PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah
kesehatan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan utnuk mengumpulkan data
tentang kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal data yang diperoleh dari riwayat
pasien, mengidentifikasi masalah pasien, menilai perubahan status pasien, dan mengevaluasi
pelaksanaan tindakan yang telah diberikan. Dalam melakukan pemeriksaan fisik terdapat teknik
dasar yang perlu dipahami, antara lain inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (ketukan),
dan auskultasi (mendengar).
Observasi (pengamatan secara seksama) Pemeriksaan dilakukan pada seluruh tubuh, dari
ujung rambut sampai ujung kaki, namun tidak harus dengan urutan tertentu. Pemeriksaan yang
menggunakan alat seperti pemeriksaan tengkorak, mulut, telinga, suhu tubuh, tekanan darah, dan
lain- lainnya, sebaiknya dilakukan paling akhir, karena dengan melihat atau memakai alat-alat,
umumnya anak menjadi takut atau merasa tidak nyaman, sehingga menolak diperiksa lebih lanjut.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
1. Untuk Mahasiswa
Mahasiswa lebih memahami bagaimana cara pemeriksaan fisik pada bayi dan anak balita
serta anak.
2. Untuk Pembaca
Untuk menambah wawasan para pembaca tentang pemeriksaan fisik pada bayi dan anak
balita serta anak.
BAB II
PEMBAHASAN
Merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh bidan, perawat, atau dokter untuk
menilai status kesehatan yang dilakukan pada saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir, dan pada
waktu pulang dari rumah sakit.Dalam melakukan pemeriksaan ini sebaiknya bayi dalam keadaan
telanjang di bawah lampu terang, sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas.Tujuan
pemeriksaan fisik secara umum pada bayi adalah menilai status adaptasi atau penyesuaian
kehidupan intrauteri kedalam kehidupan ekstrauteri serta mencari kelainan pada bayi.
Adapun pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada bayi antara lain :
Pemeriksaan frekuensi nafas ini dilakukan dengan menghitung rata-rata pernapasan dalam
satu menit. Pemeriksaan ini dikatakan normal pada bayi baru lahir apabila frekuensinya antara
30-60 kali per menit, tanpa adanya retraksi dada dan suara merintih saat ekspirasi, tetapi apabila
bayi dalam keadaan lahir kurang dari 2.500 gram atau usia kehamilan kurang dari 37 minggu,
kemungkinan terdapat adanya retraksi dada ringan. Jika pernapasan berhenti beberapa detik
secara periodik, maka masih dikatakan dalam batas normal.
Pemeriksaan ini berfungsi untuk mengetahui apakah ada warna pucat, icterus, sianosis sentral,
atau tanda lainnya. Bayi dalam keadaan aterm umumnya lebih pucat dibandingkan bayi dalam
keadaan preterm mengingat kondisi kulitnya lebih tebal.
Pemeriksaan denyut jantung untuk menilai apakah bayi mengalami gangguan yang
menyebabkan jantung dalam keadaan tidak normal, seperti suhutubuh yang tidak normal,
perdarahan, atau gangguan napas. Pemeriksaan denyut jangtung ini dikatakan normal apabila
frekuensinya antara 100-160 kali per menit. Masih dalam keadaan normal apabila diatas 60 kali
per menit dalam jangka waktu yang relatif pendek, beberapa kali per hari, dan terjadi selama
beberapa hari pertama jika bayi mengalami distress.
4. Ukur Suhu Aksila
lakukan pemeriksaan suhu melalui aksila untuk menentukan apakah bayi dalam keadaan
hipotermi atau hipertermi. Dalam kondisi normal suhu bayi antara 36,5-37,5 derajat celcius.
5. Kaji Postur dan Gerakan
Pemeriksaan ini untuk menilai ada atau tidaknya epistotonus/hiperekstensi tubuh yang
berlebihan dengan kepala dan tumit ke belakang, tubuh melengkung ke depan, adanya
kejang/spasme, serta tremor.
Pemeriksaan postur dalam keadaan normal apabila dalam keadaan istirahat kepalan tangan
longgar dengan lengan panggul dan lutut semifleksi. Selanjutnya pada bayi berat kurang dari
2.500 gram atau usia kehamilan kurang dari 37 minggu ekstremitasnya dalam keadaan
sedikit ekstensi. Apabila bayi letak sungsang, di dalam kandungan bayi akan mengalami fleksi
penuh pada sendi panggul atau lutut/sendi lutut ekstensi penuh, sehingga kaki bisa mencapai
mulut. Selanjutnya gerakan ekstremitas bayi harusnya terjadi secara spontan dan simetris
disertai dengan gerakan sendi penuh dan pada bayi normal dapat sedikit gemetar.
6. Periksa Tonus atau Kesadaran Bayi
Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat adanya letargi, yaitu penurunan kesadaran dimana
bayi dapat bangun lagi dengan sedikit kesulitan, ada tidaknya tonus otot yang lemah, mudah
terangsang, mengantuk, aktifitas berkurang, dan sadar (tidur yang dalam tidak merespons
terhadap rangsangan). Pemeriksaan ini dalam keadaan normal dengan tingkat kesadaran mulai
dai diam hingga sadar penuh serta bayi dapat dibangunkan jika sedang tidur atau dalam
keadaan diam.
7. Pemeriksaan Ekstremitas
Pemeriksaan ini berfungsi untuk menilai ada tidaknya gerakan ekstremitas abnormal,
asimetris, posisi dan gerakan yang abnormal (menghadap kedalam atau keluar garis tangan ),
serta menilai kondisi jari kaki, yaitu jumlahnya berlebih atau saling melekat.
8. Pemeriksaan Kulit
Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat ada atau tidaknya kemerahan pada kulit atau
pembengkakan, postula (kulit melepuh), luka atau trauma, bercak atau tanda abnormal pada
kulit, elastisitas kulit, serta ada tidaknya ruam popok (bercak merah terang dikulit daerah popok
pada bokong). Pemeriksaan ini normal apabila tanda seperti eritema toksikum (titik merah dan
pusat putih kecil pada muka, tubuh, dan punggung ) pada hari kedua atau selanjutnya, kulit
tubuh yang terkelupas pada hari pertama.
9. Pemeriksaan Tali Pusat
Pemeriksaan ini untuk melihat apakah ada kemerahan, bengkak, bernanah, berbau, atau
lainnya pada tali pusat.Pemeriksaan ini normal apabila warna tali pusat kebiruan pada hari
pertama dan mulai mongering atau mengacil dan lepas pada hari ke-7 hingga ke-10.
10. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Pemeriksaan bagian kepala yang dapat diperiksa antara lain sebagai berikut :
Adanya cepal hematum terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tampak pada hari
pertama karena tertutup olehcaput succedaneum, konsistensinya lunak, berfluktuasi,
berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak, tidak menyebrangi sutura, dan apabila
menyebrangi sutura akan mengalami fraktur tulang tengkorak yang akan hilang
sempurna dalam waktu 2-6 bulan. Adanya pendarahan yang terjadi karena pecahnya
vena ysang menghubungkan jaringan diluar sinus dalam tengkorak, batasnya tidak
tegas, sehingga bentuk kepala tampak simetris.Selanjutnya diraba untuk menilai
adanya fluktuasi dan edema. Pemeriksaan selanjutnya adalah menilai fontanella
dengan cara melakukan palpasi menggunakan jari tangan, kemudian fontanel posterior
dapat dilihat proses penutupannya setelah usia dua bulan, dan fontanel anterior menutup
saat usia 12- 18 bulan.
c. Pemeriksaan mata untuk menilai adanya strabismus atau tidak, yaitu
koordinasi gerakan mata yang belum sempurna. Cara memeriksanya adalah
dengan menggoyangkan kepala secara perlahan-lahan, sehingga mata bayi
akan terbuka, kemudian baru diperiksa. Apabila ditemukan jarang berkedip
atau sensitivitas terhadap cahaya berkurang, maka kemungkinan mengalami
kebutaan.Apabila ditemukan adanya epicantus melebar, maka kemungkinan
anak mengalami sindrom down. Pada glaucoma kongenital, dapat terlihat
pembesaran dan terjadi kekeruhan pada kornea.Katarak kongenital dapat
dideteksi apabila terlihat pupil yang berwarna putih.Apabila ada trauma pada
mata maka dapat terjadi edema palpebral, perdarahan konjungtifa, retina, dan
lain-lain.
d.. Pemeriksaaan telinga dapat dilakukan untuk menilai adanya gangguan pendengaran.
Dilakukan dengan membunyikan bel atau suara jika terjadi reflex terkejut, apabila
tidak terjadi reflex, maka kemungkinan akan terjadi gangguan pendengaran.
e. Pemeriksaan hidung dapat dilakukan dengan cara melihat pola pernapasan,
apabila bayi bernapas melalui mulut, maka kemungkinan bayi mengalami
obstruksi jalan napas karena adanya atresia koana bilateral atau fraktur tulang
hidung atau ensevalokel yang menonjol ka naso faring, sedangkan pernapasan
cuping hidung akan menunjukkan gangguan pada paru, lubang hidung
kadang-kadang banyak mukosa. Apabila secret mukopurulen dan berdarah,
perlu dipikirkan adanya penyakit sifilis kongenital dan kemungkinan lain.
f. Pemeriksaan mulut dapat dilakukan dengan melihat adanya kista yang ada
pada mukosa mulut.Pemeriksaan lidah dapat dinilai melalui warna dan
kemampuan reflex mengisap.Apabila ditemukan lidah yang menjulur keluar, dapat dilihat adanya
kemungkinan kecacatan kongenital.
Adanya bercak pada mukosa mulut, palatum, dan pipi biasanya disebut sebagai
monilia albicans, gusi juga perlu diperiksa un tuk menilai adanya pigmen pada gigi,
apakah terjadi penumpukan pigmen yang tidak sempurna.
g. Pemeriksaan leher dapat dilakukan dengan melihat pergerakan, apabila terjadi
keterbatasan dalam pergerakannya, maka kemungkinan terjadi kelainan pada
tulang leher, misalnya kelainan tiroid, hemangioma, dan lain-lain.
Pada pemeriksaan secara palpasi dapat ditemukan ada tidaknya fraktur klavikula
dengan cara meraba ictus kordis dengan menentukan posisi jantung, secara auskultasi
frekuensi jantung dilakukan dengan menggunakan stetoskop dengan menilai jumlah
frekuensi jantung secara normal bayi antara 120-160 kali per menit. adanya bising sering
ditemukan pada bayi, bunyi pernapasan pada bayi adalah bronkovesikuler dan terdengarnya
bising usus pada daerah dada menunjukkan adanya hernia diafragmatika.
12. Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan pada abdomen ini meliputi pemeriksaan secara inspeksi untuk melihat
bentuk dari abdomen.Apabila didapatkan abdomen membuncit yang dapat diduga
kemungkinan disebabkan hepatosplenomegali atau cairan didalam rongga perut, adanya
kembung apabila didapatkan adanya perforasi usus atau ileus. Pada perabaab hati biasanya
teraba 2-3 cm dibawah arcus kosta kanan, limpa teraba 1 cm dibawah arkus kosta kiri. Pada
palpasi ginjal dapat dilakukan dengan pengaturan posisi terlentang dan tungkai bayi dilipat
agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas bawah ginjal dapat diraba
setinggi umbilicus diantara garis tengah dan tepi perut.Dan bagian-bagian ginjal dapat
diraba sekitar 2-3 cm adanya pembesaran pada ginjal dapat disebabkan oleh neoplasma,
kelainan bawaan atau thrombosis vena renalis.
Pemeriksaan Kondisi
Refleks cara Kondisi
Patologis/abnorma l
Pengukuran Normal
Berkedip Sorotkan Dijumpai Jika tidak dijumpai
cahaya ke pada tahun menunjukkan kebutaan
mata bayi pertama Jari Bila pengembangan jari
Tanda Babinzki Gores telapak kaki kaki dorso fleksi setelah
kaki sepanjang mengembang usia 2 tahun, adanya
tepi luar, dan ibu jari tanda lesi
dimulai dari kaki dorsof ekstrapiramidal
tumit leksi, dijumpai
sampai usia 2
tahun
menyentuh sedikit
permukaan disentuhkan
yang keras ke permukaan
keras dijumpai
pada 4-8
minggu
pertama.
Ekstrusi Sentuh lidah Lidah ekstensi Ekstensi lidah yang
dengan ujung ke arah luar persisten adanya
Bila bayi
terlentang, bahu
dan badan
Tidak ada reflex atau
kemudian
reflex menetap lebih
Neck righting Letakkan dari 10 bulan
bayi dalam menunjukkan
posisi
adanya gangguan
terlentang,
coba menarik
perhatian bayi pelvis berotasi system saraf pusat
dari satu sisi kea rah dimana
bayi diputar
dan dijumpai
selama sepulu
bulan pertama
mengeluarka n
reflex
bulan, tetapi
bisa menetap
sampai usia 12
bulan,
khususnya
selama tidur
tangan tetap
rapat, reflex
ini akan
menghilang
setelah usia 4
bulan
dalam kelambatan
berespons perkembangan atau
terhadap kkeadaan neurologis
stimulasi, reflex yang abnormal
ini menetap
selama masa
bayyi dan
mungkin
terjadi selama
tidur tanpa
stimulasi
diputar.
Tampak kira-
kira pada usia 2
bulan dan
menghilang
pada usia 6
bulan
B. Pemeriksaan Fisik pada Anak
Merupakan pengkajian yang dilakukan pada anak yang
bertujuan untuk memperoleh data status kesehatan anak serta
dapat dijadikan sebagai dasar dalam menegakkan diagnosis.
Adapun pemeriksaannya adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan Kesadaran
c. Pemeriksaan Nadi
e. Pemeriksaan pernafasan
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menilai frekuensi,
irama, kedalaman, dan tipe atau pola pernafasan dengan
ketentuan sebagaiman tertera pada tabel berikut :
Dyspnea Susah napas yang ditunjukkan dengan
adanya retraksi dinding dada
Bradipnea Frekuensi pernapasan lambat abnormal, tapi
iramanya teratur
T
a
b
e
l
1
Table 1.2 cara pemeriksaan dan keadaan patologis kelembapan kulit
Cara Patologis
Pemeriksaan kuku dilakukan dengan cara inspeksi terhadap warna, bentuk, dan keadaan kuku.
Adanya jari tubuh dapat menunjukkan penyakit pernapasan kronis atau penyakit jantung serta
bentuk kuku yang cekung atau cembung menunjukkan adanya cedara, defisiensi besi, dan infeksi.
c. Pemeriksaan rambut
Pemeriksaan rambut ini dilakukan untuk menilai warna, kelebatan, distribusi, dan
karakteristik lainnya dari rambut.Normalnya rambut menutupi semua permukaan tubuh, kecuali
telapak tangan dan kaki serta permukaan labia sebelah dalam.Rambut kepala normalnya
berkilauan seperti sutra dan kuat.Rambut yang kering, rapuh, dan kurang pigmen dapat
menunjukkan adanya kekurangan gizi.Kondisi rambut yang kurang tumbuh dappat
menunjukkan adanya malnutrisi, penyakit hipotiroidisme, efek obat, dan lain-lain.
d. Pemeriksaan kelenjar getah bening
Pemeriksaan kelenjar getah bening dilakukan dengan cara melakukan palpasi pada daerah
leher, inguinal, atau kelenjar lainnya. Apabila terjadi pembesaran dengan diameter lebih dari 10
mm, hal ini menunjukkan kemungkinan adanya ketidaknormalan atau terdapat indikasi penyakit
tertentu.
Pemeriksaan kepala dan leher meliputi pemeriksaan kepala secara umum, yaitu
pemeriksaan wajah, mata, telinga, hidung, mulut, faring, laring, dan leher.
a. Pemeriksaan kepala
b. Pemeriksaan wajah
Pemeriksaan gigi perlu dilakukan khusunya pada anak, dimana kadang- kadang
gigi tumbuh dan mudah lepas. Perkembangan gigi susu mulai tumbuh pada usia
lima bulan, tetapi kadang-kadang satu tahun. Pada usia 3 tahun ke dua puluh gigi
susu akan tumbuh. Kelainan yang dapat ditemukan pada gigi antara lain adanya
karies dentis yang terjadi akibat infeksi bakteria. Dalam pemeriksaan ini juga dapat
diketahui adanya hipersalivasi pada anak, hal ini terjadi kemungkinan akibat gigi
anak akan tumbuh atau karena adanya proses peradangan yang lain.
g. Pemeriksaan faring
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya hyperemia; edema; serta adanya
abses, baik retrofaringeal maupun peritonsiral.Adanya edema faring umumnya
ditandai dengan mukosa yang pucat dan sembap.Pada diftteri dapat ditemukan
adanya bercak putih abu-abu (pseudomembran).
h. Pemeriksaan laring
Pemeriksaan llaring ini sangat berhubungan dengan pemeriksaan
pernapasan.Apabila ada obstruksi pada laring, maka suarra terdengar stridor yang
disertai dengan bentuk dan suara serak.Pada pemeriksaan laring dapat digunakan alat
laringoskop, baik direk (langsung) maupun indirek (tidak langsung) dengan
mmenggunakan alat yang dimasukkan kedalam secara pperlahan-lahan dengan lidah
ditarik keluar.
i. Pemeriksaan leher
Pemeriksaan leher dilakukan untuk menilai adanya tekanan pada vena jugularis
dengan cara meletakkan pasien dalam posisi terlentang dengan dada dan kepala
diangkat setinggi 15-30 derajat, pada pemeriksaan ini dapat ditemukkan ada
tidaknya distensi pada vena jugularis. Pemeriksaan yang lain adalah ada tidaknya
massa dalam leher.
4. Pemeriksaan Dada
Dalam melakukan penilaian terhadap hasil pemeriksaan dada, hal yang perlu
diperhatikan adalah bentuk dan besar dada, kesimetrisan dan garakan dada, adanya
deformitas atau tidak, adanya penonjolan, serta adanya pembengkakan atau
kelainan yang lain. Bentuk-bentuk dada adalah sebagai berikut :
1. Funnel chest, merupakan bentuk dada dimana sternum bagian bawah serta iiga
masuk ke dalam terutama saat inspirasi. Hal ini dapat disebabkan olleh adanya
hipertrofi adenoid yang berat.
2. Pigeon chest (dada burung), merupakan bbentuk dada dimana bagian sternum
menonjol kea rah luar, biasanya disertai dengan depresi fentrikel pada daerah
kostokodral.
3. Barrel chest, merupakan bentuk dada dimana dada berbentuk bulat seperti tong
dengan sternum terdorong kea rah depan dengan iga-iga yang horizontal. Dada
dengan bentuk ini dapat ditemukan pada penyakit obstruksi paru seperti asma,
emfisema, dan lain-lain. Pemeriksaan pada daerah dada yang lain adalah
pemeriksaan payudara, paru, dan jantung. Pada bayi dan balita akan sulit
ditentukan bentuk dada ini. Pemeriksaan ini akan menjadi efektif untuk anak yang
berusia lebih dari lima tahun
a. Pemeriksaan Payudara
Pemeriksaan payudara pada anak dapat dilakukan untuk mengetahui
perkembangan atau kelainan payudara anak, diantaranya adalah untuk mengetahui
ada tidaknya ginekosmatia patologis atau terjadi galaktore sebelum
anak mengalami masa pubertas.
5. Pemeriksaan Paru
Langkah ppertama pemeriksaan paru adalah inspeksi untuk melihat apakah
terdapat kelainan patologis atau hanya fisiologis dengan melihat pengembangan paru
saat bernapas, selanjutnya pemeriksaan paru dengan palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Hasil penilaian dari pemeriksaan auskultasi meliputi adanya suara napas dasar dan
suara napas tambahan sebagaimana diuraikan berikut.
1. Suara napas dasar
Suara napas dasar merupakan suara napas biasa yang meliputi suara napas
vesicular, bronkial, amforik, cog wheel breath sound, dan metamorphosing breath
sound.
6. Pemeriksaan Jantung
Pemeriksaan jantung yang pertama kali dilakukan dengan cara berikut ini .
1. Denyut aspeks atau aktivitas ventrikel lebih dikenal dengan nama iktus
kordis, meruppakan denyutan jantung yang dapat dilihat pada daerah aspeks,
yaitu sela iga ke-4 ppada garis midklavikularis kiri atau sedikit lateral.
Denyutan ini dapat terlihat apabila terjadi pembesaran ventrikel, seperti
apabila pada daerah ventrikel kiri yang besar, maka apeks jantung bergeser
kebawah dan ke lateral.
2. Detak pulmonal, merupakan detak jjantung yang apabila tidak teraba pada bunyi
jantung II, maka dikatakan normal. Apabila bunyi jantung II mengeras dan dapat
diraba pada sela iga ke-2 tepi kiri stenum, maka keadaan tersebut dikatakan
sebagai detak pulmonal atau pulmonary tapping.
3. Getaran bising (thrill), merupakan getaran dinding dada akibat bising jantung
keras, yang terjadi pada kelainan organic.
a. Perkusi
Dapat dilakukan untuk menilaiadanya pembesaran pada jantung (kardiomegali) serta
batasan dari organ jantung tersebut yang dillakukan pada daerah sekitar jantung dari perifer hingga ke
tengah.
b. Auskultasi
Auskultasi pada jantung dilakukan dengan cara mendengarkan mulai dari aspeks
hingga ke tepi kiri sternum bagian bawahh, bergesar ke atas sepanjang tepi kiri
sternum, tepi kanan sternum daerah infra dan supraklavikula kanan/kiri, lekuk
suprasternal daerah karotis dileher kanan atau kiri, serta seluruh sisa dada atau
dapt dilakukan dengan berbagai cara pemeriksaan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
menilai daerah mitral di aspeks, untuk triskuspidalis di parasternal kiiri bawah,
daerah pulmonal pada sela iga ke-2 tepi kiri sternum, dan daerah aorta di sela iga ke-
2 tepi kanan sternum.
7. Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan abdomen pada anak dilakukan dengan cara inspeksi, auskultasi,
palpasi, dan perkusi. Pemeriksaan auskultasi didahulukan mengingat yang akan
didengarkan adalah bising usus atau peristaltic usus, sehingga tidak dipengaruhi oleh
stimulasi dari luar melalui palpasi atau perkusi. Berbagai organ yang diperiksa
dalam pemeriksaan abdomen, diantaranya hati, ginjal, dan lambung itu sendiri.
8. Pemeriksaan Genitalia
Pemeriksaan genitalia anak berbeda antara laki-laki dan perempuan. Khusus pada
laki-laki, dapat diperiksa dengan cara memerhatikan ukuran, bentuk penis, dan
testis. Perlu juga diperhatikan kelainan yang ada, seperti hipospadia (orificium
uretra di ventral penis, biasanya dekat glan atau sepanjang penis); epispadia(muara
uretra pada dorsal penis), mungkin di glan atau batang penis;fimosis (pembukaan
prepusium sangat kecil, sehingga tidak dapat ditarik ke glan penis), serta adanya
peradangan pada testis dan skrotum.
10.Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis pada anak pertama kali dapat dilakukan secara inspeksi
dengan mengamati berbagai kelainan neurologis, seperti kejang; tremor/gemetaran
(gerakan halus yang konstan); twitching (gerakan spasmodic yang berlangsung
singkat, seperti otot lelah serta nyeri setempat); korea (gerakan involunter kasar,
tanpa tujuan, capat dan tersentak-sentak, serta tidak terkoordinasi); parese
(kelumpuhan otot tidak sempurna); paralisis (kelumpuhan otot yang sempurna);
diplegia (kelumpuhan pada dua anggota gerak); paraplegia (kelumpuhan pada
anggota gerak bawah); tetraplegia/parese (kelumpuhan ppada keempat anggota
gerak); hemiparese/plegi (kelumpuhan pada sisi tubuh atau angggota ggerak yang
dibatasi garis tengah di daeah tulang belakang).
Pemeriksaan kedua adalah pemeriksaan reflex. Pada pemeriksaan ini yang dapat
diperiksa antara lain :
1. Reflex superfisial, dengan cara menggores kulit abdomen dengann empat
goresan yang membentuk segi empat dibawah xifoid (di atas simpisis).
3. Refleksi patologis dapat menilai adanya reflex Babinzki dengan cara menggores
permukaan plantar kaki dengan alat yang sedikit runcing, hasilnya positif apabila
terjadi reaksi ekstensi ibu jari.
Pemeriksaan ketiga adalah pemeriksaan rangsang meningeal, antara lain kaku
kuduk. Cara melakukannya adalah pasien diatur posisi terlentang kemudian leher
ditekuk, apabila terdapat tahanan dagu dan dagu tidak menempel atau mengenai
bagian dada maka disebut kaku duduk(positif). Brudzinski I diperiksa dengan
cara pasien diatur dalam posisi telentang, meletakkan satu tangan dibawah kepala
pasien, kemudian ttangan lain diletakkan di dada untuk mencegah badan
terangkat, kemudian kepala difleksikan ke dada. Adanya rangsangan meningeal
apabila kedua tungkai bawah akan fleksi pada sendi sendi panggul dan lutut.
Brudzinski II dengan cara pasien diatur terlentang, difleksikan secara pasif tungkai
atas pada sendi panggul, ikuti fleksi tungkai lainnya. Apabila sendi lutut lainnya
dalam keadaan ekstensi, maka terdapat tanda meningeal dan tanda kering.Dengan
posisi dalam keadaan terlantang, fleksikan tungkai atas tegak lurus, kemudian
luruskan tungkai bawah pada sendi lutut, penilaiannya adalah jika dalam keadaan
normal tungkai bawah dapat membentuk sudut 135 derajat terhadap tungkai atas.
Pemeriksaan terakhir adalah pemeriksaan kekuatan dan tonus otot dengan cara
melihat adanya kekuatan tonus otot pada bagian ekstremitas. Caranya dengan
memberi tahanan, mengangkat atau menggerakkan bagian otot yang akan dinilai
dengan ketentuan sebagaimana pada table berikut :
stimultan
5(100%) Normal
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah
kesehatan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan utnuk mengumpulkan data
tentang kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal data yang diperoleh dari riwayat
pasien, mengidentifikasi masalah pasien, menilai perubahan status pasien, dan mengevaluasi
pelaksanaan tindakan yang telah diberikan. Dalam melakukan pemeriksaan fisik terdapat
teknik dasar yang perlu dipahami, antara lain inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi
(ketukan), dan auskultasi (mendengar).
Pemeriksaan fisik bisa dilakukan pada seluruh bagian dari tubuh. Mulai dari kepala
sampai kaki untuk mengetahui adanya ketidaknormalan pada bayi dan anak.
b. Saran
Sebaiknya pada saat melakukan pemeriksaan fisik pada bayi dan balita harus
dilakukan dengan cermat dan teliti. Supaya dapat terdeteksi jika ada kelainan-kelainan pada
bayi dan balita. Selanjutnya, jika ada kelainan-kelainan yang tidak bisa diatasi, sebaiknya
kolaborasi dengan tenaga medis lain, atau di rujuk ke rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Dr.H.AHMAD NURI,Sp.A.www.google.com,Diagnosis
Fisik Pada Anak. www.google.com.Pemeriksaan Fisik Pada
Bayi Baru lahir.
Buku Asuhan Persalinan Normal Revisi 2007.DEPKES
RI.2003.Manajemen yterpadu bayi muda.modul -
6.DEPKES RI Prawirohardjo.Sarwono.2005.Pelayanan
Kesehatan Material dan Neonatal.Jakarta
: JNPKKR.POG