Anda di halaman 1dari 23

A.

Definisi

Kolitis ulseratif adalah penyakit yang menyebabkan peradangan dan luka, yang disebut borok, di
lapisan rektum dan usus besar. Borok terbentuk peradangan telah membunuh sel-sel yang biasanya
garis usus besar, kemudian perdarahan dan menghasilkan nanah. Peradangan dalam usus besar juga
menyebabkan usus sering kosong, menyebabkan diare. Ketika peradangan terjadi di rektum dan
bagian bawah usus besar ini disebut ulseratif proktitis. Jika seluruh kolon terkena disebut pancolitis.
Jika hanya sisi kiri kolon terkena disebut terbatas atau kolitis distal. Kolitis ulseratif adalah penyakit
inflamasi usus (IBD), nama umum untuk penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan di usus
halus dan usus besar. Ini bisa sulit untuk mendiagnosis karena gejala yang mirip dengan gangguan
usus lainnya dan jenis lain IBD disebut penyakit Crohn. Penyakit Crohn berbeda karena
menyebabkan peradangan lebih dalam dinding usus dan dapat terjadi di bagian lain dari sistem
pencernaan termasuk usus kecil, mulut, kerongkongan, dan perut. Kolitis ulseratif dapat terjadi pada
orang-orang dari segala usia, tapi biasanya dimulai antara usia 15 dan 30, dan kurang sering antara
50 dan 70 tahun. Ini mempengaruhi laki-laki dan perempuan sama-sama dan tampaknya berjalan
dalam keluarga, dengan laporan sampai dengan 20 persen orang dengan kolitis ulserativa memiliki
anggota keluarga atau kerabat dengan kolitis ulserativa atau penyakit Crohn. Insiden yang lebih
tinggi dari kolitis ulseratif terlihat dalam Putih dan orang-orang keturunan Yahudi.

Ulcerative colitis (Colitis ulcerosa,UC) adalah suatu bentuk penyakit radang usus (IBD). Ulcerative
colitis adalah suatu bentuk radang usus besar, suatu penyakit dari usus, khususnya usus besar
atau usus besar, yang meliputi karakteristik bisul, atau luka terbuka, di dalam usus. Gejala utama
penyakit aktif biasanya konstan diare bercampur darah, dari onset gradual. Kolitis ulseratif ,biasanya
diyakini memiliki sistemik etiologi yang mengarah ke banyak gejala di luar usus. Karena nama, IBD
sering bingung dengan sindrom iritasi usus besar ( “IBS”), yang merepotkan, tapi kurang serius,
kondisi. Kolitis ulseratif memiliki kemiripan dengan penyakit Crohn, bentuk lain dari IBD. Kolitis
ulseratif adalah penyakit hilang timbul, dengan gejala diperburuk periode, dan periode yang relatif
gejala-bebas. Meskipun gejala kolitis ulserativa kadang-kadang dapat berkurang pada mereka
sendiri, penyakit biasanya membutuhkan perawatan untuk masuk ke remisi

1. A. Definisi

Kolitis ulseratif adalah penyakit yang menyebabkan peradangan dan luka, yang disebut
borok, di lapisan rektum dan usus besar. Borok terbentuk peradangan telah membunuh sel-sel
yang biasanya garis usus besar, kemudian perdarahan dan menghasilkan nanah. Peradangan
dalam usus besar juga menyebabkan usus sering kosong, menyebabkan diare.

Ketika peradangan terjadi di rektum dan bagian bawah usus besar ini disebut ulseratif
proktitis. Jika seluruh kolon terkena disebut pancolitis. Jika hanya sisi kiri kolon terkena
disebut terbatas atau kolitis distal.

Kolitis ulseratif adalah penyakit inflamasi usus (IBD), nama umum untuk penyakit-penyakit
yang menyebabkan peradangan di usus halus dan usus besar. Ini bisa sulit untuk
mendiagnosis karena gejala yang mirip dengan gangguan usus lainnya dan jenis lain IBD
disebut penyakit Crohn. Penyakit Crohn berbeda karena menyebabkan peradangan lebih
dalam dinding usus dan dapat terjadi di bagian lain dari sistem pencernaan termasuk usus
kecil, mulut, kerongkongan, dan perut.

Kolitis ulseratif dapat terjadi pada orang-orang dari segala usia, tapi biasanya dimulai antara
usia 15 dan 30, dan kurang sering antara 50 dan 70 tahun. Ini mempengaruhi laki-laki dan
perempuan sama-sama dan tampaknya berjalan dalam keluarga, dengan laporan sampai
dengan 20 persen orang dengan kolitis ulserativa memiliki anggota keluarga atau kerabat
dengan kolitis ulserativa atau penyakit Crohn. Insiden yang lebih tinggi dari kolitis ulseratif
terlihat dalam Putih dan orang-orang keturunan Yahudi.

Ulcerative colitis (Colitis ulcerosa, UC) adalah suatu bentuk penyakit radang usus (IBD).
Ulcerative colitis adalah suatu bentuk radang usus besar, suatu penyakit dari usus, khususnya
usus besar atau usus besar, yang meliputi karakteristik bisul, atau luka terbuka, di dalam usus.
Gejala utama penyakit aktif biasanya konstan diare bercampur darah, dari onset gradual.
Kolitis ulseratif ,biasanya diyakini memiliki sistemik etiologi yang mengarah ke banyak
gejala di luar usus. Karena nama, IBD sering bingung dengan sindrom iritasi usus besar (
“IBS”), yang merepotkan, tapi kurang serius, kondisi. Kolitis ulseratif memiliki kemiripan
dengan penyakit Crohn, bentuk lain dari IBD. Kolitis ulseratif adalah penyakit hilang timbul,
dengan gejala diperburuk periode, dan periode yang relatif gejala-bebas. Meskipun gejala
kolitis ulserativa kadang-kadang dapat berkurang pada mereka sendiri, penyakit biasanya
membutuhkan perawatan untuk masuk ke remisi.

Colitis ulseratif terjadi pada 35-100 orang untuk setiap 100.000 di Amerika Serikat, atau
kurang dari 0,1% dari populasi. Penyakit ini cenderung lebih umum di daerah utara.
Meskipun kolitis ulserativa tidak diketahui penyebabnya, diduga ada genetik kerentanan
komponen. Penyakit ini dapat dipicu pada orang yang rentan oleh faktor-faktor lingkungan.
Meskipun modifikasi diet dapat mengurangi ketidaknyamanan seseorang dengan penyakit,
kolitis ulserativa tidak diduga disebabkan oleh faktor-faktor diet. Meskipun kolitis ulserativa
diperlakukan seolah-olah itu merupakan penyakit autoimun, tidak ada konsensus bahwa itu
adalah seperti itu. Pengobatannya dengan obat anti-peradangan, kekebalan, dan terapi
biologis penargetan komponen spesifik dari respon kekebalan. Colectomy (parsial atau total
pengangkatan melalui pembedahan usus besar) yang kadang-kadang diperlukan, dan
dianggap sebagai obat untuk penyakit.

1. B. Etiologi

Etiologi kolitis ulserativa tidak diketahui. Faktor genetik tampaknya berperan dalam etiologi,
karena terdapat hubungan familial. Juga terdapat bukti yang menduga bahwa autoimunnita
berperan dalam patogenisis kolitis ulserativa. Antibodi antikolon telah ditemukan dalam
serum penderita penyakit ini. Dalam biakan jaringan limfosit dari penderrita kolitis ulserativa
merusak sel epitel pada kolon.
Selain itu ada juga beberapa fakor yang dicurigai menjadi penyebab terjadinya colitis
ulseratif diantaranya adalah : hipersensitifitas terhadap factor lingkungan dan makanan,
interaksi imun tubuh dan bakteri yang tidak berhasil (awal dari terbentuknya ulkus), pernah
mengalami perbaikan pembuluh darah, dan stress.

1. C. Patofisiologis

Suatu serangan bisa mendadak dan berat, menyebabkan diare hebat, demam tinggi, sakit
perut dan peritonitis (radang selaput perut). Selama serangan, penderita tampak sangat sakit.
Yang lebih sering terjadi adalah serangannya dimulai bertahap, dimana penderita memiliki
keinginan untuk buang air besar yang sangat, kram ringan pada perut bawah dan tinja yang
berdarah dan berlendir.

Jika penyakit ini terbatas pada rektum dan kolon sigmoid, tinja mungkin normal atau keras
dan kering. Tetapi selama atau diantara waktu buang air besar, dari rektum keluar lendir yang
mengandung banyak sel darah merah dan sel darah putih. Gejala umum berupa demam, bisa
ringan atau malah tidak muncul.
Jika penyakit menyebar ke usus besar, tinja lebih lunak dan penderita buang air besar
sebanyak 10-20 kali/hari.
Penderita sering mengalami kram perut yang berat, kejang pada rektum yang terasa nyeri,
disertai keinginan untuk buang air besar yang sangat. Pada malam haripun gejala ini tidak
berkurang.
Tinja tampak encer dan mengandung nanah, darah dan lendir. Yang paling sering ditemukan
adalah tinja yang hampir seluruhnya berisi darah dan nanah.
Penderita bisa demam, nafsu makannya menurun dan berat badannya berkurang.Kolitis
ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon dan
rectum. Penyakit ini umumnya mengenai orang kaukasia, termasuk keturunan Yahudi.
Puncak insidens adalah pada usia 30-50 tahun. Kolitis ulseratif adalah penyakit serius,
disertai dengan komplikasi sistemik dan angka mortalitas yang tinggi. Akhirnya 10%-15%
pasien mengalami karsinoma kolon.

Kolitis ulseratif mempengaruhi mukosa superfisisal kolon dan dikarakteristikkan dengan


adanya ulserasi multiple, inflamasi menyebar, dan deskuamasi atau pengelupasan epitelium
kolonik. Perdarahan terjadi sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi satu
secara bergiliran, satu lesi diikuti lesi yang lainnya. Proses penyakit mulai pada rectum dan
akhirnya dapat mengenai seluruh kolon. Akhirnya usus menyempit, memendek dan menebal
akibat hipertrofi muskuler dan deposit lemak.

1. D. Faktor Pencetus Terjadinya Colitis Ulcerative

Sementara ini penyebab kolitis ulserativa masih belum diketahui, beberapa, mungkin saling
berkaitan, menyebabkan telah diusulkan. Sebagian orang berpendapat bahwa penyakit
terkecil dapat memicu penyakit.

1. 1. Faktor-faktor genetik

Sebuah genetik komponen ke etiologi kolitis ulseratif dapat didasarkan pada hipotesis
berikut:

a) Agregasi dari kolitis ulserativa dalam keluarga.

b) Identik kembar konkordansi sebesar 10% dan dizigotik tingkat konkordansi kembar 3%

c) incidence Etnis perbedaan dalam insiden

d) Penanda genetik dan keterkaitan

Ada 12 daerah dari genom yang dapat dikaitkan dengan ulseratif kolitis. Ini termasuk
kromosom 16, 12, 6, 14, 5, 19, 1, 16, dan 3 dalam urutan penemuan mereka. Namun, tidak
satupun dari lokus telah secara konsisten terbukti bersalah, menunjukkan bahwa kelainan
muncul dari kombinasi beberapa genSebagai contoh, band kromosom 1p36 merupakan salah
satu wilayah tersebut diduga berkaitan dengan penyakit radang usus. Beberapa daerah diduga
menyandikan protein transporter seperti OCTN1 dan OCTN2. Melibatkan daerah potensial
lainnya perancah sel protein seperti keluarga MAGUK. Bahkan ada HLA asosiasi yang
mungkin di tempat kerja. Bahkan, kaitan pada kromosom Mei 6 menjadi yang paling
meyakinkan dan konsisten dari calon genetik.

Beberapa penyakit autoimun telah direkam dengan genetik neurovisceral dan kulit porphyrias
termasuk ulcerative colitis, penyakit Crohn, penyakit celiac, dermatitis herpetiformis,
diabetes, sistemik dan diskoid lupus, rheumatoid arthritis, spondilitis spondilitis, skleroderma,
penyakit Sjorgen dan scleritis. Dokter harus berada pada siaga tinggi untuk keluarga dengan
porphyrias di autoimmune disorders dan perhatian harus diambil dengan porphyrinogenic
potensi obat-obatan, termasuk sulfasalazine.

1. 2. Faktor-faktor lingkungan

Banyak hipotesis telah dibesarkan contributants lingkungan ke patogenesis ulseratif kolitis.


Mereka meliputi:

a) Diet: sebagai usus besar terkena banyak zat-zat makanan yang dapat mendorong
peradangan, faktor-faktor diet yang telah dihipotesiskan untuk memainkan peran dalam
patogenesis dari kedua ulcerative colitis dan penyakit Crohn. Ada beberapa studi untuk
menyelidiki seperti asosiasi, tetapi satu studi menunjukkan tidak ada asosiasi olahan gula
pada prevalensi kolitis ulserativa.

b) Diet: Sebuah beragi diet rendah serat makanan dapat mempengaruhi insiden kolitis
ulserativa.

c) Menyusui: Ada laporan yang saling bertentangan perlindungan menyusui dalam


perkembangan penyakit inflamasi usus. Satu Italia penelitian menunjukkan efek perlindungan
yang potensial.

d) Beberapa studi ilmiah telah diumumkan bahwa Accutane adalah kemungkinan pemicu
Crohn’s Disease dan ulseratif kolitis di beberapa individu. Tiga kasus di Amerika Serikat
telah pergi ke pengadilan sejauh ini, dengan ketiga menghasilkan jutaan dolar penilaian
terhadap pembuat Isotretinoin. Ada tambahan 425 kasus yang tertunda.

1. E. Manifestasi Klinik

Kebanyakan gejala Colitis ulserativa pada awalnya adalah berupa buang air besar yang lebih
sering. Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut dan diare berdarah.
Pasien juga dapat mengalami:

1. Anemia
2. Fatigue/ Kelelahan
3. Berat badan menurun
4. Hilangnya nafsu makan
5. Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi
6. Lesi kulit (eritoma nodosum)
7. Lesi mata (uveitis)
8. Nyeri sendi
9. Kegagalan pertumbuhan (khususnya pada anak-anak)
10. Buang air besar beberapa kali dalam sehari (10-20 kali sehari)
11. Terdapat darah dan nanah dalam kotoran.
12. Perdarahan rektum (anus).
13. Rasa tidak enak di bagian perut.
14. Mendadak perut terasa mulas.
15. Kram perut.
16. Sakit pada persendian.
17. Rasa sakit yang hilang timbul pada rectum
18. Anoreksia
19. Dorongan untuk defekasi
20. Hipokalsemia

Sekitar setengah dari orang-orang didiagnosis dengan kolitis ulserativa memiliki gejala-gejala
ringan. Lain sering menderita demam, diare, mual, dan kram perut yang parah. Kolitis
ulserativa juga dapat menyebabkan masalah seperti radang sendi, radang mata, penyakit hati,
dan osteoporosis. Tidak diketahui mengapa masalah ini terjadi di luar usus. Para ilmuwan
berpikir komplikasi ini mungkin akibat dari peradangan yang dipicu oleh sistem kekebalan
tubuh. Beberapa masalah ini hilang ketika kolitis diperlakukan.

Presentasi klinis dari kolitis ulserativa tergantung pada sejauh mana proses penyakit. Pasien
biasanya hadir dengan diare bercampur darah dan lendir, dari onset gradual. Penyakit ini
biasanya disertai dengan berbagai derajat nyeri perut, dari ketidaknyamanan ringan untuk
sangat menyakitkan kram.

Kolitis ulseratif berhubungan dengan proses peradangan umum yang mempengaruhi banyak
bagian tubuh. Kadang-kadang terkait ekstra-gejala usus adalah tanda-tanda awal penyakit,
seperti sakit, rematik lutut pada seorang remaja. Kehadiran penyakit ini tidak dapat
dikonfirmasi, namun, sampai awal manifestasi usus.

1. A. Asuhan Keperawatan
2. 1. Anamnesa

a) Identitas Pasien

Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, alamat, dll.

b) Identitas Penanggung Jawab

Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, alamat, dll.

c) Riwayat Penyakit Sekarang

DO : Fatigue (+), anoreksia(+), weakness (+)

DS : Klien mengatakan sudah diare selama 2 minggu, 5 hari terakhir terdapat darah dan
lendir pada feses, perut terasa nyeri di kuadran kiri bawah.
d) Riwayat Penyakit Dahulu;

Klien mengatakan pernah mengalami penyakit seperti ini setengah tahun yang lalu.

e) Riwayat Penyakit Keluarga

f) Aktifitas Sehari-hari

1. 2. Pengkajian

a) Pemeriksaan Fisik

 Inspeksi
 Auskultasi
 Palpasi
 Perkusi

b) Pemeriksaan Laboratorium / Data Penunjang

 Sebuah hitung darah lengkap dilakukan untuk memeriksa anemia; Trombositosis, tinggi
platelet count, kadang-kadang terlihat
 Elektrolit studi dan tes fungsi ginjal dilakukan, sebagai kronis diare dapat berhubungan
dengan hipokalemia, hypomagnesemia dan pra-gagal ginjal.
 Tes fungsi hati dilakukan untuk layar untuk keterlibatan saluran empedu: kolangitis
sclerosing utama.
 X-ray
 Urine
 Bangku budaya, untuk menyingkirkan parasit dan menyebabkan infeksi.
 Tingkat sedimentasi eritrosit dapat diukur, dengan tingkat sedimentasi yang tinggi
menunjukkan bahwa proses peradangan hadir.
 C-reactive protein dapat diukur, dengan tingkat yang lebih tinggi menjadi indikasi lain
peradangan.
 Sumsum tulang : Menurun secara umum pada tipe berat/setelah proses inflamasi panjang.
 Alkaline fostase : Meningkat, juga dengan kolesterol serumdan hipoproteinemia,
menunjukkan gangguan fungsi hati (kolangitis, sirosis)
 Kadar albumin : Penurunan karena kehilangan protein plasma/gangguan fungsi hati.
 Elektrolit : Penurunan kalium dan magnesium umum pada penyakit berat.
 Trobositosis : Dapat terjadi karena proses penyakit inflamasi.
 ESR : meningkatkarena beratnya penyakit.
 Kadar besi serum : rendah karena kehilangan darah.

Endoskopi

Biopsi sampel (H & E noda) yang menunjukkan ditandai limfositik infiltrasi (biru /ungu) dari
mukosa usus dan arsitektur distorsi dari kriptus.

Tes terbaik untuk diagnosis kolitis ulserativa tetap endoskopi. Penuh kolonoskopi ke sekum
dan masuk ke terminal ileum yang dicoba hanya jika diagnosis UC tidak jelas. Jika tidak,
sigmoidoskopi yang fleksibel sudah cukup untuk mendukung diagnosis. Dokter dapat
memilih untuk membatasi sejauh mana ujian jika kolitis parah dijumpai untuk meminimalkan
risiko perforasi dari usus besar. Endoskopi temuan di kolitis ulserativa meliputi:
 Hilangnya penampilan vaskular kolon
 Eritema (atau kemerahan dari mukosa) dan kerapuhan dari mukosa
 Ulserasi yang dangkal, yang mungkin anak sungai, dan
 Pseudopolyps.

Sebuah kolonoskopi atau sigmoidoskopi adalah metode yang paling akurat untuk membuat
diagnosis kolitis ulseratif dan penguasa-out kondisi lain yang mungkin, seperti penyakit
Crohn, penyakit divertikular, atau kanker. Untuk kedua tes, dokter memasukkan sebuah
endoskopi-panjang, fleksibel, tabung bercahaya terhubung ke komputer dan monitor TV-ke
dalam anus untuk melihat bagian dalam kolon dan rektum. Dokter akan dapat melihat
peradangan, perdarahan, atau borok pada dinding usus besar. Selama ujian, dokter akan
melakukan biopsi, yang melibatkan mengambil sampel jaringan dari lapisan usus besar untuk
melihat dengan sebuah mikroskop.

Tes darah dapat dilakukan untuk memeriksa anemia, yang dapat menunjukkan perdarahan di
kolon atau rektum, atau mereka dapat mengungkap tinggi jumlah sel darah putih, yang
merupakan tanda-tanda peradangan di suatu tempat di dalam tubuh.

Sebuah sampel tinja juga dapat menunjukkan sel-sel darah putih, yang kehadirannya
menunjukkan kolitis ulserativa atau penyakit radang. Di samping itu, sampel tinja
memungkinkan dokter untuk mendeteksi perdarahan atau infeksi di usus atau dubur yang
disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit.

Kadang-kadang x sinar seperti barium enema atau CT scan juga digunakan untuk
mendiagnosis kolitis ulserativa atau komplikasinya.

1. 3. Diagnosa Keperawatan

a) Diare berhubungan dengan proses inflamasi, iritasi atau malabsopsi .

b) Nyeri abdomen di quadran kiri bawah berhubungan dengan iritasi pada colon.

c) Feses berlendir dan bercampur darah berhubungan dengan terjadinya infeksi dan iritasi
pada kolon

d) Kurangnya nafsu makan berhubungan dengan rasa mual.

e) Nyeri abdomen, berhubungan dengan peningkatan peristatik dan inflamasi.

f) Kurang volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan anoreksia, mual, dan diare.

g) Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan diet
dan mual.

1. 4. Implementasi

Tujuan utama mencakup mendapatkan eliminasi usus normal, hilangnya nyeri abdomen, dan
keram, mencegah kekurangan volume cairan, mempertahankan nutrisi dan berat badan
optimal, menghindari keletihan, penurunan anxietas, mencegah kerusakan kulit, mendapatkan
pengetahuan dan pembahasan tentang proses penyakit dan program terapeutik dan tidak
adanya komplikasi.

1. 5. Intervensi

Mandiri Rasional

 Observasi dan catat frekuensi  Agar mengurangi bau tak sedap untuk
defekasi, karakteristik, jumlah dan menghindari malu pasien
factor pencetus  Istirahat menurunkan mobilitas khusus,
 Buang feses dengan tepat, berikan juga menurunkan laju metabolisme
pengharum ruangan.
 Tingkatkan tirah baring, berikan alat
alat di samping tempat tidur.
 Ø Membantu membedakan
penyakit individu dan mengkaji
beratnya episode

1. F. Evaluasi

Pada diagnosis kolitis ulserative kronis, pemeriksaan feses yang cermat dilakukan untuk
membedakannya dengan disentri yang di sebabkan oleh organisme usus umum, khususnya
entamoeba histolityca. Feses positif terhadap darah. Tes laboratorium akan menunjukkan
hematokrik dan hemoglobin yang rendah, peningkatan hitung darah lengkap, albumin rendah,
dan ketidakseimbangna elektrorit.

Sigmoidoskopi dan enemabarium dapat membedakan kondisi ini dari penyakit kolon yang
lain dengan gejala yang serupa. Enema barium akan menunjukkan iregularitas mukosal,
pemendekkan kolon, dan dilatasi lengkung usus.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 2.Jakarta:EGC

Marliynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta. EGC.

http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://www.medicinenet.
com/ulcerative_colitis/page7.htm&prev=/search%3Fq%3Dcolitis%2Bulcerative%26hl%3Did
%26sa%3DG%26as_qdr%3Dall&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjR9AnVmtb5K76
UFI9mBHkaiTQZ7A

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Ulcerative
_colitis&ei=QeXzSt2mGKfU6gP6zqUO&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=1&ved=0
CA4Q7gEwAA&prev=/search%3Fq%3Dcolitis%2Bulcerative%26hl%3Did%26sa%3DG%2
6as_qdr%3Dall

www.semangateli.blogspot.com/2008_03_01
www.medicastore.com/nutracare/isi-enzym.php
www.medic-fighting.blogspot.com/2008/02
www.indonesiaindonesia.com/f/10717-kolitis-ulserativa/

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Feses berdarah, berlendir, dan bernanah adalah tanda-tanda dari terganggunya saluran
pencernaan. Jika ternyata Anda mengalami diare hebat, demam tinggi, dan pendarahan pada saat
buang air besar (BAB), Anda harus waspada. Bisa jadi Anda mengalami radang usus besar (kolitis
ulserativa).
Kolitis ulserativa adalah peradangan akut atau kronik pada kolon (usus besar). Karena
peradangan itu, terjadi kram perut, demam, dan diare berdarah. Peradangan itu dimulai di rektum
atau kolon sigmoid (ujung bawah dari usus besar) dan kemudian menyebar ke sebagian atau seluruh
bagian usus besar. Pada bagian yang meradang akan terjadi pembengkakan. Kolitis di derita oleh
siapa pun dan pada umur berapa pun. Tapi biasanya mulai diderita pada umur 15-30 tahun dan bisa
juga di atas 50 tahun.
Kolitis banyak ditemukan di Amerika dan Eropa dengan kondisi penderitaan pasien makin
lama makin berat. Insiden kolitis ulseratif di Amerika utara yaitu 10-12 kasus per 100.000 tiap tahun,
onset terjadi pada usia 15-25 tahun, dimana insiden pada wanita lebih besar daripada laki-laki. Di
Asia termasuk Indonesia prevalensi dan insiden kolitis masih rendah namun cenderung meningkat.
Meluasnya penggunaan alat endoskopi membuat pasien kolitis di Indonesia, lebih banyak
ditemukan. Penelitian yang dilakukan salah satu RS di Jakarta mendapatkan hampir 20% kasus kolitis
dari 107 pasien datang dengan keluhan diare kronik non infeksi. Insiden kolitis ulseratif 6,8% dan
penyakit Cohrn 5,5%.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengurangi angka kesakitan dan meningkatkan derajat kesehatan.
2. Tujuan khusus
 Memperoleh gambaran mengenai penyakit Kolitis
 Mampu mengidentifikasi kasus gangguan sistem pencernaan khususnya
 Kolitis sehingga dapat mengatasi masalah keperawatan yang terjadi
 Mampu mengenali pengkajian sampai evaluasi yang sering terjadi pada klien dengan
C. Manfaat
Dalam penulisan makalah ini, penulis mengharapkan agar hasil makalah ini dapat dipergunakan
sebagai:
1. Kegunaan Ilmiah
 Sebagai bahan bacaan
 Sebagai salah satu tugas akademik
2. Kegunaan Praktis
Manfaat bagi tenaga perawat dalam penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan Kolitis
ulseratif dan Apendisitis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Komsep teori
1. ANATOMI DAN FISIOLOGI KOLON
Usus besar atau colon berbentuk saluran muscular beronga yang membentang dari
secum hingga canalis ani dan dibagi menjadi sekum, colon (assendens, transversum, desendens, dan
sigmoid), dan rectum. Katup ileosekal mengontrol masuknya kimus ke dalam kolon, sedangkan otot
sfingter eksternus dan internus mengotrol keluarnya feses dari kanalis ani. Diameter kolon kurang
lebih 6,3 cm dengan panjang kurang lebih 1,5 m.
Usus besar memiliki berbagai fungsi, yang terpenting adalah absorbsi air dan elektrolit.
Ciri khas dari gerakan usus besar adalah pengadukan haustral. Gerakan meremas dan tidak progresif
ini menyebabkan isi usus bergerak bolak balik, sehingga memberikan waktu untuk terjadinya
absorbsi. Peristaltik mendorong feses ke rectum dan menyebabkan peregangan dinding rectum dan
aktivasi refleks defekasi.
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam kolon berfungsi mencerna beberapa bahan
dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam kolon juga berfungsi membuat zat-zat
penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta
antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri di dalam usus besar. Akibatnya terjadi
iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air sehingga terjadilah diare.
Gerak dan sekresi Kolon Pergerakan kolon terdiri dari kontraksi segmentasi dan
gelombang peristaltik seperti yang terdapat pada usus halus. Kontraksi segmentasi mencampur isi
kolon dan dengan lebih banyak menyentuhkan isi ke mukosa, mempermudah absorbsi. Gelombang
peristaltik mendorong isi ke rektum, walaupun kadang-kadang terlihat antiperistaltik yang lemah.
Kontraksi tipe ke tiga yang terdapat hanya pada kolon adalah mass action contraction, di mana
terdpat kontraksi otot polos yang serentak meliputi daerah yang luas.. Kontraksi ini terjadi pada pars
desenden dan sigmoid dan berperan untuk mengosongkan kolon dengan cepat. Kontraksi ini
merupakan kekuatan kontraksi yang jelas waktu defekasi.
Pergerakan kolon dikoordinasi oleh gelombang lambat kolon. Frekuensi gelombang ini,
tidak seperti gelombang pada usus halus, meningkat sepanjang kolon, dari kira-kira 2 x / menit pada
katup ileocaecal sampai 6 x / menit pada signoid. Sekresi kukus oleh kelenjar kolon dirangsang oleh
kontak antara sel-sel kelenjar dan isi kolon. Tidak ada hubungan hormonal atau saraf berperan
dalam respon dasar sekresi, walaupun beberapa sekresi tambahan dapat dihasilkan oleh respon
reflek lokal melalui nervus pelvicuc dan splanknikus. Tidak ada enzem pencernaan disekresi dalam
kolon.

Absorpsi dalam kolon


Kemampuan absorpsi mukos usus besar sangat besar. Na secara aktif ditransport
keluar kolon, dan air mengikuti osmotik gradier yang ditimbulkan. Terdapat sekresi K , dan HCO
kedalam kolon. Kapasitas absorpsi kolon membuat instalasi rektum merupakan suatu jalan yang
praktis untuk pemberian obat, khususnya anak-anak. Banyak senyawaan, termasuk obat anestesi,
sedatif, transquilizer, dan steroid, diabsorpsi dengan cepat oleh tempat ini. Sebagian air dalam
enema diabsorpsi, dan bila volime enema besar, absorpsi dapat cukup cepat menyebabkan
intoksikasi air. Koma dan kematian yang disebabkan karena intoksikasi air telah dilaporkan setelah
enema dengan air kran pada anak-anak dengan megakolon

2. PENGERTIAN
Kolitis adalah radang pada kolon. Radang ini disebabkan akumulasi cytokine yang
mengganggu ikatan antar sel epitel sehingga menstimulasi sekresi kolon, stimulasi sel goblet untuk
mensekresi mucus dan mengganggu motilitas kolon. Mekanisme ini menurunkan kemampuan kolon
untuk mengabsorbsi air dan menahan feses ( Tilley et al, 1997).
Kolitis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain infeksi akut atau kronik oleh
virus, bakteri, dan amoeba, termasuk keracunan makanan. Kolitis dapat juga disebabkan gangguan
aliran darah ke daerah kolon yang dikenal dengan kolitis iskemik. Adanya penyakit autoimun dapat
menyebabkan kolitis, yaitu kolitis ulseratif dan penyakit Cohrn. Kolitis limfositik dan kolitis kolagenus
disebabkan beberapa lapisan dinding kolon yang ditutupi oleh sel-sel limfosit dan kolagen. Selain itu,
kolitis dapat disebabkan zat kimia akibat radiasi dengan barium enema yang merusak lapisan
mukosa kolon, dikenal dengan kolitis kemikal.
Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya kolitis ditinjau dari teori Blum dibedakan
menjadi empat faktor, yaitu: faktor biologi, faktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan, dan
faktor prilaku.
 Faktor Biologi: Jenis kelamin: Wanita beresiko lebih besar dibanding laki-laki. Usia: 15-25 tahun, dan
lebih dari 50 tahun. Genetik/ familial: Riwayat keluarga dengan kolitis
 Faktor Lingkungan: Lingkungan dengan sanitasi dan higienitas yang kurang baik. Nutrisi yang buruk
 Faktor Perilaku: Kegemukan (obesitas). Merokok. Stress / emosi. Pemakaian laksatif yang berlebihan.
Kebiasaan makan makanan tinggi serat, tinggi gula, alkohol, kafein, kacang, popcorn, makanan
pedas. Kurang kesadaran untuk berobat dini. Keterlambatan dalam mencari pengobatan. Tidak
melakukan pemeriksaan rutin kesehatan.
 Faktor Pelayanan Kesehatan: Minimnya pengetahuan petugas kesehatan. Kurangnya sarana dan
prasarana yang memadai. Keterlambatan dalam diagnosis dan terapi. Kekeliruan dalam diagnosis
dan terapi. Tidak adanya program yang adekuat dalam proses skrining awal penyakit.

3. ETIOLOGI
Kolitis bisa menjalar ke belakang sehingga menyebabkan proktitis. Penyebab dari
kolitis ada beberapa macam antara lain ( Tilley et al, 1997) :
 Infeksi : Trichuris vulpis, Ancylostoma sp, Entamoeba histolytica, Balantidium coli, Giardia spp,
Trichomonas spp, Salmonella spp, Clostridium spp, Campylobacter spp, Yersinia enterolitica,
Escherichia coli, Prototheca, Histoplasma capsulatum, dan Phycomycosis.
 Faktor familial/genetik
Penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang kulit putih daripada orang kulit hitam dan orang
Cina, dan insidensinya meningkat (3 sampai 6 kali lipat) pada orang Yahudi dibandingkan dengan
orang non Yahudi. Hal ini menunjukkan bahwa dapat
 ada predisposisi genetik terhadap perkembangan penyakit ini
 Trauma : benda asing, material yang bersifat abrasif.
 Alergi : protein dari pakan atau bisa juga protein bakteri.
 Polyps rektokolon
 Intususepsi ileokolon
 Inflamasi : Lymphoplasmacytic, eoshinophilic, granulopmatous, histiocytic
 Neoplasia : Lymphosarcoma, Adenocarcinoma
 Sindrom iritasi usus besar (Irritable Bowel Syndrome)

4. KLASIFIKASI
berdasarkan penyebab dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Kolitis infeksi, misalnya : shigelosis, kolitis tuberkulosa, kolitis amebik, kolitis pseudomembran, kolitis
karena virus/bakteri/parasit.
b. Kolitis non-infeksi, misalnya : kolitis ulseratif, penyakit Crohn’s kolitis radiasi, kolitis iskemik, kolitis
mikroskopik, kolitis non-spesifik (simple colitis).
Pembahasan ini difokuskan pada kolitis infeksi yang sering ditemukan di Indonesia
sebagai daerah tropik, yaitu kolitis amebik, shigellosis, dan kolitis tuberkulosa serta infeksi E.coli
patogen yang dilaporkan sebagai salah satu penyebab utama diare kronik di Indonesia.
5. PATOFISIOLOGI
Suatu serangan bisa mendadak dan berat, menyebabkan diare hebat, demam tinggi,
sakit perut dan peritonitis (radang selaput perut). Selama serangan, penderita tampak sangat sakit.
Yang lebih sering terjadi adalah serangannya dimulai bertahap, dimana penderita memiliki keinginan
untuk buang air besar yang sangat, kram ringan pada perut bawah dan tinja yang berdarah dan
berlendir.
Jika penyakit ini terbatas pada rektum dan kolon sigmoid, tinja mungkin normal atau
keras dan kering. Tetapi selama atau diantara waktu buang air besar, dari rektum keluar lendir yang
mengandung banyak sel darah merah dan sel darah putih. Gejala umum berupa demam, bisa ringan
atau malah tidak muncul.
Jika penyakit menyebar ke usus besar, tinja lebih lunak dan penderita buang air besar sebanyak 10-
20 kali/hari.
Penderita sering mengalami kram perut yang berat, kejang pada rektum yang terasa
nyeri, disertai keinginan untuk buang air besar yang sangat. Pada malam haripun gejala ini tidak
berkurang. Tinja tampak encer dan mengandung nanah, darah dan lendir. Yang paling sering
ditemukan adalah tinja yang hampir seluruhnya berisi darah dan nanah.
Penderita bisa demam, nafsu makannya menurun dan berat badannya
berkurang.Kolitis ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon
dan rectum. Penyakit ini umumnya mengenai orang kaukasia, termasuk keturunan Yahudi. Puncak
insidens adalah pada usia 30-50 tahun. Kolitis ulseratif adalah penyakit serius, disertai dengan
komplikasi sistemik dan angka mortalitas yang tinggi. Akhirnya 10%-15% pasien mengalami
karsinoma kolon.
Kolitis ulseratif mempengaruhi mukosa superfisisal kolon dan dikarakteristikkan dengan adanya
ulserasi multiple, inflamasi menyebar, dan deskuamasi atau pengelupasan epitelium kolonik.
Perdarahan terjadi sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi satu secara bergiliran,
satu lesi diikuti lesi yang lainnya. Proses penyakit mulai pada rectum dan akhirnya dapat mengenai
seluruh kolon. Akhirnya usus menyempit, memendek dan menebal akibat hipertrofi muskuler dan
deposit lemak.

6. Manifestasi Klinik
Kebanyakan gejala Colitis ulserativa pada awalnya adalah berupa buang air besar yang
lebih sering. Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut dan diare berdarah.
Pasien juga dapat mengalami:
a. Anemia
b. Fatigue/ Kelelahan
c. Berat badan menurun
d. Hilangnya nafsu makan
e. Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi
f. Lesi kulit (eritoma nodosum)
g. Lesi mata (uveitis)
h. Nyeri sendi
i. Kegagalan pertumbuhan (khususnya pada anak-anak)
j. Buang air besar beberapa kali dalam sehari (10-20 kali sehari)
k. Terdapat darah dan nanah dalam kotoran.
l. Perdarahan rektum (anus).
m. Rasa tidak enak di bagian perut.
n. Mendadak perut terasa mulas.
o. Kram perut.
p. Sakit pada persendian.
q. Rasa sakit yang hilang timbul pada rectum
r. Anoreksia
s. Dorongan untuk defekasi
t. Hipokalsemia
Sekitar setengah dari orang-orang didiagnosis dengan kolitis ulserativa memiliki gejala-
gejala ringan. Lain sering menderita demam, diare, mual, dan kram perut yang parah. Kolitis
ulserativa juga dapat menyebabkan masalah seperti radang sendi, radang mata, penyakit hati, dan
osteoporosis. Tidak diketahui mengapa masalah ini terjadi di luar usus. Para ilmuwan berpikir
komplikasi ini mungkin akibat dari peradangan yang dipicu oleh sistem kekebalan tubuh. Beberapa
masalah ini hilang ketika kolitis diperlakukan.
Presentasi klinis dari kolitis ulserativa tergantung pada sejauh mana proses penyakit.
Pasien biasanya hadir dengan diare bercampur darah dan lendir, dari onset gradual. Penyakit ini
biasanya disertai dengan berbagai derajat nyeri perut, dari ketidaknyamanan ringan untuk sangat
menyakitkan kram.
Kolitis ulseratif berhubungan dengan proses peradangan umum yang mempengaruhi
banyak bagian tubuh. Kadang-kadang terkait ekstra-gejala usus adalah tanda-tanda awal penyakit,
seperti sakit, rematik lutut pada seorang remaja. Kehadiran penyakit ini tidak dapat dikonfirmasi,
namun, sampai awal manifestasi usus.

7. Pemeriksaan Penunjang
A. GAMBARAN RADIOLOGI
 Foto polos abdomen
 Barium enema
 . Ultrasonografi (USG)
 . CT-scan dan MRI
B. Pemeriksaan Endoskopi

8. Pemeriksaan Diagnostik
 Contoh feses (pemeriksaan digunakan dalam diagnosa awal dan selama penyakit):
terutama mengandung mukosa, darah, pus dan organisme usus khususnya entomoeba histolytica.
 Protosigmoi doskopi: memperlihatkan ulkus, edema, hiperermia, dan inflamasi (akibat infeksi
sekunder mukosa dan submukosa). Area yang menurun fungsinya dan perdarahan karena nekrosis
dan ulkus terjadi pada 35 % bagian ini.
 Sitologi dan biopsy rectal membedakan antara pasien infeksi dan karsinoma. Perubahan neoplastik
dapat dideteksi, juga karakter infiltrat inflamasi yang disebut abses lapisan bawah.
 Enema bartum, dapat dilakukan setelah pemeriksaan visualisasi dilakukan, meskipun jarang
dilakukan selama akut, tahap kambuh, karena dapat membuat kondisi eksasorbasi.
 Kolonoskopi: mengidentigikasi adosi, perubahan lumen dinding, menunjukkan obstruksi usus.
 Kadar besi serum: rendah karena kehilangan darah. Masa protromlain: memanjang pada kasus
berat karena gangguan faktor VII dan X disebabkan oleh kekurangan vitamin K.
 ESR: meningkat karena beratnya penyakit Trombosis: dapat terjadi karena proses penyakit inflamasi.
 Elektrolit: penurunan kalium dan magnesium umum pada penyakit berat.

9. Komplikasi

 Perdarahan, merupakan komplikasi yang sering menyebabkan anemia karena kekurangan zat besi.
Pada 10% penderita, serangan pertama sering menjadi berat, dengan perdarahan yang hebat,
perforasi atau penyebaran infeksi.
 Kolitis Toksik, terjadi kerusakan pada seluruh ketebalan dinding usus.
Kerusakan ini menyebabkan terjadinya ileus, dimana pergerakan dinding usus terhenti, sehingga isi
usus tidak terdorong di dalam salurannnya. Perut tampak menggelembung. Usus besar kehilangan
ketegangan ototnya dan akhirnya mengalami pelebaran.
 Kanker Kolon (Kanker Usus Besar). Resiko kanker usus besar meningkat pada orang yang menderita
kolitis ulserativa yang lama dan berat.
 Bersifat lokal atau sistemik
 Fistula dan fisura abses rectal
 Dilatasi toksik atau megakolon
 Perforasi usus
 Karsinoma kolon

B. KONSEP ASKEP
1. PENGKAJIAN/PENGUMPULAN DATA
a. Data Biografi: Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan
b. Data Dasar Pengkajian Klien
1) Aktivitas/istirahat
Gejala:
 Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah
 Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare
 Merasa gelisah dan ansietas
 Pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan efek proses penyakit.
2) Sirkulasi
Tanda:

 Takikardia Crospons terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi, dan nyeri.


 Kemerahan area akimonsis (kekurangan vitamin K)
 TD: hipotensi, termasuk postural
 Kulit/membran mukosa, turgor buruk, kering, lidah pecah (dehidrasi/malnutrisi)
3) Integritas ego
Gejala:
 Ansietas, ketakutan, emosi, kesal, misalnya perasaan tak berdaya/tak ada harapan
 Faktor stress akut/kronis, misalnya hubungan dengan keluarga/pekerjaan, pengobatan yang mahal
 Faktor budaya peningkatan prevalensi dari populasi Yahudi
Tanda:
 Menolak, perhatian menyempit, depresi.
4) Eliminasi
Gejala:
 Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai batu atau berair
 Episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, hingga timbul, sering tak dapat dikontrol (sebanyak
20 – 30 kali defekasi/hari)
 Perasaan dorongan/kram (temosmus), defekasi berdarah/pus/ mukosa dengan atau tanpa keluar
feses.
 Perdarahan per rectal
 Riwayat batu ginjal (dehidrasi)
Tanda:
 Menurunnya bising usus, tak ada peristoltik atau adanya peristoltik yang dapat dilihat.
 Hemosoid, fisura anal (25 %), fisura perianal
 Oliguria
5) Makanan/ cairan
Gejala:
 Anoreksia, mual/muntah
 Penurunan berat badan
 Tidak toleran terhadap diet/sensitif misalnya buah segar/sayur
 Produk susu makanan berlemak.
Tanda:
 Penurunan lemak subkutan/massa otot
 Kelemahan tonus otot dan turgor kulit buruk
 Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut
6) Higine
Tanda:
 Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri
 Stomatitis menunjukkan kekurangan vitamin
 Bau badan
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala:
 Nyeri/nyeri tekan pada kwadran kiri bawah (mungkin hilang dengan defekasi)
 Titik nyeri berpindah, nyeri tekan (arthritis)
 Nyeri mata, fotofobia (iritis)
Tanda:
 Nyeri tekan abdomen/distensi
8) Keamanan
Gejala:
 Riwayat lupus eritoma tous, anemia hemolitik, vaskulitis,.
 Arthritis (memperburuk gejala dengan eksoserbasi penyakit usus)
 Peningkatan suhu 39,6 – 40 ºC (eksoserbasi akut)
 Penglihatan kabur
 Alergi terhadap makanan/produk susu (mengeluarkan histamine ke dalam usus dan mempunyai efek
inflamasi)
Tanda:
 Lesi kulit mungkin ada misalnya: eritoma nodusum (meningkat), nyeri, kemerahan dan membengkak
pada tangan, muka, plodeima gangrionosa (lesi tekan purulen/lepuh dengan batas keunguan)
 Ankilosa spondilitis
 Uveitis, kongjutivitis/iritis.
9) Seksualitas
Gejala: frekuensi menurun/menghindari aktivitas seksual
10) Interaksi sosial
Gejala:
 Masalah hubungan/peran sehubungan dengan kondisi
 Ketidakmampuan aktif dalam sosial

2. Diagnosa Keperawatan
A. Potensial perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan adanya
mual.
Tujuan dan KH :
 Klien tidak mual
 Nafsu makan klien membaik
 Klien tidak merasa nyeri di bagian abdomen-nya
 Berat badan klien bertambah

INTERVENSI RASIONAL

1. Tingkat intake makanan melalui Cara khusus untuk meningkatkan nafsu


 Mengurangi gangguan dari lingkungan makan klien
 Jaga privacy klien
 Jaga kebersihan ruangan

2. Kaji tanda-tanda vita


3. Selingi makanan dengan minum dengan
porsi sedikit tapi sering
4. Catat intake dan out put

Membantu mengkaji keadaan klien

Memudahkan makanan masuk tanpa


muntah
B. Nyeri abdomen sehubungan dengan adanya peningkatan peristaltik usus.
Tujuan Dan KH :
 Klien tidak mulas
 BAB klien berkurang frekuensinya
 Bising usus kembali normal
 konsistensi feses tidak encer dan rasa nyeri berkurang

INTERVENSI RASIONAL

1. Atur posisi klien Meningkatkan rasa nyaman

2. Berikan kompres panas lokal


Mengurangi rasa mulas dengan vasodilatasi
pembuluh darah/melancarkan peredaran
darah

3. Kurangi aktivitas Menurunkan kualitas sakla nyeri

4. Anjarkan tirah
Menurunkan peristaltik

C. Intoleransi aktivitas sehubungan dengan keletihan.


Tjuan dan KH :
 Klien merasa rasa letih berkurang
 Klien bisa berdiri dan berjalan sendiri
 Rasa letih berkurang
 Dalam waktu 1 minggu keadaan klien kembali pulih

INTERVENSI RASIONAL

1. Anjurkan klien untuk tirah baring Menurunkan peristaltik usus

2. Batasi aktivitas
Membantu mengurangi keletihan
D. Kurang pengetahuan mengenal prses dan penatalaksanaan penyakitnya.
Tujuan jangka pendek
 klien tahu tentang penyakitnya
 klien tahu akibat dan pencegahan mengenai penyakitnya
 Klien mematuhi diet yang dianjurkan dan secara bertahap dapat mengurangi rasa sakit yang
dirasakannya.

INTERVENSI RASIONAL

1. Berikan informasi kepada klien mengenai Meningkatkan pengetahuan tentang


penyakitnya penyakitnya

2. Ajarkan cara pencegahan dan alternatif


pengobatannya Mengurangi terjadinya penyakit serupa
pada keluarganya

3. Konsul dengan dokter ahli gizi untuk


menentukan dietnya

Membantu menentukan jenis diet yang


sesuai untuk mempercepat kesembuhan

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Usus besar atau colon berbentuk saluran muscular beronga yang membentang dari secum
hingga canalis ani dan dibagi menjadi sekum, colon (assendens, transversum, desendens, dan
sigmoid), dan rectum. Katup ileosekal mengontrol masuknya kimus ke dalam kolon, sedangkan otot
sfingter eksternus dan internus mengotrol keluarnya feses dari kanalis ani. Diameter kolon kurang
lebih 6,3 cm dengan panjang kurang lebih 1,5 m.
Kolitis adalah radang pada kolon. Radang ini disebabkan akumulasi cytokine yang
mengganggu ikatan antar sel epitel sehingga menstimulasi sekresi kolon, stimulasi sel goblet untuk
mensekresi mucus dan mengganggu motilitas kolon. Mekanisme ini menurunkan kemampuan kolon
untuk mengabsorbsi air dan menahan feses ( Tilley et al, 1997).
Suatu serangan bisa mendadak dan berat, menyebabkan diare hebat, demam tinggi, sakit
perut dan peritonitis (radang selaput perut). Selama serangan, penderita tampak sangat sakit. Yang
lebih sering terjadi adalah serangannya dimulai bertahap, dimana penderita memiliki keinginan
untuk buang air besar yang sangat, kram ringan pada perut bawah dan tinja yang berdarah dan
berlendir.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 2.Jakarta:EGC

Marliynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta. EGC.

www.semangateli.blogspot.com/2008_03_01

www.medicastore.com/nutracare/isi-enzym.php

www.medic-fighting.blogspot.com/2008/02

www.indonesiaindonesia.com/f/10717-kolitis-ulserativa/

Anda mungkin juga menyukai