Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kolitis ulseratif adalah penyakit kronis dimana usus besar atau kolon
mengalami inflamasi dan ulserasi menghasilkan keadaan diare berdarah, nyeri
perut, dan demam.Kolitis ulseratif dikarakteristikkan dengan eksaserbasi dan
remisi yang intermiten dari gejala.
Penyakit ini dapat dipicu pada orang yang rentan oleh faktor-faktor
lingkungan.Meskipun modifikasi diet dapat mengurangi ketidaknyamanan
seseorang dengan penyakit, kolitis ulserativa tidak diduga disebabkan oleh
faktor-faktor diet.Meskipun kolitis ulserativa diperlakukan seolah-olah itu
merupakan penyakit autoimun, tidak ada konsensus bahwa itu adalah seperti
itu.Pengobatannya dengan obat anti-peradangan, kekebalan, dan terapi
biologis penargetan komponen spesifik dari respon kekebalan.
Peradangan pada mukosa kolon akan menyebabkan ulserasi, ulkus
yang terbentuk bisa meluas ke submukosa apabila tidak ditangani dengan
baik. Maka komplikasi-komplikasi dari penyakit ini akan meluas dan sangat
mempengaruhi kesehatan. Selain tindakan medis, intervensi keperawatan juga
sangat diperlukan untuk mengatasi penyakit ini.
Dari latar belakang di atas, kelompok tertarik mengangkat topik
mengenai perubahan sistem pencernaan pada dewasa.Makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas pada mata kuliah “Sistem Pencernaan”.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka didapatkanlah rumusan


masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana penyakit kolitis ulseratif?


b. Bagaimana perjalanan penyakitnya?
c. Bagaimana manifestasi klinis penyakit kolitis ulseratif?
d. Apa diagnosa yang tepat untuk penyakit kolitis ulseratif?
e. Apa outcome yang diharapkan?
f. Apa intervensi yang tepat?

C. Manfaat Penulisan
Makalah ini hendaknya dapat bermanfaat guna menambah
pengetahuan mengenai asuhan keperawatan pada pasien kolitif ulseratif.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kolitis ulseratif adalah penyakit kronis dimana usus besar atau kolon
mengalami inflamasi dan ulserasi menghasilkan keadaan diare berdarah, nyeri
perut, dan demam.
Kolitis ulseratif ditandai dengan adanya eksaserbasi secara intermitten
dan remisinya gejala klinik. Insiden penyakit kolitis ulseratif di Amerika
Serikat kira-kira 15 per 100.000 penduduk. Sementara itu, puncak kejadian
penyakit tersebut adalah antara 15 dan 35 tahun. Penyakit ini telah dilaporkan
terjadi pada setiap dekade kehidupan.

2.2 Etiologi
Penyebab kolitis ulseratif belum diketahui, gambaran tertentu penyakit
ini telah menunjukkan beberapa kemungkinan penting. Hal ini meliputi faktor
familial atau genetik, infeksi, imunologik dan psikologik.
1. Faktor familial/genetik
Penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang kulit putih daripada orang
kulit hitam dan orang cina, dan insidennya meningkat 3 sampai 6 kali lipat
pada orang Yahudi dibandingkan dengan orang non Yahudi. Hal ini
menunjukkan bahwa dapat ada predisposisi genetik terhadap
perkembangan penyakit ini.
2. Faktor infeksi
Sifat radang kronik penyakit ini telah mendukung suatu pencarian terus
menerus untuk kemungkinan penyebab infeksi. Disamping banyak usaha
untuk menemukan agen bakteri, jamur atau virus belum ada yang
sedimikian jauh diisolasi. Laporan awal isolat varian dinding sel
Pseudomonas atau agen yang dapat ditularkan yang menghasilkan efek
sitopatik pada kultur jaringan masih harus dikomfirmasi.

3
3. Faktor imunologik
Teori bahwa mekanisme imun dapat terlibat didasarkan pada konsep
bahwa manifestasi ekstraintestinal yang dapat menyertai kelainan ini
(misalnya artritis, perikolangitis) dapat mewakili fenomena autoimun dan
zat terapeutik tersebut, seperti glukokortikoid atau azatioprin, dapat
menunjukkan efek mereka melalui mekanisme imunosupresif.
Pada 60-70% pasien dengan kolitis ulseratif, ditemukan adanya p-ANCA
(peri anti-neutrophilic cytoplasmic antibodies). Walau p-ANCA tidak
terlibat dalam patogenesis penyakit kolitis ulseratif, namun ia dikaitkan
denggan alel HLA-DR2, di mana pasien dengan p-ANCA negatif lebih
cenderung menjadi HLA-DR4 positif.
4. Faktor psikologik
Gambaran psikologis pasien penyakit radang usus juga telah ditekankan.
Tidak lazim bahwa penyakit ini pada mula terjadinya atau berkembang,
sehubungan dengan adanya stres psikologis mayor misalnya kehilangan
seorang anggota keluarga. Telah dikatakan bahwa pasien penyakit radang
usus memiliki kepribadian yang khas yang membuat mereka menjadi
rentan terhadap stres emosi yang sebaliknya dapat merangsang gejalanya.
5. Faktor lingkungan
Lingkungan sangat mempengaruhi kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan penurunan risiko penyakit kolitis ulseratif di
antara perokok dibandingkan dengan yang bukan perokok sebanyak 40%
dibandingkan dengan yang bukan perokok.
Penelitian-penelitian telah dilakukan dan membuktikan adanya kemungkinan
lebih dari satu penyebab dan efek kumulasi dari penyebab tersebut adalah akar dari
keadaan patologis. Penyebabnya meliputi herediter, faktor genetik, faktor lingkungan,
atau gangguan sistem imun. Secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok
yaitu faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik.
1. Faktor intrinsik
 Gangguan sistem imun: alergi, autoimun,

4
 genetik,
 Faktor hereditas,
 Psikosomik.
2. Faktor ekstrinsik
 Diet
 Infeksi
 Obat-obatan

2.3 Patofisiologi
Terlampir

2.4 Manifestasi Klinis


Gejala utama kolitis ulseratif adalah diare berdarah dan nyeri
abdomen, seringkali dengan demam dan penurunan berat badan pada pasien
berat. Pada penyakit yang ringan, bisa terdapat satu atau dua feses yangs
etengah berbentuk yang mengandung sedikit darah dan tanpa manifestasi
sistemik.
Derajat klinik kolitis ulseratif dapat dibagi atas berat, sedang dan
ringan, berdasarkan frekuensi diare, ada/tidaknya demam, derajat beratnya
anemia yang terjadi dan laju endap darah. Perjalanan penyakit kolitis ulseratif
dapat dimulai dengan serangan yang berat maupun dimulai ringan yang
bertambah berat secara gradual setiap minggu. Berat ringannya serangan yang
pertama sesuai dengan panjangnya kolon yang terlibat. Lesi mukosa bersifat
difus dan terutama hanya melibatkan lapisan mukosa. Secara endoskopik
penilaian aktifitas penyakit kolitis ulseratif relatif mudah dengan menilai
gradasi berat ringannya lesi mukosa dan luasnya bagian usus yang terlibat.
Pada kolitis ulseratif, terdapat reaksi radang yang secara primer
mengenai mukosa kolon. Secara makroskopik, kolontampak berulserasi,
hiperemik dan biasanya hemoragik. Gambaran mencolok dari radang adalah

5
bahwa sifatnya seragam dan kontinu dengan tidak ada daerah tersisa mukosa
yang normal.

2.5 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan laboratorium seringkali nonspesifik dan mencerminkan
derajat dan beratya perdarahan dan inflamasi. Bisa terdapat anemia yang
mencerminkan penyakit kronik serta defisiensi besi akibat kehilangan darah
kronik. Leukositosis dengan pergeseran kekiri dan peningkatan laju endap
darah seringkali terlihat pada pasien demam yang sakit berat. Kelainan
elektrolit, terutama hipokalemia, mencerminkan derajat diare.
Hipoalbuminemia umum terjadi dengan penyakit yang ekstensif dan biasanya
mewakili hilangnya protein lumen melalui mukosa yang berulserasi.
Peningkatan kadar alkali fosfatase dapat menunjukkan penyakit hepatobiliaris
yang berhubungan.
Pemeriksaan kultur feses, ova, parasit atau toksin Clostridium difficile
negatif. Pemeriksaan antibodi p-ANCA dan ASCA berguna untuk
membedakan penyakit kolitis ulseratif dengan penyakit Crohn.
Pemeriksaan radiologi juga bisa dilaksanakan seperti Foto polos
abdomen, barium edema, Ultrasonografi, CT-scan dan MRI.

2.6 Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi seperti diare berat, gangguan elektrolit,
dilatasikolon, ruptur kolon, perforasi dan peritonitis.

6
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pemeriksaan, diagnosa
medis.
b. Identitas penanggung jawab
Meliputi : Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan
dengan klien.
2. Keluhan utama
Biasanya pada klien yang terkena kolitis ulseratif mengeluh nyeri
perut, diare, demam, anoreksia.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Perdarahan anus, diare dan sakit perut, peningkatan suhu
tubuh, mual, muntah, anoreksia, perasaan lemah, dan penurunan nafsu
makan.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Untuk menentukan penyakit dasar kolitis ulseratif.Pengkajian
predisposisi seperti genetik, lingkungan, infeksi, imunitas, makanan
dan merokok perlu di dokumentasikan.Anamnesis penyakit sistemik,
seperti DM, hipertensi, dan tuberculosis dipertimbangkan sebagai
sarana pengkajian proferatif.

7
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
b. Tanda-Tanda Vital , meliputi
Tekanan darah: Dalam batas normal (120/80 mmHg)
Nadi : Takikardia atau diatas normal (> 100 x/menit)
Suhu : Klien mengalami demam (> 37,5oC )
Respirasi : Dalam batas normal (16- 20 x/menit)
c. Pemeriksaan fisik
a) Sistem pencernaan:
Terjadi pembengkakan pada abdomen
Nyeri tekan pada abdomen,
Bising usus lebih dari normal (normalnya 5-35 x/menit)
Anoreksia
b) Sistem pernafasan: Respirasi normal (16-20 x/menit).
c) Sistem kardiovaskuler : Peningkatan nadi (takikardi)
d) Sistem neurologi:
Peningkatan suhu tubuh (demam)
Kelemahan pada anggota gerak
e) Sistem integument: Kulit dan membran mukosa kering dan
turgornya jelek.
f) Sistem musculoskeletal: Kelemahan otot dan tonus otot buruk
g) Sistem eliminasi:
Pada saat buang air besar mengalami diare
Feses mengandung darah

5. Pemeriksaan Diagnostik
Penyakit peradangan usus didiagnosa dengan melihat hasil-hasil
radiograf, sigmoidoskopi/kolonoskopi dan biopsi.Tes-tes laboratorium dan
penunjang lainnya dilakukan untuk melihat adanya anemia dan adanya
darah dalam kotoran.

8
a. Contoh feses, untuk diagnosa awal terutama yang mengandung darah,
mukosa, pus dan organisme usus, khususnya Entamoeba histolytica.
b. Proktosigmoidoskopi, memperlihatkan ulkus, edema, hyperemia, dan
inflamasi.
c. Radiograf, membantu untuk mengidentifikasi lesi-lesi pada gangguan-
gangguan peradangan usus kronis disamping juga adanya komplikasi
seperti fistula, striker, polip, megakolon atau perforasi.
d. Sitologi dan biopsy rectal, membedakan antara proses infeksi dan
karsinoma serta karakter infiltrate inflamasi yang disebut abses lapisan
bawah.
e. Kolonoskopi, mengidentifikasi adesi, perubahan lumen dinding,
menunjukan obstruksi usus,
f. Darah lengkap, menunjukan anemia hiperkromik, leukositosis
g. Kadar besi serum, rendah karena kehilangan darah.
h. Masa prothrombin
i. ESR
j. Thrombositosis
k. Elektrolit
l. Kadar albumin
m. Alkalin fosfatase
n. Sumsum tulang.

6. Pengkajian Psikososial
Perawat mengevaluasi pemahaman klien tentang penyakitnya dan
gaya hidup yang mendukung sebelum masuk rumah sakit. Kaji hubungan
relasi dalam lingkungan social, relasi kerja, riwayat merokok, alcohol dan
frekuensinya, dukungan keluarga dan social serta riwayat diare yang
berkepanjangan.

9
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Brunner & Suddarth, 2002, hal 1108, diagnosa keperawatan
yang mungkin muncul pada pasien dengan kolitis ulseratif :
1. Diare b.d proses inflamasi.
2. Nyeri abdomen b.d peningkatan peristaltik dan inflamasi.
3. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah, dan
anoreksia.

C. Aplikasi NANDA NOC NIC

No NANDA NOC NIC


1 Diare  Eliminasi Usus  Perawatan Inkontinensia Usus
Indikator : Intervensi :
- Pola eliminasi - Tentukan penyebab fisik atau
dalam rentang yang psikologi terjadinya inkontinensia
diharapkan feces
- Kontrol gerakan - Tentukan awal mula dan tipe
usus inkontinensia usus, frekuensi
- Warna feses dalam episode dan perubahan hubungan
batas normal fungsi usus atau konsistensi feces
- Jumlah feses untuk - Diskusikan prosedur dan hasil
diet yang diharapkan dengan pasien
- Kelembekan dan - Jaga agar tempat tidur dan pakaian
pembentukan feses bersih
- Lemak dalam feses - Implementasikan training usus,
dalam batas normal jika perlu
 Keseimbangan - Monitor evakuasi usus yang
Elektrolitdan Asam adekuat
Basa - Hindari makanan yang
Indikator : menyebabkan diare

10
- Denyut jantung : - Monitor diet dan caitan yang
DBH* diperlukan
- Irama jantung :
DBH  Manajemen Diare
- Pernapasan : DBH Intervensi :
- Irama napas : DBH - evaluasi profil obat yang
- Sodium serum memberikan efek samping bagi
- Pottasium serum gastrointestinal
 Hidrasi - anjurkan pasien untuk
Indikator : menggunakan obat anti diare
- Tekanan darah : - instruksikan pasien/keluarga
DBH untuk mencatat warna, volume,
- Kesimbangan intake frekuensi, dan konsistemsi BAB
& output (24jam) - Evaluasi catatan makanan
- Rasa haus abnormal - Anjurkan makan dengan porsi
(-) kecil (lalu tingkatkan porsi)
- Hidrasi kulit - Anjurkan pasien untuk
- Kelembaban menghindari makanan yang
mukosa kulit bergas dan pedas
- monitor tanda dan gejala dari
diare
- Identifikasi faktor ( seperti
pengobatan, bed rest, dan
makanan) makanan mungkin
yang menyebabkan diare
- Instruksikan pasien untuk
memberitahukan staff pada tiap
episode diare
- Observasi turgor kulit
- Monitor kulit area perianal dari

11
iritasi dan ulserasi
- Monitor diare/pengeluaran
- Timbang BB dengan teratur
- Beritahu dokter bila ada
peningkatan frekuensi dan suara
dan usus
- Konsultasikan dengan dokter
bila gejala diare menetap
- Instruksikan memakan makanan
tinggi sera, tinggi protein, tinggi
kalori,
 Manajemen Cairan/ Elektrolit
Intervensi :
- Monitor keabnormalan level
untuk serum
- Dapatkan specimen lab untuk
memonitor level cairan/
elektrolit ( seperti Ht,
BUN,sodium, protein,
potassium )
- Timbang berat badan tiap hari
- Beri cairan
- Promosikan intake oral
- Beri terapi nasogastrik untuk
menggantikan output
- Beri serat pada selang makan
pasien untuk mengurangi
kehilangan cairan dan elektrolit
selama diare
- Kurangi konsumsi es / jumlah

12
intake oral pasien yang
terpasang NGT
- Irigasi selang NGT dengan
normal salin

2. Nyeri  Kontrol nyeri  Manajemen nyeri


- Penggunaan · Lakukan penilaian nyeri secara
analgesic yang komprehensif dimulai dari lokasi,
tepat karakteristik, durasi, frekuensi,
- Laporkan tanda kualitas, intensitas dan penyebab.
nyeri pada tenaga · Kaji ketidaknyamanan secara
kesehatan nonverbal, terutama untuk pasien
- Menilai gejala dari yang tidak bisa
nyeri mengkomunikasikannya secara
- Gunakan catatan efektif
nyeri · Pastikan pasien mendapatkan
 Tingkatan nyeri perawatan dengan analgesic
- Melapor nyeri · Gunakan komunikasi yang
- Frekuensi nyeri terapeutik agar pasien dapat
- Nafsu makan menyatakan pengalamannya
normal terhadap nyeri serta dukungan
- Respon tubuh dalam merespon nyeri
- Ekspresi wajah saat · Tentukan dampak nyeri terhadap
nyeri ( 1 ) kehidupan sehari-hari (tidur,
 Tingkat nafsu makan, aktivitas,
kenyamanan kesadaran, mood, hubungan
- Mengekspresikan sosial, performance kerja dan
kepuasan dengan melakukan tanggung jawab
tingkatan mandiri sehari-hari)
- Menekspresikan  Pemberian analgesik

13
kepuasan dengan · Menentukan lokasi , karakteristik,
kontrol nyeri mutu, dan intensitas nyeri
sebelum mengobati pasien
· Periksa order/pesanan medis
untuk obat, dosis, dan frekuensi
yang ditentukan analgesik
· Cek riwayat alergi obat
· Tentukan analgesik yang cocok,
rute pemberian dan dosis optimal.
· Monitor TTV sebelum dan
sesudah pemberian obat narkotik
dengan dosis pertama atau jika
ada catatan luar biasa.
· Lakukan tindakan pengamanan
pada pasien dengan obat
analgesik narkotik
 Pemberian obat penenang
· Kaji riwayat kesehatan pasien dan
riwayat pemakaian obat penenang
· Tanyakan kepada pasien atau
keluarga tentang pengalaman
pemberian obat penenang
sebelumnya
· Melihat kemungkinan alergi obat
· Memperoleh TTV dalam batas
normal
· Memperoleh kadar oksigen dan
irama EKG dalam batas normal
· Mengetahui perjalanan obat

14
melalui IV
· Monitor kadar oxigen darah
· Memonitor tingkatan kesadaran
pasien
3. Ketidakse  Status nutrisi: asupan  Manajemen Nutrisi
imbangan makanan dan - Kaji adanya alergi makanan
Nutrisi minuman - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Kurang Indikator menentukan jumlah kalori dan
dari - Asupan makanan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Kebutuha melalui mulut - Anjurkan pasien untuk
n Tubuh - Asupan makanan meningkatkan intake Fe
melalui selang - Anjurkan pasien untuk
- Asupan cairan meningkatkan protein dan
melalui mulut vitamin C
- Asupan cairan - Berikan substansi gula
 Status nutrisi : - Yakinkan diet yang dimakan
Asupan nutrisi mengandung tinggi serat untuk
Indikator mencegah konstipasi
- Asupan kalori - Berikan makanan yang terpilih
- Asupan protein (sudah dikonsultasikan dengan
- Asupan lemak ahli gizi)
- Asupan karbohidrat - Ajarkan pasien bagaimana
- Asupan vitamin membuat catatan makanan harian.

- Asupan mineral - Monitor jumlah nutrisi dan

- Asupan zat besi kandungan kalori

 Kontrol berat badan - Berikan informasi tentang

Indikator kebutuhan nutrisi

- Memonitor berat - Kaji kemampuan pasien untuk

badan mendapatkan nutrisi yang

15
- Menjaga asupan dibutuhkan
kalori harian  Monitor Nutrisi
optimal - BB pasien dalam batas normal
- Menggunakan - Monitor adanya penurunan berat
tambahan gizi jika badan
diperlukan - Monitor tipe dan jumlah aktivitas
- Menjaga pola yang biasa dilakukan
makan yang - Monitor interaksi anak atau
disarankan orangtua selama makan
- Mempertahankan - Monitor lingkungan selama makan
keseimbangan - Jadwalkan pengobatan  dan
cairan tindakan tidak selama jam makan
- Mencapai berat - Monitor kulit kering dan perubahan
badan yang pigmentasi
optimum - Monitor turgor kulit
- Mempertahankan - Monitor kekeringan, rambut
berat badan yang kusam, dan mudah patah
optimum - Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
- Monitor makanan kesukaan
- Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
- Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
- Monitor kalori dan intake nuntrisi
- Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas
oral.

16
- Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet
 Bantuan penambahan berat
badan
- Menimbang berat badan pasien
pada jarak waktu tertentu, jika
diperlukan
- Mendiskusikan kemungkinan
penyebab rendahnya berat badan
- Memantau mual dan muntah
- Mengontrol konsumsi kalori
harian
- Anjurkan meningkatkan intake
kalori
- Menunjukkan bagaimana cara
meningkatkan intake kalori
- Memberi variasi nutrisi makanan
yang tinggi kalori

Mempertimbangkan makanan utama


pasien,  jika diatur oleh pilihan
sendiri, budaya, dan agama

D. Implementasi
1. Membantu dengan tujuan-tujuan terapeutik
a. Meningkatkan nutrisi

17
Nutrisi parenteral total (TPN) seringkali digunakan untuk pasien
dengan sakit akut atau dengan penyakit berat dan ditandai dengan penurunan
berat badan, hal ini diikuti dengan diet yang elemental seperti yang diberikan
pada makanan melalui tube untuk memungkinkan absorpsi yang cepat dalam
saluran GI atas dan jumlah yang minimal dalam kolon.
Rasa dari makanan merupakan persoalan pada pemberian makanan
diet elemental per oral.Menyediakan minuman dingin dan menawarkan rasa
yang bervariasi meningkatkan penerimaan pasien.Kemudian diperkenalkan
diet secara bertahap yang rendah sisa, tinggi protein dan tinggi kalori.
Susu ditoleransi sedikit saja oleh beberapa pasien dengan colitis
ulseratif.Makanan yang diketahui dapat memperberat timbulnya gejala-gejala
harus dihindari yang meliputi alcohol, kafein makanan tinggi lemak, dan
buah-buahan serta sayuran mentah.Tambahan vitamin biasanya diperlukan,
terutama vitamin B12.Bila ada anemia, Irondektran diberikan dengan Z-track
injeksi karena intake oral besi tidak efektif akibat adanya ulserasi usus.

b. Obat-obatan
Obat-obatan pada colitis ulseratif meliputi kortikosteroid dan
sulpasalazine.Kortikosteroid diberikan dalam dosis tinggi untuk periode
singkat untuk penyakit yang berat.Dosis kemudian diturunkan dan diberikan
dalam jadwal harian alternative, obat dihentikan jika keadaan dapat
deipertahankan dengan sulpasalazine.
Sulpasalazine deberikan untuk mengurangi peradangan dan frekuensi
serangan ulang karena obat ini diberikan untuk maintance sebagaimana tujuan
terapeutik, instruksi-instruksi untuk pasien meliputi hal-hal sebagai berikut:
a) Minum sulpasalazine dalam dosis yang sesuai dengan air satu
gelas penuh (240ml)
b) Jika terjadi gangguan lambung, minumlah obat setelah makan atau
makan makanan lain

18
c) Pertahankan intake cairan yang adekuat untk memberikan output
urine minimal 1500ml/hari
d) Laporkan efek samping seperti sakit kepala yang terus-menerus,
fotosensitivitas, ruam atau terkupas pada kulit, nyeri sendi,
perdarahan atau memar yang tidak biasa, jaundice, mual dan
muntah yang terus-menerus
e) Infertilitas pada pria cepat terjadi

2. Membantu dengan memberikan rasa nyaman dan ADL


Bed rest mungkin dilakukan pada pasien yang sakit akut, dan
perawatan harus dilakukan untuk pasien yang kurus karena bagian-bagian
yang menonjol harus dilindungi dengan alat-alat pengurangan tekanan,
misalnya kasur yang tekanannya berubah-ubah, pengganjal busa atau kulit
domba.
Commode atau pispot dikosongkan sesering ia digunakan
walaupun ketika defekasi hanya sedikit. Ruangan diberi pewangi untuk
mengurangi bau tak sedap.Atau pispot dapat diganjal jika pasien
membutuhkan waktu lama untuk duduk diatasnya.
Daerah perineal dicuci sesuai dengan keperluan, paling sedikit
beberapa kali sehari ketika diare.Analgetik seperti dibucaine (nupercaine)
atau zinc oxide dapat dioleskan pada anus untuk menghilangkan rasa tak
nyaman. Lap yang mengandung obat (missal tucks) mungkin lebih
membuat nyaman daripada tissue toilet. Sitbath tiga kali sehari untuk kulit
dan sirkulasi untuk memberikan kenyamanan pada rectal.

3. Konseling dan pendidikan


a. Aspek-aspek psikologi

19
Kolitis ulseratif merupakan penyakit seumur hidup dengan periode
peningkatan dan peredaan yang dapat mengganggu kehidupan pasien. Emosi
dan stress telah diketahui sebagai berperan dalam peningkatan keadaan sakit.
Jika penyakit berlangsung dalam jangka waktu lama, pasien biasanya kurus,
nervous.Rasa tidak aman, ketergantungan dan depresi dapat timbul.
Komunikasi yang empatik yang senantiasa dijalankan biasanya
diperlukan untuk menjalin hubungan tolong-menolong.Hal ini dapat
diperlukan untuk merencanakan penggunaan waktu dengan pasien dan dengan
keluarga dalam pola yang terakhir.
Pengetahuan tentang penyakit, tes-tes diagnostic dan terapi dapat
membantu dalam kecemasan pasien

b. Peningkatan seksualitas
Respon seksual mungkin berkurang akibat penyakit peradangan usus
yang kronis dan dapat mengganggu hubungan seksual.Malnutrisi dan diare
yang sering menimbulkan penurunan libido.Pasien diberi kesempatan untuk
mendiskusikan tentang masalah-masalah tersebut dengan pihak yang terlibat.

c. Pendidikan pasien
Pendidikan pasien adalah hal penting dalam menjalankan prinsip untuk
membantu pasien mempelajari perawatan diri yang efektif. Hal-hal penting
yang harus dimasukan dalam pendidikan diantaranya adalah:
a. Diet
b. Eliminasi
c. Peningkatan istirahat
d. Program pemeliharaan kesehatan

c. Pembedahan

20
Kolitis ulseratif dapat ditangani dengan pembedahan.Penggunaanya
cenderung pada intervensi pembedahan yang lebih dini untuk pasien yang
sakit akut dan pasien yang mengalami gejala peningkatan yang
sering.Pembedahan diindikasikan secara jelas ketika komplikasi timbul,
meliputi perdarahan yang massive, perforasi usus, striker, dan megakolon
toksik yang tidak responsive terhadap pengobatan (pembesaran atau hipertrofi
kolon).
Sebuah jenis pembedahan yang lain adalah continent ileostomy ata
kantung kock., suatu tempat penampungan intra abdominal dengan sebuah
katup semacam putting dibuat dari ileum bagian distal untuk menyediakan
tempat penampungan feses. Kapasitas kantung ditingkatkan dan perlahan-
lahan dalam beberapa bulan hingga ia dapat menampung kurang lebih 500ml.
Suatu ileoproctostomy terdiri dari pemotongan kolon, pengangkatan
mukosa rectal, meninggalkan otot rectum yang utuh dan anastomasis antara
ileum dengan sfingter ani.
Jenis pembedahan ini memungkinkan eliminasi melalui anus tetapi karena
feses akan sangat encr, inkontinensia usus dapat terjadi.
E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah
sebagai berikut.
1. Diare berkurang
2. Nyeri dilaporkan berkurang atau terdaptasi.
3. Status hidrasi optimal.
4. Pemenuhan nutrisi optimal.
5. Pemenuhan informasi kesehatan optimal.
6. Tidak terjadi injuri.
7. Jalan nafas efektif.
8. Tidak terjadi infeksi pascabedah.
9. Penurunan respons kecemasan
BAB IV

21
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan pada pasien yang menderita colitis
ulseratif diagnosa keperawatan yang diangkat adalah :
a. Diare
b. Nyeri abdomen
c. Kekurangan volume cairan
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Jadi, berdasarkan diagnose tersebut perawat bisa melakukan tindakan


keperawatan sesuai dengan NOC dan NiC seperti yang dijelaskan pada
makalah.

B. Saran
Pembaca dapat memahami mengenai asuhan keperawatan. Dimulai
dari memilih diagnosa, menentukan outcome yang diharapkan serta memilih
dan melakukan intervensi yang tepat.

DAFTAR ISI

22
 Herdman, T.H. (2012) (Ed.). NANDA Internasional Nursing Diagnoses :
Definitions & Classification, 2012-2014. Oxford : Wiley-Blackwell.

 Sue Moorhead, Johnson M, Meridean L.M., Swanson E. (2008). Nursing


Outcomes Classification (NOC). The United States Of America.

 M. Bulechek.G., K. Butcher. Howard. McCloskey. D. J. (2008). Nursing


Interventions Classification (NIC). The United States Of America.

23

Anda mungkin juga menyukai