Anda di halaman 1dari 23

Crohns Disease

CANDRA WIDHI WICAKSONO

Latar Belakang
I
BD (Inflamatory Bowel Disease) adalah kondisi kronis intestinal yang
immune-mediated . Idiopathic IBD merupakan kondisi yang dikarakteristikkan
dengan aktivasi imun dan inflamasi kronis atau berulang. Bentuk Idopathic
IBD yang utama adalah ulcerative colitis dan Crohn disease.

Definisi
Crohn disease adalah suatu kondisi inflamasi kronis yang memiliki potensi
melibatkan posisi apapun dari traktus digestivus mulai dari mulut sampai anus, tapi
dengan tendensi untuk intestinum distal dan colon proksimal. Inflamasi tersebut
biasanya diskontinyu pada aksis longitudinal intestinum dan bisa mengenai semua
lapisan dari mukosa sampai serosa.

Epidemiologi
Epidemiologi IBD

Insiden
(Amerika Utara)
per
personyears
Age of onset
Etnisitas
Male /
ratio
Merokok

Ulcerative Colitis (UC)


2,2 14,3 : 100.000

Crohn Disease (CD)


3,1 14,6 : 100.000

15-30 dan 60-80


Jewish > non-Jewish white > Afrika Amerika > Hispanik >
Asia
Female 1 : 1
1,1 1,8 : 1

Kontrasepsi oral
Appedectomy
Kembar
monozigotik
Kembar
dizigotik

Mungkin
bisa
mencegah
penyakit
Tidak ada peningkatan resiko
Protektif
6% terjadi pada keduanya
0% terjadi pada keduanya

Mungkin
bisa
menyebabkan penyakit
Odds ratio 1,4
Non-protektif
58%
terjadi
pada
keduanya
4% terjadi pada keduanya

Etiologi
1. Genetik : terdapat nya mutasi atau kelainan gen tertentu misalnya :
Kelainan genetik utama yang berkaitan dengan IBD
Nama
Asosiasi genetik
Fenotip
Sindroma
Kehilangan sebagian atau Berkaitan dengan UC
Turner
seluruh kromosom X
dan CD colon
HermanskyKromosom
resesif Granulomatour colitis,
Pudlak
autosomal 10q23
albino okulokutaneus,
disfungsi
platelet,
fibrosis pulmo
Sindroma
Gangguan
resesif
X- Colitis, defisiensi imun,
Wiskott-Aldric linked, kehilangan fungsi disfungsi
platelet
(WAS)
protein WAS
berat,
dan
trombositopenia
Glycogen
Defisiensi
protein Granulomatous colitis,
Storage
transport
glucose-6- ada pada anak-anak
Disease
phosphate tipe B1
disertai hipoglikemia,
gagal
tumbuh,
hepatomegali,
dan
neutropenia
Immune
Hilangnya
faktor UC-like
autoimmune
dysregulation
transkripsi
FoxP3
dan enteropathy,
dengan
polyendocrino fungsi sel regulator
endocrinopathy
pathy,
(neonatal
type
1
enteropathy Xdiabetes
atau
linked (IPEX)
tiroiditis), dermatitis
Early
onset Fungsi reseptor IL-10 IBD refrakter berat di

2. Agen etiologi dan trigger antigenik potensial.


a. Respon imun yang sesuai tapi tidak efektif terhadap patogen, misalnya
terhadap Mycobacterum
b. Respon imun abnormal terhadap antigen makanan normal atau agen
mikroba nonpatogenik. Dalam hal ini ada kegagalan regulasi terhadap respon
imun terhadap paparan kronis, yang dalam hal ini bisa berupa flora normal
usus, sehingga terjadi aktivasi sistem imun.
c. Adanya suatu kelainan autoimun terhadap sel-sel intestinal penderita itu
sendiri.

Patofisiologi
Inflamasi usus secara umum :

Crohns disease merupakan suatu penyakit yang


belum diketahui penyebabnya, diduga akibat
peradangan kronis, autoimun dan genetic yang
dapat dimodifikasi faktor lingkungan (misalnya
merokok).
Sistem imunitas tubuh pada penderita (sel
limfoid T Helper 1) bereaksi tidak normal
terhadap bakteri, makanan, dan substansi lain
yang dianggap sebagai benda asing, yang
dipresentasikan oleh APC (Antigen Presenting
Cells). Sistem imunitas tersebut memberikan
respon serangan terhadap setiap antigen pada
APC.
Selama proses ini terjadi, sel-sel darah putih
(leukosit) terakumulasi di sepanjang lapisan
dalam
usus
(intestine)
dan
merangsang
terjadinya inflammatory kronis dengan akibat
terjadinya
ulserasi, perlukaan
usus, dan
pembentukan jaringan parut / jejas (scar) pada
jaringan usus.

Manifestasi Klinis
Secara umum, diare kronik yang disertai atau tanpa darah dan nyeri perut
merupakan manifestasi klinik IBD. Sedangkan pada crohns disease lebih
bervariasi yaitu dapat melibatkan atau terjadi pada semua segmen saluran
cerna, mulai dari mulut sampai anorektal.
Pada crohns disease selain gejala umum di atas adanya fistula Nyeri
perut relatif lebih mencolok. Hal ini disebabkan oleh sifat lesi, yang
transmural sehingga dapat menimbulkan fistula dan obstruksi serta
berdampak pada timbulnya bacterial overgrowth (infeksi sekunder).

Diagnosis
1. Anamnesis
Gambaran klinis umum pada Crohns disease adalah demam, nyeri abdomen,
diare, dan penurunan berat badan. Diare dan nyeri abdomen merupakan
gejala utama keterlibatan colon. Perdarahan per rectal lebih jarang terjadi.
Keterlibatan usus halus dapat berakibat nyeri yang menetap dan terlokalisasi
pada kuadran kanan bawah abdomen.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada kuadran kanan bawah
abdomen yang dapat disertai rasa penuh atau terabanya massa saat
palpasi.

3. Pmeriksaan Penunjang
a. Radiologis : Rontgen dengan atau tanpa kontras, CT Scan dan MRI
b. Pemeriksaan laboratorium tidak ada yang menunjukkan tanda yang spesifik
terhadap Crohns Disease

X Ray dengan Barium


tampak pengisian yang
tidak rata pada ileum
karena penebalan dinding

String sign , terjadi karena


penyempitan lumen

Ulserasi linear, longitudinal


dan transversal yang
membentuk cobblestone
appearance.

CT Scan

MRI

Dinding saluran cerna yang normal


mempunyai ketebalan kurang dari 5
mm
Pada kasus Crohns disease aktif,
ketebalan dinding usus berkisar
antara 5 mm hingga 2 cm dengan
gambaran lapisan-lapisan yang
menghilang sebagian atau
seluruhnya (skip lession)
Jika terjadi inflamasi yang hebat,
dinding usus akan tampak
hypoechoic
Inflamasi transmural dan terbentuk
abses =>>>

Diagnosis Banding

Dengan dasar etiologi infeksi


Bakteri
Salmonella
Shigella
Toksigenik
E.coli
Campylobacter
Yersinia
Clostridium difficile
Gonorrhea
Chlamydia trachomatis

Mycobacteria
Tuberculosis
Mycobacteriu
m avium

Virus
Cytomegalovirus
HIV
Herpes simplex
-

Parasit
Amebiasis
Isospora
Trichuris
trichiura
Hookworm
Strongyloides
-

Fungi
Histoplasmosis
Candida
Aspergillus
-

Dengan dasar etiologi non infeksi


Inflamasi
Appendicitis

Diverculitis

Diversion colitis

Collagenous / lymphocytic colitis

Ichemic colitis

Radiation colitis / enteritis

Sindrom ulkus rektal soliter

Gastroenteritis eosinofilik

Neutropenic colitis

Behets syndrome

Graft-versus host disease

Neoplastik
Obat dan bahan kimia
Limfoma
NSAID

Karsinom
Phosphosoda

a
Cathartic colon

metastasi
Emas
s
Kontrasepsi oral

Karsinom
Kokain

a ileum
Kemoterapi

Carcinoid

Poliposis

familial


Klinis
Perdarahan makros pada feses
Mukus
Gejala sistemik
Nyeri
Massa abdomen
Penyakit perineum signifikan
Fistula
Obstruksi usus halus
Obstruksi kolon
Respon terhadap antibiotik
Rekurensi setelah pembedahan
ANCA (Anti-Neutrophil Cytoplasm Antibody)-positif
ASCA (Anti-Saccaromyces sereviceae Antibody)positif
Endoskopi
Ketidakikutsertaan rektum
Penyakit kontinyu
Cobblestoning
Granuloma (pada biopsi)
Radiografis
Abnormalitas usus halus signifikan
Abnormalitas ileum terminalis
Kolitis segmental
Kolitis Asimetris
Striktur

UC

CD

Ya
Ya
Occasional
Occasional
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Jarang
Tidak
Tidak
Sering
Jarang

Occasional
Occasional
Sering
Sering
Ya
Sering
Ya
Sering
Sering
Ya
Ya
Jarang
Sering

Jarang
Ya
Tidak
Tidak

Sering
Occasional
Ya
Occasional

Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Occasional

Ya
Ya
Ya
Ya
Sering

Penatalaksanaan
Crohns disease merupakan suatu penyakit yang belum dapat disembuhkan.
Tujuan pemberian terapi pada Crohns disease adalah untuk mengurangi
gejala.
a.Diet dan Nutrisi
Pasien harus mengkonsumsi makanan sehat yang seimbang, yaitu cukup
kalori, cukup protein dan vitamin dari berbagai jenis makanan.
Makan makanan dalam porsi kecil sepanjang hari
Minum banyak air (minum dalam jumlah kecil sepanjang hari)
Menghindari makanan dengan serat yang tinggi

b.Medikamentosa
5-ASA AGENTS (Aminosalisilate). Terapi utama untuk Crohns disease ringan sampai
sedang adalah sulfasalazine dan agen 5-ASA lain (azulfidine, dipentum, pentasa). Agen
ini efektif dalam menginduksi remisi baik pada Ulcerative Colitis maupun pada Crohns
disease. Sulfasalazine mengandung antibacterial (sulfapyridine) dan anti inflamasi (5ASA). Meski sulfasalazine lebih efektif pada dosis tinggi yaitu 6-8 gram/hari, 30% dari
pasien akan mengalami reaksi alergi seperti ruam, demam, hepatitis, agranulositosis,
pancreatitis, perburukan colitis dan abnormalitas sperma yang reversible. Selain itu,
dapat terjadi pula efek samping yang tidak diinginkan seperti sakit kepala, anoreksia,
mual dan muntah. Sulfasalazine juga dapat mengganggu absorpsi dari asam folat
sehingga pasien perlu diberi suplemen untuk menambah asam folat.
GLUCOCORTICOIDS. Glukokortikoid yang berperan sebagai anti-inflamasi yang lebih kuat,
efektif dalam mengobati Crohns disease sedang sampai berat dan menginduksi 60-70%
kecepetan remisi. Budesonide digunakan untuk 2-3 bulan dengan dosis 9 mg/hari
kemudiang tappering off. Budesonide 6 mg/hari efektif mengurangi kekambuhan dalam
3-6 bulan. Efek samping yang ditimbulkan meliputi retensi cairan, striae abdominal,
osteonecrosis, myopathy, hiperglikemi, subkapsular katarak, gangguan emosi.
Adalimumab merupakan recombinant human monoclonal IgG1 antibody. Adalimumab
mengikat TNF- dan menetralisir fungsi TNF dengan memblok interaksi antara TNF
dengan reseptor permukaan sel

ANTIBIOTICS. Biasanya diberikan untuk mengatasi abscess dan fistula.


Metronidazole efektif pada Crohns disease dengan inflamasi aktif, fistula dan
perianal, serta dapat mencegah kekambuhan setelah reseksi ileum. Dosis
yang paling efektif adalah 15-20 mg/kg per hari dalam dosis terbagi tiga dan
biasanya dilanjutkan sampai beberapa bulan. Efek samping yang paling
sering muncul termasuk mual
CYCLOSPORINE. Cyclosporine (CSA) adalah peptida lipofilik dengan efek
inhibisi baik pada sistem imun selular maupun humoral. CSA memblok
produksi IL-2 oleh limfosit T-helper. Paling efektif diberikan pada dosis 2-4
mg/kg perhari secara iv. Efek samping yang timbul dapat berupa hipertensi,
gingival hyperplasia, hyperthricosis, paresthesias, tremors, sakit kepala dan
abnormalitas elektrolit. Harus dilakukan monitoring fungsi renal. Peningkatan
creatinine mengindikasikan dosis harus diturunkan atau pemberian
dihentikan.
TACROLIMUS. Tacrolimus adalah antibiotik macrolide dengan properti
immunomodulator yang mirip dengan CSA. 100 kali lebih potent dibanding
CSA dan tidak tergantung pada integritas mukosa atau empedu dalam

C. Operasi (bedah)
Merupakan pilihan ketika terapi dengan obat-obatan, perubahan diet dan gaya
hidup telah gagal atau muncul komplikasi.
Indikasi Operasi pada Crohns Disease :
Usus halus
Striktur dan obstruksi yang tidak respon dengan terapi obat-obatan
Perdarahan masif
Refractory fistula
Abscess

Colon dan Rectum


Perianal disease yang tidak respon dengan terapi obat-obatan
Refractory fistula
Colonic obstruction
Cancer prophylaxis
Colon dysplasia atau cancer

Komplikasi
Crohns disease merupakan proses transmural, adanya perlekatan serosa dapat
menyebabkan terbentuknya fistula (jalur abnormal antara organ ke jaringan). Fistula dapat
terbentuk di vesica urinaria, kulit dan vagina.
Perforasi terjadi pada 1-2% pasien, biasanya terjadi di illeum namun dapat terjadi di
jejunum sebagai komplikasi dari toxic megacolon.
Peritonitis atau perforasi bebas yang terutama terjadi pada colon dapat bersifat fatal.
Absces intraabdomen dan absces pelvis terjadi pada 10-30% pasien Crohns disease yang
muncul bersamaan dengan waktu sakitnya.
Komplikasi lain meliputi obstruksi intestinal pada 40% pasien, perdarahan masif (anemia),
malabsorpsi dan penyakit perianal berat, kekurangan nutrisi penting (B12 dan Besi). Pasien
dengan Crohns Disease juga mempunyai resiko tinggi untuk mengalami Carcinoma Colon
dan Usus halus.
Crohns disease merupakan penyakit autoimun, sehingga bagian tubuh selain organ
pecernaan juga dapat terkena, termasuk sendi, mata, mulut dan kulit. Pada anak-anak,
Crohns Disease dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
sexual.

Prognosis
Saat ini, masih belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan Crohns
disease, namun terapi yang diberikan dapat memperbaiki symptom yang
ada. Kualitas hidup pasien dengan Inflammatory Bowel Disease tergantung
pada assessment, evaluasi dan terapi yang diberikan.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai