Anda di halaman 1dari 24

VITAMIN D

(KALSIFEROL)

Dr. Inge Permadhi MS


Sifat kimia vitamin D

Tidak tahan panas dan oksidasi


Diaktifkan oleh sinar uv
Vitamin D1  tidak ada
Vitamin D2  adalah bentuk sintetik dari vitamin D yang
dihasilkan dari iradiasi UV “plant yeast steroid ergosterol” (ragi
yang bila terkena uv akan menghasilkan ergosterol)
Vitamin D3  hormon steroid
steroid Vitamin D4  aktivitas biologisnya paling lemah
Vitamin D

Ada 2 jenis steroid


uv
– Tumbuhan : ergosterol D2 (ergokalsiferol)
– Hewan dan manusia : 7 dehidrokolesterol D3
uv

(kolekalsiferol)
Digesti, absorpsi, transportasi, metabolisme

7 dehidrokolesterol disintesis di glandula sebaseous kulit dan


terdistribusi di epidermis dan dermis
Vitamin D3 terbentuk di kulit, dipengaruhi oleh : sinar uv, lama
terpapar, pigmentasi kulit
Kolekalsiferol akan berdifusi dari kulit ke darah dengan transport α-
2 globulin vitamin D - binding protein (DBP) (= transkalsiferin) 
yang disintesis oleh hati
Kolekalsiferol (D3)

(Pro hormon)

Hormon Steroid
Diet + uv Skin + uv

D3
Hati 25 hidroksilase

25 (OH)D3 Pro-hormon
Ginjal
1α,25(OH)2D3 hidroksilase 24R,25(OH)2D3 hidroksilase

1α,25(OH)2D3 24R,25(OH)2D3 Hormon Steroid

Target organ

Intestine Bone
25(OH)D3 = kalsidiol
Absorpsi Resorpsi
1α,25(OH)2D3 = kalsitriol

Ca P
Digesti, absorpsi, transportasi, metabolisme

Vitamin D dari diet diabsorpsi bersama dengan misel 


berdifusi pasif ke dalam sel intestinal
50% vitamin D yang berasal dari diet akan diabsorpsi
Absorpsi dimulai di duodenum dan paling banyak diabsorpsi di
bagian distal usus halus
Vitamin D akan terikat kilomikron  sistem limfatik  hati
Sebagian vitamin D akan terikat DBP dan dibawa ke jaringan
ekstrahepatik
Penyimpanannya di hati, kulit, otak, tulang dan jaringan-jaringan
lain
Digesti, absorpsi, transport, metabolisme

D3 atau 25 (OH) D3 oleh enzim 25 hidroksilase di HATI akan


diubah menjadi  25(OH)D3 (= Kalsidiol)  kemudian akan
masuk dalam sirkulasi dengan terikat oleh DBP
Darah merupakan single pool (storage site) dari 25(OH)D3 dan
half-life ± 3 minggu. 25(OH)D3 merupakan simpanan yang
kurang aktif tetapi paling banyak, jumlahnya 1000 kali lebih
banyak daripada 1,25(OH)2D3).  Jadi 25(OH)D3 merupakan
indikator vitamin D dalam darah (1,25(OH)2D3 tidak menjadi
indikator vitamin D karena waktu paruh dalam sirkulasi hanya <4
jam)
Bila kadar 25(OH)D3 menurun maka akan terjadi pelepasan
kolekalsiferol dari penyimpanannya di kulit, otot dan jaringan
adiposa.
Metabolisme

Enzim 25 hidroksilase bekerja tanpa kontrol yang ketat,


sedangkan enzim 1α,25(OH)2D3 hidroksilase dikontrol oleh
beberapa mekanisme kontrol dan umpan balik.
Ginjal akan menghasilkan hormon steroid
– Melalui enzim 1 hidroksilase (atau 1α,25(OH)2D3
hidroksilase) dihasilkan 1α,25(OH)2D3 (kalsitriol)
– Bila kalsitriol sudah cukup tersedia, maka enzim 24
hidroksilase (atau 24R,25(OH)2D3hidroksilase) akan akan
meningkat di ginjal untuk membentuk 24R,25(OH)2D3 
yang diduga berperan pada mineralisasi tulang
Metabolisme

Regulasi hormon 1α,25(OH)2D3 diatur oleh :


– ↑ PTH
– Kadar kalsium rendah ↑ 1α,25(OH)2D3 hidroksilase
– Kadar fosfat rendah
– Status vitamin D
25(OH)D3  aktivitas biologi 5x lebih kuat daripada vitamin D3
1,25(OH)2D3  aktivitas biologi 10x lebih kuat daripada vitamin
D3
Fungsi hormon kalsitriol

Fungsi kalsitriol yang terpenting adalah regulator biologik untuk homeostasis


kalsium
Bila kadar Ca serum  maka PTH akan disekresikan  akan
mempengaruhi ginjal untuk memproduksi kalsitriol
Bila kadar P serum  akan berefek sama, tetapi tidak melalui aktivitas
PTH, namun langsung mempengaruhi perubahan 1,25(OH)D3  1,25(OH)2D3
Efek kalsitriol Ca dan P uptake dengan absorpsi dari usus dan
mobilisasi dari tulang
Melalui PTH, vitamin D akan mempengaruhi reabsorpsi Ca dari tulang dan
reabsorpsi Ca – P dari tubulus renalis
Di usus halus, vitamin D akan meningkatkan kerja calbindin-9K, yang
merupakan calcium-binding protein yang terdapat di usus halus dan berperan
pada absorpsi kalsium di enterosit dan juga mempengaruhi kalsium
transporter.
EFEK KERJA HORMON KAKLSITRIOL
TERHADAP HOMEOSTASIS KALSIUM
Fungsi hormon kalsitriol

Di osteoblast vitamin D mempunyai target kerja


yaitu protein matriks tulang, osteokalsin dan
ostepontin yang berperan dalam mineralisasi
tulang.
Vitamin D juga akan mempengaruhi calbindin-D
yang mencegah apoptosis sel osteoblast akibat
rangsangan TNF atau glukokortikoid.
EFEK KERJA HORMON KALSITRIOL
Metabolisme 24R,25(OH)2D3 (hormon steroid ?)

Kombinasi kalsitriol dan 24R,25(OH)2D3 dibutuhkan untuk mendapatkan


respon biologi yang normal
Defisiensi 24R,25(OH)2D3 menyebabkan terganggunya mineralisasi matriks
osteoid
Kebutuhan

Angka kebutuhan dipengaruhi :


– Usia
– Jenis kelamin
– Kadar mealnin (warna kulit)
– Pemakaian tabir surya : SPF 8  menurunkan produksi vitamin D3 dari kulit >95%
– Cuaca/musim
– Waktu pajanan sinar matahari
Vitamin D3 dapat diperoleh cukup secara endogen dari paparan sinar matahari.
Paparan sinar matahari sebesar satu satuan minimal erythemal dose (MED) yaitu
mulai munculnya kemerahan yang ringan di kulit, sudah dapat meningakatkan
konsentrasi vitamin D yang setara dengan suplementasi 10.000 – 20.000 IU
– Intensitas UV di Jakarta puncaknya Pk 11.00 – 13.00  1 – 2 MED/jam (Penelitian Setiati)
– Paparan sinar matahari di muka dan lengan Pk 09.00  25 menit atau Pk 11.00 – 13.00 
15 menit sudah meningkatkan konsentrasi vitamin D sebesar 2700 IU tiap kali pemaparan
– Mencegah defisiensi vitamin D : paparan sinar matahari 15’ – 30’ ,2 – 3 kali/minggu atau 2
jam/minggu
Kebutuhan

RDA 1998 : per hari


– Bayi, anak, dewasa < 51 th : 200 IU (5 µg)
– < 51 th : 400 IU (10 µg)
– 51 – 70 th : 600 IU (15 µg)
– Kehamilan dan menyusui : 200 IU (5 µg)
– Suplementasi hingga konsentrasi 800 IU 
masih dianggap aman.
Bahan makanan sumber

Bahan makanan hewani khususnya ikan laut seperti salmon, sarden, herring,
dan minyak ikan
Butter, kuning telur, hati, minyak sayur  sedikit mengandung vitamin D
Tumbuhan, buah-buahan, kacang  miskin vitamin D
Defisiensi

Defisiensi : (ada bermacam-macam batasan)


– Defisiensi ringan/insufisiensi: 50nmol/L (20ng/L)
– Defisiensi sedang: 37.5nmol/L (15ng/L)
– Defisiensi berat: 20nmol/L (8ng/L)

Penyebab defisiensi :
– kurangnya asupan vitamin D
– kekurangan sinar UV
– malabsopsi lemak
– gangguan pada paratiroid, hati, ginjal
– Penyakit tertentu seperti lupus eritematosus sistemik, imobilisasi,
melanoma
Defisiensi

Anak-anak  riketsia

Dewasa  osteomalasia terjadi penumpukan osteoid dengan


mineralisasi yang kurang pada permukaan tulang). Berbeda
dengan osteoporosis yang merupakan penurunan total massa
tulang tanpa ada gangguan mineralisasi. Klinis osteomalasia :
kecenderungan jatuh dan patah tulang

Lain-lain  osteoporosis, diabetes, kanker (kolon, payudara,


ovarium, prostat), penyakit autoimun (asma, artritis reumatoid,
psoriasis, sklerosis multiple), miopati proksimal, penyakit
kardiovaskuler, hipertensi dll
Toksisitas

E/ :
– suplementasi vitamin D yang berlebihan (bukan dari BMS) misalnya karena
minum susu yang difortifikasi vitamin D tinggi
– Suplementasi vitamin D oral atau injeksi >40.000 IU/minggu atau >1000 IU/hari
– Risiko toksisitas tidak akan diakibatkan oleh vitamin D dari sumber endogen,
meskibun seseorang terpapar secara berlebihan dari sinar matahari. Hal ini
disebabkan karena baik prokolekalsiferol dan kolekalsiferol akan mengalami
proses transformasi, hanya sesuai kebutuhan, sedangkan sebagian lagi akan
menjadi beberapa fotoisomer dengan aktivitas biologik yang sangat rendah.

G/ : hiperkalsemia, hiperkalsiuria, anoreksia, nausea, muntah, haus, poliuria,


kelemahan otot, nyeri pada persendian, demineralisasi tulang difus,
disorientasi umum, gangguan pada berbagai sel  kematian
Toksisitas

Alasan terjadinya toksisitas : akibat hambatan regulasi metabolisme vitamin


D3 atau 25 (OH) D untuk menjadi 25(OH)D3 di hati  sehingga terjadi
peningkatan kadar 25(OH)D sampai 10 - 20 kali normal

Anda mungkin juga menyukai