Anda di halaman 1dari 46

Gastritis adalah kondisi ketika lapisan lambung mengalami iritasi, peradangan atau pengikisan.

Berdasarkan jangka waktu perkembangan gejala, gastritis dibagi menjadi dua, yaitu akut
(berkembang secara cepat dan tiba-tiba) dan kronis (berkembang secara perlahan-lahan).

Lambung memiliki sel-sel penghasil asam dan enzim yang berguna untuk mencerna makanan.
Untuk melindungi lapisan lambung dari kondisi radang atau pengikisan asam, sel-sel tersebut
juga sekaligus menghasilkan lapisan “lendir” yang disebut mucin.

Ketika gastritis terjadi, ada penderita yang merasakan gejalanya dan ada juga yang tidak.
Beberapa gejala gastritis di antaranya:

 Nyeri yang menggerogoti dan panas di dalam lambung


 Hilang nafsu makan
 Cepat merasa kenyang saat makan
 Perut kembung
 Cegukan
 Mual
 Muntah
 Sakit perut
 Gangguan saluran cerna
 BAB dengan tinja berwarna hitam pekat
 Muntah darah
Temui dokter jika gejala gastritis selalu terasa setelah Anda mengonsumsi obat-obatan tertentu,
Anda merasakan gejala sakit maag selama seminggu lebih, Anda BAB dengan tekstur tinja hitam
pekat, dan Anda muntah darah.

Sakit atau nyeri di perut tidak selalu menandakan adanya gastritis. Pengobatan biasanya
bergantung pada penyebab penyakit ini.

Penyebab Gastritis

Berikut ini sejumlah hal yang bisa menyebabkan gastritis, di antaranya:

 Infeksi bakteri H. pylori


 Efek samping konsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (misalnya ibuprofen dan aspirin)
secara berkala
 Stres
 Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
 Penyalahgunaan obat-obatan
 Reaksi autoimun
 Pertambahan usia
 Infeksi bakteri dan virus
 Penyakit Crohn
 Penyakit HIV/AIDS
 Refluks empedu
 Anemia pernisiosa
 Muntah kronis

Diagnosis Gastritis

Sejumlah hal akan dilakukan oleh dokter dalam mendiagnosis gastritis, mulai dari menanyakan
gejala, meninjau riwayat kesehatan pribadi dan keluarga, melakukan pemeriksaan fisik, hingga
melakukan pemeriksaan lanjutan. Beberapa contoh pemeriksaan lanjutan tersebut di antaranya
adalah:

 Tes napas guna melihat keberadaan bakteri H. pylori.


 Endoskopi guna melihat adanya tanda-tanda peradangan di dalam lambung. Pemeriksaan
ini terkadang dikombinasikan dengan biopsi (pengambilan sampel jaringan pada daerah
yang dicurigai mengalami radang untuk selanjutnya diteliti di laboratorium). Metode
biopsi juga bisa diterapkan oleh dokter untuk melihat keberadaan bakteri H. pylori.
 Pemeriksaan X-ray dan cairan barium guna melihat adanya tukak di dalam lambung.
 Pemeriksaan tinja untuk melihat adanya pendarahan dan infeksi di dalam lambung.
 Pemeriksaan kadar sel darah untuk melihat apakah pasien menderita anemia.

Pencegahan dan Pengobatan Gastritis

Jika Anda rentan terkena gejala gastritis, cobalah untuk membagi porsi makan Anda ke jadwal
makan baru. Sebagai contoh, jika sebelumnya Anda suka makan dengan porsi besar tiap jadwal
makan, ubah porsinya menjadi sedikit-sedikit sehingga jadwal makan Anda menjadi lebih sering
dari biasanya. Selain itu, hindari makanan berminyak, asam, atau pedas.

Jika Anda termasuk seseorang yang aktif mengonsumsi minuman beralkohol, maka kurangilah
kebiasaan tersebut karena alkohol juga dapat menyebabkan gejala gastritis. Selain itu, kendalikan
stres Anda.

Jika gejala gastritis sering kambuh setelah Anda menggunakan obat pereda sakit jenis anti-
inflamasi nonsteroid (OAINS) konsultasikan hal tersebut kepada dokter. Dalam kasus ini, dokter
biasanya akan mengganti OAINS dengan obat pereda nyeri golongan lain seperti paracetamol.

Gejala penyakit gastritis bisa reda jika ditangani dengan benar. Ada beberapa obat yang biasanya
diresepkan oleh dokter, di antaranya:

 Obat penghambat histamin 2 (H2 blocker). Obat ini mampu meredakan gejala gastritis
dengan cara menurunkan produksi asam di dalam lambung. Salah satu contoh obat
penghambat histamin 2 adalah ranitidine.
 Obat penghambat pompa proton (PPI). Obat ini memiliki kinerja yang sama seperti
penghambat histamin 2, namun lebih efektif. Salah satu contoh obat penghambat pompa
proton adalah omeprazole.
 Obat antasida. Obat ini mampu meredakan gejala gastritis (terutama rasa nyeri) secara
cepat dengan cara menetralisir asam lambung.
 Obat antibiotik. Obat ini diresepkan pada penderita gastritis yang kondisinya diketahui
disebabkan oleh infeksi bakteri. Contoh obat antibiotik adalah amoxicillin,
clarithromycin, dan metronidazole.

Komplikasi Gastritis

Komplikasi akibat gastritis bisa saja terjadi jika kondisi tersebut tidak diobati. Beberapa di
antaranya adalah:

 Tukak lambung
 Pendarahan di dalam lambung
 Kanker lambung

Makalah Gastritis

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah Memberikan Rahmatnya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Sistem Pencernaan. Shalawat serta salam kami
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya dan kepada kita semua selaku
umatnya.

Adapun Tujuan penyusunan makalah ini salah satunya untuk memenuhi Tugas Mata kuliah Sistem
Pencernaan.

Dan tidak lupa Kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini yang selalu sabar membimbing kami.

Kami Sadar akan keterbatasan dan kemampuan yang kami miliki, maka kami mohon maaf atas
segala kekurangan yang terdapat dalam penyusunan makalah ini. Saran dan kritik kami harapkan untuk
meningkatkan bobot makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat.

Palopo, Mei 2013

Penyusun

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT 2


A. Defenisi 2

B. Etiologi 3

C. Patofisiologi 3

D. Manifestasi Klinik 4

E. Komplikasi 4

F. Penatalaksanaan 4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 5

B. Saran 5

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gastritis atau yang umum dikenal dengan sebutan Maag adalah penyakit yang sering terjadi
di masyarakat, namun begitu penyakit ini sering diremehkan dan disepelekan oleh penderitanya. Pada
kenyataannya, penyakit gastritis tidak bisa diremehkan. Gastritis adalah penyakit pencernaan pada
lambung yang dikarenakan oleh produksi asam lambung yang berlebihan. Hal ini mengakibatkan
imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung. Penderitanya merasa akan merasa perutnya perih
dan mulas di daerah sekitar ulu hati. Jika hal ini dibiarkan dan diabaikan berlarut-larut maka akan
memicu erosi mukosa lambung. Dalam beberapa kasus gastritis dapat menyebabkan bisul (ulkus) pada
lambung dan peningkatan kanker perut.

Pada tahun 2004 penyakit gastritis menempati urutan ke 9 dari 50 peringkat utama pasien
rawat jalan di rumah sakit seluruh Indonesia dengan jumlah kasus 218.500 (yanmed DEPKES RI
http://bank data depkes.go.id/data).

Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5-6 tahun terakhir dan menyerang laki-laki lebih
banyak daripada wanita. Laki-laki lebih banyak mengalami gastritis karena kebiasaan mengkonsumsi
alkohol dan merokok. Faktor-faktor lain yang berkaitan dengan sakit maag antara lain adalah riwayat
keluarga yang menderita sakit maag, kurangnya daya mengatasi atau adaptasi yang buruk terhadap
stres.

B. Rumusan Masalah
Secara garis besar, masalah yang kami rumuskan adalah sebagai berikut.

1. Apakah definisi dari gastritis?


2. Apakah etiologi dari gastritis?
3. Bagaimana patofisiologi dari gastritis?
4. Bagaiamana manifestasi klinis pada gastritis?
5. Apakah komplikasi pada gastritis?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada gastritis?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum : Untuk memahami tentang gastritis
2. Tujuan Khusus :
 Untuk memahami teori tentang gastritis (definisi,etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi
dan penatalaksanaan)
 Untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen pembimbing

BAB II

KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Defenisi

Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Hal
492). Gastritis adalah segala radang mukosa lambung (Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi hal 749)
Gastritis merupakan keadaan peradangan atau pendarahan pada mukosa lambung yang dapat bersifat
akut, kronis, difusi atau local (Patofisiologi Sylvia A Price hal 422).

Gastritis merupakan inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan mukosa gaster
(Sujono Hadi, 1999, hal : 492). Gastritis merupakan peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa
lambung dan berkembang di penuhi bakteri (Charlene. J, 2001, hal : 138)

Gastritis (penyakit maag) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam lambung yang
berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari
mukosa lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang terjadi yaitu perut terasa perih
dan mulas.

Ada dua jenis penyakit gastritis yaitu:

1. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut. Gatritis Akut paling
sering diakibatkan oleh kesalahan diit, mis. makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan makanan yang
terlalu banyak bumbu atau makanan yang terinfeksi. Penyebab lain termasuk alcohol, aspirin, refluks
empedu atau terapi radiasi.
2. Gastritis Kronis
Gastritis kronik adalah Suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun yang
disebabkan oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau bakteri Helicobacter pylori. Bakteri ini
berkoloni pada tempat dengan asam lambung yang pekat.
B. Etiologi

Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut

1. Gastritis Akut
Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut seperti:
 Obat-obatan seperti obat anti inflamasi nonsteroid, silfonamide merupakan obat yang bersifat
mengiritasi mukosa lambung.
 Minuman beralkohol
 Infeksi bakteri seperti H. pylori, H. heilmanii, streptococci
 Infeksi virus oleh sitomegalovirus
 Infeksi jamur seperti candidiasis, histoplosmosis, phycomycosis
 Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, trauma, pembedahan.
 Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan minuman dengan kandungan
kafein dan alkohol merupakan salah satu penyebab iritasi mukosa lambung.
2. Gastritis Kronik
Penyebab pasti dari gastritis kronik belum diketahui, tapi ada dua predisposisi penting yang
bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu infeksi dan non-infeksi (Wehbi, 2008).
 Gastritis infeksi
Beberapa agen infeksi bisa masuk ke mukosa lambung dan memberikan manifestasi peradangan
kronik. Beberapa agen yang diidentifikasi meliputi hal-hal berikut.
a) H. Pylori. Beberapa peneliti menyebutkan bakteri itu merupakan penyebab utama dari gastritis kronik
(Anderson, 2007).
b) Helicobacter heilmanii, Mycobacteriosis, dan Syphilis (Quentin, 2006)
c) Infeksi parasit (Wehbi, 2008).
d) Infeksi virus (Wehbi, 2008).
 Gastritis non-infeksi
a) Gastropai akbiat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluks garam empedu kronis dan kontak dengan
OAINS atau aspirin (Mukherjee, 2009).
b) Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronik yang menyebabkan ureum terlalu banyak beredar
pada mukosa lambung (Wehbi, 2008).
C. Patofisiologi
1. Gastritis Akut. Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiitasi mukosa lambung. Jika mukosa
lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi :

a) Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung. Lambung akan meningkat sekresi
mukosa yang berupa HCO3, di lambung HCO3 akan berikatan dengan NaCL sehingga menghasilkan
HCI dan NaCO3.Hasil dari penyawaan tersebut akan meningkatkan asam lambung. Jika asam lambung
meningkat maka akan meningkatkan mual muntah, maka akan terjadi gangguan nutrisi cairan &
elektrolit.

b) Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus yang dihasilkan dapat
melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCL maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya akan
terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindungi mukosa lambung maka akan terjadi erosi
pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh darah maka akan
terjadi perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan hypovolemik.

2. Gastritis Kronik. Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi iritasi
mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna akibatnya akan
terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel
chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding lambung
juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan
serta formasi ulser.

D. Manifestasi Klinik

1. Gastritis Akut yaitu Anorexia, mual, muntah, nyeri epigastrium, perdarahan saluran cerna pada
hematemesis melena, tanda lebih lanjut yaitu anemia

2. Gastritis Kronik Kebanyakan klien tidak mempunyai keluhan, hanya sebagian kecil mengeluh nyeri
ulu hati, anorexia, nausea, dan keluhan anemia dan pemeriksaan fisik tidak di jumpai kelainan.

E. Komplikasi

1. Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut:


 Perdarahan saluran cerna bagian atas, yang merupakan kedaruratan medis, terkadang perdarahan
yang terjadi cukup banyak sehingga dapat menyebabkan kematian.

 Ulkus, jika prosesnya hebat


 Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah hebat.

2. Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B 12, akibat kurang
pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan
daerah antrum pylorus.

F. Penatalaksanaan
Gastritis bisa disembuhkan tetapi tidak bisa sembuh total. Gastritis adalah penyakit yang
dapat kambuh apabila si penderita tidak makan teratur, terlalu banyak makan, atau sebab lain.
Biasanya untuk meredakan atau menyembuhkannya penderita harus meminum obat jika diperlukan.
Tetapi gastritis dapat di cegah, yaitu dengan cara makan teratur, makan secukupnya, cuci tangan
sebelum makan dan jangan jajan sembarangan.

Obat-obatan untuk penyakit gastritis umumnya dimakan dua jam sebelum makan dan dua jam
sesudah makan. Adapun dengan tujuan obat diminum dua jam sebelum makan yaitu untuk
menetralisir asam lambung, karena pada saat tersebut penumpukkan asam lambung sudah sangat
banyak dan didalam lambung penderita pasti telah terjadi luka-luka kecil yang apabila terkena asam
akan terasa perih. Kemudian obat yang diminum dua jam sesudah makan bertujuan untuk melindungi
dinding lambung dari asam yang terus diproduksi. Akhirnya dua jam setelah makan, asam yang di
lambung akan terpakai untuk mencerna makanan sehingga sudah ternetralisir dan tidak akan melukai
dinding lambung.

Obat-obatan yang biasanya digunakan:

1. Antasida (Menetralisir asam lambung dan menghilangkan rasa nyeri)


2. Proton pump inhibitor (Menghentikan produksi asam lambung dan menghambat infeksi bakteri
helicobacter pylori)
3. Cytoprotective Agent (Melindungi jaringan mukosa lambung dan usus halus)
4. Obat anti sekretorik (Mampu menekan sekresi asam)
5. Pankreatin (Membantu pencernaan lemak, karbohidrat, protein dan mengatasi gangguan sakit
pencernaan seperti perut kembung, mual, dan sering mengeluarkan gas)
6. Ranitidin (Mengobati tukak lambung)
7. Simetidin (Mengobati dispepsia)
Selain itu penyakit ini dipercaya memiliki beberapa jenis minuman dan makanan yang kurang
baik untuk dikonsumsi yaitu:
1. Minuman yang merangsang pengeluaran asam lambung antara lain : kopi, anggur putih, sari buah
sitrus, dan susu.
2. Makanan yang sangat asam atau pedas seperti cuka, cabai, dan merica (makanan yang merangsang
perut dan dapat merusak dinding lambung).
3. Makanan yang sulit dicerna dan dapat memperlambat pengosongan lambung. Karena hal ini dapat
menyebabkan peningkatan peregangan di lambung yang akhirnya dapat meningkatkan asam lambung
antara lain makanan berlemak, kue tar, coklat, dan keju.
4. Makanan yang melemahkan klep kerongkongan bawah sehingga menyebabkan cairan lambung dapat
naik ke kerongkongan seperti alkohol, coklat, makanan tinggi lemak, dan gorengan.
5. Makanan dan minuman yang banyak mengandung gas dan juga yang terlalu banyak serat, antara lain:
 Sayur-sayuran tertentu seperti sawi dan kol
 Buah-buahan tertentu seperti nangka dan pisang ambon
 Makanan berserat tinggi tertentu seperti kedondong dan buah yang dikeringkan
 Minuman yang mengandung banyak gas (seperti minuman bersoda).
Selain itu, kegiatan yang dapat meningkatkan gas didalam lambung juga harus dihindari,
antara lain makan permen khususnya permen karet serta merokok.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Gastritis adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam lambung yang berlebih atau
meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa
lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang terjadi yaitu perut terasa perih dan
mulas. Gastritis dibagi menjadi dua yaitu: gastritis akut dan kronis. Gatritis Akut (inflamasi mukosa
lambung) paling sering diakibatkan oleh kesalahan diit, mis. makan terlalu banyak, terlalu cepat,
makan makanan yang terlalu banyak bumbu atau makanan yang terinfeksi. Penyebab lain termasuk
alcohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi. Inflamasi lambung yang berkepanjangan yang
disebabkan oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau bakteri Helicobacter pylori. Manifestasi klinis
gastritis antara lain Anorexia, mual, muntah, nyeri epigastrium, perdarahan saluran cerna pada
hematemesis melena.

Gastritis bisa disembuhkan tetapi tidak bisa sembuh total. Gastritis adalah penyakit yang
dapat kambuh apabila si penderita tidak makan teratur, terlalu banyak makan, atau sebab lain.
Biasanya untuk meredakan atau menyembuhkannya penderita harus meminum obat jika diperlukan.
Tetapi gastritis dapat di cegah, yaitu dengan cara makan teratur, makan secukupnya, cuci tangan
sebelum makan dan jangan jajan sembarangan.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat menambah pengetahuan para pembaca
mengenai penyakit gastritis. Kami selaku pembaca pula mengharapkan kritik dan saran bagi para
pembaca untuk kebaikan makalah kami.

DAFTAR PUSTAKA

 Muttaqin, Arif. dan Sari, Kumala. (2011). Gangguan gastrointestinal. Jakarta : Salemba
Medika
 http://id.wikipedia.org
 http://made-m-p-fkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-63376-Keperawatan%20Pencernaan-
Asuhan%20Keperawatan%20Gastritis.html

Perbedaan gastritis dan dispepsia

Pernahkah anda mendengar istilah gastritis dan dispepsia? Ya, kedua istilah tersebut merupakan
istilah dalam dunia kedokteran yang berhubungan dengan kelainan pada lambung atau terkenal
dengan sebutan maag. Namun banyak yang mengira kedua istilah tersebut mempunyai makna yang
sama. Jadi apakah makna dari kedua istilah tersebut?

Gastritis merupakan kondisi dimana mukosa atau lapisan dinding lambung mengalami peradangan
baik disebabkan oleh faktor dari luar (infeksi, obat, alkohol, kafein, zat kimia) atau faktor dari dalam
(meningkatnya asam lambung, menurunnya produksi mukus). Di dalam lambung terdapat faktor
defensif (mukus, bikarbonat) dan ofensif (asam lambung, infeksi, obat, alkohol, kafein, zat kimia). Jika
faktor defensif lebih lemah dari faktor ofensif maka timbulah gejala gastritis. Gastritis memiliki gejala
antara lain mual, muntah, nyeri ulu hati, nafsu makan berkurang, hingga perut terasa kembung,
namun tidak semua penderita gastritis memperlihatkan gejala seperti tersebut, malah ada yang tidak
bergejala sama sekali.

Dispepsia adalah kumpulan gejala atau syndrome yang terjadi pada saluran pencernaan bagian atas
berupa rasa nyeri, kembung, mual, dan muntah. Dispepsia ada dua, organik dan fungsional. Dispepsia
organik ditimbulkan oleh akibat adanya gangguan organ baik di lambung atau sekitarnya. Sedangkan
dispepsia fungsional merupakan kumpulan gejala yang tidak ditandai dengan adanya kerusakan organ.

Jadi gastritis dan dispepsia bukan merupakan suatu istilah yang bermakna sama. Semoga penjelasan
tadi dapat menambah wawasan dan memberikan pencerahan bagi kawan semua. Jagalah kesehatan
anda dengan mengatur pola makan agar tidak terkena gastritis. Disamping itu jangan lupa mencuci
tangan sebelum dan setelah makan, olah makanan dengan higienis, dan hindari zat yang dapat
mengiritasi lambung agar terhindar dari gastritis.

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


Pokok Bahasan : Penyakit saluran pencernaan
Sub Pokok Bahasan : Penyakit Dispepsia
Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien
Hari/Tanggal : minggu, 26 JANUARI 2014
Waktu : 25 Menit
Tempat : Bangsal Bougenvil RSUD Wates
Pemberi Materi : ONA YULASTI DEWI LUTANI

A. Latar Belakang
Nyeri atau rasa tidak nyaman di perut atas – umumnya di bawah tulang rusuk di atas pusar –
yang disertai kembung, sendawa berlebihan, rasa panas di dada, mual, muntah, dan napas
berbau seringkali dianggap enteng. Biasanya penderita hanya minum obat bebas semisal
antasida (penawar asam lambung) yang banyak diiklankan. Namun, berhati-hatilah. Meski
jarang, kumpulan gejala yang dikenal sebagai dispepsia itu bisa jadi merupakan penyakit serius
seperti kanker lambung, maupun radang lambung dalam yang bisa menyebabkan kebocoran
saluran cerna. Dispepsia tidak memilih usia dan jenis kelamin. Semua bisa terkena. Boleh
dibilang satu dari empat orang pernah mengalami dispepsia suatu saat dalam hidupnya.
B. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan bapak dan keluarga mengetahui tentang penyakit Dispepsia.
C. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan bapak dan keluarga dapat:
1. Menyebutkan pengertian tentang penyakit Dispepsia
2. Menyebutkan penyebab penyakit Dispepsia
3. Menyebutkan Proses terjadinya penyakit Dispepsia
4. Menyebutkan tanda dan gejala penyakit Dispepsia
5. Menyebutkan bahaya penyakit Dispepsia
6. Menyebutkan cara perawatan dan pencegahan penyakit Dispepsia
7. Menyebutkan cara minum obat penyakit Dispepsia
8. Menyebutkan obat tradisional penyakit Dispepsia
D. Materi (Terlampir)
E. Metode
1. Penyuluhan
2. Tanya jawab
F. Media
1. Leaflet
2. LCD
G. Kegiatan Penyuluhan
Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Audient
Pembukaan ( 5 Menit )
1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam

2. Apersepsi tentang materi yang akan 2. Merespon persepsi penyuluhan


dibahas
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan yang 3. Memperhatikan penjelasan tentang
hendak dicapai tujuan penyuluhan yang ingin dicapai

Kegiatan Inti ( 15 Menit )


1. Menjelaskan pengertian tentang 1. Memperhatikan penjelasan yang
penyakit Dispepsia diberikan
2. Menjelaskan penyebab penyakit 2. Memperhatikan penjelasan yang
Dispepsia diberikan

3. Menjelaskan Proses terjadinya 3. Memperhatikan penjelasan yang


penyakit Dispepsia diberikan
4. Menjelaskan tanda dan gejala 4. Memperhatikan penjelasan yang
penyakit Dispepsia diberikan
5. Menjelaskan bahaya penyakit 5. Memperhatikan penjelasan yang
Dispepsia diberikan
6. Menjelaskan cara pencegahan 6. Memperhatikan penjelasan yang
penyakit Dispepsia diberikan
7. Menjelaskan cara perawatan penyakit 7. Memperhatikan penjelasan yang
Dispepsia diberikan
8. Menjelaskan cara minum obat 8. Memperhatikan penjelasan yang
penyakit Dispepsia diberikan
9. Menjelaskan obat tradisional 9. Memperhatikan penjelasan yang
penyakit Dispepsia diberikan

Penutup ( 5 Menit )
1. Memberikan kesempatan pada orang 1. Mengajukan pertanyaan dari materi
tua yang ingin bertanya yang disampaikan
2. Melakukan evaluasi dengan bertanya 2. Menjawab pertanyaan
tentang materi yang telah disampaikan
3. Memberi salam penutup 3. Menjawab salam

H. Evaluasi
1. Prosedur : Akhir kegiatan
2. Waktu : 5 menit
3. Bentuk soal : Essay
4. Jumlah soal : 3 soal
1. Sebutkan salah satu penyebab penyakit Dispepsia
2. Sebutkan salah satu cara pencegahan penyakit Dispepsia
3. Sebutkan salah satu cara perawatan penyakit Dispepsia
4. Jenis soal ; Menguraikan secara lisan
I. Referensi
Brunner & Suddart, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2 Jakarta, EGC
Inayah Iin, 2004, Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan, edisi
pertama, Jakarta, Salemba Medika.
Manjoer, A, et al, 2000, Kapita selekta kedokteran, edisi 3, Jakarta, Medika aeusculapeus
Suryono Slamet, et al, 2001, buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid 2, edisi , Jakarta, FKUI
MATERI
A. Pengertian
Dispepsia adalah nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau dada, yang sering
dirasakan sebagai adanya gas, perasaan penuh atau rasa sakit atau rasa terbakar di perut.
B. Penyebab
1. Menelan udara (aerofagi)
2. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
3. Iritasi lambung (gastritis)
4. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
5. Kanker lambung
6. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
7. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)
8. Kelainan gerakan usus
9. Kecemasan atau depresi
C. Proses Terjadi
Asam lambung adalah zat yang dihasilkan untuk mencerna, jika perut kosong atau jika
produksi asam lambung berlebih karena terangsang sehingga jumlahnya tidak sesuai dengan
jumlah zat yang dicerna akan menyebabkan luka pada permukaan lambung.
D. Tanda dan Gejala
Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin disertai dengan sendawa dan
suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa penderita, makan dapat memperburuk
nyeri; pada penderita yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu
makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung).
E. Bahaya Penyakit Dispepsia
Perlukaan yang terjadi dapat berlanjut sampai ke bagian dalam lambung sehingga
menyebabkan lambung menjadi bolong dan akhirnya terjadi perdarahan dan kanker lambung.
F. Cara Perawatan dan pencegahan
1. Makan dengan porsi kecil tapi sering contoh: biscuit, roti
2. Menghindari alkohol dan kopi
3. Menghindari makanan yang merangsang lambung contoh : cabe, cuka, sambal, ketan danlain-
lain.
4. Hindari Rokok
5. Makan teratur sesuai dan tepat waktu
6. Istirahat cukup
7. Menghindari stress
8. Minum obat bila maag kambuh, bila harus minum obat karena sesuatu penyakit, misalnya sakit
kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung.
G. Pembuatan Obat Tradisonal untuk mengatasi penyakit Dispepsia
1. Siapkan kunir ( KUNYIT) lalu parut dan peras airnya
2. Campur air kunyit dengan madu
3. Minum setiap hari selama gejala dispepsia masih ada

dr. Annes Waren


Dokter
Oct 14, 2016 at 08:02 PM
Hai Novita, Terima kasih sudah bertanya di alodokter. Dispepsia merupakan sekumpulan
gejala gangguan pencernaan berupa perut kembung, nyeri ulu hati, mual, rasa penuh, mudah
kenyang, dimana sekumpulan gejala ini dapat disebabkan oleh berbagai macam kondisi,
misalnya Penyakit Asam lambung/GERD, Gastritis, Pankreatitis, dsbnya. Jadi, gastritis
termasuk ke dalam dispepsia. Gastritis adalah <span style="color: #000000; font-family:
museosans300, sans-serif;">kondisi ketika lapisan lambung mengalami iritasi, peradangan
atau pengikisan dengan gejala berupa nyeri ulu hari atau perut kiri atas, hilang nafsu makan,
perut kembung, mual, muntah, dll.</span> Ya, gejala antara gastritis tentunya hampir sama
dengan dispepsia. Untuk menegakkan diagnosis gastritis (lambung yang telah meradang),
selain dari anamnesis (tanya jawab Dokter-Pasien), pemeriksaan fisik, dibutuhkan konfirmasi
berupa pemeriksaan kondisi mukosa/lapisan dalam lambung yang dapat dilakukan
dengan endoskopi. Demikian semoga membantu ya. dr.Annes

Dispepsia

1. 1. DISPEPSIA
2. 2. LAMBUNG Fungsi : 1. Tempat menyimpan makanan 2. Tempat mencampur
makanan dg getah lambung  chyme 3. Tempat mengosongkan makanan 4. Mencegah
masuknya sebagian kuman 5. Tempat absorbsi alkohol + obat-obatan
3. 3. SEKRESI LAMBUNG  Getah lambung Kelenjar : 1. Kel Oksintik (Gastrik) 2.
Kel Pilorik Kel Oksintik : (pd Korpus, Fundus) - sekresi : HCl, pepsinogen,
fc.intrinik, mukus Kel Pilorik : (pd antrum) - sekresi : mukus, Gastrin
4. 4. Sel mukus : - mukus Sel Utama : - pepsinogen Sel Parietal : - HCl
5. 5. Getah Lambung - 1,5 – 2 liter / hari ( pH 1,5 – 3,4 ) - mengandung: 1. Elektrolit :
H+, Cl, K+, Na+ 2. Mucus : sel mucus - melindungi mukosa (penderita gastritis : Tx
antasida) 3. Lipase dan Amilase : sedikit sekali
6. 6. 4. Enzim Pepsin di sekresi : sel utama (Chief Cell) Pepsinogen pepsin HCL ( pH :
1,5 – 3,5) Protein (terutama daging) polipeptida pepsin
7. 7. 5. Rennin - Hanya pada masa bayi - menggumpalkan susu Casein susu para casein
Rennin + Ca 6. Faktor intrinsik - disekresi oleh sel parietal - membantu absorbsi vit
B12 pepsin
8. 8. 7. Histamin - reseptor H2  merangsang sekresi HCl (gastritis : obat H2 Bloker -
cimetidine) 8. HCL - disekresi : sel parietal Ion H+ dipompa ke lumen canaliculi
(pompa proton) Terapi gastritis : obat gol Proton Pump Inhibitor (PPI)
9. 9. ASAM LAMBUNG  Mengasamkan & mencerna makanan yang     masuk
Melarutkan Fe organik Membunuh bakteri & parasit yang masuk bersama makanan
Sekresi meningkat 90 menit sesudah makan Produksi tertinggi pada malam hari
10. 10. Asam lambung, penting???  Sangat diperlukan untuk membantu pencernaan 
Tanpa asam lambung makanan yang masuk tidak dapat dicerna dengan baik dan zat
gizi tidak dapat diserap secara optimal
11. 11. DISPEPSIA DISPEPSIA adalah istilah non spesifik yang dipakai pasien untuk
menjelaskan keluhan perut bagian atas. Gejala tersebut bisa berupa nyeri atau tidak
nyaman, kembung, banyak flatus, rasa penuh, bersendawa, cepat kenyang dan
borborygmi (suara keroncongan dari perut). Gejala ini bisa akut, intermiten atau
kronis. Sering disebut : non ulcer dispepsia (Dispepsia Non Ulkus = DNU) atau
Dispepsia Idiopatik Dispepsia fungsional → berhubungan dg kecemasan, kelelahan,
depresi atau stress emosional
12. 12. GEJALA Gejala – gejala lain :  muntah-muntah hebat  Demam  muntah
darah  buang air besar berwarna hitam  anemia  penurunan berat badan yang
bermakna.
13. 13. KLASIFIKASI A. Dispepsia Idiopatik / DNU B. Dispepsia Organik 1. obat-
obatan 2. Idiosinkrasi makanan (intoleransi makanan) 3. Kelainan struktural 4.
Penyakit metabolik / sistemik
14. 14. Penyebab 1. Obat-obatan : Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS), Antibiotik
(makrolides, metronidazole), Besi, KCl, Digitalis, Estrogen, Etanol (alkohol),
Kortikosteroid, Levodopa, Niacin, Gemfibrozil, Narkotik, Quinidine, Theophiline 2.
Idiosinkrasi makanan (intoleransi makanan) a. Alergi  susu sapi, putih telur, kacang,
makanan laut, beberapa jenis produk kedelai dan beberapa jenis buah-buahan b. Non-
alergi  produk alam : laktosa, sucrosa, galactosa, gluten, kafein, dll.  bahan kimia :
monosodium glutamate (vetsin), asam benzoat, nitrit, nitrat, dll.
15. 15. 3. Kelainan Struktural a. Penyakit esophagus b. Penyakit gaster dan duodenum c.
Penyakit saluran empedu d. Penyakit pankreas e. Penyakit usus
16. 16. 4. Penyakit metabolik / sistemik Tuberculosis Gagal ginjal Hepatitis, sirosis
hepatis, tumor hepar Diabetes melitius Hipertiroid, hipotiroid, hiperparatiroid
Ketidakseimbangan elektrolit Penyakit jantung kongestif Lain-lain : Penyakit
Jantung Iskemik, penyakit kolagen
17. 17. PATOFISIOLOGI  Abnormalitas Motorik Gaster  Perubahan sensifitas gaster
 Stres dan faktor psikososial  Gastritis Helicobacter Pylori  Kelainan GI
fungsional
18. 18. Klasifikasi berdasar Gejala     Dispepsia tipe refluks  adanya rasa terbakar
pada epigastrium, dada atau regurgitasi dengan gejala perasaan asam di mulut.
Dispepsia tipe dismotilitas yaitu nyeri epigastrium yang bertambah sakit setelah
makan, disertai kembung, cepat kenyang , rasa penuh setelah makan, mual atau
muntah, bersendawa dan banyak flatus. Dispepsia tipe ulkus yaitu nyeri epigastrium
yang mereda bila makan atau minum antasid dan nyeri biasanya terjadi sebelum
makan dan tengah malam. Dispepsia non-spesifik yaitu dispepsia yang tidak bisa
digolongkan dalam satu kategori di atas.
19. 19. PEMERIKSAAN LABORATORIUM  darah lengkap, elektrolit, calcium dan
amylase, fungsi hati, fungsi tyroid dan ECG.  Terutama untuk pasien berumur lebih
dari 45 tahun dan umur muda dengan gejala yang sering kambuh.  selektif dalam
pemeriksaan  indikasi klinik dan pertimbangan biaya-efektifitas
20. 20. Pemeriksaan penunjang  Endoskopi  Foto seri sinar-X  Test non-invasif
untuk mendeteksi infeksi Helicobakter Pylori dengan IgG serologik atau Urea Breath
Test  USG dan CT Scan" → jika ada kelainan pada empedu / pankreas 
Pengukuran PH Intraesophagus (monitor 24 jam)
21. 21. PENGOBATAN  Terapi farmakologi : ☺ obat resep mayoritas ☺ obat non
resep  terapi adjuvan  Terapi non farmakologi
22. 22. Terapi Farmakologi Obat golongan penekan asam lambung (antasida, H2
blocker, dan proton pump inhibitor)  Obat golongan sitoproteksi :
sukralfat,rebamipid Antibiotika : infeksi Helicobacter pylori (amoksisilin,
Claritromisin, dan metronidazol)
23. 23. Mekanisme kerja obat
24. 24. Terapi non farmakologi modifikasi gaya hidup & menghindari obat penyebab
ulcer (aspirin & NSAIDs lain, bisphosphonat oral, KCl, pengobatan imunosupresan)
Menghindari stress Stop merokok & alkohol Stop kafein (stimulan asam lambung)
Menghindari makanan dan minuman soda Menghindari makan malam
25. 25. TUJUAN DIIT LAMBUNG  MEMBERIKAN MAKANAN DAN CAIRAN
SECUKUPNYA TANPA MEMBERATKAN LAMBUNG  MENCEGAH DAN
MENETRALKAN SE-KRESI ASAM LAMBUNG YANG BER-LEBIHAN
26. 26. SYARAT DIIT  MUDAH CERNA  PORSI KECIL  LEMAK RENDAH 
RENDAH SERAT  CAIRAN CUKUP  TIDAK MENGANDUNG BUMBU
YANG “TAJAM”
27. 27. BAHAN MAKANAN YANG TIDAK DIANJURKAN  BERAS KETAN 
JAGUNG  UBI  TALAS  SINGKONG  KACANG MERAH  SAYURAN
MENTAH (LALAPAN)
28. 28. Lanjutan…  DAUN SINGKONG  KOL  SAWI  NANAS  DURIAN 
NANGKA  SANTAN KENTAL
29. 29. Lanjutan…  MINUMAN BERSODA  MINUMAN BERALKOHOL  KOPI
 CABE  MERICA  CUKA
30. 30. PENTING !!!  SAAT LAMBUNG “NGADAT” MAKANLAH MAKANAN
CAIR DULU  KUNYAH MAKANAN SAMPAI HALUS UNTUK
MENGURANGI KERJA SISTEM PENCERNAAN  MAKAN SAMBIL
MENGOBROL AKAN MENGAKIBATKAN BANYAK UDARA IKUT
TERTELAN DAN BISA MENYEBAB-KAN PERUT KEMBUNG
31. 31. 11 SOLUSI CEGAH GANGGUAN PENCERNAAN  Biasakan makan dengan
teratur  Kunyah makanan dengan baik supaya enzim ptialin dalam kelenjar ludah
dapat melakukan fungsinya dengan sempurna  Jangan makan terlalu banyak 
Jangan berbaring setelah makan
32. 32. Lanjutan…  Hindari waktu makan yang terlalu ber- dekatan supaya proses
mencerna tidak terganggu (interval 2-3 jam)  Jangan makan sambil minum (setiap
cairan yang dikonsumsi dengan makanan padat akan mengurangi aktivitas cairan
pencernaan yang terlibat dalam proses pencernaan)
33. 33. Lanjutan…  Tingkatkan konsumsi makanan sumber serat  Konsumsi makanan
probiotik  Kurangi konsumsi makanan pembentuk asam (protein hewani dan
karbohidrat sederhana)  Jangan makan makanan yang terlalu panas atau dingin
(dapat mengiritasi lapisan dinding lambung)  Kurangi stress
Dispepsia adalah kondisi yang menunjukkan beberapa gejala dan tidak memiliki suatu gejala
dominan seperti penyakit pada umumnya.

Gejala

 Ketidaknyamanan pada perut, nyeri pada perut


 Terasa kembung
 Merasa tidak nyaman setelah makan
 Muntah
 Hilang nafsu makan
 Terasa perih di perut dan/ atau dada
 Adanya makanan yang kembali ke atas
 Kebanyakan orang pernah mengalami gejala dispepsia selama hidupnya.

Penyebab

 Adanya suatu gastroesofageal reflux disease (GERD) atau hernia hiatal sehingga
terjadi refluks/naiknya organ lambung ke atas (ke rongga dada)
 Gangguan yang mempengaruhi gerakan makanan di usus, seperti sindrom iritabel
usus (irritable bowel syndrome)
 Ulkus lambung atau ulkus duodenum
 Ketidakmampuan mencerna susu dan produk susu (intoleransi laktosa)
 Nyeri kolik pada kelenjar empedu atau inflamasi di kelenjar empedu (kolesistitis)
 Kecemasan atau depresi
 Efek samping kafein, alkohol, atau obat. Contoh obat yang dapat menyebabkan
dispepsia adalah: aspirin dan asam mefenamat, antibiotik, steroid, digoxin, dan
teofilin
 Minum air
 Kanker lambung

Anda dapat mengubah gaya hidup untuk membantu meredakan gejala dispepsia. Beberapa
cara berikut dapat dicoba:

 Ubah kebiasaan makanan


 Makan makanan kecil di antara 2 makan besar
 Setelah makan, tungguh 2-3 jam sebelum Anda berbaring. Cemilan tengah malam
bukan hal yang baik
 Cokelat, mint, alkhol, dapat membuat dispepsia bertambah buruk. Makanan-makanan
itu membuat rileks katup antara esofagus dan lambung.
 Makanan pedas, makanan yang asam (seperti tomat dan jeruk), dan kopi dapat
membuat dispepsia semakin buruk untuk beberapa orang. Jika gejala Anda memburuk
setelah Anda mengkonsumsi makanan tertentu, Anda dapat menghindari makanan
tersebut dan lihat apakah gejala membaik
 Jangan merokok
 Jika Anda mengalami dispepsia di malam hari, tegakkan badan (posisikan duduk di
tempat tidur) atau tambahkan bantal tambahan
 Jangan gunakan baju ketat
 Turunkan berat badan, sekitar 3-5 kg akan membantu.

Obat tergantung pada penyebab dispepsia. Jika tidak ada penyebab spesifik, obat difokuskan
untuk meredakan gejala. Konsultasikan dengan dokter untuk meredakan gejala

Read more: http://doktersehat.com/dispepsia/#ixzz4sniOJPSe

laporan pendahuluan gastritis


July 12, 2015 by Lestari

Definisi / Pengertian

 Gastritis atau inflamasi mukosa lambung, yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal.
Dua jenis gastritis yang sering terjadi adalah gastritis superficial akut, dan gastritis atrofik
kronik (menahun). (Sylvia A. Price, 1995;376)
 Gastritis adalah suatu iritasi atau infeksi yang menjadikan dinding merah, bengkak, berdarah
dan berparut.(Dr. Robert B. Cooper, 1996; 233)
 Gratitis adalah inflamasi dari mukosa lambung.(Arif Mansjoer, 1999 ;492)
 Gastritis adalah inflamasi dari lambung terutama pada mukosa gaster.(Sujono Hadi,1999;
181)
 Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan
secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah
tersebut. (Soeparman, 1999; 127)
 Gastritis adalah radang pada lambung yang sering terjadi akibat kecerobohan dalam aturan
makan, seperti makan terlalu banyak atau makan dengan cepat, makan makanan yang
merusak perut karena mengandung bumbu yang berlebihan, dan makan makanan yang
tercemar. (ENA, 2000;31)
 Gastritis adalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung, yang berkembang
bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. (Charlene
J, Reeves, 2001;138).
 Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik difus
dan lokal dan ada dua jenis gastritis yang terjadi yaitu gastritis superfisial akut dan gastritis
atropi kronik (Brunner Suddarth, 2002; 1062).
 Gastritis adalah proses infalamsi pada mukosa dan submukosa lambung. Gastritis
merupakan gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai di klinik karena diagnosisnya
sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan hispatologi. (Hirlan, 2006 ;337)

Epidemiologi / Insiden Kasus

Gastritis merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai di klinik / ruangan
penyakit dalam pada umumnya. Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5 – 6 tahun ini
dan menyerang laki-laki lebih banyak dari pada wanita. Laki-laki lebih banyak mengalami
gastritis karena kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan merokok.

Di negara berkembang prevalensi infeksi Helicobacter pylori pada orang dewasa mendekati
90%. Sedangkan pada anak-anak prevalensi infeksi Helicobacter pylori lebih tinggi lagi. Hal
ini menunjukkan pentingnya infeksi pada masa balita. Sedangkan di Indonesia, prevalensi
infeksi kuman Helicobacter pylori yang dinilai dengan urea breath test pada pasien dispepsi
dewasa, menunjukkan tendensi menurun. Di negara maju prevalensi infeksi Helicobacter
pylori pada anak-anak sangat rendah. Diantara orang dewasa prevalensi infeksi kuman
Helicobacter pylori lebih tinggi dari pada anak-anak tetapi lebih rendah dari pada di negara
berkembang yakni 30%. (Sylvia A. Price, 1995 ;377)

Penyebab / factor predisposisi

Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung pada lambung kewalahan dan
mengakibatkan rusak serta meradangnya dinding lambung. Beberapa penyebab yang dapat
mengakibatkan terjadinya gastritis (Donna D. 1995 ;1380) antara lain :

1. Kelainan autoimun
o Autoimun atrophik gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel –
sel yang sehat yang berada dalam dinding lambung. Ini mengakibatkan peradangan
dan secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar –
kelenjar penghasil asam lambung dan mengganggu produksi faktor intrinsik (sebuah
zat yang membantu tubuh mengabsorpsi vitamin B-12). Kekurangan Vitamin B-12 ini
dapat mengakibatkan pernicious anemia. Autoimun atrophik gastritis terjadi
terutama pada orang tua.
2. Stress fisik.
o Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat
dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada lambung.
3. Penggunaan kokain.
o Penggunaan kokain dapat merusak dinding lambung dan menyebabkan pendarahan.
4. Penggunaan alkohol secara berlebihan
o Alkohol ini dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada lambung dan membuat
dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun dalam kondisi
normal.
5. Pemakaian Obat penghilang nyeri secara terus – menerus
o Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan
naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi
prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat –
obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan
kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang
berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.
6. Infeksi bakteri.
o Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang hidup di
bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Walaupun tidak
sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan. Namun
diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat makan
makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi H. pylori sering
terjadi pada masa kanak – kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak
dilakukan perawatan. Infeksi H. pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab
utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi
dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan peradangan menyebar yang
kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan pelindung dinding lambung. Salah
satu perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar-
kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak. Penelitian menunjukkan
bahwa tingkat asam lambung yang rendah dapat mengakibatkan racun-racun yang
dihasilkan oleh kanker tidak dapat dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna
dari lambung sehingga meningkatkan resiko dari kanker lambung. Tapi sebagian
besar orang yang terkena infeksi H. pylori kronis tidak mempunyai kanker dan tidak
mempunyai gejala gastritis, hal ini mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang
membuat sebagian orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang lain tidak.
7. Crohn’s disease
o Penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan pada saluran cerna, namun kadang
– kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding lambung.
8. Radiasi dan kemoterapi
o Gastritis akibat terapi penyinaran menyebabkan nyeri, mual dan heartburn (rasa
hangat atau rasa terbakar di belakang tulang dada), yang terjadi karena adanya
peradangan dan kadang karena adanya tukak di lambung.Tukak bisa menembus
dinding lambung, sehingga isi lambung tumpah ke dalam rongga perut,
menyebabkan peritonitis (peradangan lapisan perut) dan nyeri yang luar biasa. Perut
tampak kaku dan keadaan ini memerlukan tindakan pembedahan darurat. Kadang
setelah terapi penyinaran, terbentuk jaringan parut yang menyebabkan
menyempitnya saluran lambung yang menuju ke usus dua belas jari, sehingga terjadi
nyeri perut dan muntah. Penyinaran bisa merusak lapisan pelindung lambung,
sehingga bakteri bisa masuk ke dalam dinding lambung dan menyebabkan nyeri
hebat yang muncul secara tiba-tiba.
9. Refluks usus lambung
o Membaliknya makanan yang sudah masuk ke usus kembali ke lambung. Keadaan ini
tentu saja menggangu keseimbangan asam lambung, sehingga lama – kelamaan bisa
menyebabkan gastritis.

Klasifikasi

Gastritis dapat dibagi menjadi dua (Brunner & Suddart ,2002:1062) yaitu :

1. Gastritis Akut
o Adalah peradangan (inflamasi mukosa lambung) yang diakibatkan diet yang
sembrono, alkohol, aspirin, refluk, empedu. Gastritis akut merupakan iritasi mukosa
lambung yang sering diakibatkan karena diet yang tidak teratur. Dimana individu
makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau makan makanan yang terlalu
berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab. Gastritis akut merupakan
penyakit yang sering ditemukan biasanya jinak dan dapat sembuh dengan
sendirinya, merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritasi lokal.
2. Gastritis Kronik
o Adalah inflamasi yang lama yang disebabkan oleh ulkus benigna, atau maligna dari
lambung, atau oleh bakteri helicobacter pylory (H. Pylory). Gastritis Kronik dibagi
menjadi 2 yaitu :
o Gastritis Kronik Tipe A >> Tipe A sering disebut dengan Gastritis autoimun
diakibatkan dari perubahan sel pariental, yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi
seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa
dan terjadi pada fundus dan korpus dari lambung.
o Gastritis Kronik Tipe B >> Tipe B disebut juga gastritis H.Pylori mempengaruhi
antrum dan pylorus (ujung bawah lambung dekat duodenum). Ini dihubungkan
dengan bakteri H.pylori, faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan
obat-obatan dan alkohol, merokok, atau refluks isi usus kedalam lambung.

Berdasarkan penyebab atau etiologinya gastritis dilasifikasi menjadi tujuh macam yaitu :

1. Gastritis bakterialis
o Merupakan akibat dari infeksi oleh Helicobacter pylori (bakteri yang tumbuh di
dalam sel penghasil lendir di lapisan lambung).Tidak ada bakteri lainnya yang dalam
keadaan normal tumbuh di dalam lambung yang bersifat asam, tetapi jika lambung
tidak menghasilkan asam, berbagai bakteri bisa tumbuh di lambung.Bakteri ini bisa
menyebabkan gastritis menetap atau gastritis sementara.
2. Gastritis karena stres akut
o Merupakan jenis gastritis yang paling berat, yang disebabkan oleh penyakit berat
atau trauma (cedera) yang terjadi secara tiba-tiba.Cederanya sendiri mungkin tidak
mengenai lambung, seperti yang terjadi pada luka bakar yang luas atau cedera yang
menyebabkan perdarahan hebat.
3. Gastritis erosif kronis
o Merupakan akibat dari bahan iritan seperti obat-obatan, terutama aspirin dan obat
anti peradangan non-steroid lainnya, penyakit Crohn, iinfeksi virus dan bakteri.
Gastritis ini terjadi secara perlahan pada orang-orang yang sehat, bisa disertai
dengan perdarahan atau pembentukan ulkus (borok, luka terbuka).Paling sering
terjadi pada alkoholik.
4. Gastritis karena virus atau jamur
o Merupakan akibat dari virus atau jamur. Bisa terjadi pada penderita penyakit
menahun atau penderita yang mengalami gangguan sistem kekebalan.
5. Gastritis eosinofilik
o Merupakan akibat dari reaksi alergi terhadap infestasi cacing gelang. Eosinofil (sel
darah putih) terkumpul di dinding lambung.
6. Gastritis atrofik t
o Merupakan akibat dari antibodi yang menyerang lapisan lambung, sehingga lapisan
lambung menjadi sangat tipis dan kehilangan sebagian atau seluruh selnya yang
menghasilkan asam dan enzim.Keadaan ini biasanya terjadi pada usia
lanjut. Gastritis ini juga cenderung terjadi pada orang-orang yang sebagian
lambungnya telah diangkat (menjalani pembedahan gastrektomi parsial).Gastritis
atrofik bisa menyebabkan anemia pernisiosa karena mempengaruhi penyerapan
vitamin B12 dari makanan.
7. Gastritis sel plasma
o Merupakan gastritis yang penyebabnya tidak diketahui. Sel plasma (salah satu jenis
sel darah putih) terkumpul di dalam dinding lambung dan organ lainnya

Manifstasi klinis

Manifestasi klinis pada gastritis akut dan gastritis kronik (Brunner & Suddart,2002:1062)
yaitu :

 Gastritis akut :
o Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium
o Nausea
o Kembung
o Vomiting
o Anoreksia
o Rasa asam dimulut
o Kolik
o Diare
o Pendarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena
o Anemia pasca pendarahan.

 Gastritis kronik :
o Nyeri ulu hati
o Anoreksia
o Nausea
o Bersendawa
o Vomiting
o Pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan.

Pemeriksaan Fisik :

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara (Inayah, 2004 ; 58) sebagai berikut :

 Inspeksi >> Melihat abdomen bagian kiri atas. Dilihat dari segi bentuknya.

 Auskultasi >> Pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop (untuk mendengar peristaltik


lambung atau organ pencernaan yang lain).Apabila gerakan peristaltik cepat dan
sering,maka kemungkinan besar pasien mengalami gejala gastritis.

 Palpasi >> Menekan atau meraba bagian perut. Apakah kondisi perutnya kembung atau sakit
kalau ditekan

 Perkusi >> Perkusi dilakukan di abdomen bagian atas sebelah kiri, disana kita mengamati
apakah ada gas atau cairan di lambung

Pemeriksaan diagnostik / penunjang

Pemeriksaan diagnostic pada pasien gastritis (Inayah, 2004 ; 60) terdiri dari :
1. Endoskopi Saluran Cerna
o Tes ini dapat melihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang
mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan
sebuah selang kecil yang fleksibel dengan kamera mini di ujungnya (endoskop)
melalui mulut dan masuk kedalam esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil
untuk melihat dinding lambung. Hal ini dilakukan untuk melihat adanya peradangan.
Tapi tenggorokan sebelumnya diamati dan dirasakan (anestesi)
2. Biopsi Mukosa Lambung
o Tes ini dilakukan dengan cara mengambil sampel (biopsy) pada mukosa lambung,
dan sampel ini kemudian dibawa ke labotarium, untuk menentukan apakah terjadi
gastritis atau tidak.
3. Pemeriksaan Darah
o Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibody H.Pylori dalam darah. Jika hasil
tes positif (+), menunjukkan pasien pernah kontak pada suatu waktu dalam
hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi.Tes
darah juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan
lambung.
4. Pemeriksaan Barium
o Pemeriksaan Barium enema gastrointestinal atas, meliputi instilasi cairan Barrium ke
dalam lambung dan kombinasi dari empat teknik: evaluasi barium, double contras,
gambaran mukosa lambung dan gambaran kompresi lambung. Prosedur ini
memungkinkan ditandainya gambaran iregulitas mukosa.
5. Radiologi
o Radiologi, misalnya Rontgen, tes ini akan melihat adanya tanda – tanda gastritis atau
penyakit pencernaan lainnya. Biasanya pasien akan diminta menelan cairan barium
terlebih dahulu sebelum dilakukan rontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna
dan akan terlebih jelas ketika di Rontgen.
6. Pemeriksaan Feces
o Tes ini memeriksa apakah ada H.Pylori dalam feces atau tidak. Hasil yang positif
dapat mengidentifikasi terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap
adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan pada lambung.
7. Pemeriksaan pernapasan
o Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H.Pylori atau tidak

Teraphy/ tindakan penanganan

Terapi gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan mungkin memerlukan
perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau, dalam kasus yang jarang, pembedahan untuk
mengobatinya. (Inayah, 2004 ; 63)

1. Penghambat pompa proton


o Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam lambung adalah dengan cara
menutup “pompa” asam dalam sel – sel lambung penghasil asam. Penghambat
pompa proton mengurangi asam dengan cara menutup kerja dari “pompa – pompa”
ini. Yang termasuk obat golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole
dan esomeprazole. Obat – obat ini menghambat kerja H.Pylori.
2. Antasida
o Merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan merupakan
obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralisir
asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan
cepat.
3. Terapi terhadap asam lambung
o Terapi terhadap asam lambung antara lain melibatkan obat – obatan yang
mengurangi dan menetralkan asam lambung seperti :
4. Penghambat asam
o Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatai rasa sakit tersebut, maka akan
direkomendasikan obat seperti, cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk
mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi.
5. Cytoprotective agents
o Obat – obat golongan ini membantu untuk melindungi jaringan yang melapisi
lambung dan usus kecil. Yang termasuk di dalamnya adalah sucraflate dan
misoprostol.

Terapi terhadap H.Pylori

Terdapat beberapa regimen untuk mengatasi infeksi H.Pylori. Yang paling sering digunakan
adalah kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton. Terkadang ditambahkan
dengan bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk membunuh bakteri, penghambat
pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan
meningkatkan efektifitas antibodi. Terapi terhadap infeksi H.Pylori tidak selalu berhasil,
kecepatan untuk membunuh kuman H.Pylori sangat beragam, bergantung pada regimen yang
digunakan. Akan tetapi kombinasi dari 3 obat tampaknya lebih efektif daripada kombinasi 2
obat. Terapi dalam jangka waktu yang lama (terapi selama 2 minggu dibandingkan dengan 10
hari) juga tampaknya meningkatkan efektifitas. Untuk memastikan H.Pylori sudah hilang,
dapat dilakukan pemeriksaan kembali setelah terapi dilaksanakan. Pemeriksaan pernafasan
dan pemeriksaan feces adalah 2 jenis pemeriksaan yang sering dipakai untuk memastikan
sudah tidak adanya bakteri H.Pylori.

Komplikasi

Jika dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan peptic ulcers dan pendarahan
pada saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemasis dan melena, serta dapat berakhir
sebagai syok hemoragik. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan resiko kanker
lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding lambung dan
perubahan pada sel-sel di dinding lambung. (Inayah, 2004 ; 65)

Kebanyakan kanker lambung adalah adenocarcinomas, yang bermula pada sel-sel kelenjar
dalam mukosa. Adenocarcinomas tipe 1 biasanya terjadi akibat infeksi H. pylori. Kanker
jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat H. pylori adalah MALT (mucosa associated
lymphoid tissue) lymphomas, kanker ini berkembang secara perlahan pada jaringan sistem
kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini dapat disembuhkan bila ditemukan pada
tahap awal.(Hirlan, 2006 ;346)

Pencegahan

Walaupun infeksi H. pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa saran untuk dapat
mengurangi terkena gastritis (Donna D. 1995 ;1390) yaitu :

1. Lakukan olah raga secara teratur.


o Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernapasan dan jantung, juga dapat
menstimulasi aktifitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan
dari usus secara lebih cepat.
2. Jangan merokok.
1. Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung, membuat lambung lebih
rentan terhadap gastritis dan borok. Merokok juga meningkatkan asam lambung,
sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama
terjadinya kanker lambung. Tetapi, untuk dapat berhenti merokok tidaklah mudah,
terutama bagi perokok berat. Konsultasikan dengan dokter mengenai metode yang
dapat membantu untuk berhenti merokok.
3. Hindari alkohol.
o Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa dalam lambung
dan dapat mengakibatkan peradangan dan pendarahan.
4. Makan secara benar.
o Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas, asam,
gorengan atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis makanan
yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya. Makanlah dengan
jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan dengan santai.
5. Kendalikan stress.
o Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan sistem
kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stress juga
meningkatkan produksi asam lambung dan melambatkan kecepatan pencernaan.
Karena stress bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah
mengendalikannya secara effektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat yang
cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
6. Ganti obat penghilang nyeri.
o Jika dimungkinkan, hindari penggunaan AINS, obat-obat golongan ini akan
menyebabkan terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah
ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang mengandung
acetaminophen.

selanjutnya asuhan keperawatan gastritis >>

DAFTAR PUSTAKA

1. Agus Priyanto, 2009, Endoskopi Gastointestinal, Salemba Medika : Jakarta


2. Alspach, Grif JoAnn, 2006, Core Curriculum for Critical Care Nursing, 6th Ed,Saunder Elseiver:
USA
3. Brunner dan Suddart, 2000, Keperawatan Medical Bedah, EGC : Jakarta.
4. Carpenito, Lynda Jual,2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC : Jakarta.
5. Cooper, Robert B. 1996. Anatomi dan Fisiologi utuk Paramedik. Gramedia Utama : Jakarta
6. Doengoes, Marylin E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC : Jakarta.
7. Donna, D. 1995. Ganguan Sistem Pencernaan. Salembe Medika : Jakarta
8. ENA,2000, Emergency Nursing Core Curiculum, 5th Ed,WB.Saunders Company: USA.
9. Hadi, Soejono,1999, Gastroenterologi, Penerbit Alumni : Bandung.
10. Holdstock G, Okight.2000. Gastrointerologi dan Penyakit Hati. Jakarta : EGC.
11. Inayah, Iin, 2004, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan,
Edisi 1, Salemba Medika : Jakarta.
12. Mansjoer,Arif, 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, FKUI : Jakarta.
13. Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Alih bahasa Peter
Anugrah. Editor Caroline Wijaya. Ed. 4. Jakarta : EGC ; 1995
14. Reevest, Charlene. J, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 1, Salemba Medika: Jakarta.
15. Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005 – 2006. Prima Medika
16. Syaifuddin, Hirlan. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Gastrointestinal. Gramedia Utama : Jakarta
17. Soeparman, 1999, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2, FKUI : Jakarta
18. .Available at :
http://www.soomaalidamaanta.com/sm/index.php?option=com_content&view=article&id=
5717:ma-jeceshahay-inaad-wax-ka-ogaato-cudurka-gaastiriko
gastritis&catid=22:caafimaadka&Itemid=47. Diakses tanggal 14 September 2009
19. Available at : (http://healthreference-ilham.blogspot.com/2008/07/kondas-gastritis.html)
Diakses tanggal 14 September 2009
20. Available at :
http://health.battlecreekenquirer.com/images/HealthContent/english/LT2_29.gif
21. Diakses tanggal 14 September 2009
22. Available at : http://ayurai.wordpress.com/2009/05/02/gastritis-sakit-maag/ Diakses tanggal
14 September
23. Available at : (http://medicastore.com/) Diakses tanggal 14 September 2009
24. Available at :
http://www.soomaalidamaanta.com/sm/index.php?option=com_content&view=article&id=
5717:ma-jeceshahay-inaad-wax-ka-ogaato-cudurka-gaastiriko
gastritis&catid=22:caafimaadka&Itemid=47 Diakses tanggal 14 September 2009
25. Available at :
http://www.health.com/health/static/hw/media/medical/hw/h9991459_001.jpg Diakses
tanggal 14 September 2009
26. Available at : http://www.indofarma.co.id/ Diakses tanggal 14 September 2009
27. Available at : http://pengobatangalihgumelar.blogspot.com/ Diakses tanggal 14 September
2009

asuhan keperawatan pada pasien dengan


gastritis
July 12, 2015 by Lestari

Data
Pengkajian
Objektif
 – RR meningkat (lebih dari 20x/menit)
 – Nadi meningkat (lebih dari 80x/ menit)
 – Nafas cuping hidung (+)
Breathing  – Pasien tampak menggunakan otot bantu pernafasan
 – Hiperventilasi (+)
 – Pernafasan pasien tidak teratur (takipneu)

Blood  – Tekanan darah meningkat (lebih dari 120/80 mmHg)


 – CRT > 2 detik
 – Pendarahan (+)
 – Sianosis (+)
 – pO2 menurun (N= 95-100 mmHg)
 – pCO2 meningkat (N= 35-45 mmHg)
 – Hematemesis dan melena (+)
 – Pendarahan massif (+)

Brain __
 – Oliguri
 – Kateter (+)
Bladder
 – Peningkatan BUN/ rasio kreatinin

 – Nausea dan Vomiting


 – Hematemesis dan melena (+)
 – Distensi Abdomen (+)
Bowel  – Tidak ada bising usus atau hipoaktif
 – Mumbran mukosa kering
 – TD dan Nadi meningkat dari normal

 – Nyeri (+)
 – Pasien tampak gelisah
Bone  – Pasien tampak lemah
 – ADL dibantu

Pengkajian tambahana di luar enam system


Data
Pengkajian
Data Objektif
 Pasien tampak bertanya tentang penyakit gastritis (pengertian, penyebab, prose
penyakit, pencegahan dan penganannya)
 Pasien tampak kebingungan saat ditanya tentang gastritis
 Pasien tampak cemas

No
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
1 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan
2 Gangguan perfusi jaringan kardiopulmonal berhubungan dengan hipovolemi
3 Gangguan perfusi jaringan ginjal berhubungan dengan hipovolemi
4 Gangguan perfusi jaringan gastrointestinal berhubungan dengan hipovolemi
5 Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (perdarahan massif)
6. Nyeri akut / kronis berhubungan dengan peradangan pada mukosa lambung
7 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual
8 Perubahan pola eleminasi urin berhubungan dengan gangguan perfusi jaringan ginjal
9 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksig
10 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
11 Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
12 PK Shock
13 PK Anemi
14 Resiko terhadap aspirasi

Ketidakefektifan Pola Nafas (Breathing


Pattern, Ineffective)
DEFINISI: inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi yang adekuat

BATASAN KARAKTERISTIK

 Perubahan kedalaman pernapasan  Dispnea


 Perubahan ekskursi dada  Peningkatan diameter anterior-posterior
 Mengambil posisi tiga titik  Pernapasan cuping hidung
 Bradipnea  Ortopnea
 Penurunan tekanan ekspirasi  Fase ekspirasi memanjang
 Penurunan tekanan inspirasi  Pernapasan bibir
 Penurunan ventilasi semenit  Takipnea
 Penggunaan otot aksesorious untuk bernapas
 Penurunan kapasitas vital

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

 Ansietas  Kerusakan neurologis


 Posisi tubuh  Imaturitas neurologis
 Deformitas tulang  Disfungsi neuromuscular
 Deformitas dinding dada  Obesitas
 Keletihan  Nyeri
 Hiperventilasi  Keletihan otot pernapasan
 Sindrom hipoventilasi  Cedera medulla spinalis
 Gangguan musculoskeletal

NOC LINKED TO NANDA

Outcomes to measure Additional outcomes to Outcomes associated with


resolution of diagnosis measure defining related factors or intermediate
characteristic outcomes
 Mehanical  Allergic response:  Acute respiratory
ventilation weaning systemic acidosis severity
response: Adult  Respiratory status:  Acute respitratory
 Respiratory status: airway patency alkalosis severity
ventilation  Respiratory status:  Anxiety level
 Respiratory status gas exchange  Cognition
 Shock severity:  Energy Conservation
anaphylactic  Fatigue: disruptive
effects
 fatigue level
 neurological status:
autonomic
 pain level
 smoking cessation
behavior
 weight: body mass
 Self-management:
asthma
 Self-management:
chronic obstructive
pulmonary disease

NIC LINKED TO NANDA

Suggested nursing intervention for problem resolution Additional optional inter

 Acid base monitoring  Acid base monitoring


 Airway management  airway insertion and stab
 Airway suctioning  analgesic administration
 Allergy management  Aspiration precaution
 Anaphylaxis management  Chest physiothrapy
 Asthma management  emergency care
 anxiety reduction  emotional support
 artificial airway management  endotracheal extubation
 Cought enhancement  energy management
 Mechanical ventilation management: invasive  Fluid monitoring
 Mechanical ventilation management: noninvasive  medication management
 Mechanical ventilation management: pneumonia prevention  neurological monitoring
 mechanical ventilatory weaning  pain management
 medication administration  positioning
 medication administration: nasal  progressive muscle relax
 oxygen therapy  resuscitation
 respiratory monitoring  Tube care: chest
 surveillance  smoking cessation assist
 ventilation assistance
 vital sign monitoring
CONTOH NURSING CARE PLAN

TUJUAN DAN KRITERIA


INTERVENSI RASIONAL
HASIL
Setelah dilakukan tindakan NIC Label : Airway NIC Label : Airway
keperawatan selama 3 x 24jam Management Management
pasien menunjukkan
keefektifan pola nafas, dengan 1. Posisikan pasien semi 1. Untuk
kriteria hasil: fowler memaksimalkan
2. Auskultasi suara nafas, potensial ventilasi
NOC Label : Respiratory catat hasil penurunan 2. Memonitor
Status: Airway patency daerah ventilasi atau kepatenan jalan
tidak adanya suara napas
1. Frekuensi, irama, adventif 3. Memonitor respirasi
kedalaman pernapasan 3. Monitor pernapasan dan keadekuatan
dalam batas normal dan status oksigen oksigen
2. Tidak menggunakan yang sesuai
otot-otot bantu NIC Label : Oxygen
pernapasan NIC Label : Oxygen Therapy
Therapy
NOC Label : Vital Signs 1. Menjaga
1. Mempertahankan jalan keadekuatan
 Tanda Tanda vital napas paten ventilasi
dalam rentang normal 2. Kolaborasi dalam 2. Meningkatkan
(tekanan darah, nadi, pemberian oksigen ventilasi dan asupan
pernafasan) (TD 120- terapi oksigen
90/90-60 mmHg, nadi 3. Monitor aliran oksigen 3. Menjaga aliran
80-100 x/menit, RR : oksigen mencukupi
18-24 x/menit, suhu NIC Label : Respiratory kebutuhan pasien
36,5 – 37,5 C) Monitoring
NIC Label : Respiratory
1. Monitor kecepatan, Monitoring
ritme, kedalaman dan
usaha pasien saat 1. Monitor
bernafas keadekuatan
2. Catat pergerakan dada, pernapasan
simetris atau tidak, 2. Melihat apakah ada
menggunakan otot obstruksi di salah
bantu pernafasan satu bronkus atau
3. Monitor suara nafas adanya gangguan
seperti snoring pada ventilasi
4. Monitor pola nafas: 3. Mengetahui adanya
bradypnea, tachypnea, sumbatan pada jalan
hiperventilasi, napas
respirasi kussmaul, 4. Memonitor keadaan
pernapasan klien
respirasi cheyne-
stokes dll

DAFTAR PUSTAKA

1. NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi 2012-


2014/Editor, T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Sumarwati, Dan Nike Budhi
Subekti ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Barrah Bariid, Monica Ester, Dan Wuri
Praptiani. Jakarta; EGC.
2. Moorhed, (et al). 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition.
Missouri: Mosby Elsevier
3. Gloria M. Bulechek, (et al).2013. Nursing Interventions Classifications (NIC) 6th
Edition. Missouri: Mosby Elsevier

Intoleransi Aktivitas (activity intolerance)


May 25, 2015 by Lestari

 Domain 4: Aktivitas/istirahat
 Kelas 4: Respons Kardiovaskular/Pulmonal

DEFINISI: Ketidakcukupan energy psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau


menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan

BATASAN KARAKTERISTIK

 Respons tekanan darah abnormal  Perubahan EKG yang mencerminkan


terhadap aktivitas iskemia
 Respon frekuensi jantung abnormal  Ketidaknyamanan setelah
terhadap aktivitas beraktifitas
 Perubahan EKG yang mencerminkan  Dispnea setelah beraktifitas
aritmia  Menyatakan merasa letih
 Menyatakan merasa lemah

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

 Tirah baring  Imobilitas


 Kelemahan umum  Gaya hidup monoton
 Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
NOC LINKED TO NANDA

Outcomes to measure Additional outcomes to measure Outcomes associated with related


resolution of diagnosis defining characteristic factors or intermediate outcomes

 Activity tolerance  Cardiac pump effectiveness  Ambulation


 Endurance  Cardiopulmonary status  Ambulation: wheel chair
 psychomotor energy  Discomfort level  Mobility
 Energy conservation  Personal health status
 Fatigue level  Physycal fitness
 Respiratory status: gas  Nutritional status: energy
exchange  Respiratory status
 Rest  Self-management: asthma
 Self-care status  Self-management: cardiac
 Self care: activities of daily disease
living  Self-management: multiple
sclerosis
 Self-management:
osteoporosis

NIC LINKED TO NANDA

Suggested nursing intervention for problem resolution Additional optional intervent

 activity terapi  Animal assisted therapy


 body mechanics promotion  dysrhytmi management
 cardiac care: rehabilitative  environmental management: com
 energy management  exercise promotion
 environmental anagement  exercise promotion: stretching
 exercise promotion: strength training  exercise promotion: ambulation
 home maintenance assistance  exercise promotion: balance
 mood management  exercise promotion: joint mobilit
 self care assistance:  exercise promotion: muscle cont
 self care assistance: IADL  medication management
 self care assistance: transfer  music therapy
 sleep enhancement  oxygen therapy
 teaching: prescribed exercise  pain management
 weight management
 spiritual support

CONTOH NURSING CARE PLAN

TUJUAN DAN KRITERIA


INTERVENSI RASIONAL
HASIL
Setelah dilakukan intervensi Activity Therapy Activity Therapy
selama 3 x24 jam diharapkan
kondisi klien stabil saat 1. Kolaborasi dengan tim 1. Mengkaji setiap aspek klien t
aktivitas dengan KH: kesehatan lain untuk latihan yang dierencanakan.
merencanakan , monitoring 2. Aktivitas yang teralau berat d
Activity Tolerance program aktivitasi klien. dengan kondisi klian dapat m
2. Bantu klien memilih aktivitas toleransi terhadap latihan.
 Saturasi O2 saat yang sesuai dengan kondisi. 3. Melatih kekuatan dan irama j
aktivitas dalam batas aktivitas.
normal (95-100%) 3. Bantu klien untuk melakukan 4. Mengetahui setiap perkemban
 Nadi saat aktivitas aktivitas/latihan fisik secara segera setelah terapi aktivitas
dalam batas normal teratur. 5. EKG memberikan gambaran
(60-100x/mnt) 4. Monitor status emosional, mengenai konduksi jantung s
 RR saat aktivitas dalam fisik dan social serta spiritual maupun aktivitas.
batas normal (12- klien terhadap 6. Pemberian obat antihipertensi
20x/mnt) latihan/aktivitas. mengembalikan TD klien dbn
 Tekanan darah systole 5. Monitor hasil pemeriksaan untuk mengkoreksi kegagalan
saat aktivitas dalam EKG klien saat istirahat dan pada gambaran EKG, diuretic
batas normal (100- aktivitas (bila memungkinkan digunakan untuk mengeluarka
120mmHg) dengan tes toleransi latihan). cairan.
 Tekanan darah diastole 6. Kolaborasi pemberian obat
saat aktivitas dalam antihipertensi, obat-obatan Energy Management
batas normal (60- digitalis, diuretic dan
80mmHg) vasodilator. 8. Mencegah penggunaan energ
 Hasil EKG dalam batas karena dapat menimbulkan ke
normal Energy Management 9. Memudahkan klien untuk me
dan waktu untuk istirahat.
Fatigue Level 1. Tentukan pembatasan aktivitas 10. Mengetahui sumber asupan e
fisik pada klien 11. Mengetahui etiologi kelelaha
 Tidak nampak 2. Tentukan persepsi klien dan mungkin efek samping obat a
kelelahan perawat mengenai kelelahan. 12. Mengidentifikasi pencetus kle
 Tidak nampak lesu 3. Tentukan penyebab kelelahan 13. Menyamakan persepsi perawa
 Tidak ada penurunan (perawatan, nyeri, tanda-tanda kelelahan dan me
nafsu makan pengobatan) aktivitas klien dihentikan.
 Tidak ada sakit kepala 4. Monitor efek dari pengobatan 14. Mencegah timbulnya sesak ak
 Kualitas tidur dan klien. yang terlalu berat.
istirahat dalam batas 5. Monitor intake nutrisi yang 15. Mengetahui efektifitas terapi
normal adekuat sebagai sumber keluhan sesak selama aktivita
energy. 16. Menciptakan lingkungan yang
6. Anjurkan klien dan keluarga klien beristirahat.
untuk mengenali tanda dan 17. Menciptakan lingkungan yang
gejala kelelahan saat aktivitas. klien beristirahat.
7. Anjurkan klien untuk 18. Memfasilitasi waktu istirahat
membatasi aktivitas yang memperbaiki kondisi klien.
cukup berat seperti berjalan
jauh, berlari, mengangkat
beban berat, dll.
8. Monitor respon terapi oksigen
klien.
9. Batasi stimuli lingkungan
untuk relaksasi klien.
10. Batasi jumlah pengunjung.

DAFTAR PUSTAKA

1. NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi 2012-


2014/Editor, T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Sumarwati, Dan Nike Budhi
Subekti ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Barrah Bariid, Monica Ester, Dan Wuri
Praptiani. Jakarta; EGC.
2. Moorhed, (et al). 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition.
Missouri: Mosby Elsevier
3. Gloria M. Bulechek, (et al).2013. Nursing Interventions Classifications (NIC) 6th
Edition. Missouri: Mosby Elsevier

Nyeri Akut (Pain, Acute)


May 22, 2015 by Lestari

 Domain 12 : Kenyamanan
 Kelas 1 : kenyamanan fisik

DEFINISI: pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal
kerusakan sedemikian rupa (international association for the study of pain) awitan yang tiba
– tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.

BATASAN KARAKTERISTIK

 Perubahan selera makan  Laporan isyarat


 Perubahan tekanan darah  Diaforesis
 Perubahan frekuensi janutng  Sikap melindungi area nyeri
 Perubahan frekuensi pernapasan  Fokus menyempit (mis.., gangguan
 Perilaku distraksi (mis., berjalan mondar persepsi nyeri, hambatan proses
mandir, mencari orang lain dan atau berpikir, penurunan interaksi dengan
aktivitas lain, aktivitas yang berulang) orang dan lingkungan)
 Indikasi nyeri yanh dapat diamati
 Mengekspresikan perilaku (mis., gelisah,  Perubahan posisi untuk menghindari
merengek, menangis, waspada, nyeri
iritabilitas, mendesah)  Sikap tubuh melindungi
 Masker wajah (mis., mata kurang  Dilatasi pupil
bercahaya, tampak kacau, gerakan mata  Melaporkan nyeri secara verbal
berpencar atau tetap pada satu fokus,  Fokus pada diri sendiri
meringis)  Gangguan tidur.

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

o Agens cedera (mis., biologis, zat kimia, fisik, psikologis)

NOC LINKED TO NANDA

Outcomes to measure Additional outcomes to Outcomes associated with related


resolution of diagnosis measure defining factors or intermediate outcomes
characteristic
 Pain Control  Burn recovery
 Pain level  Anxiety level  Gastrointestinal function
 Appetite  Kidney function
 Mobility  Stress level
 Discomfort level  Knowledge: pain
 Sleep management
 Pain: adverse  Knowledge: acute illness
psychological response management
 Pain: disruptive effect  Knowledge: inflamantory
 Symptom control bowel disease management
 Vital sign  Neurological status
 Nausea and vomiting  Wound healing: primary
severity intention
 Comfort status  Wound healing: secondary
 Comfort status: intention
physical  Tissue perfusion
 Client satisfaction:  Self management: acute
pain management illness

NIC LINKED TO NANDA

Suggested nursing intervention for problem resolution Additional optional interven

 acupressure  active listening


 analgesic administration  animal-assisted therapy
 analgesic administration: intraspinal  bathing
 anesthesia administration  body mechanis promotion
 cutaneus stimulation  coping enhancement
 Anxiety reduction  distraction
 enviromental management: comfort  emotional support
 flatulence reduction  environmental management
 heat/cold application  exercise promotion
 medication administration  exercise therapy: muscle con
 medication administration: Intravenous  exercise therapy: joint mobili
 medication administration: intramuscular  exercise therapy: ambulation
 medication administration: oral  guided imagery
 medication management  humor
 pain management  hope inspiration
 sedation management  massage
 transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS)  hypnosis
 music therapy
 therapeutic touch
 intrapartal care: high-risk del

CONTOH NURSING CARE PLAN

TUJUAN DAN
INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
Setelah diberikan asuhan NIC Label : Pain NIC Label : Pain
keperawatan asuhan Management Management
keperawatan selama …x 2
jam, nyeri yang dirasakan 1. Kaji secara 1. Untuk mengetahui
klien berkurang dengan komprehensip terhadap tingkat nyeri pasien
criteria hasil : nyeri termasuk lokasi, 2. Untuk mengetahui
karakteristik, durasi, tingkat
NOC label : Pain Control frekuensi, kualitas, ketidaknyamanan
intensitas nyeri dan dirasakan oleh pasien
 Klien melaporkan faktor presipitasi 3. Untuk mengalihkan
nyeri berkurang 2. Observasi reaksi perhatian pasien dari
 Klien dapat ketidaknyaman secara rasa nyeri
mengenal lamanya nonverbal 4. Untuk mengetahui
(onset) nyeri 3. Gunakan strategi apakah nyeri yang
 Klien dapat komunikasi terapeutik dirasakan klien
menggambarkan untuk mengungkapkan berpengaruh terhadap
faktor penyebab pengalaman nyeri dan yang lainnya
 Klien dapat penerimaan klien 5. Untuk mengurangi
menggunakan teknik terhadap respon nyeri factor yang dapat
non farmakologis 4. Tentukan pengaruh memperburuk nyeri
 Klien menggunakan pengalaman nyeri yang dirasakan klien
analgesic sesuai terhadap kualitas 6. untuk mengetahui
instruksi hidup( napsu makan, apakah terjadi
tidur, aktivitas,mood, pengurangan rasa
Pain Level hubungan sosial) nyeri atau nyeri yang
5. Tentukan faktor yang dirasakan klien
dapat memperburuk bertambah.
 Klien melaporkan nyeriLakukan evaluasi 7. Pemberian “health
nyeri berkurang dengan klien dan tim education” dapat
 Klien tidak tampak kesehatan lain tentang mengurangi tingkat
mengeluh dan ukuran pengontrolan kecemasan dan
menangis nyeri yang telah membantu klien
 Ekspresi wajah klien dilakukan dalam membentuk
tidak menunjukkan 6. Berikan informasi mekanisme koping
nyeri tentang nyeri termasuk terhadap rasa nyer
 Klien tidak gelisah penyebab nyeri, berapa 8. Untuk mengurangi
lama nyeri akan hilang, tingkat
antisipasi terhadap ketidaknyamanan
ketidaknyamanan dari yang dirasakan klien.
prosedur 9. Agar nyeri yang
7. Control lingkungan dirasakan klien tidak
yang dapat bertambah.
mempengaruhi respon 10. Agar klien mampu
ketidaknyamanan menggunakan teknik
klien( suhu ruangan, nonfarmakologi dalam
cahaya dan suara) memanagement nyeri
8. Hilangkan faktor yang dirasakan.
presipitasi yang dapat 11. Pemberian analgetik
meningkatkan dapat mengurangi rasa
pengalaman nyeri nyeri pasien
klien( ketakutan,
kurang pengetahuan)
9. Ajarkan cara
penggunaan terapi non
farmakologi (distraksi,
guide
imagery,relaksasi)
10. Kolaborasi pemberian
analgesic

DAFTAR PUSTAKA

1. NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan


Klasifikasi 2012-2014/Editor, T. Heather Herdman; Alih Bahasa,
Made Sumarwati, Dan Nike Budhi Subekti ; Editor Edisi Bahasa
Indonesia, Barrah Bariid, Monica Ester, Dan Wuri Praptiani. Jakarta;
EGC.
2. Moorhed, (et al). 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th
Edition. Missouri: Mosby Elsevier
3. Gloria M. Bulechek, (et al).2013. Nursing Interventions Classifications
(NIC) 6th Edition. Missouri: Mosby Elsevier
Intoleransi Aktivitas (activity intolerance)
May 25, 2015 by Lestari

 Domain 4: Aktivitas/istirahat
 Kelas 4: Respons Kardiovaskular/Pulmonal

DEFINISI: Ketidakcukupan energy psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau


menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan

BATASAN KARAKTERISTIK

 Respons tekanan darah abnormal terhadap  Perubahan EKG yang mencerminkan


aktivitas iskemia
 Respon frekuensi jantung abnormal terhadap  Ketidaknyamanan setelah beraktifitas
aktivitas  Dispnea setelah beraktifitas
 Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia  Menyatakan merasa letih
 Menyatakan merasa lemah

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

 Tirah baring  Imobilitas


 Kelemahan umum  Gaya hidup monoton
 Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

NOC LINKED TO NANDA

Outcomes to measure Additional outcomes to measure Outcomes associated with related


resolution of diagnosis defining characteristic factors or intermediate outcomes

 Activity tolerance  Cardiac pump effectiveness  Ambulation


 Endurance  Cardiopulmonary status  Ambulation: wheel chair
 psychomotor energy  Discomfort level  Mobility
 Energy conservation  Personal health status
 Fatigue level  Physycal fitness
 Respiratory status: gas  Nutritional status: energy
exchange  Respiratory status
 Rest  Self-management: asthma
 Self-care status  Self-management: cardiac
 Self care: activities of daily disease
living  Self-management: multiple
sclerosis
 Self-management: osteoporosis
NIC LINKED TO NANDA

Suggested nursing intervention for problem resolution Additional optional interventio

 activity terapi  Animal assisted therapy


 body mechanics promotion  dysrhytmi management
 cardiac care: rehabilitative  environmental management: comfor
 energy management  exercise promotion
 environmental anagement  exercise promotion: stretching
 exercise promotion: strength training  exercise promotion: ambulation
 home maintenance assistance  exercise promotion: balance
 mood management  exercise promotion: joint mobility
 self care assistance:  exercise promotion: muscle control
 self care assistance: IADL  medication management
 self care assistance: transfer  music therapy
 sleep enhancement  oxygen therapy
 teaching: prescribed exercise  pain management
 weight management
 spiritual support

CONTOH NURSING CARE PLAN

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL

Setelah dilakukan intervensi Activity Therapy Activity Therapy


selama 3 x24 jam diharapkan
kondisi klien stabil saat 1. Kolaborasi dengan tim 1. Mengkaji setiap aspek klien terh
aktivitas dengan KH: kesehatan lain untuk yang dierencanakan.
merencanakan , monitoring 2. Aktivitas yang teralau berat dan
Activity Tolerance program aktivitasi klien. dengan kondisi klian dapat mem
2. Bantu klien memilih aktivitas terhadap latihan.
 Saturasi O2 saat aktivitas yang sesuai dengan kondisi. 3. Melatih kekuatan dan irama jan
dalam batas normal (95- aktivitas.
100%) 3. Bantu klien untuk melakukan 4. Mengetahui setiap perkembang
 Nadi saat aktivitas dalam aktivitas/latihan fisik secara segera setelah terapi aktivitas.
batas normal (60- teratur. 5. EKG memberikan gambaran yan
100x/mnt) 4. Monitor status emosional, fisik konduksi jantung selama istirah
 RR saat aktivitas dalam dan social serta spiritual klien aktivitas.
batas normal (12- terhadap latihan/aktivitas. 6. Pemberian obat antihipertensi
20x/mnt) 5. Monitor hasil pemeriksaan EKG mengembalikan TD klien dbn, o
 Tekanan darah systole klien saat istirahat dan aktivitas mengkoreksi kegagalan kontrak
saat aktivitas dalam batas (bila memungkinkan dengan tes gambaran EKG, diuretic dan vas
normal (100-120mmHg) toleransi latihan). untuk mengeluarkan kelebihan
 Tekanan darah diastole 6. Kolaborasi pemberian obat
saat aktivitas dalam batas antihipertensi, obat-obatan Energy Management
normal (60-80mmHg)
 Hasil EKG dalam batas digitalis, diuretic dan 8. Mencegah penggunaan energy
normal vasodilator. karena dapat menimbulkan kele
9. Memudahkan klien untuk meng
Fatigue Level Energy Management waktu untuk istirahat.
10. Mengetahui sumber asupan en
 Tidak nampak kelelahan 1. Tentukan pembatasan aktivitas 11. Mengetahui etiologi kelelahan,
 Tidak nampak lesu fisik pada klien efek samping obat atau tidak.
 Tidak ada penurunan 2. Tentukan persepsi klien dan 12. Mengidentifikasi pencetus klela
nafsu makan perawat mengenai kelelahan. 13. Menyamakan persepsi perawat
 Tidak ada sakit kepala 3. Tentukan penyebab kelelahan tanda-tanda kelelahan dan men
 Kualitas tidur dan (perawatan, nyeri, pengobatan) aktivitas klien dihentikan.
istirahat dalam batas 4. Monitor efek dari pengobatan 14. Mencegah timbulnya sesak akib
normal klien. yang terlalu berat.
5. Monitor intake nutrisi yang 15. Mengetahui efektifitas terapi O
adekuat sebagai sumber energy. sesak selama aktivitas.
6. Anjurkan klien dan keluarga 16. Menciptakan lingkungan yang k
untuk mengenali tanda dan beristirahat.
gejala kelelahan saat aktivitas. 17. Menciptakan lingkungan yang k
7. Anjurkan klien untuk membatasi beristirahat.
aktivitas yang cukup berat 18. Memfasilitasi waktu istirahat kl
seperti berjalan jauh, berlari, memperbaiki kondisi klien.
mengangkat beban berat, dll.
8. Monitor respon terapi oksigen
klien.

9. Batasi stimuli lingkungan untuk


relaksasi klien.
10. Batasi jumlah pengunjung.

Anda mungkin juga menyukai