Anda di halaman 1dari 70

Bayi Baru Lahir & Bayi Normal

Diposting oleh Nurfita Zuliana Dian


Husada , di 05.12

DEFINISI

PERAWATAN AWAL

Peralihan yang berhasil dari janin yang terendam dalam cairan ketuban dan sepenuhnya

bergantung pada plasenta (ari-ari) untuk pemenuhan kebutuhan makanan dan oksigennya,

menjadi bayi yang menangis keras dan bernafas menghirup udara, merupakan suatu

keajaiban.

Bayi baru lahir yang sehat memerlukan perawatan yang baik agar dapat tumbuh secara

normal dan sehat.

Segera setelah lahir, dokter atau perawat dengan lembut akan membersihkan lendir dan

benda-benda lain dari mulut, Hidung dan tenggorokan bayi dengan alat penghisap.

Bayi akan segera bernafas sendiri.

Tali pusat dijepit pada dua tempat dan dipotong diantaranya.

Bayi kemudian dikeringkan dan dibaringkan diatas selimut hangat yang steril atau diatas

perut ibunya.

Bayi kemudian ditimbang dan diukur panjangnya.

Dokter akan memeriksa adanya kelainan yang jelas terlihat, sedangkan pemeriksaan fisik

secara lengkap akan dilakukan kemudian.

Kondisi bayi secara keseluruhan dinilai pada menit pertama dan 5 menit setelah kelahiran

dengan menggunakan skor Apgar.


Skor Apgar adalah penilaian bayi baru lahir yang didasarkan pada:

- Warna kulit bayi (merah muda atau biru)

- Denyut jantung

- Pernafasan

- Respon bayi

- Ketegangan otot (lemah atau aktif).

Menjaga kehangatan bayi baru lahir adalah suatu hal yang sangat penting.

Sesegera mungkin bayi diberi baju dari bahan yang nyaman, dibedong dan kepalanya ditutup

untuk mengurangi kehilangan panas tubuh.

Diberikan tetes mata perak nitrat atau antibiotik untuk perlindungan terhadap infeksi akibat

kontak dengan organisme berbahaya selama persalinan.

Setelah dipindahkan ke ruang perawatan, bayi ditempatkan dalam tempat tidur bayi yang

kecil dalam posisi miring dan menjaganya tetap hangat.

Menidurkan bayi dalam posisi miring akan mencegah penyumbatan saluran pernafasan oleh

cairan atau lendir yang bisa menghalangi pernafasan.

Karena semua bayi baru lahir memiliki sedikit jumlah vitamin K, dokter atau perawat

memberikan suntikan vitamin K untuk mencegah perdarahan (penyakit perdarahan pada bayi

baru lahir).

Larutan antiseptik dioleskan pada tali pusat yang baru dipotong untuk mencegah infeksi.

Sekitar 6 jam atau lebih setelah lahir, bayi dimandikan.

Perawat mencoba untuk tidak membersihkan bahan putih berminyak (verniks kaseosa) yang

menutupi hampir seluruh kulit bayi baru lahir, karena bahan ini membantu melindungi

terhadap infeksi.

Penyebab bayi baru lahir lebih besar atau lebih kecil dari normal

1. Lebih besar dari normal

- Ibu menderita diabetes

- Ibu dengan kelebihan berat badan

- Bayi dengan kelainan jantung

- Keturunan

2. Lebih kecil dari normal


- Ibu memakai obat atau Alkohol selama kehamilan

- Ibu merokok selama kehamilan

- Ibu dengan konsumsi gizi yang buruk selama kehamilan

- Ibu yang tidak melakukan perawatan kehamilan dengan baik

- Bayi yang terinfeksi dalam kandungan

- Bayi dengan kelainan kromosom.

PEMERIKSAAN FISIK

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh dalam 12 jam pertama setelah

bayi lahir.

Pemeriksaan dimulai dengan serangkaian pengukuran seperti:

- Menimbang berat badan, rata-rata bayi baru lahir beratnya adalah 3,5 kg

- Mengukur panjang badan, rata-rata panjang bayi baru lahir adalah 50 cm

- Mengukur lingkar kepala.

Selanjutnya dokter akan menilai kulit, kepala dan wajah, jantung dan paru-paru, sistem

saraf, perut dan alat kelamin bayi.

Kulit biasanya kemerahan, walaupun jari-jari tangan dan jari-jari kaki nampak agak kebiruan

karena sirkulasi darah yang kurang baik dalam jam-jam pertama kehidupan bayi baru lahir.

Persalinan normal dengan bagian kepala yang lebih dahulu keluar, akan mengakibatkan

bentuk kepala bayi berubah dan hal ini menetap selama beberapa hari.

Tulang-tulang yang membentuk tengkorak kepala saling bertumpuk untuk memudahkan

lahirnya kepala melalui jalan lahir.

Memar dan pembengkakan di kulit kepala adalah hal yang sering ditemui.

Pada persalinan sungsang dimana bokong lahir terlebih dahulu, biasanya tidak terjadi

perubahan bentuk kepala bayi, sebagai gantinya anggota tubuh yang mengalami

pembengkakan dan memar adalah bokong, alat kelamin dan kaki.

Kadang-kadang bisa terjadi perdarahan dari tulang kepala dan lapisan penutupnya

(periosteum), mengakibatkan timbulnya benjolan di kepala (sefal hematom) yang akan

menghilang dalam beberapa minggu.


Penekanan selama proses persalinan normal bisa menimbulkan memar pada wajah. Tekanan

ini juga bisa menyebabkan wajah terlihat tidak simetris.

Asimetri pada wajah juga bisa terjadi karena kerusakan pada salah satu saraf wajah.

Penyembuhan pada umumnya akan terjadi secara perlahan-lahan dalam beberapa minggu.

Pemeriksaan jantung dan paru-paru dilakukan dengan stetoskop untuk memeriksa adanya

suatu kelainan.

Kelainan pada salah satu dari organ ini juga bisa terlihat melalui warna kulit bayi dan

keadaannya secara umum.

Dilakukan pemeriksaan terhadap denyut nadi di lipat paha.

Dokter juga akan memeriksa adanya kelainan pada saraf-saraf dan menguji refleks bayi.

# Refleks penting pada bayi baru lahir adalah refleks Moro, refleks mencucur dan refleks

menghisap: Refleks Moro : bila bayi baru lahir dikejutkan, tangan dan kakinya akan

terentang ke depan tubuhnya seperti mencari pegangan, dengan jari-jari terbuka.

# Refleks Mencucur : bila salah satu sudut mulut bayi disentuh, bayi akan memalingkan

kepalanya ke sisi tersebut.

Refleks ini membantu bayi baru lahir untuk menemukan putting.

# Refleks Menghisap : bila suatu benda diletakkan dalam mulut bayi, maka bayi akan segera

menghisapnya.

Pemeriksaan daerah perut dilakukan dengan menilai bentuknya, dan memeriksa ukuran,

bentuk dan posisi alat-alat dalam seperti ginjal, hati dan limpa.

Pembesaran ginjal bisa menunjukkan adanya sumbatan pada aliran keluar dari air kemih.

Pemeriksaan lengan, tungkai dan pinggul dilakukan dengan menilai kelenturan dan

kemampuan geraknya.

Masalah yang sering dijumpai pada bayi baru lahir adalah dislokasi panggul. Keadaan ini bisa

diatasi dengan memasang atau menyimpan dua atau tiga lapis popok pada bayi untuk

menahan panggul pada posisi normalnya, sampai sembuh. Jika perlu, bisa dipasang bidai

oleh seorang ahli tulang.

Pemeriksaan alat kelamin pada anak laki-laki salah satunya untuk memastikan bahwa kedua

buah pelirnya lengkap dalam kantong buah zakar.

Meskipun jarang dan tidak menimbulkan rasa nyeri pada bayi baru lahir, buah pelir bisa

terpelintir (torsio testis), yang perlu diatasi dengan tindakan pembedahan darurat.
Pada bayi perempuan, bibir vaginanya menonjol.

Sisa hormon ibu yang didapat selama dalam kandungan akan menyebabkan bibir vagina ini

membengkak selama beberapa minggu pertama.

BEBERAPA HARI PERTAMA

Segera setelah persalinan normal, ibu dibantu oleh petugas ruang persalinan untuk

menggendong bayinya.

Jika ibunya menginginkan, pemberian air susu ibu bisa dimulai pada saat ini.

Sang ayah juga didorong untuk menggendong bayinya dan melewatkan saat-saat indah ini

bersama.

Beberapa ahli percaya bahwa kontak fisik secara dini dengan bayi akan membantu

terbentuknya ikatan yang kuat.

Tetapi orang tua bisa membentuk ikatan yang kuat dengan bayinya meskipun pada jam-jam

pertama mereka tidak bersama-sama.

Selama beberapa hari pertama setelah kelahiran anaknya, orang tua belajar untuk memberi

makan, memandikan dan memakaikan baju bayi dan akan segera terbiasa dengan kegiatan

ini.

Meskipun ibu dan bayi harus tinggal selama seminggu bahkan lebih di rumah sakit, dewasa

ini masa perawatan di rumah sakit hanya berkisar antara 2-3 hari saja.

Penjepit plastik pada tali pusar bayi akan dilepas dalam waktu 24 jam.

Setelah itu tali pusat yang tersisa harus selalu dibasahi dengan larutan alkohol, untuk

mempercepat pengeringan dan mengurangi resiko terjadinya infeksi.

Penyunatan (sirkumsisi), kalau diinginkan, biasanya dilakukan dalam hari-hari pertama.

Tetapi prosedur ini harus ditunda jika penis abnormal, dimana kulit depannya mungkin

memerlukan reparasi melalui bedah plastik.

Keputusan untuk melakukan sunat tergantung sepenuhnya pada keyakinan orang tua bayi.

Secara medis tindakan ini dimaksudkan untuk menghilangkan kelebihan kulit yang bisa

menghambat aliran urin.


Alasan lain seperti mengurangi resiko kanker penis masih dalam perdebatan.

Sunat bisa beresiko bila dalam keluarga ada riwayat penyakit kelainan darah.

Sunat juga harus ditunda bila selama hamil ibunya mengkonsumsi obat-obatan yang

meningkatkan resiko perdarahan seperti antikoagulan atau aspirin.

Dokter akan menunggu sampai semua jenis obat-obatan ini tidak terdapat lagi dalam

sirkulasi bayi.

Bayi juga mendapat vitamin K untuk menghalangi Anti pembekuan ini.

Kebanyakan bayi baru lahir akan mengalami ruam kulit dalam minggu-minggu pertama.

Ruam biasanya muncul di tempat kulit bergesekan dengan baju seperti lengan, tungkai dan

punggung. Tetapi bisa juga muncul di wajah.

Ruam ini cenderung menghilang sendiri tanpa pengobatan.

Penggunaan lotion atau bedak, sabun wangi, air panas untuk mandi dan celana plastik untuk

bayi akan memperburuk keadaan ini, terutama pada Cuaca panas.

Pengeringan dan pengelupasan kulit sering terjadi setelah beberapa hari, terutama di lipatan

pergelangan tangan dan pergelangan kaki.

Bayi baru lahir memiliki beberapa benjolan keras dibawah kulitnya (nekrosis lemak

subkutaneus), dimana penekanan tulang merusak beberapa jaringan lemak.

Pada persalinan dengan pertolongan forsep, benjolan tertentu sering ditemukan di kepala,

pipi dan leher.

Benjolan bisa pecah menembus permukaan kulit, mengeluarkan cairan kuning jernih, tetapi

biasanya akan segera sembuh.

Bayi yang sebetulnya normal akan tampak sedikit kuning pada hari kedua.

Yang harus diperhatikan adalah bila kuning muncul sebelum bayi berusia 24 jam.

Air kemih pertama yang dikeluarkan bayi bersifat pekat dan mengandung zat kimia urat yang

tampak sebagai pewarnaan merah muda pada popok.

Dokter akan memeriksa penyebabnya, bila bayi belum berkemih dalam 24 jam.

Penundaan berkemih lebih sering terjadi pada bayi laki-laki.

Penundaan ini mungkin disebabkan karena kulit depan penisnya terlalu erat atau karena

pembengkakan sementara dari penis setelah disunat.


Tinja yang pertama keluar disebut mekonium, konsistensinya lengket berwarna hitam

kehijauan.

Setiap bayi harus mengeluarkan mekonium dalam 24 jam setelah kelahiran.

Kegagalan pengeluaran mekonium biasanya disebabkan mengerasnya mekonium dalam usus

bayi, yang biasanya bisa dikeluarkan dengan satu atau dua enema secara lembut.

Cacat bawaan bisa menyebabkan penyumbatan yang lebih serius.

Bayi baru lahir akan kehilangan 5-10% dari berat badannya dalam beberapa hari pertama.

Berat ini akan segera kembali setelah bayi mulai menerima makanan dari luar.

PEMBERIAN MAKAN

Bayi normal memiliki refleks mencucur dan refleks menghisap yang aktif, dan dapat segera

mulai makan setelah lahir.

Jika bayi tidak disusui oleh ibunya di ruang persalinan, pemberian makanan biasanya dimulai

dalam 4 jam setelah kelahiran.

Meludah dan memuntahkan lendir adalah hal yang biasa terjadi pada hari pertama.

Jika hal ini terjadi lebih lama lagi, dokter atau perawat bisa membuang sisa lendir dari

lambung dengan memasukkan selang secara perlahan melalui hidung menuju ke lambung.

Bayi baru lahir yang diberi susu botol bisa muntah karena Alergiterhadap susu.

Sebagai gantinya diberikan formula yang rendah alergi.

Bila bayi masih muntah, harus dicari penyebabnya.

Muntah terus menerus pada bayi yang mendapat ASI bisa disebabkan oleh sumbatan pada

saluran cerna yang menghalangi pengosongan lambung.

Bayi tidak pernah alergi terhadap ASI.

Bayi baru lahir akan berkemih sebanyak 6-8 kali sehari.

Mereka juga buang air besar setiap hari, menangis keras, keadaan kulitnya bagus dan

mempunyai refleks menghisap yang kuat.

Semua ciri-ciri ini menandakan bahwa bayi mendapat cukup ASI atau susu formula.
Penambahan berat badan akan memperkuat hal tersebut.

Waktu tidur yang panjang diantara waktu makan menunjukkan bahwa bayi mendapat susu

dalam jumlah yang cukup.

Meskipun kadang-kadang bayi yang mendapat ASI bisa tidur lama padahal tidak

mendapatkan susu yang cukup.

Karena itu, bayi yang mendapat ASI, harus diperiksa secara dini dan secara rutin oleh dokter

untuk memastikan bahwa pemberian makanannya mencukupi.

Pemberian Susu botol.

Bayi yang disusui melalui botol sering diberikan air suling yang steril pada saat pemberian

makanan pertama, untuk meyakinkan bahwa mereka bisa mengisap dan menelan dan bahwa

refleks muntahnya berfungsi dengan baik.

Air ini tidak membahayakan bayi yang memiliki masalah pemberian makanan.

Jika bayi tidak meludahkan air ini, bisa diberikan formula pada pemberian makanan

berikutnya.

Di rumah sakit, bayi-bayi biasanya diberi makan setiap 4 jam untuk alasan efisiensi.

Susu formula yang mengandung kalori dan vitamin yang memadai bisa diberikan dalam botol

steril.

Ibu tidak boleh memaksa bayinya untuk cepat-cepat menghabiskan susunya. Biarkanlah bayi

minum sebanyak yang dia mau.

Pemberian makanan ini harus ditingkatkan secara bertahap selama minggu pertama

kehidupan bayi.

Formula bayi yang diperjualbelikan lebih disukai dari pada susu sapi, yang tidak tepat untuk

minggu pertama kehidupan bayi.

Meskipun susu sapi memiliki komposisi gizi yang seimbang untuk bayi, tetapi kandungan zat

besinya kurang. Padahal zat besi penting untuk pembentukan sel darah merah.

Multivitamin yang diteteskan, yang mengandung vitamin A, C dan D, harus diberikan setiap

hari kepada bayi yang mendapat formula atau ASI selama tahun pertama dan pada musim

dingin, dimana sinar matahari dan aktivasi vitamin D terbatas.

Fluor bisa ditambahkan ke dalam formula, jika tidak tersedia air yang mengandung fluor.
Bayi yang diberi susu botol harus diberi air putih diantara pemberian susunya, terutama jika

cuaca panas atau lingkungannya panas dan kering.

Kadang-kadang bayi yang tidak cukup diberi makan bisa memerlukan pemberian makanan

tambahan melalui infus. Dokter kemudian akan mencoba mencari tahu apa penyebabnya.

Pemberian Air Susu Ibu.

Air susu ibu adalah makanan yang paling ideal untuk bayi.

Kelebihan yang dimiliki ASI dibandingkan susu botol adalah:

# ASI menyediakan zat-zat gizi yang diperlukan bayi dalam bentuk yang paling mudah

dicerna dan paling mudah diserap

# ASI mengandung antibodi dan sel-sel darah putih yang melindungi bayi terhadap infeksi

# ASI bisa merubah keasaman tinja dan Flora usus sehingga melindungi bayi terhadap diare

karena bakteri.

Karena sifat perlindungan tersebut, bayi yang diberi ASI pada umumnya lebih jarang terkena

infeksi dibandingkan bayi yang diberi susu botol.

Keuntungan bagi ibu adalah ikatan Batin dengan bayi lebih kuat dan ibu merasa dekat

dengan bayinya.

Cairan encer kekuningan, yang disebut kolostrum, mengalir dari puting ibu sebelum ASI

diproduksi. Kolostrum kaya akan kalori, protein dan antibodi.

Antibodi dalam kolostrum akan sangat berharga bila diserap langsung ke dalam tubuh dari

lambung. Dengan jalan ini, bayi terlindungi dari penyakit yang antibodinya telah dibentuk

oleh ibu.

Puting ibu tidak memerlukan persiapan khusus sebelum digunakan untuk menyusui.

Mengeluarkan cairan secara manual sebelum persalinan bahkan pada awal persalinan, bisa

menyebabkan infeksi payudara (mastitis).

Secara alami, dihasilkan pelumas untuk melindungi permukaan areola dan puting yang

dipersiapkan untuk diisap. Pelumas ini tidak boleh dibersihkan/diseka.

Ibu mengambil posisi yang nyaman dan santai, mungkin berbaring hampir mendatar dan

berganti posisi untuk payudara kiri dan kanan. Bayi menghadap ke ibu.

Ibu memegang payudaranya, dengan ibu jari dan telunjuk di puncak payudara dan jari
lainnya di bawah payudara, dan menyentuhkan putingnya ke bibir bawah bayi. Ini akan

merangsang bayi untuk membuka mulutnya (refleks mencucur) dan melahap payudara ibu.

Ibu mendorong puting dan areola payudara ke dalam mulut bayi, memastikan bahwa puting

berada di tengah-tengah untuk mencegah terjadinya luka pada puting payudara.

Sebelum menjauhkan bayi dari puting payudara, ibu menghentikan kegiatan menyusui ini

dengan memasukkan jarinya ke dalam mulut bayi dan dengan lembut menekan dagu bayi ke

bawah.

Pada awalnya, bayi menyusu hanya beberapa menit setiap kalinya.

Refleks umpan balik (refleks let-down) dalam tubuh ibu akan memacu pembentukan ASI.

Pengisapan yang berlebihan pada awal menyusui harus dihindari.

Puting yang luka merupakan akibat dari posisi menyusui yang salah dan lebih sulit untuk

mengobatinya.

Pada sisi yang lain, produksi ASI tergantung pada waktu menyusui yang memadai. Waktu

menyusui akan meningkat secara bertahap sampai produksi ASI benar-benar stabil.

Mulanya bayi disusui sekitar 10 menit, kemudian disusui selama bayi menginginkannya.

Untuk anak pertama, produksi ASI biasanya terjadi dalam 72-97 jam setelah persalinan.

Untuk anak berikutnya, ASI akan lebih cepat terbentuk.

Jika ibu merasa lelah selama malam-malam pertama, pemberian ASI pada tengah malam

(jam 2 malam) bisa diganti dengan air. Tetapi tenggang waktu antara menyusui tidak boleh

lebih dari 6 jam.

Menyusui hendaknya berdasarkan kemauan bayi, tidak berdasarkan waktu. Demikian pula

halnya dengan lamanya menyusui, harus disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan bayi.

Ibu harus memeriksakan bayinya ke dokter, terutama pada anak pertama, pada 7-10 hari

setelah persalinan sehingga dokter bisa mengetahui bagaimana proses menyusui

berlangsung dan menjawab berbagai pertanyaan mengenai menyusui.

Payudara cenderung membengkak dan menimbulkan rasa tidak nyaman selama hari-hari

pertama menyusui. Pembengkakan ini bisa dikurangi dengan lebih sering menyusui.

Mengenakan BH yang nyaman selama 24 jam sehari bisa membantu mengurangi nyeri.

Mengeluarkan ASI dengan tangan juga akan mengurangi tekanan.


Ibu mungkin perlu mengeluarkan ASInya secara manual sebelum menyusui agar mulut bayi

dapat mencakup daerah areola yang membengkak.

Tetapi pengeluaran berlebihan diantara waktu menyusui cenderung menyebabkan

pembengkakan yang berlanjut dan pengeluaran secara manual seharusnya hanya dilakukan

untuk mengurangi rasa tidak nyaman.

Posisi yang salah dari bayi juga bisa menyebabkan luka pada puting ibu. Kadang-kadang bayi

menarik bibir bawahnya dan mengisapnya, menimbulkan iritasi pada puting. Bila hal ini

terjadi, ibu dapat melepaskan bibir bayi dengan jari ibu.

Setelah menyusui, ASI yang tersisa di puting dibiarkan mengering dengan sendirinya, jangan

dilap atau dicuci. Bisa juga dikeringkan dengan pengering rambut dengan panas yang

rendah.

Pada iklim yang sangat kering, lanolin hipoalergenik atau salep bisa dioleskan pada puting.

BH yang dilapisi plastik harus dihindari.

Seorang ibu yang menyusukan ASInya, memerlukan zat gizi tambahan terutama kalsium.

Hasil olahan susu merupakan sumber kalsium yang sangat baik. Tetapi jika ibu tidak

menyukai susu, bisa diganti dengan kacang-kacangan dan sayuran hijau. Atau ibu juga bisa

mengkonsumsi kalsium tambahan dalam bentuk tablet.

Vitamin tambahan tidak diperlukan lagi bila kebutuhan gizi sudah terpenuhi dalam makanan

ibu, yang terutama harus mengandung vitamin C, vitamin B6 dan vitamin B12 yang cukup.

Kapan saatnya bayi disapih (berhenti mendapatkan ASI), tergantung kepada kebutuhan dan

keinginan dari ibu dan bayi. Pemberian ASI selama minimal 6 bulan akan sangat

menguntungkan.

Penyapihan secara bertahap akan lebih mudah, baik bagi ibu maupun bayi, dari pada

pemberhentian secara tiba-tiba.

Pada saat disapih, biasanya bayi diperkenalkan kepada makanan padat. ASI diberikan

sebanyak 8-10 kali/hari, dan makanan padat diberikan sampai 3 kali/hari. Pemberian ASI

secara bertahap lalu dikurangi.

Bila bayi sudah berumur 7 bulan, satu kali menyusui ASI hendaknya diganti dengan sebotol

jus buah, ASI yang diperas atau formula.

Belajar minum dari gelas merupakan saat perkembangan yang penting dan biasanya bisa
terlaksana pada saat bayi berusia 10 bulan.

Beberapa bayi tetap memerlukan 1-2 kali/hari menyusu kepada ibunya sampai berusia 18-24

bulan.

Jika menyusui berlangsung lebih lama, anak juga harus diberi makanan padat dan diajari

minum dengan gelas.

Pemberian Makanan Padat.

Waktu untuk mulai memberikan makanan padat tergantung pada kebutuhan dan kesiapan

bayi.

Biasanya sebelum mencapai umur 6 bulan, bayi tidak memerlukan makanan padat, meskipun

mereka sudah bisa menelan makanan pada usia 3 atau 4 bulan.

Kadang-kadang orang tua memaksakan bayi untuk banyak memakan makanan padat agar

tidur lelap di malam hari. Tapi hal ini tidak akan berhasil dan bisa menimbulkan masalah

pemberian makanan di kemudian hari.

Banyak bayi yang mendapatkan makanan padatnya setelah minum susu botol atau ASl,

sehingga kebutuhan menghisapnya sudah terpenuhi dan rasa laparnya sudah hilang.

Pertama kali biasanya diberikan bubur gandum, lalu buah-buahan dan sayuran.

Alergi atau sensitivitas terhadap makanan lebih mudah diketahui bila bayi diberikan bubur,

buah atau sayuran yang sama selama beberapa hari.

Makanan ini hendaknya diberikan dengan sendok sehingga bayi belajar cara makan yang

baru.

Kebanyakan makanan bayi yang diperjualbelikan, terutama jenis makanan penutup dan sup,

mengandung tepung dalam kadar tinggi. Tepung tidak mengandung vitamin atau mineral,

kalorinya tinggi dan sulit dicerna oleh bayi.

Beberapa makanan bayi instan juga mengandung natrium dalam kadar sangat tinggi.

Makanan yang dibuat di rumah harganya jauh lebih murah dan nutrisinya jauh lebih baik.

Daging dapat diberikan setelah bayi berumur 7 bulan. Daging lebih baik dibandingkan

makanan kaya karbohidrat, karena bayi memerlukan protein dalam jumlah besar.
Karena kebanyakan bayi tidak menyukai daging, pemberiannya harus hati-hati dan penuh

perhatian.

Banyak anak alergi terhadap gandum, telur dan coklat sehingga pemberiannya pada bayi

sebaiknya ditunda sampai usia 1 tahun.

Memberikan makanan ini akan menyebabkan alergi di kemudian hari.

Pemberian madu sebaiknya setelah usia 1 tahun, karena kemungkinan adanya spora

Clostridium botulinum.

Spora ini bisa menyebabkan botulisme pada bayi, tapi tidak berbahaya pada anak yang lebih

tua.

PERKEMBANGAN FISIK

Perkembangan fisik bayi tergantung kepada faktor keturunan, gizi dan lingkungan. Kelainan

fisik dan psikis juga bisa mempengaruhi pertumbuhannya.

Pertumbuhan optimal memerlukan gizi dan kesehatan yang optimal pula.

Panjang badan bayi bertambah sekitar 30% pada usia 5 bulan dan lebih dari 50% dalam

setahun.

Berat badannya akan menjadi dua kali lipat dalam 3 bulan dan tiga kali lipat dalam 1 tahun.

Organ-organ yang berbeda tumbuh dengan tingkatan yang berbeda.

Misalnya sistem reproduksi berubah sangat sedikit sebelum masa pubertas. Sementara

perkembangan otak hampir seluruhnya terpenuhi selama tahun pertama kehidupan seorang

anak. Pada saat dilahirkan ukuran otak kira-kira 1/4 ukurannnya di saat dewasa. Pada usia

satu tahun ukurannya 3/4 ukuran dewasa.

Fungsi ginjal pada akhir tahun pertama sudah mencapai fungsi dewasanya.

Gigi depan bawah akan muncul pada umur 5-9 bulan. Gigi depan atas akan muncul pada

umur 8-12 bulan.

PERKEMBANGAN PERILAKU & INTELEKTUAL


Tingkat perkembangan perilaku dan intelektual berbeda antara anak yang satu dengan

lainnya.

Kadang-kadang terdapat pola tertentu dalam suatu keluarga seperti terlambat berjalan atau

terlambat bicara.

Faktor lingkungan seperti kurangnya stimulasi bisa menghambat perkembangan normal.

Faktor fisik seperti tuli juga bisa memperlambat perkembangan bayi.

Meskipun perkembangan anak-anak biasanya terus berkelanjutan, tapi bisa terhenti pada

suatu fungsi tertentu, misalnya bicara.

Pada awalnya bayi tidur hampir sepanjang waktu.

Bayi bisa makan, batuk bila saluran nafasnya terganggu dan menangis sebagai reaksi

terhadap gangguan atau ketidaknyamanan.

Pada usia 6 minggu bayi akan melihat langsung pada objek yang berada langsung di

depannya dan tersenyum bila diajak bicara. Kepalanya masih bergoyang kalau bayi ditarik ke

posisi duduk.

Pada usia 3 bulan bayi tersenyum bila mendengar suara ibunya, membuat suara-suara

pertamanya dan mengikuti objek bergerak. Kepala sudah mantap bila bayi dalam posisi

duduk. Bayi akan menggenggam objek dalam tangannya.

Pada usia 6 bulan, bayi bisa duduk dengan bantuan dan berguling. Kebanyakan bayi bisa

berdiri dengan bantuan dan bisa memindahkan suatu benda dari tangan yang satu ke tangan

yang lain. Bayi mengeluarkan suara bila sedang bermain.

Pada usia 9 bulan bayi bisa duduk dengan baik dan merangkak, menarik dirinya ke posisi

berdiri dan mengatakan "mama" dan "papa" dengan jelas.

Pada usia 12 bulan bayi biasanya sudah bisa berjalan dengan memegang tangan seseorang

dan mengucapkan beberapa kata.

PEMERIKSAAN PADA TAHUN PERTAMA

Tes penyaringan (screening test) dimaksudkan untuk mengetahui adanya kelainan pada
tahap awal.

Diagnosis dini dan pengelolaan tepat bisa mengurangi atau mencegah kelainan yang akan

mempengaruhi perkembangan kesehatan bayi.

Sebelum meninggalkan rumah sakit, bayi baru lahir diambil darahnya untuk sejumlah

pemeriksaan laboratorium.

Contohnya untuk mengetahui kadar hormon tiroid dalam darah, karena kadar yang rendah

bisa menyebabkan kretinisme, suatu kelainan tiroid menahun yang ditandai dengan

perkembangan fisik dan mental yang terhambat.

Seorang bayi baru lahir dengan kadar hormon tiroid yang rendah mendapatkan pengobatan

hormon tiroid per-oral (melalui mulut) pada hari ke7-10.

Penyakit lainnya, fenilketonuria, jika tidak diobati bisa menyebabkan keterbelakangan

mental.

Banyak tes uji saring lainnya yang bisa dilakukan.

Contohnya uji saring terhadap homosistinuria, penyakit kemih sirup mapel, galaktosemia dan

penyakit sel sabit.

Kadang-kadang uji saring ini dilakukan berdasarkan latar belakang suku bangsa dan genetik

dari orang tuanya.

Panjang badan, berat badan dan lingkar kepala selalu diperiksa pada setiap kunjungan rutin

ke dokter dalam tahun pertama.

Pada setiap kunjungan dokter akan mendengarkan bunyi jantung bayi dengan stetoskop.

Suatu kelainan bunyi bisa menandakan adanya penyakit jantung.

Pada setiap kunjungan, dokter juga akan memeriksa perut bayi karena beberapa kanker

yang jarang seperti tumor Wilm dan neuroblastoma dapat diketahui hanya sejalan dengan

pertumbuhan bayi.

Bayi yang dilahirkan prematur secara berkala akan menjalani pemeriksaan mata untuk

menemukan adanya retinopati karena prematuritas.

IMUNISASI

Anak-anak harus diimunisasi untuk melindungi mereka terhadap penyakit menular. Vaksin
sangat aman dan efektif, walaupun beberapa anak bisa saja mengalami reaksi ringan setelah

diimunisasi.

Kebanyakan vaksin diberikan melalui suntikan dan beberapa melalui mulut, misalnya polio.

Vaksin pertama yang diterima bayi adalah vaksin Hepatitis B, lalu dosis pertama vaksin ini

diberkan selama minggu pertama kehidupan, kadang keitka bayi masih di rumah sakit.

Imunisasi rutin lainnya dimulai pada minggu ke 6-8.

Imunisasi tidak boleh ditunda, meskipun bayi sedang mengalami demam ringan karena

infeksi ringan biasa.

Banyak vaksin memerlukan lebih dari satu dosis untuk memberikan perlindungan penuh.

Jadwal imunisasi yang harus diberikan bukanlah jadwal yang kaku. Orang tua sebaiknya

berusaha membawa anaknya untuk imunisasi sesuai jadwal, tapi bila terjadi penundaan, hasil

akhir kekebalan yang didapat tidak akan terpengaruh. Juga tidak diperlukan pengulangan

serial vaksin dari awal.

Beberapa vaksin dianjurkan diberikan pada keadaan tertentu. Misalnya, vaksin Hepatitis A

diberikan kepada orang-orang yang melanjutkan sekolahnya atau bepergian ke luar negeri.

Pada satu kali kunjungan ke dokter, mungkin diberikan lebih dari satu vaksin. Tetapi

beberapa vaksin sering dicampurkan dalam satu suntikan, misalnya vaksin pertusis, difteri,

tetanus dan Hemophilus influenzae tipe B.

Suatu vaksin kombinasi mengurangi jumlah suntikan tetapi tidak menjamin kemanan dan

efektivitas vaksinnya.

Untuk membantu mencegah gastroenteritis berat karena infeksi rotavirus, bisa diberikan

vaksin rotavirus per-oral (melalui mulut).

KEJADIAN PENTING DALAM TAHUN PERTAMA

1 bulan

- Membawa tangannya menuju ke mata dan mulut

- Menggerakkan kepala ke kanan dan ke kiri jika ditengkurapkan

- Mengikuti pergerakan benda pada jarak sekitar 15 cm dari garis tengah mukanya (tepat di

depannya)

- Bereaksi terhadap suara berupa kaget, menangis atau terdiam


- Berpaling kepada suara atau bunyi yang dikenalnya

- Memperhatikan wajah seseorang

3 bulan

- Mengangkat kepala 45 derajat (mungkin sampai 90 derajat) jika ditengkurapkan

- Membuka dan menutup tangannya

- Jika diberdirikan diatas permukaan yang datar, kakinya menekan ke bawah

- Mengikuti gerakan mainan yang bergoyang dan berusaha mencapainya

- Mengikuti pergerakan benda di depan wajahnya, dari kanan ke kiri atau sebaliknya

- Memperhatikan wajah lebih seksama

- Tersenyum mendengar suara ibunya

- Mulai mengeluarkan suara-suara

5 bulan

- Mulai bisa menegakkan kepalanya dengan mantap

- Berguling dari tengkurap ke terlentang

- Menggapai benda

- Mengenali orang pada jarak tertentu

- Mendengarkan suara orang dengan seksama

- Tersenyum spontan

- Menjerit dengan gembira

7 bulan

- Duduk tanpa bantuan

- Bila diberdirikan, bisa menahan beberapa berat badannya

- Memindahkan benda dari tangan kanan ke tangan kiri atau sebaliknya

- Memperhatikan benda yang dijatuhkan

- Bereaksi bila namanya dipanggil

- Bereaksi bila dilarang

- Mengoceh, menggabungkan vokal dan konsonan

- Bergoyang dengan penuh suka cita bila diajak bermain

- Bermain ciluk-ba

9 bulan

- Berusaha menggapai mainan yang berada diluar jangkauannya

- Tampak keberatan bila mainannya diambil


- Merangkak atau melata pada tangan dan lutunya

- Berusaha untuk berdiri

- Berdiri dengan berpegangan

- Mengucapkan 'mama' atau 'papa'

12 bulan

- Duduk dari posisi tengkurap

- Berjalan dengan berpegangan, mungkin melangkah 1-2 langkah tanpa bantuan

- Berdiri tegak tanpa bantuan untuk beberapa saat

- Memanggil orangtuanya dengan menyebut 'mama' atau 'papa'

- Minum dari gelas

- Bertepuk tangan dan melambaikan tangannya.

Share

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

0 komentar to “Bayi Baru Lahir & Bayi Normal”


Posting Komentar

BERANDA

Blog archive
 ▼ 2011 (1)
o ▼ November (1)
 Bayi Baru Lahir & Bayi Normal

Blogger news

Blogroll

ASKEB V KEBIDANAN KOMUNITAS - DIAN HUSADA Copyright © 2011 | Template design by O


Pregador | Powered by Blogger Templates

PELAYANAN KESEHATAN PADA BAYI DAN BALITA


A. Perawatan Kesehatan Bayi
Setelah bayi lahir, bidan segera memeriksa bayi yang lahir untuk rnengetahui apakah
ada kelainan atau cacat bawaan.
1 . Tanda-tanda bayi baru lahir normal
Bayi baru lahir normal memiliki tanda-tanda sebagai berikut:
a. Berat badan antara 2500 - 4000 gram
b. Lingkar kepala 31- 35 cm, kepala simetris
c. Refleks menghisap positif
d. Lingkaran perut lebih besar dan lingkaran dada, perut lembek dan bundar
e. Alat kelamin tidak ada kelainan
f. Mekonium (+)
g. Anggota gerak tidak ada kelainan dan lengkap
h. Kulit tertutup verniks kaseosa (lapisan lemak), mungkin mengelupas
i. Dahi dan punggung tertutup oleh bulu-bulu halus
j. Refleks more (+)
k. Ukuran antropometrk normal
2. Asuhan segera pada bayi baru lahir
Setelah dilakukan pemeriksaan pada bayi baru lahir, jika tidak ditemukan adanya
kelainan, maka bayi ditetapkan (diagnose) lahir dengan keadaan normal. Dalam rencana
dan langkah asuhan dilakukan urutan sebagai berikut:
a. Membersihkan rongga hidung dan mulut dengan kapas steni atau penghisap lendir dan karet
(De lee)
b. Mengeringkan bayi dan air ketuban
c. Meletakkan bayi diatas perut ibu
d. Memotong tali pusat
e. Mengelus telapak kaki, dada, perut dare punggung, bila bayi tidak menangis
f. Menilai APGAR skor pada satu menit pertama untuk menentukan ada tidaknya asfiksia
g. Membersihkan bayi dan lapisan lemak yang berlebihan
h. Memberi salep mata tetrasiklin atau larutan nitro argenti 1% pada kedua mata bayi
APGAR skor

Nilai
Pengkajian
0 1 2
Denyut jantung Tidak ada Lambat, < 100 > 100
Usaha pernafasan Tidak ada Lambat, tidak teratur Mengangis bagus
Keadaan otot Lembut Sebagian ekstremitas Bergerak aktif
lemah
Refleks Tidak ada Meringis Menangis dengan
keras
Warna Biru, pucat Tubuh merah muda, kaki Seluruh tubuh
dan tangan biru merah muda

3. Perawatan rutin
Ajarkan orang tua cara merawat bayi mereka dan perawatan harian untuk bayi bayi
baru lahir.
a. Beri ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam), mulai dari
pertama
b. Pertahankan agar bayi selalu dengan ibu
c. Jaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering, dengan mengganti popok dan selimut
sesuai dengan keperluan. Pastikan bayi tidak terlalu panas atau terlalu dingin (dapat
menyebabkan dehidrasi, ingat bahwa pengaturan suhu bayi masih dalam perkembangan).
Apa saja yang dimasukkan ke dalam mulut bayi harus selalu bersih
d. Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering
e. Peganglah, sayangi dan nikmati kehidupan bersama bayi
f. Awasi masalah dan kesulitan pada bayi dan minta bantuan jika perlu
g. Jaga keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit/infeksi
h. Ukur suhu tubuh bayi, jika bayi tampak sakit atau menyusu kurang
4. Cara memandikan bayi
Tujuannya adalah untuk membersihkan bayi dan menguatkan peredaran darah.
Sebelumnya terlebih dahulu disiapkan alat untuk memandikan bayi sebagai berikut:

- Menyiapkan ember yang berisi air hangat dan bersih


- Tempat meletakkan bayi (meja atau tempat tidur)
- Handuk
- Pakaian bayi : baju, popok dan kain bedung Sabun bayi
- Lap mini
- Kapas lidi
- Ember (tempat kain kotor)
- Air steril (aquadest)
- Dan lain lain

Cara memandikan bayi

- Mencuci tangan dengan sabun

- Membentangkan handuk di atas meja

- Melepaskan pakaian bayi dan pakaian bayi tersebut dimasukkan ke tempat kain kotor

- Memeriksa hidung, telinga, mata, apakah ada kotoran dan tanda-tanda infeksi

- Membersihkan liang telinga dengan kapas lidi basah dengan air steril

- Mencuci muka bayi dengan lap mini yang dibasahi dengan air hangat

- Membersihkan kepala, leher, dada, tangan, punggung, tungkai, dubur dan kemaluan dengan

sabun

- Membersihkan lemak pada ketiak dan lipatan papa dengan lembut


- Bayi dimandikan di dalam ember berisi air hangat

- Bayi diangkat dan kepala bayi berada di atas pergelangan tangan bagian dalam dan empat

jari tangan kiri ditempatkan di ketiak kiri dan jempol pada bahu kiri bayi

- Tangan kanan diletakkan di bawah pantat bayi

- Tangan kanan digunakan untuk membersihkan seluruh tubuh bayi dengan sabun. Tubuh

yang dibersihkan mulai dari ketiak sampai kaki

- Mata dan telinga dijaga agar tidak masuk air

- Posisi bayi ditengkurapkan

- Punggung bayi dibersihkan

- Setelah semua badan bayi bersih, bayi diangkat dari ember

- Mengeringkan tubuh bayi dengan handuk

- Memakaikan popok bayi

- Menjemur bayi di terik matahari pagi 10 – 15 menit

- Menstabilkan suhu tubuh bayi, kemudian baru memasang baju dan bedung bayi
5. Perawatan Tali Pusat
- Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara dan tutupi dengan
kain bersih secara longgar
- Lipatlah popok di bawah tali pusat
- Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja, cuci dengan sabun dan air bersih, dan keringkan
6. Tanda bahaya
- Pernapasan sulit atau > 60 kali per menit, lihatlah retraksi pada waktu bernapas
- Suhu teria!u panas > 38°C atau terlalu dingin < 36°C
- Warna abnormal, kulit/bibir biru (sianosis), atau pucat, memar atau bayi sangat kuning
(terutama 24 jam pertama)
- Pemberian AS( sulit, hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah
- Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah
- Gangguan gastrointestinal misalnya tidak mengeluarkan mekonium selama 3 hari
pertama berturut-turut setelah lahir, muntah terus menerus, tinja berdarah atau bertendir
- Tidak berkemih dalam 24 jam
- Menggigil,atau tangis tidak biasa, lemas, mengantuk, lunglai, kejang, tidak bisa tenang,
menangis terus menerus
- Mata bengkak dan mengeluarkan cairan
- Cari pertolongan bidan atau tenaga medis jika timbul tanda-tanda bahaya

B. Perawatan Kesehatan Anak Balita


Salah satu upaya untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian anak balita
adalah dengan melakukan pemeliharaan kesehatannya. Bidan yang bekerja di komunitas
melakukan kegiatan pelayanan kesehatan anak balita
di rumah (keluarga), Puskesmas/Puskesmas pembantu, Posyandu, Polindes dan Taman
Kanak-kanak.

1. Pelayanan kesehatan pada anak balita

a. Pemeriksaan kesehatan anak balita secara berkala


b. Penyuluhan pada orang tua, menyangkut perbaikan gizi, kesehatan lingkungan, pengawasan

tumbuh kembang anak

c. Imunisasi dan upaya pencegahan penyakit lainnya

d. Identifikasi tanda kelainan dan penyakit yang mungkin timbul pada bayi dan cara

menanggulanginya

2. Kunjungan anak balita


Bidan berkewajiban mengunjungi bayi yang ditolongnya atupun yang ditolong oleh
dukun di bawah pengawasan bidan di rumah.
 Kunjungan ini dilakukan pada minggu pertama setelah persalinan. Untuk selanjutnya bayi bisa
dibawa ke tempat bidan bekerja
 Anak berumur sampai 5 bulan diperiksa setiap bulan
 Kemudian pemeriksaan dilakukan setiap 2 bulan sampai anak berumur 12 bulan
 Setelah itu pemeriksaan dilakukan setiap 6 bulan sampai anak bet umur 24 bulan
 Selanjutnya pemeriksaan dilakukan satu kali se-tahun.
Kegiatan yang dilakukan pada kunjungan balita antara lain:
 Pemeriksaan fisik anak ditakukan termasuk penimbangan berat badan
 Penyuluhan atau nasehat pada ibu tentang pemeliharaan kesehatan anak dan perbaikan gizi
serta hubungan psiko sosial antar anak, ibu dan keluarga. Ibu diminta memperhatikan
tumbuh kembang anak, pola makan dan tidur serta perkembangan prilaku dan sosial anak.
 Penjelasan tentang Keluarga Berencana
 Dokumentasi pelayanan

3. Pemeriksaan kesehatan anak balita


Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui keadaan umum anak:
a. Bagaimana postur tubuhnya, kurus atau gemuk?
b. Apakah da!am keadaan tenang? Mengantuk atau gelisah?
c. Bagaimana kondisi psikologis anak, marah, cengeng atau ramah?
d. Bagaimana kondisi kulit anak?
e. Apakah sesak napas atau tidak?
f. Bagaimanan kondisi matanya, cekung, ada kotoran, warna konjungtiva?
g. Bagaimana kesan pertumbuhan anak? Apakah sesuai antara berat badan, tinggi badan,
dan perkembangan mentalnya?
Beberapa hal yang perlu dilakukan pada pemeriksaan fisik adalah sebagai berikut:
 Anak diperiksa dalam keadaan tanpa pakalan kecuali popok atau celana dalam
 Bila anak gelisah, pemeriksaan dilakukan di atas pangkuan ibu
 Ibu diminta membantu proses pemeriksaan agar berjalan lancar
 Berikan pengertian pada anak yang sudah besar dan mengerti tentang pemeriksaan
 Denyut nadi, suhu napas jangan lupa diperiksa

C. Pemantauan Tumbuh Kembang Bayi dan Balita


Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau
dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat, panjang,
umur tulang dan keseimbangan tulang.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses
pematangan.
David Morloy merupakan pelopor yang menggunakan kartu pertumbuhan anak yang
disebut "road to health card" pada tahun 1975 di des Imesi, Nigeria. Kartu tersebut disebut
dengan KMS (Kartu Menuju Sehat) yang merupakan alat penting untuk memantau tumbuh
kembang anak.
Menurut Mortey, pada KMS terdapat 4 patokan sederhana perkembangan psikomotorik,
sehingga ibu dapat mengetahui tingkat perkembangan anaknya.
 Kemampuan duduk (5-9 ½ bulan)
 Berjalan ± 10 langkah tanpa bantuan (9-18 ¼ bulan)
 Mengucapkan sepatah kata (10-12 bulan)
 Kemampuan berbahasa beberapa kata (18 ½ bulan-3 tahun)
Tujuan pemantauan fisik anak adalah:
a. Agar pertumbuhan mudah diamati
b. Menciptakan kebutuhan akan rasa ingin tahu terhadap kebutuhan anak
c. Meningkatkan pertumbuhan yang layak untuk pertumbuhan anak
d. Melukiskan setiap kejadian yang kurang menguntungkan anak
e. Menemukan seawal mungkin gejala-gejala gangguan pertumbuhan
f. Merupakan sarana untuk memberikan penyuluhan kepada ibu:
 Gizi/makanan bayi dan anak
 Tumbuh kembang anak
 Kesehatan anak
 Imunisasi
 Keluarga Berencana
 Pencegahan : deflsiensi vitamin A, dehidrasi akibat diare, sanitasi lingkungan, dll
Tumbuh kembang anak diperiksa diperiksa berdasarkan umur. Yang diperhatikan
adalah aktifitas motor anak, bahasa dan adaptasi lingkungannya. Tumbuh kembang anak
normal sebagi berikut:
Umur satu bulan
 Refleks moro dapat menghisap, menggenggam positif
 Bila ditelungkupkan bayi berusaha mengangkat kepala dan kaki bergerak seperti mau
merangkak
 Dalam posisi duduk, punggung bungkuk, kepala tegak sesaat Bayi kebanyakan tidur
 Bayi diam bila ada suara terkejut bila mendengar bunyi suara vokal (bila menangis)
 Mata bayi mengikuti objek yang tergantung dibenang yang digoyangkan ke kiri dan ke kanan
Umur dua bulan
 Menendang-nendang dan gerak tangan yang energik
 Kepala bergoyang bila dalam posisi duduk
 Bila telungkup, kepala tegak, membentuk sudut 45 0
 Tangan dihisap sendiri dan selalu terbuka
 Mengeluarkan satu suara vokal seperti a-e-u
 Kepala dan mata mengarah ke suara
 Mengikuti objek yang bergoyang
 Gerak ekspresi berjaga-jaga
 Senyum bila diajak bicara lembut
Umur tiga bulan
 Telungkup, kepala tegak 900
 Refleks moro dan menggenggam mulai tidak nampak
 Berguling (3 – 4 bulan)
 Ketawa kecil, memekik
 Respon terhadap musik
 Bersuara a-a, la-la, oo-oo
 Berusaha menggapai objek tapi tidak tepat
 Memegang benda dengan erat bila diletakkan di atas tangannya dan menarik baju
 Mengikuti objek ke samping (1800)
 Memperhatikan orang dan mainan
 Senyum spontan
Umur empat bulan
 Dapat duduk dengan bantuan dan berpaling ke arah bunyian
 Mengangkat kepala sewaktu tengkurap, untuk berupaya duduk
 Kaki menendang-nendang bila didirikan
 Tertawa keras (4-5 bulan)
 Mengucapkan : seperti m-p-b
 Mengulang suara yang didengar
 Memegang giring-giring
 Memindahkan objek dari satu tangan ke tangan lain
 Menarik baju ke muka sendiri
 Senyum spontan ke orang yang dilihat
Umur lima bulan
 Berguling dari satu sisi ke sisi lain
 Beringsut dari belakang ke depan
 Tegak bila diangkat dan berpegang bila duduk
 Berdiri bila di bantu
 Mengenal suara yang sering di dengar
 Berhenti menangis bila mendengar nyanyian
 Memegang benda yang disenangi dan menggapai mainan dengan dua tangan
 Senyum pada bayangan kaca
 Memalingkan kepala ke arah suara
 Senang bermain dengan orang lain
Umur enam bulan
 Tengkurap : Mengangkat kepala spontan
 Duduk dengan bantuan
 Beringsut mundur (6-7 bulan)
 Memegang kaki dan bermain dengan jari kaki
 Memegang benda kecil (kubus) dengan telapak
 Bersuara bila melihat kaca
 Mengucapkan empat jenis bunyi
 Melokalisasi sumber suara
 Memasukkan benda kecil ke mulut
 Curiga terhadap orang atau suara asing
 Memberi perhatian pada orang atau objek
 Mempertahankan perhatian bila diambil
 Mengangkat tangan bila mau diambil
Umur delapan bulan
 Duduk sendiri (6-8 bulan)
 Mulai melangkah dan mencoba merangkak
 Bergerak maju mengambil objek
 Bersuara seperti a-la, a-ba, oo-oo, a-ma, ma-ma, pa-pa (8-10 bulan)
 Mendengar orang bercakap-cakap dan berterlak untuk menarik perhatian (8-10 bulan)
 Bergerak mengambil mainan di luar jangkauan
 Membunyikan lonceng
 Minum dan cangkir
 Bermain ci-luk-ba
 Memperhatikan bayangan di kaca
 Bermain kertas
 Makan biskuit sendiri
Umur sepuluh bulan

 Duduk mandiri

 Berdiri dengan pegangan, merangkak, dan berjalan dengan pegangan

 Dapat berputar bila diletakkan di atas lantai

 Menggelengkan kepala manyatakan tidak

 Melambaikan tangan untuk ucapan selamat (tinggal atau jalan)

 Memberi respon terhadap panggilan nama sendiri

 Menyuarakan beberapa ucapan (10-12 bulan)

 Bermain tepuk tangan


Umur dua belas bulan
 Berdiri sendiri dan berjalan, dengan bantuan atau tangan yang dipegang orang lain
 Berputar dalam posisi duduk
 Menggenggam 2 benda kecil di dalam satu tangan
 Mengucapkan kata dengan arti yang spesiik seperti "mama" untuk Ibu
 Berbicara kepada mainan
 Mengoceh bila sendiri
 Mematuhi perintah yang sederhana seperti "Beri saya cangkir itu"
 Ikut membantu sendiri bila dipasangkan pakaiannya
 Bermain dengan cangkir atau sendok
 Menunjukkan sesuatu dengan jari telunjuk
 Mencoba mengambil benda kecil dan dalam kotak
 Memasukkan benda kecil ke mulut
 Memegang cangkir untuk minum
 Memperhatikan tulisan

Umur lima belas bulan

 Berdiri sendiri dan memanjat

 Berlutut di lantai atau di kursi

 Berjalan dengan keseimbangan badan yang baik

 Berbicara dengan 4-5 kata

 Menunjukkan keinginan sesuatu dengan bicara

 Tahu namanya sendiri

 Mengangkat cangkir untuk minuman

 Minum dengan sendok

 Menunjukkan atau membori mainan kepada seseorang

 Membanu membuka pakaiannya sendiri

 Memasukkan benda kecil ke dalam botol tanpa demonstrasi

 Senang mendorong mainan beroda


Umur delapan belas bulan
 Berlari dan naik tangga dengan pegangan satu tangan
 Berjalan mundur dan mengangkat kursi Melempar bola
 Mengucapkan angka 1-10 (18-21 bulan)
 Menunjukkan sekurang-kurangnya satu bagian tubuh yang ditanyakan
 Dapat menyebutkan "halo"
 Menunjukkan benda yang ditawarkan seperti cangkir, sendok, mobil, kursi
 Membalikkan halaman buku
 Membawa atau memeluk boneka
 Mencoret-coret
Umur dua puluh satu bulan
 Berlari dan naik turun tangga dengan pegangan
 Naik tangga sendiri
 Menendang bola
 Bercakap dengan mengucapkan 15-20 kata
 Mampu mengkombinasikan dua atau tiga kata
 Minta makan atau minum
 Memberi bola pada orang lain (ibunya), meletakkan bola ke tempat yang lain
 Menunjukkan 3-4 bagian tubuh yang ditanyakan
 Membantu kegiatan rumah yang sederhana (21-24 bulan)
 Memindahkan pakaian dengan baik
 Menarik orang lain untuk menunjukkan sesuatu
Umur dua puluh empat bulan
 Berlari tanpa jatuh
 Mengucapkan sekurang-kurang satu kalimat atau ungkapan 4-5 ungkapan
 Dapat mengucapkan kembali 5-6 suara konsunan (yang terpilih : m-p-b-h-w)
 Menujukkan 4 bagian tubuh yang di tanyakan
 Menyebutkan benda diatas meja bila di tanyakan
 Menyebutkan nama sendiri
 Melempar bola ke dalam kotak
 Mengambarkan garis vertikal setelah di tunjukan
Umur 2,5 tahun
 Melompat dan mencoba berdiri dengan satu kaki
 Memegang pensil dengan jari
 Mencoba jalan berjingkrak
 Menyebut nama benda sehari-hari
 Menjawab pertanyaan sederhana sepert "apa ini"?
 Mendorong mainan yang terarah
 Menolong membuang sesuatu
 Memakai pakaian
 Membasuh dan mengeringkan tangan
 Makan dengan sendok
 Mengambar garis horizontal yang dipertunjukan
 Berupaya mengambar lingkaran yang ditunjukan
Umur tiga tahun
 Berdiri satu kaki sekurang-kurangnya satu detik
 Melompat dari anak tangga paling bawah
 Dapat melepaskan dua kancing baju
 Menaiki sepada roda tiga
 Mengucapkan kalimat dengan enam kata seperti "saya punya ibu, bapak dan kakak"
 Menyebutkan tiga atau lebih nama objek di dalarn gambar atau foto
 Membedakan laki-laki dan perempuan
 Menyebutkan nama lengkap
 Menjawab pertanyaan dengan tepat
 Mengenal sekurang-kurangnya satu warna
 Dapat menjawab pertanyaan sekurang-kurangnya dengan tiga kata dalam satu kalimat
 Menguasai 750-1000 kata ( 3-3,5 tahun)
 Memahami giliran
 Menyalin gambar lingkaran
 Berpakaian dengan pengawasan
 Berbisik
 Makan sendiri dengan baik
Umur empat tahun

 Berdiri satu kaki lebih kurang 5 detik

 Melompal sekurang-kurangnya 2 kali dengan satu kaki

 Dapat mengancingkan baju dan mengikat sepatu

 Mengulang 10 kata tanpa salah

 Menghitung tiga objek, dan menunjukannya dengan benar

 Memahami misalnya : "apa yang diperbuat bila lapar mengantuk dan kedinginan ?"

 Kalimat spontan, pengucapannya 4 sampai 5 kata Suka mengajukan pertanyaan

 Memahami kata seperti di atas, di bawah, di belakang, dan sebagainya (letakan benda ini

diatas benda)

 Dapat menunjukan 3-4 warna

 Berbicara dengan komunikasi yang efektif

 Mencontoh lukisan/gambar Bermain bersama dengan anak-anak lain

 Memakai dan membuka pakaian sendiri

 Mengosok gigi dan membasuh muka

 Ke toilet sendiri

Umur lima tahun

 Berdiri 1 kaki 8-10 detik

 Melompat, menggunakan kaki bergantian

 Menangkap dengan tangan, bola yang dilempar dengan 2-3 kali percobaan

 Mengetahui umur sendiri Mengenal 4 macam warna

 Menyebutkan fungsi benda sehari-hari seperti sendok, pensil dan sebagainya

 Menyebutkan jenis benda

 Menanyakan arti sesuatu kata

 Hanya sedikit salah mengucapkan kata

 Mengambar manusia sekurang-kurangnya menunjukan 6 bagian tuhuh

 Membawa mainan dengan mainan kereta


 Bermain dengan pensil berwarna

 Bermain dalam kelompok


D. Imunisasi
Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi atau
anak terhadap penyakit tertentu.
Beberapa imunisasi yang diberikan pada bayi dan balita :
1. BCG
a. Tujuan
Untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit TBC
b. Jadwal pemberian
Bayi berumur 0-11 bulan, tapi dengan dosis 0,05 cc. Vaksinasi diulang pada umur 5
tahun
c. Diberikan secara intracutan pada lengan kanan keatas
d. Efek samping
Penyuntikan secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus lokal yang
supervialal 3 minggu setelah penyuntikan, ulkus yong biasu tertutup krusta akan
sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat dengan diameter 4-8 mm.
Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus yang timbul semakain besar, namun apabila
penyutikan terlalu dalam, parut yang terjadi tertarik ke dalam.
2. DPT
a. Tujuan
Untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tatanus
b. Jadwal pemberian
Pada bayi 2-11 bulan, sebanyak 3 kali suntikan dengan selang waktu 4 minggu secara
IM di paha bagian atas dengan dosis 0,5 cc. Imunisasi ulang lainnya dlberikan umur
1,5-2 tahun, kemudian pada usia 6-8 tahun dan 10 tahun
c. Efek samping
Kemerahan, bengkak, dan nyeri pada lokasi injeksi, terjadi pada kira-kira separuh
penderita. Proporsi yang sama juga akan menderita demam ringan dan 1% dapat
hiperperiksia. Anak sering gelisah, dan menangis terus menerus selama beberapa jam pasca
penyuntikan

3. Hepatitis B

a. Tujuan
Untuk mendapatkan kekebalan terhadap virus hepatitis
b. Jadwal pemberian
Pada usia 0-1 bulan, dianjurkan pad usia 0-7 hari. Kemudian pada usia 2-3 bulan.

c. Diberikan secara IM di paha bayi dengan dosis 0,5 cc


d. Efek samping yang terjadi biasanya ringan, berupa nyeri, panas, mual nyeri sendi dan
otot

4. P olio

a. Tujuan
Untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis
b. Jadwal pemberian
Pada bayi umur 2-3 bulan, diberikan sebanyak 3 kali pemberian dengan dosis 2 tetes
dengan interval 4 minggu. Pemberian ulang pada umur 1,5 - 2 tahun dan menjelang umur
5 tahun
c. Efek samping
Setelah vaksinasi sebagian kecil resipen dapat mengalami gejala-gejala pusing, diare
ringan, dan otot

5. Campak

a. Tujuan
Untuk mendapatkan, kekebalan terhadap penyakit
b. Jadwal pemberian
Umur 9-11 bulan dengan 1 kali pemberian, dengan dosis 0,5 cc secara subkutan di
lengan kiri

c. Efek samping

Di laporkan setelah vaksinasi MMR (measies mumps, dan ruballa) dapat terjadi malaise

demam atau ruam sering terjadi 1 minggu setelah imunisasi dapat terjadi kejang

demam ensefalitas pasca imunisasi danKesehatan dan Perawatan Bayi

1. Pengobatan Anak
Standar pengobatan anak sangat tinggi, sehingga angka kematian anak di Jepang merupakan yang
terendah di dunia. Ada rumah sakit khusus anak-anak, tapi kunjungilah terlebih dulu dokter anak
terdekat bila anak anda sakit.

2. Vaksinasi (Yobo Sesshu)


Vaksinasi untuk bayi dan anak ditentukan seperti tabel pada halaman selanjutnya. Tanggal dan
tempat penyelenggaraan ditentukan oleh kantor pemerintah daerah masing-masing. Bila bayi/anak
anda memenuhi syarat, pada dasarnya vaksinasi dapat diperoleh bebas biaya dan catatan
penerimaannya akan ditulis di Buku Kesehatan Ibu dan Anak.
Untuk keterangan selengkapnya, hubungi Pusat Kesehatan (puskesmas) pemerintah daerah.
(Daftar→Ⅱ-4)
Selain itu, ada juga vaksinasi yang memerlukan biaya. Tanyakanlah pada dokter anak anda.

3. Pemeriksaan Kesehatan (Kenkohshindan)


Pemerintah daerah memberikan pemeriksaan kesehatan bebas biaya untuk 4 bulan, 18 bulan, 42
bulan sesudah lahir. Kapan pemeriksaan diadakan dan bagaimana prosedurnya tergantung
pemerintah daerah setempat. Hasil pemeriksaan akan dikirimkan lewat pos oleh pemerintah daerah
masing-masing.
4. Biaya Pengobatan untuk Bayi/Anak
1) Bantuan Biaya Pengobatan untuk Bayi/Anak
Biaya pengobatan anak ditanggung sebagian oleh asuransi kesehatan orang tuanya. Biasanya, sisa
biaya yang harus ditanggung orang tua adalah 30%.
Ada pemerintah daerah yang memberikan bantuan biaya pengobatan untuk bayi/anak. Untuk
keterangan lengkapnya, hubungilah Bagian Kesejahteraan Anak pemerintah daerah (Daftar→Ⅳ-3),
atau Bagian Asuransi Kesehatan Nasional (Daftar→Ⅱ-7).

2) Bantuan Biaya Lainnya


Ada sistem yang menanggung biaya pengobatan dengan biaya pemerintah untuk bayi prematur,
cacat, atau berpenyakit kronis. Tanyakanlah pada Pusat Kesehatan (Daftar→Ⅱ-3) atau Kantor
Kesejahteraan (Daftar→Ⅳ-3) untuk keterangan lebih lengkapnya.

CONTINUE LENDO »
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
pembengkakan kelenjar parutis pada minggu ke - 3

CONTINUE LENDO »
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
B

Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak

Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan
secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah.
Dengan ditemukan secara dini penyimpangan atau masalah tumbuh kembang anak, maka
intervensi akan lebih mudah dilakukan. Tenaga kesehatan juga mempunyai waktu dalam
membuat rencana tindakan atau intervensi yang tepat, terutama ketika harus dilibatkan ibu
dan keluarga. Bila penyimpangan terlambat diketahui akan lebih sulit dan hal ini akan
berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Ada 3 jenis deteksi tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan berupa :
1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui atau menemukan
status gizi kurang / buruk
2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui gangguan
perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya dengar.
3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui adanya masalah
mental emosional, autism dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif.
Deteksi dini tumbuh kembang anak harus dilakukan oleh:
Pada tingkat keluarga dan masyarakat:
Orangtua, Kader kesehatan, BKB, TPA, Petugas pusat PADU terlatih, Guru TK terlatih
Puskesmas :
Dokter, Bidan, dan Perawat
Hal hal yang harus dilakukan oleh para ibu terhadap balitanya yaitu :
1. Timbang berat badan dan tinggi badan setiap bulan dengan tujuan untuk menentukan
status gizi anak, normal, kurus, kurus sekali dan gemuk. Dapat dilakukan setiap kali
posyandu.
2. Mengukur lingkar kepala setiap 3 bulan sekalu dengan tujuan untuk mengetahui lingkaran
kepala anak dalam batas normal atau diluar batas normal. Dapat dilakukan pada saat
posyandu.
3. Melakukan pemeriksaan perkembangan anak tiap 3 bulan sekali dengan cara
menggunakan Kuisioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), tanyakan pada tenaga
kesehatan terdekat.
4. Melakukan Tes daya Dengar (TDD) dengan tujuan untuk menemukan gangguan
pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindak lanjuti untuk meningkatkan kemampuan
daya dengar dan bicara anak. Tes dapat dilakukan setiap 3 bulan sekali oleh tenaga
kesehatan.
5. Melakukan Tes Daya Lihat (TDL) dengan tujuan untuk mendeteksi secara dini kelainan
daya lihat agar segera dapat dilakukan tindakn lanjutan sehingga kesempatan untuk
memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. Hal tersebut dapat dilakukan setiap 6
bulan sekali dan dilakukan oleh tenaga kesehatan dan petugas yang sudah terlatih.
6. Melakukan pemeriksaan masalah mental emosional agar secara dini dapat menemukan
gangguan berupa masalah mental emosional. Autisme dan gangguan pemusatan perhatian
dan hiperaktivitas pada anak. Hal tersebut dapat dilakukan setiap 6 bulan sekali dan
dilakukan oleh tenaga kesehatan dan petugas terlatih.
Demikianlah serangkaian kegiatan para ibu ibu untuk mendeteksi tumbuh kembang para
balitanya agar sedini mungkin dapat diketahui penyimpangan yang dialami oleh balita kita.
Tidak menutup kemungkinan dapat segera melakukan rujukan jika terjadi penyimpangan
terhadap tumbuh kembang anak agar penyimpangan dapat segera diatasi oleh petugas
kesehatan.
Untuk lebih jelasnya mengenai tumbuh kembang anak tanyakan pada petugas kesehatan
terdekat. Dengan begitu kita semua dapat mewujutkan generasi penerus bangsa yang sehat
jasmani dan rohaninya.

Oleh :
Yuli Ermawati

IMUNISASI

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap

suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi

penyakit. Tubuh manusia mempunyai cara dan alat untuk mengatasi penyakit sampai batas
kemampuan tertentu. Tubuh juga sanggup menghilangkan serangan penyakit dari luar.

Tetapi bila kuman penyakit itu ganas, sistem pertahanan tubuh tidak mampu mencegah

kuman-kuman itu berkembangbiak, sehingga tubuh menjadi sakit. Tujuan dari pemberian

imunisasi dasar adalah untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu, apabila terjadi

penyakit, tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala yang dapat menimbulkan

cacat atau kematian

PENGERTIAN IMUNISASI

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap

suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi

penyakit.

Imunisasi adalah usaha untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit infeksi pada bayi,

anak dan juga orang dewasa. Imunisasi menjaga bayi dan anak dari penyakit tertentu sesuai

dengan jenis

Imunisasi merupakan program utama suatu negara. Bahkan merupakan salah satu alat

pencegahan penyakit yang utama didunia. Penyelenggaraan imunisasi diatur secara universal

melalui berbagai kesepakatan yang difasilitasi oleh badan dunia seperti WHO dan UNICEF.

Pertemuan international biasanya diselenggarakan secara teratur baik untuk tukar menukar

pengalaman, evaluasi, perlu tidaknya bantuan dan lain sebagainya.

TUJUAN IMUNISASI

Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan

menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan

menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar.

MACAM KEKEBALAN

Kekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat digolongkan menjadi 2, yakni :

1. Kekebalan Tidak Spesifik (Non Specific Resistance)

Yang dimaksud dengan faktor-faktor non khusus adalah pertahanan tubuh pada manusia

yang secara alamiah dapat melindungi badan dari suatu penyakit. Misalnya kulit, air mata,

cairan-cairan khusus yang keluar dari perut (usus), adanya refleks-refleks tertentu, misalnya

batuk, bersin dan sebagainya.

2. Kekebalan Spesifik (Specific Resistance)

Kekebalan spesifik dapat diperoleh dari 2 sumber, yakni :


a. Genetik

Kekebalan yang berasal dari sumber genetik ini biasanya berhubungan dengan ras (warna

kulit dan kelompok-kelompok etnis, misalnya orang kulit hitam (negro) cenderung lebih

resisten terhadap penyakit malaria jenis vivax. Contoh lain, orang yang mempunyai

hemoglobin S lebih resisten terhadap penyakit plasmodium falciparum daripada orang yang

mempunyai hemoglobin AA.

b. Kekebalan yang Diperoleh (Acquired Immunity)

Kekebalan ini diperoleh dari luar tubuh anak atau orang yang bersangkutan. Kekebalan dapat

bersifat aktif dan dapat bersifat pasif. Kekebalan aktif dapat diperoleh setelah orang sembuh

dari penyakit tertentu. Misalnya anak yang telah sembuh dari penyakit campak, ia akan kebal

terhadap penyakit campak. Kekebalan aktif juga dapat diperoleh melalui imunisasi yang

berarti ke dalam tubuhnya dimasukkan organisme patogen (bibit) penyakit.

Kekebalan pasif diperoleh dari ibunya melalui plasenta. Ibu yang telah memperoleh

kekebalan terhadap penyakit tertentu misalnya campak, malaria dan tetanus maka anaknya

(bayi) akan memperoleh kekebalan terhadap penyakit tersebut untuk beberapa bulan

pertama. Kekebalan pasif juga dapat diperoleh melalui serum antibodi dari manusia atau

binatang. Kekebalan pasif ini hanya bersifat sementara (dalam waktu pendek saja).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEKEBALAN

Banyak faktor yang mempengaruhi kekebalan antara lain umur, seks, kehamilan, gizi dan

trauma.

1 Umur

Untuk beberapa penyakit tertentu pada bayi (anak balita) dan orang tua lebih mudah

terserang. Dengan kata lain orang pada usia sangat muda atau usia tua lebih rentan, kurang

kebal terhadap penyakit-penyakit menular tertentu. Hal ini mungkin disebabkan karena

kedua kelompok umur tersebut daya tahan tubuhnya rendah.

2 Seks

Untuk penyakit-penyakit menular tertentu seperti polio dan difteria lebih parah terjadi pada

wanita daripada pria.

3 Kehamilan

Wanita yang sedang hamil pada umumnya lebih rentan terhadap penyakit-penyakit menular

tertentu misalnya penyakit polio, pneumonia, malaria serta amubiasis. Sebaliknya untuk

penyakit tifoid dan meningitis jarang terjadi pada wanita hamil.

4 Gizi

Gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan resistensi tubuh terhadap penyakit-

penyakit infeksi tetapi sebaliknya kekurangan gizi berakibat kerentanan seseorang terhadap
penyakit infeksi.

5 Trauma

Stres salah satu bentuk trauma adalah merupakan penyebab kerentanan seseorang terhadap

suatu penyakit infeksi tertentu.

TUJUAN PROGRAM IMUNISASI

Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit

yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini, penyakit-penyakit tersebut adalah

disentri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio dan tuberkulosa.

SASARAN

Sasaran imunisasi adalah :

a. Bayi dibawah umur 1 tahun (0-11 bulan)

b. Ibu hamil (awal kehamilan - 8 bulan)

c. Wanita usia subur (calon mempelai wanita)

d. Anak sekolah dasar (kelas I-VI)

POKOK-POKOK KEGIATAN

a. Pencegahan terhadap bayi (imunisasi lengkap)

1. Imunisasi BCG 1 kali

2. Imunisasi DPT 3 kali

3. Imunisasi polio 3 kali

4. Imunisasi campak 1 kali

b. Pencegahan terhadap anak sekolah dasar

1. Imunisasi DT

2. Imunisasi TT

c. Pencegahan lengkap terhadap ibu hamil dan PUS / calon mempelai wanita

Imunisasi TT 2 kali

IMUNISASI DASAR

1. Jenis-Jenis Vaksin Dalam Program Imunisasi Dan Cara Pemberian

Imunisasi dasar harus diberikan terhadap 7 jenis penyakit utama yaitu TBC, difteri, tetanus,

batuk rejan, poliomielitis, campak dan hepatitis B.

Imunisasi dasar terdiri dari :

a. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)


Berasal dari kuman Basillus Calmette Guerin yang telah dilemahkan. Memberikan kekebalan

terhadap penyakit TBC. Efek samping dari vaksin BCG dapat menimbulkan pembengkakan

pada bekas suntikan yang biasanya akan hilang dengan sendirinya, demam sampai 1-2

minggu.

Vaksin BCG tidak dapat diberikan pada anak yang menderita TBC positif atau menunjukkan

uji mantoux positif. Diberikan dengan cara disuntikkan secara intracutan (didalam kulit) di ⅓

bagian lengan kanan atas (Inertio Musculus Deltoideus) 1 kali suntikan dosis 0,05 cc.

b. Vaksin DPT (Difteria Pertusis Tetanus)

Berasal dari kuman Bordetella Pertusis yang telah dimatikan, dikemas dengan vaksin Diptheri

dan Tetanus yang berasal dari racun kuman yang dilemahkan. Memberikan kekebalan

terhadap penyakit difteria, pertusis (batuk rejan) dan tetanus. Efek samping vaksin DPT

antara lain adalah lemas, kadang-kadang terjadi gejala demam tinggi, iritabilitas. Diberikan

dengan cara disuntikkan secara intramuscular dengan membentuk sudut 450 - 600, di bagian

paha sebelah luar (otot vastus lateralis) 3 kali suntikan dosis 0,5 cc.

Imunisasi DPT tidak dapat diberikan kepada anak yang sakit parah dan anak yang menderita

penyakit kejang demam kompleks. Juga tidak dapat diberikan kepada anak dengn batuk

yang diduga sedang menderita batuk rejan dalam tahap awal atau penyakit gangguan

kekebalan (defisiensi imun). Sakit batuk, pilek, demam atau diare yang sifatnya ringan,

bukan merupakan kontra indikasi yang mutlak.

c. Vaksin Polio

Berasal dari kuman Polio yang dilemahkan. Memberikan kekebalan terhadap penyakit

poliomyelitis. Vaksin polio pada umumnya tidak memiliki efek samping. Diberikan melalui

mulut dengan cara diteteskan dengan pipet kedalam mulut anak sebanyak 2 tetes, 4 kali

pemberian. Kontraindikasi dari vaksin polio adalah anak dengan diare berat dan defisiensi

imun. Karena dapat memperberat terjadinya diare. Pada anak dengan penyakit batuk, pilek,

demam atau diare ringan imunisasi polio dapat diberikan seperti biasanya.

d. Vaksin Campak

Berasal dari virus Campak yang telah dilemahkan. Memberikan kekebalan terhadap penyakit

campak. Efek sampingnya antara lain adalah demam atau kejang yang ringan dan tidak

berbahaya pada hari ke-10 sampai ke-12 setelah penyuntikan, tetapi ini sangat jarang

terjadi. Vaksin Campak tidak boleh diberikan pada anak dengan sakit parah, defisiensi imun

dan defisiensi gizi. Diberikan dengan cara disuntikkan sub cutan dalam, membentuk sudut

300c, di ⅓ bagian lengan atas (Inertio Musculus Deltoideus) 1 kali suntikan dosis 0,5 cc.
e. Vaksin Hepatitis B

Berasal dari protein khusus kuman Hepatitis B. Memberikan kekebalan terhadap penyakit

TBC. Semua bukti menunjukan bahwa vaksin Hepatitis B aman dan efektif serta efek

sampingnya adalah reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan, dan pembengkakan disekitar

tempat penyuntikan. Diberikan dengan cara disuntikkan secara intramuscular dengan

membentuk sudut 450 - 600, di bagian paha sebelah luar (otot vastus lateralis) 3 kali

suntikan dosis 0,5 cc.

IMUNISASI ULANG

1. BCG

BCG ulangan tidak dianjurkan oleh karena manfaatnya diragukan mengingat:

1. Efektifitas perlindungan hanya 40%

2. 70% kasus TB berat (ex meningitis) ternyata mempunyai parut BCG

3. Kasus dewasa dengan BTA positif di Indonesia cukup tinggi (25-36%) walaupun mereka

telah mendapatkan BCG pada masa kanak-kanak.

2. Hepatitis B

Imunisasi hepatitis B dapat dipertimbangkan pada umur 10-12 tahun. Penelitian kohort

multisenter di Thailand dan Taiwan terhadap bayi dari ibu yang mengidap hepatitis B yang

telah memperoleh imunisasi dasar 3X pada masa bayi, dapat diulangi pada umur 5 tahun,

90,7% diantaranya masih memiliki titer antibody anti HBs yang protektif (titer anti HBs >10

mlU/ml). mengingat pola apidemiologi hepatitis B di Indonesia mirip dengan Negara tersebut,

maka dapat disimpulkan bahwa imunisasi ulang pada umur 5 tahun tidak diperlukan kecuali

apabila titer anti HbsAg < 10mlU/ml. 3. DPT

Imunisasi ulang yang pertama dilakukan pada usia 1,5 - 2 tahun atau kurang lebih 1 tahun

setekah penyuntikan imunisasi dasar ketiga. Imunisasi ulang berikutnya dilakukan pada usia

6 tahun atau saat kelas 1 SD. Pada saat kelas 6 SD diberikan lagi imunisasi ulang dengan

vaksin DT (tanpa P). Vaksin pertusis (batuk rejan) tidak dianjurkan untuk anak yang berusia

lebih dari 7 tahun karena reaksi yang timbul dapat lebih hebat, selain itu juga karena

perjalanan penyakit pertusis pada anak lebih dari 5 tahun tidak parah.

4. Tetanus Toksoid

Tetanus kelima diberikan pada usian masuk sekolah akan memperpanjang imunitas 10 tahun

lagi sampai umur 17-18 tahun. Dengan 5 dosis toksoid tetanus pada anak dihitung setara

dengan 4 dosis toksoid dewasa.


5. Polio

Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun sejak imunisasi polio 4, selanjutnya saat masuk

sekolah (5-6 tahun).

6. Campak

Penelitian titer antibody campak pada anak usia 6-11 tahun oleh badan penelitian dan

pengembangan DepKes dan KeSos tahun 1999 mendapatkan hanya 71,9% anak yang masih

mempunyai antibodi campak diatas ambang pencegahan, sedangkan 28,3% diantaranya

kelompok usia 5-7 tahun parnah menderita campak walaupun sudah diimunisasi campak saat

bayi. Bedasarkan penelitian tersebut dianjurkan pemberian imunisasi campak ulang pada

saat masuk sekolah dasar (5-6 tahun, guna mempertinggi serokonversi).

IMUNISASI KOMBO

Vaksin kombo adalah gabungan beberapa antigen tunggal menjadi satu jenis produk antigen

untuk mencegah penyakit yang berbeda atau gabungan dengan beberapa antigen dari galur

multipel yang berasal dari organisme penyebab penyakit yang sama. Gabungan vaksin

tersebut telah dikemas dipabrik dan bukan dicampur oleh sendiri oleh petugas. The

Admivisory Committee On Immunization Practice (ACIP), The American Academy Of

Pediatrics (AAP) dan The American Academy Of Family Physicians (AAFP) merekomendasikan

bahwa lebih baik mempergunakan vaksin kombo yang telah dikemas dari pabrik dari pada

memberikan 2 jenis vaksin monovalen yang diberikan secara terpisah pada saat bersamaan.

Vaksin kombo dianjurkan adalah yang telah mendapatkan persetujuan dari pemerintah

Negara masing-masing, di Indonesia melalui izin dari Direktorat Jenderal Pengawasan Obat

dan Makanan Departemen Kesehatan RI. DiIndonesia saat ini telah beredar 2 jenis vaksin

kombo yaitu DPwT – Hep B dan DPwT – Hib.

Adapun dasar utama dan alasan pembuatan vaksin kombo adalah untuk :

1. Mengurangi jumlah suntikan

2. Mengurangi jumlah kunjungan ke fasilitas kesehatan

3. Lebih praktis dari pada vaksin terpisah

4. Mempermudah penambahan vaksin lain kedalam program imunisasi yang telah ada

5. Mempersingkat waktu untuk mengejar imunisasi yang terlambat

6. Mengurangi kebutuhan alat suntik dan tempat penyimpanan vaksin

7. Mengurangi biaya pengobatan


Disamping keuntungan tersebut diatas vaksin kombo mempunyai beberapa kekurangan yaitu

1. Terjadi kesetidakserasian kimiawi/fisis sebagai akibat percampuran beberapa antigen

beserta ajuvannya.

2. Sulit dihindari adanya perubahan respons imun sebagai akibat interaksi antara antigen

dengan antigen lain atau antara antigen dengan anjuvan yang berbeda

3. Dapat membingungkan para dokter dalam penyusunan jadwal imunisasi apalagi bila

dipergunakan vaksin dari pabrik yang berbeda.

Vaksin DPwT adalah salah satu vaksin kombo yang palng tua sehingga dikenal vaksin kombo

tradisional dan merupakan tulang punggung (back bone) pembuatan vaksin kombo. Vaksin

kombo diproduksikan berdasarkan mempunyai komponen dasar yang berasal dari gabungan

suatu vaksin dengan DPwT, DPaT atau Hepatitis B, MMR atau campak atau vaksin lain seperti

meningokokus dan pneumokokus. Daya proteksi vaksin dinilai dari serokonversi sebelum dan

setelah diberikan imunisasi. Untuk mendapatkan kepastian mengenai daya proteksi ini perlu

dilakukan uji klinis secara random dan tersamar. Daya proteksi vaksin kombo DPwT-Hep B

tampak mempunyai efektifitas yang sama pada berbagai jadwal imunisasi.

Sumber Pustaka :

1. Soerpardi J, dkk. Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas, Direktorat Jenderal PPM

dan PL Departemen Kesehatan RI, Jakarta;2005

2. Markum AH.Imunisasi, FKUI, Jakarta;2002

3. Wahab AS, Julia M. Sistem Imun, Imunisasi, Dan Penyakit Imun, Widya Medika,

Jakarta;2002

4. Ranuh IGN, dkk. Pedoman Imunisasi di Indonesia, Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia,

Jakarta;2005.

08:11 | Label: seberapa efektif imunisasi pada balita |

This entry was posted on 08:11 and is filed under seberapa efektif imunisasi pada balita . You can follow any

responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackbackfrom your own site.

CONTINUE LENDO »
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

PERTOLONGAN PERTAMA KEGAWATDARURATAN OBSTETRI


B. KEGAWATDARURATAN OBSTETRI
adalah organism yang berada pada periode adaptasi kehidupan intrauterin ke
ekstrauterin. Masa neonatus adalah periode selama satu bulan(lebih tepat 4 minggu atau 28
hari setelah lahir).
Kondisi neonatus yang memerlukan resusitasi :
1. Sumbatan jalan napas akibat lender/ darah/mekonium atau akibat lidah yang jatuh ke posterior.
2. Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan kepada ibu. Misalnya, obat
anestesik, analgetik lokal, narkotik, diazepam, magnesium sulfat, dan sebagainya.
3. Kerusakan neurologis.
4. Kelainan/ kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan saraf pusat, dan/ atau
kalainan kongenital yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan/ sirkulasi.
5. Syok hipovolemik, misalnya akibat kompresi tali pusat atau perdarahan.
Penyebab kematian yang paling cepat pada neonates adalah asfiksia dan perdarahan.
Asfiksia perinatal merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas yang penting. Akibat
jangka panjang, asfiksia perinatal dapat diperbaiki secara bermakna jika gangguan ini
diketahui sebelum kelahiran (mis; pada keadaan gawat janin) sehingga dapat diusahakan
memperbaiki sirkulasi/ oksigenasi janin intrauterine atau segera melahirkan janin untuk
mempersingkat masa hipoksemia janin yang terjadi.
Asfiksia yang terdeteksi sesudah lahir, prosesnya berjalan dalam beberapa fase/
tahapan.
1. Janin bernapas megap-megap (gasping), diikuti dengan
2. Masa henti napas (fase henti napas primer).
3. Jika asfiksia berlanjut terus, timbul pernapasan megap-megap yang kedua selama 4-5 menit
(fase gasping kedua) diikuti masa henti napas kedua (henti napas sekunder).
Semua neonates dalam keadaan apapun mempunyai kesukaran untuk beradaptasi
dengan suhu lingkungan yang dingin. Neonates yang mengalami asfiksia khususnya,
mempunyai system pengaturan suhu yang lebih tidak stabil dan hipotermia ini dapat
memperberat/ memperlambat pemulihan keadaan asidosis yang terjadi.
Keadaan bayi pada menit ke-1 dan ke-5 sesudah lahir dinilai dengan skor Apgar
(appearance, pulse, grimace, activity, respiration). Nilai pada menit pertama untuk
menentukan seberapa jauh diperlukan tindakan resusitasi. Nilai ini berkaitan dengan keadaan
asidosis dan kelangsungan hidup. Nilai pada menit kelima untuk menilai prognosis
neurologis.
Asfiksia berat (nilai Apgar 0-3) diatasi dengan memperbaiki ventilasi paru dengan
memberi oksigen tekanan langsung dan berulang. Ada pembatasan dalam penilaian Apgar
ini.
1. Resusitasi segera dimulai jika diperlukan dan tidak menunggu sampai ada penilaian pada menit
pertama.
2. Keputusan perlu tidaknya resusitasi maupun penilaian respons resusitasi cukup dengan
menggunakan evaluasi frekuensi jantung, aktivitas respirasi, dan tonus neuromuscular, bukan
dengan nilai Apgar total. Hal ini untuk menghemat waktu.
TABEL 10-1 Nilai Apgar

Tanda vital 0 1 2
Denyut jantung Tidak terdengar <> >100/ menit
Pernapasan Hilang Lambat/ tidak Normal, bayi
teratur/ lemah menangis
Tonus otot Flaksid Sedang Baik, gerakan
aktif
Refleksi iritasi(distorsi Tidak ada reaksi Reaksi berkurang Reaksi normal
wajah sebagai respons
terhadap kateter aspirasi)
Warna kulit Biru atau pucat Badan merah Seluruhnya
muda, ekstremitas merah muda
biru
Perencanaan berdasarkan perhitungan nilai Apgar.
1. Nilai Apgar menit pertama 7-10, biasanya bayi hanya memerlukan tindakan pertolongan berupa
pengisapan lender atau cairan dari orofaring. Tindakan ini harus dilakukan secara hati-hati,
karena pengisapan yang terlalu kuat/traumatic dapat menyebabkan stimulasi vagal dan
bradikardia sampai henti jantung.
2. Nilai Apgar menit pertama 4-6, hendaknya orofaring cepat diisap dan diberika oksigen 100%.
Bayi diberi stimulasi sensorik dengan tepukan atau sentilan ditelapak kaki dan gosokan
selimut kering ke punggung. Frekuensi jantung dan respirasi terus dipantau ketat. Jika
frekuensi jantung menurun atau jika ventilasi tidak adekuat, harus diberikan ventilasi tekanan
positif dengan kantong resusitasi dan sungkup muka. Jika tidak ada alat bantu ventilasi,
gunakan teknik pernapasan buatan dari mulut ke hidung mulut.
3. Nilai Apgar menit pertama 3 atau kurang menunjukkan bayi mengalami depresi pernapasan
yang berat dan orofaring harus cepat diisap. Ventilasi tekanan positif dengan oksigen 100%
sebanyak 40-50 kali per menit harus segera dilakukan. Kecukupan ventilasi dinilai dengan
memerhatikan gerakan dinding dada dan auskultasi bunyi napas. Jika frekuensi jantung tidak
meningkat sesudah 5-10 kali napas, kompresi jantung harus dimulai. Frekuensi 100-120 kali
per menit dengan 1 kali ventilasi setiap 5 kali kompresi (5:1).
Penyulit yang mungkin terjadi selama resusitasi meliputi hipotermia, pneumotoraks,
trombosis vena, atau kejang. Hipotermia dapat memperberat keadaan asidosis metabolik,
sianosis, gawat napas, depresi susunan saraf pusat, dan hipoglikemia. Pneumotoraks diatasi
dengan pemberian ventilasi tekanan positif dengan inflasi yang terlalu cepat dan tekanan
yang terlalu besar dapat menyebabkan komplikasi ini. Jika bayi mengalami kelainan
membrane hialin atau aspirasi mekonium, resiko pneumotoraks lebih besar karena komplians
jaringan paru lebih lemah. Tombosis vena diatasi dengan pemasangan infuse/ kateter
intravena dapat menimbulkan lesi trauma pada dinding pembuluh darah, potensial
membentuk thrombus. Selain itu, infus larutan hipertonik melalui pembuluh darah tali pusat
juga dapat mengakibatkan nekrosis hati dan thrombosis vana.
Pencegahan hipotermia merupakan komponen asuhan neonatus dasar bayi baru lahir
tidak mengalami hipotermia. Hipotermia terjadi jika suhu tubuh di bawah 36,5°C (suhu
mormal pada neonates adalah 36,5-37,5°C) pada pengukuran suhu melalui ketiak. Bayi baru
lahir mudah sekali terkena hipotermi. Hal ini disebabkan oleh hal-hal berikut.
1. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna.
2. Permukaan tubuh bayi relatif luas.
3. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.
4. Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakaiannya agar ia tidak kedinginan.
Hipotermia pada bayi baru lahir timbul karena ada penurunan suhu tubuh yang dapat
terjadi akibat:
1. Radiasi, yaitu panas tubuh bayi memancar ke lingkungan di sekitar bayi yang lebih dingin.
Misalnya, bayi baru lahir diletakkan di tempat yang dingin.
2. Evaporasi, yaitu cairan ketuban yang membasahi kulit bayi menguap. Misalnya, bayi lahir tidak
langsung dikeringkan dari air ketuban.
3. Konduksi, yaitu pidahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak dengan
permukaan yang lebih dingin. Misalnya, popok/ celana bayi basah yang tidak langsung
diganti.
4. Konveksi, yaitu hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara sekeliling bayi. Misalnya, bayi
diletakkan dekat pintu/ jendela terbuka.
Tindakan pencegahan hipotermia meliputi ibu melahirkan di ruangan yang hangat,
segera mengeringkan tubuh bayi yang lahir, segera meletakkan bayi di dada ibu dan kontak
langsung kulit ibu dan bayi, dan menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh
stabil.
Kejang dalam 1 jam pertama kehidupan jarang terjadi. Kejang dapat disebabkan oleh
meningitis ensefalopati atau hipoglikemia berat. Pastikan bayi dijaga tetap hangat dengan
membungkus bayi menggunakan selimut lembut, kering, dan mengenakan topi untuk
menghindari kehilangan panas. Rujuk bayi segera ke tempat pelayanan kesehatan yang
mempunyai NICU.
Jika bayi sianosis (biru) atau sukar bernapas (frekuensi <30>60 kali/ menit) beri
oksigen melalui kateter hidung atau nasal prong. Jika suhu aksila turun di bawah 35°C,
hangatkan bayi segera.
REFERENSI
Prof. Dr. Winjosastro Hanifa, SpOG. (2005). Ilmu Kebidanan, cetakan ketujuh, Ed.3. Jakarta:
Pustaka Sarwono Prawiroharjo Yayasan Bina.
Prof. Dr. Heller Luz. (1997). Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri,Ed. 1. Jakarta: EGC Buku
Kedokteran.
Prof. Dr. Basari Saifuddin, SpOG, Mph. (2002). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatus. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
CONTIN

1. Saat-saat dan jam pertama kehidupan di luar rahim merupakan salah satu siklus

kehidupan. Pada saat bayi dilahirkan beralih ketergantungan pada ibu menuju kemandirian

fisiologi. Proses perubahan yang komplek ini dikenal sebagai periode....

a. Fisiologi

b. Transisi

c. Adaptasi

d. Revisi

2. Bagian yang memiliki luas permukaan permukaan relative luas apabila terbuka maka akan

menyebabkan cepat kehilangan panas, maka yang harus bidan lakukan adalah..
a. Keringkan bayi dengan seksama

b. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya

c. Selimuti bayi dengan selimut

d. Selimuti bagian kepala bayi

3. Setelah kelahiran bayi normal, langkah pertama yang diperhatian dalam pemeliharaan

pernapasan adalah…

a. Membersihkan jalan nafas

b. Memastikan permulaan pernafasan

c. Membuat saluran nafas

d. Memulai pernafasan

4. Tali pusat dijepit dengan kocher kira kira … cm dari pusat dan sekali lagi kira-kira … cm

dari pusat

a. 2 cm dan 4 cm

b. 2 cm dan 5 cm

c. 3 cm dan 5 cm

d. 3 cm dan 6 cm

5. Bayi dikatakan asfiksia sedang apabila memiliki nilai apgar ….

a. >10

b. 7-10

c. 4-6

d. 0-3

6. Resusitasi dilakukan pada bayi yang mengalami...

a. Tetanus

b. Hipotermi

c. Ikterik

d. Asfiksia

7. Bounding attachment adalah…

a. Usaha mendekatkan bayi kepada ibunya

b. Usaha pemberian asi awal pada bayi

c. Usaha membatu pernafasan pada bayi

d. Usahan menjaga kehangatan bayi

8. Hormon yang dihasilkan karena adanya bantuan isapan bayi saat menyusu yang dapat

membantu mempercepat proses involusi adalah…

a. Prolakstin

b. Oksitosin
c. Estrogen

d. Progesterone

CONTINUE LENDO »
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN


UNKNOWN 17:21 KONSEP KEBIDANAN, MATERI KULIAH

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN

Setelah melakukan asuhan kebidanan setiap bidan dituntut untuk mendokumentasikan dalam
catatan pasien atau rekam medik. Dokumentasi ini sebagai pertanggung jawaban dan
pertanggung-gugatan bidan terhadap apa yang telah dilakukan dalam pelayanan kebidanan.

Pengertian Dokumentasi
Dokumentasi dalam asuhan kebidanan adalah suatu pencatatan yang lengkap dan akurat
terhadap keadaan/kejadian yang dilihat dalam pelaksanaan asuhan kebidanan (proses asuhan
kebidanan)

Fungsi Dokumentasi
1. Sebagai dokumen yang sah sebagai bukti atas asuhan yang telah di berikan
2. Sebagai sarana komunikasi dalam tim kesehatan yang memberikan asuhan
3. Sebagai sumber data yang memberikan gambaran tentang kronologis kejadian kondisi
yang terobservasi untuk mengikuti perkembangan dan evaluasi respon pasien terhadap
asuhan yang telah di berikan
4. Sebagai sumber data penting untuk pendidikan dan penelitian

Manfaat Dan Pentingnya Dokumentasi :


1. Nilai hukum - catatan informasi tentang klien / pasien merupakan dokumentasi resmi dan
mempunyai nilai hukum jika terjadi suatu masalah yang berkaitan dengan pelanggaran etika
& moral profesi , dokumentasi dapat merupakan barang bukti tentang tindakan yang telah
dilakukan bidan sekaligus sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan sanksi.
2. Jaminan mutu ( quality control ) – pencatatan yang lengkap & akurat dapat menjadi tolak -
ukur dalam menilai asuhan yang telah diberikan dan menentukan tindak lanjut berikutnya.
3. Alat komunikasi – merupakan alat “ perekam “ terhadap masalah yang terkait dengan klien
/ pasien atau tenaga kesehatan lain. Dapat dilihat apa yang telah terjadi / dilakukan terhadap
pasien / klien , terutama pada keadaan dimana pasien perlu dirujuk atau dikonsultasikan ke
dokter /ahli gizi dsb.
4. Nilai administrasi termasuk salah satunya adalah biaya/dana – dapat dipergunakan sebagai
pertimbangan / acuan dalam menentukan biaya yang telah dibutuhkan / dikeluarkan untuk
asuhan.
5. Nilai pendidikan – dapat di pergunakan sebagai bahan pembelajaran bagi peserta didik
kebidanan maupun tenaga bidan muda , karena menyangkut secara kronologis proses asuhan
kebidanan serta tindakan yang dilakukan (sistematika pelaksanaan ).
6. Bahan penelitian – dokumentasi yang rangkap & akurat dapat mempunyai nilai bagi
penelitian dalam pengembangan pelayanan kebidanan selanjutnya (objek riset ).
7. Akreditasi / audit – digunakan sebagai kesimpulan keberhasilan asuhan yang diberikan
serta menentukan / memperlihatkan peran & fungsi bidan dalam masalah kebidanan.

Yang perlu diperhatikan dalam Dokumentasi


1. Jangan mencoret - coret tulisan yang salah , karena akan terlihat seperti bidan mencoba
menutupi sesuatu / informasi atau merusak catatan. Jika ada kesalahan dalam mencatat lebih
baik diberi garis pada tulisan yang salah dengan diberi catatan “ salah “ dan diberi paraf dan
kemudian ditulis catatan yang benar.
2. Jangan memberi komentar / menulis hal yang bersifat mengkritik klien atau tenaga
kesehatan lain. Ditulis hanya uraian obyektif perilaku klien atau tindakan yang dilakukan.
3. Koreksi terhadap kesalahan dibuat dengan segera mungkin , karena kesalahan mencatat
dapat diikuti dengan kesalahan tindakan.
4. Catat hanya fakta , jangan membuat spekulasi atau perkiraan dari situasi yang ada.
5. Semua catatan harus ditulis dengan tinta dan menggunakan bahasa yang lugas dan jelas (
hindari istilah-istilah yang tidak dimengerti). Karena tulisan yang tidak dimengerti dapat
disalah tafsirkan dan menimbulkan persepsi yang salah (jangan pakai pensil , karena mudah
terhapus).
6. Hindari catatan yang bersifat umum , karena informasi yang specific tentang klien atau
tentang keadaannya akan hilang.
7. Ingat bahwa bidan bertanggung jawab atas informasi yang dicatatnya / ditulisnya. Asuhan
kebidanan komprehensif membutuhkan data informasi yang lengkap, obyektif , dapat
dipercaya , karena hal tersebut.dapat menjadi bumerang bagi bidan jika dilaksanakan secara
tidak sesuai ketentuan yang ada.

Prinsip- prinsip Tehnik Pencatatan


1. Mencantumkan nama jelas pasien pada setiap lembaran observasi atau pemeriksaan
2. Menulis dengan tinta hitam (tidak boleh pakai pensil), supaya tidak terhapus dan bila perlu
foto copy akan lebih jelas.
3. Menuliskan tanggal, jam, pemeriksaan, tindakan atau observasi yang dilakukan sesuai
dengan temuan yang obyektif (kenyataan) dan bukan interpretasi (hindari kata penilaian
seperti tampaknya, rupanya).
4. Tuliskan nama jelas pada setiap pesanan, hasil observasi dan pemeriksaan oleh orang yang
melakukan.
5. Hasil temuan digambarkan secara jelas termasuk posisi, kondisi, tanda, gejala, warna,
jumlah dan besar dengan ukuran yang lazim dipakai. Memakai singkatan atau simbol yang
sudah di sepakati, misalnya KU, Ket +, KPD, Let kep, Let Su, S/N, T dan lain-lain.
6. Interpretasi data objektif harus di dukung oleh observasi.
7. Kolom tidak dibiarkan kosong tetapi dibuat tanda penutup. Misalnya dengan garis atau
tanda silang.
8. Bila ada kesalahan menulis, tidak diperkenankan menghapus, (ditutup, atau ditip’ex), tetapi
dicoret dengan garis dan membubuhkan paraf disampingnya.

Prinsip- prinsip Pelaksanaan Dokumentasi di Klinik


1. Dalam pelaksanaan harian dapat dicatat secara singkat dilembaran kertas,yang khusus
disediakan, kemudian dipindahkan secara lengkap dengan nama dan identifikasi yang
lengkap dan jelas.
2. Tidak mencatat tindakan yang belum dilakukan/dilaksanakan
3. Hasil observasi atau perubahan yang nyata harus segera dicatat
4. Pada keadaan emergensi/gawat darurat dimana bidan terlibat langsung dalam tindakan
penyelamatan, perlu ditugaskan seseorang khusus untuk mencatat semua tindakan dan obat-
obatan yang diberikan secara berurutan dan setelah tindakan selesai, si pelaksana perlu segera
memeriksa kembali catatan tersebut apakah ada yang ketinggalan atau tidak sesuai dan perlu
koreksi.

Model Dokumentasi Asuhan Kebidanan


Model dokumentasi yang digunakan dalam asuhan kebidanan adalah dalam bentuk catatan
perkembangan, karena bentuk asuhan yang diberikan berkesinambungan dan menggunakan
proses yang terus menerus (Progress Notes). Bentuk dokumentasi ini sangat cocok digunakan
oleh tenaga kesehatan yang memberikan asuhan secara berkesinambungan, sehingga
perkembangan klien dapat dilihat dari awal sampai akhir.

Dengan menggunakan SOAP


S= Data informasi yang subjektif (mencatat hasil anamnesa)
O= Data informasi Objektif (Hasil pemeriksaan, observasi)
A = Mencatat hasil Analisa (diagnosa dan masalah Kebidanan)
P = Mencatat seluruh penatalaksanaan yang dilakukan (tindakan antisipasi, tindakan segera,
tindakan rutin, penyuluhan , support, kolaborasi, rujukan dan evaluasi/follow up)

Dokumentasi SOAP ini di catat pada lembar catatan perkembangan yang ada dalam rekam
medik pasien.

Model Dokumentasi Pelayanan Kebidanan


Selain model catatan perkembangan bentuk SOAP yang digunakan oleh bidan dalam
pendokumentasian asuhan kebidanan (RM 6) juga menggunakan model dokumentasi yang
lain seperti : grafik misalnya patograf untuk persalinan, KMS ibu hamil dan KMS anak,
grafik tanda-tanda vital untuk mencatata kondisi umum (RM 4)
Format pengkajian untuk mendokumentasikan data dasar (RM 5-3). Surat keterangan lahir
(RM 15), surat inform konsen (RM….) lembar observasi.
Register persalinan (ibu dan bayi), buku kunjungan untuk antenatal dan bayi, kartu/status (ibu
dan bayi), kartu rujukan bila melaksanakan rujukan

Contoh Dokumen SOAP asuhan persalinan (bentuk naratif)

Contoh:
1. Tgl. 26 Mei 2004, 08.00 WIB (Keluhan dan hasil Tanya, masuk S)

S:
• Pinggang panas pegal mulai dari perut ke belakang
• Mulai terasa sakit pukul 5 pagi
• Keluar lendir dari kemaluan
• Ada bagian yang menekan ke bawah
• Kehamilan yang pertama periksa teratur diklinik
• HPHT 19-8-03

O:
• Kesadaran composmentis
• T.D. 110 – 70
• Nadi 80 x / menit
• Suhu 36,8 o C
• U. 34 cm, letkep puki 3/5
• His 3 x 10 menit, lamanya 50 s kuat
• Djj 152 x / menit
• Pd : pembukaan 4 cm, porsio tipis, ketuban positif, kephep 2, uuk kibel

A:
• G I Po hamil aterem, inpartu kala I, pase aktif, janin tunggal, hidup, intra utrin dengan
anemia ringan.

P:
• Obstetric KU Ibu dan janin dengan patograf
• Nilai kemajuan persalinan 4 jam lagi
• Persiapan alat, obat pasien dan keluarga
• Beri kesempatan pasien memilih posisi
• Anjuran keluarga untuk mendampingi
• Jelaskan proses persalinan yang akan terjadi kepada pasien dan keluarga
• Anjurkan pasien untuk buang air kecil dan BAK minimal tiap 2 jam
• Beri nutrisi dan hidrasi
• Buat catatan asuhan/perkembangan

2. Pukul 10.00 WIB

S:
• Mengeluh keluar air banyak
• Sakit perut semakin kuat
• Terasa bagian keras menekan kemaluan

O:
• KU baik TD 110/70 nadi 88 mt
• His 4x 50 – 50 “ kuat
• Djj 158 x / menit
• PD pemb 8 cm, ket-, kep hodge III, UUK kimel

A:
• GIPo hasil aterm, inpartu kala I akhir, janin tunggal hidup, intra uterin dengan anemia,
kemajuan persalinan cepat
I. Penyimpanan dokumentasi
1. Catatan informasi tentang pasien adalah milik pasien. Jika pasien menghendaki ia
boleh/mempunyai akses terhadap semua catatan yang dibuat tentang dirinya.
2. Kecuali jika bidan bekerja secara mandiri/swasta, pemilihan catatan dokumentasi adalah
milik institusi yang bersangkutan dimana bidan bekerja. Jika bidan merasa penting akan
catatan tersebut, bidan boleh membuat copynya/menyimpan copynya.
3. Penyimpanan harus menurut suatu sistem tertentu (coding, filling) agar dapat dengan
mudah dicari bila kita membutuhkannya kembali (sitem dokumentasi).
4. Lama penyimpanan tiap dokumen/catatan pasien sedikitnya  3 tahun (open filling) dan
sesudah itu penyimpanan menjadi “closed” (arsip)
5. Jika catatan/dokumentasi diperlukan untuk/oleh persidangan tertentu (audit kasus atau
peradilan) agar selalu dicek betul isi berkas sesudah kembali (apa lengkap, tidak ada yang
tercecer).
6. (Tanda-tangan/paraf yang mengambil dan yang mengembalikan/menerima kembali)

Sumber
1. Estiwidani, Meilani, Widyasih, Widyastuti, Konsep Kebidanan. Yogyakarta, 2008.
2. Syofyan,Mustika,et all.50 Tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan Cetakan ke-III Jakarta: PP IBI.2004
3. Depkes RI Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan. Konsep kebidanan,Jakarta.1995

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

Subscribe

RELATED POSTS :

 AMBEIAN/WASIR PADA SAAT HAMILApa sih ambeian/ wasir/


haemorhoid Ambeien biasanya terjadi pada ibu hamil akibat pelebaran dan peradangan
pembuluh darah vena (balik) di… Read More...
 KEHAMILAN DAN VEGETARIANKehamilan merupakan anugerah
yang sangat menakjubkan bagi setiap pasangan. Untuk menjalani proses kehamilan dengan
baik dibutuhkan asupa… Read More...

 SAKIT KEPALA SAAT HAMILSakit kepala yang dirasakan selama


trisemester pertama disebabkan oleh kadar hormon yang cepat berubah sehingga
mengakibatkan meningkatnya … Read More...

 CARA JITU AGAR CEPAT HAMILBanyak pasangan yang belum


mempunyai keturunan dalam waktu sekian lama. Berbagai upaya sudah dilakukan tetapi
belum membuahkan hasil. Penda… Read More...

 ASAM FOLAT PENTING UNTUK IBU HAMILAsam folat


merupakan satu-satunya vitamin yang kebutuhannya berlipa dua. Sekitar 24–60% wanita,
baik di negara sedang berkembang maupun ya… Read More...
0 RESPONSE TO "DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN"

KEBIDANAN KOMUNITAS AMBULAN DESA KELOMPOK XI &


XII"— Transcript presentasi:
1 KEBIDANAN KOMUNITAS AMBULAN DESA KELOMPOK XI & XII
1. Lastiur br Sidabutar6. Maharani 7. Ravina Batubara 8. Lita Merdika 9. Ayu Fadila2. Sinta
Andria Ningsih3. Jernita Butar-Butar 4. Ayu Suantika 5. Melida Sihombing

2 LATAR BELAKANG DESA SIAGA


Inti kegiatan Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup
sehatUntuk menuju Desa Siaga perlu dikaji berbagai kegiatan bersumber daya masyarakat yang
ada (Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Dana Sehat, Desa Siap-Antar-Jaga, Ambulan Desa,
dll)Dalam kenyataannya, masih banyak kejadian kegawatdaruratan khususnya pada ibu dan
anak yang mengalami keterlambatan penanganan disebabkan kurang tanggapnya dan
kesiagaan masyrakat dibidang transportasi menuju sarana kesehatan sehingga angka kematian
masih tinggi dimasyarakat.Salah satu upaya pencegahannya yaitu dengan program Ambulan
Desa yang mampu membantu masyarakat dalam menanggulangi kegawat daruratan dan
keselamatan ibu dan anak secara aman dan cepat.

3 AMBULAN DESA I. PENGERTIAN AMBULAN DESA


a. Ambulan desa adalah salah satu bentuk semangat gotong royong dan saling peduli
sesama warga desa dalam sistem rujukan dari desa ke unit rujukan kesehatan yang berbentuk
alat transportasi.b. Ambulan desa adalah suatu alat transportasi yang dapat digunakan untuk
mengantarkan warga yang membutuhkan pertolongan dan perawatan di tempat pelayanan
kesehatan.
4 II. Tujuan Ambulan Desaa. Tujuan umumMempercepat pelayanan kegawat daruratan
masa1ah kesehatan, bencana serta kesiapsiagaan mengatasi masalah kesehatan yang terjadi
atau mungkin terjadi dalam masyarakat.b. Tujuan khususMempercepat penurunan AKI dan AKB
karena hamil, nifas dan melahirkan.

5 C. Sasaran Menjadi Ambulan Desa


Pihak-pihak yang berpengaruh terhadap perubahan prilaku individu dan keluarga yang dapat
menciptakan iklim yang kondusif terhadap perubahan prilaku tersebut. Semua individu dan
keluarga yang tanggap dan peduli terhadap permasalahan kesehatan dalam hal ini
kesiapsiagaan memenuhi sarana transportasi sebagai ambulan desa.D. Kriteria Ambulan
DesaKendaraan yang bermesin yang sesuai standart (mobil sehat)Mobil pribadi, perusahaan,
pemerintah pengusaha.3. Ambulan desa dapat berupa alat-alat transportasi yang dimiliki di Desa
seperti becak, gerobak, andong, perahu, motor, mobil, dan lain sebagainya. E. Indikator Proses
Pembentukan Ambulan Desa.Ada forum kesehatan desa yang aktifGerakan bersama atau
gotong royong oleh masyarakat dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah kesehatan.
bencana serta kegawat daruratan kesehatan dengan pengendalian faktor resikonya.UKBM
berkualitas (misalnya; Posyandu)Pengamatan dan pemantauan masalah kesehatan.Penurunan
kasus masalah kesehatan, bencana atau kegawat daruratan kesehatan.

6 PEMBAHASAN1. Pengelolaan Ambulan Desa Ambulan desa dikelola oleh masyarakat sendiri
baik termasuk toma, toga, dan forum masyarakat lainnya dimana sasarannya adalah warga yang
memiliki kendaraan/alat transportasi serta siap bersiaga dalam jadwal yang ditentukan (setiap
harinya) untuk mengantarkan masyarakat yang mengalami kegawat daruratan ketempat
pelayanan kesehatan/rujukan. 2. Pembiayaan Ambulan Desa Pembiayaan ambulan desa bisa
berasal dari dana sehat ataupun dari Dasolin (Dana sosial bersalin) ataupun iuran rutin yang
dibuat khusus oleh masyarakat, hal tersebut dapat dimusywarahkan oleh masyarakat untuk
disepakati bersama agar alat transportasi yang digunakan sebagai ambulan desa dapat berjalan
baik dan bertahan lama digunakan dalam menolong kesehatan masyarakat. 3. Pengaturan
Jadwal: Jadwal yang ditentukan adalah hasil musyawarah dari sasaran ambulan desa, tokoh
masyarakat/penaggung jawab serta pihak warga lainnya. Dengan diadakannya musyawarah
desa jadwal dapat diatur secara bergantian baik secara harian atau berkala sesuai dengan
kesepakatan warga

7 KESIMPULANAmbulan desa adalah suatu alat transportasi yang dapat digunakan untuk
mengantarkan warga yang membutuhkan pertolongan dan perawatan di tempat pelayanan
kesehatan.Ambulan desa dikelola oleh masyarakat sendiri yang sasarannya adalah warga yang
memiliki kendaraan/alat transportasi serta siap bersiaga dalam jadwal yang ditentukan (setiap
harinya) untuk mengantarkan masyarakat yang mengalami kegawat daruratan ketempat
pelayanan kesehatan/rujukan

Konsep Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal


AMINAH LUBIS, SST, M.Kes

2 Pengertian Gawat Darurat (Emergency Care)


Situasi serius yang memerlukan tindakan cepat dan tepat, pada kondisi tidak terduga yang
mengancam kehidupanUnit perawatan daruratWaktu dan informasi terbatasIntervensi sebelum
pengkajian lengkap berdasarkan pengalaman dan penilaianEvaluasi dalam hitungan menit

3 PPGD (Penaggulangan Penderita Gawat Darurat)


Suatu pertolongan yang cepat dan tepat untuk mencegah kematian maupun kecacatanBerasal
dari istilah critical ill patient (pasien kritis/ gawat) dan emergency patient (pasien darurat)
4 Keberhasilan PPGD sangat bergantung dari kecepatan dan kualitas pertolongan yang
didapatkan oleh pasienKematian karena sumbatan jalan nafas akan lebih cepat daripada
kematian karena kemampuan bernafasKematian krn ketidakmampuan bernafas akan lebih cepat
drpd kematian krn kehilangan darahKematian berikutnya akan diikuti oleh karena penyebab intra
kranial

5 Prioritas Manajemen Darurat


Mempertahankan kehidupanMencegah kerusakan sebelum tindakan/perawatan
selanjutnyaMenyembuhkan klien pada kondisi yang berguna bagi kehidupan

6 Prinsip Manajemen Darurat


Pertahankan jalan nafas, ventilasi yang adekuat dan lakukan respirasi bila perluKontrol adanya
perdarahan dan resikonyaEvaluasi dan pertahankan curah jantungCegah dan lakukan
perawatan pada keadaan syokLakukan pengkajian fisikEvaluasi ukuran dan reaktifitas pupil dan
respon motorikLakukan EKG jika perluCek adanya fraktur, termasuk fraktur servikalLakukan
perawatan lukaLakukan pengukuran tanda vital

7 Prinsip Manajemen Kegawatdaruratan


A : Airway (Jalan masuk udara)B : Breathing (Pernafasan)C : Circulation (sirkulasi/ saluran)D :
Disability (cacat, lumpuh)E : Exposure (pencahayaan)

9 KONSEP KEGAWATDARURATAN
Pengertian :Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-tiba,
seringkali merupakan kejadian yang berrbahaya (Dorlan, 2011).Kegawatdaruratan dapat
didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan
tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera guna menyelamtkan jiwa/ nyawa (Campbell S,
Lee C, 2000).

10 1. Kegawatdaruratan Maternal :
Kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam
kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian banyak penyakit
dan gangguan dalam kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya (Chamberlain,
Geoffrey, & Phillip Steer, 1999).Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila
tidak segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab
utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir. (Saifuddin, 2002)

11 Kegawatdaruratan Maternal
Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi
perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan (abortus, mola hidatidosa, kista vasikuler,
kehamilan ekstrauteri/ ektopik) dan perdarahan pada minggu akhir kehamilan dan mendekati
cukup bulan (plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri, perdarahan persalinan per vagina
setelah seksio sesarea, retensio plasentae/ plasenta inkomplet), perdarahan pasca persalinan,
hematoma, dan koagulopati obstetri.

12 2. Kegawatdaruratan Neonatal adalah :


Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi dan manajemen yang
tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis ( ≤ usia 28 hari) membutuhkan pengetahuan yang
dalam mengenali perubahan psikologis dan kondisi patologis yang mengancam jiwa yang bisa
saja timbul sewaktu-waktu (Sharieff, Brousseau, 2006).

13 TUJUAN ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL


Menyelamatkan ibu dan anak baru lahir melalui program rujukan berencana dalam satu wilayah
kabupaten kotamadya atau profinsi.
14 RUANG LINGKUP ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN
NEONATAL
1. Stabilisasi di UGD dan persiapan untukpengobatan definitif2. Penanganan kasus gawat
darurat RS di ruangtindakan3. Penanganan operatif cepat dan tepat meliputilaparotomi, dan
sektio saesaria4. Perawatan intensif ibu dan bayi.5. Pelayanan Asuhan Ante Natal Risiko Tinggi

15 SASARAN ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN


NEONATAL
PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar)PPGDON (Pertolongan Pertama pada
Kegawatdaruratan Obstetric dan Neonatal)PONEK (Pelayanan Obstetric dan Emergency
Komprehensif)

16 PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar)


Merupakan pelayanan untukmenanggulangi kasus-kasuskegawatdaruratan obsterti neonatal
yang meliputi :1. Pelayanan obstetri :a. Pemberian oksitosin parenteral,antibiotika parenteral
dansedative parenteralb. Pengeluaran placenta manual/ kuret

17 c. Pertolongan persalinan menggunakan vakum ekstraksi/ forceps ekstraksi 2. Pelayanan


neonatal : a. Resusitasi untuk bayi asfiksia b. Pemberian antibiotika parenteral c. Pemberian
antikonvulsan parenteral d. Pemberian bic-nat intraumbilikal/ phenobarbital untuk mengatasi
ikterus e. Pelaksanaan thermal control untuk mencegah hipotermia dan penanggulangan
pemberian ASI

18 PONED dilaksanakan di tingkat puskesmas, dan menerima rujukan dari tenaga atau fasilitas
kesehatan di tingkat desa atau masyarakat dan merujuk ke rumah sakit

19 PPGDON (Pertolongan Pertama Pada Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal


Kegawatdaruratan obstetrik Pengertian : Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri
yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi
penyebab utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir. (Saifuddin, 2002)

20 Penyebab Kematian Ibu? Penyebab Langsung


kematian ibu merupakan aspek medis yang harus ditangani oleh tenaga medis atau tenaga
kesehatan. Kasus- kasus tersebut antara lain pendarahan, eklampsia, partus lama, komplikasi
aborsi dan infeksi (Kementerian Kesehatan RI, 2009)

21 Penyebab Tidak Langsung:


aspek Non medis yang merupakan penyebab yang mendasar antara lain status perempuan
dalam keluarga, keberadaan anak, sosial budaya, pendidikan, sosial ekonomi, dan geografis
daerah.

22 Pre-Pregnancy, Pregnancy,Labor & Delivery, Post-Partum

23 Terima kasih


 Upload
 Login
 Signup

Submit Search

 Home

 Explore

 Presentation Courses

 PowerPoint Courses

 by LinkedIn Learning
5 of 25

02 sistem rujukan maternal & neonatal


21,137 views

 Share

 Like

 Download

 ...

Joni Iswanto
, Working at DINKES SUMBAR
Follow

Published on Dec 7, 2011


 4 Comments
 8 Likes
 Statistics
 Notes

Post


Inayah Nurhidayati , Staf KIA at PUSKESMAS PARE
terima kasih infonya
5 years ago


Arreumdappa Diez
thanks for information.....
6 years ago


Indah Kurniasari , Excecutive Administrator at AMIPERS
terima kasih infonya
6 years ago


Wiwie Larasati at abdi daerah
bagus perlu dikembangkan lg jejaring PONED n PONEK dlm rangka penurunan AKI n AKB...thx tuk
tambahan referensinya.
7 years ago

02 sistem rujukan maternal & neonatal


1. 1. SISTEM RUJUKAN MATERNAL & NEONATAL
2. 2. RECOGNITION REFERRAL RESPONSIVENESS
3. 3. Sistem Rujukan: Kendala <ul><li>Penerima pertama pasien bukan tenaga medis terlatih
</li></ul><ul><li>Dokter dan Bidan sebagai tenaga terlatih justru berada di lini belakang
</li></ul><ul><li>Prosedur penerimaan rujukan yang lambat karena birokrasi pelaporan
</li></ul><ul><li>Belum selalu tersedia Unit Tranfusi Darah (UTD) dan Bank Darah Rumah
Sakit belum berfungsi sebagai tempat antara penyimpanan darah </li></ul><ul><li>Keterbatasan
pelayanan pemeriksaan penunjang karena keterbatasan SDM, sarana dan prasarana </li></ul>
4. 4. Sistem Rujukan: Kendala <ul><li>Keterbatasan keterampilan Puskesmas dalam melakukan
tindakan </li></ul><ul><li>Petunjuk pelaksanaan sistem rujukan yang tidak baku
</li></ul><ul><li>Belum terdapat kesinambungan pelayanan rujukan dalam satu mata rantai yang
utuh menjadi bagian dari upaya pemantapan sistem rujukan. Umpan balik rujukan dari rumah sakit
sering diabaikan karena tindakan yang dilakukan di tingkat RS Kabupaten/Kota dianggap telah
menyelesaikan masalah. </li></ul>
5. 5. Sistem Rujukan: Kendala <ul><li>Status Puskesmas PONED dan bukan PONED sering
membingungkan bidan apabila harus melakukan rujukan </li></ul><ul><li>Belum terdapat
persepsi yang sama tentang prosedur tindakan diantara petugas pelaksana pelayanan
</li></ul><ul><li>Keterbatasan pengetahuan masyarakat tentang kegawatdaruratan maternal &
neonatal </li></ul><ul><li>Keterbatasan kemampuan ibu dalam mengambil keputusan
</li></ul><ul><li>Konsekuensi finansial sebagai dampak proses rujukan </li></ul>
6. 6. Manfaat sistem rujukan Maternal & Neonatal <ul><li>Perbaikan sistem pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal tidak cukup dengan hanya melakukan standardisasi pelayanan dan
peningkatan kemampuan sumber daya manusia, tetapi juga perbaikan sistem rujukan maternal dan
neonatal yang akan menjadi bagian dari tulang punggung sistem pelayanan secara keseluruhan.
</li></ul>
7. 7. Definisi <ul><li>Sistem Rujukan </li></ul><ul><li>Polindes </li></ul><ul><li>Puskesmas
PONED </li></ul><ul><li>Rumah Sakit PONEK 24 Jam </li></ul>
8. 8. Pengembangan Pra-Rumah Sakit <ul><li>Polindes </li></ul><ul><ul><li>Bidan di Desa
sebagai pengelola Polindes dan sekaligus ujung tombak upaya pelayanan PONED perlu
mendapatkan pengetahuan dasar tentang tanda bahaya (danger signs)
</li></ul></ul><ul><li>Puskesmas PONED </li></ul><ul><ul><li>Cakupan pelayanan
kebidanan </li></ul></ul><ul><ul><li>Perkiraan jumlah komplikasi yang akan terjadi
</li></ul></ul><ul><ul><li>Ketenagaan </li></ul></ul>
9. 9. Pengembangan Pra-Rumah Sakit <ul><li>Kerjasama Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
dengan Rumah Sakit Kabupaten / Kota </li></ul><ul><li>Logistik </li></ul><ul><li>Dana
</li></ul>
10. 10. Alur pelayanan rujukan kegawatdaruratan obstetri & neonatal <ul><li>Masyarakat dapat
langsung memanfaat-kan semua fasilitas pelayanan kegawat-daruratan obstetri dan neonatal.
</li></ul><ul><li>Bidan di Desa dan Polindes dapat membe-rikan pelayanan langsung terhadap
ibu hamil / ibu bersalin dan ibu nifas dengan komplikasi tertentu sesuai dengan tingkat
kewenangan dan kemampuannya </li></ul>
11. 11. Alur pelayanan rujukan kegawatdaruratan obstetri & neonatal <ul><li>Puskesmas non-
PONED harus mampu melakukan stabilisasi pasien dengan kegawatdaruratan obstetri dan
neonatal sebelum melakukan rujukan </li></ul><ul><li>Puskesmas PONED mampu memberikan
pelayanan langsung terhadap ibu hamil / ibu bersalin dan ibu nifas dengan komplikasi tertentu
sesuai dengan tingkat kewenangan dan kemampuannya atau melakukan rujukan pada RS PONEK.
</li></ul>
12. 12. Alur pelayanan rujukan kegawatdaruratan obstetri & neonatal <ul><li>RS PONEK 24 Jam
mampu memberikan pelayanan PONEK langsung terhadap ibu hamil / ibu bersalin dan ibu nifas
baik yang datang sendiri atau atas rujukan. </li></ul><ul><li>Pemerintah Propinsi/Kabupaten
memberikan dukungan secara manajemen, administratif maupun kebijakan anggaran terhadap
kelancaran pelayanan kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal. </li></ul>
13. 13. Alur pelayanan rujukan kegawatdaruratan obstetri & neonatal <ul><li>Pokja/Satgas GSI
merupakan bentuk nyata kerjasama lintas sektoral di tingkat Propinsi dan Kabupaten untuk
menyampaikan pesan peningkatan kewaspadaan masyarakat ter-hadap komplikasi kehamilan dan
persalinan serta kegawatdaruratan yang mungkin tim-bul oleh karenanya </li></ul><ul><li>RS
Swasta dan Dokter/Bidan Praktek Swas-ta melaksanakan peran yang sama dengan RS Ponek 24
Jam, Puskesmas PONED dan Bidan dalam jajaran pelayanan rujukan. </li></ul>
14. 14. PEMERINTAH PROPINSI POKJA /TIM GSI PEMDA KAB./KOTA TIM POKJA GSI
KECAMATAN SATGAS GSI RUMAH SAKIT PROPINSI RUMAH SAKIT PONEK 24 JAM
PUSKESMAS PONED PUSKESMAS POLINDES KADER / DUKUN MASYARAKAT /
BUMIL DINAS KESEHATAN PROPINSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN RS SWASTA
KESEHATAN PROPINSI DR SWASTA BPS
15. 15. Pengembangan RS PONEK 24 Jam <ul><li>Peningkatan deteksi dini dan pengelola-an ibu
hamil dengan risiko tinggi, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan serta
pengelolaan komplikasi kehamilan dan persalinan berkaitan dengan kegawatdaruratan obstetri dan
neonatal melalui aktivasi, efisiensi dan efektivitasisasi mata rantai rujukan.
</li></ul><ul><li>Peningkatan cakupan pengelolaan kasus dengan komplikasi obstetri dan
neonatal. </li></ul>
16. 16. Pengembangan RS PONEK 24 Jam <ul><li>Pemantapan kerjasama lintas program antara
DinKes Kab/Kota dengan RS PONEK di Kab/Kota sebagai fasilitas rujukan primer serta
kerjasama lintas sektoral pada peningkatan tingkat kesadaran masyarakat dalam upaya penurunan
AKI dan AKP. </li></ul><ul><li>Pemantapan kemampuan pengelola program di tingkat
Kabupaten/Kota. </li></ul>
17. 17. Pengembangan RS PONEK 24 Jam <ul><li>Peningkatan pembinaan teknis dalam bentuk
pelatihan klinik untuk keterampilan PONED bagi Bidan di Desa, Dokter dan Bidan Puskesmas
PONED / non-PONED dengan menggunakan Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Modul Keterampilan Klinik Standard, teknik pelatihan berdasarkan
kompetensi (competency-based training) dan pelatih terkualifikasi dari Jaringan Pelatihan Klinik
Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR) </li></ul>
18. 18. Pengembangan RS PONEK 24 Jam <ul><li>Peningkatan sarana dan prasarana jaringan
pelayanan PONED maupun PONEK dalam sistem mata rantai rujukan yang terpadu . </li></ul>
19. 19. Strategi pemantapan rujukan PERBAIKAN MUTU PELAYANAN KLINIK & NON KLINIK
MONITORING & EVALUASI PERBAIKAN PERBAIKAN KOORDINASI LINTAS SEKTOR
KESINAMBUNGAN & KELEMBAGAAN PERBAIKAN MANAJEMEN DINKES DATI-II &
RS REORIENTASI DINKES & RS DATI-II PENYUSUNAN KESEPAKATAN MANAJEMEN
STRATEJIK MOBILISASI SUMBER DAYA PELATIHAN PERBAIKAN SISTIM JARINGAN
INFORMASI RUJUKAN MANAJEMEN STRATEGI PEMANTAPAN SISTEM RUJUKAN
DATI-II
20. 20. Pencatatan <ul><li>Pencatatan dalam Sistim Informasi Manajemen Pelayanan Kesehatan
(SP2TP), Kartu Ibu, Informed Consent </li></ul><ul><li>KMS Ibu Hamil / Buku KIA
</li></ul><ul><li>Register Kohort Ibu dan Bayi </li></ul><ul><li>Partograf
</li></ul><ul><li>Kartu Persalinan Nifas </li></ul><ul><li>Laporan hasil Audit Maternal
Perinatal </li></ul>
21. 21. Pencatatan <ul><li>Puskesmas </li></ul><ul><li>Formulir Rujukan Maternal dan Neonatal
</li></ul><ul><li>Formulir Autopsi Verbal Maternal dan Neonatal </li></ul><ul><li>RS
PONEK </li></ul><ul><li>Formulir Maternal dan Neonatal </li></ul><ul><li>Formulir Medical
Audit </li></ul><ul><li>Pelaporan kegiatan AMP </li></ul>
22. 22. Pelaporan DIREKTORAT KESEHATAN KELUARGA Sub Dit Kebidanan & Kandungan
DINAS KESEHATAN PROPINSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN / KOTA BIDAN /
BIDAN DI DESA PUSKESMAS PONED RUMAH BERSALIN SWASTA RS PONEK
KABUPATEN / KOTA DIREKTORAT PELAYANAN MEDIK
23. 23. Pemantauan <ul><li>Pemanfaatan laporan </li></ul><ul><ul><li>Laporan yang diterima
dilakukan pengolahan dan analisa data </li></ul></ul><ul><li>Umpan Balik
</li></ul><ul><ul><li>Hasil analisa laporan dikirimkan sebagai umpan balik dalam 3 (tiga) bulan
dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke RS PONEK dan Puskesmas PONED atau disampaikan
melalui pertemuan Review Program Kesehatan Ibu dan Anak secara berkala di Kabupaten/Kota
dengan melibatkan ketiga unsur pelayanan kesehatan tersebut diatas. </li></ul></ul>
24. 24. SUPERVISI FASILITATIF <ul><li>K egiatan observasi dan evaluasi langsung oleh penyelia
terhadap fasilitas kesehatan, kinerja tim medis dan hasil yang diperoleh </li></ul><ul><li>P roses
observasi dan evaluasi dilakukan oleh tim medik dan staf klinik yang telah dilatih tentang
menetapkan, menjalankan dan menilai mutu pelayanan </li></ul>
25. 25. SUPERVISI FASILITATIF <ul><li>Aspek yang di supervisi meliputi:
</li></ul><ul><ul><li>Aspek Medis Teknis (Kebidanan dan Neonatal) oleh RS PONEK
</li></ul></ul><ul><ul><li>Aspek Administratif / Manajerial oleh Pengelola Program KIA
</li></ul></ul><ul><li>Kerjasama Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dengan Rumah Sakit
Kabupaten / Kota </li></ul>
Recommended

Managemen rujukan bayi baru lahir dengan hipotermia dan hipertermia


Aprillia Indah Fajarwati

Protap penanggulangan bencana


Joni Iswanto

Modul 4 analisis resiko


Joni Iswanto

Modul 3 konsepsi bencana dan kedaruratan


Joni Iswanto

Modul 1 pengantar rencana kontijensi.


Joni Iswanto


Manajemen bencana bidang kesehatan
Joni Iswanto

Pemberantasan Sarang Nyamuk


Joni Iswanto

 English
 Español
 Português
 Français
 Deutsch
 About

 Dev & API

 Blog

 Terms

 Privacy

 Copyright

 Support




LinkedIn Corporation © 2019

Anda mungkin juga menyukai