gangguan yang
menyebabkan jantung dalam keadaan tidak normal, seperti suhutubuh yang tidak normal,
perdarahan, atau gangguan napas. Pemeriksaan denyut jangtung ini dikatakan normal apabila
frekuensinya antara 100-160 kali per menit. Masih dalam keadaan normal apabila diatas 60 kali
per menit dalam jangka waktu yang relatif pendek, beberapa kali per hari, dan terjadi selama
beberapa hari pertama jika bayi mengalami distress.
4. Ukur Suhu Aksila
lakukan pemeriksaan suhu melalui aksila untuk menentukan apakah bayi dalam keadaan
hipotermi atau hipertermi. Dalam kondisi normal suhu bayi antara 36,5-37,5 derajat celcius.
5. Kaji Postur dan Gerakan
Pemeriksaan ini untuk menilai ada atau tidaknya epistotonus/hiperekstensi tubuh yang
berlebihan dengan kepala dan tumit ke belakang, tubuh melengkung ke depan, adanya
kejang/spasme, serta tremor.
Pemeriksaan postur dalam keadaan normal apabila dalam keadaan istirahat kepalan tangan
longgar dengan lengan panggul dan lutut semifleksi. Selanjutnya pada bayi berat kurang dari
2.500 gram atau usia kehamilan kurang dari 37 minggu ekstremitasnya dalam keadaan
sedikit ekstensi. Apabila bayi letak sungsang, di dalam kandungan bayi akan mengalami fleksi
penuh pada sendi panggul atau lutut/sendi lutut ekstensi penuh, sehingga kaki bisa mencapai
mulut. Selanjutnya gerakan ekstremitas bayi harusnya terjadi secara spontan dan simetris
disertai dengan gerakan sendi penuh dan pada bayi normal dapat sedikit gemetar.
6. Periksa Tonus atau Kesadaran Bayi
Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat adanya letargi, yaitu penurunan kesadaran dimana
bayi dapat bangun lagi dengan sedikit kesulitan, ada tidaknya tonus otot yang lemah, mudah
terangsang, mengantuk, aktifitas berkurang, dan sadar (tidur yang dalam tidak merespons
terhadap rangsangan). Pemeriksaan ini dalam keadaan normal dengan tingkat kesadaran mulai
dai diam hingga sadar penuh serta bayi dapat dibangunkan jika sedang tidur atau dalam
keadaan diam.
7. Pemeriksaan Ekstremitas
Pemeriksaan ini berfungsi untuk menilai ada tidaknya gerakan ekstremitas abnormal,
asimetris, posisi dan gerakan yang abnormal (menghadap kedalam atau keluar garis tangan ),
serta menilai kondisi jari kaki, yaitu jumlahnya berlebih atau saling melekat.

8. Pemeriksaan Kulit

Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat ada atau tidaknya kemerahan pada kulit atau
pembengkakan, postula (kulit melepuh), luka atau trauma, bercak atau tanda abnormal pada
kulit, elastisitas kulit, serta ada tidaknya ruam popok (bercak merah terang dikulit daerah popok
pada bokong). Pemeriksaan ini normal apabila tanda seperti eritema toksikum (titik merah dan
pusat putih kecil pada muka, tubuh, dan punggung ) pada hari kedua atau selanjutnya, kulit
tubuh yang terkelupas pada hari pertama.
9. Pemeriksaan Tali Pusat
Pemeriksaan ini untuk melihat apakah ada kemerahan, bengkak, bernanah, berbau, atau
lainnya pada tali pusat.Pemeriksaan ini normal apabila warna tali pusat kebiruan pada hari
pertama dan mulai mongering atau mengacil dan lepas pada hari ke-7 hingga ke-10.
10. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Pemeriksaan bagian kepala yang dapat diperiksa antara lain sebagai berikut :

a. Pemeriksaan rambut dengan menilai jumlah dan warna,


adanya lanugo, terutama pada daerah bahu dan punggung.
b. Pemeriksaan wajah dan tengkorak dapat dilihat adanyamaulage, yaitu tulang
tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir untuk dilihat simetris atau
tidak. Ada tidaknya caput succedaneum (edema pada kulit kepala, lunak dan
tidak berfluktuasi, batasnya tidak tegas, serta menyebrangi sutura dan akan
hilang dalam beberapa hari ).

Adanya cepal hematum terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tampak pada hari
pertama karena tertutup olehcaput succedaneum, konsistensinya lunak, berfluktuasi,
berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak, tidak menyebrangi sutura, dan apabila
menyebrangi sutura akan mengalami fraktur tulang tengkorak yang akan hilang
sempurna dalam waktu 2-6 bulan. Adanya pendarahan yang terjadi karena pecahnya
vena ysang menghubungkan jaringan diluar sinus dalam tengkorak, batasnya tidak
tegas, sehingga bentuk kepala tampak simetris.Selanjutnya diraba untuk menilai
adanya fluktuasi dan edema. Pemeriksaan selanjutnya adalah menilai fontanella
dengan cara melakukan palpasi menggunakan jari tangan, kemudian fontanel posterior
dapat dilihat proses penutupannya setelah usia dua bulan, dan fontanel anterior menutup
saat usia 12- 18 bulan.
c. Pemeriksaan mata untuk menilai adanya strabismus atau tidak, yaitu
koordinasi gerakan mata yang belum sempurna. Cara memeriksanya adalah
dengan menggoyangkan kepala secara perlahan-lahan, sehingga mata bayi
akan terbuka, kemudian baru diperiksa. Apabila ditemukan jarang berkedip
atau sensitivitas terhadap cahaya berkurang, maka kemungkinan mengalami
kebutaan.Apabila ditemukan adanya epicantus melebar, maka kemungkinan
anak mengalami sindrom down. Pada glaucoma kongenital, dapat terlihat
pembesaran dan terjadi kekeruhan pada kornea.Katarak kongenital dapat
dideteksi apabila terlihat pupil yang berwarna putih.Apabila ada trauma pada
mata maka dapat terjadi edema palpebral, perdarahan konjungtifa, retina, dan
lain-lain.
d.. Pemeriksaaan telinga dapat dilakukan untuk menilai adanya gangguan pendengaran.
Dilakukan dengan membunyikan bel atau suara jika terjadi reflex terkejut, apabila
tidak terjadi reflex, maka kemungkinan akan terjadi gangguan pendengaran.
e. Pemeriksaan hidung dapat dilakukan dengan cara melihat pola pernapasan,
apabila bayi bernapas melalui mulut, maka kemungkinan bayi mengalami
obstruksi jalan napas karena adanya atresia koana bilateral atau fraktur tulang
hidung atau ensevalokel yang menonjol ka naso faring, sedangkan pernapasan
cuping hidung akan menunjukkan gangguan pada paru, lubang hidung
kadang-kadang banyak mukosa. Apabila secret mukopurulen dan berdarah,
perlu dipikirkan adanya penyakit sifilis kongenital dan kemungkinan lain.
f. Pemeriksaan mulut dapat dilakukan dengan melihat adanya kista yang ada
pada mukosa mulut.Pemeriksaan lidah dapat dinilai melalui warna dan
kemampuan reflex mengisap.Apabila ditemukan lidah yang menjulur keluar, dapat dilihat adanya
kemungkinan kecacatan kongenital.

Adanya bercak pada mukosa mulut, palatum, dan pipi biasanya disebut sebagai
monilia albicans, gusi juga perlu diperiksa un tuk menilai adanya pigmen pada gigi,
apakah terjadi penumpukan pigmen yang tidak sempurna.
g. Pemeriksaan leher dapat dilakukan dengan melihat pergerakan, apabila terjadi
keterbatasan dalam pergerakannya, maka kemungkinan terjadi kelainan pada
tulang leher, misalnya kelainan tiroid, hemangioma, dan lain-lain.

11. Pemeriksaan Dada dan Punggung


Merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada daerah dada dan punggung, yang
dilakukan untuk melihat adanya kelainan bentuk, melihat adanya gangguan pada pernapasan
seperti apabila ditemukan pernapasan paradoksal dan retraksi pada inspirasi, adanya
kesimetrisan. Apabila tidak simetris maka kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks,
paresis diafragma atau hernia diafragmatika dan pernapasan normal bayi pada umumnya
dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan, frekuensi pernapasan bayi normal
antara 40-60 kali per menit, perhitungannya harus satu menit penuh karena terdapatperiodic
breathing dimana pola pernapasan pada neonates terutama pada prematur adanya henti
napas yang berlangsung 20 detik dan terjadi secara berkala. Kadang-kadang pada kelenjar
susu pada bayi ditemukan air susu karena pengaruh hormonal.

Pada pemeriksaan secara palpasi dapat ditemukan ada tidaknya fraktur klavikula
dengan cara meraba ictus kordis dengan menentukan posisi jantung, secara auskultasi
frekuensi jantung dilakukan dengan menggunakan stetoskop dengan menilai jumlah
frekuensi jantung secara normal bayi antara 120-160 kali per menit. adanya bising sering
ditemukan pada bayi, bunyi pernapasan pada bayi adalah bronkovesikuler dan terdengarnya
bising usus pada daerah dada menunjukkan adanya hernia diafragmatika.
12. Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan pada abdomen ini meliputi pemeriksaan secara inspeksi untuk melihat
bentuk dari abdomen.Apabila didapatkan abdomen membuncit yang dapat diduga
kemungkinan disebabkan hepatosplenomegali atau cairan didalam rongga perut, adanya
kembung apabila didapatkan adanya perforasi usus atau ileus. Pada perabaab hati biasanya
teraba 2-3 cm dibawah arcus kosta kanan, limpa teraba 1 cm dibawah arkus kosta kiri. Pada
palpasi ginjal dapat dilakukan dengan pengaturan posisi terlentang dan tungkai bayi dilipat
agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas bawah ginjal dapat diraba
setinggi umbilicus diantara garis tengah dan tepi perut.Dan bagian-bagian ginjal dapat
diraba sekitar 2-3 cm adanya pembesaran pada ginjal dapat disebabkan oleh neoplasma,
kelainan bawaan atau thrombosis vena renalis.

13. Pengukuran Antropometri


Pada bayi baru lahir, perlu dilakukan pengukuran antropometri seperti berat badan yang
normal adalah sekitar 2.500-3.500 gram, apabila ditemukan berat badan kurang dari 2.500
gram, maka dapat dikatakan bayi memiliki berat badan lahir rendah (BBLR). Akan tetapi,
apabila ditemukan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 3.500 gram, maka bayi
dimasukkan dalam kelompok makrosomia.
Pengukuran antropometri lainnya adalah pengukuran panjang badan secara normal,
panjang badan bayi baru lahir adalah 45-50 cm, pengukuran lingkar kepala normalnya
adalah 33-35 cm, pengukuran lingkar dada normalnya adalah 30-33 cm. apabila ditemukan
diameter kepala lebih besar 3 cm dari lngkar dada, maka bayi menggalami hidrosefalus
ddan apabila diameter kepala lebih kecil 3 cm dari lingkar dada, maka bayi tersebut
mengalami mikrosefalus.
14. Pemeriksaan Genetalia
Pemeriksaan genetalia ini untuk mengetahui keadaan labium minor yang tertutup
oleh labia mayor, lubang uretra dan lubang vagina seharusnya terpisah, namun apabila
ditemukan satu lubang maka didapatkan terjadinya kelainan dan apabila ada secret pada
lubang vagina, hal tersebut karena pengaruh hormon. Pada bayi laki-laki sering didapatkan
fimosis, secara normal panjang penis pada bayi adalah 3-4 cm dan 1-1,3 cm untuk
lebarnya, kelainan yang terdapat pada bayi adalah adanya hipospadia yang merupakan
defek dibagian ventral ujung penis atau defek sepanjang penisnya. Epispadia merupakan
kelainan defek pada dorsum penis.
15. Pemeriksaan Anus dan Rectum
Pemeriksaan anus dan rectum dapat dilakukan untuk menilai adanya kelainan otresia
ani atau mengetahui posisinya, adanya meconium secara umum keluarnya pada 24 jam
apabila ditemukan dalam waktu 48 jam belum keluar maka dimungkinkan adanya
meconium plug syndrome, megakolon atau obstraksi saluran pencernaan.
16. Pemeriksaan Urine dan Tinja
Pemeriksaan urine dan tinja bermanfaat untuk menilai ada atau tidaknya diare serta
kelainan pada daerah anus.Pemeriksaan ini normal apabila bayi mengeluarkan feses cair
antara 6-8 kali per menit, dapat dicurigai apabila frekuensi meningkat serta adanya lendir
atau darah.Adanya perdarahan pervaginam pada bayi baru lahir dapat terjadi selama
beberapa hari pada minggu pertama kehidupan.
17. Pemeriksaan Refleks
Panduan pemeriksaan reflex ini dapat dilihat pada table berikut :

Pemeriksaan Kondisi
Refleks cara Kondisi
Patologis/abnorma l
Pengukuran Normal
Berkedip Sorotkan Dijumpai Jika tidak dijumpai
cahaya ke pada tahun menunjukkan kebutaan
mata bayi pertama Jari Bila pengembangan jari
Tanda Babinzki Gores telapak kaki kaki dorso fleksi setelah
kaki sepanjang mengembang usia 2 tahun, adanya
tepi luar, dan ibu jari tanda lesi
dimulai dari kaki dorsof ekstrapiramidal
tumit leksi, dijumpai

sampai usia 2
tahun

Merangkak Letakkan Bayi membuat Apabila gerakan tidak


bayi gerakan simetris adanya tanda
tengkurap merangkak kelainan neurologis.
diatas dengan lengan
permukaan dan kaki bila
yang rata. diletakkan pada
abdomen.

Menari/melangka h Pegang bayi Kaki akan Reflex menetap


sehingga bergerak ke melebihi 4-8 minggu
kakinya atas dank e merupakan keadaan
sedikit bawah bila abnormal

menyentuh sedikit
permukaan disentuhkan
yang keras ke permukaan
keras dijumpai
pada 4-8
minggu
pertama.
Ekstrusi Sentuh lidah Lidah ekstensi Ekstensi lidah yang
dengan ujung ke arah luar persisten adanya

spatel lidah bila disentuh, sindrom down


dijumpai pada
usia 4 bulan
Galant’s Gores Punggung Tidak adanya reflex
punggung bayi bergerak kea menunjukkan lesi
sepanjang sisi rah samping medulaspinalis
tulang bila distimulasi, transversal
belakang dari dijumpai pada

bahu sampai 4-8 minggu


bokong pertama

Moro Ubah posisi Lengan Reflex yang menetap


dengan tiba- ekstensi, jari- lebih pada 4 bulan.
tiba atau jari Adanya kerusakan
pukul mengembang, otak, respons tidak
meja/tempat kepala simetris. Adanya
tidur terlempar ke hemiparesis, fraktur
belakang, klavikula atau cedera
tungkai sedikit fleksus brakialis,
ekstensi, lengan tidak ada respons
kembali ke ekstremitas bawah,
tengah dengan adanya dislokasi
tangan pinggul atau cedera
menggengga m medulla spinalis.
tulang belakang
dan ekstremitas
bawah ekstensi.
Lebih kuat
selama 2 bulan
menghilang
pada usiia 3-4
bulan.

Bila bayi
terlentang, bahu
dan badan
Tidak ada reflex atau
kemudian
reflex menetap lebih
Neck righting Letakkan dari 10 bulan
bayi dalam menunjukkan
posisi
adanya gangguan
terlentang,

coba menarik
perhatian bayi pelvis berotasi system saraf pusat
dari satu sisi kea rah dimana
bayi diputar
dan dijumpai
selama sepulu
bulan pertama

Letakkan jari Jari-jari bayi

Menggenggam ditelapak melengkung Fleksi yang tidak


(palmar grasp) tangan bayi disekitar jari simetris menunjukkan
dari sisi ulnar, yang diletakkan adanya paralisis,
jika reflex ditelapak reflex menggenggam
lemah yang
tangan bayi dari
sisi ulnar,
aatau tidak menetap menunjukkan
ada berikan reflex ini
ggangguan serebral
bayi botol atau menghilang

dot, karena pada usia 3-4

mengisap akan bulan

mengeluarka n
reflex

Rooting Gores sudut


Bayi memutar Tidak adanya reflex
mulut bayi
kearah pipi menunjukkan adanya
garis tengah
yang digores, gangguan neurologis
bibir
reflex ini beratt.
menghilang
pada usia 3-4

bulan, tetapi
bisa menetap
sampai usia 12
bulan,
khususnya
selama tidur

Kaget (startie) Bertepuk Bayi Tidak adanya reflex


tangan dengan mengekstensi menunjukkan adanya
keras dan memfleksi gangguan pendengaran
lengan dalam
merespons
terhadap suara
yang keras,

tangan tetap
rapat, reflex
ini akan
menghilang
setelah usia 4
bulan

Bayi Reflex yang lemah


Mengisap Berikan bayi mengisap atau tidak ada
botol dan dot dengan kuat menunjukkan

dalam kelambatan
berespons perkembangan atau
terhadap kkeadaan neurologis
stimulasi, reflex yang abnormal
ini menetap
selama masa
bayyi dan
mungkin

terjadi selama
tidur tanpa
stimulasi

Tonic neck Putar kepala Bayi Tidak normal bila


dengan cepat melakukan respons terjadi

ke satu sisi perubahan setiap kepala diputar,


posisi bila jika
kepala diputar menetap adanya
ke satu sisi, kerusakan serebral
lengan dan mayor.
tungkai ekstensi
kearah sisi
putaran kepala

dan fleksi pada


sisi pada
sisi yang
berlawanan,
normalnya
reflex ini tidak
terjadi setiap
kali kepala

diputar.
Tampak kira-
kira pada usia 2
bulan dan
menghilang
pada usia 6
bulan
B. Pemeriksaan Fisik pada Anak
Merupakan pengkajian yang dilakukan pada anak yang
bertujuan untuk memperoleh data status kesehatan anak serta
dapat dijadikan sebagai dasar dalam menegakkan diagnosis.
Adapun pemeriksaannya adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan Keadaan Umum

Pemeriksaan ini terdiri atas pemeriksaan status kesadaran,


status gizi, tanda-tanda vital, dan lain-lain.

a. Pemeriksaan Kesadaran

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai status kesadaran


anak, ada dua macam penilaian status kesadaran, yaitu
penilaian secara kualitatif dan penilaian secara kuantitatif.
Secara kualitatif didapatkan antara lain : compos mentis,
yaitu anak mengalami kesadaran penuh dengan memberikan
respons yang cukup terhadap stimulus yang diberikan; apatis,
yaitu anak acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya;
somnelon, yaitu anak memiliki kesadaran yang lebih rendah
dengan ditandai dengan anak tampak mengantuk, selalu ingin
tidur, tidak responsive terhadap rangsangan ringan, dan
masih memberikan respons terhadap rangssangan yang kuat;
sopor, yaitu anak tidak memberikan respons ringan maupun
sedang, tapi masih memberikan respons sedikit terhadap
rangsangan yang kuat dengan adanya reflex pupil terhadap
cahaya yang masih positif; koma, yaitu anak tidak dapat
bereaksi terhadap stimulus atau rangsangan apapun, reflex
pupil terhadap cahaya tidak ada; dan delirium merupakan
tingkat kesadaran yang paling rendah ditandai dengan
disorientasi sangat iritatif, kacau, dan salah persepsi terhadap
rangsangan sensorik.
Dalam penilaian kesadarran anak, sering kali ditemukan
permasalahan, seperti kesulitan dalam penilaian kesadaran
melalui respons yang diberikan pada anak, karena respons
dari anak tidak menjadikan ukuran mutlak keadaan
kesadaran baik atau terjadi gangguan.
b. Pemeriksaan Status Gizi

Penilain status gizi ini dapat dilakukan dengan melakukan


beberapa pemeriksaan, seperti pemeriksaan antropometri,
yang meliputi pemeriksaan berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas, pemeriksaan klinis dan laboratorium
yang dapt digunakan untuk menentukan status gizi
anak.Selanjutnya dalam penilaian status gizi anak dapat
disimpulkan apakah anak mengalami gizi baik, cukup, atau
gizi yang kurang.

c. Pemeriksaan Nadi

Pemeriksaan nadi seharusnya dilakukan dalam keadaan


tidur atau istirahat. Pemeriksaan nadi dapat dilakukan
berssamaan dengan pemeriksaan denyut jantung untuk
mengetahui adanya pulsus deficit yang merupakan denyut
jantung yang tidak cukup kuat untuk menimbulkan denyut
nadi, sehingga denyut jantung lebih tinggi daripada denyut
nadi.

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kecepatan atau


ffrekuensi nadi, misalnya dapat ditemukan takikardi yang
merupakan denyut jantung llebih cepat daripada kecepatan
normal, keadaan ini dapat terlihat pada keadaan hipertermia,
aktivitas tinggi, ansietas, tirotoksikosis, miokarditis, gagal
jantung, serta dehidrasi atau rejantan. Pada keadaan
hipertermia, meningkatnya suhu satu derajat celcius akan
meningkatkan denyut nadi sebanyak 15-20 kali per menit.
Penilaian yang berkaitan dengan pemeriksaan nadi adalah
ada atau tidaknya takikardi sinus, yang ditandai dengan
adanya variasi 10-15 denyutan dari menit ke menit.takikardi
supraventikuler paroksisimal yang ditandai dengan nafi sulit
dihitung karena frekuensinya sangat tinggi (lebih dari 2000
kali per menit) dan kecepatan nadi konstan sepanjang
serangan.
Disamping takikardi, terdapat istilah brikardi, yaitu
frekuensi denyut jantung yang kurang dari normal atau
denyut jantung lambat.Dalm penilaian brikardi, terdapat
brikardi sinus dan brikardi relative apabila denyutan nadi
lebih sedikit dibandingkan dengan kenaikan suhu.Selain
pemeriksaan frekuensi nadi, dapat juga dilakukan
pemeriksaan irama denyutan nadi.Selanjutnya diraba apakah
iramanya normal atau tidak, hasil perabaab dapat berupa
disritmia (aritmia) sinus. Disritmia merupakan
ketidakteraturan nadi dimana denyut nadi lebih cepat saat
inspirasi dan akan lebih lambat saat ekspirasi, kemudian
apabila teraba nadi sepasang-sepasang dinamakan pulsus
bigeminus dan apabila teraba tiga kelompok-
kelompok disebut pilsus trigeminus, serta untuk melihat
kelainan lebih lanjut dapat dengan elektrokardiografi.
Selain itu, pemeriksaan nadi lainnya adalah kualitas nadi
apakah normal atau cukup. Hal ini dapat dinilai seperti
adanya pulpus seler ditandai dengan nadi teraba sangat kuat
dan turun dengan cepat akibat tekanan nadi (perbedaan
tekanan sistolik dan diastolic yang sangat besar). Apabila
lemah menunjujan adanya kegagalan sirkulasi, adanya pulpus
parvus et tardus yang ditandai dengan amplitude nadi yang
rendah dan terba lambat naik dapat terjadi pada stenosis aorta.
Adanya pulpus alternas, ditandai dengan denyut nadi yang
berselang-seling kuat dan lemah menunjukkan adanya beban
ventrikel kiri yang berat. Adanya pilpus paradoksus ditandai
dengan nadi yang teraba jelas lemah saat inspirasi dan teraba
normal atau kuat saat ekspirasi yang menunjukkan tamponade
jantung.
d. Pemeriksaan tekanan darah
Dalam melakukan pemeriksaan tekanan darah, hasilnya
sebaiknya dicantumkan dalam posisi apa pemeriksaan darah
dilakukan, seperti duduk, tidur, berbaring atau menangis.
Sebab posisi akan mempengaruhi hasil penilaian tekanan
darah yang dilakukan. Pemeriksaan tekanan darah dapat
dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung pada
pasien. Pemeriksaan yang sering dilakukan adalah
pemeriksaan secara tidak langsung dengan menggunakan
spigmomanometer yang dapat dilakukan secara palpasi atau
secara auskultasi dengan bantuan stetoskop.
Usia Tekanan sistolik/diastolik
(mmHg)
1 bulan 86/54
6 bulan 90/60
1 tahun 96/65
2 tahun 99/65
4 tahun 99/65

e. Pemeriksaan pernafasan
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menilai frekuensi,
irama, kedalaman, dan tipe atau pola pernafasan dengan
ketentuan sebagaiman tertera pada tabel berikut :
Dyspnea Susah napas yang ditunjukkan dengan
adanya retraksi dinding dada
Bradipnea Frekuensi pernapasan lambat abnormal, tapi
iramanya teratur

Takipnea Frekuensi pernapasan cepat yang abnormal

Hiperkapnea Pernapasan cepat dan dalam

Apnea Tidak ada pernapasan

Cheyne Periode pernapasan cepat dalam yang


stokes bergantian dengan  periodeapnea, umumnya
pada  bayi dan pada anak selama tidur
nyenyak, depresi, dan kerusakan otak

Kusmaul Napas dalam yang abnormal  bisa cepat,


normal, atau lambat. Paa umumnya terjadi
pada asidosis metabolik

Biot Tidak teratur, terlihat pada kerusakan otak


bagian bbawah dan depresi pernapasan

f. Pemeriksaan suhu Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui


rektal, aksila, dan oral yang digunakan untuk menilai
keseimbangan suhu tubuh yang dapat digunakan untuk
membantu menentukan diagnosis dini suatu penyakit.
Tabel suhu tubuh normal :
Usia Suhu (derajat celcius)
3 bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,2
5 tahun 37,0

2. Pemeriksaan Kulit, Kuku,Rambut, dan Kelenjar Getah Bening


Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui apakah terdapat
kelainan atau masalah pada kondisi kulit, kuku, rambut, dan kelenjar
getah bening.
a. Pemeriksaan kulit Pemeriksaan ini untuk menilai warna kulit. Dan
cara ppemeriksaan dan keadaan  patologis kelempbappan kullt Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut :
.1 warna
kulit

T
a
b
e
l

1
Table 1.2 cara pemeriksaan dan keadaan patologis kelembapan kulit

Cara Patologis

Amati Kulit kering pada daerah bibir, tangan, atau

kelembapan daerah genital menunjukkan adanya dermatitis kontak.


kulit Normal :agak
kering

Normal : Kekeringan yang menyeluruh disertai adanya lipatan

membran mukosa dan membrane mukosa yang lembap menunjukkan

lembap terlalu terpapar dengan sinar matahari dan sering


mandi attau kurang gizi, sedangkan kering pada
membrane mukosa menunjukkan adanya dehidrasi
serta adanya kedinginan menunjukkan adanya syok
dan perspirasi.
b. Pemeriksaan kuku

Pemeriksaan kuku dilakukan dengan cara inspeksi terhadap warna, bentuk, dan keadaan kuku.
Adanya jari tubuh dapat menunjukkan penyakit pernapasan kronis atau penyakit jantung serta
bentuk kuku yang cekung atau cembung menunjukkan adanya cedara, defisiensi besi, dan infeksi.

c. Pemeriksaan rambut

Pemeriksaan rambut ini dilakukan untuk menilai warna, kelebatan, distribusi, dan
karakteristik lainnya dari rambut.Normalnya rambut menutupi semua permukaan tubuh, kecuali
telapak tangan dan kaki serta permukaan labia sebelah dalam.Rambut kepala normalnya
berkilauan seperti sutra dan kuat.Rambut yang kering, rapuh, dan kurang pigmen dapat
menunjukkan adanya kekurangan gizi.Kondisi rambut yang kurang tumbuh dappat
menunjukkan adanya malnutrisi, penyakit hipotiroidisme, efek obat, dan lain-lain.
d. Pemeriksaan kelenjar getah bening

Pemeriksaan kelenjar getah bening dilakukan dengan cara melakukan palpasi pada daerah
leher, inguinal, atau kelenjar lainnya. Apabila terjadi pembesaran dengan diameter lebih dari 10
mm, hal ini menunjukkan kemungkinan adanya ketidaknormalan atau terdapat indikasi penyakit
tertentu.

3. Pemeriksaan Kepala dan Leher

Pemeriksaan kepala dan leher meliputi pemeriksaan kepala secara umum, yaitu
pemeriksaan wajah, mata, telinga, hidung, mulut, faring, laring, dan leher.

a. Pemeriksaan kepala

Pemeriksaan ini bermanfaat untuk memeriksa lingkar kepala.Apabila didapatkan


lingkar kepala yang lebih besar dari normal dinamakan makrosefali dan biasanya dapat
ditemukan pada penyakit hidrosefalus.Sebaiknya, apabila liingkar kepala lebih kecil dari
normal disebut mikrosefali. Pemeriksaan yang lain adalah ubun-ubun atau fontanel ubun-
ubun besar, normalnya bertekstur rata atau sedikit cekung, namun apabila ubun-ubun besar
menonjol dapat menunjukkan adanya peningkatan tekanan intracranial, sedangkan apabila
cekung kemungkinan terjadi dehidrasi dan malnutrisi.

b. Pemeriksaan wajah

Pemeriksaan wajah pada anak dilakukan untuk menilai kesimetrisan wajah.Asimetris


pada wajah dapat disebabkan oleh adanya paralisis fasialis.Selain melihat kesimetrisan
wajah, pemeriksaan ini juga dilakukan untuk menilai adanya pembengkakan daerah wajah.
c. Pemeriksaan mata

Pemeriksaan ini bermanfaat untuk menilai visus atau ketajaman penglihatan.


Pemeriksaan visus ini dapat dilakukan dengan pemberian rangsangan cahaya pada usia
neonates. Pada usia satu bulan, bayi sudah mampu melihat adanya benda-benda dan pada
usia dua bulan mampu melihat jari, untuk memperjelas pemeriksaan dapat digunakan
oftalmoskop.
Pemeriksaan mata selanjutnya adalah pemeriksaan palpebral.Palpebral dilihat apakah
simetris atau tidak, kelainan yang muncul antara lain ptosis, lagoftalmus, dan

pseudolagoftalmos.Pemeriksaan sclera dilakukan untuk menilai warna sclera.Sclera

normal berwarna putih. Kornea, pada pemeriksaan dilihat apakahjernih atau


tidak, apabila terjadi peradangan tampak adanya kekeruhan.

Pemeriksaan pupil dilakukan untuk melihat kemempuan pupil dalam


membesar dan mengecil.Pada keadaan normal pupil berbentuk bulat dan simetris.
Pupil dikatakan normal apabila diberikan sinar akan mmengecil dengan reflex
cahaya langsung maupun kontralateral pada yang tidak disinari. Apabila
ditemukan pupil yang berwarna putih kemungkinan adanya penyakit
katarak.Pemeriksaan lensa dapat dilakukan dengan menilai jernih tidaknya
lensa.Apabila ditemukan kekeruhan pada lensa, maka kemungkinan pasien
mengalami katarak.Pada pemeriksaan bola mata, apabila bola mata menonjol
dinamakan eksoftalmus dan apabila bola mata mengecil dinamakan
enoftalmos.Pemeriksaan strabismus atau juling ditentukan apabila ditemukan
sumbu visual yang tidak sejajar pada lapang ggerakan bola mata.
d. Pemeriksaan telinga
Pemeriksaan telinga dapat dilakukan mulai dari telinga bagian luar, tengah, dan
dalam. Pada ppemeriksaan telinga bagian luar dapat dimulai dari pemeriksaan daun
dan liang telinga dengan menentukan bentuk, besar, serta posisinya. Pemeriksaan
liang telinga ini dapat dilakukan dengan bantuan otoskop. Pemeriksaan selanjutnya
adalah membrane timpani, pemeriksaan ini dikatakan normal apabila membrane
timpani sedikit cekung dan mengilap, kemudian dilihat juga adanya perforasi atau
tidak.Berikutnya dilakukan pemeriksaan mastoid dengan melihat adanya
pembengkakan pada daerah mastoid, setelah itu baru dilakukan pemeriksaan
pendengaran apakah mengalami gangguan atau tidak dengan bantuan alat
garpatula. Pemeriksaan telinga yang spesifik untuk bayi, misalnya pemeriksaan
simetrisitas daun telinga yang khas terjadi pada bayi atau anak yang mengalami
down syndrome.
e. Pemeriksaan hidung
Pemeriksaan hidung dilakukan untuk menilai adanya kelainan bentuk hidung
juga untuk menentukan ada tidaknya epistaksis.Alat yang dapat digunakan ialah
rhinoskopi anterior maupun posterior.
f. Pemeriksaan mulut
Pemeriksaan mulut dilakukan untuk menentukan ada tidaknyya trismus yang
merupakan kesulitan membuka mulut, halitosis yang merupakan bau mulut tidak
sedap karena personal hygiene yang kurang, serta labioskisis dimana kkeadaan bibir
tidak simetris. Pemeriksaan selanjutnya adalah gusi yang dapat ditentukan dengan
melihat adanya edema atau tanda-tanda peradangan. Pemeriksaan lidah juga dapat
dilakukan untuk menilai apakah terjadi kelainan kongenital atau tidak, juga dapat
diperiksa ada tidaknya tremor lidah dengan cara menjulurkan lidah.

Pemeriksaan gigi perlu dilakukan khusunya pada anak, dimana kadang- kadang
gigi tumbuh dan mudah lepas. Perkembangan gigi susu mulai tumbuh pada usia
lima bulan, tetapi kadang-kadang satu tahun. Pada usia 3 tahun ke dua puluh gigi
susu akan tumbuh. Kelainan yang dapat ditemukan pada gigi antara lain adanya
karies dentis yang terjadi akibat infeksi bakteria. Dalam pemeriksaan ini juga dapat
diketahui adanya hipersalivasi pada anak, hal ini terjadi kemungkinan akibat gigi
anak akan tumbuh atau karena adanya proses peradangan yang lain.

g. Pemeriksaan faring
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya hyperemia; edema; serta adanya
abses, baik retrofaringeal maupun peritonsiral.Adanya edema faring umumnya
ditandai dengan mukosa yang pucat dan sembap.Pada diftteri dapat ditemukan
adanya bercak putih abu-abu (pseudomembran).

h. Pemeriksaan laring
Pemeriksaan llaring ini sangat berhubungan dengan pemeriksaan
pernapasan.Apabila ada obstruksi pada laring, maka suarra terdengar stridor yang
disertai dengan bentuk dan suara serak.Pada pemeriksaan laring dapat digunakan alat
laringoskop, baik direk (langsung) maupun indirek (tidak langsung) dengan
mmenggunakan alat yang dimasukkan kedalam secara pperlahan-lahan dengan lidah
ditarik keluar.
i. Pemeriksaan leher
Pemeriksaan leher dilakukan untuk menilai adanya tekanan pada vena jugularis
dengan cara meletakkan pasien dalam posisi terlentang dengan dada dan kepala
diangkat setinggi 15-30 derajat, pada pemeriksaan ini dapat ditemukkan ada
tidaknya distensi pada vena jugularis. Pemeriksaan yang lain adalah ada tidaknya
massa dalam leher.

Pemeriksaan pada bayi dilakukan dalam keadaan terlentang, kemudian


kelenjar tiroid diraba dari kedua sisi dengan jari telunjuk dan tengah.Perhatikan
adanya pergerakan pada tiroid ke atas apabila pasien menelan.

4. Pemeriksaan Dada
Dalam melakukan penilaian terhadap hasil pemeriksaan dada, hal yang perlu
diperhatikan adalah bentuk dan besar dada, kesimetrisan dan garakan dada, adanya
deformitas atau tidak, adanya penonjolan, serta adanya pembengkakan atau
kelainan yang lain. Bentuk-bentuk dada adalah sebagai berikut :
1. Funnel chest, merupakan bentuk dada dimana sternum bagian bawah serta iiga
masuk ke dalam terutama saat inspirasi. Hal ini dapat disebabkan olleh adanya
hipertrofi adenoid yang berat.
2. Pigeon chest (dada burung), merupakan bbentuk dada dimana bagian sternum
menonjol kea rah luar, biasanya disertai dengan depresi fentrikel pada daerah
kostokodral.
3. Barrel chest, merupakan bentuk dada dimana dada berbentuk bulat seperti tong
dengan sternum terdorong kea rah depan dengan iga-iga yang horizontal. Dada
dengan bentuk ini dapat ditemukan pada penyakit obstruksi paru seperti asma,
emfisema, dan lain-lain. Pemeriksaan pada daerah dada yang lain adalah
pemeriksaan payudara, paru, dan jantung. Pada bayi dan balita akan sulit
ditentukan bentuk dada ini. Pemeriksaan ini akan menjadi efektif untuk anak yang
berusia lebih dari lima tahun

a. Pemeriksaan Payudara
Pemeriksaan payudara pada anak dapat dilakukan untuk mengetahui
perkembangan atau kelainan payudara anak, diantaranya adalah untuk mengetahui
ada tidaknya ginekosmatia patologis atau terjadi galaktore sebelum
anak mengalami masa pubertas.

5. Pemeriksaan Paru
Langkah ppertama pemeriksaan paru adalah inspeksi untuk melihat apakah
terdapat kelainan patologis atau hanya fisiologis dengan melihat pengembangan paru
saat bernapas, selanjutnya pemeriksaan paru dengan palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Hasil penilaian dari pemeriksaan auskultasi meliputi adanya suara napas dasar dan
suara napas tambahan sebagaimana diuraikan berikut.
1. Suara napas dasar
Suara napas dasar merupakan suara napas biasa yang meliputi suara napas
vesicular, bronkial, amforik, cog wheel breath sound, dan metamorphosing breath
sound.

2. Suara napas tambahan


Suara napas tambahan merupakan suara napas yang dapat didengar selain napas
dasar denggan bantuan auskultasi. Suara napas tambahan meliputi ronki basah
(rales)/ronki kering, wheezing, suara krepitasi, sertabunyi gesekan pleura (pleural
friction rub).

6. Pemeriksaan Jantung
Pemeriksaan jantung yang pertama kali dilakukan dengan cara berikut ini .
1. Denyut aspeks atau aktivitas ventrikel lebih dikenal dengan nama iktus
kordis, meruppakan denyutan jantung yang dapat dilihat pada daerah aspeks,
yaitu sela iga ke-4 ppada garis midklavikularis kiri atau sedikit lateral.
Denyutan ini dapat terlihat apabila terjadi pembesaran ventrikel, seperti
apabila pada daerah ventrikel kiri yang besar, maka apeks jantung bergeser
kebawah dan ke lateral.
2. Detak pulmonal, merupakan detak jjantung yang apabila tidak teraba pada bunyi
jantung II, maka dikatakan normal. Apabila bunyi jantung II mengeras dan dapat
diraba pada sela iga ke-2 tepi kiri stenum, maka keadaan tersebut dikatakan
sebagai detak pulmonal atau pulmonary tapping.

3. Getaran bising (thrill), merupakan getaran dinding dada akibat bising jantung
keras, yang terjadi pada kelainan organic.
a. Perkusi
Dapat dilakukan untuk menilaiadanya pembesaran pada jantung (kardiomegali) serta
batasan dari organ jantung tersebut yang dillakukan pada daerah sekitar jantung dari perifer hingga ke
tengah.

b. Auskultasi
Auskultasi pada jantung dilakukan dengan cara mendengarkan mulai dari aspeks
hingga ke tepi kiri sternum bagian bawahh, bergesar ke atas sepanjang tepi kiri
sternum, tepi kanan sternum daerah infra dan supraklavikula kanan/kiri, lekuk
suprasternal daerah karotis dileher kanan atau kiri, serta seluruh sisa dada atau
dapt dilakukan dengan berbagai cara pemeriksaan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
menilai daerah mitral di aspeks, untuk triskuspidalis di parasternal kiiri bawah,
daerah pulmonal pada sela iga ke-2 tepi kiri sternum, dan daerah aorta di sela iga ke-
2 tepi kanan sternum.

7. Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan abdomen pada anak dilakukan dengan cara inspeksi, auskultasi,
palpasi, dan perkusi. Pemeriksaan auskultasi didahulukan mengingat yang akan
didengarkan adalah bising usus atau peristaltic usus, sehingga tidak dipengaruhi oleh
stimulasi dari luar melalui palpasi atau perkusi. Berbagai organ yang diperiksa
dalam pemeriksaan abdomen, diantaranya hati, ginjal, dan lambung itu sendiri.

8. Pemeriksaan Genitalia
Pemeriksaan genitalia anak berbeda antara laki-laki dan perempuan. Khusus pada
laki-laki, dapat diperiksa dengan cara memerhatikan ukuran, bentuk penis, dan
testis. Perlu juga diperhatikan kelainan yang ada, seperti hipospadia (orificium
uretra di ventral penis, biasanya dekat glan atau sepanjang penis); epispadia(muara
uretra pada dorsal penis), mungkin di glan atau batang penis;fimosis (pembukaan
prepusium sangat kecil, sehingga tidak dapat ditarik ke glan penis), serta adanya
peradangan pada testis dan skrotum.

Sedangkan pada perempuan dapat diperhatikan adanya epispadia (terbelahnya


mons pubis dan klitoris serta uretra membuka di bagian dorsal); adanya tanda- tanda
seks sekunder, seperti pertumbuhan rambut dan payudara; serta cairan tang keluar
dari lubang genital.

9. Pemeriksaan Tulang Belakang dan Ekstremitas


Pemeriksaan tulang belakang dan ekstremitas pada anak dapat dilakukan dengan
cara inspeksi terhadap adanya kelainan tulang belakang, seperti lordosis (deviasi
tulang belakang kea rah anterior), kifosis (deviasi tulang belakang kea rah posterior),
scoliosis (deviasi tulang belakang ke arah samping), kelemahan, serta perasaan nyeri
yang ada pada tulang belakang dengan cara mengobservasi pada posisi terlentang,
tengkurap, atau duduk.
Pemeriksaan tulang, otot, dan sendi dimulai dengan inspeksi pada jari-jari,
seperti ppada jari tubuh dapat dijumpai pada penyakit jantung bawaan atau
penyakit paru kronis, adanya nyeri tekan, gaya berjalan, ataksia
(inkoordinasi hebat), spasme otot, paralisis, atrofi/hipertrofi otot, kontraktur, dan
lain-lain.

10.Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis pada anak pertama kali dapat dilakukan secara inspeksi
dengan mengamati berbagai kelainan neurologis, seperti kejang; tremor/gemetaran
(gerakan halus yang konstan); twitching (gerakan spasmodic yang berlangsung
singkat, seperti otot lelah serta nyeri setempat); korea (gerakan involunter kasar,
tanpa tujuan, capat dan tersentak-sentak, serta tidak terkoordinasi); parese
(kelumpuhan otot tidak sempurna); paralisis (kelumpuhan otot yang sempurna);
diplegia (kelumpuhan pada dua anggota gerak); paraplegia (kelumpuhan pada
anggota gerak bawah); tetraplegia/parese (kelumpuhan ppada keempat anggota
gerak); hemiparese/plegi (kelumpuhan pada sisi tubuh atau angggota ggerak yang
dibatasi garis tengah di daeah tulang belakang).
Pemeriksaan kedua adalah pemeriksaan reflex. Pada pemeriksaan ini yang dapat
diperiksa antara lain :
1. Reflex superfisial, dengan cara menggores kulit abdomen dengann empat
goresan yang membentuk segi empat dibawah xifoid (di atas simpisis).

2. Reflex tendon dalam, dengan mengetuk menggunakann hammer pada tendon


biseps, trisep, patella, dan Achilles. Penilaiannya adalah jika pada bisep
(terjadi fleksi sendi siku), trisep (terjadi ekstensi sendi siku), patela (terjadi
ekstensi sendi lutut), dan pada achiles (terjadi fleksi plantar kaki).
Apabila hiperefleksi berarti ada kelainan pada upper motor neuron dan apabila hiporefleks berarti
terjadi kelainan pada lower motor neuron.

3. Refleksi patologis dapat menilai adanya reflex Babinzki dengan cara menggores
permukaan plantar kaki dengan alat yang sedikit runcing, hasilnya positif apabila
terjadi reaksi ekstensi ibu jari.
Pemeriksaan ketiga adalah pemeriksaan rangsang meningeal, antara lain kaku
kuduk. Cara melakukannya adalah pasien diatur posisi terlentang kemudian leher
ditekuk, apabila terdapat tahanan dagu dan dagu tidak menempel atau mengenai
bagian dada maka disebut kaku duduk(positif). Brudzinski I diperiksa dengan
cara pasien diatur dalam posisi telentang, meletakkan satu tangan dibawah kepala
pasien, kemudian ttangan lain diletakkan di dada untuk mencegah badan
terangkat, kemudian kepala difleksikan ke dada. Adanya rangsangan meningeal
apabila kedua tungkai bawah akan fleksi pada sendi sendi panggul dan lutut.
Brudzinski II dengan cara pasien diatur terlentang, difleksikan secara pasif tungkai
atas pada sendi panggul, ikuti fleksi tungkai lainnya. Apabila sendi lutut lainnya
dalam keadaan ekstensi, maka terdapat tanda meningeal dan tanda kering.Dengan
posisi dalam keadaan terlantang, fleksikan tungkai atas tegak lurus, kemudian
luruskan tungkai bawah pada sendi lutut, penilaiannya adalah jika dalam keadaan
normal tungkai bawah dapat membentuk sudut 135 derajat terhadap tungkai atas.
Pemeriksaan terakhir adalah pemeriksaan kekuatan dan tonus otot dengan cara
melihat adanya kekuatan tonus otot pada bagian ekstremitas. Caranya dengan
memberi tahanan, mengangkat atau menggerakkan bagian otot yang akan dinilai
dengan ketentuan sebagaimana pada table berikut :

Table nilai kekuatan tonus otot

Nilai Kekuatan Keterangan


Otot (tonus otot)
0(0%) Paralisis, tidak ada kotraksi otot sama sekali 1(10%)

Terlihat atau teraba getaran kontraksi otot, tetapi

tidak ada gerakan anggota gerak sama sekali

2(25%) Dapat menggerakkan anggota gerak, tetapi tidak kuat


menahan berat dan tidak dapat melawan tekanan
pemeriksa.

3(50%) Dapat menggerakkan anggota gerak untuk nenahan


berat, tetapi dapat menggerakkan anggota badan untuk
melawan tekanan pemeriksa
4(75%) Dapat menggerakkan sendi dengan aktif untuk

menahan berat dan melawan tekanan secara

stimultan

5(100%) Normal
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan

Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah
kesehatan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan utnuk mengumpulkan data
tentang kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal data yang diperoleh dari riwayat
pasien, mengidentifikasi masalah pasien, menilai perubahan status pasien, dan mengevaluasi
pelaksanaan tindakan yang telah diberikan. Dalam melakukan pemeriksaan fisik terdapat
teknik dasar yang perlu dipahami, antara lain inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi
(ketukan), dan auskultasi (mendengar).
Pemeriksaan fisik bisa dilakukan pada seluruh bagian dari tubuh. Mulai dari kepala
sampai kaki untuk mengetahui adanya ketidaknormalan pada bayi dan anak.

b. Saran
Sebaiknya pada saat melakukan pemeriksaan fisik pada bayi dan balita harus
dilakukan dengan cermat dan teliti. Supaya dapat terdeteksi jika ada kelainan-kelainan pada
bayi dan balita. Selanjutnya, jika ada kelainan-kelainan yang tidak bisa diatasi, sebaiknya
kolaborasi dengan tenaga medis lain, atau di rujuk ke rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Dr.H.AHMAD NURI,Sp.A.www.google.com,Diagnosis
Fisik Pada Anak. www.google.com.Pemeriksaan Fisik Pada
Bayi Baru lahir.
Buku Asuhan Persalinan Normal Revisi 2007.DEPKES
RI.2003.Manajemen yterpadu bayi muda.modul -
6.DEPKES RI Prawirohardjo.Sarwono.2005.Pelayanan
Kesehatan Material dan Neonatal.Jakarta
: JNPKKR.POG

Anda mungkin juga menyukai