1. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. R
Umur : 63 tahun
Alamat : Nisam
Agama : Islam
Suku : Aceh
No MR : 03-44-23
2. ANAMNESA
• Keluhan tambahan : badan kaku, mulut mencucu, gigi terkunci, susah menelan
Pasien datang dengan keluhan kejang yang disertai demam sejak 1 hari SMRS, selain
itu seluruh tubuh pasien tampak kaku. menurut keluarga pasien kejang dirasakan pada
seluruh anggota gerak tubuh, pada saat kejang gigi terkunci, mulut mencucu, sulit menelan
serta mimik wajah seperti tertarik. Terkadang ketika terjadi kejang bagian dada os sampai
terangkat. Kejang berlangsung selama 5 menit, pada saat kejang pasien sadar, kejang dialami
5 kali dalam sehari, jarak antara kejang pertama dengan bangkitan kejang berikutnya sekitar
30 menit.Selain itu keluarga pasien juga mengatakan bahwa os tidak tahan dengan kipas
1
Menurut keterangan keluarga BAK normal dan BAB belum sejak 1 hari yang lalu.
Riwayat terluka akibat benda tajam dibenarkan oleh keluarganya, keluarga os mengatakan
luka tersebut merupakan luka terkena parang di bagian jari manis sebelah kanan sejak 5 hari
Riwayat terkena benda tajam (+), hipertensi (-), DM (-), kejang demam (-)
Didalam keluarga pasien, tidak ada yang mengalami penyakit seperti yang os
alami.
Tidak ada
• Riwayat Imunisasi
• STATUS PRESENT
2
• STATUS GENERALIS
KULIT
• Sianosis : (-)
• Ikterus : (-)
• Oedema : (-)
• Anemis : (-)
KEPALA
• Bibir : bibir pucat (+), mukosa basah (+), trismus <0,5 cm.
LEHER
• Inspeksi : simetris
Inspeksi
Pergerakan : simetris
Skeletal : dbn
Kulit : dbn
Tumor : (-)
Palpasi
Kulit : dbn
- Pelebaran : (-)
- Irama : teratur
-Thrill : (-)
Perkusi
4
: Batas kanan : sulit dinilai
Auskultasi
Murmur : (-)
2. Thoraks Belakang
A. ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk : simetris,
Kulit : dbn
Lain-lain
Palpasi
Perkusi
5
Nyeri ketok CVA : sulit dinilai
Auskultasi
GENETALIA
• Perempuan
TULANG BELAKANG
• Simetris
EKSTREMITAS
Superior inferior
4. STATUS NEUROLOGIS
• Kekuatan otot :
Sensorik : (+/+)
• Tetanus
• Meningitis
• Ensefalitis
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Darah rutin
• EKG
• EMG
7. DIAGNOSA SEMENTARA
Tetanus
8. TERAPI
9. PROGNOSA
7
10. KEADAAN PULANG
Pasien pulang pulang atas permintaan sendiri pada tanggal 08-08-2013, dengan kondisi
masih kejang rangsang, opistotonus (+), trismus (+), rigiditas abdomen (+).
FOLLOW UP
Tanggal S O A Terapi
07-08-2013 KU: kaku+ kejang Sensorium : CM Tetanus Bed rest
IM.
• ATS terapeutik
100.000 unit
Tanggal S O A Terapi
8
cm, risus sardonikus RR : 28x/ menit 20 tetes per menit.
• Prokain Penisilin
jam IM.
ATS terapeutik
100.000 unit
9
BAB II
DISKUSI
2.1 Definisi
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai
gangguan kesadaran yang disebabkan oleh kuman Clostridium tetani. Gejala ini bukan
disebabkan kuman secara langsung, tetapi sebagai dampak eksotoksin (tetanospasmin) yang
dihasilkan oleh kuman pada sinaps ganglion sambungan sumsum tulang belakang,
2.2 Etiologi
Kuman yang menghasilkan toksin adalah Clostridium tetani, kuman berbentuk batang
dengan sifat :
• Basil Gram-positif dengan spora pada ujungnya sehingga berbentuk seperti pemukul
genderang
• Obligat anaerob (berbentuk vegetatif apabila berada dalam lingkungan anaerob) dan
• Mampu membentuk spora (terminal spore) yang mampu bertahan dalam suhu tinggi,
2.3 Epidemiologi
Tetanus tersebar di seluruh dunia dengan angka kejadian tergantung pada jumlah
peternakan/pertanian, dan adanya luka pada kulit atau mukosa. Tetanus pada anak tersebar
10
diseluruh dunia, terutama pada daerah risiko tinggi dengan cakupan imunisasi DPT yang
rendah. Angka kejadian pada anak laki-laki lebih tinggi, akibat perbedaan aktivitas fisiknya.
2.4 Patogenesis
Pada dasarnya tetanus adalah penyakit yang terjadi akibat pencemaran lingkungan
oleh bahan biologis (spora) sehingga upaya kausal menurunkan attack rate adalah dengan
cara mengubah lingkungan fisik atau biologik. Port d’entree tak selalu dapat diketahui
a. Luka tusuk, patah tulang, komplikasi kecelakaan, gigitan binatang, luka bakar yang
luas.
d. Pemotongan tali pusat yang tidak steril, pembubuhan puntung tali pusat dengan
kotoran binatang, bubuk kopi, bubuk ramuan, dan daun-daunan merupakan penyebab
utama masuknya spora pada puntung tali pusat yang menyebabkan terjadinya kasus
tetanus neonatorum.
Spora C. tetani masuk ke dalam tubuh melalui luka. Spora yang masuk ke dalam
tubuh tidak berbahaya sampai dirangsang oleh beberapa faktor (kondisi anaerob), sehingga
berubah menjadi bentuk vegetatif dan berbiak dengan cepat tetapi hal ini tidak mencetuskan
reaksi inflamasi. Gejala klinis sepenuhnya disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh sel
vegetatif yang sedang tumbuh. C. tetani menghasilkan dua eksotoksin, yaitu tetanospasmin
dan tetanolisin. Tetanolisin menyebabkan hemolisis tetapi tidak berperan dalam penyakit ini.
pengaruhnya di keempat sistem saraf: (1) motor end plate di otot rangka, (2) medula spinalis,
(3) otak, dan (4) pada beberapa kasus, pada sistem saraf simpatis.
11
2.5 Gejala Klinis
Tetanus umum merupakan bentuk yang sering ditemukan. Derajat luka bervariasi,
mulai dari luka yang tidak disadari hingga luka trauma yang terkontaminasi. Masa inkubasi
sekitar 7-21 hari, sebagian besar tergantung dari jarak luka dengan SSP. Penyakit ini biasanya
memiliki pola yang desendens. Tanda pertama berupa trismus/lock jaw, diikuti dengan
kekakuan pada leher, kesulitan menelan, dan spasme pada otot abdomen.
Tetanus lokal terjadi pada ektremitas dengan luka yang terkontaminasi serta memiliki
derajat yang bervariasi. Bentuk ini merupakan tetanus yang tidak umum dan memiliki
prognosis yang baik. Spasme dapat terjadi hingga beberapa minggu sebelum akhirnya
Tetanus sefalik umumnya terjadi setelah trauma kepala atau terjadi setelah infeksi
telinga tengah. Gejala terdiri dari disfungsi saraf kranialis motorik (seringkali pada saraf
fasialis). Gejala dapat berupa tetanus lokal hingga tetanus umum. Bentuk tetanus ini memiliki
d. Tetanus neonatorum
Bentuk tetanus ini terjadi pada neonatus. Tetanus neonatorum terjadi pada negara
yang belum berkembang dan menyumbang sekitar setengah kematian neonatus. Penyebab
yang sering adalah penggunaan alat-alat yang terkontaminasi untuk memotong tali pusat pada
12
Klasifikasi Ablett untuk derajat manifestasi klinis tetanus
hipotensi relatif dan bradikardia, dan salah satu keadaan tersebut dapat
menetap
• Pemeriksaan biakan pada luka perlu dilakukan pada kasus tersangka tetanus. Namun
demikian, kuman C. tetani dapat ditemukan di luka orang yang tidak mengalami
tetanus, dan seringkali tidak dapat dikultur pada pasien tetanus. Biakan kuman
memerlukan prosedur khusus untuk kuman anaerobik. Selain mahal, hasil biakan
yang positif tanpa gejala klinis tidak mempunyai arti. Hanya sekitar 30% kasus C.
tetani yang ditemukan pada luka dan dapat diisolasi dari pasien yang tidak mengalami
tetanus.
• Kadar antitoksin di dalam darah 0,01 U/mL atau lebih, dianggap sebagai imunisasi
13
• Kadar enzim otot (kreatin kinase, aldolase) di dalam darah dapat meningkat.
pemendekan atau tidak adanya interval tenang yang normal yang diamati setelah
potensial aksi.
a. Meningitis
b. Meningensofalitis
c. Ensefalitis
d. rabies
2.8 Penatalaksanaan
1. Penanganan spasme.
3. Netralisasi toksin yang masih terdapat di dalam darah yang belum berikatan dengan
dikonfirmasi.
14
1. Mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi
Pada hari pertama perlu pemberian cairan secara intravena sekaligus pemberian obat-
obatan, dan bila sampai hari ke-3 infus belum dapat dilepas sebaiknya dipertimbangkan
pemberian nutrisi secara parenteral. Setelah spasme mereda dapat dipasang sonde lambung
untuk makanan dan obat-obatan dengan perhatian khusus pada kemungkinan terjadinya
aspirasi.
2. Menjaga saluran napas tetap bebas, pada kasus yang berat perlu trakeostomi.
Diazepam efektif mengatasi spasme dan hipertonisitas tanpa menekan pusat kortikal.
Dosis diazepam yang direkomendasikan adalah 0,1-0,3 mg/kgBB/kali dengan interval 2-4
jam sesuai gejala klinis atau dosis yang direkomendasikan untuk usia <2 tahun adalah
8mg/kgBB/hari diberikan oral dalam dosis 2-3 mg setiap 3 jam. Spasme harus segera
dihentikan dengan pemberian diazepam 5 mg per rektal untuk BB<10 kg dan 10 mg per
rektal untuk anak dengan BB ≥10 kg, atau dosis diazepam intravena untuk anak 0,3
5. Diazepam 4-5 ampul dalam 500 cc dekstrosa 5%, 20 tetes per menit.
15
8. HTIG (human tetanus imune globulin) 3000-6000 IU
9. Antibiotika
setiap 6 jam selama 7-10 hari. Metronidazol efektif untuk mengurangi jumlah kuman C.
tetani bentuk vegetatif. Sebagai lini kedua dapat diberikan penisilin prokain 50.000-
100.000 U/kgBB/hari selama 7-10 hari, jika terdapat hipersensitif terhadap penisilin dapat
2.9 Komplikasi
Laringospasme/ obstruksi
respirasi Apneu
Hipoksia
pneumonia
kardiovaskular Takikardia
Hipotensi
bradikardia
ginjal Gagal ginjal
Stasis lambung
16
DAFTAR PUSTAKA
3. Stanfield JP, Galazka A. A neonatal tetanus is the world today. Bull World Health
Organ.1984;62:647-9 [Medline].
4. Reid PM, Brown D, Coni N, Sama A, Waters M. Tetanus immunization in the elderly
17
6. Hotez P, Wilfert C. Tetanus (Lockjaw) and Neonatal Tetanus. Dalam:Gershon AA,
Hotez PJ, Katz SL, penyunting. Krugman’s Infectious Diseases of Children. Edisi ke-
7. Nitin M. Apte and ilip R. karnad (1995-10)”Short report: The spatula test: A simple
(http:www.ajtmh.org/cgi/content/abstract/53/4/386).Am J Trop.Med.Hyg.pp.
8. Hotez P, Wilfert C. Tetanus (Lockjaw). Dalam:Gershon AA, Hotez PJ, Katz SL,
655-62.
9. Dire DJ. Tetanus. Available in: www.emedicine.com Last updated Jul 25, 2008.
10. Miranda-Filho DB, Ximenes RA, Barone AA, Vaz LV, et al. Randomised controlled
18