Anda di halaman 1dari 54

TRANSPORTASI PASIEN KRITIS

Ns.Muhamad Rizki,S.Kep
Guidelines for the Transport
of
Critically Ill Patients
OBJEKTIF
• SETELAH PEMBELAJARAN INI PESERTA
DIHARAPKAN DAPAT
– MENJELASKAN INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
TRANSFER PASIEN
– MENGENALI DAN MENGANTISIPASI RESIKO YANG
MUNGKIN AKAN TIMBUL
– MENGIDENTIFIKASI LANGKAH-LANGKAH
TRANSFER PASIEN
OUTLINE
• Deciding to transport the patient
• Planning the transfer of a critically ill patient
• Early vs late transfer: the need for stabilisation
• The transfer team
• Equipment
• What to monitor?
Keputusan untuk melakukan Evakuasi/Transport

• Keputusan evakuasi ditentukan oleh:


– dokter penanggung jawab
– dokter penerima atau personil di unit yang dituju.
– tim evakuasi (attending doctor)
• Dokumentasi keputusan:
– nama dokter dan jabatan,
– rician kontak,
– waktu keputusan dibuat
– alasan evakuasi.
Faktor yang mendasari tindakan transport
pasien dalam kondisi kritis:
1. Kondisi penyakit :
• Adakah ada benefit akan yang didapat?
• Adakah ada perubahan tatalaksana?
2. Tim Transport
3. Peralatan pendukung
4. Kondisi perjalanan
5. Moda transportasi yang tersedia

Proses transport meningkatkan risiko pada pasien kritis


 Transport dilakukan jika benefit yang didapat
melebihi risiko yang harus dihadapi.
Adverse Events
• Transport pasien dapat mempengaruhi sistem organ akibat :
– Pergerakan
– Perubahan lingkungan
– Peralatan tidak berfungsi baik
– Kelalaian tim transport.
• The adverse events:
– Sirkulasi : hipotensi, aritmia
– Respirasi : hipoksia, hipo/hiper ventilasi
– SSP: peningkatan tekanan intra kranial
– Gangguan peralatan : diskoneksi lead EKG, monitor power
failure, akses vena terlepas, gangguan alat suction,
terekstubasi.
Adverse Events meningkat pada transport
inter hospital…..

 Hipoksia
 Ekspansi gas
 Dehidrasi
 Penurunan temperatur  Imobilisasi lama
 Akselerasi & deselerasi  Motion sickness
 Noise
 Vibrasi
 Decompression
sickness
PERENCANAAN

1. Komunikasi dan Koordinasi pre-transport


2. Tim transport
3. Peralatan yang diperlukan
4. Monitoring selama transport
5. Persiapan pasien/ stabilisasi pasien
KOMUNIKASI DAN KOORDINASI

• TRANSPORT INTRA HOSPITAL:


1. sesaat sebelum memberangkatkan pasien, pastikan
unit penerima siap untuk menerima pasien.
2. Petugas lain diingatkan mengenai waktu transport dan
kelengkapan yang harus disiapkan
3. Dokter Penanggung jawab diinformasikan mengenai
tindakan transport.
4. Dokumentasikan dalam rekam medik
5. Jika tidak ada petugas berkompeten di unit tujuan, tim
medis mendampingi hingga kembali ke ICU.
KOMUNIKASI DAN KOORDINASI
• TRANSPORT INTER HOSPITAL
1. Komunikasi antara tim evakuasi dan dokter
pengirim/penerima
2. Komunikasi antara dokter pengirim dan
penerima.
3. Komunikasi antar perawat.
4. Mode transportasi yang digunakan.
5. Persiapan rekam medik, pemeriksaan penunjang
dan dokumen pasien lainnya.
ALGORITME TRANSPORT INTER-HOSPITAL
ALGORITME TRANSPORT INTER-HOSPITAL
1. Nama pasien, diagnosis & tujuan
transfer.
2. Dokumen: radiologi, laboratorium,
chart pasien.
3. Tujuan transport.
4. Kondisi cuaca dan alternatif rute.
5. Nama, lokasi dan nomor telepon
DOKTER PENGIRIM dan DOKTER
PENERIMA
6. Kelengkapan alat transport.
7. Lama transfer dan kalkulasi jumlah
oksigen, obat dan peralatan lainnya.
8. Plan B
Stabilisasi Pra Transport

• Akses intravena yang memadai.


• Jika tidak tersedia akses intravena, pasang akses vena
sentral.
• Jika diperlukan, berikan cairan dan support inotropik
(semua cairan dan obat berada di dalam kontainer
plastik).
• Pastikan patensi jalan napas. Jika patensi jalan napas
diprediksi tidak aman, dianjurkan intubasi (LMA tidak
dianjurkan).
• Pada pasien trauma, lakukan imobilisasi tulang belakang.
Stabilisasi Pra Transport

• Pasang NGT pada pasien ileus atau obstruksi usus.


• Pasang kateter urin pada pasien yang memerlukan
restriksi cairan, transport jarak jauh dan pasien
dengan diuretik.
• Lakukan pemasangan chest tube pada pasien dengan
pneumotoraks.
• Pasang restrain pada pasien yang tidak kooperatif.
Early vs late transfer –
The need for stabilisation

• Balans antara : SPEED dan SAFETY


• Tidak tersedia banyak waktu stabilisasi (scoop
and run philosophy):
– Pasien MCI  tindakan kateterisasi segera.
– Pasien stroke hemoragik  tindakan segera di
kamar operasi.
– Pasien ruptur aneurisma
• Tersedia cukup waktu untuk stabilisasi :
– Pasien AKI/CKD yang akan menjalani hemodialisis
EARLY vs LATE TRANSFER:
What to stabilize

1. Jalan napas dan sistem respirasi


2. Hemodinamik
3. Sistem saraf pusat
4. Muskuloskeletal
Airway dan Breathing

• Patensi airway penting selama transport 


Manuver airway saat transport SULIT.
• Intubasi endotrakeal
1. Pasien berpotensi gangguan airway:
• luka bakar wajah dan leher,
• epiglotitis,
• cedera kepala atau pasien dengan penurunan
kesadaran.
2. Pasien dengan ventilasi mekanik (dapat disertai
pemberian sedatif, analgesia dan pelumpuh otot)
Hemodinamik

• Goal : normalisasi tanda vital dan status sirkulasi.


• Pada pasien perdarahan, sebelum transport:
– kontrol perdarahan, dilanjutkan
– resusitasi cairan.
• Minimal 2 akses vena besar terpasang sebelum
tindakan transport.
• Produksi URIN : INDIKATOR status cairan dan
hemodinamik pasien.
• Irama jantung selalu dinilai melalui monitor
kontinu.
Sistem saraf pusat

• Gangguan kesadaran diatasi dengan pemberian sedasi


atau analgetik.
• Penilaian status neurologis (GCS) harus dilakukan
sebelum transport.
• Pasien kejang diberikan anti kejang & atasi
kemungkinan hipoksia.
• Pasien trauma medula spinalis dengan defisit
neurologis:
– Backboard dan hard cervical collar.
– Methylprednisolon diberikan sebelum maupun dalam
proses transport.
Stabilisasi Muskuloskeletal

• Penanganan mencakup : imobilisasi fraktur,


perawatan luka dan pemberian obat yang
diperlukan.

• Selama transport, nilai deyut nadi distal.

• Traksi splint dapat digunakan selama transport.


Traksi weights sebaiknya dihindari.
STABILISASI PADA PASIEN-PASIEN KONDISI SPESIFIK:

1. gangguan neurologi.
2. gangguan sistem respirasi
3. gangguan sistem kardiovaskular
4. luka bakar
5. multiple trauma
6. Pediatrik
7. Geriatrik
8. Obstetrik risiko tinggi
Pasien dengan gangguan neurologi

• Pertimbangkan intubasi pada pasien dengan


gangguan kesadaran (GCS <8) .
• Monitoring Saturasi oksigen dan end tidal CO2.
Peningkatan PaCO2 akan meningkatkan TIK 
memperburuk kondisi pasien
• Pasang kateter urin pada pasien yang
mendapat terapi manitol.
• Gangguan respirasi akan memicu hipoksia.
• Transport udara  penurunan suhu udara 2 meningkatkan
konsumsi oksigen 2 kali lipat  risiko hipoksia meningkat.
• Sekresi pulmonal akan meningkat pada lingkungan dengan
kelembapan rendah. Transport udara akan meningkatkan risiko
terjadi mukus plug.
• Stabilisasi :
– Suplementasi dan humidifikasi oksigen,
– perbaikan volume darah,
– kepala strecher dinaikkan untuk memperbaiki ekspansi paru,
– pneumotoraks harus diatasi sebelum proses transport.
Pasien dengan gangguan
kardiovaskular
• Risiko: hipoksia merupakan komplikasi serius pada
pasien ini akibat penurunan fungsi miokard. Hipoksia
akan memicu takikardi, sehingga meningkatkan demand
oksigen jantung.
• Stabilisasi bertujuan memaksimalkan fungsi jantung
tanpa menurunkan cardiac reserve.
• Persiapan:
– Antiemboli
– Monitoring kontinus dan defibrilator
– IABP pada kasus berat
– Infus kontinus obat-obat support jantung
Pasien luka bakar
• Manajemen airway : lakukan intubasi pada
pasien yang mengalami edema jalan napas,
beri oksigen 100%.
• Pasang jalur intravena, dan beri cairan IV atau
oral.
• Monitoring tekanan darah dan produksi urin.
• Setelah stabil, pasien baru dapat ditransport.
Pasien Multiple Trauma
• Risiko yang dapat terjadi pada pasien dengan
multiple trauma:
– Hipoksia
– Hipovolemia akibat blood loss
– Hipotermia akibat trauma SSP
• Trauma sistem muskuloskeletal  perlu
pemasangan splint dan alat stabilisasi lainnya.
• Pemasangan NGT untuk menghindari vomiting
akibat perpindahan.
Pasien pediatrik
• Berat badan relatif ringan  mobilisasi
mudah, namun mudah terjadi dekompensasi.
• Kapasitas vital lebih kecil  hipoksia terjadi
lebih cepat.
• Rongga gaster yang lebih kecil, fungsi usus
irregular  mudah terjadi aspirasi
• Evaporasi lebih mudah terjadi.
Pasien Geriatri
• Compliance paru dan total luas permukaan
paru menurun  risiko hipoksia meningkat.
• Status cairan sulit dinilai. Mudah dehindrasi
• Jaringan subkutan menipis  mudah
hipotermia. Pasien diusahakan tetap hangat
dengan selimut.
• Imobilisasi pasien geriatri  risiko venous
return buruk & edema. Pasang stoking
antiemboli.
Pasien Obstetri Risiko Tinggi
• Target: stabilisasi ibu dan bayi dalam kandungan.
• Kontraindikasi transport: gawat janin, perdarahan
peripartum tidak terkontrol, imminent delivery.
• Pasien obstetri : konsumsi oksigen meningkat 
predisposisi hipoksia.
• Hipoksia memicu kelahiran prematur.
• Peningkatan gas lambung  menekan diafragma 
hipoksia. Pemasangan NGT akan mengurangi tekanan
dan mencegah vomiting.
• Akselerasi-deselerasi  menurunkan aliran darah
uterus. Tempatkan pasien pada posisi dekubitus kiri.
Stabilisasi obstetrik risiko tinggi.
• Penilaian status pasien secara lengkap dan
intervensi untuk optimalisasi fungsi fisiologis.
• Oksigen high flow
• Manajemen status ciran
• Terapi pencegahan partus prematur
• Profilaksis kejang sudah diberikan sebelum
berangkat.
• Tim transport memiliki kemampuan
menolong proses persalinan.
Tim Evakuasi
• Minimal didampingi 2 orang.
• Kapasitas pendamping tergantung level
kegawatan pasien  diputuskan oleh dokter
senior/ konsultan ICU.
• Kategori pasien berdasarkan AAGBI:
– Level 0: pasien ruang biasa
– Level 1: berisiko rendah.
– Level 2: gagal 1 sistem organ
– Level 3: butuh support respirasi dan support
minimal 2 sistem organ
Tim Evakuasi
• Providing critical care support within limited
space and under difficult circumstances 
different from performing the same task in a
hospital-based ICU. Need transfer experience.
• Evidence: specialised transport teams provide
better
• Kualitas personil pendamping dan
ketersediaan alat  determinan penting yang
menentukan pasien dapat atau tidak di
evakuasi.
Risk Stratification for the
Inter-Hospital Patient Transfer
• Digunakan sebagai tools triase
• Membantu dalam menentukan
pilihan mode dan tim evakuasi.

Markakis C, et al. Emerg Med J 2006; 23:313-317


Peralatan Evakuasi

– Ventilator mekanik portable


• Minimal dilengkapi batere internal,
penyimpan data, alarm high pressure
dan diskoneksi, PEEP, pengaturan FiO2,
I:E ratio, RR dan tidal volume.
• Dianjurkan memiliki modus : PPV, PS
dan CPAP.

– Defibrilator

– Alat penghangat portabel


Peralatan Evakuasi

– Syringe pumps
• Untuk pemberian sedatif, analgetik, inotropik atau
vasopressor.
• Sering digunakan karena semakin banyak obat dengan
durasi pendek dan pemberian secara titrasi.
• Sebelum transport, periksa : apakah jumlah syringe
pump memadai, tubing cocok dengan pump, baterai
power, dan jenis obat-obat yang harus berjalan

– Suction unit
• Untuk keperluan pasien sakit kritis, kecepatan suction
setidaknya 25 l/menit.
Peralatan Evakuasi
– Emergency kit
• Alat-alat tambahan yang tidak memerlukan
ruang banyak seperti alat-alat intubasi, dapat
disimpan di emergency kit.
• Bawa alat-alat seperlunya, terutama alat untuk
menjaga airway dan membuat akses intravena.
• Bila stabilisasi sebelum berangkat adekuat,
biasaya alat-alat ini jarang digunakan.
Peralatan Transport Inter-Hospital

Warren J et al. Crit Care Med 2004 Vol 32 No1


Peralatan Transport Inter-Hospital

Warren J et al. Crit Care Med 2004 Vol 32 No1


Monitoring selama Transport
– Monitoring minimal
• EKG dengan minimal 3 lead
• Pulse oksimetri kontinus
• Tekanan darah
• Frekuensi napas

– Sebagian pasien memerlukan monitoring:


• Intra arterial BP
• Tekanan vena sentral (CVP)
• Tekanan arteri pulmonalis
• Tekanan intra kranial
• Kapnograf
Obat-obat yang perlu
dipersiapkan
SCCM GUIDELINE 2004

• Sedatif/hipnotik
• Narkotik analgesik
• Pelumpuh otot
• Inotropik/vasopressor
• Antiaritmia
• Prostaglandin E1
• Surfaktan

Warren J et al. Crit Care Med 2004 Vol 32 No1


Pemeriksaan diagnostik dasar
• Pemeriksaan diagnostik dasar mencakup:
– Radiografi cervical spine, dada, pelvis dan ekstremitas
yang mengalami trauma.
– Pemeriksaan lab : Hb, Ht, urinalisis, tipe golongan darah.
– EKG
• Salinan seluruh pemeriksaan penunjang dibawa
bersama pasien, dilabel nama pasien, waktu
pemeriksaan dan catatan hasil abnormal.
• Pemeriksaan penunjang yang sedang dalam proses
saat pasien berangkat, disusulkan kemudian.
Pilihan Moda Evakuasi

• Moda transportasi dipilih berdasarkan :


kondisi penyakit urgensi tindakan transfer, ketersediaan,
waktu, faktor geografis, dan faktor lalu lintas serta cuaca.

• Transportasi darat (ambulance) memiliki keuntungan


– Biaya lebih murah,
– Tidak tergantung cuaca,
– Monitoring lebih mudah.
– Tidak ada gangguan yang berhubungan dengan ketinggian,
namun masih ada efek akselerasi, deselerasi dan imobilisasi.
Ambulance Evakuasi
Ambulance Evakuasi
Moda Transportasi
• Transportasi udara: dipertimbangkan untuk jarak
jauh.
1. Fixed wing transport (pesawat)
• Tekanan kabin dapat dijaga.
• Efek ketinggian tetap ada
• Ruang kabin lebih luas daripada helikopter
• Membutuhkan ambulance sebagai penghubung
2. Rotor-wing transport (helikopter)
• Ruang kabin sempit.
• Tekanan kabin helikopter tidak terjaga  antisipasi efek
ketinggian : hipoksia & ekspansi gas.
• Dapat terbang dan mendarat langsung di RS.
Dokumentasi
1. Dokumentasi pre-hospital :
– Mekanisme trauma atau riwayat penyakit.
– Waktu kejadian atau awal perjalanan penyakit.
– Waktu tiba di RS.
– Tindakan di lokasi kejadian
– Tindakan selama perjalanan dari lokasi ke RS
– Protokol yang digunakan selama trasnport.
Dokumentasi

2. Dokumentasi transfer antar fasilitas kesehatan:


– Catatan pre hospital
– Perawatan di UGD
– Riwayat medis sebelumnya bila ada.
– Hasil pemeriksaan penunjang (lab dan radiologi)
– Catatan evakuasi
– Protokol evakuasi yang digunakan
– Inform konsent
– Informasi anggota keluarga dan kontak person yang
dapat dihubungi.
– Nama dokter pengirim dan dokter penerima
Hand Over
• Harus ada hand over formal antara tim
transport dengan tim medis penerima dan
perawat.

• Hand over mencakup :


– riwaya penyakit pasien,
– terapi dan kejadian-kejadian selama transport,
– pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan.
IS THE PATIENT STABLE FOR TRANSPORT?
ARE YOU READY FOR DEPARTURE?
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai