Disusun oleh :
G1G009013
2. Previta Ninda P.
G1G009023
G1G009030
G1G009052
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia memerlukan asupan nutrisi yang seimbang untuk dapat bertahan
hidup dan melakukan berbagai aktivitas sehari hari. Nutrisi tersebut masuk ke
tubuh manusia melalui organ organ digestivus manusia yang terdiri dari mulut,
pharynx, lambung, usus halus dan usus besar.
Organ organ tersebut saling berkaitan satu sama lain sehingga dapat
membentuk suatu sistem pencernaan yang teratur. Sistem pencernaan akan
terganggu fungsinya apabila satu atau beberapa organnya mengalami gangguan
fungsional. Gangguan gangguan tersebut dapat mempengartuhi intake makanan
di dalam tubuh.
Salah satu gangguan yang dapat terjadi pada sistem pencernaan yaitu
adalah adanya penyakit Crohn. Penyakit ini mungkin terdengar asing di negara
kita ini, namun prevalensinya telah banyak ditemukan di Negara Negara barat,
khususnya eropa. Menurut Robbins (1995), penyakit Crohn merupakan penyakit
peradangan kronis dapat menyerang seluruh bagian saluran gastrointestinal,
mulai dari mulut (berupa stomatitis) sampai lesi pada anus. Penyakit crohn juga
dapat diartikan sebagai gangguan yangf dapat menyebabkan peradangan
(inflamasi)
gastrointestinal (digestive.niddk.nih.gov).
1.2 Tujuan
1.2.1 Mengetahui definisi penyakit Crohn
1.2.2 Mengetahui etiologi penyakit Crohn
1.2.3 Mengetahui gambaran klinis penyakit Crohn
1.2.4 Mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit Crohn
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Menurut Mansjoer (1999), penyakit Crohn merupakan salah satu penyakit
usus inflamatorik (kelainan sistem digestif)
bagian saluran gastrointestinal, mulai dari mulut (berupa stomatitis) sampai lesi
pada anus.
2.2 Gambaran Umum
Penyakit Crohn lebih tersebar di Amerika Serikat, Inggris, dan Skandinavia
daripada di Eropa Tengah dan jarang di Asia dan Afrika. Di Amerika Serikat,
insidensi tahunannya adalah 3 sampai 5 per 100.000 populasi. Perempuan sedikit
lebih sering terkena daripada laki-laki (Robbins, 2007).
Penyakit ini menyerang terutama pada orang dewasa muda, tetapi dapat
menyerang semua usia. Penyakit dapat menyerang satu atau dua kali dalam
kehidupan penderita, atau berkali-kali. Obat dan operasi dapat membantu
meredakan
gejala,
kadang-kadang
selama
bertahun-tahun,
tetapi
tidak
dipandang
sebagai
suatu
penyakit
peradangan
sistemik
dengan
Ada berbagai teori tentang apa yang menyebabkan penyakit Crohn, tetapi
sebagian besar peneliti percaya bahwa sistem pertahanan tubuh sendirilah yang
menyebabkannya. Jika bakteri atau virus menginfeksi usus, misalnya sistem imun
memproduksi sel imun untuk menyerangnya. Jika karena alasan tertentu sistem
imun tidak diatur berhenti tetapi terus menyerang sel-sel usus, dinding usus
meradang dan membengkak.
Genetik, lingkungan, mikroba, imunologi, makanan, pembuluh darah, dan
faktor psikososial, kontrasepsi oral, dan agen anti-inflammatory drugs (NSAID),
telah terlibat dalam patogenesis penyakit Crohn.
Pengaruh lingkungan seperti penggunaan tembakau tampaknya juga
berpengaruh pada penyakit Crohn. Contohnya pada perokok, yang berisiko dua
kali lipat lebih besar untuk terkena penyakit Crohn. Sebuah studi telah
menunjukkan bukti kuat bahwa penyakit ini dapat diwariskan (herediter).
Sebagian besar gen diduga terlibat dalam perkembangan penyakit ini yang
berperan dalam kekebalan mukosa dan ditemukan pada epitel mukosa hambatan.
Beberapa gen diduga berkontribusi pada fenotipe kompleks, namun mutasi
dalam gen NOD2 (atau gen IBD1 atau 15-caspase mengaktifkan perekrutan
domain-CARD) telah terbukti memberikan kerentanan terhadap penyakit Crohn.
Bagian lain yang ditinjau adalah IBD-3 gen pada kromosom 6 yang merupakan
bagian yang mencakup kompleks antigen leukosit manusia (HLA) dan telah
dikaitkan dengan (IBD). Selain itu, daerah yang terkait khusus untuk penyakit
Crohn ada di 5Q kromosom, yang dikenal sebagai IBD 5 yang berisi cluster gen
sitokin.
Infeksi kemungkinan seperti paratuberculosis Mycobacterium, spesies
Pseudomonas, dan spesies Listeria semuanya telah terlibat dalam patogenesis
penyakit Crohn, menunjukkan bahwa radang terlihat dengan penyakit tersebut
adalah hasil dari respon disfungsional ke sumber infeksi.
Interleukin dan tumor necrosis factor-alpha (TNF-alpha) juga telah terlibat
dalam proses penyakit. Penyakit Crohn ditandai dengan pola-1 T-helper tipe
respon imun seluler yang mengarah pada produksi interleukin 12 (IL-12), TNF,
5
terjadi
sekunder
akibat
malabsorpsi,
defisiensi
lactase
atau
10
ii.
b. Farmakologi
i.
ii.
Kornikosteroid
iii.
11
iv.
v.
vi.
Diet elemental
Pencegahan relaps dengan 5-ASA atau mesalazim 1,5 sampai 2,4
gram/hari dapat mereduksi relaps pada ileum sekitar 30% sampai
melebihi 12 bulan.
vii.
Bila ada anemia diberi FE, asam folat dan vitamin B12
c. Operatif
Lebih dari 80% pasien yang telah lama menderita penyakit Crohn akan
menjalani operasi. Pembedahan dikerjakan apabila :
i.
ii.
Ada fistula
iii.
Ada striktur
iv.
hasil
USG
menunjukkan
adanya
pembesaran
limfonodi
para
13
crohn dan non hodgkin lymphoma. Pada pasien ini tidak didapatkan adanya TB
paru pada hasil foto thorak.
Pemeriksaan USG dan CT scan menunjukkan adanya pembesaran limfonodi
para aorta atau mesenterica yang khas pada TB dan non hodgkin lymphoma.
Pada CT scan didapatkan pembesaran limfonodi terdapat pada aorta abdominalis
distal yang khas pada non hodgkin lymphoma, sehingga DD NHL belum bisa
disingkirkan. Adanya riwayat keluarga batuk lama dapat mengarahkan diagnosa
lebih kepada TB, sehingga dengan gejala-gejala dan penemuan pada
pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa pasien menderita TB usus dan diterapi
dengan regimen terapi TB yakni OAT.
BAB III
SIMPULAN
Penyakit Crohn merupakan salah satu penyakit yang menyerang saluran
pencernaan yaitu dari rongga mulut hingga anus.
14
DAFTAR PUSTAKA
E. Ryan, Michael. 2009. Pustaka Kesehatan Populer Saluran Pencernaan. Jakarta :
PT. Bhuana Ilmu Populer.
http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/crohns/
Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius.
McPhee, Stephen. 1997. Phatophysiology of Disease Fourth Edition. Amerika :
McGraw-Hill.
Robbins. 1995. Buku Ajar Patologi Edisi 4. Jakarta : EGC.
Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7 Vol. 2. Jakarta : EGC.
Robenstein, David. 2003. Lecture Notes Kedokteran Klinis Edisi 6. Jakarta :
Erlangga.
Schwarts, W. 2005. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta : EGC
Sibuea, Herdin. 2005. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya.
Sproat, Chris, Georgina Burke, Mark Mcgurk. 2006. Essential Human Disease for
Dentist. London : Churchill Livingstone Elsevier.
15