Anda di halaman 1dari 33

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok orang yang disatukan oleh ikatan
perkawinan, darah, atau adopsi yang berinteraksi dan berkomunikasi satu sama
lain dalam peran sosial masing-masing sebagai suami dan istri, ibu, ayah, anak,
kakak dan adik, yang menciptakan dan memelihara budaya bersama (Burgess &
Locke, 1953 dalam Siregar, dkk 2020).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang hidup bersama sejak lahir,
menikah, atau melalui proses adopsi (U.S. Census Bureau 2011 dalam Siregar,
dkk 2020). Keluarga adalah suatu lembaga yang merupakan satuan (unit)
terkecil dari masyarakat, terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang disebut keluarga
inti atau rumah tangga (Kemenkes RI, 2016 dalam Siregar, dkk 2020). Dari
beberapa definisi keluarga diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah
suatu unit terkecil dalam masyarakat yang merupakan suatu kumpulan dua
individu atau lebih yang terikat oleh darah, perkawinan atau adopsi yang tinggal
dalam satu rumah terdiri atas suami dan istri, ibu, ayah, anak, kaka dan adik.
2. Tipe Keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai
macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga
berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga
dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai
tipe keluarga antara lain: (Widagdo, 2016).
1) Tipe keluarga Tradisional
Tipe keluarga tradisional terdiri dari:
a. The Nuclear Family (Keluarga inti)
Keluarga inti merupakan keluarga yang terdiri atas suami, istri dan anak
(kandung/angkat).

1
b. The Extended Family (keluarga besar)
Keluarga besar merupakan keluarga inti ditambah dengan keluarga lain
yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman, bibi,
atau keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam
satu rumah.
c. The Dayd Family (keluarga “Dyad)
Keluarga Dyad merupakan keluarga yang terdiri dari suami dan istri
(tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
d. Single Parent (orang tua tunggal)
Single parent merupakan keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak
(kandung/angkat), kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.
e. The singadult living alone / single adult family
Single adult family merupakan keluarga yang hanya terdiri dari seorang
dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan
(perceraian atau ditinggal mati).
f. Blande family
Blanded family adalah keluarga duda atau janda (karena perceraian)
yang menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan
sebelumnya.
g. Middle-Age or erdely couple
Dimana orangtua tinggal sendiri dirumah dikarenakan anak-anaknya
telah memiliki rumah tangga sendiri.
2) Tipe keluarga non tradisional
Tipe keluarga non tradisional terdiri dari:
a. The unmarried teenage mother
The unmarried teenage mother merupakan keluarga yang terdiri dari
orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.

2
b. Commune family
Commune family merupakan keluarga yang terdiri dari beberapa
pasangan keluarga yang tidak ada hubungan saudara yang hidup
bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok atau membesarkan anak bersama.
c. The nonmarital heterosexsual cohabiting family
The nonmarital heterosexsual cohabiting family merupakan keluarga
yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui
perkawinan.
d. Gay and lesbian family
Gay and lesbian family merupakan keluarga yang terdiri dari dua
individu yang sejenis atau yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama dalam satu rumah tangga sebagaimana “marital pathers”.
e. Cohabitating couple
Cohabitating couple merupakan keluarga yang terdiri dari orang
dewasa yang hidup bersam di luar ikatan pernikahan karena beberapa
alasan tertentu.
3. Tahapan dan Tugas Perkembangan Keluarga
Perkembangan keluarga merupakan suatu proses perubahan sistem dari
waktu ke waktu yang meliputi perubahan interaksi dan hubungan diantara
anggota keluarga. Perkembangan ini melalui beberapa tahap. Pada setiap tahap
memiliki tugas perkembangan dan resiko/masalah kesehatan yang berbeda-beda
(Harmoko, 2012). Tahap perkembangan kehidupan keluarga dapat dibagi
menjadi delapan tahap yaitu:
1) Tahap I (pasangan keluarga baru/keluarga pemula)
Dimulai saat individu (pria dan wanita) membentuk keluarga melalui
perkawinan.
a. Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.
b. Menetapkan tujuan bersama

3
c. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
d. Keluarga berencana.
e. Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk
menjadi orang tua.
2) Tahap II ( Keluarga anak pertama /child bearing )
Tahap ini dimulai sejak anak pertama lahir sampai berusia dari 30 bulan.
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan
krisis keluarga. Tugas perkembangannya adalah:
a. Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, intraksi, seksual dan
kegiatan).
b. Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua
terhadap bayi dengan memberi sentuhan dan kehangatan).
c. Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang
menyenangkan.
d. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
e. Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
f. Biaya/dana child bearing.
g. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
3) Tahap III (keluarga dengan anak anak pra-sekolah)
Tahap ini dimulai dari anak pertama berusia 2,5 tahun sampai 5 tahun ini
anak tahun. Pada tahap ini anak sudah mengenal kehidupansosial, bergaul
dengan teman sebaya, sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan sangat
rawan dalam masalah kesehatan, karena tidak tahu mana yang kotor dan
bersih. Tugas perkembangannya adalah:
a. Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
b. Membantu anak bersosilisasi.
c. Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga terpengaruhi.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat didalam maupun diluar
keluarga.
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.

4
f. Pembagian tanggung jawab.
g. Merencanakan peran kegiatan dalam waktu stimulasi tumbuh dan
berkembang.
4) Tahap IV (keluarga dengan anak usia sekolah)
Keluarga pada tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 6 tahun dan
mulai sekolah dasar dan berakhir pada usia 12 tahun dimana merupakan
awal dari masa remaja. Tugas perkembangannya adalah:
a. Keluarga beradaptasi terhadap pengaruh teman dan sekolah anak.
b. Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan di luar rumah, sekolah,
dan lingkungan yang lebih luas.
c. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
d. Menyediakan aktivitas untuk anak.
e. Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga.
f. Meningkatkan komunikasi terbuka.
5) Tahap V (Keluarga dengan anak remaja)
Tahap ini dimulai sejak usia 13 tahun sampai dengan 20 tahun. Tahap ini
adalah tahap yang paling rawan karena anak akan mencari identitasnya
dalam membentuk kepribadiannya, menghendaki kebebasan, mengalami
perubahan kognitif dan biologi, menyita banyak perhatian budaya orang
muda, oleh karena itu teladan dari kedua orangtua sangat diperlukan. Tugas
perkembangan keluarga adalah:
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab
mengingat remaja adalah seorang yang dewasa muda mulai memiliki
otonom.
b. Memelihara komunikasi terbuka.
c. Memelihara hubungan intim keluarga.
d. Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga
untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.

5
6) Tahap VI (Keluarga dengan anak dewasa muda/tahap pelepasan)
Tahap ini dimulai sejak anak pertama meninggalkan rumah orang tua
sampai dengan anak terakhir. Tugas perkembangan keluarga saat ini
adalah:
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
c. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan.
d. Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
e. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anaknya.
f. Membantu orang tua suami/ istri yang sedang sakit atau memasuki saat
tua.
g. Orang tua berperan suami dan istri, kakek dan nenek.
h. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-
anaknya.
7) Tahap VII (keluarga usia pertengahan)
Tahap ini dimulai ketika anak terlahir meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Tugas
perkembangan keluarga pada saat ini adalah:
a. Mempertahankan kesehatan.
b. Mempunyai lebih banyak waktu dalam kebebasan dalam mengolah minat
sosial dan waktu santai.
c. Memulihkan hubungan antara generasi muda dan tua.
d. Meningkatkan keakraban dengan pasangan.
e. Memulihkan hubungan/kontak anak dengan keluarga.
f. Persiapan masa tua/pensiun.

6
8) Tahap VIII (Keluarga usia lanjut)
Tahap ini dimulai salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun
sampai keduanya meninggal. Tugas perkembangan keluarga saat ini
adalah:
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b. Adaptasi dengan perubahan, kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik,
dan pendapatan.
c. Mempertahankan keakraban suami istri yang saling merawat.
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
e. Melakukan”life review”.
f. Menerima kematian pasangan, kawan, dan memersiapkan kematian.
4. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (2013) ada lima fungsi keluarga:
1) Fungsi afektif
Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan
psisosial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini, maka keluarga
akan dapat mencapai tujuan psikososial yang utama, membentuk sifat
kemanusiaan dalam diri anggota keluarga, stabilisasi kepribadian dan
tingkah laku, kemampuan menjalani secara lebih akrab, dan harga diri.
2) Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial
Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya di akhiri dengan kematian.
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, karena
individu secara lanjut mengubah perilaku mereka sebagai respon terhadap
situasi yang terpola secara sosial yang mereka alami. Sosialisasi merupakan
proses perkembangan atau perubahan yang di alami oleh seorang individu
sebagai hasil dari interasi sosial dan pembelajaran peran-peran sosial
3) Fungsi reprodusi
Keluarga berpungsi untuk menerusan keturunan dan menambah sumber
daya manusia.

7
4) Fungsi ekonomi
Keluarga berpungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi
dan tempat untuk mengembangan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5) Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Perawatan
kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang memengaruhi status kesehatan
anggota keluarga secara individual) merupakan bagian yang paling relevan
dari fungsi perawatan kesehatan.
5. Tingkat Kemandirian Keluarga
Kemandirian keluarga dibagi dalam 4 tingkatan yaitu: Keluarga Mandiri
tingkat I (paling rendah) sampai Keluarga Mandiri tingkat IV (paling tinggi),
(Setiawan, 2016).
1) Keluarga Mandiri Pertama (KM-I) Kriteria:
a. Menerima petugas.
b. Menerima pelayanan sesuai dengan rencana keperawatan.
2) Keluarga Mandiri Tingkat Dua (KM-II)
a. Menerima petugas.
b. Menerima pelayanan sesuai dengan rencana keperawatan.
c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar.
d. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran.
e. Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran.
3) Keluarga Mandiri Tingkat Tiga (KM-III)
a. Menerima petugas.
b. Menerima pelayanan sesuai dengan rencana keperawatan.
c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar.
d. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran.
e. Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran.
f. Melakukan tindakan pencegahan secara asertif.

8
4) Keluarga Mandiri Tingkat Empat (KM-IV)
a. Menerima petugas.
b. Menerima pelayanan sesuai dengan rencana keperawatan.
c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar.
d. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran.
e. Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran.
f. Melakukan tindakan pencegahan secara asertif.
g. Melakukan tindakan peningkatan atau promotif secara aktif.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dimana seorang
perawat mulai mengumpulkan informasi tentang keluarga yang dibinanya.
Tahap pengkajian ini merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan
data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan keluarga (Setiawan, 2016).
a. Data umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:
1) Nama Kepala Keluarga (KK)
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga
6) Genogram
7) Tipe keluarga
8) Suku bangsa
9) Agama
10) Status ekonomi sosial keluarga
11) Aktivitas rekreasi keluarga

9
b. Tahapan dan tugas perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua
dari keluarga inti.
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai
tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta
kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan
pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap
pencegahan penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang biasa
digunakan keluarga serta pengalaman- pengalaman terhadap pelayanan
kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
c. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Mobilitas geografis keluarga
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
5) System pendukung keluarga
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah
perilaku.
3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga baik secara formal maupun informal.

10
4) Nilai dan norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma
yang dianut keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif yaitu perlu dikaji gambaran dari anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga
lain terhadap anggota, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota
keluarga dan bagaimana keluarga mengembangan sikap saling
menghargai.
2) Fungsi sosialisasi yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi atau
hubungan dalam keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar
disiplin, norma, budaya dan perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan yaitu menjelaskan sejauh mana keluarga
menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta merawat
anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga
mengenal sehat-sakit. Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan
perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam
melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu mampu mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan,
melakukan perawatan kesehatan pada anggota keluarga yang sakit,
menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan
keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat.
4) Fungsi Reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan
kelangsungan keturunan dan menambah Sumber Daya Manausia
(SDM).
5) Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
seluruh anggota keluarganya yaitu: sandang, pangan, dan papan.
f. Stres dan koping keluarga
1) Stresor jangka pendek dan panjang, stresor jangka pendek yaitu
stressor yang dialami keluarga yamg memerlukan penyelesaian dalam

11
waktu kurang dari 5 bulan dan stresor jangka panjang yaitu stresor
yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
lebih dari 6 bulan.
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stresor.
3) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
4) Strategi adaptasi fungsional yang digunakan bila menghadapi
permasalahan.
g. Pemeriksaan fisik
Pengkajian fisik adalah suatu sistem untuk mengumpulkan data
kesehatan klien yang diatur berdasarkan fungsi dimulai dari kepala sampai
dengan ujung kaki (head toe to) hal ini dilakukan untuk meningkatkan
efisiensi dan memperoleh hasil pemeriksaan yang aktual. Pengkajian fisik
dalam keluarga sangat diperlukan untuk memulai proses asuhan
keperawatan didalam keluarga. Setelah data hasil pengkajian diperoleh oleh
perawat, kemudian perawat komunitas dapat menegakan suatu masalah
yang dapat terjadi di dalam keluarga, kemudian dapat dianalisis dan
diberikan intervensi sesuai penomena yang terjadi di dalam keluarga.
Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan fisik adalah inspeksi, palapasi,
perkusi dan auskultasi.
h. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.
2. Diagnosa Asuhan Keperawatan Keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap
adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga,
struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga, dan koping keluarga, baik yang
bersifat actual, resiko, maupun sejahtera. Tipologi atau sifat dari diagnosis
keperawatan keluarga dalah actual, resiko dan sejahtera (Nadirawati, 2018).

12
Langkah-langkah membuat diagnosis keperawatan keluarga adalah:
1) Analisa data
2) Perumusan diagnosis keperawatan keluarga
3) Rumusan masalah
4) Etiologi: berdasarkan hasil dari tugas perawatan kesehatan keluarga
5) Untuk diagnosis keperawatan potensial (sejahtera/wellness) menggunakan
/ boleh tidak menggunakan etiologi.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada hipertensi
berdasarkan standar diagnosa keperawatan indonesia (SDKI) (PPNI, 2017).
a. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keluarga kurang terpapar
informasi.
b. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan ketidak
mampuan keluarga merawat anggota keluarga.
c. Nyeri kronis (D.0078 ) berhubungan tekanan emosional.
Setelah merumuskan masalah, tahap berikutnya adalah menentukan
diagnosa mana yang menjadi diagnosa prioritas. Diagnosa yang menjadi
prioritas, dilihat dari angka yang paling tinggi dilanjutkan sampai angka yang
terendah. Untuk mendapatkan masalah prioritas, terlebih dahulu dilakukan
perhitungan dengan menggunakan skala Baylon dan Maglaya (1978) dalam
Yohanes & Yasinta (2013) adalah seperti yang tercantum dalam tabel 1 di
bawah ini:

13
Tabel 1
Skoring Prioritas Masalah
No Kriteri Skor Bobot
1 Sifat Masalah a
 Aktual 3
 Resiko 2 1
 Potensial 1
2 Kemungkinan Masalah Dapat Diubah
 Dengan mudah 2
 Hanya sebagian 1 2
 Tidak dapat 0
3 Potensial Masalah Untuk Dicegah
 Tinggi 3
 Cukup 2 1
 Rendah 1
4 Menonjolnya Masalah
 Masalah berat,harus segera ditangani 2
 Ada masalah,tetapi tidak
1 1
perlu segera ditangani
 Masalah tidak dirasakan 0
Sumber : Baylon & Maglaya Setiawan, 2016.

Skoring:
a. Tentukan skor untuk setiap kriteria.
b. Skor dibagikan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot.
Skore
x Bobot
Angka tertinggi

c. Jumlah skor untuk semua kriteria.


d. umlah skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas:
a) Dengan melihat kriteria yang pertama, yaitu sifatnya masalah, bobot
yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat karena yang pertama

14
memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh
keluarga.
b) Untuk kriteria kedua, yaitu untuk kemungkinan masalah dapat diubah
perawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai
berikut:
(a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk
menangani masalah.
(b) Sumber daya keluarga: dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga.
(c) Sumber daya perawat: dalam bentuk pengetahuan, keterampilan
dan waktu.
(d) Sumberdaya masyarakat: dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam
masyarakat: dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat
dan sokongan masyarakat.
c) Untuk kriteria ketiga, yaitu potensial masalah dapat dicegah, faktor-
faktor yang perlu diperhatikan adalah:
(a) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau
masalah.
(b) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu masalah
itu ada.
(c) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang
tepat dalam memperbaiki masalah.
(d) Adanya kelompok “high risk” atau kelompok yang sangat peka
menambah potensial untuk mencegah masalah.
d) Untuk kriteria keempat, yaitu menonjolnya masalah perawat perlu
menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan
tersebut. Nilai skore yang tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan
intervensi keperawatan keluarga.
3. Perencanaan Asuhan Keperawatan Keluarga
Rencana keperawatan adalah kumpulan tindakan yang ditentukan oleh
perawat bersama-sama sasaran (keluarga) untuk dilaksanakan sehingga masalah

15
kesehatan dan masalah keperawatan yang telah diidentifikasi dapat diselesaikan
(Nadirawati, 2018).

16
TABEL
PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Diagnosa
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan

1 Defisit pengetahuan Jangka Panjang: Jangka Panjang: Edukasi Proses Penyakit


berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Keluarga mampu mengetahui 1. Observasi
keluarga kurang kunjungan rumah selama 4 pengertian dari hipertensi 1) Indentifikasi kesiapan dan
terpapar informasi kali diharapkan defisit 2. Keluarga mampu menjelaskan kemampuan menerima informasi
pengetahuan keluarga terkait terkait dengan pengertian terpeutik
hipertensi meningkat. hipertensi. 2) Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
Jangka Pendek: Jangka Pendek: 3) Jadwalkan pendidikan kesehatan
Setelah dilakukan edukasi 1. Keluarga mampu mengulang sesuai kesepakatan
kesehatan selama 30 menit penjelasan yang di berikan. 4) Berikan kesempatan untuk
diharapkan keluarga mampu bertanya.
memahami tentang penyakit 2. Edukasi
hipertensi. 1) Jelaskan penyebab dan factor
risiko
2) Jelaskan proses patofisiologi
timbulnyapenyakit
3) Jelaskan tanda dan gejala yang
ditimbulkan penyakit
4) Jelaskan kemungkinan terjadinya
komplikasi
2 Manajemen kesehatan Jangka Panjang: Jangka Panjang: Dukungan keluarga merencanakan
keluarga tidak efektif Setelah dilakukan 1. Keluarga mampu merawat keperawatan
berhubungan dengan kunjungan rumah selama 4 anggota yang menderita 1. Obsevasi
ketidak mampuan kali diharapkan manajemen hipertensi 1) Identifikasi kebutuhan dan
keluarga merawat kesehatan keluarga tidak 2. Keluarga mampu menjelaskan harapan keluarga tentang

17
anggota keluarga efektif terkait hipertensi manajemen kesehatan terkait kesehatan
meningkat. dengan hipertensi. 2) Identifikasi konsekuensi tidak
melakukan tindakan bersama
Jangka Pendek: Jangka Pendek: keluarga
Setelah dilakukan edukasi 1. Keluarga mampu merawat 3) Identifikasi tindakan yang dapat
kesehatan selama 30 menit anggota keluarga yang menderita dilakukan keluarga
diharapkan keluarga mampu penyakit hipertensi. 3. Terpeutik
memahami tentang 1) Gunakan sarana dan fasilitas
manajemen kesehatan yang ada dalam keluarga
keluarga. 4. Edukasi
1) Informasikan fasilitas kesehatan
yang ada di lingkungan keluarga
2) Anjurkan menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada
3 Nyeri kronis Jangka Panjang: Jangka Panjang: Intervensi utama
berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Keluarga mampu merawat Manajemen nyeri
tekanan emosional kunjungan rumah selama 4 anggota keluarganya saat 1. Observasi
kali diharapkan nyeri kronis menderita nyeri kronis akibat 1) Identifikasi lokasi, karakteristik,
terkait hipertensi menurun. hipertensi durasi, frekuensi, intensitas nyeri
2. Keluarga mampu mengatasi 2) Identifikasi skala nyeri
tekanan emosional saat nyeri 3) Identifikasi factor yang
kronis kambuh akibat hipertensi. memperberat danmemperingan
nyeri
Jangka Pendek: Jangka Pendek: 4) Identifikasi pengetahuan
Setelah dilakukan edukasi 1. Keluarga mampu mampu kenyakinan tentang nyeri
kesehatan selama 30 menit mengulang cara merawat nyeri 2. Terapeutik
diharapkan keluarga mampu kronis akibat hipertensi. 1) Berikan teknik non- farmakologis
memahami tentang untuk menguangi rasa nyeri
penyebab nyeri kronis akibat 2) Kontrol lingkungan yang
hipertensi. memperberat rasa nyeri
18
3) Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
3. Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi merendahkan
nyeri
3) Anjurkan memonitornyeri secara
mandiri
4) Anjurkan tehnik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri.
4. Kolaborasi
Pemberian analgesic
4 Kesiapan peningkatan Jangka Panjang: Jangka Panjang: 1. Observasi
pengetahuan Setelah dilakukan 1. Keluarga mampu mengetahui 1) Identifikasi kesiapan dan
kunjungan rumah selama 4 penyebab dan komplikasi dari kemampuan menerima informasi
kali diharapkan pengetahuan hipertensi 2) Identifikasi faktor-faktor yang
keluarga terkait hipertensi 2. Keluarga mampu menjelaskan dapat meningkatkan dan
meningkat. ulang terkait tanda gejala menurunkan motivasi perilaku
hipertensi pencegahan komplikasi hidup bersih dan sehat
hingga penyebabnya 2. Terapiutik
1) Sediakan materi dan media
Jangka Pendek: Jangka Pendek: pendidikan kesehatan Sesuai
Setelah dilakukan edukasi 1. Keluarga mampu mengulangi dengan kesepakatan
kesehatan selama 30 menit penjelasan yang diberikan 2) Jadwalkan pendidikan kesehatan
diharapkan keluarga mampu sesuai kesepakatan
memahami tentang 3) Beri kesempatan untuk bertanya
kesiapan peningkatan 3. Edukasi
pengetahuan. 1) Jelaskan faktor risiko yang dapat
19
mempengaruhi kesehatan
2) Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
3) Edukasi kesehatan tentang
penyakit hipertensi
4) Edukasi anggota keluarga untuk
pengawasan meminum obat
dalam jangka waktu yang
panjang.

20
4. Tindakan Asuhan Keperawatan Keluarga
Tindakan perawat adalah upaya perawat untuk membantu kepentingan
klien, keluarga, dan komunitas dengan tujuan untuk meningkatkan kondisi fisik,
emosional, psikososial, serta budaya dan lingkungan, tempat mereka mencari
bantuan. Tindakan keperawatan adalah implementasi/pelaksanaan dari rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (Kholifah & Widagdo, 2016).
Implementasi dapat dilakukan oleh banyak orang seperti klien (individu atau
keluarga), perawat dan anggota tim perawat kesehatan yang lain, keluarga luas
dan orang-orang lain dalam jaringan kerja sosial keluarga (Friedman, 2013).
Hal yang perlu diperhatikan dalam tindakan keperawatan keluarga
dengan Hipertensi menurut Effendy dalam Harmoko (2012) adalah sumber
daya dan dana keluarga, tingkat pendidikan keluarga, adat istiadat yang berlaku,
respon dan penerimaan keluarga serta sarana dan prasarana yang ada dalam
keluarga. Sumber daya dan dana keluarga yang memadai diharapkan dapat
menunjang proses penyembuhan dan penatalaksanaan penyakit Hipertensi
menjadi lebih baik. Sedangkan tingkat pendidikan keluarga juga mempengaruhi
keluarga dalam mengenal masalah Hipertensi dan dalam mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang
terkena Hipertensi.
Adat istiadat dan kebudayaan yang berlaku dalam keluarga akan
mempengaruhi pengambilan keputusan keluarga tentang pola pengobatan dan
penatalaksanaan penderita Hipertensi, seperti pada suku pedalaman lebih
cenderung menggunakan dukun dari pada pelayanan kesehatan. Demikian juga
respon dan penerimaan terhadap anggota keluarga yang sakit Hipertensi akan
mempengaruhi keluarga dalam merawat anggota yang sakit Hipertensi. Sarana
dan prasarana baik dalam keluarga atau masyarakat merupakan faktor yang
penting dalam perawatan dan pengobatan Hipertensi. Sarana dalam keluarga
dapat berupa kemampuan keluarga menyediakan makanan yang sesuai dan
menjaga diet atau kemampuan keluarga, mengatur pola makan rendah garam,
menciptakan suasana yang tenang dan tidak memancing kemarahan. Sarana dari

21
lingkungan adalah, terjangkaunya sumber- sumber makanan sehat, tempat
latihan, juga fasilitas kesehatan (Harmoko, 2012).
5. Evaluasi Asuhan Keperawatan Keluarga
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya. Evaluasi dapat dilaksanakan dengan SOAP, dengan pengertian
"S" adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh
keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan, "O" adalah keadaan
obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan penglihatan. "A"
adalah merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon keluarga secara
subjektif dan objektif, "P" adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat
melakukan tindakan
C. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah Suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat
sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Secara umum, hipertensi
merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimanat kanan yang abnormal tinggi di
dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke,gagal
jantung,serangan jantung, dan kerusakan ginjal yang merupakan penyebab
utama gagal jantung kronis..
Gangguan kesehatan ini ditandai terjadinya kenaikan tekanan
darah sistolik (atas) 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolik (bawah) 90
mmHg atau lebih. Pada Populasi lansia,hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan sistolik 90 mmHg. (Smelter,2017).
Adapun Klasifikasi tekanan darah menurut WHO (2022)
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85

22
Normal-Tinggi 130-139 85-89
HipertensiDerajat 1 140-159 90-99
(ringan) 140-149 90-94
Subgrup: borderline
HipertensiDerajat 2 160-169 100-109
(sedang)
HipertensiDerajat 3 ≥ 180 ≥ 110
(berat) ≥140 < 90

2. Etiologi
Ada 2 macam hipertensi menurut (Musakkar & Djafar, 2021) yaitu :
1) Hipertensi Esensial
Hipertensi Esensial adalah hipertensi yang sebagian besar tidak diketahui
penyebabnya. Sekitar 10 sampai 16% orang dewasa yang mengidap penyakit
tekanan darah tanggi ini.
2) Hipertensi Sekunder
Hipertensi Sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya. Sekitar
10% orang yang menderita hipertensi jenis ini. banyak di tujukan ke
penderita hipertensi esensial.
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstraksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke kordaspinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui sistem saraf simpatis keganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion kepembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

23
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian dirubah
menjadi angiotension II, suatu vasokontriktor kuat, yang ada pada gilirannya
merangsang sekresi aldosterone oleh konteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan cair oleh stibulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi
(Reny, 2016).
4. Penyebab Hipertensi
Kelompok risiko yang rawan terhadap hipertensi :
a. Obesitas
Pada orang yang obesitas, terjadi peningkatan sistem hormon (renin,
angiotensin II dan aldosteron) yang terlibat dalam pengaturan tekanan darah.
kegemukan meningkatkan aliran darah jaringan sehingga tekanan darah
meningkat.
b. Perokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap
melalui rokok yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan
endotel pembuluh darah arteri, mengakibatkan proses aterosklerosis dan
tekanan darah tinggi.
c. Alkohol
Jika dikonsumsi dalam porsi yang kecil, alkohol dapat bekerja dengan
melebarkan pembuluh darah, sehingga dapat menurunkan tekanan darah
untuk sementara. Lain halnya jika alkohol dikonsumsi secara berlebihan dan
dalam waktu yang lama. Alkohol memicu hipertensi pada seseorang atau
memperparah gejala yang sudah ada
d. Penyakit DM dan Jantung
Kelebihan gula dapat memiliki banyak konsekuensi, termasuk kerusakan
pada pembuluh darah sensitif secara perlahan yang disebut kapiler.
Kerusakan kapiler tertentu dalam ginjal, dapat merusak kemampuan tekanan
darah yang mengatur ke dalam ginjal dan hal ini menyebabkan tekanan darah
tinggi.

24
e. Stess
Stres dapat menyebabkan hipertensi melalui peningkatan tekanan darah yang
berulang-ulang serta stimulasi sistem saraf untuk memproduksi sejumlah
besar hormon vasokonstriksi yang meningkatkan tekanan darah.
f. Kurang olahraga
Kurangnya aktivitas fisik meningkatkan resiko menderita hipertensi
karena meningkatkan resiko kelebihan berat badan. Orang yang kurang
melakukan aktivitas fisik juga cenderung mempunyai frekuensi denyut
jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras
pada setiap kontraksi.
g. Diet yang tidak seimbang, makanan berlemak
Kadar lemak jahat yang tinggi dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL di
dalam tubuh sehingga berpotensi menimbulkan penumpukan lemak di
pembuluh darah arteri. Kondisi ini bisa meningkatkan risiko terjadinya
hipertensi dan penyakit serius lainnya, seperti penyakit jantung koroner.
5. Tanda dan Gejala Hipertensi
1) Sakit Kepala
Gejala hipertensi yang pertama adalah sakit kepala. Ini adalah gejala
umum dari masalah kesehatan tersebut. Akan tetapi, seseorang mungkin baru
akan merasakan sakit kepala apabila tekanan darahnya berada di level
180/110 mmHg atau bahkan lebih. Sakit kepala juga terasa pada perubahan
tekanan darah secara tiba-tiba. Sementara pada kasus tekanan darah tinggi
berlangsung kronis (naik secara perlahan lahan dalam jangka waktu yang
panjang), gejala ini biasanya tidak akan terasa. Sakit kepala akibat hipertensi
juga umumnya terjadi secara konstan dan tidak dipengaruhi siklus tidur.
2) Kepala Pusing
Selain nyeri, kepala yang terasa pusing juga menjadi gejala tekanan
darah tinggi. Hal ini biasanya terjadi apabila hipertensi yang dialami terjadi
secara tiba-tiba /akut.. Kepala pusing atau vertigo yang terjadi lebih dari 3
hari dapat disebabkan karena karena penyakit stroke (sumbatan atau

25
perdarahan) pada otak kecil/cerebellum. Oleh sebab itu, segera periksakan
diri ke dokter apabila Anda mengalami pusing kepala atau vertigo yang tidak
kunjung reda.
3) Hidung Mimisan
Hidung yang mengalami perdarahan atau yang biasa kita kenal dengan
istilah mimisan menjadi gejala hipertensi selanjutnya yang harus Anda
waspadai. memiliki riwayat darah tinggi kemudian mengalami mimisan
secara tiba-tiba, hal ini bisa jadi menandakan bahwa kondisi tersebut sudah
bertambah parah sehingga harus segera mendapat penanganan medis
sebelum bertambah buruk.
4) Mual dan Muntah
Selain hidung mimisan, mual dan muntah yang terjadi secara tiba-tiba
juga bisa menjadi pertanda tekanan darah tinggi sudah berada di level yang
cukup mengkhawatirkan. Akan tetapi, jangan buru-buru panik karena gejala
ini merupakan gejala umum yang bisa disebabkan oleh kondisi kesehatan
lainnya. Mual dan muntah yang menjadi gejala darah tinggi biasanya juga
disertai dengan gejala lainnya seperti sakit kepala.
5) Kesemutan
Meningkatnya tekanan darah secara otomatis akan memperlambat laju
aliran darah di dalam tubuh. Kondisi ini lantas juga akan menimbulkan
gejala berupa kesemutan. Selain itu, kesemutan pada salah satu tangan dan
kaki bisa merupakan pertanda dari terjadinya stroke baru.
6) Terdapat Bintik Darah pada Mata
Bintik darah di mata (perdarahan subkonjungtiva) merupakan gejala
yang dapat terjadi pada saat tekanan darah tinggi karena pembuluh darah
kecil pada selaput mata tidak dapat menahan tekanan sehingga terjadi
perdarahan tiba-tiba.
7) Nyeri Dada
Tekanan darah tinggi yang sudah tergolong parah karena tidak segera
diobati dapat menimbulkan gejala berupa nyeri dada. Timbulnya gejala yang

26
satu ini dikarenakan terhambatnya aliran darah dari dan menuju ke organ
jantung.
8) Tubuh Mudah Lelah
Tubuh yang mudah lelah juga bisa menjadi gejala hipertensi. Akan
tetapi, kelelahan yang mendera tubuh Anda tidak melulu berkaitan dengan
masalah kesehatan yang satu ini. Oleh karena itu, jangan langsung panik dan
disarankan untuk melakukan pemeriksaan medis guna memastikan kondisi.
9) Penglihatan Ganda
Penderita hipertensi yang diikuti dengan gejala stroke pada batang
otak juga dapat mengalami gejala yang disebut sebagai diplopia. Diplopia
adalah kondisi di mana Anda objek yang Anda lihat menjadi ganda. Selain
itu, hipertensi juga akan menyebabkan penglihatan kabur. Gejala ini baru
akan muncul apabila hipertensi sudah mencapai tahap yang tergolong parah.
10) Detak Jantung
Abnormal Penyumbatan pada pembuluh darah koroner yang
mengakibatkan iskemia pada titik titik kelistrikan pada jantung (misal nodus
SA, nodus AV) dapat mengakibatkan gangguan irama jantung semisal atrial
fibrilasi, av block, VT / VF. Silakan periksa ke IGD untuk dilakukan ECG
bila mengalami denyut jantung yang tidak teratur
11) Kebingungan
Terhambatnya aliran darah ke otak akibat tingginya tekanan darah juga
sedikit banyak akan memengaruhi kinerja dari organ tersebut.
6. Diet Penderita Hipertensi
a. Mengurangi garam
b. Perbanyak buah dan sayur
c. Perbanyak konsumsi kalium,brokoli, jagung. Sari jeruk dan pisang.
d. Perbanyak konsumsi magnesium: kacang tanah, bawang, kacang polong.
e. Melengkapi kebutuhan kalsium, susu, keju, dan salmon.
f. Mengetahui bahan makanan yang dapat menurunkan tekanan darah, tomat,
wortel, seledri, bawang putih, bawang merah, bawang Bombay.

27
7. Komplkasi Hipertensi
b. Gangguan penglihatan
Hipertensi bisa membuat pembuluh darah di retina menebal. Penebalan itu
memicu penyempitan pembuluh yang kemudian menghambat darah
mengalir ke retina. Akhirnya, fungsi retina terganggu dan menimbulkan
gangguan penglihatan.
c. Stroke
Stroke merupakan komplikasi hipertensi yang mengindikasikan pembuluh
mulai menyempit, tersumbat, atau sudah bocor. Kondisi tersebut sangat
berbahaya karena mengganggu asupan oksigen serta nutrisi ke otak,
membunuh membuat sel dan jaringan serta memperlambat kerja otak.
d. Sesak nafas (Dispnea)
Jantung Anda harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh
tubuh Anda. Kerja jantung yang berlebihan, seiring berjalannya waktu,
dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan lain seperti penyakit
kardiovaskular, yang dapat menyebabkan gejala sesak napas.
e. Gagal jantung
Jika seseorang mengalami tekanan darah tinggi, maka otomatis jantung
dipaksa untuk bekerja lebih keras dari kapasitasnya untuk memompa darah.
Lalu, dinding dan otot jantung akan menebal dan mengakibatkan jantung
kesulitan untuk memompa cukup darah ke seluruh tubuh.
f. Gagal ginjal
Tekanan darah tinggi adalah penyebab terbesar dari gagal ginjal
kronis. Tekanan darah tinggi dapat merusak pembuluh darah di ginjal dan
mengurangi kemampuan ginjal untuk menyaring limbah dari darah. Perlu
diketahui, hipertensi dan gagal ginjal bisa diibaratkan seperti ayam dan
telur yang saling berkaitan.

28
8. Pencegahan dan Penanganan
1) Pengobatan dengan obat-obatan penurun darah tinggi dan obat-obatan
tradisional.
2) Merubah pola hidup :
a. Berhenti merokok
b. Mengurangi berat badan bagi penderita yang gemuk
c. Menghindari konsumsi garam berlebih (mengurangi makanan yang
mengandung lemak dan garam) misalnya : daging, santan, gorengan.
d. Menghindari makanan/ minuman yang mengandung alkohol (mis :
coca cola, minuman alkohol).
e. Istirahat yang cukup : siang ± 2 jam dan malam ± 7 jam.
f. Mengurangi stress dengan spiritual :
a) Menciptakan Ruang untuk Meditasi
Meditasi adalah praktik spiritual yang telah terbukti efektif dalam
mengurangi stres. Dengan mengarahkan perhatian pada
pernapasan dan menenangkan pikiran, meditasi membantu kita
memperoleh ketenangan batin dan mengurangi tekanan yang
terkait dengan stres.
b) Refleksi Diri dan Kepedulian
Meluangkan waktu untuk merenung dan melakukan refleksi diri
membantu kita memahami akar dari stres yang kita alami.
Dengan mengenali pola pikir dan perilaku yang berkontribusi
pada stres, kita dapat membuat perubahan positif dan
mengembangkan ketahanan yang lebih baik dalam
menghadapinya.
c) Menjalin Koneksi dengan Alam
Menghabiskan waktu di alam dan mengamati keindahan alam
dapat membantu kita mengatasi stres. Alam memberikan rasa
ketenangan dan perspektif yang lebih besar, serta mengingatkan
kita akan keberadaan yang lebih luas di luar diri kita sendiri.

29
d) Mencari Makna Hidup
Menggali makna hidup dan tujuan yang lebih dalam dapat
memberikan landasan yang kokoh dalam menghadapi stres.
Dengan memahami nilai-nilai dan tujuan yang penting bagi kita,
kita dapat mengalami kedamaian batin yang lebih besar, bahkan
dalam situasi yang menantang.
e) Membangun Ketahanan Spiritual
g. Ketahanan spiritual melibatkan membangun fondasi yang kuat dalam
nilai-nilai dan keyakinan yang mendalam. Dalam menghadapi stres,
ketahanan spiritual membantu kita tetap berpegang pada inti
spiritualitas kita dan mengatasi tantangan dengan bijaksana.
h. Olahraga teratur :
a) Senam lansia : Bentuk latihan ini memberi pengaruh besar pada
tingkat tekanan darah. Senam merupakan jenis latihan yang
melibatkan otot tubuh secara berulang dan dengan ritme yang
teratur. Latihan ini meningkatkan kesehatan jantung, paru-paru,
fungsi otot dan memberi pengaruh besar pada tingkat tekanan
darah. Jenis latihan ini juga bermanfaat untuk mengontrol berat
badan, mood, tidur dan kesehatan lainnya secara umum.
b) Jalan kaki : Berjalan juga membantu mengurangi risiko
terjadinya serangan jantung, meningkatkan fungsi sistem
pernapasan, membantu mengatasi hipertensi dan sebagai terapi
rehabilitasi bagi yang telah mengalami serangan jantung. Berjalan
kaki juga efektif dalam mencegah penyakit pernapasan.
c) Bersepeda : bersepeda akan melatih nafas kita lebih panjang. Jika
dilakukan secara teratur, maka akan dapat memelihara serta
meningkatkan ketahanan jantung dan paru.

30
9. Obat Tradisional Pencegah Hipertensi
a. Belimbing wuluh
Aturan
Fungsi Kandungan Cara Membuat
Mengkonsumsi
1. Mengendalikan 1. Air: 94.08 2 X 1 gelas Buah belimbing di
kadar gula darah gram sehari. cuci dengan air
2. Meningkatkan 2. Protein: 0.61 hangat kemudian
daya tahan gram atau di parut/
tubuh. sama dengan diblender. Hasil
3. Menurunkan 1.22% dari parutan di peras
tekanan darah angkat dan disaring.
tingg. kecukupan
gizi (AKG)
harian.
3. Vitamin B1
(Thiamin):
0.010 mg
atau 0.83%
AKG.
4. Serat: 0.6
gram atau
1.58% AKG.
5. Kadar abu:
0.31-0.40
gram.

b. Mentimun
Aturan
Fungsi Kandungan Cara Membuat
Mengkonsumsi
1. Menghilangkan 2 X 1 gelas Buah mentimun di
1. Kalori: 45.
Stres Jika Anda sehari. cuci dengan air
2. Total lemak:
sering hangat kemudian
0 g.
mengalami stres di parut/
3. Karbohidrat:
akibat masalah diblender. Hasil
11 g.
pekerjaan, maka parutan di peras
4. Protein: 2 g.
Anda bisa dan disaring tanpa
5. Serat: 2 g.
mengatasinya ditambah bahan-
dengan bahan lain sampai
menggunakan menjadi 1 gelas
mentimun. (200 cc) untuk
2. Meningkatkan sekali minum.

31
Kemampuan
Otak Salah satu
kandungan
mentimun yang
bermanfaat
adalah flavonol.
3. Melancarkan
Pencernaan
Salah satu
penyebab berat
badan tak
kunjung turun
adalah karena
gangguan
pencernaan.

c. Bawang putih
Aturan
Fungsi Kandungan Cara Membuat
Mengkonsumsi
1. Menurunkan 1 X 1 gelas Bawang putih
1. 4,5 kalori,
kadar sehari. ditumbuk halus
2. 0,2 gram
kolesterol dan diperas
protein, dan
2. Menurunkan dengan
3. 1 gram
tekanan darah air secukupnya,
karbohidrat.
3. Mencegah Ialu disaring.
Kandungan
penyakit nutrisi bawang
jantung putih antara lain:
4. Mencegah 1) vitamin B6,
gangguan otak 2) vitamin C,
5. Mengatasi 3) selenium,
sakit maag 4) serat.

DAFTAR PUSTAKA
Friedman, M.M. (2013) Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nadirawati. (2018). Asuhan Keperawatan Keluarga : Teori dan Aplikasi Praktik.

32
Cimahi: Refika Aditama.
Puskesmas Selaawi . (2021)
Riset Kesehatan Dasar. (2018).
Smith T. 2017. Tekanan Darah Tinggi. Cetakan V. Arcan.Jakarta
Sobel, B. J. M. D. and George L. Bakris, M .D .FACP.1999 .Pedoman KLinis diagnose
dan Terapi Hipertensi. Penerbit Hipokrates.
Setiawan, R. (2016). Teori dan Praktek Keperawatan Keluarga. Semarang: Unnes
Press.
Siregar, dkk. (2020). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Yayasan Kita Menulis.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (PPNI, 2017) dan Standar Luaran
Kepeawatan Indonesia (PPNI, 2017)
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (PPNI, 2017)
Triyanto, E. (2014). Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi Secara
Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Velina, Y., & Dery, T. (2022). Studi Kasus: Asuhan Keperawatan 2016).
Widagdo, W. (2016). Keperawatan Keluarga dan Komunitas. Jakarta : Kemenkes
RI

33

Anda mungkin juga menyukai