Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Crohn’s disease


2.1.1 Definisi

Crohn’s disease merupakan penyakit inflamasi kronis transmural pada


saluran cerna dengan etiologi yang tidak diketahui. Crohn’s disease dapat
melibatkan setiap bagian dari saluran cerna mulai dari mulut hingga anus tetapi
paling sering menyerang usus halus dan colon (Sabiston,2002)

2.1.2 Etiologi dan faktor-faktor risiko

Etiologi dari Crohn’s disease masih belum diketahui. Terdapat beberapa


penyebab potensial yang diperkirakan secara bersama-sama menimbulkan
Crohn’s disease, yang paling mungkin adalah infeksi, imunologis, dan genetik.
Kemungkinan lain adalah faktor lingkungan, diet, merokok, penggunaan
kontrasepsi oral, dan psikososial ( Sabiston,2002)
1. Faktor Infeksi
Meskipun terdapat beberapa agen-agen infeksi yang diduga
merupakan penyebab potensial Crohn’s disease, namun terdapat dua agen
infeksi yang paling menarik perhatian yaitu mycobacteria, khususnya
Mycobacterium paratuberculosis dan virus measles. Infeksi lain yang
diperkirakan menjadi penyebab Crohn’s disease adalah Chlamydia,
Listeria monocytogenes, Pseudomonas sp, dan retrovirus. ( Sabiston,2002)
2. Faktor Imunologis
Kelainan-kelainan imunologis yang telah ditemukan pada pasien-
pasien dengan Crohn’s disease mencakup reaksi-reaksi imunitas humoral
dan seluler yang menyerang sel-sel saluran cerna, yang menunjukkan

2
adanya proses autoimun. Faktor-faktor yang diduga berperanan pada
respons inflamasi saluran cerna pada Crohn’s disease mencakup sitokin-
sitokin, seperti interleukin (IL)-1, IL-2, IL-8, dan TNF (tumor necroting
factor). Peranan respons imun pada Crohn’s disease masih kontroversial,
dan mungkin timbul sebagai akibat dari proses penyakit dan bukan
merupakan penyebab penyakit.
3. Faktor Genetik
Faktor genetik tampaknya memegang peranan penting dalam
patogenesis Crohn’s disease, karena faktor risiko tunggal terkuat untuk
timbulnya penyakit ini adalah adanya riwayat keluarga dengan Crohn’s
disease . Sekitar 1 dari 5 pasien dengan Crohn’s disease (20%) mempunyai
setidaknya satu anggota keluarga dengan penyakit yang sama . Pada
berbagai penelitian didapatkan bahwa Crohn’s disease berhubungan
dengan kelainan pada gen-gen HLA-DR1 dan DQw5 . ( Sabiston,2002).
4. Faktor-faktor Lain
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI
merupakan faktor proteksi terhadap timbulnya Crohn’s disease. Merokok
dan penggunaan kontrasepsi oral meningkatkan risiko timbulnya Crohn’s
disease dan risiko ini meningkat sejalan dengan lamanya penggunaan
( Sabiston,2002)

2.1.3 Patogenesis Crohn’s Disease


Sel T CD4 dan system imun yang kompeten berperan penting dalam
pathogenesis penyakit Crohn. Penyembuhan jaringan yang terinfiltrasi oleh
limfosit, sel plasma, makrofag, dan sel-sel inflamatorik lain mempengaruhi
system imun untuk berkembang menjadi inflamasi saluran pencernaan. Sel
limfoid merupakan ¼ jumlah sel yang ada dalam saluran pencernaan dan GALT
(Gut Associated Lymphoid Tissue) merupakan komponen utama dari system
imun tubuh. GALT diorganisasikan oleh beberapa komponen penghubung,
termasuk peyer’s patch, sel limfosit lamina propia, dan sel lymph intraepitel.
Sistem limfoid ini secara tetap distimulasi oleh makanan dan antigen mikroba. Sel

3
M dalam folikel limfoid peyer’s patch tampak sebagai bagian utama dari
masuknya antigen. Walaupun tidak spesifik untuk PC, lesi apthous atau ulserasi
epitel dapat merupakan gejala awal PC. Kemungkinan bahwa adanya defek dalam
antigen processing atau imunoregulasi dapat menyebabkan suatu inflamasi yang
kronis. Keadaan ini termasuk stimuasi yang kronis, dan proliferasi limfosit,
pelepasan sitokin, pengambilan neutrophil dan sel efektor lain serta kerusakan
jaringan. (Prasetyo, 2010)

2.1.4 Patofisiologi Crohn’s Disease


Terdapat inflamasi aktif pada usus besar dan usus kecil menyebabkan
sejumlah perubahan fisiologis yang berakhir dengan diare, perdarahan saluran
cerna dan nyeri perut. Perluasan ke jejunum dan ileum menyebabkan malabsorpsi.
Malabsorpsi asam lemak pada kolon mengganggu absorpsi air dan elektrolit.
Fungsi abnormal ileum terminalis dapat menyebabkan hilangnya asam empedu
dalam lumen usus dan menambah berat steatorrhea, sedangkan penurunan garam
empedu juga secara signifikan menurunkan absorpsi elektrolit dalam kolon.
Pertumbuhan bakteri berlebih pada usus kecil berhubungan dengan obstruksi dan
stasis atau fistula enteroenterik yang dapat menyebabkan kerusakan pada mukosa
dan dekonjugasi asam empedu serta menyebabkan gejala yang lebih buruk.
(Griffith, 2004)
Fungsi normal kolon adalah untuk absorpsi sejumlah besar cairan dan
elektrolit dimana absorpsi cairan dan elektrolit tersebut secara signifikan akan
turun pada colitis. Mediator inflamasi seperti prostaglandin dan leukotriene, dapat
mengubah permeabilitas saluran cerna dan transpor elektrolit. Penyakit pada
mukosa yang meluas mengakibatkan eksudasi protein serum dan perdarahan .
Nyeri abdomen diakibatkan oleh distensi usus, biasanya berhubungan dengan
obstruksi, inflamasi atau iritasi serosa akibat inflamasi transmural. Motilitas
saluran cerna yang abnormal akibat distensi perut dapat menyebabkan kram perut.
(Butcher, 2003)

4
2.1.5 Gejala Cronh’s Disease

a. Gejala Umum :
- Malaise dan anoreksi
- Berat badan menurun
- Demam
- Terdapat fistel-fistel dari ileum dan colon antara usus dan dinding
perut
b. Gejala Klinik :
- Radang kronik, dengan gejala : demam ringan, diare berulang tapi
tidak berdarah, nyeri pada kuadran kanan bawah.
- Obstruksi usus, dengan gejala : nyeri dan kejang perut.
- Infeksi perianal, dengan gejala : abses dan fistula (Simadobrata, 2000).

2.1.6 Tanda – Tanda Cronh’s Disease

a. Anemia
b. Pireksia
c. Ulkus mulut linier / aftosa
d. Nyeri tekan abdomen setempat
e. Fistula / abses
f. Merasa lemas
g. Demam
h. Muntah berkali-kali (Simadobrata, 2000).

2.1.7 Gambaran Klinis

a. Menderita diare, nyeri abdomen, penurunan berat badan


b. Pasien kehilangan nafsu makan, mual, muntah terjadi mendadak
c. Nyeri kram setelah makan, usus halus mengalami inflamasi sehingga
perforasi dan membentuk abses anal dan intra abdomen
i. Terjadi atritis, lesi kulit, gangguan okuler, dan ullkus oral (Simadobrata,
2000).

5
2.1.8 Diagnosis Banding
Penyakit- penyakit yang harus dipikirkan sebagai diagnosis banding
Crohn’s disease antara lain :
 Cholangitis
 Colitis Iskemik
 Diverticulitis colon
 Tuberculosis Gastrointestinalis
 Colitis ulserativa
 Entiritis infeksiosa
 Colitis nfeksiosa
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang Cronh’s Disease
1. Pemeriksaan radiologi jangan hanya terbatas pada kolon saja bila
kemungkinan penyakit Crohn ada, ini dapat membantu menentukan luas
perubahan pada kolon yang lebih proksimal,.
2. Foto rontgen dari esofagus, lambung, duodenum dan ileum perlu dibuat
pula. Pada ileitis terminalis sering terlihat"String sign of Cantor", suatu
gambar seperti benang pada foto dengan barium. Ini disebabkan karena
penebalan dinding ileum terminale, sehingga lumen menyempit. Fistel-
fistel juga akan nampak pada foto rontgen.
3. Endoskopi dan biopsi sangat membantu.
o USG endoskopi dapat memperlihatkan dinding saluran
gastrointestinal dan struktur yang berdekatan. USG endoskopi
lebih akurat untuk menilai MRI dan dapat membantu membedakan
antara kolitif ulseratif dan penyakit crohn.
o Sigmoidoskopi pada kolitis ulseratif memperlihatkan mukosa yang
rapuh dan sangat meradang dan eksudat. pada 95% kasus mengenai
daerah rectosigmoid kolon. Serangan meluas dari daerah ini tetapi
selalu bersifat kontinu, berbeda dengan penyakit crohn’s yang
cenderung melompat – lompat / diskontinu.

6
4. CT scan of the abdominal
Small bowel intussuscepti menunjukkan ” bowel - within-bowel”
ketika di lihat dengan telescope dimasukan dalam lumen.
Dari semua pemeriksaan diatas dapat di buat kesimpulan gambaran
karakteristik crohn’s disease antara lain :
a. Bagian usus yang terserang : transmural
b. Respon peradangan granulomatosa : sering
c. Mengenai rektum : 50%
d. Mengenai usus halus : 80%
e. Mengenai kolon kanan : sering terkena
f. Mengenai dinding transmural sampai serosa
g. Fibrosis dinding menonjol
h. Penyebaran lesi : lesi melompat ”diskontinu”
i. Massa peradangan : biasanya teraba
j. Diare : sering / tidak dominan
k. Perdarahan rektum : mungkin / jarang
l. Nyeri perut : nyeri sekali, berupa serangan, sewaktu - waktu
m. Fistula interna : sering
n. Abses ani : sering
o. Fisura dan fistula anorektal : sering
p. Mukosa tampak seperti batu koral (cobblestone) : sering
q. Megakolon toksik : jarang
r. Potensi menjadi ganas : rendah / resiko sedang
s. Manifestasi ekstragastrointestinal (misal: atritis, keterlibatan kulit dan
mata, dsb) : lebih jarang daripada kolitis ulseratif
t. Striktur : sering
u. Jari tabuh : sering
v. Frekuensi relatif : ya, tapi jarang
w. Bersifat familial dan terkait bangsa – yahudi : ya
x. Autoantibodi : tidak ditemukan. (Sartor, 2006)

7
2.1.10 Manifestasi Oral Cronh’s Disease
Manifestasi crohn disease pada rongga mulut dapat berupa
pembengkakan pada bibir dan ginggiva, cobblestone appearance pada mukosa
bukal dan ginggiva, ulserasi, maupun pustula pada ginggiva. Pembengkakan
bibir biasanya menyebabkan keluhan kosmetik. Sedangkan gangguan pada
bagian lain rongga mulut seperti mukosa bukal, dan ginggiva dapat menyebabkan
kesulitan dan rasa sakit pada waktu makan. (Talley, 2011)

2.1.11 Penatalaksanaan Dan Terapi Crohn’s Disease

Diagnosis pada Crohn’s disease atau penyakit Crohn sendiri biasanya


terjadi dalam beberapa tahapan, karena gejala yang muncul pada penyakit Crohn
bisa juga disebabkan oleh penyakit yang lain. Berikut ini adalah langkah-langkah
yang dilakukan sebelum menetapkan diagnosis Crohn’s disease.

1. Pemeriksaan Awal
Dokter akan menanyakan tentang pola gejala yang dialami. Selain itu,
dokter akan memeriksa apakah terdapat penyebab tertentu terhadap gejala
tersebut. Makanan, riwayat penggunaan obat-obatan, riwayat kesehatan
keluarga, serta perjalanan yang baru dilakukan yang dapat menyebabkan
gejala diare
2. Pemeriksaan denyut nadi, suhu tubuh, tekanan darah, dan pemeriksaan
perut, juga akan dilakukan oleh dokter untuk memeriksa kesehatan Anda
secara umum.
3. Tes darah
Tes darah perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat peradangan yang
terjadi di dalam tubuh Anda. Selain itu, dengan prosedur ini Anda akan
mengetahui jika terjadi infeksi. Jika terbukti dari tes darah Anda
mengalami anemia, maka bisa jadi Anda mengalami malanutrisi atau
pendarahan di dalam saluran cerna.
4. Sampel tinja

8
Sampel tinja akan diperiksa apakah terdapat kandungan darah dan lendir.
Dari prosedur ini, dokter bisa mengetahui apakah gejala yang Anda alami
disebabkan oleh parasit cacing gelang atau kondisi lainnya.
5. Kolonoskopi
Ini adalah prosedur yang dilakukan untuk memeriksa bagian dalam dari
usus besar. Prosedur ini dilakukan dengan cara memasukkan selang
fleksibel yang disertai kamera dan lampu ke dalam usus besar melalui
rektum (bagian akhir dari saluran cerna). Dokter bisa melihat tingkat
keparahan dan luasnya peradangan yang terjadi di dalam usus
besar. Prosedur ini juga dapat digunakan untuk biopsi (pengambilan
sampel jaringan) di bagian mana saja dalam saluran cerna. Biopsi berguna
untuk melihat perubahan sel-sel dinding saluran cerna yang merupakan
ciri khas Penyakit Crohn.
6. Kapsul endoskopi nirkabel
Ini adalah prosedur yang mengharuskan Anda menelan kapsul yang akan
masuk ke dalam usus kecil. Kapsul akan mengirimkan gambar ke alat
perekam. Setelah beberapa hari, kapsul akan keluar dari tubuh melalui
kotoran. Ini adalah kapsul sekali pakai.Tidak semua rumah sakit memiliki
prosedur yang masih sangat baru ini.

Pengobatan yang dilakukan pada Crohn’s disease atau penyakit Crohn


hanya untuk meringankan gejala yang dialami dan juga menjaga masa remisi.
Hingga saat ini, belum ada penanganan atau obat yang bisa menyembuhkan
penyakit Crohn sepenuhnya. Khususnya penanganan pada anak-anak, pengobatan
penyakit Crohn juga bertujuan meningkatkan tumbuh-kembang anak.

Berikut ini adalah beberapa pengobatan yang dilakukan untuk menurunkan


gejala yang muncul, yaitu:

9
a. Kortikosteroid.
Pemberian obat-obatan corticosteroid (misalnya prednisolone dan
hydrocortisone) untuk mengatasi inflamasi yang terjadi. Untuk
menghindari efek samping obat ini, Anda disarankan untuk mengurangi
dosis perlahan sebelum akhirnya berhenti ketika gejala yang terjadi sudah
membaik.
b. Imunosupresan.
Obat ini juga berfungsi mengurangi inflamasi, tapi sasaran dari obat ini
adalah penghasil zat yang menyebabkan inflamasi, yang merupakan
bagian dari sistem kekebalan tubuh. Biasanya, obat ini akan digabungkan
dengan kortikosteroid untuk memberikan efek yang lebih bagus. Obat ini
tidak cocok untuk semua orang, dan Anda harus lakukan tes darah secara
teratur selama mengkonsumsi obat ini untuk mengetahui efek samping
obat ini. Bicarakan dengan dokter sebelum Anda mengonsumsi obat ini,
terutama jika Anda merencanakan kehamilan atau sedang hamil ketika
mengonsumsi obat ini.
c. Operasi.
Prosedur ini dilakukan jika keuntungannya lebih banyak dibandingkan
risikonya. Prosedur ini melibatkan pengangkatan bagian yang mengalami
inflamasi dari usus dan menyambungkan bagian yang sehat.
Masa remisi bisa dijalani dengan cara mengonsumsi obat-obatan tertentu
maupun tidak. Jika Anda memilih untuk tetap mengkonsumsi obat, kortikosteroid
tidak dianjurkan digunakan pada masa remisi. Beberapa makanan diduga bisa
meningkatkan gejala yang dialami oleh penderita penyakit Crohn, meski hingga
saat ini tidak ada bukti yang jelas tentang kaitan makanan dengan penyakit Crohn.
Anda bisa membuat catatan tentang makanan yang Anda konsumsi dan
dampaknya terhadap tubuh Anda.Jika ada makanan yang diduga memperburuk
gejala yang Anda alami, Anda bisa menghindari makanan tersebut. Tapi tidak
disarankan untuk menghilangkan sepenuhnya jenis makanan dengan gizi tertentu,
seperti biji-bijian atau gula.

10
Bagi orang yang merokok, berhenti merokok akan meringankan gejala
yang dialami dan membantu menjaga tetap berada di masa remisi.

Penanganan penyakit Crohn akan tergantung pada jenis gejala yang dan
seberapa buruk penyakit ini telah berlangsung. Ada beberapa langkah yang dapat
Anda ambil untuk membantu menjadi lebih baik. Konsumsi obat dari dokter
Anda, olahraga, dan makan makanan yang sehat. Jangan merokok. Merokok
membuat penyakit Crohn bertambah buruk. Gejala ringan dari penyakit Crohn
dapat diobati dengan obat-obatan seperti untuk menghentikan diare. Loperamide
(Imodium) bisa dibeli tanpa resep dokter. Akan tetapi harus dikonsultasikan
terlebih dahulu kepada dokter sebelum mengkonsumsinya, karena bisa saja obat-
obat tersebut dapat menyebabkan efek samping.

Obat-obatan yang diresepkan dari dokter dapat membantu mengontrol


peradangan dalam usus dan membantu menyembuhkan jaringan yang rusak dan
dapat menunda kemungkinan penanganan penyakit ini dilakukan tindakan
operasi.

1. Diet dan Nutrisi

Penyakit Crohn membuat sulit bagi tubuh Anda untuk menyerap nutrisi
dari makanan. Diet berfokus pada berkalori tinggi, makanan tinggi protein bisa
membantu Anda mendapatkan nutrisi yang Anda butuhkan. Anda harus makan
makanan yang seimbang, diet sehat. Sertakan cukup kalori, protein, dan nutrisi
dari berbagai kelompok makanan. Tidak ada diet khusus untuk membuat gejala
Crohn menjadi lebih baik atau lebih buruk. Masalah makanan tertentu dapat
bervariasi dari orang ke orang.

Namun, beberapa jenis makanan dapat membuat diare dan gas buruk.
Untuk membantu meringankan gejala, Anda dapat mencoba:

11
 Makan dalam jumlah kecil sepanjang hari.
 Minum banyak air (minum dalam jumlah kecil dan sering sepanjang hari).
 Menghindari makanan tinggi serat (dedak, kacang-kacangan, kacang-kacangan,
biji-bijian, dan popcorn).
 Menghindari lemak, makanan berminyak atau gorengan dan saus (mentega,
margarin, dan krim kental).
 Membatasi produk susu jika Anda memiliki masalah mencerna lemak susu.
Cobalah keju dengan kadar laktosa rendah, seperti keju Swiss dan cheddar, dan
produk enzim, seperti Lactaid, untuk membantu memecah laktosa.
 Menghindari makanan yang Anda tahu menyebabkan gas, seperti kacang-
kacangan.

2. Obat-obatan

Obat-obatan lain untuk membantu meringankan gejala antara lain:


Suplemen serat dapat membantu meringankan gejala Anda. Anda dapat membeli
bubuk psyllium (Metamucil) atau metilselulosa (Citrucel) tanpa resep. Tanyakan
kepada dokter Anda tentang produk ini dan semua tentang obat-obatan pencahar.
Acetaminophen (Tylenol) untuk sakit ringan. Hindari obat-obatan seperti aspirin,
ibuprofen (Advil, Motrin), atau naproxen (Aleve, Naprosyn) yang dapat membuat
gejala lebih buruk.

Dokter Anda juga dapat memberikan resep untuk obat nyeri yang lebih kuat,
seperti:

 Aminosalicylates (5-ASAS): obat yang membantu mengontrol gejala ringan


sampai sedang. Beberapa obat dapat diberikan melalui oral atau anal.
 Kortikosteroid (prednison dan metilprednisolon): mengobati secara moderat
penyakit Crohn yang parah. Mereka dapat dikonsumsi melalui mulut atau
dimasukkan ke dalam rektum.
 Obat seperti azathioprine atau 6-mercaptopurine: untuk sistem kekebalan tubuh.

12
 Antibiotik: mengobati abses atau fistula.
 Terapi biologis: digunakan untuk penyakit Crohn yang parah yang tidak berespon
terhadap jenis obat lainnya. Obat-obatan dalam kelompok ini termasuk Infliximab
(Remicade) dan adalimumab (Humira), certolizumab (Cimzia), dan natalizumab
(Tysabri).

3. Bedah

Beberapa orang dengan penyakit Chron mungkin memerlukan pembedahan untuk


menghilangkan bagian yang rusak atau sakit dari usus (reseksi usus). Dalam
beberapa kasus seluruh usus besar (kolon) akan diangkat, dengan atau tanpa
dubur.

Pasien yang memiliki penyakit Crohn yang tidak merespon terhadap obat
mungkin memerlukan pembedahan untuk mengatasi masalah seperti:

 Perdarahan (hemorrhage)
 Kegagalan untuk tumbuh (pada anak)
 Fistula (hubungan abnormal antara usus dan daerah lain dari tubuh)
 Infeksi (abses)
 Penyempitan (striktur) dari usus

Jenis operasi bedah yang mungkin dilakukan meliputi:

 ileostomy
 Reseksi usus besar
 Reseksi usus kecil
 Kolektomi
 Proktokolektomi dengan ileostomy

(Simadobrata, 2000).

13

Anda mungkin juga menyukai