Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kolitis adalah radang pada kolon. Radang ini disebabkan akumulasi cytokine yang
mengganggu ikatan antar sel epitel sehingga menstimulasi sekresi kolon, stimulasi sel
goblet untuk mensekresi mucus dan mengganggu motilitas kolon. Mekanisme ini
menurunkan kemampuan kolon untuk mengabsorbsi air dan menahan feses ( Tilley et al,
1997).
Colitis Ulceratif (Colitis ulcerosa, UC) adalah suatu bentuk penyakit radang usus,
khususnya usus besar, yang meliputi karakteristik bisul atau luka terbuka di dalam usus.
Gejala utama penyakit aktif biasanya konstan diare bercampur darah, dari onset gradual.
Kolitis ulseratif biasanya diyakini memiliki sistemik etiologi yang mengarah ke banyak
gejala di luar usus. Karena nama, IBD sering bingung dengan sindrom iritasi usus besar
(IBS), yang merepotkan, tapi kurang serius, kondisi. Kolitis ulseratif memiliki kemiripan
dengan penyakit Crohn, bentuk lain dari IBD. Kolitis ulseratif adalah penyakit hilang
timbul, dengan gejala diperburuk periode, dan periode yang relatif gejala-bebas.
Meskipun gejala kolitis ulserativa kadang-kadang dapat berkurang pada mereka sendiri,
penyakit biasanya membutuhkan perawatan untuk masuk ke remisi.(juliardiansyah,2013)
Colitis ulseratif terjadi pada 35-100 orang untuk setiap 100.000 di Amerika Serikat,
atau kurang dari 0,1% dari populasi. Penyakit ini cenderung lebih umum di daerah utara.
Meskipun kolitis ulserativa tidak diketahui penyebabnya, diduga ada genetik kerentanan
komponen. Penyakit ini dapat dipicu pada orang yang rentan oleh faktor-faktor
lingkungan. Meskipun modifikasi diet dapat mengurangi ketidaknyamanan seseorang
dengan penyakit, kolitis ulserativa tidak diduga disebabkan oleh faktor-faktor diet.
Meskipun kolitis ulserativa diperlakukan seolah-olah itu merupakan penyakit autoimun,
tidak ada konsensus bahwa itu adalah seperti itu. Pengobatannya dengan obat anti-
peradangan, kekebalan, dan terapi biologis penargetan komponen spesifik dari respon
kekebalan. Colectomy (parsial atau total pengangkatan melalui pembedahan usus besar)
yang kadang-kadang diperlukan, dan dianggap sebagai obat untuk penyakit.
(juliardiansyah,2013)

1
B. Tujuan
1. Agar memahami defenisi, etiologi, anatomi dan fisiologi, patofisiologi dan woc, tanda
dan gejala, penatalaksanaan, manifestasi klinis, dan komplikasi pada colitis ulseratif.
2. Mampu melakukan asuhan keperawatan asuhan keperawatan pada klien dengan
colitis ulseratif :
a. Mengkaji masalah klien dengan mengumpulkan data dan merumuskan diagnosa
keperawatan secara teoritis
b. Merencanakan tindakan keperawatan berdasarkan prioritas masalah secara teoritis
c. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan apa yang telah direncanakan
secara teoritis

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS KOLITIS ULSERATIF

A. Defenisi
Kolitis ulseratif adalah penyakit yaang terjadi sepanjang kolon dan melibatkan
hanya mukosa dan submukosa dari usus besar. Penyakit biasanya mulai di rektum dan
kolon distal, menyebar ke atas melewati katup rektosigmoid dan melibatkan sebagian
besar sigmoid dan kolon desenden. Penyakit meluas dengan batas yang jelas antara
bagian yang sehat dan sakit. Kolitis ulseratif menyebabkan inflamasi, penebalan,
kongesti, edema, berkembang menjadi abses. Edema dapat menyebabkan kerapuhan
parah dari mukosa, dan pendarahan serta perforasi ulseratif dapat terjadi hanya trauma
minor. Penyakit kolitis ulseratif dapat terjadi pada semua usia, tetapi angka kejadian
lebih tinggi pada dewasa muda, perempuan, dan yahudi( Black dan hawks ,2014).
Kolitis adalah radang pada kolon. Radang ini disebabkan akumulasi cytokine
yang mengganggu ikatan antar sel epitel sehingga menstimulasi sekresi kolon,
stimulasi sel goblet untuk mensekresi mucus dan mengganggu motilitas kolon.
Mekanisme ini menurunkan kemampuan kolon untuk mengabsorbsi air dan menahan
feses ( Tilley et al, 1997).
Tampilan kolon tergantung pada tahapan, aktivitas, dan keparahan penyakit
(figur 33-5). Lesi yang paling menjadi ciri khas kolitis ulserati adalah infiltrat
inflamatoris yang disebut abses kripta. Abses ini terdiri atas leukosit poli,orfonuklear,
limfosit, sel darah merah, dan debris selular yang muncul di dasar kripta leberkuhn.
Sekresi dari abses kripta menghasilkan cairan purulen dari mukosa usus. Abses
menjadi nekrotik dan dapat menjadi ulkus(Black dan hawks ,2014).
B. Tanda dan gejala penyakit kolitis ulseratif
Gejala kolitis ulseratif dapat berbeda pada tiap penderita, sesuai tingkat
keparahannya. Beberapa gejala yang sering muncul pada penyakit ini adalah: (Willy,
2019)
a. Diare yang disertai darah atau nanah.
b. Nyeri atau kram perut.
c. Sering ingin buang air besar, tapi tinja sulit
d. Tubuh mudah lelah.
e. Nyeri anus.
f. Berat badan menurun.

3
g. Demam.
Kadang gejala di atas dapat dirasakan lebih ringan atau bahkan tidak muncul
sama sekali selama beberapa minggu atau beberapa bulan. Kondisi ini disebut periode
remisi.Periode remisi kemudian dapat diikuti dengan munculnya kembali gejala, yang
disebut dengan periode relaps. Selain gejala di atas, penderita kolitis ulseratif yang
relaps juga dapat mengalami gejala lain, seperti:
a. Sariawan
b. Mata merah
c. Nyeri dan bengkak pada sendi
d. Pada kasus yang parah, penderita dapat mengalami jantung berdebar hingga
sesak napas.
C. Penyebab Kolitis Ulseratif
Penyebab kolitis ulseratif belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, penyakit
ini diduga dipicu oleh respons sistem kekebalan tubuh yang secara keliru menyerang
sel-sel sehat di saluran pencernaan. Kondisi tersebut menyebabkan peradangan dan
luka di dinding dalam usus besar(Willy,2019).
Kolitis ulseratif juga diyakini dipicu oleh faktor lingkungan, seperti infeksi
virus atau stres. Bisa juga akibat penggunaan pil KB, obat antiinflamasi nonsteroid
(OAINS), atau antibiotik(Willy,2019).
D. Faktor Risiko Kolitis Ulseratif
Ulseratif kolitis dapat terjadi pada siapa saja, namun lebih berisiko terjadi pada orang
dengan kondisi berikut:(Willy,2019)
a. Berusia di bawah 30 tahun. Meski begitu, beberapa orang baru terserang
kolitis ulseratif setelah usianya di atas 60 tahun.
b. Memiliki riwayat ulseratif kolitis dalam keluarga, mencakup orang tua,
saudara kandung, atau sepupu.
E. Komplikasi
Komplikasi pada Kolitis Ulseratif adalah :
a. Penyempitan lumen usus.
b. Pioderma gangrenosa.
c. Episkleritis.
d. Uveitis.
e. Arthritis.
f. Spondilitis ankilosa.

4
g. Gangguan fungsi hati.
h. Karsinoma kolon.
i. Retinitis.
j. Hemoragi.
k. Perforasi.
l. Neoplasma malignan.
m. Nefrolitiasis.
n. Eritema nodosum.
o. Batu ginjal.
p. Batu empedu
q. Pada keadaan yang berat dimana didapatkan kelainan yang cukup luas,
kemungkinan terjadinya komplikasi serta berkembangnya penyakit ini menjadi
karsinoma cukup besar, sehingga pada keadaan ini prognosis tidak baik. Hal ini
di sebabkan karena kolitis tidak dapat diobati sampai tuntas dan setiap saat
mungkin terjadi kekambuhan, yang dapat dihubungkan dengan waktu. Faktor
waktu itu juga sangat menentukan keberhasila pengobatan, yang dengan
sendirinya tentu akan mempengaruhi prognosis penyakit ini.
r. Kemungkinan dapat disembuhkan dengan tindakan kolektomi.
F. Anatomi dan fisiologi kolon
Usus besar atau kolon berbentuk saluran muscular berongga yang
membentang dari sekum hingga kanalis ani dan dibagi menjadi sekum, kolon (
assendens, transversum, desendens, dan sigmoid ) dan rektum. Katup ileosekal
mengontrol masuknya kimus kedalam kolon, sedangkan otot sfingter eksternus dan
internus mengontrol keluarnya feses dari kanalis ani. Diameter kolon kerang lebih 6,3
cm dengan panjang kurang lebih 1,5 m.
Usus besar memiliki berbagai fungsi, yang terpenting adalah absorbsi air dan
elektrolit.Ciri khas dari gerakan usus adalah pengadukan haustral. Gerakan meremas
dan tidak progresif ini menyebabkan isi usus bergerak bolak-balik, sehingga
memberikan waktu untuk terjadinya absorbsi.Peristaltik mendorong feses ke rektum
dan meenyebabkan peregangan dinding rektum dan aktivasi refleks defekasi.
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam kolon berfungsi mencerna beberapa bahan,
membantu penyerapan zat-zat gizi dan membuat zat-zat penting.Beberapa penyakit
serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri dalam usus besar.

5
Akibatnya terjadi iritasi yang menyebabkan dikeluarkanya lendir dan air sehingga
terjadilah diare ( Lestari Sri,Amk, Agus Priyanto, Amk, 2008, hal 60)
G. Patofisiologi
Suatu serangan bisa mendadak dan berat, menyebabkan diare hebat, demam
tinggi, sakit perut dan peritonitis (radang selaput perut). Selama serangan, penderita
tampak sangat sakit. Yang lebih sering terjadi adalah serangannya dimulai bertahap,
dimana penderita memiliki keinginan untuk buang air besar yang sangat, kram ringan
pada perut bawah dan tinja yang berdarah dan berlendir.
Jika penyakit ini terbatas pada rektum dan kolon sigmoid, tinja mungkin
normal atau keras dan kering. Tetapi selama atau diantara waktu buang air besar, dari
rektum keluar lendir yang mengandung banyak sel darah merah dan sel darah putih.
Gejala umum berupa demam, bias ringan atau malah tidak muncul. Jika penyakit
menyebar ke usus besar, tinja lebih lunak dan penderita buang air besar sebanyak 10-
20 kali/hari.
Penderita sering mengalami kram perut yang berat, kejang pada rektum yang
terasa nyeri, disertai keinginan untuk buang air besar yang sangat. Pada malam
haripun gejala ini tidak berkurang. Tinja tampak encer dan mengandung nanah, darah
dan lendir. Yang paling sering ditemukan adalah tinja yang hampir seluruhnya berisi
darah dan nanah.
Penderita bisa demam, nafsu makannya menurun dan berat badannya
berkurang.Kolitis ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari
lapisan mukosa kolon dan rectum. Penyakit ini umumnya mengenai orang kaukasia,
termasuk keturunan Yahudi. Puncak insidens adalah pada usia 30-50 tahun. Kolitis
ulseratif adalah penyakit serius, disertai dengan komplikasi sistemik dan angka
mortalitas yang tinggi. Akhirnya 10%-15% pasien mengalami karsinoma kolon.
Kolitis ulseratif mempengaruhi mukosa superfisisal kolon dan dikarakteristikkan
dengan adanya ulserasi multiple, inflamasi menyebar, dan deskuamasi atau
pengelupasan epitelium kolonik. Perdarahan terjadi sebagai akibat dari ulserasi. Lesi
berlanjut, yang terjadi satu secara bergiliran, satu lesi diikuti lesi yang lainnya. Proses
penyakit mulai pada rectum dan akhirnya dapat mengenai seluruh kolon. Akhirnya
usus menyempit, memendek dan menebal akibat hipertrofi muskuler dan deposit
lemak(Daek,2014).

6
H. Manifestasi klinis
Klien mengalami nyeri abdomen, diare, ketidakseimbanagn cairan dan hilang
berat badan. Diare, berat badan atau muntah dapat menyebakan asidisis metabolik.
Remisi diikuti dengan ekaserbasi penyakit akut. Ketika penyakit jadi akut, klien
mengalami demam. Penampilan umum dari klien klitis ulseratif bervariasi dari
kelihatan sehat hingga malnutrisi, kurus, dengan derajat pucat yang bervariasi( Black
dan hawks ,2014).
I. Pengobatan dan Pencegahan Kolitis Ulseratif
Pengobatan kolitis ulseratif bertujuan untuk meredakan dan mencegah
kekambuhan gejala. Metode pengobatannya tergantung pada tingkat keparahan gejala
dan seberapa sering gejala kambuh, yaitu:
1. Mengubah pola makan
Beberapa makanan dan minuman dapat memperburuk gejala kolitis ulseratif, terutama
saat kambuh setelah periode remisi. Untuk meringankan gejalanya, Anda dapat
membatasi dan menghindari jenis makanan di bawah ini:
a) Susu dan produk olahannya.
b) Makanan pedas.
c) Makanan tinggi serat, seperti buah, sayur, dan kacang-kacangan.
d) Minuman beralkohol dan berkafein.
Disarankan untuk makan beberapa kali sehari dalam porsi kecil, daripada makan
hanya 1-2 kali sehari tapi dalam porsi besar. Selain itu, dianjurkan untuk banyak
minum air putih setiap hari.
2. Mengurangi stres
Meskipun tidak secara langsung menyebabkan kolitis ulseratif, stres dapat
memperburuk gejalanya. Oleh karena itu, kelola stres dengan baik dengan berolahraga
ringan atau melakukan teknik relaksasi pernapasan dan otot.
3. Mengonsumsi obat-obatan
Dokter dapat meresepkan obat-obatan untuk mengatasi kolitis ulseratif. Jenisnya
tergantung pada tingkat keparahan gejala. Obat-obat yang umum diberikan antara
lain:
a) Obat antiradang, seperti sulfasalazine dan kortikosteroid.
b) Obat imunosupresan, seperti azathioprine dan ciclosporin.
c) Obat pereda nyeri paracetamol. Jangan menggunakan obat antiinflamasi
nonsteroid karena dapat memperparah gejala kolitis ulseratif.

7
d) Antidiare, seperti loperamide.
e) Antibiotik.
4. Menjalani operasi
Operasi merupakan pilihan terakhir jika metode pengobatan lain tidak mampu
meredakan gejala yang sudah parah. Tujuan operasi adalah untuk mengangkat
sebagian atau seluruh usus besar secara permanen.
Bila usus besar diangkat secara menyeluruh, usus halus akan langsung disambungkan
ke anus. Jika hal tersebut tidak memungkinkan, dokter bedah akan membuat lubang
permanen di perut (stoma) untuk mengeluarkan tinja ke kantong kecil di luar tubuh.
Prosedur ini disebut kolostomi(Willy,2019).
J. Penatalaksaaan keperawatan
Tindakan medis untuk colitis ulseratif ditujukan untuk mengurangi inflamasi,
menekan respon imun, dan mengistirahatkan usus yang sakit, sehingga penyembuhan
dapat terjadi.
1.      Penatalaksanaan secara umum
a. Pendidikan terhadap keluarga dan penderita.
b. Menghindari makanan yang mengeksaserbasi diare.
c. Menghindari makanan dingin, dan merokok karena keduanya dapat
meningkatkan motilitas usus.
d. Hindari susu karena dapat menyebabkan diare pada individu yang intoleransi
lactose.
2.Terapi Obat.
Obat-obatan sedatife dan antidiare/ antiperistaltik digunakan untuk mengurangi
peristaltic sampai minimum untuk mengistirahatkan usus yang terinflamasi.
a. Menangani Inflamasi : Sulfsalazin (Azulfidine) atau
Sulfisoxazal (Gantrisin).
b. Antibiotic : Digunakan untuk infeksi.
c. Azulfidin : Membantu dalam mencegah kekambuhan.
d. Mengurangi Peradangan: Kortikosteroid (Bila kortikosteroid
dikurangi/ dihentikan, gejala penyakit dapat berulang. Bila kortikosteroid dilanjutkan
gejala sisa merugikan seperti hipertensi, retensi cairan, katarak, hirsutisme (pertumbuhan
rambut yang abnormal).

8
f) Psikoterapi : Ditujukan untuk menentukan faktor
yang menyebabkan stres pada pasien, kemampuan menghadapi faktor- faktor ini,
dan upaya untuk mengatasi konflik ehingga mereka tidak berkabung karena kondisi
mereka.

9
K. WOC
Faktor Ekstrinsik Faktor Intrinsik

Diet, infeksi, obat- Gangguan sistem imun Genetik


obatan (alergi, autoimun)

Reaksi inflamasi di
lapisan dan dinding usus

Lesi pada mukosa usus Kolitis Ulseratif Infeksi kuman

Pembentukan abses Mengeluarkan toksin Permeabilitas usus


meningkat

Abses pecah Adanya gangguan


fungsi mukosa Absorpsi berkurang

Iritasi pada mukosa


Masuk ke usus
Gangguan metabolisme
cairan dan elektrolit di
Merangsang reseptor nyeri usus
Gangguan keseimbangan
floral usus
Pengeluaran neurotransmitter Diare
bradikinin, serotinin, dan
histamin disampaikan ke SSP
Bakteri usus meningkat

Persepsi nyeri
Asam lambung meningkat

Nyeri akut Tidak Nasfu Makan / anoreksia

Nutrisi Kurang dari kebutuhan


tubuh
10
BAB III

ASKEP TEORITIS KOLITIS ULSERATIF

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Biasanya perawat mennyakan Nama, jenis kelamin, agama, penanggung
jawab, dll.
2. Alasan masuk
keluhan utama yang biasa didapatkan pada klien kolitis ulseratif
adalah nyeri abdomen, diare, tenesmus intermiten, dan pendarahan rektal.
Keluhan nyeri biasanya bersifat kronis, yaitu berupa nyeri kram pada kuadran
periumbilikal kiri bawah. Kondisi rasa sakit bisa mendahului diare dan
mungkin sebagian pasien melaporkan perasaan nyaman setelah BAB. Diare
biasanye disertai darah. Pasien melaporkan mengeluarkan feses cair  10 – 20
kali sehari. Pasien juga mengeluh saat BAB seperti ada yang menghalangi.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarangsecara teoritis
kondisi ringan karena kolitis ulseratif adalah penyakit mukosa yang
terbatas pada kolon, gejala yang paling umum adalah pendarahan anus, diare,
dan sakit perut. Pada kondisi colitis ulseratif berat terjadi pada sekitar  10 %
dari pasien, didapat keluhan lainnya yang menyertai, seperti peningkatan suhu
tubuh, mual, muntah, anoreksia, perasaan lemah, dan penurunan nafsu makan.
Pasien dengan colitis yang  parah dapart mengalami komplikasi yang yang
mengancam nyawa, termasuk pendarahan darah,  megakolon toksik atau
perforasi usus.
b. Riwayat penyakit dahulu secara teoritis
penting digali untuk menentukan penyakit dasar yang menyebabkan
kondisi enteritis regional. Pengkajian predisposisi seperti genetic, lingkungan,
infeksi, imunitas, makanan dan merokok perlu di dokumentasikan. Anamnesis
penyakit sistemik , seperti DM, hipertensi, dan tuberkolosis dipertimbangkan
sebagai sarana pengkajian proferatif.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga secara teoritis

11
Biasanya Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami
oleh keluarga serta bila ada anggota keluarga yang meninggal maka penyebab
kematiannya juga ditanyakan.
2.Pengkajian psikososial
Biasanya klien dengan kolitif ulseratif maka akan didapatkan
peningkatan kecemasan karena nyeri abdomen dan rencana pembedahan serta
perlunya pemenuhan informasi prabedah.
3. pemeriksaan fisik secara teoritis
a. rambut dan hygine kepala: biasanaya klien dengan kolitis ulseratif rambut
tampak bewarna hitam , tidak berbau, keadaan rambut rontok, klit kepala
berketombe.
b. mata (kanan/kiri/) : biasanya klien dengan kolitis ulseratif posisi mata
tampak simetris, alit mata tampak memanjang, kelopak mata tampak simetris,
konjungtiva tampak pucat, skera tampak putih, pupil memiliki respon ahaya
baik
c. hidung: biasanya pasien dengan kolitif ulseratis hidung tampak simetris.
d. mulut dan tenggorokan : biasanya pasien dengan kolitif ulseratif rongga
tampak normal, gigi dan gusi tampak bersih dan normal, tongsil tidak terdapat
radang.
e. telinga : biasanya pasien dengan kolitis ulseratif telinga tampak simetris, tes
pendengaran baik.
f. leher : biasanya pasien dengankolitif ulseratif tidakterdapat kelenjer getah
bening, tidak ada kakukuduk
g. dada/thorak
 Inspeksi : biasanya pasien dengan kolitis ulseratif jenis penafasan
perut, pernafasan tidak cuping hidung, pergerakan dada tampak
simetris, bentuk dada tampak simetris
 Auskulasi : biasanya pasien dengan kolitif ulseratis suara nafas
vesikuler.
 Palpasi : biasanya pasien dengan kolitif ulseratis premitus kiri dan
kanan sama.
 Perkusi : biasanya pasien dengan kolitif ulseratis suara nafas sonor

12
h.Jantung
 Inspeksi : biasanya pasien dengan koliti ulseratis ictus terlihat.
 Palpasi : biasanya pasien dengan kolitif ulseratis ictus teraba.
 Auskultasi : biasanya pasien dengan kolitis ulseratif irama jantug
teratur, kekuatan kuat, bunyi adaa
i.abdomen
 Inspeksi : biasanya pasien dengan kolitis ulseratif kram abdomen,
Perut didapatkan kembung. Pada kondisi kronis, status nutrisi bisa
didapatkan tanda-tanda kekurangan gizi, seperti atrofi otot dan pasien
terlihat kronis.
 Palpasi : biasanya pasien dengan kolitis ulseratif nyeri tekan abdomen
(tenderness), menunjukkan penyakit parah dan kemungkinan
perforasi. Nyeri lepas dapat terjadi pada kuadran kanan bawah.
Sebuah masa dapat teraba menunjukkan abstruksi atau megakolon.
Pembesaran limpa mungkin menunjukkan hipertensi portal dari
hepatitis autoimun terkait atau kolangitis sklerosis.
 Perkusi : biasanya pasien dengan kolitif ulseratis nyeri ketuk dan
timpani akibat adanya flatulen.
 Auskultasi : bising usus bisa normal, hi[eraktif atau hipoaktif. Nada
gemerincing bernada tinggi dapat ditemukan dalam kasus-kasus
obstruksi.
j.genetalia urinaria : biasanya pasien dengan kolitis ulserati genetalia lengkap,
tidak terpasang kateter, tidak ada keluhan
k. lengan lengan tungkai : biasanya pasien dengan kolitis ulseratif lengan
lengan tungkai normal.

13
B. Diagnosa Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal
2. Nyeri abdomen berhubungan dengan adanya peningkatan peristaltik usus
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan
4. Kurang pengetahuan mengenal proses dan penatalaksanaan penyakit
C. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
Diare berhubungan dengan Eliminasi usus (0501) Manajemen Diare (0460)
inflamasi gastrointestinal Definisi: Pembentukan Dan Definisi: manajemen dan
(00013) Pengeluaran Feses penyembuhan diare
Deinisi: pasase feses yang Kriteria Hasil: Aktivitas-aktivitas:
lunak dan tidak berbentuk. -(050101) Tidak terganggu -Tentukan riwayat diare
Pola Eliminasi (skala 5) -Ambil tinja untuk
-(050102) tidak terganggu pemeriksaan kultur dan
kontrol gerakan usus (skala sensitifitas bila diare
5) berlanjut
-(050103) tidak terganggu -Evaluasi profil pengobatan
warna feses (skala 5) terhadap adanya efek
-(050104) tidak terganggu samping pada gastrointestinal
jumlah feses untuk diet -Ajari pasien dan ara
(skala 5) penggunaan obat antidiare
-(050105) tidak terganggu secara tepat
feses lembut dan berbentuk -Instruksikan pasin atau
(skala 5) anggota keluarga unuk
-(050112) tidak terganggu mencatat warna, volume,
kemudahan BAB (skala 5) frekuensi, dan konsistensi
-(050118) tidak terganggu tinja
tekanan sfingter (skala 5) -Evaluasi kandungan nutrisi
-(050119) tidak terganggu dari makanan yang sudah
otot untuk mengeluarkan dikonsumsi sebelumnya
feses (skala 5) -Berikan makanan dalam
-(050121) tidak terganggu porsi kecil dan lebih sering
pengeluaran feses tanpa serta tingkatkan porsi secara
bantuan (skala 5) bertahap
-(050129) tidak terganggu -Anjurkan pasien
suara bising usus (skala 5) menghindari makanan pedas
-(050107) tidak ada lemak dan yang menimbulkan gas
dalam feses (skala 5) dalam perut
-(050108) tidak ada darah -Anjurkan pasien
dalam feses(skala 5) menghindari makanan yang
-(050109) tidak ada mukus mengandung laktosa
dalam feses(skala 5) -Identiffikasi faktor yang bis
-(050110) tidak ada amenyebabkan diare (mis.
konstipasi(skala 5) Medikasi,bakteri,dan
-(050111) tidak ada diare pemberian makanan lewat
(skala 5) selang)

14
-(050123) tidak ada -Monitor tanda dan gejala
peyalahgunaan alat bantu diare
eliminasi (skala 5) -Instruksikan pasie untuk
(050128) tidak ada nyeri memberitahu staf setiap kali
pada saat BAB. mengalami diare
-Amati turgor kulit seccara
berkala
-Monitor kulit perineuro
terhadap adanya iritasi dan
ulserasi
-Ukur diare/output penernaan
-Timbang pasien secara
berkala
-Beritahu dokter jika terjadi
peningkatan frekuensi atau
suara perut
-Konsultasikan dengan
dokter jika tanda dan gejla
diare menetap
-Instruksikan diet rendah
serat, tinggi protein, tinggi
kalori, sesuai kebutuhan
-Instruksiakn untuk
menghindari laksatif
-Ajari pasien cara
menuliskan diari makanan
-Ajari pasien cara
menurunkan stres, sesuai
kebutuhan
-Bantu pasien untuk
melakukan teknik penurunan
stres
-Monitor persiapan makanan
yang aman
Lakukan tindakan untuk
mengistirahatkan perut (mis.
Nutrisi oral,diet cair)
Nyeri abdomen berhubungan Kontrol nyeri (1605) Manajemen nyeri (1400)
dengan adanya peningkatan Kriteria hasil Aktivitas aktivitas:
peristaltik usus (00132) -(160502) mengenali kapan - lakukan pengkajian nyeri
nyeri terjadi (skala 5) yang kompehensifyang
-(160501) menggambarkan meliputi lokasi, karakteristik,
faktor penyebab (skala 5) onset/durasi, frekuensi,
-(160510) menggunakan kualitas, interaksi atau
jurnal harian untuk monitor beratnya nyeri dan faktor
gejala dari waktu kewaktu pencetus
(skala 5) - observasi adanya petunjuk
-(160503) menggunakan nonverbal mengenai
tindakan pencegahan (skala ketidaknyamanan terutama
5) pada mereka yang tidak dapat

15
-(160504) menggunakan berkomunikasi secara efektif
tindakan pengurangan nyeri - pastikan perawatan
tanpa analgetik (skala 5) analgetik bagi pasien
-(160505) menggunakan dilakukan dengan
analgetik yang pemantauan yang ketat
direkomendasikan (skala 5) - gunakan strategi
-(160513) melaporkan komunikasi teraupetik untuk
perubahan terhadap gejala mengethui pengalaman nyeri
nyeri pada profesional dan sampaikan penerimaan
kesehatan (skala5) pasien terhadap nyeri
-(160507) melaporkan gejala - gali pengetahuan dan
yang tidak terkontrol pada kepercayaan pasien tentang
profesional kesehatan (skala nyeri
5) - kendalikan faktor
-(160508) menggunakan lingkungan yang dapat
sumber daya yang tersedia mempengaruhi respon pasien
(skala 5) terhadap ketidaknyamanan
-(160509) mengenali apa - Kurangi atau eliminasi
yang terkait dengan gejala faktor faktor yang dapat
nyeri (skala 5) mencetuskan atau
-melaporkan nyeri yang meningkatkan nyeri
terkontrol (skala 5) - pilih dan implementasi
tindakan yang beragam
- ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
-pertimbangkan tipe dan
sumber nyei ketika memilih
strategi penurunan nyeri
- dorong pasien untuk
menggunakan obat-obat
penurunan nyeri yang
adekuat
- kolaborasi dengan pasien,
orang terdekat dan tim
kesehatan
Intoleransi aktivitas Kelelahan: efek yang Bantuan perawaatan diri
mengganggu (0008) (1800):
berhubungan dengan
Kriteria hasi : Aktivitas-aktivitas
keletihan (00092) - (000801) milaise tidak ada -pertimbangkan budaya
(skala 5) pasien ketika meningkatkan
-(000802) lethargy tidak ada aktivitas perawataan diri
(skala 5) -pertimbangkan usis pasien
-(000803) penurunan energi ketika meningkatkan
tidak ada (skala 5) aktivitas perawatan diri
-(000804) gangguan ativitas -monitor kemampuan
sehari hari tidak ada (skala 5) perawatan diri secara mandiri
-(000805) gangguan pada -monitor kebutuhan pasien
rutinitas tidaka ada (skala 5) terkait dengan alat alat
-gangguan terhadap aturan kebersihan diri dan alat bantu
pengobatan tidak ada (skala untuk berpakaian

16
5) -berikan lingkungan yang
- (000806) nafsu makan teraupetik
menurun tidak ada (skala 5) -berikan peralatan kebersihan
- (000807) perubahanstatus pribadi
nutrisi tidak ada (skala 5) -bantu pasien menerima
-(000808) gangguan aktivitas kebutuhan pasien terkait
fisik tidak ada (skala 5) dengan kondisi
-(000809) gangguan kinnerja ketergantungan
peran tidakada (skala 5) -lakuka pengulanagn yang
konsisten terhadap rutinitas
kesehatan
-dorong pasien untuk
melakukan aktivitas normal
-ciptakan rutinitas perawatan
diri

17
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kolitis ulseratif adalah penyakit yaang terjadi sepanjang kolon dan melibatkan hanya
mukosa dan submukosa dari usus besar. Penyakit biasanya mulai di rektum dan kolon
distal, menyebar ke atas melewati katup rektosigmoid dan melibatkan sebagian besar
sigmoid dan kolon desenden. Penyakit meluas dengan batas yang jelas antara bagian
yang sehat dan sakit. Kolitis ulseratif menyebabkan inflamasi, penebalan, kongesti,
edema, berkembang menjadi abses.
Penyebab kolitis ulseratif belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, penyakit ini
diduga dipicu oleh respons sistem kekebalan tubuh yang secara keliru menyerang sel-sel
sehat di saluran pencernaan. Kondisi tersebut menyebabkan peradangan dan luka di
dinding dalam usus besar(Willy,2019).
Penderita sering mengalami kram perut yang berat, kejang pada rektum yang terasa
nyeri, disertai keinginan untuk buang air besar yang sangat. Pada malam haripun gejala
ini tidak berkurang. Tinja tampak encer dan mengandung nanah, darah dan lendir. Yang
paling sering ditemukan adalah tinja yang hampir seluruhnya berisi darah dan nanah.

18
DAFTAR PUSTAKA

Joyce M. Black & Jane Hokanson Hawks. Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis
untuk hasil yang diharapkan Edisi 8 Buku 2. Singapura:Elsevier.

19

Anda mungkin juga menyukai