Anda di halaman 1dari 21

“ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA TN “H” DENGAN

DIAGNOSA MEDIS FRAKTUR KLAVIKULA DEXTRA DAN DIGITI 2 DEXTRA DI


IGD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA MATARAM”

DISUSUN OLEH :
DAHLIANA ISNAINI
21.9.1.022

FAKULTAS ILMU KESEHATAN D3 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL WTHAN MATARAM

TAHUN AJARAN 2022/2023


TINJAUAN TEORI
FRAKTUR
1. Konsep Dasar Penyakit
A. Definisi
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang rawan baik total maupun sebagian,
Penyebab utama dapat disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik tulang itu sendiri dan
jaringan lunak sekitarnya (Helmi, 2012).
Fraktur atau patah tulang merupakan suatu kondisi terputusnya kontinuitas tulang dan
atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa dan juga disebabkan oleh
trauma atau tenaga fisik yang ditentukan jenis dan luasnya trauma.(Sjamsuhidayat & De
Jong, 2008).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umunya disebabkan oleh
rudapaksa atau tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh
tulang.(DosenKeperawatan Medikal-
Bedah, 2016).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya
(Burner & suddart, 2013).
Kesimpulan, fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang disebabkan trauma
langsung ataupun tidak langsung.

B. Anatomi Fisiologi Tulang


1. Anatomi Tulang
Menurut (Wahid A, 2019), Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra-
seluler. Tulang berasal dari embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses
“Osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut
“Osteoblast”. Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium. Ada
206 tulang dalam tubuh manusia,tulang dapat diklasifikasika dalam lima kelompok
berdasarkan bentuknya :
1) Tulang panjang (Femur, Humerus) terdiri dari batang tebal panjang yang
disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari
epifisis terdapat metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat daerah tulang
rawan yang tumbuh, yang disebut lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan.
Tulang panjang tumbuh karena akumulasi tulang rawan di lempeng epifisis.
Tulang rawan digantikan oleh sel-sel tulang yang dihasilkan oleh osteoblas, dan
tulang memanjang. Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat. Epifisis
dibentuk dari spongi bone (cancellous atau trabecular) .
2) Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous
(spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
3) Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan
lapisan luar adalah tulang concellous.
4) Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang
pendek.Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang
yang berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan
fasial, misalnya patella (kap lutut).
5) Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel- selnya terdiri
atas tiga jenis dasarosteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam
pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun
atas 98% kolagen dan 2% subtansi dasar (glukosaminoglikan, asam
polisakarida) dan proteoglikan). Matriks merupakan kerangka dimana garam-
garam mineral anorganik ditimbun Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat
dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang
). Osteoklas adalah sel multinuclear (berinti banyak) yang berperan dalam
penghancuran, resorpsi dan remosdeling tulang. Osteon merupakan unik
fungsional mikroskopis tulang dewasa. Ditengah osteon terdapat kapiler.
Dikelilingi kapiler tersebut merupakan matriks tulang yang dinamakan lamella.
Didalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi melalui prosesus
yang berlanjut kedalam kanalikuli yang halus (kanal yang menghubungkan
dengan pembuluh darah yang terletak sejauh kurang dari 0,1 mm). Tulang
diselimuti dibagian oleh membran fibrous padat dinamakan periosteum.
Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkannya tumbuh, selain
sebagai tempat perlekatan tendon dan ligamen. Periosteum mengandung saraf,
pembuluh darah, dan limfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang
mengandung osteoblast, yang merupakan sel pembentuk tulang. Endosteum
adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang
dan rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklast , yang melarutkan tulang
untuk memelihara rongga sumsum, terletak dekat endosteum dan dalam lacuna
Howship (cekungan pada permukaan tulang) (Wahid A, 2019).
2. Fisiologi Tulang
Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
1) Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh Melindungi organ
tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru paru) dan jaringan lunak.
2) Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru paru) dan jaringan
lunak.
3) Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan
pergerakan).
4) Membentuk sel-sel darah merah di dalam sum-sum tulang belakang (hema
topoiesis)
5) Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.
Menurut (Helmi,2019), tulang bukan saja merupakan kerangka penguat tubuh,
tetapi juga merupakan bagian untuk susunan sendi dan di samping itu pada
tulang melekat origo dan insertio dari otot-otot yang menggerakan kerangka
tubuh. Tulang juga mempunyai fungsi sebagai tempat mengatur dan
menyimpan kalsium, fosfat, magnesium dan garam. Bagian ruang di tengah
tulang-tulang tertentu memiliki jaringan hemopoietik yang berfungsi untuk
memproduksi sel darah merah, sel darah putih, trombosit. Rangka manusia
dewasa tersusun dari tulang-tulang (sekitar 206 tulang) yang membentuk suatu
kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun rangka utama tersusun dari tulang,
rangka di sebagian tempat dilengkapi dengan kartilago (Helmi, 2019) Tungkai
Bawah secara anatomis, bagian proksimal dari tungkai bawahantara girdel
pelvis dan lutut adalah paha, bagian antara lutut dan pergelangan kaki adalah
tungkai (Helmi, 2019)
6) Komponen jaringan tulang
a. Komponen-komponen utama dari jaringan tulang adalah mineral-mineral
dan jaringan organik (kolagendan proteoglikan).
b. Kalsium dan fosfat membentuk suatu kristal garam (hidroksiapatit), yang
tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan.
c. Matriks organik tulang disebut juga sebagai suatu osteoid. Sekitar 70% dari
osteoid adalah kolagen tipe I yang kaku dan memberikan ketegaran tinggi
pada tulang.
d. Materi organik lain yang juga menyusun tulang berupa proteoglikan.
C. Klasifikasi
Menurut Abd. Wahid (2013), klasifikasi fraktur dapat sangat bervariasi, dibagi
menjadi beberapa kelompok yaitu:
1. Berdasarkan sifat fraktur
a. Fraktur tertutup (Closed), adalah hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar,
disebut juga fraktur bersih karena kulit masih utuh tanpa komplikasi.
b. Fraktur terbuka (Open/Compound), adalah hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar karena adanya perlukaan kulit.

2. Berdasarkan jenis garis patah dibagi menjadi :


c. Fraktur Komplit, Patah pada seluruh garis tulang dan biasanya mengalami
pergeseran dari posisi normal.
d. Fraktur tidak komplit, Patah tulang yang terjadi pada sebagian garis tengah tulang.

3. Berdasarkan fraktur khusus:


Menurut Wiarto (2017), jenis fraktur yang khusus seperti :
1. Greenstick: salah satu sisi tulang patah dan sisi lainnya membengkok.
2. Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
3. Oblik: garis patahan membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
4. Spiral: fraktur yang memuntir seputar batang tulang
5. Comminute : ketika tulang patah atau hancur menjadi tiga bagian atau lebih
6. simple : Patah tulang yang tidak menyebabkan robekan pada kulit. Patah tulang
tertutup adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar.
7. Compound : Patah tulang dengan luka pada pada kulit dan atau membran mukosa
sampai patahan tulang

D. Etiologi
Menurut Helmi (2012), hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya
fraktur adalah:
a. Fraktur traumatik, disebabkan karena adanya trauma ringan atau
berat yang mengenai tulang baik secara langsung maupun tidak.
b. Fraktur stres, disebabkan karena tulang sering
mengalami penekanan.
c. Fraktur patologis, disebabkan kondisi sebelumnya, seperti kondisi
patologis penyakit yang akan menimbulkan fraktur.

E. Pathway
F. Patofisiologi
Fraktur adalah gangguan pada tulang yang disebabkan oleh trauma, stress, gangguan
fisik, gangguan metabolik, dan proses patologis. Kerusakan pembuluh darah pada fraktur
mengakibatkan perdarahan sehingga volume darah menurun dan terjadi perubahan
perfusi jaringan. Hematoma yang terjadi mengeksudasi plasma dan berpoleferasi
menjadi edema lokal sehingga terjadi penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau
tertutup mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri.
Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta serta saraf dalam korteks,
sumsum, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena
kerusakan tersebut dan terbentuk hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang
segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini
menstimulasi terjadinya respons inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi
plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian ini merupakan dasar dari
proses penyembuhan tulang nantinya (Yasmara Deni, 2016)

G. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala terjadinya fraktur menurut Black dan Hawks (2014) , antara lain:
1. Deformitas
Pembengkaan dari perdarahan lokal dapat menyebabkan deformitas pada lokasi fraktur.
Spasme otot dapat menyebabkan pemendekan tungkai, deformitas rotasional, atau
angulasi. Dibandingkan sisi yang sehat, lokasi fraktur dapat memiliki deformitas yang
nyata.
2. Pembengkakan.
Edema dapat muncul segera, sebagai akibat dari akumulasi cairan serosa pada lokasi
fraktur serta ekstravasasi darah ke jaringan sekitar.
3. Memar
Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi fraktur.
4. Spasme otot.
Spasme otot involuntar berfungsi sebagai bidai alami untuk mengurangi gerakan lebih
lanjut dari fragmen fraktur.
5. Nyeri
Jika klien secara neurologis masih baik, nyeri akan selalu mengiringi fraktur, intensitas
dan keparahan dari nyeri akan berbeda pada masing-masing klien. Nyeri biasanya
terus-menerus , meningkat jika fraktur dimobilisasi. Hal ini terjadi karena spasme otot,
fragmen fraktur yang bertindihan atau cedera pada struktur sekitarnya.
6. Perubahan neurovaskular
Cedera neurovaskuler terjadi akibat kerusakan saraf perifer atau struktur vaskular yang
terkait. Klien dapat mengeluhkan rasa kebas atau kesemutan atau tidak teraba nadi pada
daerah distal dari fraktur
7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi akibat kerusakan saraf/perdarahan)
8. Krepitasi yakni suara gremetakan akibat tulang yang bergesekan satu sama lain.

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gawat darurat ( Brunner & Suddarth 2018) yaitu :
1) Segera setelah cedera, imobilisasi bagian tubuh sebelum pasien dipindahkan.
2) Bebat fraktur, termasuk sendi yang berada di dekat fraktur, untuk mencegah
pergerakan fragemen fraktur.
3) Imobilisasi tulang panjang ekstrimitas bawah dapat dilakukan dengan mengikat
kedua tungkai bersama-sama.
4) Pada cedera ekstrimitas atas, lengan dapat dibebat kedada atau lengan bawah yang
cedera dapat digendong dengan mitela.
5) Kaji status neurovascular disisi distal area cedera sebelum dan setelah pembebatan
untuk menentukan keadekuatan perfusi jaringan perifer dan fungsi saraf.
6) Tutupi luka fraktur terbuka dengan balutan steril untuk mencegah kontaminasi
jaringan yang lebih dalam.

Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengembalian fungsi


serta kekuatan normal dengan rehabilitasi.
a. Reduksi Fraktur
Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajaran dan rotasi
anatomis. Reduksi bisa dilakukan secara tertutup, terbuka dan traksi tergantung pada
sifat fraktur namun prinsip yang mendasarinya tetap sama.
a. Reduksi tertutup
Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang kembali
keposisinya dengan manipulasi dan traksi manual
b. Reduksi terbuka
Reduksi terbuka dilakukan pada fraktur yang memerlukan pendekatan bedah
dengan menggunakan alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, plat sekrew
digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai
penyembuhan solid terjadi.
c. Traksi
1) Traksi digunakan untuk reduksi dan imobilisasi. Menurut Brunner &
Suddarth (2005), Traksi ialah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat
lain untuk mengatasi kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot yang
mengalami fraktur, dislokasi atau spasme otot dalam usaha untuk
memperbaiki deformitas dan mempercepat penyembuhan, traksi diantaranya
memiliki dua jenis yaitu skeletas traksi dan skin traksi Traksi kulit : tindakan
yang digunakan untuk mengontrol spasme kulit dan memberikan imobilisasi
dimana beban menarik tali, spon karet atau bahan kanvas yangdiletakkan ke
kulit.
2) Traksi skeletal: traksi skelet dipasang langsung pada tulang dengan
menggunakan pin metal atau kawat. Traksi tersebut digunakan untuk
meluruskan tulang yang cidera pada sendi panjang untuk mempertahankan
bentuk dengan memasukkan pin / kawat kedalam tulang. Beban yang
digunakan pada traksi skeletal 7 kilogram sampai 12 kilogram untuk
mencapai efek traksi (Kneale, Julia D, 2011).
b. Imobilisasi fraktur
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan
dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat
dilakukan dengan fiksasi interna atau eksterna. Fiksasi eksterna dapat menggunakan
pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu pin dan teknik gips. Fiksator interna dengan
implant logam. Pemasangan gips yang minimal pada kaki sering digunakan
sekurang”nya 3 minggu. Dampak pemasangan gips terhadap aktivitas sehari-hari
tidak boleh diabaikan karena untuk mengurangi pembekakan serta melindungi luka
dari kontaminasi lantai saat berjalan
c. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
Latihan otot dilakukan untuk meminimalkan atrofi dan meningkatkan peredaran
darah. Partisipasi dalam aktifitas sehari-hari diusahakan untuk memperbaiki
kemandirian fungsi dan harga diri.
I. Pemeriksaan penunjang

Menurut Istianah (2017) , pemeriksaan penunjang meliputi sebagai berikut :


1. X-ray, menentukan lokasi/luasnya fraktur.
2. Scan tulang, memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan
jaringan lunak
3. Arteriogram dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler
4. Hitung darah lengkap, hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada
pendarahan, peningkatan leukosit sebagai respon terhadap peradangan. Profil
koagulasi, perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi atau cidera hati.
5. Kretinin trauma otot meningkatkan kreatinin untuk klirens ginjal.
6. Profil koagulasi, perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi atau
cedera. (Bararah, T.& Jauhar, M 2013)

Konsep Asuhan Keperawatan


Gawat Darurat Fraktur Klavikula Dextra dan Digiti 2 Dextra
A. Pengkajian

Adapun proses pengkajian gawat darurat yaitu pengkajian primary dan pengkajian
sekunder (Silvia, 2018)
1. Primary Survey
Menurut (Krisanty P, 2018) Setelah pasien sampai di Instalasi Gawat
Darurat (IGD) yang pertama kali harus dilakukan adalah mengamankan dan
mengaplikasikan prinsip Airway, Breathing, Circulation, Disability,
Exposure (ABCDE).
a. A: Airway, Penilaian kelancaran airway pada klien yang mengalami
fraktur meliputi, pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas atau fraktur
di bagian wajah.Usaha untuk membebaskan jalan nafas harus
memproteksi tulang servikal karena itu tehnik Jaw Thurst dapat
digunakan pasien dengan gangguan kesadaran atau GCS kurang dari 8
biasanya memerlukan pemasangan airway definitif. ( Krisanty p, 2018)
b. B: Breathing, Setelah mengamankan airway maka selanjutnya kita
harus menjamin ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik meliputi
fungsi dari paru paru yang baik, dinding dada dan diafragma. Beberapa
sumber mengatakan pasien dengan fraktur yang signifikan sebaiknya
diberi high flow oxygen 15 l/m lewat non-rebreathing mask dengan
reservoir.
c. C: Circulation Pada pengkajian kegawatdaruratan pada pasien fraktur,
dilakukan penilaian terhadap fraktur ketika mengevaluasi sirkulasi
maka yang harus diperhatikan di sini adalah volume darah, pendarahan,
dan cardiac output. Pendarahan sering menjadi permasalahan utama
pada kasus patah tulang, terutama patah tulang terbuka. Menghentikan
pendarahan yang terbaik adalah menggunakan penekanan langsung dan
meninggikan lokasi atau ekstrimitas yang mengalami pendarahan di
atas level tubuh. Pemasangan bidai yang baik dapat menurunkan
pendarahan secara nyata dengan mengurangi gerakan dan
meningkatkan pengaruh tamponade otot sekitar patahan. Pada patah
tulang terbuka, penggunaan balut tekan steril umumnya dapat
menghentikan pendarahan. Penggantian cairan yang agresif merupakan
hal penting disamping usaha menghentikan pendarahan. (Kristanty P,
2018)
d. D: Disability Pada Pengkajian Disability dilakukan pengkajian
neurologi, untuk mengetahui kondisi umum pasien fraktur dengan
cepat mengecek tingkat kesadaran pasien dan reaksi pupil pasien (Tutu,
2017). Menjelang akhir survey primer maka dilakukan evaluasi singkat
terhadap keadaan neurologis. yang dinilai disini adalah tingkat
kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, tanda-tanda lateralisasi dan tingkat
cedera spinal.
e. E: Exposure Pada pengkajian exposure, Pasien harus dibuka
keseluruhan pakaiannya, seiring dengan cara menggunting, guna
memeriksa dan evaluasi pasien. setelah pakaian dibuka, penting bahwa
pasien diselimuti agar pasien tidak hipotermia. pemeriksaan tambahan
pada pasien dengan trauma muskuloskeletal seperti fraktur adalah
imobilisasi patah tulang dan pemeriksaan radiologi (Paul, 2018)

2. Secondary surver
Bagian dari survey sekunder pada pasien cedera muskuloskeletal adalah
anamnesis dan pemeriksaan fisik. tujuan dari survey sekunder adalah
mencari cedera cedera lain yang mungkin terjadi pada pasien sehingga tidak
satupun terlewatkan dan tidak terobati. Apabila pasien sadar dan dapat
berbicara maka kita harus mengambil riwayat AMPLE dari pasien, yaitu
Allergies, Medication, Past Medical History, Last Eat dan Event (kejadian
atau mekanisme kecelakaan). Mekanisme kecelakaan penting untuk
ditanyakan untuk mengetahui dan memperkirakan cedera apa yang dimiliki
oleh pasien, terutama jika kita masih curiga ada cedera yang belum
diketahui saat primary survey, Selain riwayat AMPLE, penting juga untuk
mencari informasi mengenai penanganan sebelum pasien sampai di rumah
sakit.
Pada pemeriksaan fisik pasien, beberapa hal yang penting untuk dievaluasi
adalah:
(1) kulit yang melindungi pasien dari kehilangan cairan dan infeksi
(2) fungsi neuromuskular
(3) status sirkulasi
(4) integritas ligamentum dan tulang.
Cara pemeriksaannya dapat dilakukan dengan Look, Feel, Move. Pada
Look, kita menilai warna dan perfusi, luka, deformitas, pembengkakan, dan
memar. Penilaian inspeksi dalam tubuh perlu dilakukan untuk menemukan
pendarahan eksternal aktif, begitu pula dengan bagian punggung. Bagian
distal tubuh yang pucat dan tanpa pulsasi menandakan adanya gangguan
vaskularisasi. Ekstremitas yang bengkak pada daerah yang berotot
menunjukkan adanya crush injury dengan ancaman sindroma kompartemen.
Pada pemeriksaan Feel, kita menggunakan palpasi untuk memeriksa daerah
nyeri tekan, fungsi neurologi, dan krepitasi. Pada periksaan Move kita
memeriksa Range of Motion dan gerakan abnormal. Pemeriksaan sirkulasi
dilakukan dengan cara meraba pulsasi bagian distal dari fraktur dan juga
memeriksa capillary refill pada ujung jari kemudian membandingkan sisi
yang sakit dengan sisi yang sehat. Jika hipotensi mempersulit pemeriksaan
pulsasi, dapat digunakan alat Doppler yang dapat mendeteksi aliran darah di
ekstremitas. Pada pasien dengan hemodinamik yang normal, perbedaan
besarnya denyut nadi, dingin, pucat, parestesi dan adanya gangguan
motorik menunjukkan trauma arteri. Selain itu hematoma yang membesar
atau pendarahan yang memancar dari luka terbuka menunjukkan adanya
trauma arterial. Pemeriksaan neurologi juga penting untuk dilakukan
mengingat cedera muskuloskeletal juga dapat menyebabkan cedera serabut
syaraf dan iskemia sel syaraf. Pemeriksaan fungsi syaraf memerlukan kerja
sama pasien. Setiap syaraf perifer yang besar fungsi motoris dan
sensorisnya perlu diperiksa secara sistematik.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnpsa keperawatan yang biasa muncul menurut (Nurarif,2013.) adalah:


1. Nyeri Akut b.d cidera fraktur dan trauma
2. Kerusakan integritas jaringan b.d faktor mekanik robekan luka pada otot
dan kulit.
3. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan rangka neuromuskuler
4. Risiko syok hipovolemik b.d perdarahan
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penekanan pembuluh darah

C. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


KRITERIA
HASIL
Nyeri akut Setelah  Identifikasi skala nyeri  Nyeri
b.d. cidera dilakukan merupakan
fraktur dan intervensi respon
trauma keperawatan  Ajarkan teknik relaksasi subyektif yang
selama nafas dalam dan dapat dikaji
1x60menit maka menjaga lingkungan dengna
tingkat nyeri tenang menggunakan
Menurun skala nyeri
dengan kriteria  Lingkungan
hasil: yang tenang
 Keluhan nyeri  Jelaskan strategi akan
menurun meredakan nyeri dengan menurunkan
 Meringis cara distraksi stimulus nyeri
menurun  Berikan obat analgetik eksternal dan
 Sikap protektif (I.08238) pembatasan
menurun pengunjung
 Gelisah akan
menurun membantu
 Kesulitan tidur meningkatkan
menurun kondisi
oksigen
ruangan
yang akan
berkurang
apalagi banyak
pengunjung
yang ada
diruangan

 Mempraktekk
an cara
bagaimana
cara
meredakan
nyeri dengan
cara distraksi
 Pemberian
analgetik
brguna untuk
memblok
lintasan nyeri
supaya nyeri
berkurang
Kerusakan Setelah di 1. Kaji luka dan adanya 1. Perubahan
integritas lakukan perubahan warna warna
jaringan tindakan asuhan kulit. kulit dapat
berhubungan keperawatan dipakai
dengan selama 3x 24 sebagai
2. Berikan perawatan
faktor jam, di harapkan informasi
kulit setiap 2 jam
mekanik masalah sirkulasi
sekali jika perlu
robekan luka kerusakan kulit.
dengan hati-hati.
pada otot dan integritas
kulit. jaringan dapat 2. perawatan
3. Ganti posisi miring
teratasi, dengan kulit dapat
kanan-miring kiri
Kristera hasil : mencegah
sesuai indikasi.
1. Adanya infeksi
kerusakan lebih
jaringan lanjut.
menurun.
2. Adanya 3. pergantian
kerusakan 4. Pijatan dengan posisi
jaringan menggunakan lotion dapat
kulit pada punggung dan menurunk
menurun. daerah yang tertekan. an tekanan
Hindari pijatan pada pada area
daerah yang berwarna tertekan,
kemerahan. memperba
iki
5. Pantau bidai atau sirkulasi,
balutan kebersihan dan
dan keamanan serta menurunk
kenyamanan pasien. an risiko
kerusakan
6. Rawat luka sesuai kulit.
prosedur.
4. tindakan
menggoso
7. Kolaborasi pemberian k dapat
obat salep antibiotik memperla
jika diperlukan. ncar
sirkulasi,
menguran
gi nyeri,
dan
membantu
perbaikan
sel.

5. kebersihan
meminima
lkan
terjadinya
infeksi
nosokomia
l.

6. perawatan
luka septik
aseptik
mencegah
infeksi.

7. Salep
antibiotik
dapat
membunu
h bakteri
kuman
pada
daerah
luka.

Gangguan Setelah  Identifikasi adanya nyeri  Menanyakan


mobilitas dilakukan atau keluhan fisik kepasien
fisik b.d. intervensi lainnya apakah ada
kerusakan keperawatan  Libatkan keluarga untuk nyeri atau
rangka selama membantu pasien dalam keluhan fisik
neuromuskul 1x60menit maka meningkatkan lainnya
er Mobilitas fisik pergerakan
Membaik  Jelaskan tujuan dan  Melibatkan
dengan krityeria prosedur mobilisasi keluarga
hasil: (I.05173) pasien untuk
 Kekuatan otot membantu
meningkat pasien dalam
 Nyeri meningkatkan
menurun pergerakan
 Kecemasan  Memberikan
menurun penjelasan
 Gerakan kepasien dan
terbatas keluarga
menurun pasien tentang
prosedur
mobilisasi
Risiko syok Setelah dilakukan Observasi 1. Untuk
hipovolemik asuhan a. Periksa tanda mengeta
b.d keperawatan dan gejala hui tanda
perdarahan selama ... x 24 hipovolemia dan
jam diharapkan (mis. gejala
masalah frekuensi hipovole
hipovolemik nadi mia
membaik meningkat, 2. Agar
dengan kriteria nadi teraba mengeta
hasil: lemah, hui
1. Turgor tekanan intake
kulit darah dan
cukup menurun, output
membaik tekanan nadi cairan
2. Intake menyempit,tu 3. Untuk
cairan rgor kulit mengeta
cukup menurun, hui
membaik membrane kebutuha
3. Output mukosa n cairan
urine kering, 4. Agar
cukup volume urine pasien
meningk menurun, merasa
at hematokrit nyaman
4. Membra meningkat, 5. Agar
n haus dan terpenuhi
mukosa lemah) asupan
lembab b. Monitor cairan
meningk intake dan Agar cairan
at output cairan terpenuhi
Terapeutik
a. Hitung
kebutuhan
cairan
b. Berikan
asupan cairan
oral
Edukasi
a. Anjurkan
memperbany
ak asupan
cairan oral
Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian
cairan IV
issotonis
(mis. cairan
NaCl, RL)

Ketidakefekt Setelah  Monitor panas, nyeri,  Memantau


ifan perfusi dilakukan atau bengkak setiap
jaringan intervensi pada ekstremitas 10menit/sekali
perifer b.d keperawatan  Lakukan pencegahan apakah ada
penekanan selama infeksi panas, nyeri,
pembuluh 1x60menit  Lakukan perawatan kaki atau bengkak
darah Diharapkan pada
perfusi perifer  Anjurkan menggunakan ekstremitas
membaik obat penurun darah  Memberikan
dengan kriteria tinggi jika perlu obat
hasil:  Informasikan tanda dan ceftriazone
 Warna kulit gejala darurat yang harus melalui IV line
pucat menurun dilaporkan (rasa sakit guna
 Turgor kulit yang tidak hilang saat mencegah
membaik istirahat infeksi
 Tekanan  Memberikan
diastole pengetahuan
membaik perawatan
 Tekanan kulit yang
systole tepat
membaik  Menyarankan
kepasien
supaya minum
obat penurun
darah tinggi
jika tekanan
darah masih
tinggi
 Memberikan
perintah
kepasien
bahwa jika
harus
melaporkan
tanda dan
gejala darurat
keperawat
terkait rasa
sakit yang
tidak hilang
saat istirahat

Sumber: (Tim pokja sdki,ppni,slki, 2017)

DAFTAR PUSTAKA

Abd.wahid. (2013). Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal.


Jakarta: CV Sangung Seto
Black, J.M., & Hawks, J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. Jakarta: Salemba Medika
Brunner & Suddarth (2005). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC
Istianah, Umi. (2017). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik (1st ed.). DPP PPNI.Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan,
Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta: EGC
Rendy & Margareth. (2019) Konsep Asuhan Keperawatan Fraktur Femur, Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai