Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“PENYAKIT COLITIS”

DOSEN PENGAMPU:
Ns. DINI KUSUMA WARDANI, M.Kep
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS
KEPERAWATAN MEDIKAL MEDAH

DISUSUN OLEH:

SAHRUL KIROM (2191018)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN
MATARAM

2022

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Esa yang Maha Pengasih lagi
Maha Panyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “Keperawatan Medikal Bedah” mengenai Penyakit Colitis.
Tak lupa pula kita curahkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah membimbing
kita dari zaman Sadya Yuga hingga ke zaman Kali Yuga ataudi zaman yang penuh
dengan ilmu pengetahuan.

Berkat ridho Tuhan yang Maha Esa dan doa kedua orang tua yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini. kami menyadari bahwa dalam proses
penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara
penulisannya.

Namun, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk masyarakat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kolitis berasal dari kata kolon (usus besar) dan itis (peradangan). Kolitis ulserativa

merupakan penyakit radang non spesifik kolon yang umumnya berlangsung lama disertai masa

remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti. Sakit abdomen, diare dan perdarahan rektum

merupakan tanda dan gejala yang penting. Frekuensi penyakit paling banyak antara usia 20 -40

tahun, dan menyerang ke dua jenis kelamin sama banyak. Insiden kolitis ulserativa adalah

sekitar 1 per 10.000 orang dewasa kulit putih per tahun.

Kolitis adalah penyakit radang usus besar. Kolitis dapat terjadi secara kronis atau akut dan

dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan penyebab atau mekanismenya antara lain infeksi,

autoimunitas, iskemia, dan obat-obatan. Menurut Buku Ajar Ikatan Dokter Spesialis Penyakit

Dalam Indonesia, kolitis kronis dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain Inflammatory Bowel

Disease (IBD), microscopic colitis (MC), kolitis radiasi, dan kolitis iskemik. IBD adalah

peradangan kronis pada usus dengan etiologi yang tidak diketahui. IBD sendiri terbagi menjadi

dua jenis, yaitu Ulcerative Colitis (UC) dan Crohn's Disease (CD). Jika tidak dapat dibedakan

antara keduanya, maka akan dikategorikan sebagai Indeterminate Colitis (IC). MC adalah salah

satu penyebab paling umum dari diare kronis (Park et al., 2015). Kolitis radiasi adalah penyakit

radang usus besar yang terjadi akibat terapi radiasi untuk kanker, seperti kanker ginekologi,

urologi, dan rektal4. Kolitis iskemik adalah penyakit usus besar dimana terjadi lesi akibat

berkurangnya aliran darah (hipoperfusi), sehingga terjadi daerah iskemia (Sherid et al., 2016).

(Nadya Wulandari Alshanti, Ummi Maimunah, Etty Hary Kusumastuti (2022) Studi

Profil Histopatologi Pasien Kolitis di RSUD Dr. Soetomo Surabaya,)


Tugas utama kolon ialah untuk menyimpan sisa makanan yang nantinya harus

dikeluarkan, absorpsi air, elektrolit dan asam empedu. Absorpsi terhadap air dan elektrolit

terutama dilakukan di kolon sebelah kanan, yaitu di coecum dan kolon asenden, dan

sebagian kecil dibagikan kolon lainnya. Begitu juga beberapa macam obat-obat yang

diberikan per rektal dapat dilakukan absorpsi, umumnya dalam bentuk suppositoria. Kolon

yang normal selama 24 jam dapat melakukan absorpsi 2,5 liter air, 403 mEq Na dan 462

mEq Cl. Sebaliknya kolon mengeluarkan sekresi 45 mEq K dan 259 mEq bikarbonat.

Peradangan kolon akut dapat disebabkan oleh sejumlah agen  infeksi yaitu virus,

bakteri, atau parasit. Manisfestasi klinik infeksi ini adalah demam, sakit kejang abdomen

bagian bawah, dan diare yang dapat berdarah. Pada kasus yang berat darah secara kasar

dapat ditemukan dalam feses, dan gambaran klinik dan sigmoidoskopi dapat menyerupai

kolitis ulserativa akut. Sel-sel radang akut terdapat pada infeksi Shigella atau Salmonella,

kolitis amoeba akut, atau kolitis ulserativa idiopatik; sel-sel ini tidak terdapat pada

gastroenteritis virus atau diare yang disebabkan oleh enterotoksin.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini adalah bagaimana konsep dasar penyakit serta

asuhan keperawatan colitis?

C. Tujuan Penulisan

1.      Tujuan umum

Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah menjelaskan dan memahami tentang

konsep dasar penyakit serta asuhan keperawatan colitis .

2.      Tujuan khusus

a. Memahami definisi kolitis

b.      Memahami penyebab kolitis

c.       Memahami patofisiologis kolitis


d.      Memahami pemeriksaan diagnostik kolitis

e.       Memahami tanda dan gejala kolitis

f.       Memahami penatalaksanaan untuk kolitis

g.      Memahami konsep dasar asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan yang biasanya timbul, intervensi atau perencanaan keperawatan untuk

kolitis .

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.   Definisi

Kolitis  adalah inflamasi usus yang kronis dan hanya mengenai mukosa dan

submukosa kolon. (White. Y., Owen, F., Sibbald, J. & Crookes, P. A. Patofisiologi Aplikasi

Pada Praktik Keperawatan. 2009.321)

Kolitis adalah penyakit peradangan yang ditandai oleh reaksi jaringan di dalam usus

yang menyerupai reaksi yang disebabkan oleh patogen mikrobiologi yang dikenal seperti

Shigella. ( Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, 2006 )

Kolitis adalah penyakit dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon dan

rektum. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106).

Jadi, Kolitis adalah inflamasi usus yang kronis dan hanya mengenai mukosa dan

submukosa kolon, ditandai oleh reaksi jaringan di dalam usus yang menyerupai reaksi yang

disebabkan oleh patogen mikrobiologi yang dikenal seperti Shigella, disertai masa remisi

dan eksaserbasi yang berganti- ganti dan dapat berlangsung dalam jangka waktu yang

lama.

B. Anatomi dan Fisiologi


Usus besar atau kolon berbentuk tabung dengan panjang sekitar 1,5 m. Diameter usus

besar lebih besar dari usus kecil yaitu sekitar 6,5 cm, tetapi semakin dekat anus semakin

kecil. Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Sekum menempati sekitar 2

atau 3 inci pertama dari usus besar. Kolon dibagi lagi menjadi kolon assenden, tranversum,

dessenden dan sigmoid. Lekukan bagian bawah membelok kekiri sewaktu kolon sigmoid

bersatu dengan rektum. Bagian utama dari usus besar yang terakhir disebut dengan rektum

dan membentang dari kolon sigmoid sampai anus.

Usus besar memiliki berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses isi

akhir usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah absorbsi air dan elektrolit,

membentuk masa feses, dan mendorong sisa makanan hasil pencernaan keluar dari tubuh.

C. Etiologi

Sementara penyebab kolitis ulseratif tetap tidak diketahui, gambaran tertentu

penyakit ini telah menunjukkan beberapa kemungkinan penting. Hal ini meliputi faktor

familial atau genetik, infeksi, imunologik dan psikologik.

1. Faktor familial/genetik
Penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang kulit putih daripada orang kulit hitam

dan orang Cina, dan insidensinya meningkat (3 sampai 6 kali lipat) pada orang Yahudi

dibandingkan dengan orang non Yahudi. Hal ini menunjukkan bahwa dapat ada

predisposisi genetik terhadap perkembangan penyakit ini.

2. Faktor infeksi
Sifat radang kronik penyakit ini telah mendukung suatu pencarian terus menerus

untuk kemungkinan penyebab infeksi. Di samping banyak usaha untuk menemukan agen

bakteri, jamur, atau virus, belum ada yang sedemikian jauh diisolasi. Laporan awal isolat

varian dinding sel Pseudomonas atau agen yang dapat ditularkan yang menghasilkan efek

sitopatik pada kultur jaringan masih harus dikonfirmasi.


3. Faktor imunologik
Teori bahwa mekanisme imun dapat terlibat didasarkan pada konsep bahwa

manifestasi ekstraintestinal yang dapat menyertai kelainan ini (misalnya artritis,

perikolangitis) dapat mewakili fenomena autoimun dan bahwa zat terapeutik

tersebut, seperti glukokortikoid atau azatioprin, dapat menunjukkan efek mereka

melalui mekanisme imunosupresif.

Pada 60-70% pasien dengan kolitis ulseratif, ditemukan adanya p-ANCA

(perinuclear anti-neutrophilic cytoplasmic antibodies). Walaupun p-ANCA tidak

terlibat dalam patogenesis penyakit kolitis ulseratif, namun ia dikaitkan dengan alel

HLA-DR2, di mana pasien dengan p-ANCA negatif lebih cenderung menjadi HLA-

DR4 positif.

4. Faktor psikologik
Gambaran psikologis pasien penyakit radang usus juga telah ditekankan. Tidak

lazim bahwa penyakit ini pada mula terjadinya, atau berkembang, sehubungan

dengan adanya stres psikologis mayor misalnya kehilangan seorang anggota

keluarganya. Telah dikatakan bahwa pasien penyakit radang usus memiliki

kepribadian yang khas yang membuat mereka menjadi rentan terhadap stres emosi

yang sebaliknya dapat merangsang atau mengeksaserbasi gejalanya.

5. Faktor lingkungan
Ada hubungan terbalik antara operasi apendiktomi dan penyakit kolitis ulseratif

berdasarkan analisis bahwa insiden penyakit kolitis ulseratif menurun secara

signifikan pada pasien yang menjalani operasi apendiktomi pada dekade ke-3.

Beberapa penelitian sekarang menunjukkan penurunan risiko penyakit kolitis

ulseratif di antara perokok dibandingkan dengan yang bukan perokok. Analisis meta

7
menunjukkan risiko penyakit kolitis ulseratif pada perokok sebanyak 40%

dibandingkan dengan yang bukan perokok.

(Dina Aprillia Ariestine : Kolitis Ulseratif Ditinjau Dari Aspek Etiologi, Klinik

Dan Patogenesa, 2008 USU e-Repository © 2008)

D. Manifestasi klinis

Terdapat 3 jenis klinis kolitis yang sering terjadi, dikaitkan dengan frekuensi

timbulnya gejala. kolitis fulminan akut ditandai oleh awitan yang mendadak disertai

diare parah (10 sampai 20kali/hari), berdarah, nausea, muntah, dan demam yang

menyebabkan berkurangnya cairan dan elektrolit dengan cepat. Seluruh kolon dapat

terserang disertai dengan pembentukan trowongan dan pengelupasan mukosa, yang

menyebabkan hilangnya darah dan mukus dalam jumlah banyak. Jenis kolitis ini

terjadi pada sekitar10% penderita.

Sebagian besar penderita kolitis mengalami type kolitis kronis intermiten.

Awitan cenderung perlahan selama berbulan-bulan dan biasanya berlangsung 1-3

bulan bahkan hingga bertahun-tahun. Mungkin terjadi sedikit atau tidak terjadi

demam. Demam dapat timbul pada bentuk penyakit yg lebih berat dan serangan

dapat berlangsung 3-4 bulan, kadang digolongkan sebagai type kronis continue. Pada

type kolitis kronis continue pasien terus-menerus mengalami diare. Dibandingkan

dengan type intermiten kolon yang terserang lebih sering terjadi komplikasi.

Pada kolitis bentuk ringan, terjadi diare ringan dengan perdarahan ringan dan

intermiten. Pada penyakit yang berat, defekasi terjadi lebih dari 6 kali sehari disertai

banyak darah dan mukus. Kehilangan darah dan mukus yang berlangsung kronis

8
dapat mengakibatkan anemia dan hypoproteinemia. Nyeri kolik hebat ditemukan

pada abdomen bagian bawah dan sedikit mereda bila defekasi. ( Silvya A. Price &

Lorraine M. Wibson, 2006 ).

9
E. Patofisiologi

Faktor genetik berpengaruh pada saluran pencernaan terjadi reaksi inflamasi

dilapisan dan dinding usus sehingga terjadi pembengkakan dan ulserasi sehingga

10
menimbulkan kuman untuk berkembang biak dan mengeluarkan toksin sehingga

motilitas usus meningkat menyebabkan absorbsi kurang dan terjadi diare sehingga

dapat timbul masalah keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan karena terjadi

diare dan absorbsi yang kurang, diare yang terus menerus menyebabkan kehilangan

cairan dan elektrolit tubuh sehingga masuk ketahap dehidrasi sehingga timbul

masalah keperawatan volume cairan kurang dari kebutuhan. Dari ulserasi

menimbulkan lesi pada mukosa, terbentuk abses dan pecah sehingga timbul iritasi

mukosa yang menyebabkan nyeri.

F. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Diagnostik yang dapat dilakukan adalah :

Pemeriksaan Hasil Normal


Sinar – X       Lesi menyebar pada kolon.          Tidak terdapat lesi
      Pemendekan kolon. pada kolon.
         Panjang kolon 1,5 M.
 Endoskopi       Mukosa yang rapuh.          Mukosa tidak terdapat
      Mukosa terinflamasi dengan eksudat dan ulserasi.
eksudat dan ulserasi.
Sigmoidoskopi       Mukosa yang rapuh.          Mukosa berlapisan
dengan lendir untuk
melapisi lambung.
      Mukosa terinflamasi dengan         Mukosa tidak
eksudat dan ulserasi. terinflamasi dan tidak
adanya cairan eksudat
hanya cairan lender
untuk melindungi
lambung dari asam
lambung.
Kolonoskopi       Mukosa rapuh dengan ulkus          Mukosa berlapisan
pada kolon kiri. dengan lendir untuk
melapisi lambung.
Tes       Hemoglobin rendah.       Lk : 13.5-18 g/dl
laboratorium       Pr : 11.5-16 g/dl

      Albumin rendah.       3.5 - 5 g/dL.

11
G. Komplikasi

Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi meliputi:

 Penyumbatan pembuluh darah


 Megakolon toksik atau pembengkakan usus besar
 Usus besar robek
 Peradangan pada mata, kulit, dan sendi
 Pengeroposan tulang atau osteoporosis
 Penyakit hati
 Perdarahan hebat
 Dehidrasi parah
 Peningkatan risiko kanker kolorektal

H. Pencegahan Kolitis

Kolitis tidak dapat dicegah, tetapi gejalanya dapat diredakan dengan


melakukan beberapa upaya berikut:

 Minum air putih dalam jumlah yang cukup


 Membatasi asupan susu dan produk olahannya
 Menghindari konsumsi minuman beralkohol, berkafein, dan bersoda
 Makan beberapa kali sehari dalam porsi kecil, daripada makan 1-2 kali
sehari dalam porsi besar
 Mengelola stres dengan melakukan teknik relaksasi dan latihan
pernapasan

I. PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksanaan medis

Tindakan medis untuk colitis ditujukan untuk mengurangi inflamasi, menekan

respon imun, dan mengistirahatkan usus yang sakit, sehingga penyembuhan dapat

terjadi.

1.  Penatalaksanaan secara umum

a.    Pendidikan terhadap keluarga dan penderita.

b.    Menghindari makanan yang mengeksaserbasi diare.

12
c.    Menghindari makanan dingin, dan merokok karena keduanya dapat

meningkatkan motilitas usus.

d.   Hindari susu karena dapat menyebabkan diare pada individu yang intoleransi

lactose.

2.  Terapi Obat.

Obat- obatan sedatife dan  antidiare/ antiperistaltik digunakan untuk

mengurangi peristaltic sampai minimum untuk mengistirahatkan usus yang

terinflamasi.

a.    Menangani Inflamasi : Sulfsalazin(Azulfidine) atau Sulfisoxazal (Gantrisin).

b.    Antibiotic : Digunakan untuk infeksi.

c.    Azulfidin : Membantu dalam mencegah kekambuhan.

d.   Mengurangi Peradangan  : Kortikosteroid (Bila kortikosteroid dikurangi/

dihentikan, gejala  penyakit dapat berulang. Bila kortikosteroid dilanjutkan gejala

sisa merugikan seperti hipertensi, retensi cairan, katarak, hirsutisme (pertumbuhan

rambut yang abnormal). (Brunner & Suddarth, 2002)

b.      Penatalaksanaan keperawatan

-          Masukan diet dan cairan

Cairan oral, diet rendah residu-tinggi protein-tinggi kalori, dan terapi

suplemem vitamin dan pengganti besi diberikan untuk memenuhui kebutuhan nutrisi.

Ketidak- seimbangan cairan dan elektrolit yang dihubungkan dengan dehidrasi akibat

diare, diatasi dengan terapi intravena sesuai dengan kebutuhan. Adanya makanan

13
yang mengeksaserbasi diare harus dihindari. Susu dapat menimbulkan diare pada

individu intoleran terhadap lactose.Selain itu makanan dingin dan merokok juga

dapat dihindari, karena keduanya dapat meningkatkan mortilitas usus. Nutrisi

parenteral total dapat diberikan. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106-1107).

-          Psikoterapi

Ditujukan untuk menentukan faktor yang menyebabkan stres pada pasien,

kemampuan menghadapi faktor- faktor ini, dan upaya untuk mengatasi konflik

ehingga mereka tidak berkabung karena kondisi mereka. ( Silvya A. Price &

Lorraine M. Wibson, 2006 )

14
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN KOLITIS

A. Pengkajian

1. Anamnesa

a.    Identitas pasien yang meliputi:

Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan lain-lain.

b.    Keluhan utama :

-  Diare

-  Nyeri perut

-  Demam

-  Anoreksia

-  Penurunan berat badan

c.    Riwayat Penyakit Sekarang :

-  Pembekakan pada perut

-  Nyeri pada perut

d.   Riwayat Penyakit Dahulu :

Terdapat riwayat penyakit chorn

e.    Riwayat Kesehatan Keluarga:

Terdapat riwayat penyakit chorn dan radang

15
2. Pemeriksaan Fisik

a)    Vital sign, meliputi

-       Tekanan darah : Normal  120/90 mmHg

-       Nadi : Diatas normal > 100 x/ menit

-       Suhu : Diatas normal > 37,5o C

-       Respirasi : Normal 16-20 x/menit

b)      Head to toe terdiri dari:

Pemeriksaan kepala sampai dengan kaki, hanya saja pada pasien kolitis

pemeriksaan yang dilakukan dipusatkan pada bagian abdomen bawah pada saat

dilakukan inspeksi terlihat pembengkakan pada abdomen, terdapat nyeri tekan pada

abdomen, terdapat bunyi pekak pada saat dilakukan perkusi , bising usus lebih dari

normal.

B. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 DS : resiko kurang Diare
 Pasien mengatakan BAB lebih dari volume cairan
3 kali
dan elektrolit
DO :
 BAB pasien lebih dari 3 kali
 k/u lemah

2 DS : Inflamasi kolon Nyeri akut


 Pasien mengeluh nyeri pada kolon pada kolon

DO :
 Wajah meringis
 k/u lemah

2 DS : Diare dan Perubahan

16
No Data Etiologi Masalah
 Pasien mengeluh tidak memiliki absorbsi yang nutrisi
nafsu makan. kurang kurang dari

DO : kebutuhan
 Makanan hanya dihabiskan ½ dari tubuh.
porsi
 K/u lemah

C. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan kolitis

ulserative adalah :

1.    Resiko kurang volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan diare

2.    Nyeri akut pada abdomen berhubungan dengan inflamasi kolon

3.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan diare dan absorbsi

yang kurang

D. Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1

  Diagnosa Keperawatan : kurang volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan

diare

   Tujuan : menunjukkan hidrasi yang baik

   Kriteria Hasil : - Dibuktikan oleh tanda vital stabil

-       Membran mukosa lembab

-       Turgor kulit baik

-       Tidak ada muntah.

17
No Perencanaan
. Intervensi Rasional
Dx          Pantau intake dan output          Memberikan informasi tentang
1 status cairan atau volume
sirkulasi dan kebutuhan
pengganti
 Kaji tanda vital (TD, nadi,  Hipotensi (termasuk postural),
suhu) takikardia, demam dapat
menunjukan respon terhadap
dan efek kehilangan cairan.
         Berikan cairan intavena,          Mempertahankan volume
elektrolit dan vitamin K sirkulasi dan memperbaiki
ketidakseimbangan
         Perhatikan tanda atau gejala          Muntah berkepanjangan dapat
peningkatan atau menimbulkan depisit natrium,
berlanjutnya mual dan kalium dan klorida.
muntah
         Pemberian obat anti diare          Menurunkan kehilangan cairan
dari usus

( Wilkson, Judith M & Ahern,Nancy R.2009 )

Diagnosa 2

  Diagnosa keperawatan : Nyeri akut pada abdomen berhubungan dengan

inflamasi kolon

  Tujuan : Memperlihatkan pengendalian nyeri

  Kriteria Hasil : - Klien tampak rileks

-         Klien tidak mengeluh nyeri lagi

Perencanaan
Intervensi Rasional
D          Tingkatkan tirah baring          Menurunkan tekanan intra
x dan atur posisi yang abdomen : menghilangkan nyeri
2 nyaman secara alamiah
         Berikan tekhnik relaksasi :          Meningkatkan istirahat,
distraksi, latihan nafas memusatkan kembali perhatian
dalam          Dapat membantu mengurangi

18
Perencanaan
Intervensi Rasional
         Pemberian obat analgetik nyeri
Wilkson, Judith M & Ahern,Nancy R.2009 )

Diagnosa 3

   Diagnosa keperawatan :Kurangnya pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan

dengan anoreksia, mual, muntah.

   Tujuan : Tercapainya berat badan normal dan mempertahankannya

   Kriteria Hasil : - Mual, muntah hilang

-   Meningkatnya nafsu makan

-   Berat badan ideal

Perencanaan
No.
Intervensi Rasional
Dx          Ciptakan lingkunganyang          Untuk meningkatkan napsu
3 bersih, nyaman, dan jauh makan dan menurunkan mual
dari bau tidak sedap
         Pantau minuman seduhan          Dapat mengurangi mual dan
saat makan bila toleran menghilangkan gas
         Konsul dengan ahli diit          Berguna dalam membuat
dan pendukung nutrisi kebutuhan nutrisi melalui rute
yang paling tepat
( Wilkson, Judith M & Ahern,Nancy R.2009 )

19
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Kolitis merupakan penyakit radang nonspesifik kolon yang umumnya

berlangsung lama disertai masa remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti. Etiologi

penyakit ini tidak diketahui. Faktor genetik tampaknya berperan dalam etiologi,

karena terdapt hubungan familial. Faktor lain yang dicurigai yaitu hipersensitifitas

terhadaf faktor lingkungan dan makanan, interaksi imun tubuh dan bakteri yang tidak

berhasil (awal dari terbentuknya ulkus), pernah mengalami perbaikan pembuluh

darah dan stres. Tanda dan gejala yang timbul yaitu: diare, nyeri abdomen,

perdarahan rektal dan lain-lain

20
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth .2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 2 .Jakarta :
EGC

Dina Aprillia Ariestine : Kolitis Ulseratif Ditinjau Dari Aspek Etiologi, Klinik Dan
Patogenesa, 2008 USU e-Repository © 2008

Nadya Wulandari Alshanti, Ummi Maimunah, Etty Hary Kusumastuti (2022) Studi
Profil Histopatologi Pasien Kolitis di RSUD Dr. Soetomo Surabaya,

Nancy. R. Ahern, Judith M. Wilkinson. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9.


Jakarta : EGC

Silvya A. Price , lorraine M. Wilson. Patofisiologi konsep klinis proses – proses


penyakit , vol 1 edisi 6, jakarta: EGC

21

Anda mungkin juga menyukai