Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS DAN BAYI BARU LAHIR

Dosen Pengampu : Ni Gusti Kompiang Sriasih, M.Kes

Oleh Kelompok II
Ida Ayu Putu Ekawiyadnyani
Ni Wayan Budiari
Dewa Ayu Made Widyawati
Luah Desia Ridayanti
Anak Agung Made Sri Kusumawati
Eka Gita Candra Pujiyanti
Ni Komang Seniani
Faya Diana Nur Rahma Yuditia
Putu Elsa Yuliani
Ni Gusti Ayu Hanut Hayati

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

TAHUN AKADEMIK

2022
A. Konsep Dasar Neonatus

1. Pengertian Neonatus

Neonatus adalah bayi yang lahir dengan berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup
bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat
(M. Sholeh 2007 dalam Marmi dan Kukuh 2012). Neonatus perlu menyesuaikan diri dari
kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin. Tiga faktor yang memengaruhi perubahan
fungsi ini yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. Maturasi mempersiapkan fetus untuk transisi
dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin dan ini berhubungan lebih erat dengan
masa gestasi dibandingkan dengan berat badan lahir. Adaptasi diperlukan oleh neonatus
untuk dapat tetap hidup dalam lingkungan baru yang dibandingkan dengan lingkungan
selama menjadi fetus, kurang menyenangkan. Toleransi yakni kemampuan tubuh bertahan
terhadap kondisi-kondisi abnormal seperti hipoksia, hipoglikemia, dan perubahan pH yang
dramatis dimana fatal bagi orang dewasa tetapi tidak bagi bayi. Toleransi dan adaptasi
berbanding terbalik bila dibandingkan dengan maturasi. Makin matur neonatus, makin baik
adaptasinya tetapi makin kurang toleransinya.

2. Tanda-tanda Neonatus Normal

Tanda-tanda neonatus normal adalah appearance color (warna kulit) seluruh tubuh
kemerahan, pulse (denyut jantung) >100 x/menit, grimace (reaksi terhadap rangsangan)
menangis/batuk/bersin, activity (tonus otot) gerakan aktif, respiration (usaha nafas) bayi
menangis kuat. (Mochtar 1998 dalam Rukiyah 2012). Kehangatan tidak terlalu panas (lebih
dari 380C) atau terlalu dingin (kurang dari 360C), warna kuning pada kulit (tidak pada
konjungtiva), terjadi pada hari ke-2 sampai ke-3 tidak biru, pucat, memar. Pada saat diberi
makan, hisapan kuat, tidak mengantuk berlebihan, tidak muntah. Tidak juga terlihat tanda-
tanda infeksi seperti tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, berdarah. Dapat
berkemih selama 24 jam, tinja lembek, sering hijau tua, tidak ada lendir atau darah pada tinja,
bayi tidak menggigil atau tangisan kuat, dan tidak terdapat tanda: lemas, mengantuk, lunglai,
kejangkejang halus tidak bisa tenang, menangis terus-menerus (Prawirohardjo 2002 dalam
Rukiyah 2012).

3. Pelayanan Kesehatan Neonatus

Berdasarkan PMK No 53 Tahun 2014, pelayanan kesehatan neonatal esensial minimal


dilakukan dalam 3 kali kunjungan selam periode 0-28 hari setelah lahir, baik di fasilitas
kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. Kunjungan neonatal bertujuan untuk
meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini
mungkin bila terdapat kelainan atau masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar
kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama, dan bulan
pertama kehidupan. Pelayanan neonatal esensial paling sedikit tiga kali kunjungan, yang
meliputi:

a. Kunjungan neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam setelah lahir

1) Mempetahankan suhu tubuh bayi Hindari memandikan bayi hingga sedikitnya


enam jam dan hanya setelah itu jika tidak terjadi masalah medis dan jika suhunya
36,5C. Bungkus bayi dengan kain yang kering dan hangat, kepala bayi harus
tertutup.

2) Pemeriksaan fisik bayi

3) Konseling pemberian ASI

4) Perawatan tali pusat

5) Pencegahan infeksi dan konseling kepada ibu untuk mengawasi tanda-tanda bahaya
pada bayi.

b. Kunjungan neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai dengan hari
ke 7 setelah lahir

1) Menjaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering

2) Menjaga kebersihan bayi

3) Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare, berat
badan rendah dan masalah pemberian ASI

4) Memberikan ASI bayi harus disusukan minimal 10-15 kali dalam 24 jam dalam 2
minggu pasca persalinan

5) Menjaga keamanan bayi

6) Menjaga suhu tubuh bayi


7) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif, pencegahan
hipotermi, dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir dirumah dengan
menggunakan buku KIA

8) Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan

c. Kunjungan neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan hari
ke 28 setelah lahir

1) Pemeriksaan fisik

2) Menjaga kebersihan bayi

3) Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir

4) Konseling pada ibu untuk memberikan ASI pada bayi harus minimal 10-15 kali
dalam 24 jam dalam 2 minggu pasca persalinan

5) Menjaga keamanan bayi

6) Menjaga suhu tubuh bayi

7) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif, pencegahan
hipotermi, dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir dirumah dengan
menggunakan buku KIA

8) Memberitahu ibu tentang imunisasi BCG

9) Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan

B. Pemeriksaan Vital Sign pada Neonatus

Mengutip dari John Hopkins Medicine, tanda-tanda vital (TTV) adalah ukuran untuk melihat
cara kerja organ vital (penting) tubuh.

Ada empat bagian organ vital tubuh yang selalu petugas medis pantau, yaitu:

 suhu tubuh,

 tekanan darah,

 detak jantung, dan

 frekuensi atau laju pernapasan.


Pada dasarnya, ada perbedaan tanda-tanda vital antara bayi, balita, dan anak-anak karena
organ tubuh memiliki cara kerja berbeda pada setiap usianya.

Berikut tanda-tanda vital (TTV) normal untuk anak bayi usia 0-12 bulan.

Denyut nadi

 Bayi usia kurang dari 28 hari: 100-205 detak per menit saat bangun, 90-160 detak per
menit saat tidur.

 Bayi usia 1-12 bulan: 100-190 detak per menit saat bangun, 90-160 detak per menit
saat tidur.

Frekuensi napas

 Bayi usia 1-12 bulan: 30-60 napas per menit.

Suhu tubuh

 36,5 - 37 derajat Celcius.

Tekanan darah

 Bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 1000 gram: tekanan sistolik 39-59,
diastolik 16-36.

 Bayi baru lahir dengan berat badan lebih dari 1000 gram: tekanan sistolik 60-76,
diastolik 31-45.

C. Pemerikaan Fisik (Head to Toe)

a. Kepala
Pemeriksaan kepala dan leher. Pemeriksaan bagian kepala yang dapat diperiksa antara
lain sebagai berikut:
Pemeriksaan rambut dengan menilai jumlah dan warna, adanya lanugo terutama pada
daerah bahu dan punggung.
Pemeriksaan wajah dan tengkorak, dapat dilihat adanya maulage, yaitu tulang
tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir untuk dilihat asimetris atau tidak.
Ada tidaknya caput succedaneum (edema pada kulit kepala, lunak dan tidak
berfluktuasi, batasnya tidak tegas, serta menyeberangi sutura dan akan hilang dalam
beberapa hari). Adanya cephal hematom terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tampak
pada hari pertama karena tertutup oleh caput succedaneum, konsistensinya lunak,
berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi hilang tengkorak, tidak menyeberangi sutura,dan
apabila menyeberangi sutura akan mengalami fraktur tulang tengkorak yang akan
hilang sempurna dalam waktu 2-6 bulan. Adanya perdarahan yang terjadi karena
pecahnya vena yang menghubungkan jaringan di luar sinus dalam tengkorak, batasnya
tidak tegas, sehingga bentuk kepala tampak asimetris. Selanjutnya diraba untuk
menilai adanya fluktuasi dan edema. Pemeriksaan selanjutnya adalah menilai
fontanella dengan cara melakukan palpasi menggunakan jari tangan, kemudian
fontanel posterior dapat dilihat proses penutupannya setelah usia 2 bulan, dan fontanel
anterior menutup saat usia 12-18 bulan.
b. Mata
Pemeriksaan mata untuk menilai adanya strabismus atau tidak, yaitu koordinasi
gerakan mata yang belum sempurna. Cara memeriksanya adalah dengan
menggoyangkan kepala secara perlahan-lahan, sehingga mata bayi akan terbuka,
kemudian baru diperiksa. Apabila ditemukan jarang berkedip atau sensitivitas
terhadap cahaya berkurang, maka kemungkinan mengalami kebutaan. Apabila
ditemukan adanya epicantus melebar, maka kemungkinan anak mengalami sindrom
down. Pada glaukoma kongenital, dapat terlihat pembesaran dan terjadi kekeruhan
pada kornea. Katarak kongenital dapat dideteksi apabila terlihat pupil yang berwarna
putih. Apabila ada trauma pada mata maka dapat terjadi edema palpebra, perdarahan
konjungtiva, retina, dan lain-lain.
c. Telinga
Pemeriksaan telinga dapat dilakukan untuk menilai adanya gangguan pendengaran.
Dilakukan dengan membunyikan bel atau suara jika terjadi refleks terkejut, apabila
tidak terjadi refleks, maka kemungkinan akan terjadi gangguan pendengaran.
d. Hidung
Pemeriksaan hidung dapat dilakukan dengan cara melihat pola pernapasan, apabila
bayi bernapas melalui mulut, maka kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan
napas karena adanya atresia koana bilateral atau fraktur tulang hidung atau
ensefalokel yang menonjol ke nasofaring. Sedangkan pernapasan cuping hidung akan
menujukkan gangguan pada paru, lubang hidung kadang-kadang banyak mukosa.
Apabila sekret mukopurulen dan berdarah, perlu dipikirkan adanya penyakit sifilis
kongenital dan kemungkinan lain.
e. Mulut
Pemeriksaan mulut dapat dilakukan dengan melihat adanya kista yang ada pada
mukosa mulut. Pemeriksaan lidah dapat dinilai melalui warna dan kemampuan refleks
mengisap. Apabila ditemukan lidah yang menjulur keluar, dapat dilihat adanya
kemungkinan kecacatan kongenital. Adanya bercak pada mukosa mulut, palatum, dan
pipi bisanya disebut sebagai monilia albicans, gusi juga perlu diperiksa untuk menilai
adanya pigmen pada gigi, apakah terjadi penumpukan pigmen yang tidak sempurna.
f. Leher
Pemeriksaan leher dapat dilakukan dengan melihat pergerakan, apabila terjadi
keterbatasan dalam pergerakannya, maka kemungkinan terjadi kelainan pada tulang
leher, misalnya kelainan tiroid, hemangioma, dan lain-lain.
Sumber : http://obstetriginekologi.com/pemeriksaan-fisik-pada-bayi-dan-balita
g. Klavikula dan lenga tangan
Adakah fraktur klavikula, gerakan, jumlah jari .
h. Dada
Bentuk dan kelainan bentuk dada,puting susu,gangguan pernafasan, auskultasi bunyi
jantung dan pernafasan.
Sumber : Muslihatun, Wafi Nur.2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta:
Fitramaya.
i. Abdomen dan punggung
Pemeriksaan abdomen dan punggung. Pemeriksaan pada abdomen ini meliputi
pemeriksaan secara inspeksi untuk melihat bentuk dari abdomen, apabila didapatkan
abdomen membuncit dapat diduga kemungkinan disebabkan hepatosplenomegali atau
cairan di dalam rongga perut. Pada perabaan, hati biasanya teraba 2 sampai 3 cm di
bawah arkus kosta kanan, limfa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri. Pada palpasi
ginjal dapat dilakukan dengan pengaturan posisi telentang dan tungkai bayi dilipat
agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas bawah ginjal dapat diraba
setinggi umbilikus di antara garis tengah dan tepi perut. Bagian-bagian ginjal dapat
diraba sekitar 2-3 cm. Adanya pembesaran pada ginjal dapat disebabkan oleh
neoplasma, kelainan bawaan, atau trombosis vena renalis. Untuk menilai daerah
punggung atau tulang belakang, cara pemeriksaannya adalah dengan meletakkan bayi
dalam posisi tengkurap. Raba sepanjang tulang belakang untuk mencari ada atau
tidaknya kelainan seperti spina bifida atau mielomeningeal (defek tulang punggung,
sehingga medula spinalis dan selaput otak menonjol).
Sumber : http://obstetriginekologi.com/pemeriksaan-fisik-pada-bayi-dan-balita
j. Genetalia
Kelamin laki-laki: panjang penis, testis sudah turun berada dalam skrotum, orifisium
uretrae di ujung penis, kelainan (fimosis, hipospadia/ epispadia). Kelamin
perempuan : labia mayora dan labia minora, klitoris, orifisium vagina, orifisium
uretra, sekret dan lain-lain.
Sumber : Muslihatun, Wafi Nur.2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta:
Fitramaya.
Pemeriksaan genitalia ini untuk mengetahui keadaan labium minor yang
tertutup oleh labia mayor, lubang uretra dan lubang vagina seharusnya terpisah,
namun apabila ditemukan sstu lubang maka didapatkan terjadinya kelainan dan
apabila ada sekret pada lubang vagina, hal tersebut karena pengaruh hormon. Pada
bayi laki-laki sering didapatkan fimosis, secara normal panjang penis pada bayi adalah
3-4 cm dan 1-1,3 cm untuk lebaruya, kelainan yang terdapat pada bayi adalah adanya
hipospadia yang merupakan defek di bagian ventral ujung penis atau defek sepanjang
penisnya. Epispadia merupakan kelainan defek pada dorsinn penis.
Sumber : http://obstetriginekologi.com/pemeriksaan-fisik-pada-bayi-dan-balita
k. Tungkai dan Kaki
Gerakan, bentuk simetris / tidak, jumlah jari, pergerakan, pes equinovarus / pes
equinovalgus.
l. Anus
Berlubang atau tidak, posisi, fungsi spingter ani, adanya atresia ani, meconium plug
syndrome, megacolon.
m. Refleks
Berkedip, babinski, merangkak, menari atau melangkah, ekstrusi, galant’s, moro’s,
neck righting, palmar graps, rooting, startle, menghisap, tonic neck.

D. Menimbang Bayi

Menimbang berat badan bayi merupakan salah satu upaya yang harus dilakukan untuk
mengetahui pertumbuhan bayi sehingga diketahui normal atau tidaknya pertumbuhannya.
Berat badan bayi lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah
lahir. Berat badan bayi baru lahir ditentukan oleh (disamping faktor genetis) status gizi janin.
Status gizi janin ditentukan antara lain oleh status gizi ibu pada waktu konsepsi (waryana,
2010). Berat bayi lahir yang normal rata-rata adalah antara 2500-4000 gram, sedangkan berat
bayi lahir lebih yaitu lebih dari 4000 gram, dan bila dibawah atau kurang dari 2500 gram
dikatakan berat badan lahirrendah (BBLR) (Marmi, Rahardjo, 2012). Bayi yang dilahirkan
dengan berat badan lahir rendah (BBLR), umumnya kurang mampu meredam tekanan
lingkungan yang baru, sehingga dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan, serta dapat mengganggu kelangsungan hidupnya (Prasetyono, D.S. 2009).

Anda mungkin juga menyukai