Anda di halaman 1dari 60

Clinical Report Session

EPILEPSI SIMPTOMATIK ec STROKE NON


HEMORAGIK
Alya Yomi Sari, S. Ked
Agenda Style
01 Pendahuluan

02 Laporan Kasus

03 Tinjauan Pustaka

04 Analisis Masalah

05 Kesimpulan
Pendahuluan
Epilepsi merupakan salah satu penyakit otak yang sering ditemukan dan merupakan salah satu
penyakit neurologi tertua.

Kelompok studi epilepsi (Pokdi Epilepsi PERDOSSI) mengadakan penelitian


Didapatan 2288 pasien terdiri atas 487 kasus baru dan 1801 kasus lama.

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung


dan kanker dan juga mengakibatkan disabilitas jangka panjang.

Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian


reaksi bio-kimia, dapat menimbulkan serangan kejang pada penderita stroke.
Laporan Kasus
IDENTIFIKASI PASIEN

Nama : Ny. L

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 54 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Kepala Sekolah

MRS : 27 Desember 2020


DAFTAR MASALAH
No Masalah Aktif Tanggal Masalah Pasif Tanggal
1 Kejang 26 Desember 2020
2 Hemiparase Dextra 26 Desember 2020
3 Afasia 27 Desember 2020
4 DM Tipe II Tidak 4 tahun yang lalu
Terkontrol
5 Hiperlipidemia 28 Desember 2020

Anamnesis
01 Keluhan Utama

Kejang berulang pada bagian tubuh sebelah kanan


sejak ± 1 hari SMRS
Anamnesis
LOKASI KUANTITAS
± 20 kali/hari , durasi 3-5
Bagian tubuh
menit, jarak antar kejang 10
sebelah kanan
menit

ONSET KUALITAS
Kejang berulang pada tubuh sisi kanan, mulai
± 1 hari SMRS terjadi secara dari wajah yang kejang di sebelah kanan, mata
mendadak saat mau istirahat berkedip-kedip, menggigit lidah sebelah kanan,
tanpa provokasi disertai seperti mengunyah sesuatu lalu diikuti
kejang kelonjotan pada tangan kanan
02 Riwayat Penyakit Sekarang (KRONOLOGIS)
Anamnesis
Kelemahan anggota gerak Keluhan tidak disertai dengan Tidak disertai gejala
kanan ± 2 bulan SMRS gejala otonom peningkatan TIK
• Awalnya terjadi mendadak • jantung berdebar-debar, • Tidak disertai dengan
• Tangan dan kaki kanannya sesak nafas, demam, dan
nyeri perut sesak nafas,
penurunan kesadaran
terasa lemah dan berat untuk
digerakkan demam, dan nyeri perut (-) • mual muntah, nyeri
• Terjadi saat pasien baru saja • Gangguan BAB dan BAK kepala, pandangan
selesai menjalankan sholat (-) kabur, dan kejang (-)
maghrib
• Rasa baal atau kesemutan
(+)
• Mulut mencong, bicara pelo
disangkal
Anamnesis

03 Riwayat Penyakit Dahulu 04 Riwayat Penyakit Keluarga


1. Riwayat Hipertiroid (+) 1. Riwayat keluhan berupa kejang (-)
2. Riwayat TBC Relaps (+) 2. Diabetes mellitus (+)
3. Riwayat keluhan (kejang) serupa tidak ada.
4. Riwayat hipertensi disangkal
5. Riwayat Penyakit Jantung disangkal
6. Riwayat asam urat disangkal 05 Riwayat Sosial Kelauarga

1. Pasien merupakan seorang kepala sekolah


2. Tinggal bersama anak dan menantunya
3. Diketahui suami pasien telah meninggal
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalisata

Kesadaran Vital Sign


Keadaan Umum
Compos Mentis TD: 120/80 mmHg
Tampak sakit sedang GCS : E4V4M6 (14) HR : 89x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 36,5°C
SpO2 : 99 %
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalisata

Kepala Mulut Leher


Dalam batas Normal
Bentuk Kepala : Bibir: kering (+), KGB : ada/tidak ada
Normocephaly terdapat Vulnus morsum pembesaran KGB leher,
Rambut : Hitam, tidak mudah di lidah uk ± 1 cm , pembesaran thyroid (+)
dicabut Bibir mencong kekanan,
Simetris Muka : Simetris sianosis (-),
CA (+/+), SI (-/-), pupil isokor Faring Tonsil T1/T1
INSPEKSI

THORAX: Cor
• Ictus cordis tidak terlihat di ICS V linea
midclavicularis sinsitra

PALPASI
• Ictus cordis teraba di ICS V linea
midclavicularis sinistra

PERKUSI
• Atas : ICS II linea parasternalis sinistra
• Kanan : ICS IV linea parasternalis
dextra
• Kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra

AUSKULTASI
• Bunyi jantung I-II regular, Murmur (-),
Gallop (-)
INSPEKSI THORAKS
• Bentuk dada normal, simetris kiri dan
kanan, tidak ada sikatrik dan tanda inflamasi (Anterior)
PALPASI
• Fremitus Kanan dan Kiri (Normal/-), nyeri
tekan (+/-), pengembangan dinding dada
(Normal/-)

PERKUSI
• Kiri dan kanan sonor

AUSKULTASI
• Suara napas (Wheezing/Rhonki/Vesikuler),
Suara tambahan (+/-)
THORAKS
INSPEKSI
•Simetris kiri dan kanan, tidak ada sikatrik dan
tanda inflamasi
(Posterior)
PALPASI
• Fremitus kanan dan kiri normal

PERKUSI
• Kiri dan kanan sonor

AUSKULTASI
• Suara napas, Suara tambahan.
INSPEKSI
Distensi abdomen (-), sikatrik (-)
ABDOMEN
PALPASI
• Soepel, nyeri tekan 4 kuadran (-), hepar dan lien tidak
teraba

PERKUSI
• Timpani

AUSKULTASI
• Suara bising usus normal
Superior
• Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-), deformitas (-),
sianosis (-)
Ekstremitas

Inferior
• Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-), deformitas (-),
sianosis (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Status Psikitus

Cara berpikir: Disorientasi

Perasaan hati : Labil

Tingkah laku : Tampak bingung & gelisah

Ingatan : Terganggu

Kecerdasan : Terganggu
PEMERIKSAAN FISIK
Status Neuorologi

Tanda Rangsang meningeal


a.Kaku kuduk : -
b.Brudzinsky 1 : -
c.Brudzinsky 2 : -
d.Brudzinsky 3 : -|-
e.Brudzinsky 4 : -|-

Tanda Rangsang Radikuler :


a.Laseque : >700/>700
b.Kontra laseque : -/-
c.Pattrick : -/-
d.Kontra Patrick : -/-
e.Kernig : >1350/>1350
Pemeriksaan Nervus Cranialis
Nervus Kranialis Kanan Kiri N V (Trigeminus)
N I (Olfaktorius) Motorik
Subjektif + + Otot Masseter Normal Normal
Objektif (dengan Otot Temporal Normal Normal
+ +
bahan) Otot Pterygoideus Normal Normal
N II (Optikus)
Sensorik
Tajam penglihatan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Oftalmikus Normal Normal
Lapangan pandang normal normal
Maksila Normal Normal
Melihat warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Mandibula Normal Normal
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N VI (Abdusen)
N III (Okulomotorius)
Pergerakan bola mata Normal Normal
Ptosis Tidak ada Tidak ada
(lateral)
Pergerakan bola mata Normal Normal
Diplopia - -
Nistagmus Tidak ada Tidak ada
N VII (Fasialis)
Ekso/endotalmus Tidak ada Tidak ada
Mengerutkan dahi Simetris Simetris
Pupil :
Menutup mata Normal Normal
Bentuk Bulat, isokor, 3 mm Bulat, isokor, 3 mm
Memperlihatkan gigi Normal Normal
reflex cahaya + +
Senyum Normal Normal
langsung dan tidak + +
langsung) Sensasi lidah 2/3 Normal Normal

reflex konvergensi + + depan

Melihat kembar - - Sudut


N VIII (Vestibularis) Mulut terdorong ke arah kiri
N IV (Trochlearis) Suara berbisik Normal Normal
Pergerakan bola mata Normal Normal Detik arloji Normal Normal
ke bawah-dalam Rinne test Positif Positif
Diplopia - - Weber test Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi
N V (Trigeminus) Swabach test Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
Motorik Nistagmus Tidak ada Tidak ada
Otot Masseter Normal Normal N IX (Glossofaringeus)
Otot Temporal Normal Normal Sensasi lidah 1/3 blkg Normal Normal
Otot Pterygoideus Normal Normal Refleks muntah Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sensorik
Oftalmikus Normal Normal
N X (Vagus)
Status Neurologi
Badan dan Anggota Gerak
Nervus Cranialis Badan Kanan Kiri
N IX (Glossofaringeus) Motorik
Sensasi lidah 1/3 blkg Normal Normal Respirasi Simetris Simetris
Refleks muntah Tidak dilakukan Tidak dilakukan
 Normal  Normal
Duduk
N X (Vagus)
Arkus faring Simetris  Normal  Normal
Berbicara Terganggu
Bentuk kolumna vertebralis
Menelan Baik
Pergerakan kolumna
Refleks muntah Tidak dilakukan  Tidak dilakukan  Tidak dilakukan
Nadi Normal vertebralis
N XI (Assesorius) Sensibilitas
Menoleh ke kanan + + Taktil Normal Normal
Menoleh ke kiri + +
Mengangkat bahu + +
Nyeri Normal Normal
N XII (Hipoglosus) Thermi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Kedudukan lidah - Reflek
dijulurkan Deviasi ke arah kiri Reflek kulit perut atas Normal Normal
Atropi papil -
Disartria -
Reflek kulit perut tengah Normal Normal
Tremor - +
Reflek kulit perut bawah Normal Normal
Status Neurologis Anggota Gerak Bawah
Motorik Kanan Kiri
Anggota Gerak Atas Pergerakan Terbatas Baik
Motorik Kanan Kiri Kekuatan 4 5
Pergerakan Terbatas Baik Tonus Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi
Kekuatan 4 5
Sensibilitas
Tonus Normal Normal
Taktil Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi Nyeri Normal Normal
Sensibilitas Thermi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Taktil Normal Normal
Reflek Fisiologis
Nyeri Normal Normal
Patella + ++
Thermi Tidak Tidak dilakukan Achilles + ++
dilakukan Reflek Patologis
Reflek Fisiologis Babinsky - -
Biseps + ++ Chaddock - -
Rossolimo - -
Triseps + ++
Mendel-Bechterew - -
Radius + ++ Schaefer - -
Ulna + ++ Oppenheim - -
Reflek Patologis Klonus Paha - -
Hoffman-Tromner - - Klonus Kaki - -
Tes Laseque - -
Tes Kernig - -
Status Neurologis

E. Koordinasi, Gait dan Keseimbangan G. Alat Vegetatif


Koordinasi, Gait dan Alat Vegetatif Hasil Pemeriksaan
Keseimbangan Hasil Pemeriksaan
Miksi Normal
Cara berjalan Tidak dilakukan
Defekasi Normal
Test Romberg Tidak dilakukan
Disdiadokinesis Tidak dilakukan
H. Test Tambahan
Ataksia Tidak dilakukan
Hasil Pemeriksaan
Rebound Phomenon Tidak dilakukan
Test Nafziger -
Dismetria Tidak dilakukan
Test Valsava -
F. Gerakan-gerakan Abnormal
Gerakan-gerakan Abnormal Hasil Pemeriksaan
Tremor -
Athetosis -
Miokloni -
Khorea -
Pemeriksaan Penunjang

Jenis Hasil Normal


a. Laboratorium Pemeriksaan

Na 139 (135-148 mmol/L)


Nilai normal Hasil
K 3,85 (3,5-5,3 mmol/L)
WBC 4-10 x 109/L 10.3
Cl 100.2 (98-110mmol/L)
RBC 3.5-5.5 1012/L 5.5 GDS <200
395
HGB 11-16 g/dL 14.6 Ureum 28 (15-39)
Kreatinin 0,46 (0,9-1,3)
HCT 35-50% 44.0

PLT 100-300 x 109/L 353


Nilai normal Hasil
Kolestrol <200 238
Trigliserida <150 120
HDL >34 83
LDL <120 159
Hasil EEG
Tanggal : 28 Desember 2020
History : kejang
Aktivitas Frekuensi Voltage (V) Distribusi Keterangan Khusus (Jumlah ,
(Hz) Reaktivasi, Durasi, dll)

Bangun (100%) Latang Belakang 9-10 M Regio Oksipital Kontinyu, ritmis,waxing,dan


Simetris waning, berkurang saat buka
mata

Kontinyu, waxing dan waning


Beta Sharp 14-15 L Frontosentral ,ritmis
Simetris

Wave 1 H Temporal kanan

Tidur Perlambatan POSTs - - -

Vertex Transient - - -

Sleep - - -

Spindles - - -

Hyperventilasi Not done - - -


(3menit)
Stimulasi Fotik Not driving - - -
Hasil EEG

Interpretasi
-Perekaman otak dilakukan saat bangun, didapatkan gelombang dengan irama dasar alpha,
frekuensi 9-10 Hz/dtk, voltase sedang, waxing dan waning, berkurang saat buka mata
-Didapatkannya gelombang abnormal epileptiform dalam bentuk sharp, frekuensi 1-2 Hz/detik,
voltase tinggi, terutama di daerah temporal kanan
-Pada stimulasi photic tidak didapatkan adanya photic driving
-Pada stimulasi hyperventilasi tidak didapatkannya perlambatan irama dasar
-Pada perekaman didaptkan adanya EKG dengan irama sinus

Classification :
EEG Abnormal III
- Sharp Wave Temporal Kanan

Impression :
EEG saat perekaman ini abnormal mengindikasikan adanya potensial epileptogenicity di regio
temporal kanan.
Hasil Pemeriksaaan CT Scan non kontras & kontras
Tanggal : 28 & 31 Desember 2020

Kesan :
Tampak lesi hipodens
pada Lobus Temporal
dextra et occipital dextra
et sinistra. Tampak lesi
hipodens di kapsula
interna dextra et sinistra.

non kontras
kontras
Diagnosis
Kejang Parsial Kontinu +
Hemiparesis dextra et Diagnosis
parese CN VII, XII dextra Klinis
tipe central + Afasia
- Diabetes Melitus Tipe II
Sensorik Diagnosis Tidak Terkontrol
Sekunder - Hiperlipidemia
-Lobus Temporal Diagnosis
Dextra Topis
-Lobus Occipitalis
Dextra et Sinistra

- Sinkop
- Stroke Non Hemoragik Diagnosis Diagnosis - Status epileptikus
- Epilepsi Simptomatik Etiologi Banding - Bangkitan non epileptik
psikogenik
- Gangguan metabolik
- Todd Paralisis
- TIA
Tatalaksana
Farmakologi : Non-Farmakologi

- IVFD NaCl 0,9% 20 tpm Pemantauan jalan nafas


selama kejang

- Inj. Phenitoin 3 x 100 cc Pemantuan tanda vital dan gejala


- Inj. Ranitidin 2 x 1 amp ( 25 mg ) defisit neurologis

Pemasangan kateter
- Inj. Citikolin 2 x 500 mg Memantau dan mencatat durasi kejang
- P.O Aspilet 1x 80 mg
Menghindari aktivitas sendiri tanpa
- P.O Metformin 3 x 500 mg pantauan keluaga
- P.O Glimepirid 1x 2 mg

-P.O Simvastatin 1 x 10 mg Latihan menggerakkan anggota gerak


-P.O Siprofloxacin 3 x 500 mg
-P.O As Mefenamat 3 x 500 mg
Prognosis
Quo ad Vitam

Dubia ad
Bonam

Quo ad Quo ad
Functionam Sanationam
Dubia ad Bonam Dubia ad
Bonam
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
28 Desember  Kejang berulang  KU : Tampak Epilepsi ● IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
2020 pada bagian tubuh
sebelah kanan
sakit sed ang
 Kesadaran
Simptomatik
: + Hemiparase
● Inj. Phenitoin 900 mg + 29 Desember Kejang berulang  KU : Tampak Epilepsi  IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
sebanyak 16x GCS 14 Dextra ec Nacl 0,9% 50 ml 2020 pada tubuh sisi sakit sedang Simptomatik
durasi kejang 3-4
menit, jarak antar
(E4V4M6)
 TD : 130/90
Stroke Non
Hemoragik
● Inj. Ranitidin 2 x 1 amp kanan sebanyak  Kesadaran : + Hemiparase  Inj. Phenitoin 2 x 100 cc
kejang 10 menit mmHg ( 25 mg ) 12x dengan durasi GCS 14 Dextra ec  Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
saat kejang pasien  T : 36,7ºC
tidak sadar, setelah  RR : 24x/i
● Inj. Citikolin 2 x 500 mg
3-4 menit (E4V4M6) Stroke Non
kejang pasien ● P.O Aspilet 1x 80 mg
Kelemahan Hemoragik ( 25 mg )
sadar, selama
 N : 88 x/i
 SpO2 : 99%
 TD : 120/80
● P.O Glimepirid 1x 2 mg
kejang otot wajah  GDS : 395 angggota gerak mmHg  Inj. Citikolin 2 x 500 mg
kanan nya kejang, ● P.O Metformin 3 x 500 mg
mulutnya seperti sebelah kanan  T : 36,5 ºC
mengunyah, dan
● P.O Simvastatin 1 x 10 mg
Bicara pelo  P.O Aspilet 1x 80 mg
matanya berkedip   RR : 22x/i
kedip lalu diikuti
kejang pada tangan
Nyeri kepala  N : 90 x/i  P.O Glimepirid 1x 2 mg
kannnya (-),Mual muntah(-),  SpO2 : 99%
 Kelemahan demam(-),  P.O Metformin 3 x 500 mg
angggota gerak  GDS : 345
kanan setelah Penurunan  P.O Simvastatin 1 x 10 mg
kejang
 Bicara pelo
kesadaran(-)
 Nyeri kepala 30 Desember Kejang berulang  KU : Tampak Epilepsi  IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
(-),Mual muntah(-),
demam(-), 2020 pada tubuh sisi sakit sedang Simptomatik
Penurunan
kesad aran(-)
kanan sebanyak 7x  Kesadaran : + Hemiparase  Inj. Phenitoin 2 x 100 cc
29 Desember  Kejang berulang  KU : Tampak Epilepsi  IVFD NaCl 0,9% 20 tpm dengan durasi 3-4 GCS 14 Dectra ec  Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
2020 Simptomatik
pada tubuh sisi
kanan sebanyak
sakit sed ang
 Kesadaran : + Hemiparase
 Inj. Phenitoin 2 x 100 cc menit (E4V4M6) Stroke Non
Hemoragik ( 25 mg )
12x dengan durasi GCS 14 Dextra ec
Stroke Non
 Inj. Ranitidin 2 x 1 amp Kelemahan  TD : 120/80
3-4 menit (E4V4M6)
 Kelemahan  TD : 120/80 Hemoragik ( 25 mg ) angggota gerak mmHg  Inj. Citikolin 2 x 500 mg
angggota gerak mmHg  Inj. Citikolin 2 x 500 mg sebelah kanan  T : 36,6 ºC
sebelah kanan  T : 36,5 ºC
 P.O Aspilet 1x 80 mg Bicara pelo  P.O Aspilet 1x 80 mg
 Bicara pelo  RR : 22x/i  RR : 23 x/i
 Nyeri kepala  N : 90 x/i  P.O Glimepirid 1x 2 mg
(-),Mual muntah(-),  SpO2 : 99%
Nyeri kepala  N : 87 x/I  P.O Glimepirid 1x 2 mg
 P.O Metformin 3 x 500 mg
demam(-),  GDS : 345 (-),Mual muntah(-),  SpO2 : 99%
Penurunan  P.O Simvastatin 1 x 10 mg
demam(-),  P.O Metformin 3 x 500 mg
kesad aran(-)  GDS : 286
30
2020
Desember  Kejang berulang  KU : Tampak Epilepsi
Simptomatik
 IVFD NaCl 0,9% 20 tpm Penurunan  P.O Simvastatin 1 x 10 mg
pada tubuh sisi sakit sed ang
kanan sebanyak 7x  Kesadaran : + Hemiparase
 Inj. Phenitoin 2 x 100 cc kesadaran(-)
FOLLOW UP
31 Desember  Kejang berulang (-)  KU : Tampak Epilepsi  IVFD NaCl 0,9% 20 tpm 2 Januari 2020  Kejang berulang (-)  KU : Tampak Epilepsi  IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
2020  Kelemahan sakit sedang Simptomatik  Kelemahan sakit sedang Simptomatik
 Inj. Phenitoin 2 x 100 cc  Inj. Phenitoin 2 x 100 cc
angggota gerak  Kesadaran : + Hemiparase angggota gerak  Kesadaran : + Stroke Non
sebelah kanan GCS 14 Dectra ec  Inj. Ranitidin 2 x 1 amp sebelah kanan (-) GCS 15 Hemoragik +  Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
 Bicara pelo (E4V4M6) Stroke Non  Bicara pelo (E4V5M6) Vulnus
( 25 mg ) Morsum ( 25 mg )
 Nyeri lidah karena  TD : 110/70 Hemoragik +  Nyeri lidah karena  TD : 120/70
ada luka bekas mmHg Vulnus  Inj. Citikolin 2 x 500 mg ada luka bekas mmHg  Inj. Citikolin 2 x 500 mg
gigitan  T : 36,6 ºC Morsum gigitan  T : 36,8 ºC
 P.O Aspilet 1x 80 mg  P.O Aspilet 1x 80 mg
 Nyeri kepala  RR : 22 x/i  Nyeri kepala (-),  RR : 24 x/i
(-),Mual muntah(-),  N : 85 x/i  P.O Glimepirid 1x 2 mg Mual muntah(-),  N : 90 x/i  P.O Glimepirid 1x 2 mg
demam(-),  SpO2 : 99% demam(-),  SpO2 : 97%
 P.O Metformin 3 x 500 mg Penurunan  P.O Metformin 3 x 500 mg
Penurunan
kesadaran(-)  P.O Simvastatin 1 x 10 mg kesadaran(-)  P.O Simvastatin 1 x 10 mg
 P.O Siprofloxacin 3 x 500  P.O Siprofloxacin 3 x 500
mg mg
 P.O As Mefenamat 3 x 500  P.O As Mefenamat 3 x
mg 500 mg
1 Januari 2020  Kejang berulang (-)  KU : Tampak Epilepsi  IVFD NaCl 0,9% 20 tpm 3 Januari 2020  Kejang berulang (-)  KU : Tampak Epilepsi  IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
 Kelemahan sakit sedang Simptomatik  Kelemahan sakit sedang Simptomatik
 Inj. Phenitoin 2 x 100 cc + Stroke  Inj. Phenitoin 2 x 100 cc
angggota gerak  Kesadaran : + Hemiparase angggota gerak  Kesadaran :
sebelah kanan (+) GCS 14 Dectra ec  Inj. Ranitidin 2 x 1 amp sebelah kanan (-) GCS 15 Non  Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
 Bicara pelo (E4V4M6) Stroke Non  Bicara pelo (E4V5M6) Hemoragik +
( 25 mg ) Vulnus ( 25 mg )
 Nyeri lidah karena  TD : 110/70 Hemoragik +  Nyeri lidah karena  TD : 120/80
ada luka bekas mmHg Vulnus  Inj. Citikolin 2 x 500 mg ada luka bekas mmHg Morsum  Inj. Citikolin 2 x 500 mg
gigitan  T : 36,5ºC Morsum gigitan  T : 36,7ºC
 P.O Aspilet 1x 80 mg  P.O Aspilet 1x 80 mg
 Nyeri kepala (-),  RR : 24 x/i  Nyeri kepala  RR : 20 x/i
Mual muntah(-),  N : 90 x/i  P.O Glimepirid 1x 2 mg (-),Mual muntah(-),  N : 88 x/i  P.O Glimepirid 1x 2 mg
demam(-),  SpO2 : 99% demam(-),  SpO2 : 96%
 P.O Metformin 3 x 500 mg Penurunan  P.O Metformin 3 x 500 mg
Penurunan
kesadaran(-)  P.O Simvastatin 1 x 10 mg kesadaran(-)  P.O Simvastatin 1 x 10 mg
 P.O Siprofloxacin 3 x 500  P.O Siprofloxacin 3 x 500
mg mg
 P.O As Mefenamat 3 x 500  P.O As Mefenamat 3 x
mg 500 mg
FOLLOW UP
4 Januari 2020  Kejang berulang (-)  KU : Tampak Epilepsi  IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
 Kelemahan sakit sedang Simptomatik
 Inj. Phenitoin 2 x 100 cc
angggota gerak  Kesadaran : + Stroke
sebelah kanan (-) GCS 15 Non  Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
 Bicara pelo (E4V5M6) Hemoragik +
Vulnus ( 25 mg )
 Nyeri lidah karena  TD : 120/80
ada luka bekas mmHg Morsum  Inj. Citikolin 2 x 500 mg
gigitan  T : 36,8 ºC
 P.O Aspilet 1x 80 mg
 Nyeri kepala (-),  RR : 24 x/i
Mual muntah(-),  N : 94x/i  P.O Glimepirid 1x 2 mg
demam(-),  SpO2 : 99%
Penurunan  P.O Metformin 3 x 500 mg
kesadaran(-)  P.O Simvastatin 1 x 10 mg
 P.O Siprofloxacin 3 x 500
mg
 P.O As Mefenamat 3 x
500 mg
5 Januari 2020  Kejang berulang (-)  KU : Tampak Epilepsi  IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
 Kelemahan sakit sedang Simptomatik
 Inj. Phenitoin 2 x 100 cc
angggota gerak  Kesadaran : + Stroke
sebelah kanan (-) GCS 15 Non  Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
 Bicara pelo (E4V5M6) Hemoragik +
Vulnus ( 25 mg )
 Nyeri lidah karena  TD : 110/70
ada luka bekas mmHg Morsum  Inj. Citikolin 2 x 500 mg
gigitan  T : 36,5ºC
 P.O Aspilet 1x 80 mg
 Nyeri kepala (-),  RR : 24 x/i
Mual muntah(-),  N : 90 x/i  P.O Glimepirid 1x 2 mg
demam(-),  SpO2 : 99%
Penurunan  P.O Metformin 3 x 500 mg
kesadaran(-)  P.O Simvastatin 1 x 10 mg
 P.O Siprofloxacin 3 x 500
mg
 P.O As Mefenamat 3 x
500 mg
Tinjauan Pustaka
Epilepsi
Definisi operasional/definisi praktis :

1. Min terdapat 2 bangkitan tanpa provokasi atau 2 bangkitan


DEFINISI
refleks dengan jarak waktu antar bangkitan pertama dan kedua
>24 jam.
KONSEPTUAL
2. Satu bangkitan tanpa provokasi atau 1 bangkitan refleks kelainan otak yang ditandai dengan
dengan kemungkinan terjadinya bangkitan berulang dalam 10 kecendrungan untuk menimbulkan
tahun kedepan sama dengan (min 60%) bila terdapat 2 bangkitan epileptic yang terus menerus,
bangkitan tanpa profokasi/ bangkitan refleks (misalkan dengan konsekuensi neurobiologis, kognitif,
bangkitan pertama yang terjadi 1 bulan setelah kejadian stroke, psikologis, dan sosial
bangkitan pertama pada anak yang disertai lesi structural dan
epileptiform dischargers)

3. Sudah ditegakkan diagnosis sindrom epilepsi.


Etiologi
1. Idiopatik: tidak terdapat lesI struktural di otak
atau defisit neurologis.
2. Kriptogenik: dianggap simtomatis tetapi
penyebabnya belum diketahui.
3. Simtomatis: bangkitan epilepsi disebabkan oleh
kelainan/lesi structural pada otak, misalnya;
cedera kepala, infeksi SSP, kelainan congenital,
lesi desak ruang, gangguan peredaran darah otak
KLASIFIKASI
Diagnosis
1. Anamnesis : auto dan allo-anamnesis dari orang tua atau saksi mata mengenai hal-hal terkait dibawah ini
:
• Pasca bangkitan/ post- iktal:
a. Gejala dan tanda sebelum, saat, dan pasca bangkitan:  Bingung, langsung sadar, nyeri kepala, tidur,
• Sebelum bangkitan/ gajala prodomal : kondisi fisik gaduh gelisah, Todd’s paresis.
dan psikis b. Faktor pencetus: kelelahan, kurang tidur, hormonal,
• Selama bangkitan/ iktal: stress psikologis, alkohol.
 Apakah terdapat aura, gejala yang dirasakan c. Usia awitan, durasi bangkitan, frekuensi bangkitan,
pada awal bangkitan Bagaimana pola/ bentuk interval terpanjang antara bangkitan, kesadaran
bangkitan, mulai dari deviasi mata, gerakan antara bangkitan.
kepal d. Terapi epilepsi sebelumnya dan respon terhadap OAE
 Apakah terdapat lebih dari satu pola bangkitan? sebelumnya
 Apakah terdapat perubahan pola dari bangkitan e. Riwayat penyakit neurologis psikiatrik maupun
sebelumnya sistemik
 Aktivitas penyandang saat terjadi bangkitan, f. Riwayat epilepsi dan penyakit lain dalam keluarga
misalnya saat tidur, saat terjaga, h. Riwayat bangkitan neonatal/ kejang demam
i. Riwayat trauma kepala, stroke, infeksi susunan saraf
pusat (SSP), dll.
Diagnosis
2. Pemeriksaan fisik umum dan neurologis

Pemeriksaan fisik umum


-Trauma kepala
01

-Tanda-tanda infeksi
-Kelainan congenital
-Kecanduan alcohol atau napza
-Kelainan pada kulit (neurofakomatosis)
-Tanda-tanda keganasan.

Pemeriksaan neurologis
Untuk mencari tanda-tanda defisit neurologis fokal atau difus yang dapat
berhubungan dengan epilepsi
Diagnosis
3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan elektro-ensefalografi (EEG)


o Membantu menunjang diagnosis
01

o Membantu penentuan jenis bangkitan maupun sintrom epilepsi.


o Membatu menentukan prognosis
o Membantu penentuan perlu/ tidaknya pemberian OAE.

Pemeriksaan pencitraan otak


Berguna untuk mendeteksi lesi epileptogenik diotak. Indikasi pemeriksaan neuroimaging ( CT
scan kepala atau MRI kepala) pada kasus kejang adalah bila muncul kejang unprovoked
pertama kali pada usia dewasa. untuk mencari adanya lesi structural penyebab kejang

Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan hematologi
Pemeriksaan kadar OAE
Diagnosis Banding
Tatalaksana
Prinsip terapi dimulai dengan monoterapi, dosis rendah dnaikkan bertahap sampai dosis efektif
DEFINISI

Stroke non hemoragik merupakan stroke yang diawali


oleh adanya sumbatan pembuluh darah oleh trombus
atau emboli yang mengakibatkan sel otak mengalami Stroke Non
gangguan metabolisme karena tidak mendapatkan suplai Hemoragik
darah, oksigen dan energi yang cukup
Etiologi
Pembuluh
kecil
Trombus
Pembuluh
besar
Emboli
SNH
jantung
Ateroma
arteri leher
Emboli
Emboli
lemak
Emboli
udara
Faktor resiko
Dapat Dimodifikasi Tidak dapat dimodifikasi
• Hipertensi • Usia : risiko stroke meningkat
• Diabetes melitus dengan bertambahnya usia
• Merokok • Jenis kelamin laki-laki
• Asam urat berisiko stroke 1,25-2,5%
• Dislipidemia lebih tinggi
• Suku kulit hitam memiliki
• Penyakit jantung
risiko stroke lebih tinggi
• Riwayat keluarga dengan
stroke
Patofisiologi dan Patogenesis SNH
Sekitar 80% sampai 85% stroke adalah stroke non hemoragik, yang terjadi akibat obstruksi atau
bekuan disatu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum.

Deendotelisasi Trombus di
Disfungsi endotel Terbentuk
dengan adhesi pembuluh darah
pembuluh darah Aterosklerosis
trombosit otak membesar

Penyumbatan Trombus dari Jika menyumbat


Iskemia otak dan
lumen pembuluh tempat lain dapat pemb. Darah otak
infark jaringan
darah otak (stroke terlepas dan terjadi stroke
otak
trombotik) menjadi emboli emboli
Penegakan Diagnosa
Kriteria penegakkan stroke iskemik adalah terdapat gejala defisit neurologis fokal/global yang terjadi
secara mendadak dengan bukti gambaran pencitraan otak

PEMERIKSAAN
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK
PENUNJANG
• Keluhan/gejala defisit • Penurunan kesadaran • EKG
neurologis yang mendadak. • Gangguan vital sign • Pencitraan otak : CT Scan
• Tanpa truma kepala • Kelumpuhan satu sisi atau non kontras, CT angiografi
• Ada faktor risiko stroke kedua sisi atau MRI atau MRA
• Gangguan fungsi • Doppler carotis dan
keseimbangan, penghidu, vertebralis.
penglihatan, pendegaran, • Doppler trankranial
somatis sensoris, kognitif • Foto thoraks untuk kelainan
jantung
• Laboratorium : DR, GDS,
fungsi ginjal, elektrolit
Perbedaan Stroke Hemoragik
dan Non-Hemoragik
Membedakan SNH dan SH berdasarkan Algoritme

Algoritma gajah mada Siriraj Stroke Score

Catatan :
• SSS > 1 = Stroke hemoragik
• SSS < -1 = Stroke non hemoragik
Tatalaksana

Trombolisis Antikoagulan Neuroprotektor Terapi Endovaskular


• Menggunakan r-TPA • Dengan heparin atau • Berperan dalam • Melisiskan trombus
(Recombinant - heparinoid menginhibisi dan langsung dan
Tissue Plasminogen (fraxiparine). mengubah menarik trombus
Activator) • Fungsi : mencegah reversibilitas yang menyumbat
• Diberikan kurang terjadinya gumpalan neuronal yang
dari 4,5 jam onset darah dan embolisasi terganggu akibat
stroke trombus ischemic cascade
• Dosis 0.6-0.9 • Warfarin : mulai 2 • Contoh : piracetam,
mg/kgBB (max 90 mg per hari, target citikolin, nimodipin,
mg) INR 2.0-3.0 pentoksifilin
• 10% bolus IV,
sisanya dalam 1 jam

Catatan : Untuk daerah yang mengalami infark, kita tidak bisa berbuat banyak. Yang
penting adalah menyelamatkan daerah di sekitar infark yang disebut daerah penumbra.
Komplikasi Stroke

Tromboemboli Komplikasi
Infeksi vena (DVT dan jantung : aritmia, Risiko jatuh
PE) IHD dan CHF

Edema cerebri
dan peningkatan Gangguan daily
Depresi Kejang
TIK life activity
kasus teori

• Kriteria diagnosis Epilepsi, yaitu :


Analisis Kejang pada sebagian tubuh sebelah kanan
saat hendak istirahat sejak 1 hari yang
setidaknya minimal terdapat 2
bangkitan tanpa provokasi jarak
Masalah lalu.
Kejang sebanyak 20 kali, durasi kejang 3-5
waktu antar bangkitan >24 jam. 1
bangkitan tanpa provokasi atau 1
menit. Tidak ada penurunan kesadaran bangkitan refleks berulang dalam 10
diantara kejang. Durasi diantara kejang tahun.
selama 10 menit. Saat kejang sebagian
Anamnesis dan tubuh pasien kelonjotan, mulai dari • Kejang fokal dimulai dari cetusan
kejang pada otot wajah sebelah kanan epileptik di suatu area fokal di
Pemeriksaan Fisik: disertai dengan gerakan mata berkedip korteks
kedip dan pasien menggigit lidahnya
seperti gerakan mengunyah, lalu diikuti • Kejang fokal kompleks : kesadaran
oleh kejang kelonjotan pada tangan terganggu sehingga pasien tidak ingat
kanan. akan kejang. Biasanya disertai
dengan gerakan automatisem
(mengunyah, meracau, dll)
kasus teori

Analisis Masalah
Kelemahan angota gerak “MENDADAK” berasal dari dua
Anamnesis dan sebelah kanan mendadak etiologi yaitu trauma atau vaskuler.
Pemeriksaan Fisik: setelah kejang
Pasien ini tidak ada riwayat trauma
sehingga diagnosis banding teratas
adalah gangguan vaskular (stroke)
kasus teori

• Tidak adanya penurunan


Analisis Masalah kesadaran menandakan tidak
adanya terjadi defisit
Pasien masih dalam neurologis global.
Anamnesis dan keadaan sadar pada saat
Pemeriksaan Fisik: terjadinya kejadian. • Kesadaran menjadi salah satu
factor penting dalam
membedakan pasien stroke
non hemoragik atau stroke
hemoragik.
• SH disertai penurunan
kesadaran
• SNH tidak disertai
penurunan kesadaran
kasus teori

1. Jantung berdebar-
Analisis Masalah debar, sesak nafas,
demam, dan nyeri perut
disangkal, mual muntah, 1. Tidak adanya gangguan
Anamnesis dan sesak nafas, demam, dan fungsi otonom pada pasien
Pemeriksaan Fisik: nyeri perut disangkal. ini
Tidak ada gangguan
pada BAK, sulit BAB 2. Tidak terjadinya peningkatan
tidak ada. TIK secara klinis oleh pasien
ini.
2. Keluhan mual
muntah, nyeri kepala,
pandangan kabur, dan
kejang juga disangkal
kasus teori

Analisis 1. Riwayat penyakit dahulu:


diabetes melitus sejak ±4 tahun
Masalah yang lalu, serta hiperlipidemia
1. Diabetes melitus  faktor
modified dari penyebab
hingga sekarang
stroke
2. Trauma psikologis 
2. Riwayat trauma psikologis
Anamnesis dan stressor hormon kortisol
(kehilangan suami) sejak 4
Pemeriksaan Fisik: meningkat berpengaruh
tahun lalu, sebelum timbulnya
pd vaskular
keluhan pasien.
3. Genetik faktor resiko
unmodified
3. Riwayat penyakit keluarga:
Ibu pasien juga mengalami
diabetes melitus
kasus teori

Analisis  Pem. Neurologis: pemeriksaan • Kelemahan anggota gerak


nervus cranialis didapatkan sesisi tubuh (hemiparese)
Masalah sudut mulut terdorong kearah dibuktikan dengan kekuatan
kiri, dan lidah sulit dijulurkan motorik dibawah normal <5,
keluar disertai disartria dimana kelemahan ini
 Kekuatan ekstremitas superior menunjukkan adanya lesi
Anamnesis dan
et inferior: UMN seperti stroke pada
Pemeriksaan Fisik: tangan ka/ki 4/5 pasien ini.
kaki ka/ki  4/5
• Adanya parese CN VII & XII
tipe central
kasus teori

• Kerusakan neuron-neuron di korteks motorik


Analisis dan kapsula interna. Kerusakan tersebut
menyebabkan ketidakseimbangan antara
Masalah neuron eksitatori (glutamatergic) dan neuron
inhibisi (GABAergic) yang merupakan dasar
 Diagnosa Etiologi: patogenesis terjadinya fokus epileptik.
Diagnosis Epilepsi • Neuron-neuron korteks yang tersisa diarea
Simptomatik ec otak yang rusak akan menjadi sangat peka
Stroke Non (hipereksitabilitas) dan inilah yang akan
Hemoragik berkembang menjadi fokus epileptogenik.

• Dapat disimpulkan kemungkinan disebabkan


oleh kelainan yang mendasari yaitu pasien ini
pernah mengalami serangan stroke.
Analisis Masalah

Nonmedikamentosa:

Tujuan utama terapi epilepsi adalah mengupayakan penyandang


epilepsi dapat hidup normal dan tercapai kualitas hidup optimal.
Harapannya adalah bebas bangkitan, tanpa efek samping.

Kemudian padan SNH bertujuan untuk memperbaiki kualitas


hidup pasien seperti dengan banyak latihan menggerakkan
anggota gerak yang mengalami kelemahan agar dapat membaik
jika terus dilatih dan juga memperbaiki pola fikir dan hidup
yang sehat.
 Fenitoin 2x100 mg secara injeksi
 Diberikan dosis terkecil dan monoterapi untuk
Analisis Masalah melihat respon terapi. Akan dilakukan penaikan
dosis atau kombinasi obat jika masih terjadi
Penatalaksanaan kejang selama masa pengobatan hingga
didapatkan dosis dan obat yang sesuai dengan
pasien.

 Aspilet antiplatelet, merupakan terapi untuk


pasien dengan stroke iskemik/SNH ditujukan
untuk mencegah dan menurunkan resiko stroke
kardio-emboli. Obat ini bekerja dengan cara
menghambat agregasi trombosit sehingga dapat
menghambat pembentukan thrombus.
 Pemberian citikolin sering kali diberikan pada
stroke karena dinilai memiliki efek protektif
Analisis Masalah terhadap sel neuron, membantu meningkatkan
fungsi sel saraf, memperbaiki oksigenasi otak,
Penatalaksanaan nutrisi otak, memperbaiki perfusi otak, dan
sebagainya.

 Simvastatin merupakan pengobatan untuk


hiperlipidemia
 Glimepiride dan Metformin merupakan
pengobatan untuk Diabetes Melitus
 Pemberian Asam Mefenamat dan Antibiotik
Siprofloxacin dikarenakan pasien mengeluhkan
nyeri pada luka gigitan pada lidah nya.
KESIMPULAN Epilepsi adalah kelainan otak yang ditandai
dengan kecendrungan untuk menimbulkan
bangkitan epileptic yang terus menerus
dengan konsekuensi neurobiologis, kognitif,
psikologis, dan sosial. Etiologi epilepsi dapat
berupa idiopatik, kriptogenik, dan simtomatis.
Pada pasien dengan stroke iskemik didapatkan
sekitar 35% pasien epilepsi muncul pada
kejang onset cepat dan pada 90 % pasien
pada kejang onset lambat.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai