Anda di halaman 1dari 20

deni yunani

blog ini berisi tentang ilmu kesehatan terutama dalam bidang keperawatan

Kumpulan Informasi Maya

Minggu, 07 Mei 2017

makalah tentang penyakit colitis

LATAR BELAKANG

Kolitis berasal dari kata kolon (usus besar) dan itis (peradangan). Kolitis ulserativa merupakan penyakit
radang non spesifik kolon yang umumnya berlangsung lama disertai masa remisi dan eksaserbasi yang
berganti-ganti. Sakit abdomen, diare dan perdarahan rektum merupakan tanda dan gejala yang penting.
Frekuensi penyakit paling banyak antara usia 20 -40 tahun, dan menyerang ke dua jenis kelamin sama
banyak. Insiden kolitis ulserativa adalah sekitar 1 per 10.000 orang dewasa kulit putih per tahun.

Tugas utama kolon ialah untuk menyimpan sisa makanan yang nantinya harus dikeluarkan, absorpsi air,
elektrolit dan asam empedu. Absorpsi terhadap air dan elektrolit terutama dilakukan di kolon sebelah
kanan, yaitu di coecum dan kolon asenden, dan sebagian kecil dibagikan kolon lainnya

A. Definisi Kolitis Ulseratif

Kolitis ulseratif adalah suatu penyakit ulseroinflamatorik yang mengenai kolon, tetapi terbatas di mukosa
dan submukosa, kecuali pada kasus yang sangat parah. Kolitis ulseratif berawal di rektum dan meluas
perkontinuitatum ke proksimal, kadang-kadang mengenai seluruh kolon (Robbins, 644,2004).

Kolitis ulseratif adalah kondisi kronis yang tidak diketahui penyebabnya biasanya mulai pada rektum dan
bagian distal kolon dan mungkin menyebar keatas dan melibatkan sigmoid dan kolon desenden atau
seluruh kolon. Ini biasanya hilang timbul ( akut eksaserbasi dengan remisi panjang), tetapi beberapa
individu (30%-40%) mengalami gejala terus menerus (Doenges, 471, 2000).

B. Etiologi Kolitis Ulseratif


Beberapa faktor penyebab terjadinya Kolitis Ulseratif yaitu :

a. Faktor genetik tampaknya berperan dalam etiologi karena terdapat hubungan familial yang jelas
antara colitis ulseratif, enteritis regional dan spondilitis ankilosa.

b. Lingkungan seperti pestisida, adiktif makanan, tembakau, dan radiasi.

c. Imunologi. Penelitian menunjukkan abnormalitas dalam imunitas seluler dan humoral pada orang
dengan gangguan ini.

d. Mikrobakterium, Alergi dan Diet.

C. Manifestasi Klinik

Gejala yang pertama kali diajukan yaitu keluarnya darah segar per rektum terutama setelah defekasi dan
atau adanya diare. Pada akhirnya terjadi diare bercampur darah. Pada sebagian penderita dapat timbul
secara akut dari permulaan dengan disertai diare berdarah dan penderita terlihat sakit berat untuk
beberapa hari atau minggu. Gejala-gejala akut ini timbul bilamana terjadi perdarahan dari kolon yang
difus. Tak jarang penyakit ini timbul sejak penderita sedang hamil dan menyebabkan keadaan jadi berat.
Bilamana penyakit ini hanya dibagian kolon sigmoid (prokto sigmoiditis), maka terjadi perdarahan kronis
sehingga timbul anemi.

D. Klasifikasi

Berdasarkan lokasi kolon yang terkena penyakit ini diklasifikasikan sebagai:

Proktitis dan proktosigmoid (50%), mengenai lokasi rectum dan sigmoid.

Left-sided colitis (30%), mengenai lokasi kolon desenden

Extensive colitis (20%), mengenai lokasi kolon keseluruhan

E. Pemeriksaan Diagnostik

Pengkajian pemeriksaan diagnostik terdiri atas pemeriksaan laboratorium, radiografik, dan


endoskopik.

1. Pemeriksaan laboratorium (Wu, 2009).

Hipoalbuminemia (yaitu albumin <3,5 g/dl).

a. Hipokalemia (yaitu kalium <3,5 mEq/L).

b. Hipomagnesemia (yaitu magnesium <1,5 mg/dL).

c. Peningkatan alkalin fosfatase : lebih dari 125 U/L menunjukkan kolangitis sclerosing primer
(biasanya >3 kali batas atas dari kisaran referensi).
d. Pada diagnosis kolitis ulseratif kronis, pemeriksaan fases yang cermat dilakukan untuk
membedakannya dengan disentri yang disebabkan oleh organism usus umum, khususnya Entamoeba
histolytica, Fases terhadap darah.

2. Pemeriksaan radiografik

a. Foto polos abdomen

b. Studi kontras barium

c. CT Scan

3. Prosedur endoskopi

Endoskopi dapat menunjukkan mukosa yang rapuh, mukosa terinflamasi dengan eksudat dan ulserasi.

F. Komplikasi

Penyempitan lumen usus, Pioderma gangrenosa, Episkleritis, Uveitis, Arthritis, Spondilitis ankilosa,
Gangguan fungsi hati, Karsinoma kolon, Retinitis, Hemoragi, Perforasi, Neoplasma malignan, Nefrolitiasis,
Eritema nodosum, Batu ginjal dan Batu empedu

G. Penatalaksanaan

1. Terapi farmakologi

Tujuan terapi farmakologi adalah untuk mengurangi morbiditas dan untuk mencegah komplikasi, dengan
pertimbangan terapi: Tumor necrosis factor (TNF) inhibitors, Immunomodulators, Antibiotik,
Kortikosteroid.

2. Terapi bedah

Bedah memainkan peran integral dalam pengobatan kolitis ulseratif untuk mengontrol dan mengobati
gejala komplikasi. Pembedahan dilakukan sesuai dengan kondisi klinik individu.

H. pencegahan
a. jagalah kebersihan makanan serta minuman anda.

b. Mencuci tangan sebelum anda makan

Namun khusus untuk kasus penyebab genetik dan autoimun biasanya merupakan salah satu hal yang
sulit untuk dicegah, misalnya seperti colitis ulseratif dan juga penyakit chron.

c. Pencegahan dilakukan dengan meningkatkan daya tahan tubuh mengonsumsi jenis makanan yang
mengandung gizi baik dan ditambahkan dengan madu.

Kesimpulan

Kolitis ulseratif adalah suatu penyakit ulseroinflamatorik yang mengenai kolon, tetapi terbatas di mukosa
dan submukosa, kecuali pada kasus yang sangat parah. Kolitis ulseratif berawal di rektum dan meluas
perkontinuitatum ke proksimal, kadang-kadang mengenai seluruh kolon (Robbins, 644,2004).

Kolitis ulseratif adalah kondisi kronis yang tidak diketahui penyebabnya biasanya mulai pada rektum dan
bagian distal kolon dan mungkin menyebar keatas dan melibatkan sigmoid dan kolon desenden atau
seluruh kolon. Ini biasanya hilang timbul ( akut eksaserbasi dengan remisi panjang), tetapi beberapa
individu (30%-40%) mengalami gejala terus menerus (Doenges, 471, 2000).

Penyebab dari kolitis ulseratif sangat beragam, meliputi fenomena autoimun, faktor genetik perokok
pasif, diet, pascapendektomi, dan infeksi.

B. Saran

Penulis menyadari penulisan asuhan keperawatan ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan
keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca. Penulis mengharapkan asuhan keperawatan ini bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth vol.2 edisi 8. Jakarta: EGC

Arif, muttaqin dan sari kumala. 2011. Gangguan gastrointestinal aplikasi askep medical bedah. Jakarta :
penerbit salemba medika

Dr. Sujono Hadi. Gastroenterologi.Bandung. 1981. Alumni.

Adji Dharma. Gangguan Saluran Pencernaan. Jakarta. 1981. EGC.


di Mei 07, 2017

Kirimkan Ini lewat Email

BlogThis!

Berbagi ke Twitter

Berbagi ke Facebook

Bagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Sistem informasi keperawatan yang berbasis komputer

1. Sejarah Perkembangan Komputer dalam Keperawatan Komunikasi adalah hal yang sangat penting
bagi sebuah institusi perawatan k...

makalah tentang penyakit colitis

LATAR BELAKANG Kolitis berasal dari kata kolon (usus besar) dan itis (peradangan). Kolitis ulserativa
merupakan penyakit radang non...

Metode pemberian terapi oksigen

PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI NASAL KANULA Pengertian Pemberian oksigen pada klien yang
memerlukan oksigen secara konti...
Cari Blog Ini

Telusuri

Beranda

kunjungi

kunjungi

kunjungi

kunjungi

Mengenai Saya

Foto saya

deni yunani

Lihat profil lengkapku

Arsip Blog

Mei 2017 (5)

anda pengunjung ke:

page visitor counter

who is online counter blog counter

iklan

Hosting Unlimited Indonesia

Laporkan Penyalahgunaan

Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.

Nurul Huda
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN COLITIS ULCERATIVE

nurcing

9 years ago

Advertisements

A. Definisi

Kolitis ulseratif adalah penyakit yang menyebabkan peradangan dan luka, yang disebut borok, di lapisan
rektum dan usus besar. Borok terbentuk peradangan telah membunuh sel-sel yang biasanya garis usus
besar, kemudian perdarahan dan menghasilkan nanah. Peradangan dalam usus besar juga menyebabkan
usus sering kosong, menyebabkan diare.

Ketika peradangan terjadi di rektum dan bagian bawah usus besar ini disebut ulseratif proktitis. Jika
seluruh kolon terkena disebut pancolitis. Jika hanya sisi kiri kolon terkena disebut terbatas atau kolitis
distal.

Kolitis ulseratif adalah penyakit inflamasi usus (IBD), nama umum untuk penyakit-penyakit yang
menyebabkan peradangan di usus halus dan usus besar. Ini bisa sulit untuk mendiagnosis karena gejala
yang mirip dengan gangguan usus lainnya dan jenis lain IBD disebut penyakit Crohn. Penyakit Crohn
berbeda karena menyebabkan peradangan lebih dalam dinding usus dan dapat terjadi di bagian lain dari
sistem pencernaan termasuk usus kecil, mulut, kerongkongan, dan perut.

Kolitis ulseratif dapat terjadi pada orang-orang dari segala usia, tapi biasanya dimulai antara usia 15 dan
30, dan kurang sering antara 50 dan 70 tahun. Ini mempengaruhi laki-laki dan perempuan sama-sama
dan tampaknya berjalan dalam keluarga, dengan laporan sampai dengan 20 persen orang dengan kolitis
ulserativa memiliki anggota keluarga atau kerabat dengan kolitis ulserativa atau penyakit Crohn. Insiden
yang lebih tinggi dari kolitis ulseratif terlihat dalam Putih dan orang-orang keturunan Yahudi.

Ulcerative colitis (Colitis ulcerosa, UC) adalah suatu bentuk penyakit radang usus (IBD). Ulcerative colitis
adalah suatu bentuk radang usus besar, suatu penyakit dari usus, khususnya usus besar atau usus besar,
yang meliputi karakteristik bisul, atau luka terbuka, di dalam usus. Gejala utama penyakit aktif biasanya
konstan diare bercampur darah, dari onset gradual. Kolitis ulseratif ,biasanya diyakini memiliki sistemik
etiologi yang mengarah ke banyak gejala di luar usus. Karena nama, IBD sering bingung dengan sindrom
iritasi usus besar ( “IBS”), yang merepotkan, tapi kurang serius, kondisi. Kolitis ulseratif memiliki
kemiripan dengan penyakit Crohn, bentuk lain dari IBD. Kolitis ulseratif adalah penyakit hilang timbul,
dengan gejala diperburuk periode, dan periode yang relatif gejala-bebas. Meskipun gejala kolitis
ulserativa kadang-kadang dapat berkurang pada mereka sendiri, penyakit biasanya membutuhkan
perawatan untuk masuk ke remisi.

Colitis ulseratif terjadi pada 35-100 orang untuk setiap 100.000 di Amerika Serikat, atau kurang dari 0,1%
dari populasi. Penyakit ini cenderung lebih umum di daerah utara. Meskipun kolitis ulserativa tidak
diketahui penyebabnya, diduga ada genetik kerentanan komponen. Penyakit ini dapat dipicu pada orang
yang rentan oleh faktor-faktor lingkungan. Meskipun modifikasi diet dapat mengurangi ketidaknyamanan
seseorang dengan penyakit, kolitis ulserativa tidak diduga disebabkan oleh faktor-faktor diet. Meskipun
kolitis ulserativa diperlakukan seolah-olah itu merupakan penyakit autoimun, tidak ada konsensus bahwa
itu adalah seperti itu. Pengobatannya dengan obat anti-peradangan, kekebalan, dan terapi biologis
penargetan komponen spesifik dari respon kekebalan. Colectomy (parsial atau total pengangkatan
melalui pembedahan usus besar) yang kadang-kadang diperlukan, dan dianggap sebagai obat untuk
penyakit.

B. Etiologi

Etiologi kolitis ulserativa tidak diketahui. Faktor genetik tampaknya berperan dalam etiologi, karena
terdapat hubungan familial. Juga terdapat bukti yang menduga bahwa autoimunnita berperan dalam
patogenisis kolitis ulserativa. Antibodi antikolon telah ditemukan dalam serum penderita penyakit ini.
Dalam biakan jaringan limfosit dari penderrita kolitis ulserativa merusak sel epitel pada kolon.

Selain itu ada juga beberapa fakor yang dicurigai menjadi penyebab terjadinya colitis ulseratif
diantaranya adalah : hipersensitifitas terhadap factor lingkungan dan makanan, interaksi imun tubuh dan
bakteri yang tidak berhasil (awal dari terbentuknya ulkus), pernah mengalami perbaikan pembuluh
darah, dan stress.

C. Patofisiologis

Suatu serangan bisa mendadak dan berat, menyebabkan diare hebat, demam tinggi, sakit perut dan
peritonitis (radang selaput perut). Selama serangan, penderita tampak sangat sakit.

Yang lebih sering terjadi adalah serangannya dimulai bertahap, dimana penderita memiliki keinginan
untuk buang air besar yang sangat, kram ringan pada perut bawah dan tinja yang berdarah dan berlendir.
Jika penyakit ini terbatas pada rektum dan kolon sigmoid, tinja mungkin normal atau keras dan kering.
Tetapi selama atau diantara waktu buang air besar, dari rektum keluar lendir yang mengandung banyak
sel darah merah dan sel darah putih. Gejala umum berupa demam, bisa ringan atau malah tidak muncul.

Jika penyakit menyebar ke usus besar, tinja lebih lunak dan penderita buang air besar sebanyak 10-20
kali/hari.

Penderita sering mengalami kram perut yang berat, kejang pada rektum yang terasa nyeri, disertai
keinginan untuk buang air besar yang sangat. Pada malam haripun gejala ini tidak berkurang.

Tinja tampak encer dan mengandung nanah, darah dan lendir. Yang paling sering ditemukan adalah tinja
yang hampir seluruhnya berisi darah dan nanah.

Penderita bisa demam, nafsu makannya menurun dan berat badannya berkurang.Kolitis ulseratif adalah
penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon dan rectum. Penyakit ini umumnya
mengenai orang kaukasia, termasuk keturunan Yahudi. Puncak insidens adalah pada usia 30-50 tahun.
Kolitis ulseratif adalah penyakit serius, disertai dengan komplikasi sistemik dan angka mortalitas yang
tinggi. Akhirnya 10%-15% pasien mengalami karsinoma kolon.

Kolitis ulseratif mempengaruhi mukosa superfisisal kolon dan dikarakteristikkan dengan adanya ulserasi
multiple, inflamasi menyebar, dan deskuamasi atau pengelupasan epitelium kolonik. Perdarahan terjadi
sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi satu secara bergiliran, satu lesi diikuti lesi yang
lainnya. Proses penyakit mulai pada rectum dan akhirnya dapat mengenai seluruh kolon. Akhirnya usus
menyempit, memendek dan menebal akibat hipertrofi muskuler dan deposit lemak.

D. Faktor Pencetus Terjadinya Colitis Ulcerative

Sementara ini penyebab kolitis ulserativa masih belum diketahui, beberapa, mungkin saling berkaitan,
menyebabkan telah diusulkan. Sebagian orang berpendapat bahwa penyakit terkecil dapat memicu
penyakit.

1. Faktor-faktor genetik

Sebuah genetik komponen ke etiologi kolitis ulseratif dapat didasarkan pada hipotesis berikut:
a) Agregasi dari kolitis ulserativa dalam keluarga.

b) Identik kembar konkordansi sebesar 10% dan dizigotik tingkat konkordansi kembar 3%

c) incidence Etnis perbedaan dalam insiden

d) Penanda genetik dan keterkaitan

Ada 12 daerah dari genom yang dapat dikaitkan dengan ulseratif kolitis. Ini termasuk kromosom 16, 12,
6, 14, 5, 19, 1, 16, dan 3 dalam urutan penemuan mereka. Namun, tidak satupun dari lokus telah secara
konsisten terbukti bersalah, menunjukkan bahwa kelainan muncul dari kombinasi beberapa genSebagai
contoh, band kromosom 1p36 merupakan salah satu wilayah tersebut diduga berkaitan dengan penyakit
radang usus. Beberapa daerah diduga menyandikan protein transporter seperti OCTN1 dan OCTN2.
Melibatkan daerah potensial lainnya perancah sel protein seperti keluarga MAGUK. Bahkan ada HLA
asosiasi yang mungkin di tempat kerja. Bahkan, kaitan pada kromosom Mei 6 menjadi yang paling
meyakinkan dan konsisten dari calon genetik.

Beberapa penyakit autoimun telah direkam dengan genetik neurovisceral dan kulit porphyrias termasuk
ulcerative colitis, penyakit Crohn, penyakit celiac, dermatitis herpetiformis, diabetes, sistemik dan diskoid
lupus, rheumatoid arthritis, spondilitis spondilitis, skleroderma, penyakit Sjorgen dan scleritis. Dokter
harus berada pada siaga tinggi untuk keluarga dengan porphyrias di autoimmune disorders dan
perhatian harus diambil dengan porphyrinogenic potensi obat-obatan, termasuk sulfasalazine.

2. Faktor-faktor lingkungan

Banyak hipotesis telah dibesarkan contributants lingkungan ke patogenesis ulseratif kolitis. Mereka
meliputi:

a) Diet: sebagai usus besar terkena banyak zat-zat makanan yang dapat mendorong peradangan,
faktor-faktor diet yang telah dihipotesiskan untuk memainkan peran dalam patogenesis dari kedua
ulcerative colitis dan penyakit Crohn. Ada beberapa studi untuk menyelidiki seperti asosiasi, tetapi satu
studi menunjukkan tidak ada asosiasi olahan gula pada prevalensi kolitis ulserativa.
b) Diet: Sebuah beragi diet rendah serat makanan dapat mempengaruhi insiden kolitis ulserativa.

c) Menyusui: Ada laporan yang saling bertentangan perlindungan menyusui dalam perkembangan
penyakit inflamasi usus. Satu Italia penelitian menunjukkan efek perlindungan yang potensial.

d) Beberapa studi ilmiah telah diumumkan bahwa Accutane adalah kemungkinan pemicu Crohn’s
Disease dan ulseratif kolitis di beberapa individu. Tiga kasus di Amerika Serikat telah pergi ke pengadilan
sejauh ini, dengan ketiga menghasilkan jutaan dolar penilaian terhadap pembuat Isotretinoin. Ada
tambahan 425 kasus yang tertunda.

E. Manifestasi Klinik

Kebanyakan gejala Colitis ulserativa pada awalnya adalah berupa buang air besar yang lebih sering.
Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut dan diare berdarah. Pasien juga dapat
mengalami:

Anemia

Fatigue/ Kelelahan

Berat badan menurun

Hilangnya nafsu makan

Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi

Lesi kulit (eritoma nodosum)

Lesi mata (uveitis)

Nyeri sendi

Kegagalan pertumbuhan (khususnya pada anak-anak)

Buang air besar beberapa kali dalam sehari (10-20 kali sehari)

Terdapat darah dan nanah dalam kotoran.

Perdarahan rektum (anus).


Rasa tidak enak di bagian perut.

Mendadak perut terasa mulas.

Kram perut.

Sakit pada persendian.

Rasa sakit yang hilang timbul pada rectum

Anoreksia

Dorongan untuk defekasi

Hipokalsemia

Sekitar setengah dari orang-orang didiagnosis dengan kolitis ulserativa memiliki gejala-gejala ringan. Lain
sering menderita demam, diare, mual, dan kram perut yang parah. Kolitis ulserativa juga dapat
menyebabkan masalah seperti radang sendi, radang mata, penyakit hati, dan osteoporosis. Tidak
diketahui mengapa masalah ini terjadi di luar usus. Para ilmuwan berpikir komplikasi ini mungkin akibat
dari peradangan yang dipicu oleh sistem kekebalan tubuh. Beberapa masalah ini hilang ketika kolitis
diperlakukan.

Presentasi klinis dari kolitis ulserativa tergantung pada sejauh mana proses penyakit. Pasien biasanya
hadir dengan diare bercampur darah dan lendir, dari onset gradual. Penyakit ini biasanya disertai dengan
berbagai derajat nyeri perut, dari ketidaknyamanan ringan untuk sangat menyakitkan kram.

Kolitis ulseratif berhubungan dengan proses peradangan umum yang mempengaruhi banyak bagian
tubuh. Kadang-kadang terkait ekstra-gejala usus adalah tanda-tanda awal penyakit, seperti sakit, rematik
lutut pada seorang remaja. Kehadiran penyakit ini tidak dapat dikonfirmasi, namun, sampai awal
manifestasi usus.

A. Asuhan Keperawatan

1. Anamnesa

a) Identitas Pasien

Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, alamat, dll.


b) Identitas Penanggung Jawab

Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, alamat, dll.

c) Riwayat Penyakit Sekarang

DO : Fatigue (+), anoreksia(+), weakness (+)

DS : Klien mengatakan sudah diare selama 2 minggu, 5 hari terakhir terdapat darah dan lendir pada
feses, perut terasa nyeri di kuadran kiri bawah.

d) Riwayat Penyakit Dahulu;

Klien mengatakan pernah mengalami penyakit seperti ini setengah tahun yang lalu.

e) Riwayat Penyakit Keluarga

f) Aktifitas Sehari-hari

2. Pengkajian

a) Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Auskultasi

Palpasi
Perkusi

b) Pemeriksaan Laboratorium / Data Penunjang

Sebuah hitung darah lengkap dilakukan untuk memeriksa anemia; Trombositosis, tinggi platelet count,
kadang-kadang terlihat

Elektrolit studi dan tes fungsi ginjal dilakukan, sebagai kronis diare dapat berhubungan dengan
hipokalemia, hypomagnesemia dan pra-gagal ginjal.

Tes fungsi hati dilakukan untuk layar untuk keterlibatan saluran empedu: kolangitis sclerosing utama.

X-ray

Urine

Bangku budaya, untuk menyingkirkan parasit dan menyebabkan infeksi.

Tingkat sedimentasi eritrosit dapat diukur, dengan tingkat sedimentasi yang tinggi menunjukkan bahwa
proses peradangan hadir.

C-reactive protein dapat diukur, dengan tingkat yang lebih tinggi menjadi indikasi lain peradangan.

Sumsum tulang : Menurun secara umum pada tipe berat/setelah proses inflamasi panjang.

Alkaline fostase : Meningkat, juga dengan kolesterol serumdan hipoproteinemia, menunjukkan gangguan
fungsi hati (kolangitis, sirosis)

Kadar albumin : Penurunan karena kehilangan protein plasma/gangguan fungsi hati.

Elektrolit : Penurunan kalium dan magnesium umum pada penyakit berat.

Trobositosis : Dapat terjadi karena proses penyakit inflamasi.

ESR : meningkatkarena beratnya penyakit.

Kadar besi serum : rendah karena kehilangan darah.

Endoskopi
Biopsi sampel (H & E noda) yang menunjukkan ditandai limfositik infiltrasi (biru /ungu) dari mukosa usus
dan arsitektur distorsi dari kriptus.

Tes terbaik untuk diagnosis kolitis ulserativa tetap endoskopi. Penuh kolonoskopi ke sekum dan masuk ke
terminal ileum yang dicoba hanya jika diagnosis UC tidak jelas. Jika tidak, sigmoidoskopi yang fleksibel
sudah cukup untuk mendukung diagnosis. Dokter dapat memilih untuk membatasi sejauh mana ujian
jika kolitis parah dijumpai untuk meminimalkan risiko perforasi dari usus besar. Endoskopi temuan di
kolitis ulserativa meliputi:

Hilangnya penampilan vaskular kolon

Eritema (atau kemerahan dari mukosa) dan kerapuhan dari mukosa

Ulserasi yang dangkal, yang mungkin anak sungai, dan

Pseudopolyps.

Sebuah kolonoskopi atau sigmoidoskopi adalah metode yang paling akurat untuk membuat diagnosis
kolitis ulseratif dan penguasa-out kondisi lain yang mungkin, seperti penyakit Crohn, penyakit
divertikular, atau kanker. Untuk kedua tes, dokter memasukkan sebuah endoskopi-panjang, fleksibel,
tabung bercahaya terhubung ke komputer dan monitor TV-ke dalam anus untuk melihat bagian dalam
kolon dan rektum. Dokter akan dapat melihat peradangan, perdarahan, atau borok pada dinding usus
besar. Selama ujian, dokter akan melakukan biopsi, yang melibatkan mengambil sampel jaringan dari
lapisan usus besar untuk melihat dengan sebuah mikroskop.

Tes darah dapat dilakukan untuk memeriksa anemia, yang dapat menunjukkan perdarahan di kolon atau
rektum, atau mereka dapat mengungkap tinggi jumlah sel darah putih, yang merupakan tanda-tanda
peradangan di suatu tempat di dalam tubuh.

Sebuah sampel tinja juga dapat menunjukkan sel-sel darah putih, yang kehadirannya menunjukkan kolitis
ulserativa atau penyakit radang. Di samping itu, sampel tinja memungkinkan dokter untuk mendeteksi
perdarahan atau infeksi di usus atau dubur yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit.

Kadang-kadang x sinar seperti barium enema atau CT scan juga digunakan untuk mendiagnosis kolitis
ulserativa atau komplikasinya.
3. Diagnosa Keperawatan

a) Diare berhubungan dengan proses inflamasi, iritasi atau malabsopsi .

b) Nyeri abdomen di quadran kiri bawah berhubungan dengan iritasi pada colon.

c) Feses berlendir dan bercampur darah berhubungan dengan terjadinya infeksi dan iritasi pada kolon

d) Kurangnya nafsu makan berhubungan dengan rasa mual.

e) Nyeri abdomen, berhubungan dengan peningkatan peristatik dan inflamasi.

f) Kurang volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan anoreksia, mual, dan diare.

g) Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan diet dan mual.

4. Implementasi

Tujuan utama mencakup mendapatkan eliminasi usus normal, hilangnya nyeri abdomen, dan keram,
mencegah kekurangan volume cairan, mempertahankan nutrisi dan berat badan optimal, menghindari
keletihan, penurunan anxietas, mencegah kerusakan kulit, mendapatkan pengetahuan dan pembahasan
tentang proses penyakit dan program terapeutik dan tidak adanya komplikasi.

5. Intervensi

MandiriRasional

Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan factor pencetus

Buang feses dengan tepat, berikan pengharum ruangan.

Tingkatkan tirah baring, berikan alat alat di samping tempat tidur.


Ø Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode

Agar mengurangi bau tak sedap untuk menghindari malu pasien

Istirahat menurunkan mobilitas khusus, juga menurunkan laju metabolisme

F. Evaluasi

Pada diagnosis kolitis ulserative kronis, pemeriksaan feses yang cermat dilakukan untuk membedakannya
dengan disentri yang di sebabkan oleh organisme usus umum, khususnya entamoeba histolityca. Feses
positif terhadap darah. Tes laboratorium akan menunjukkan hematokrik dan hemoglobin yang rendah,
peningkatan hitung darah lengkap, albumin rendah, dan ketidakseimbangna elektrorit.

Sigmoidoskopi dan enemabarium dapat membedakan kondisi ini dari penyakit kolon yang lain dengan
gejala yang serupa. Enema barium akan menunjukkan iregularitas mukosal, pemendekkan kolon, dan
dilatasi lengkung usus.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 2.Jakarta:EGC

Marliynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta. EGC.

http://translate.googleusercontent.com/translate_c?
hl=id&sl=en&u=http://www.medicinenet.com/ulcerative_colitis/page7.htm&prev=/search%3Fq
%3Dcolitis%2Bulcerative%26hl%3Did%26sa%3DG%26as_qdr
%3Dall&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjR9AnVmtb5K76UFI9mBHkaiTQZ7A

http://translate.google.co.id/translate?
hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Ulcerative_colitis&ei=QeXzSt2mGKfU6gP6zqUO&sa=X&oi=t
ranslate&ct=result&resnum=1&ved=0CA4Q7gEwAA&prev=/search%3Fq%3Dcolitis%2Bulcerative%26hl
%3Did%26sa%3DG%26as_qdr%3Dall

www.semangateli.blogspot.com/2008_03_01

www.medicastore.com/nutracare/isi-enzym.php

www.medic-fighting.blogspot.com/2008/02

www.indonesiaindonesia.com/f/10717-kolitis-ulserativa/

Advertisements

Categories: Uncategorized

Leave a Comment

Nurul Huda

Blog at WordPress.com.

Back to top

Advertisements

Manifestasi Klinis

Tanda utama ialah perdarahan dari rektum dan diare bercampur darah, nanah, dan lendir. Biasanya
disertai tenesmus dan kadang inkontinensia alvi. Biasanya penderita mengalami demam, mual, muntah,
dan penurunan berat badan.

Terdapat tiga tipe klinis kolitis ulseratif yang sering terjadi, yan dikaitkan dengan seringnya gejala. Kolitis
ulseratif akut fulminan ditandai dengan awitan mendadak dan disertai pembentukan terowongan dan
pengelupasan mukosa, menyebabkan keilangan banyak darah dan mukus. Jenis kolitis ini terjadi pada
sekitar 10% penderita. Prognosisnya jelek dan sering terjadi komplikasi megakolon toksik.

Sebagian besar penderita kolitis ulseratif merupakan jenis yang intermiten (rekuren). Timbulnya
kecenderungan selama- berbulan- bulan sampai bertahun- tahun. Bentuk ringan penyakit ditandai oleh
serangan singkat yang terjadi dengan interval berbulan-bulan sampai bertahun-tahun dan berlangsung
selama 1-3 bulan. Mungkin hanya terdapat sedikit atau tidak ada demam atau gejala- gejala
konstitusional, dan biasanya hanya kolon bagian distal yang terkena. Demam atau gejala sistemik dapat
timbul pada bentuk yang lebih berat dan serangan dapat erlangsung selama 3-4 bulan, kadang- kadang
digolongkan sebagai tipe kronik kontinyu, penderita dibandingan dengan tipe intermiten, kolon yang
terkena cenderung lebih luas dan lebih sering terjadi komplikasi terus menerus diare setelah serangan
permulaan.

Pada kolitis ulseratif ringan, diare mungkin ringan dengan perdarahan ringan dan intermitten. Pada
penyakit yang berat defekasi dapat lebih dari 6 kali seharidisertai banyak darah dan mukus. Kehilangan
banyak darah dan mukus yang kronik dapat mengakibatkan anemia dan hipoproteinemia. Nyeri kolik
hebat ditemukan pada abdomen bagian bawah dan sedikit mereda setelah defekasi. Sangat sedikit
kematian yang disebabkan penyakit ini tapi dapat menimbulkan cacat ringan atau berat.

Komplikasi sistemik antara lain berupa pyoderma dan arthropaty. Pada kolitis ulseratif juga terdapat
berbagai manifestasi diluar kolon.

Manifestasi kolitis diluar kolon:

1.Sistemik

laju endap darah tinggi

anemia feripriva

gangguan gizi: malnutrisi, gangguan pertumbuhan dan penurunan berat badan

2.Kulit dan mukosa (agak jarang)

eritema nodusum

eritema multiforme

pioderma gangrenosa

dematitis pustulosa

stomatistis aftosa

3.Uveitis dan iritis

4.kelainan orthopedik

arthralgia

arthritis

spondilitis ankilopoetika

5.kelainan hepato-pankreato-bilier
perikolangitis

sirosis hati

kolangitis sklerosans intrahepatik

kolelitiasis

karsinoma saluran empedu

insufisiensi pankreas

Pada pemeriksaan perut kadang di dapat nyeri tekan dan pada colok dubur mungkin terasa nyeri karena
adanya fisura

Anda mungkin juga menyukai