LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. IW
Tempat, Tanggal Lahir : Yogyakarta, 17 Juli 1950
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 66 tahun
Alamat : Purbayan RT 53 /RW 13, Kota Gede, DIY.
Agama : Katolik
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan Terakhir : Tamatan SMP
Kunjungan Puskesmas : 13-07-2016
Kunjungan Rumah : 14-07-2016
Jaminan Kesehatan : BPJS
B. Autoanamnesis
1. Keluhan Utama :
Kontrol rutin, badan pegal-pegal
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Puskesmas Kota Gede 1 dengan keluhan badan terasa pegal-
pegal, sering kesemutan pada jari-jari tangan dan kaki. Keluhan dirasakan sudah sejak
kurang lebih 5 tahun yang lalu, pasien rutin kontrol ke Puskesmas untuk mendapatkan
obat. Rasa sakit meringan bila mengkonsumsi obat dan memberat bila kecapekan dan
setelah makan makanan berlemak. Gejala lan seperti nyeri dada (-), sesak napas (-).
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat mondok di Rumah Sakit : Disangkal
Riwayat Darah Tinggi : Disangkal
Riwayat Diabetes Melitus : Disangkal
Riwayat Stroke : Disangkal
Riwayat Jantung : Disangkal
Riwayat Liver & Ginjal : Disangkal
Riwayat Alergi : Disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan yang sama pada keluarga disangkal
berdekatan. Rumah permanen dengan dinding tembok, atap genteng, lantai keramik,
mempunyai 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 kamar mandi, dapur, pencahayaan baik
setiap ruangan jendela atau ventilasi, luas rumah kurang lebih 150 m 2 , persediaan air
dari PDAM.
- Gaya hidup :
o Pola makan
Pasien makan 2-3 x sehari dengan menu yang alakadarnya, pasien mengaku suka
makan gorengan, jarang mengkonsumsi buah buahan maupun sayur sayuran.
o Olahaga
Pasien jarang olahraga, dan mengakui tidak suka olahraga sejak dulu
o Istirahat
Waktu tidur pasien sekitar kurang lebih 6 jam. Saat malam hari pasien mengaku
sulit tidur sehingga sering tidur larut malam.
o Kebiasaan
Pasien merokok sejak usia 20 tahun namun tidak mengkonsumsi alcohol maupun
obat obatan terlarang.
o Manajemen Stress
Bila menghadapi masalah pasien akan mengkomunikasikan kepada istrinya, dan
selalu mengajak istrinya berdiskusi.
6. Review Sistem
a. Kepala Leher : dalam batas normal
b. Sistem kardiovaskular : dalam batas normal
c. Sistem respirasi : dalam batas normal
d. Sistem gastrointestinal : dalam batas normal
e. Sistem urinary : dalam batas normal
f. Sistem muskuloskeletal : sering pegal pegal
7. Anamnesis Illness
NO KOMPONEN PASIEN
1. Perasaan Ketika pasien mengetahui tentang penyakitnya pasien sangat
khawatir dan takut akan penyakit tersebut. Pasien sangat takut
bila nanti penyakitnya menjadi parah.
2 Ide/Pemikiran Pasien merasa bahwa penyakit yang dialaminya disebabkan
oleh gaya hidup dan pola makanan yang tidak sehat.
3 Harapan Pasien menginginkan agar penyakitnya sembuh dan tidak
harus selalu datang ke Puskesmas secara rutin.
4 Efek tergadap Pasien merasa teganggu dengan sakit yang dialami karena
fungsi telah mengganggu aktifitasnya.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Kesan dan Keadaan Umum : Compos Mentis, baik.
2. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit, regular, isi, dan tegangan cukup
Suhu : 36,5oC
Pernafasan : 20 x/menit
3. Antropometri
Tinggi Badan : 157 cm
Berat Badan : 64kg
IMT : 25,9
Status Gizi : Obesitas I (WHO, Asia Pasifik 2000)
4. Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala : Simetri, mesosefal
Rambut : Ikal, warna hitam dan sebagaian sudah beruban
5. Pemeriksaan Mata
Palpebra : edema (-/-)
Konjungtiva : anemis (-/-), hiperemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Pupil : reflek cahaya (+/+), isokor (2mm/2mm)
9. Pemeriksaan Dada
Pulmo:
Cor:
D. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Cholesterol Total : 240 mg/dL ( <200 mg/dL )
Trigliseride : 175 mg/dL ( <150 mg/dL )
E. Diagnois Banding
Dislipidemia
Myalgia
Obesitas I
F. Diagnosis Klinis
Dislipidemia dengan Obesitas I
G. Penatalaksanaan
Farmakologi
R/ Simvastatin tab mg 10 no XV
S 1 dd tab 1 (0-0-1)
H. Perangkat Penilaian Keluarga
Berikut ini adalah perangkat keluarga yang terdiri ata family genogram, family map,
bentuk kelurga, family life cycle, family life line, family APGAR, family SCREEN.
1. Genogram
Genogram Keluarga Tn. IW Tanggal Pembuatan 14 Juli 2016
X X X X
X BC
D
X X 600 X
1975
Ny.B Tn I Ny. I Tn L
Ny A Tn A Tn P Ny P Tn R Ny R
Keterangan
: Laki-laki
: Perempuan
X : Meninggal
: Tinggal Serumah
: Pernikahan
B : BreadWinner
C : Caregiver
D : Decision Maker
Ds : Dislipidemia
2. Family Map
Tn. A Ny. I Tn.L
Ny. A C Tn I Ny.B
Tn. P
C
Ny. P Tn. R
Ny. R
Legenda
: Fungsional
: Disfungsional
3. Bentuk Keluarga
Bentuk keluarga pasien ini adalah Nuclear family.
4. Family Life Cycle
Aging Family Members
5. Family APGAR
Merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengukur sehat atau tidaknya suatu
keluarga yang dikembangkan oleh Rusen, Geyman dan Leyton, dengan menilai 5 fungsi
pokok keluarga/tingkat kesehatan keluarga.
Respon
Hampir
Hampir
Kriteria Pertanyaan Kadang tidak
selalu
(1) pernah
(2)
(0)
Saya puas dengan keluarga saya karena
masing-masing anggota keluarga sudah
Adaptasi
menjalankan kewajiban sesuai dengan
seharusnya
Saya puas dengan keluarga saya karena
dapat membantu memberikan solusi
Kemitraan
terhadap permasalahan yang saya
hadapi
Saya puas dengan kebebasan yang
diberikan keluarga saya untuk
Pertumbuhan
mengembangkan kemampuan yang
saya miliki
Saya puas dengan kehangatan / kasih
Kasih sayang
sayang yang diberikan keluarga saya
Saya puas dengan waktu yang
Kebersamaan disediakan keluarga untuk menjalin
kebersamaan
Total 3
8-10 = fungsi keluarga baik ( Highly functional family)
Klasifikasi 4-7 = fungsi keluarga kurang baik (Modeetely dysfunctional family)
0-3 = keluarga tidak fungsional (Severely dysfunctional family)
Berdasarkan skor APGAR keluarga pasien tergolong dalam keluarga
Kesimpulan
fungsional baik ( skor = 8 )
6. Family SCREEM
(-)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisis Kasus
Diagnosis klinis pada pasien ini adalah Dislipidemia. Dislipidemia adalah kalainan
metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam
plasma.Diagnosis tersebut didapatkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
Lebih lanjut pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan
laboratorium berupa :
Cholesterol Total : 240 mg/dL nilai rujukan : <200 mg/dL
Trigliseride : 175 mg/dL nilai rujukan : <150 mg/dL
Pada pasien telah dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti diatas, namun perlu juga untuk
ditambahkan pemeriksaan lain seperti kadar LDL, HDL, GDS. Ketiga hal tersebut dapat
berguna untuk lebih menunjang diagnosis pada pasien.
Anamnesis Illness
NO KOMPONEN PASIEN
1. Perasaan Ketika pasien mengetahui tentang penyakitnya pasien sangat
khawatir dan takut akan penyakit tersebut. Pasien sangat takut
bila nanti penyakitnya menjadi parah.
2 Ide/Pemikiran Pasien merasa bahwa penyakit yang dialaminya disebabkan
oleh gaya hidup dan pola makanan yang tidak sehat.
3 Harapan Pasien menginginkan agar penyakitnya sembuh dan tidak
harus selalu datang ke Puskesmas secara rutin.
4 Efek tergadap Pasien merasa teganggu dengan sakit yang dialami karena
fungsi telah mengganggu aktifitasnya.
Berdasarkan anamnesis illness tersebut dapat diketahui bahwa pasien merasa khawatir
dengan penyakitnya, disisi lain pasien berpikir bahwa penyakitnya disebabkan karena gaya hidup
yang tidak sehat. Ada sebuah sisi positif dari hal ini bahwa menjaga kekhawatiran pasien adalah
hal yang penting karena dengan begitu pasien mempunyai self awareness. Dengan adanya hal
tersebut dapat dijadikan bahan untuk mengedukasi pasien tentang gaya hidup sehat.
B. Analisis Kunjungan Rumah
1. Kondisi Pasien
Kunjungan pasien ke puskesmas pada tanggal 13 Juli 2016 dan kunjungan ke
rumah pasien pada tanggal 14 Juli 2016. Saat kunjungan ke rumah, kondisi pasien
nampak baik keluhan yang dialami bekurang.
2. Pekerjaan
Pekerjaan pasien adalah wiraswasta dengan penghasilan berkisar dua juta rupiah
tiap bulan, untuk pembiayaan kebutuhan sehari hari pasien dibantu oleh istrinya yang
berjualan di toko kelontong/kios.
3. Keadaan Rumah
a. Lokasi Rumah
Rumah terletak di Purbayan RT 53 /RW 13, Kota Gede. Rumah paien berada di
kawasan padat penduduk.
b. Kondisi Rumah
Pasien tinggal dirumahnya sendiri. Tembok permanen, lantai keramik, atap terbuat
dari genteng, luas rumah kurang lebih 150 m2
c. Ruang Rumah
Rumah terdiri dari beberapa ruangan, yaitu 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 kamar
d. Pencahayaan
Cahaya yang masuk ke masing masing ruang cukup karena ada ventilasi di semua
ruang.
e. Kebesihan
Bersih, tidak tampak berserakan
f. Kepadatan
Tidak terlalu banyak barang/perabotan yang ada dalam rumah
g. Sanitasi dasar
Persediaan air bersih : sumber air minum, memasak, mandi dan mencuci
berasal dari PDAM.
Jamban keluarga : memiliki jamban yang menyatu dengan kamar mandi
Sarana pembuangan air limbah : limbah kamar mandi dan dapur dialirkan ke
dalam saluran menuju selokan bagian belakang rumah. Septic tank berada pada
bagian belakang rumah.
Tempat pembuangan sampah : terdapat tempat pembuangan sampah di dalam
dan luar rumah.
Berdasarkan jumlah nilai identifikasi PHBS, rumah tangga pasien tergolong keluarga tidak
berperilaku hidup bersih. dan sehat.
2. Diagnostik Holistik
Dislipidemia pada pria usia 66 tahun dengan kekhawatiran terhadap penyakitnya pada
keluarga yang tidak ber-PHBS
3. Manajemen Komprehensif
1. Promotif
Edukasi kepada pasien dan keluarganya (minimal dilibatakan 1 orang anggota keluarga)
tentang :
a. Gambaran umum tentang sakit yang dialami pasien.
b. Gambaran tentang penyebab, gejala, faktor resiko, komplikasi serta penggelolaan
pada penyakit tersebut.
c. Menjelaskan pentingnya modifikasi gaya hidup dengan makanan gizi seimbang,
aktifitas fisik teratur, pola istirahat yang cukup, manajemen stres yang baik dan
hindari rokok.
d. Pentingnya minum obat secara teratur sesuai dengan rekomendasi dokter dan
kontrol sesuai waktu yang ditentukan.
e. Pentingnya penurunan berat badan untuk mencapai berat badan ideal.
f. Pentingnya dukungan keluarga dalam pengelolaan penyakit yang dialami oleh
pasien.
g. Pentingnya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupakan sehari-
hari.
2. Preventif
a. Mengatur pola makan dengan memperbanyak konsumsi sayur dan buah,
menghindari jeroan, gorengan, bersantan.
b. Melakukan aktifitas fisik atau olahraga rutin
c. Melakukan manajemen stress yang baik.
d. Istirahat yang cukup 6-8 jam/hari.
e. Menghindari merokok dan asap rokok.
f. Konseling 5A
g. Screening anggota keluarga.
h. Menerapkan perilaku bersih dan sehat.
3. Kuratif
Non Farmakologi
Terapi Nutrisi Medis
Terapi diet dimulai dengan menilai pola makan pasien, mengidentifikasi
makanan yang mengandung banyak lemak jenuh dan kolesterol serta berapa sering
keduanya dimakan
Latihan Jasmani
a. Pemanasan dengan peregangan selama 5-10 menit
b. Aerobik sampai denyut jantung sasaran yaitu 70-85 % dari denyut jantung
maksimal ( 220 - umur ) selama 20-30 menit .
c. Pendinginan dengan menurunkan intensitas secara perlahan - lahan, selama 5-
10 menit. Frekuensi latihan sebaiknya 4-5 x/minggu dengan lama latihan
seperti diutarakan diatas.
Farmakologi
R/ Simvastatin tab mg 10 no XV
S 1 dd tab 1 (0-0-1)
4. Rehabilitatif
Pada pasien ini belum memerlukan terapi rehabilitatif
5. Palliatif
Pada pasien ini belum memerlukan terapi palliative
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. DISLIPIDEMIA
1.1 Pengertian
Dislipidemia adalah kalainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan
maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Beberapa kelainan fraksi lipid yang utama adalah
kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan atau trigliserida, serta penurunan kolesterol
HDL (Davey, 2002).
1.3 Patofisiologi
Lipid dalam plasma terdiri dari kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas.
Normalnya lipid ditranspor dalam plasma darah berikatan dengan protein yang berbentuk
lipoprotein. Ikatan protein dan lipid tersebut menghasilkan 4 kelas utama lipoprotein bergantung
pada kandungan lipid dan jenis apoproteinnya : Kilomikron, VLDL, LDL, dan HDL.
Peningkatan lipid dalam darah akan mempengaruhi kolesterol, trigliserida dan keduanya
(hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia atau kombinasinya yaitu hiperlipidemia).
Pasien dengan hiperkolesterolemia (> 200 220 mg/dl serum) merupakan gangguan yang
bersifat familial, berhubungan dengan kelebihan berat badan dan diet. Makanan berlemak
meningkatkan sintesis kolesterol di hepar yang menyebabkan penurunan densitas reseptor LDL
di serum (> 135 mg/dl). Ikatan LDL mudah melepaskan lemak dan kemudian membentuk plak
pada dinding pembuluh darah yang selanjutnya akan menyebabkan terjadinya arterosklerosis dan
penyakit jantung koroner (Silbernagl, 2000).
Jenis Lipoprotein
Jenis lipoprotein
1. Kilomikron
Lipoprotein dengan komponen 80% trigliserida dan 5% kolesterol ester. Kilomikron
membawa makanan ke jaringan lemak dan otot rangka serta membawa kolesterol kembali ke
hepar. Kilomikron yang dihidrolisis akan mengecil membentuk kilomikron remnan yang
kemudian masuk ke hepatosit. Kilomikronemia post pandrial mereda setelah 8 10 jam
(Ganiswarna, 2007).
2. VLDL
Lipoprotein terdiri dari 60% trigliserida dan 10 15 % kolesterol. VLDL digunakan untuk
mengangkut trigliserida ke jaringan. VLDL reman sebagian akan diubah menjadi LDL yang
mengikuti penurunan hipertrigliserida sedangkan sintesis karbohidrat yang berasal dari asam
lemak bebas dan gliserol akan meningkatkan VLDL (Ganiswarna, 2007).
3. IDL
Lipoprotein yang mengandung 30% trigliserida, dan 20% kolesterol. IDL merupakan zat
perantara sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi IDL (Ganiswarna, 2007).
4. LDL
Lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar (70%). Katabolisme LDL melalui receptor-
mediated endocytosis di hepar. Hidrolisis LDL menghasilkan kolesterol bebas yang berfungsi
untuk sintesis sel membran dan hormone steroid. Kolesterol juga dapat disintesis dari enzim
HMG-CoA reduktase berdasarkan tinggi rendahnya kolesterol di dalam sel (Ganiswarna, 2007).
5. HDL
HDL diklasifikasikan lagi berdasarkan Apoprotein yang dikandungnya. Apo A-I merupakan
apoprotein utama HDL yang merupakan inverse predictor untuk resiko penyakit jantung koroner.
Kadar HDL menurun pada kegemukan, perokok, pasien diabetes yang tidak terkontrol dan
pemakai kombinasi estrogen-progestin. HDL memiliki efek protektif yaitu mengangkut
kolesterol dari perifer untuk di metabolisme di hepar dan menghambat modifikasi oksidatif LDL
melalui paraoksonase (protein antioksidan yang bersosiasi dengan HDL) (Ganiswarna, 2007).
1.4 Klasifikasi
Klasifikasi dislipidemia didasarkan pada fenotip dan patogenik
1. Klasifikasi Fenotip
a. Klasifikasi EAS (European Atheroselerosis Society) (Anwar, 2004).
Tabel 2. Klasifikasi Berdasarkan EAS (European Atheroselerosis Society) (Anwar,
2004).
1.6 Diagnosis
1. Pada anamnesis biasanya didapatkan pasien dengan faktor risiko seperti kegemukan,
diabetes mellitus, konsumsi tinggi lemak, merokok dan faktor risiko lainnya.
2. Pada pemeriksaan fisik sukar ditemukan kelainan yang spesifik kecuali jika didapatkan
riwayat penyakit yang menjadi faktor risiko dislipidemia. Selain itu, kelainan mungkin
didapatkan bila sudah terjadi komplikasi lebih lanjut seperti penyakit jantung koroner.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium memegang peranan penting dalam menegakkan diagnosa.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar kolesterol total, kolesterol LDL,
kolesterol HDL dan trigliserida plasma (Anwar, 2004).
1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Umum
Pilar utama pengelolaan dislipidemia adalah upaya nonfarmakologis yang meliputi
modifikasi dit, latihan jasmani serta pengelolaan berat badan. Terapi diet memiliki tujuan untuk
menurunkan risiko PJK dengan emengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol serta
mengembalikan keseimbangan kalori, sekaligus memperbaiki nutrisi. Perbaikan keseimbangan
kalori biasanya memerlukan peningkatan penggunaan energi melalui kegiatan jasmani serta
pembatasan asupan kalori (Anwar, 2004)
a. Terapi Nutrisi Medis
Terapi diet dimulai dengan menilai pola makan pasien, mengidentifikasi makanan yang
mengandung banyak lemak jenuh dan kolesterol serta berapa sering keduanya dimakan. Jika
diperlukan ketepatan yang lebih tinggi untuk menilai asupan gizi, perlu dilakukan penilaian
yang lebih rinci, yang biasanya membutuhkan bantuan ahli gizi. Hasil diet ini terhadap
kolesterol serum dinilai setelah 4-6 minggu dan kemudian setelah 3 bulan (Anwar, 2004).
Pada pasien dengan kadar kolesterol LDL atau kolesterol total yang tinggi sebaiknya
mengurangi asupan lemak total dan lemak jenuh (saturated fatty acid/SAFA), dan
meningkatkan asupan lemak tak jenuh rantai tunggal dan ganda (mono dan poly unsaturated
fatty acid/MUFA dan PUFA). Asupan karbohidrat, alkohol dan lemak perlu dikurangi pada
pasien dengan kadar trigliserida yang tinggi (Sudoyo, 2006).
b. Aktivitas Fisik
Dari beberapa penelitian diketahui bahwa latihan fisik dapat meningkatkan kadar HDL
dan Apo AI, menurunkan resistensi insulin, meningkatkan sensitivitas dan meningkatkan
keseragaman fisik, menurunkan trigliserida dan LDL, dan menurunkan berat badan (Azwar,
2004). Setiap melakukan latihan jasmani perlu diikuti 3 tahap :
1. Pemanasan dengan peregangan selama 5-10 menit
2. Aerobik sampai denyut jantung sasaran yaitu 70-85 % dari denyut jantung
maksimal ( 220 - umur ) selama 20-30 menit .
3. Pendinginan dengan menurunkan intensitas secara perlahan - lahan, selama 5-10
menit. Frekuensi latihan sebaiknya 4-5 x/minggu dengan lama latihan seperti
diutarakan diatas. Dapat juga dilakukan 2-3x/ minggu dengan lama latihan 45-60
menit dalam tahap aerobik.
Pada prinsipnya pasien dianjurkan melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kondisi
dan kemampuan pasien agar aktivitas ini berlangsung terus-menerus (Sudoyo, 2006).
Penatalaksanaan Farmakologi
Setelah 6 minggu terapi non farmakologis, dilakukan evaluasi ulang. Bila belum
mencapai kadar kolesterol LDL sasaran yang diharapkan, perlu ditingkatkan/intensifikasi terapi
non-farmakologis. Disamping itu, tentu harus dicari pula penyebab dislipidemia sekunder. Bila 6
minggu berikutnya kadar kolesterol LDL masih belum mencapai sasaran, ditambahkan terapi
farmakologis dengan tetap melanjutkan terapi non-farmakologis. Saat ini didapat beberapa
golongan obat yaitu golongan resin, asam nikotinat, golongan statin, derivat asam fibrat,
ezetimibe, dan lain-lain namun obat lini pertama yang danjurkan oleh NCEP-ATP III adalah
HMG-CoA reductase inhibitor (Azwar, 2004). Apabila ditemukan kadar trigliserida >400mg/dl
maka pengobatan dimulai dengan golongan asam fibrat untuk menurunkan trigliserida. Menurut
kesepakatan kadar kolesterol LDL merupakan sasaran utama pencegahan penyakit arteri koroner
sehingga ketika telah didapatkan kadar trigliserida yang menurun namun kadar kolesterol LDL
belum mencapai sasaran maka HMG-CoA reductase inhibitor akan dikombinasikan dengan asam
fibrat. Selain itu, terdapat obat kombinasi dalam satu tablet (Niaspan yang merupakan kombinasi
lovastatin dan asam nikotinik) yang jauh lebih efektif dibandingkan dengan lovastatin atau asam
nikotinik sendiri dalam dosis tinggi (Sudoyo, 2006).
Target kolesterol LDL (mg/dl):
Kadar LDL
Target Kadar LDL untuk mulai terapi
Kategori Resiko untuk mulai
LDL farmakologis
PGH
PJK atau yang < 100 100 130
disamakn PJK (100-129 pemberian obat
opsional)
Faktor resiko 2 < 130 130 10 tahun risiko 10-20% : 130
10 tahun risiko <10% : >160
Faktor resiko 0-1 < 160 160 190
(160-189 pemberian obat
opsional)
Pemantauan efek samping obat harus dilakukan terutama pada mereka dengan gangguan
fungsi ginjal atau hati. Kemudian setiap terdapat keluhan yang mirip miopati maka sebaiknya
diperiksa kadar creatinin kinase (CK).
Azwar, Bahri. 2004. Dislipidemia sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner. Medan : FK
USU.
Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga.
Ganiswarna, Sulistia. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Gaya Baru.
PDT. 2009. Standar Pelayanan Medis RSUD AW Sjahrannie SMF IPD. Samarinda : RSUD AW
Sjahrannie SMF IPD.
Silbernagl, Stefan, Florian, Lang. 2000. Color Atlas of Patophysiology. New York : Thieme.
Sudoyo, Ary, Setyohadi, Bambang, Alwi, Idrus. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :
FK UI.
Sukandar, Elind., et al. 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta : PT. ISFI.