Anda di halaman 1dari 41

Bronkopneumonia

Pada Anak

Oleh : dr. Jaffar Sidiq


Pembimbing : dr. Ading Rohadi, Sp.A

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAYUNG LENCIR


KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2023
Latar Belakang
• Pneumonia adalah infeksi pernapasan akut yang disebabkan oleh infeksi
bakteri, virus, atau jamur yang menyerang paru-paru terutama alveoli
• Pneumonia merupakan penyebab dari 16% kematian balita, yaitu sebanyak
920.136 balita di tahun 2015.
• Menurut laporan WHO, lebih dari 50% kasus pneumonia berada di Asia
Tenggara dan Sub-Sahara Afrika.
• Indonesia menduduki peringkat ke 7 sebagai negara penyumbang kematian
balita akibat pneumonia, diperkirakan terdapat 25.000 balita meninggal
akibat pneumonia.
• Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai diagnosis dan tatalaksana
anak dengan bronkopneumoni yang memilki komorbiditas asma bronkial
dari awal kedatangan sampai pulang dari Rumah Sakit
Laporan Kasus
An. K

5 tahun

Bayung lencir, Muba

Perempuan Keluhan Utama :


Sesak nafas yang memberat sejak ± 4
MR : 092763 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
1 minggu yll SMRS

4 hari yll
• Demam mendadak langsung Karena keluhan semakin
tinggi • Sesak semakin lama semakin
memberat memberat, orang tua anak
• Demam sepanjang hari
• Anak tidak dapat tidur membawa anak ke Rumah
• Diringankan dengan kompres
• Belum diberikan pengobatan • Sesak terus menerus Sakit untuk mendapatkan

• Batuk berdahak (+) • Tidak disertai suara mengi atau pertolongan.


mengorok
• Dahak terasa menyangkut di
tenggorokan • Nafas anak terengah engah

• Dahak warna putih tanpa ada • Demam (+)


darah • Batuk berdahak (+)
• Batuk terutama malam hari • Nafsu makan berkurang
• BAB dan BAK dbn
Riwayat Pasien
Riwayat Lainnya
RP • Riw asma (+)
• Riw. Batuk dan

D pilek (+)
• Riw. Alergi (+)
Riw. Pengobatan disangkal

Riw. Sosial ekonomi menengah

RP • Riw. Atopi (+)


• Riw. Asma (+) Riw. Imunisasi dasar PPI lengkap
K Riw. Nutrisi baik
Pemeriksaan Fisik
• KU : sakit sedang • Mata : Edema palpebra (-/-), conjungtiva
anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
• Kesadaran : CM bulat, isokor,  ± 3 mm/± 3 mm, refleks
cahaya (+/+), papil edema(-)
• Nadi : 148x/menit,
THT dbn, leher dbn,
• Temperatur : 38.9ºC
• Pernapasan : 30 x/menit,
regular Mulut :
• SpO2 : 94% Mukosa lidah dan
• BB : 13 kg mulut kering
• TB : 98 cm Sianosis perioral
(+)
• IMT : baik
Pemeriksaan Fisik Paru
Thorax Anterior
I : pergerakan dinding dada simetris, teratur, retraksi
(+) subcostal, intracostal dan supraclavicular

P : : Fremitus fokal simetris kiri dan kanan meningkat

P : Redup pada kedua lapangan paru

A SNV (+/+), rh (+/+) basah halus nyaring, wh (-/-)


Pemeriksaan Fisik
Jantung :
Abdomen : • Inspeksi : Ictus cordis tidak
• Inspeksi : Cembung. terlihat
• Palpasi : Ictus cordis teraba di
• Palpasi : Soepel, nyeri ICS V linea Mid clavicularis
tekan (-), hepar dan sinistra
lien tidak teraba • Perkusi : Dalam batas normal
• Auskultasi : BJ I dan BJ II
• Perkusi : Timpani (+) regular, gallop (-), murmur (-)
• Auskultasi : Bising
usus (+) dbn Ekstremitas
• Superior :Akral hangat,
edema (-)/(-), CRT < 2 dtk
• Inferior :Akral hangat,
edema (-)/(-), CRT < 2 dtk
Pemeriksaan Penunjang

Kesan :
• Leukositosis
dengan dominan
neutrophil (PMN)
Pemeriksaan Penunjang

Kesan :
Bronkopneumonia
(Infitrat dengan
peningkatan corakan
bronkovaskuler paru)
Daftar Masalah

Tidak
Sesak
Demam Batuk Nafsu
Nafas
Makan
Diagnosa

Dyspnea ec Bronkopneumonia

Riwayat Asma Bronkial


Tatalaksana
Farmakologi Non - Farmakologi

• O2 via Nasal kanul 2 lpm  Monitoring Keadaan umum,


 IVFD RL 13 gtt makro kesadaran, tanda-tanda vital
 Inj. Paracetamol 3 x 130 mg iv  Observasi keluhan pasien
 Inj. Ampicilin 3 x 650 mg iv  Menjelaskan orang tua mengenai
 Inj. Gentamicin 1 x 97,5 mg iv perjalanan penyakit dan efek samping
 Inj. Ranitidin 2 x 13 mg iv pengobatan pada pasien
 Nebulisasi NaCl 3% 3 ml / 8 jam  Menjelaskan orang tua tentang rencana
pemeriksaan lanjutan dan terapi
 PO. Ambroksol syrup 3 x 2,5 cc
 Memastikan orang tua untuk
memberikan diet nutrisi sesuai terapi
yang telah direncanakan
Prognosis
Quo ad vitam Quo ad Quo ad
fungsionam sanastionam
• Dubia ad • Dubia ad • Dubia ad
bonam bonam bonam
Follow Up KU dan Terapi Pasien
04-04-2023 06-04-2023

05-04-2023

Hari rawat ke 1 Hari rawat ke 2 Hari rawat ke 3

• S : anak masih demam, batuk • S : demam berkurang, batuk • S : demam (-), batuk (+), sesak
berdahak (+), sesak nafas (+), (+), sesak nafas (+) nafas (-)
nafsu makan turun • O : HR 134 xpm, RR 28 xpm • O : HR 120 xpm, RR 24 xpm,
• O : RR 25 xpm, • Pf paru : Whzing (+/+), rh (-/-) Spo2 98%
• Pf paru : Rh +/+ • A : Bronkopneumonia, Asma • Pf paru : rh (-), wh (-)
• A : Bronkopneumonia, riw. bronkial • A : Bronkopneumonia, asma
Asma bronkial • P : ditambah inj. Dexametasone bronkial
• P : terapi sda. dan nebulisasi ventolin • P : sama dengan sebelumnya,
(salbutamol), nebu NaCl 3% paracetamol infus di ganti
stop paracetamol sirup 3x120 mg
Tinjauan Pustaka
Pneumonia dan Bronkopneumonia
Pneumonia
• Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru
yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit).
bronkopneumonia
• Bronkopneumonia disebut juga “pneumonia lobularis” yaitu suatu
peradangan akut yang disebabkan oleh mikroorganisme pada
parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus
dan juga mengenai alveolus di sekitarnya

Pneumonia Komuniti, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) 2003, hal 3


Bronko-pneumonia Pada Anak
Etiologi Pneumonia menurut Umur

S. Pneumonia adl penyebab


tersering pada semua umur

Virus sering pada anak < 5


tahun

Mycoplasma dan Chlamydia


pneumonia sering pada anak
> 10 tahun
Patofisiologi Bronkopneumonia
Bagian paru yang
Mikroorganisme terkena mengalami
Terjadi edema akibat
penyebab terhisap ke konsolidasi di alveoli
reaksi jaringan
paru perifer (stadium hepatisasi
merah)

Deposisi fibrin makin Jumlah makrofag Infeksi Patogen tertentu menimbulkan gambaran
khas :
bertambah dan terdapat meningkat dan terjadi
• Strep. Pneumoniae : bronkopneumonia pada
leukosit PMN di degenerasi sel, kuman anak kecil dan pneumonia lobaris pada anak
alveoli (Stadium dan debris diserap besar/remaja
hepatisasi kelabu) (stadium resolusi) • Staph. Aureus : pneumatokel / abses-abses
kecil pada neonatus dan bayi kecil
Diagnosis
Prediktor paling kuat adanya pneumonia adalah demam, sianosis, dan lebih dari
satu gejala respiratori berikut: takipnea, batuk, nafas cuping hidung, retraksi,
ronki dan suara nafas melemah.
Anamnesis Pemeriksaan Fisis Pemeriksaan Penunjang

• Batuk, awalnya kering lalu • KU, RR, dan nadi • Radiologi : pemeriksaan foto
produktif • Gejala distress pernafasan : rontgen dada hanya untuk
• Sesak nafas takipnea, retraksi subkostal, pneumonia yang dirawat inap
• Demam batuk, krepitasi, penurunan atau klinis membingungkan
• Sulit makan/minum suara paru • Foto rontgen dada follow up
• Lemah • Demam dan sianotik hanya dengan indikasi
• Serangan pertama/berulang • Anak < 5 th mungkin tidak • Laboratorium : leukosit,
ada gejala klasik hitung jenis leukosit, kultur
dan pewarnaan gram sputum
• Pemeriksaan CRP dan LED
tidak direkomendasikan rutin
• Uji tuberkulin jika ada riw.
Kontak dengan TBC dewasa
Tanda Bahaya Anak dengan Pneumonia
Usia 2 • Tidak dapat minum, kejang,
bulan – 5 kesadaran menurun, stridor, dan
gizi buruk
tahun
• Malas minum, kejang, kesadaran
Usia < 2 menurun, stridor, mengi dan
bulan demam/badan terasa dingin
Klasifikasi Pneumonia Pada Anak
Berdasarkan WHO :

Anak 2 bulan – 5
Bayi < 2 bulan
tahun
Pneumonia berat: napas cepat atau Pneumonia ringan : napas cepat
retraksi yang berat

Pneumonia berat : retraksi


Pneumonia sangat berat: tidak
mau menetek/minum, kejang,
letargis, demam atau hipotermia, Pneumonia sangat berat: tidak
bradipnea atau pernapasan dapat minum/makan, kejang,
ireguler letargis, malnutrisi.
Tatalaksana Pneumonia

Pneumonia anak

Rawat Jalan Rawat inap

Kotrimoksazol (4
AB Amoksisilin Terapi alternatif :
mg/kgBB TMP
25 mg/kgBB PO makrolid Indikasi RI (+)
dan 20 mg/kg BB
ATAU (eritromisin)
SMX) PO
Tatalaksana Pneumonia Rawat Inap

Kriteria rawat inap : Tatalaksana


umum
Pemberian
antibiotik

Bayi : SpO2 ≤92%, sianosis, RR >60 xpm, distress


pernafasan, apnea intermitten atau grunting, Tidak mau
minum/menetek, Keluarga tidak bisa merawat di rumah Nutrisi

Anak : SpO2 <92%, RR > 50 xpm, disstress pernafasan,


grunting, ada tanda dehidrasi, keluarga tidak bisa
merawat dirumah

Tatalaksana Rawat Inap


Tatalaksana Umum Pneumonia Rawat Inap

Jika SpO2 ≤92% beri


terapi oksigen (NC, Cairan intravena dan Antipiretik dan
head box atau balans cairan ketat analgetik
sungkup)

Nebulisasi dengan β2
agonis dan/atau NaCl Pasien dengan terapi
(memperbaiki oksigen : observasi
mucociliary per 4 jam sekali
clearance)
Terapi Antibiotik untuk Pneumonia Rawat Inap
• Amoksilin adalah pilihan pertama AB oral untuk anak < 5 th
• Alternatifnya : co-amoxiclav, ceflacor, eritromisin, claritomisin dan azitromisin
• AB Golongan makrolid untuk anak ≥5 tahun (M. Pneumonia)
Antibiotik IV untuk community
acquired pneumonia (IDAI) : • AB intravena diberi jika tidak menerima obat oral atau pneumonia berat
• AB IV yang dianjurkan : ampisilin dan kloramfenikol, co-amoksiklav,
ceftriaxone, cefuroxime dan cefotaxim

Pilihan antibiotic intravena


Neonatus – 2 bulan : Ampisilin +
gentamisin

> 2 bulan : lini pertama


Ampisilin (dapat ditambah
kloramfenikol), lini kedua
seftriaxon
Panduan Terbaru WHO untuk Antibiotik
• Anak dengan pneumonia dan takipneu tanpa retraksi dada : amoksisilin oral
selama lima hari (di daerah prevalensi HIV rendah : selama tiga hari)
• Anak-anak berusia 2-59 bulan dengan pneumonia berat harus diobati dengan
ampisilin parenteral (atau penisilin) dan gentamisin sebagai pengobatan lini
pertama.
• Ceftriaxone harus digunakan sebagai pengobatan lini kedua pada anak dengan
pneumonia berat yang gagal pada pengobatan lini pertama.
• Untuk bayi yang terinfeksi HIV dan anak dibawah 5 tahun dengan pneumonia :
antibiotic terpilih adalah ampisilin ditambah gentamisin atau seftriakson
Kriteria Pulang

Keluarga Kondisi rumah


Pemberian
Gejala dan mengerti dan memungkinkan
antibiotik dapat
tanda Asupan per oral setuju untuk untuk
diteruskan di
pneumonia adekuat pemberian perawatan
rumah (per
membaik terapi dan lanjutan
oral)
rencana kontrol dirumah
Komplikasi dan Prognosis Pneumonia

Komplikasi Prognosis
Intrathorakal : empiema torasis, Umumnya sembuh sempurna,
perikarditis purulenta, namun dapat berlangsung lama >
pneumothorax 1 bulan atau berulang

Ekstrapulnoner : meningitis Kelainan radiologi dapat bertahan


purulenta selama 6-8 minggu
Analisis Kasus
Analisa Penegakan Diagnosis
Pasien An. N, Usia 5 tahun datang ke RSUD Bayung lincir dengan sesak nafas yang semakin memberat dan
didiagnosis dengan Bronkopneumonia berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yang telah dilakukan.

Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
Penunjang
• Demam 1 minggu • Tampak sakit sedang • DR : leukositosis
• Batuk berdahak 1 • Nadi takikardia dengan dominan
minggu • Nafas takipnea PMN
• Sesak nafas 4 hari • Suhu 38.9 C • Rontgen thorax :
SMRS • BB 13 kg Infiltrat sugestif
• Mengi (-), mengorok bronkopneumonia
• Status gizi baik
(-) • Bibir kering
• Nafsu makan • Sianosis perioral (+)
berkurang
• Ronki basah halus
• Riw. Sakit asma dan
nyaring (+)
atopi di keluarga
Teori Untuk Menegakkan Diagnosis :
KU : Sesak
• Keluhan sesak dapat dicurigai terdapat kelainan pada : paru-paru,
jantung, metabolik atau kelainan pada otak
Tidak ada keluhan
• Menyingkirkan kelainan metabolik
BAK

Tidak ada penurunan • Menyingkirkan kelainan di


kesadaran atau kejang sentral / Otak

PF jantung dalam • Menyingkirkan kelainan pada


batas normal kecuali
takikardia jantung

Sesak nafas disertai • Khas untuk bronkopneumonia =


batuk, demam dan
rhonki (+) kelainan pada paru-paru
Teori Untuk Menegakkan Diagnosis BP
Bronkopneumonia ditegakkan berdasarkan gejala klinik antara lain (tulisan dalam warna
ditemukan pada pasien) :

 Adanya retraksi epigastrik, interkostal, suprasternal

 Adanya pernapasan yang cepat dan pernapasan cuping hidung

 Biasanya didahului infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari

 Demam, dispneu, kadang disertai muntah dan diare

 Batuk biasanya tidak pada permulaan penyakit, mungkin terdapat batuk, beberapa hari
yang mula-mula kering kemudian menjadi produktif

 Pada auskultasi ditemukan ronkhi basah halus nyaring

 Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan adanya leukositosis dengan predominan PMN
Hubungan Faktor Risiko “Asma” dengan
Terjadinya “Bronkopneumonia”
Pasien ini diketahui memiliki Riwayat asma dan atopi di dalam keluarganya. Selain itu,
pasien juga mengalami episode asma di dalam perawatan yaitu pada hari ke dua perawatan
ditemukan mengi pada pemeriksaan fisik paru pasien.

Teori :
Anak dengan riw. Asma meningkatkan risiko terkena radang paru

Anak dengan riw. Mengi memiliki risiko sal. Nafas yang cacat, integritas lendir dan sel
bersilia yang terganggu dan penurunan imunitas selular local maupun sistemik

Penelitian oleh Sunyataningkamto (2004) : ada hubungan antara riw. Asma pada balita
dengan kejadian pneumonia (p value 0,01)
Teori Tatalaksana Farmakologi Suportive
• Pasien diberikan O2 2 l/menit
• Pasien diberikan antipiretik dan mukolitik

Ambroksol
(mukolitik) bekerja
untuk mengencerkan
Indikasi pemberian dahak/sekret pada
antipiretik saluran pernafasan
(paracetamol) pada dan dengan reflek
Oksigen diberikan pasien ini adalah
untuk mengatasi batuk, diharapkan
adanya peningkatan mukus/sekret dapat
hipoksemia, suhu mencapai 38 o
menurunkan usaha dikeluarkan
C serta untuk
untuk bernapas, dan menjaga
mengurangi kerja kenyamanan pasien.
miokardium
Pemberian Antibiotik
Ampisilin (gol. Betalaktam) untuk
• Pasien diberikan kombinasi mengatasi bakteri gram positif
ampisilin dan gentamisin
intravena
Dosis ampisilin : 50 mg/kgBB/8 jam

Gentamisin (gol. Aminoglikoside)


untuk mengatasi bakteri gram negative

Dosis gentamisin : 7,5 mg/kgBB/24 jam


Pemberian Nebulisasi
• Terapi nebulisasi menggunakan sabutamol
diberikan pada pasien ini dengan dosis 1 respul/8
jam
• Sudah sesuai dosis yang dianjurkan yaitu 0,5
mg/kgBB dengan Salbutamol (gol. SABA)
• Teori : Terapi nebulisasi bertujuan untuk
mengurangi sesak akibat penyempitan jalan nafas
atau bronkospasme akibat hipersekresi mukus.
Prognosis Pasien
• Pada pasien ini prognosis untuk penyakitnya adalah dubia ad bonam
• Teori :
Pada kasus ini prognosis dubia ad bonam dikarenakan
penanganan yang cepat setelah timbulnya keluhan
pada pasien, pasien segera mendapatkan terapi
antibiotik, dan pemberian nutrisi yang adekuat saat
sakit.
Kesimpulan
Penyakit bronkopneumonia memiliki bermacam-macam penyebab sehingga perlu
mencermati gejala, tanda, dan temuan laboratorium untuk mengetahui derajat
keparahan penyakit dan prognosis perjalanan penyakit.

Terapi utama untuk bronkopneumonia adalah terapi suportif.

Prognosis pada kasus ini adalah dubia ad bonam.


Daftar Pustaka
1. Samuel Andy. Bronkopeumonia on Pediatric Patient. J Agromed Unila. 2014;1(2):185-189

2. Pudjiadi AH,dkk. Ed. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jilid 1. Jakarta : Pengurus
Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010. h. 189-96

3. Rahajoe N, Supriyanto B, setyanto D. Respirologi anak. Edisi ke-1. Jakarta: IDAI; 2013

4. Price SA, Wilson LM. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 2: Penerbit
EGC. Jakarta.

5. Meadow R, Newell S. Lecture notes pediatrika. Edisi ke-7. Jakarta: Erlangga; 2005

6. WHO. Revised WHO Classification and Treatment of Childhood Pneumonia at Health Facilities. WHO. 2010

Anda mungkin juga menyukai