GAY]G@]JZY]JC]JB@]ABLA
DELBNDGG MBA
Jln. Tukad Balian No. 180,
Denpasar-Bali
Tanggal Terbit Ditetapkan
15-11-2020 Rektor ITEKES Bali Dosen Akademik
3.
@LA]UBGAMG@BYG Tidak Ada
1. Persiapan Alat
4.
PERSIAPAN KERJA 1. Troli 1 bh
2. Substansi aromatic (perfume, kopi, alcohol, tembakau atau
rempah-rempah) secukupnya
3. Snellen Card 1 bh
4. Alat penutup mata (k/p) 1 bh
5. Lampu senter/ penlight 1 bh
6. Pensil 1 bh
7. Benda dengan berbagai macam warna (pencil warna, spidol,
kertas) secukupnya
8. Cermin 1bh
9. Kapas secukupnya
10. Lidi kapas secukupnya
11. Gula dan garam secukupnya
12. Garputala 1 bh
15. Tabung/
dingin) botol test 2 bh (satu berisi air panas/ hangat dan satu air
16. Reflek hammer 1bh
17. Bengkok 1 bh
18. Sarung tangan bersih (k/p) secukupnya
19. Termometer aksila (k/p) 1bh
20. Tissue pada tempatnya 1 bh
21. Buku catatan dan pulpen 1bh
2. Persiapan Perawat
1. Perawat yakin sudah memahami prosedur pemeriksaan fisik
sistem neurologi
2. Perawat yakin mampu melaksanakan prosedur pemeriksaan fisik
sistem neurologi
3. Persiapan Pasien
1. Beri salam dan memperkenalkan diri
2. Identifikasi pasien
3. Menjelaskan tujuan dari pemeriksaan fisik sistem neurologi
4. Menjelaskan langkah/prosedur yang akan dilakukan
5. Menyiapkan posisi pasien
6. Mencuci tangan
4. Persiapan Lingkungan
1. Meminta pengunjung/ keluarga untuk meninggalkan ruangan
2. Pasang sampiran atau gorden untuk menjaga privasi klien
A. Pemeriksaan Tingkat Kesadaran
5. TAHAPAN KERJA 1. Secara Kualitatif
a. Compos mentis/ conscious: kesadaran normal, sadar sepenuhnya,
dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya b.
Apatis: keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh
c. Delirium: gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal
d. Somnolen (Obtundasi, Letargi): kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat
pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur
lagi, mampu memberi jawaban verbal.
e. Stupor (soporo koma): keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri.
f. Coma (comatose): tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun
reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap
cahaya).
7) Jika huruf paling atas pada Snellen Chart tidak bisa dibaca
penderita, lakukan test jari tangan (finger test)
a) Acungkan satu atau lebih jari tangan kanan/ kiri di depan
klien dari jarak 3 meter, 2 meter, atau 1 meter.
b) Minta klien untuk menebak berapa jumlah jari yang
diacungkan.
c) Jika pada jarak 3 meter klien bisa menebak/ melihat jari
yang diacungkan maka visusnya 3/60, yang berarti orang
normal bisa melihat acungan jari pada jarak 60 meter,
sedangkan klien hanya bisa melihat pada jarak 3 meter.
8) Jika klien tidak bisa menebak/ melihat acungan jari pada
jarak
1 meter lakukan tes goyangan tangan (waνing hand test)
a) Goyangkan kedua tangan di depan klien dari jarak 3
meter,
2 meter atau 1 meter
b) Tanyakan apakah klien dapat melihat goyangan tangan
di depannya atau terlihat buram
c) Apabila pada jarak 3 meter klien bisa melihat goyangan/
lambaian tangan di depannya maka visusnya 3/300, yang
berarti orang normal bisa melihat goyangan tangan pada
jarak 300 meter, sedangkan klien hanya bisa melihat
pada jarak 3 meter.
9) Jika klien masih tidak bisa melihat goyangan/ lambaian
tangan pada jarak 1 meter, maka lakukan tes penyinaran
dengan lampu senter (dark-light test)
a) Sorotkan cahaya lampu senter di depan klien dari jarak 1
meter
b) Tanyakan klien apakah dapat melihat cahaya lampu
senter di depannya.
c) Apabila klien bisa melihat cahaya lampu senter di
depannya maka visusnya 1/- (tidak terbatas), jika tidak
maka visusnya 0.
10) Setelah visus mata kanan-kiri klien diketahui tidak mencapai
6/6, lakukan test pinhole.
b. Pemeriksaan penglihatan perifer (visual field)
1) Atur jarak pemeriksa dengan klien 60 — 100 cm (2 kaki)
2) Minta klien untuk menutup salah satu mata dan mata lainnya
harus lurus melihat ke depan (tidak boleh melirik ke arah
objek yang akan digerakkan)
3) Pegang pensil atau jika tidak ada gunakan jari sebagai objek
dan posisikan diantara atau tengah-tengah jarak tersebut
4) Gerakan objek perlahan mulai dari lapang pandang kanan
dan kiri (lateral dan medial), atas dan bawah
5) Minta klien untuk mengatakan “ya” saat objek terlihat
pertama kali
6) Pastikan juga bahwa lapang pandang pemeriksa adalah
normal dan melihat objek tersebut bergerak
c. Refleks pupil
1) Respon cahaya langsung
a) Dengan senter, arahkan sinar dari samping ke arah salah
satu pupil
b) Inspeksi kedua pupil dan ulangi prosedur ini pada sisi
mata lainnya. Dalam keadaan normal, pupil yang disinari
akan mengecil
2) Respon cahaya konsensual
a) Jika pupil yang satu disinari maka secara serentak pupil
lainnya akan mengecil dengan ukuran yang sama
d. Tes warna
1) Siapkan beberapa benda dengan warna yang berbeda
2) Minta klien untuk menebak warna benda yang diberikan/
ditunjuk
3. Saraf Kranial III, IV, VI (motoric) — Saraf Okulomotorius,
Trochlearis, dan Abdusen
a. Inspeksi adanya ptosis (kelopak mata memotong iris lebih rendah
dari pada mata yang lain, atau bila klien mendongakkan kepala ke
belakang/ ke atas (untuk kompensasi) secara kronik atau
mengangkat alis mata secara kronik)
b. Inspeksi palpebral fissures meliputi bentuk dan ukuran (rata-rata
pada orang dewasa palpebral membuka 28 mm panjang dan 10 mm
tingginya)
c. Inspeksi pupil seperti ukuran, bentuk, perbandingan pupil kanan dan
kiri, serta reflex pupil:
1) Ukuran: normalnya pupil mata orang dewasa akan berdiameter
2-4 mm
Isokor Anisokor
Midriasis Miosis
Pinpoint
c. Reflex corneal
1) Minta klien untuk melihat ke atas
2) Dengan gumpalan kapas, lakukan sentuhan ringan pada kornea
mata
3) Catat adanya reflek berkedip bersamaan pada kedua mata
k ua t (k o r p us p a ci n i )
a. D e n g a n g a rp u t a la yang sudah digetarkan,
tempelkan batang garputala tersebut di bagian distal sendi
interfalang dari jari, siku, pergelangan tangan dan ibu jari kaki.
b. Minta klien untuk melokalisir tempat dan bersuara pada saat
merasakan vibrasi
5. Lakukan pengujian sensasi panas dan dingin (thermoreseptor,
korpus Rufini perasa panas, korpus Krause perasa dingin):
a. Dengan menggunakan dua tabung/ botol test, satu berisi air
panas/ hangat dan satu air dingin, sentuh kulit dengan tabung
tersebut secara bergiliran
b. Minta klien untuk mengidentifikasi sensasi yang dirasakan
c. Reflek brachiradialis
1) Posisi: dapat dilakukan dengan duduk. Lengan bawah harus
beristirahat longgar di pangkuan pasien.
2) Cara: ketukan pada tendon otot brakioradialis (Tendon
melintasi (sisi ibu jari pada lengan bawah) jari-jari sekitar 10
cm proksimal pergelangan tangan. Posisi lengan fleksi pada
sendi siku dan sedikit pronasi.
3) Respons: flexi pada lengan bawah, supinasi pada siku dan
tangan
d. Reflek patella
1) Posisi: dapat dilakukan dengan duduk atau berbaring
terlentang
2) Cara: ketukan pada tendon patella
3) Respon: plantar fleksi kaki karena kontraksi m. quadrisep
femoris
e. Reflek achiles
1) Posisi: pasien duduk, kaki menggantung di tepi meja ujian
atau dengan berbaring terlentang dengan posisi kaki melintasi
diatas kaki yang lain atau mengatur kaki dalam posisi tipe
katak.
2) Identifikasi tendon: mintalah pasien untuk plantar flexi.
3) Cara: ketukan hammer pada tendon Achilles
diluruskan.
ke anterior