Asma Bronkial
Modul Elektif Farmakologi
Oleh :
Atiul Marifah
Ayu Wilda A.
Dian Pratiwi
Farid Nurdiansyah
Fernaldhi Anggadha
Pemicu:
Seorang ibu usia 30 tahun datang ke tempat praktek anda dengan
keluhan sesak, batuk, pilek dan demam.Sesak dan batuk juga sering
timbul bila udara dingin dan cuaca hujan. Dalam musim hujan ini paling
tidak serangan terjadi sekali dalam sebulan dan timbul terutama
malam.Biasanya setelah memakan obat neo napacin yang dibeli di
warung rasa batuk dan sesak mereda, tetapi dengan kondisi sekarang ini
obat
tersebut
kurang
memberikan
efek.
Pada
pemeriksaan
fisik:
metilprednisolon,
atropin,
propanolol,
salbutamol,
captopril,
efedrin,
asetaminofen,
ciprofloksasin,
sefexime,
Pertanyaannya:
1. Apa diagnosa kerja saudara
2. Obat apa yang akan saudara berikan pada penderita tersebut
(dosis,
lama
pemberian,
cara
pemberian)
dan
Bila
berikan
diperlukan
asthma
berpengaruh
terhadap
asthmanya.
6. Berikan contoh resep obat untuk apotik
perjalanan
penyakit
Resume Jawaban
(nomor 1 dan dua)
Pasien mengalami sesak napas disertai batuk dan nafas berbunyi,
terjadi setiap tiap 2 minggu sekali. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 100/menit. Frekuensi napas 24
kali/menit, suara mengi positif, suhu badan 36,5 oC. Berdasarkan data
tersebut pasien didiagnosis Asma bronkial.
Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, berat penyakit dan
pola keterbatasan aliran udara. Klasifikasi asma berdasarkan berat
penyakit penting bagi pengobatan dan perencanaan penatalaksaan
jangka panjang, Semakin berat asma semakin tinggi tingkat pengobatan.
Berat
penyakit
asma
diklasifikasikan
berdasarkan
gambaran
klinis
Pada anamnesa, pasien ini selama 2 bulan terakhir ini hampir tiap 2
minggu sekali terjadi serangan. Maka derajat beratnya asma berdasarkan
kekambuhan termasuk asma intermiten.
Pada pemeriksaan fisik, di dapatkan TD : 130/80 , nadi 100x/menit,
frekuensi napas 24x /menit, suara mengi positif, suhu badan 36,5 0C. Maka
saat ini pasien berdasarkan beratnya serangan termasuk ke dalam
serangan asma akut sedang.
sumber : http://www.klikpdpi.com/konsensus/asma/asma.html
akut
obat
adalah
yang
agonis
dapat
-2,
metilxantin,
digunakan
sebagai
dan
antikolinergik.
kontroler
adalah
dan tidak
agonis
lebih
baik
daripada
antikoliergik.
(nomor 3 dan 4)
Pasien
dapat
didberikan
Antipiretik
untuk
menurunkan
suhu
Safety
Suitability
Cost
Farmakodinamik
ESO
KI
Sanmol
Hambat enzim
siklooksigenase
ksisitas,
kronik,
Farmakokinetik
Hipersen
sitivitas,
hipersensitivi 4=20000
tas
methem
asetaminofe
oglobine
n, rush
Absorbsi,
cepat
sempurna
melalui
dan
GI
Tract
Distribusi, C
500 mg x 25 x
Syrup
mia,
max
1/2
jam, T
toksisitas
akut
Pada
120mg/5cc/60ml
Ketersediaa
Tablet
mg
= 5000
500 Drop
60mg/0,6mlx15m
lx1=11580
Syrup 60 ml
(125
juga mengalami
ml)
mg/5
hidroksilasi dengan
metabolit methemoglobin
Eksresi, ginjal dengan
sebagian kecil sebagai
paracetamol 3%, sisanya
Drop 15 ml
(60mg/0,6ml
)
bentuk konjugasi
kasus penyebab demam ditentukan bahwa etiologinya Bakteri oleh karena itu bisa dilakukan
pemeriksaan gram untuk melihat jenis kuman yang ada. Sehingga dalam pemberian antibiotik
dapat diberikan yang tepat sesuai dengan jenis kumannya. Pemeriksaan lain bisa dilihat juga
apakah terdapat leukopenia atau leukosistosis dari pemeriksaan darah. Pada pemicu obat yang
tersedia adalah ciprofloksasin dan cefixim. Antibiotik yang paling mungkin diberikan adalah
ciprofloksasin. Antibiotik lain yang dapat menjadi pilihan lain adalah amoksisilin dan
kotrimoxazol.
P-Drug Ciprofloksasin
Efficacy
Safety
Suitability
Cost
Farmakodinamik
ESO
KI
Hipersensitivitas,
Gangguanpencern
aan (mual, muntah)
tendinitis,
gangguan
pertumbuhan,
ruptur
tendon,
diare,
pseudomembrankol
itis
Hipersensitivitas
Ciprofloksasi
n
gram negatif.
Antibiotik kuinolon
bekerja dengan
menghambat sintesis
DNA dengan
menghambat enzim
topoisomerase II (DNA
kuinolon, wanita
Tablet
500mg/tab=26
0
girase) dan
siprofloksasin
topoisomnerase IV.
sebaiknya
Farmakokinetik
diberikan
bersamaan dengan
siprofloksasin
Metabolisme,
dimetabolisme di hepar
Ketersediaan
tablet, suspensi
oral, intravena
Infus
2mg/ml, btl @
100 ml =
22.000
tidak
Obat:
P-Drug Cefixime
Efficacy
Safety
Suitabilit Cost
y
Farmakodinamik
ESO
Bakterisida
Diare
cephalosporin
generasi
sitifitas
luas peningkatan
Bioaviabilitas : 4050%
7)
Tablet
Abixim
100
transaminase,
3x10s
mual, Keterse
diaan
leukopenia,
360.000/box
demam,
Farmakokinetik
(Nomor
Cap
bakteri enzim
gram negative
Cefixime
(16%), Riwayat
ketiga kepala,
spectrum
untuk
KI
eosinophilia
Berikatan
Cap
200
Obat:
1x10s=
tablet,
180.000/box
suspensi
oral
mg=
mg=
(Nomor 5 dan 6)
Penjelasan tentang farmakologi obat-obatan pada pemicu
SALBUTAMOL (ALBUTEROL)
Sintesis salbutamol pertama telah dilaporkan pada tahun 1966.
Salbutamol atau Albuterol memiliki rumus kimia 2-tert-butylamino-1-4
(hydroxy-3-hydroxymethylphenyl)
ethanol.
Salbutamol
adalah
2-
terbutalin.
mencegah
atau
Senyawa
mengurangi
ini
menunjukkan
bronkospasme,
efek
bronkodilatasi,
menurunkan
resistensi
bekerja
di
trakea
selektif
dan
terhadap
bronkus
reseptor
menyebabkan
adrenergik.
aktivasi
dari
selektivitas ini akan hilang. Pada pasien asma, salbutamol kira-kira sama
kuat dengan isoproterenol sebagai bronkodilator (bila diberikan sebagai
aerosol), tetapi jauh lebih lemah dari isoproterenol sebagai stimulan
jantung. Jika dosis salbutamol ditinggikan 10 kali lipat, diperoleh efek
stimulan jantung yang menyamai efek isoproterenol.
Farmakokinetik
Golongan 2 agonis, selain efektif pada pemberian oral, juga
diabsorpsi dengan baik dan cepat pada pemberian sebagai aerosol. Pada
pemberian inhalasi, waktu kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 2-5
jam. Waktu paruhnya 3-6 jam, dengan onset kerja 5-15 menit, dan durasi
kerjanya 3-5 jam. Sebagian kecil terikat dengan protein plasma (10%).
Metabolisme di hati dan dinding usus. Ekskresi melalui urin sebagai
metabolit dan bentuk utuh, sebagian diekskresikan melalui feses.
Efek Samping
Pada dosis yang dianjurkan tidak ditemukan adanya efek samping
yang serius. Pada pemakaian dosis besar dapat menyebabkan tremor,
rasa gugup, khawatir, takikardi, palpitasi, nyeri kepala, mual, muntah,
terutama pada pemberian oral. Efek samping ini jarang terjadi pada
pemberian secara inhalasi.
Penggunaan Klinik
Salbutamol
merupakan agen
beta
adrenergik
yang
digunakan
Kontraindikasi
Penggunaan 2 agonis sebagai bronkodilator harus hati-hati pada
pasien dengan hipertensi, penyakit jantung koroner, gagal jantung
kongestif, hipertiroid, atau diabetes.
Interaksi Obat
Pemberian
bersamaan
dengan
monoamin
oksidase
dapat
non-selektif
seperti
dan
obat-obatan
beta-blocker
Nama Dagang
Astop, Bromosal, Butasal, Buventol Easyhaler, Glisend, Grafalin,
Lasal, Proventol, Respolin, Salbumax turbuhaler, Varsebron, Venasma,
Ventab, Venterol, Ventolin, Volmax.
Harga Obat
P-drug
Tujuan:
obat pada asma ringan
Obat
Efficacy
Salbutam Farmakodinamik:
ol
Bekerja
Safety
Suitability
Cost
Efek samping:
Kontraindikasi:
Terlamp
selektif Tremor,
terhadap
2
reseptor gugup,
khawatir, hipertensi,
adrenergik, takikardi,
penyakit
jantung
koroner,
sebagai
palpitasi,
nyeri gagal
jantung
bronkodilator.
kepala,
pemberian
inhalasi,
waktu
kadar
puncak
plasma
dicapai
dalam
waktu
jam.
2-5
pada
pemberian
oral.
Interaksi Obat:
terjadi
pemberian
secara inhalasi.
Efek
salbutamol
dihambat
oleh
B2-
antagonis.
Pemberian
Waktu
bersamaan
dengan
monoamin
dapat
5-15
hipertensi berat.
menit,
dan
oksidase
menimbulkan
tablet
lepas
+++
+++
+++
an untuk
Kasus
FORMOTEROL
Farmakodinamik
Formoterol merupakan agonis beta-2 kerja lama atau disebut
long acting beta 2 agonist (LABA). Termasuk di dalam agonis beta-2
relaksasi
otot
polos,
meningkatkan
pembersihan
mukosilier,
kerja
lama,
menghasilkan
efek
bronkodilatasi
lebih
baik
stimulasi
pada
adenyl
siklase
intrasel,
suatuenzim
yang
memiliki
onset
kerja
lebih
cepat
dibandingkan
atas
gejala
sesak
napas.
70%
terjadi
bronkodilatasi
formoterol
merupakan
agonis
penuh.
Untuk
khawatir,
takikardi,
palpitasi,
nyeri
kepala,
mual,
muntah,
terutama pada pemberian oral. Efek samping ini jarang terjadi pada
pemberian secara inhalasi.
Penggunaan Klinik
Perannya
dalam
terapi
sebagai
pengontrol
bersama
dengan
glukokortikosteroid
inhalasi
tersebut
(bukti
A).
Karena
dengan
menurunkan
glukokortikosteroid
asma
malam,
inhalasi,
memperbaiki
faal
memperbaiki
paru,
gejala,
menurunkan
asma
penambahan
(bukti
agonis
A).
beta-2
Berbagai
kerja
lama
studi
menunjukkan
inhalasi
(salmeterol
bahwa
atau
serta
mengontrol
asma
lebih
baik
daripada
meningkatkan
dosis
dengan
pasien
obstruksi
yang
saluran
nafas
memilikigejala
reversibel,
asma
termasuk
nokturnal,
yang
melibatkan
bronkodilator
kerja
cepat.
Tidak
Interaksi Obat
Pemberian
bersamaan
dengan
monoamin
oksidase
dapat
P-drug
Tujuan:
Obat pada asma berat
Obat
Efficacy
Safety
Suitability
Cost
Kontraindikasi:
Terlamp
ol
Hati-hati
k:
Bekerja
samping:
selektif Tremor,
rasa hipertensi,
terhadap
gugup,
jantung
reseptor
2 khawatir,
jantung
pasien ir
pada
penyakit
koroner,
gagal
kongestif,
adrenergik,
takikardi,
sebagai
bronkodilator.
Farmakokineti
Pemberian
k:
dengan
bersamaan
monoamin
Long
acting
oksidase
beta-agonist
menimbulkan
(LABA)
berat.
dapat
hipertensi
Ketersediaan Obat:
aerosol, sirup
TERBUTALIN
Terbutalin merupakan suatu agonis adrenergic selektif 2 yang
strukturnya mengandung cincin resorsinol sehingga bukan merupakan
substrat metilasi oleh COMT. Obat ini efektif jika digunakan secara oral,
subkutan atau melalui inhalasi. Efek yang capat teramati setelah inhalasi
atau parenteral, setelah inhalasi efeknya dapat bertahan 3-6 jam
sedangkan dengan pemberian oral onset efeknya mungkin tertunda 1-2
jam. Terbutalin digunakan untuk bronkospasme akut dan pengobatan
jangka panjang penyakit obstruktif saluran nafas, tersedia pula dalam
bentuk sediaan untuk penanganan darurat status asmatikus.
Farmakokinetik
Untuk meningkatkan aktivasi yang lebih disukai pada reseptor 2
pulmonal adalah pemberian dosis rendah obat secara inhalasi dalam
bentuk aerosol. Terapi aerosol tergantung pada penghantaran obat ke
saluran nafas distal, selanjutnya tergantung pada ukuran partikel di dalam
aerosol dan parameter pernapasan seperti laju aliran udara masuk,
volume tidal, waktu penahanan-napas dan ukuran diameter saluran
napas. Hanya sekitar 10% dosis yang sebetulnya masuk ke paru, sisanya
banyak yang tertelan dan mungkin diabsorpsi.
Farmakodinamik
Melalui aktivitas reseptor 2 obat ini menimbulkan relaksasi otot
polos bronkus, uterus dan pembuluh darah otot rangka. Pada pengobatan
asma, agonis adrenergic digunakan untuk mengaktivasi reseptor
signifikan.
Namun
efek
ini
dapat
berkurang
dengan
pemberian obat secara inhalasi bukan oral atau parenteral. Efek lain yaitu
tremor, takikardi, tekanan oksigen arteri menurun, edema pulmonal, bila
secara parenteral dapat menyebabkan hiperglikemik, peningkatan laktat,
dan asam lipid bebas dalam plasma dan menurunkan konsentrasi K+.
Indikasi terapeutik
Terutama untuk pengobatan asma bronchial dengan dosis kecil
secara inhalasi. Sediaan berupa inhalasi, oral dan parenteral. Dosis
dewasa 2x2,5 mg, dosis maksimal 5 mg.
Interaksi obat
Ergot alkaloids dapat meningkatkan tekanan darah pada pasien yang
mendapat obat adrenergik, namun kondisi ini tidak berlaku pada
pemberian dosis kecil.
ISOPROTERENOL
Isoproterenol merupakan suatu agonis -adrenergik non selektif yang
poten
dengan
afinitas
yang
sangat
rendah
terhadap
reseptor
sehingga
tidak
dianjurkan.
Senyawa
ini
dimetabolisme
dapat
digunakan
pada
keadaan
darurat
untuk
isoproterenol
dengan
menaikkan
curah
jantung
dan
EFEDRIN
Efedrin merupakan agonis reseptor dan 1 dan 2, dan dapat
merangsang pelepasan norepinefrin dari neuron simpatis. Dengan cara
meningkatkan pelepasan dari norepinefrin dari neuron simpatik dan
mempunyai efek campuran pada obat-obatan simpatominetik.
Farmakodinamik
Efedrin menstimulasi detak jantung dan cardiac output dan dapat
meningkatkan resistensi perifer. Yang akan menghasilkan peningkatan
tekanan darah. Stimulasi dari reseptor pada sel otot polos dikandung
kemih akan meningkatkan resistensi pada aliran urin. Aktifasi dari
reseptor di paru-paru akan merangsang terjadinya bronkodilatasi. Efedrin
Dosis
yang
biasanya
dipakai
atau
yang
lebih
tinggi
dari
tertentu
terutama
pada
pasien
dengan
riwayat
penyakit
dan anak lebih dari 12 tahun, dosis lazim adalah 12,5 20 mg setiap 4
jam, tidak lebih dari 150 mg dalam 24 jam.
Harga dan sediaan : tablet efedrin Hcl 25 mg (@
Kontra indikasi pasien dengan riwayat hipersensitifitas, wanita hamil
dengan tekanan darah yang lebih besar dari 130/80 mmHg.
EPINEFRIN
Epinefrin mempunyai efek kuat pada reseptor 1 dan sedang
pada reseptor 2 adrenergik, yang mempunyai efek relaksasi
pada sel otot polos bronkus.
Farmakodinamik
Absorbsi ; Subkutan : 5-10 menit, inhalasi : 1 menit. Metabolisme :
metabolism oleh MAO dan COMT pada neuron adrenergik. Metabolit :
metadrenaline, sulfate conjugates, dan hydroxyl derivate dari asam
mandelic. Eksresi : urin
Dosis : pada serangan asma : 0,2-1 mg subkutan dalam 5-15 menit.
Larutan 1/1000
0,1-0,25 mg Im atau subkutan Larutan 1/1000
Efek samping : kecemasan, aritmia, sesak napas,sakit kepala,hipertensi,
muntah, palpitasi, berkeringat, takikardi, tremor.
Kontraindikasi
riwayat
hipersensitifitas,
syok,
dilatasi
cardiac,
astemizole,
cisapride,linezoid,
amiodaron,
ergotamine,
GLUKOKORTIKOID
Mekanisme kortikosteroid terhadap asma
kemokin,
menginhibisi
sintesis
eikosanoid,
inhibisi
inhalasi
yang
triamcinolone
tersedia
acetonide,
adalah
flunisolide,
beclomethasone
budesonide,
dan
fluticasone propionate.
Inhalasi glukokortikoid digunakan sebagai profilaksis pengontrol
asma. Obat potensi kuat (contoh: fluticasone, flunisolide, budenoside)
efektif dengan satu atau dua semprotan penggunaan sekali atau dua kali
sehari. Dosis yang tepat tergantung dari masing-masing pasien, berupa
beratnya gejala, perbaikan klinis, dan terkontrolnya asma. Ketika dosis
optimal tercapai, perbaikan maksimal fungsi paru tidak tercapai hingga
penggunaan beberapa minggu.
Pasien asma yang mendapat inhalasi glukokortikoid menunjukkan
perbaikan gejala dan menurunkan kebutuhan terhadap agonis
. Efek
Glukokortikoid Sistemik
Glukokortikoid sistemik digunakan untuk eksaserbasi asma akut dan
berat. Dosis glukokortikoid (misalnya 40-60 mg prednison untuk 5 hari; 12 mg/kg per hari untuk dosis anak) sering digunakan untuk eksaserbasi
akut asma. Pada asma yang berat penggunaan glukokortikoid sistemik
sering membutuhkan waktu lebih panjang dan tapering off yang lebih
lambat
untuk
mencegah
eksaserbasi
pituitari/adrenal. Sebelumnya,
asma
dan
supresi
fungsi
persisten, namun saat ini pasien asma lebih terkontrol dengan inhalasi
glukokortikoid.
Safety
Efek samping:
penggunaan
jangka lama
yang
dihentikan
tiba-tiba dapat
menyebabkan
insufisiensi
renal,
penggunaan
jangka
panjang dan
dosis besar
dapat
menimbulkan
sindrom
cushing,
glikosuria
pada pasien
DM, tukak
peptikum,
osteoporosis,
dll
Suitability
Kontraindikasi
relatif:
diabetes
melitus, tukak
peptik/duode
num, infeksi
berat,
hipertensi,
gangguan
kardiovaskula
r
Sediaan:
deksametaso
n Tablet oral
0,5mg,
0,75mg
Parenteral
4mg/ml
Metilprednisol
on
Tablet oral
4mg
Parenteral
Cost
1
strip
Tablet
0.5mg (10
tablet)
Rp
9650,00
Harga
Rp4800,00
per tablet
Budenosid
Farmakokineti
k:
deksametaso
n
t 36-72 jam,
potensi
retensi
natrium
0,
antiinflamasi
25
Efek samping
penggunaan
lokal saluran
napas
minimal,
candidiasis
oral pada
pasien
imunokompre
mais
40mg/ml
Sediaan
:
aerosol, tablet
metilpredniso
lon:
deksametaso
n
t 12-36 jam,
potensi
retensi
natrium 0,8;
anti inflamasi
4
Cost
Bronsolvan
Tablet
150mgx100=
36300
Syrup
150mg/15cc/1
00ml=9570
Cost
Atrovent
Inhaler
20mcg/sempr
ot x 10ml
(Rp 83.435,-)
Larutan
inhalasi
1,025%
x
20ml
(Rp
104.280,-)
selain itu AH1 bermanfaat mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai
penglepasan histamin endogen berlebihan.
Farmakodinamik
Otot polos. Secara umum AH1 efektif menghambat kerja histamin pada otot polos usus dan
bronkus. Bronkokonstriksi akibat histamin dapat dihambat oleh AH 1 pada percobaan dengan
marmot.
Permeabilitas kapiler. Peningkatan permeabilitas kapiler dan edema akibat histamin, dapat
dihambat dngan efektif oleh AH1.
Reaksi anafilaksis dan alergi. Reaksi anafilaksis dan beberapa reaksi alergi refrakter
terhadap pemberian AH1, karena disini bukan histamin saja yang berperan tetapi juga
autokoid lain yang dilepaskan. Efektivitas AH1 melawan beratnya reaksi hipersensitivitas
berbeda-beda, tergantung beratnya gejala akibat histamin.
Kelenjar eksokrin. Efek perangsangan histamin terhadap sekresi cairan lambung tidak
dapat dihambat oleh AH1, namun dihambat oleh antagonis reseptor histamin2 (AH2).
Susunan Saraf Pusat. AH1 dapat merangsang maupun menghambat SSP. Dosis terapi AH1
umumnya menyebabkan penghambatan SSP dengan gejala misalnya kantuk, berkurangnya
kewaspadaan, dan waktu reaksi yang lambat.
Antikolinergik. Banyak AH1 bersifat mirip atropin. Efek ini tidak memadai untuk terapi,
tetapi efek antikolinergik ini dapat timbul pada beberapa pasien berupa mulut kering, sulit
miksi, dan impotensi.
Golongan dan
contoh obat
Alkilamin
(AH generasi I)
Klorfeniramin
Dosis dewasa
Masa Kerja
4-8 mg
4-6 jam
Aktivitas
kolinergik
Keterangan
Sedasi ringan
Farmakokinetik
Setelah pemberian oral atau parenteral, AH1 diabsorpsi secara baik. Efeknya timbul 1530 menit setelah pemberian oral dan maksimal setelah 1-2 jam. Lama kerja AH 1 generasi I
setelah pemberian dosis tunggal umumnya 4-6 jam. Tempat utama biotransformasi AH 1 ialah
hati, tetapi dapat juga pada paru dan ginjal. AH1 disekresikan melalui urin setelah 24 jam,
terutama dalam bentuk metabolitnya.
Indikasi
AH1 berguna untuk pengobatan simtomatik berbagai penyakit alergi dan mencegah atau
mengobati mabuk perjalanan.
AH1 berguna untuk mengobati alergi tipe eksudatif akut pada polinosis dan urtikaria.
Efeknya bersifat, membatasi dan menghambat efek histamin yang dilepaskan sewaktu reaksi
antigen-antibodi terjadi. AH1 tidak dapat melawan reaksi alergi akibat peranan autokoid lain.
Asma bronkial terutama disebabkan oleh SRS-A atau leukotrien, sehingga AH 1 saja tidak
efektif. AH1 dapat mengatasi asma bronkial ringan bila diberikan sebagai profilaksis. Pada
reaksi anafilaktik, AH1 hanya merupakan tambahan dari epinefrin. Epinefrin merupakan obat
terpilih untuk krisis alergi karenaepinefrin lebih efektif dari AH 1, efek ebih cepat, dan
epinefrin merupakan antagonis fisiologik dari histamin dan autokoid lainnya. Epinefrin
mengubah respon vasodilatasi akibat histamin dan autokoid lainnya menjadi vasokonstriksi.
Demikian pula AH1, dapat melawan efek bronkokonstriksi oleh histamin tetapi tidak bersifat
bronkodilatasi seperti epinefrin.
Efek Samping
Pada dosis terapi, semua AH1 menimbulkan efek samping yang paling sering yaitu
sedasi. Pengurangan dosis atau penggunaan AH1 jenis lain mungkin dapat mengurangi efek
sedasi ini.
Efek samping yang berhubungan dengan efek sentral ialah vertigo, tinitus, lelah, penat,
inkoordinasi, penglihatan kabur, euforia, diplopia, gelisah, insomnia dan tremor. Efek
samping yang termasuk sering antara lain nafsu makan berkurang, mual, muntah, keluhan
epigastrium, kosntipasi atau diare; keluhan ini akan berkurang jika diberikan sewaktu makan.
Efek samping lain yang mungkin timbul adalah mulut kering, disuria, palpitasi, hipotensi,
sakit kepala, rasa berat dan lemah pada tangan.
SODIUM KROMOLIN
Medikasi
Kromolin
Nedokromil
Sediaan
IDT
Keterangan
Sebagai alternatif
5mg/semprot
3-4 x/ hari
3-4x/hari
IDT
2 semprot,
2 semprot,
antiinflamasi
Sebelum exercise atau
2mg/semprot
2-4x/hari
2-4x/hari
afinitas
yang
berbeda-beda,
senyawa
ini
akan
cepat
akan
siap
diekskresikan
oleh
ginjal.
Sebagai
contoj
morfin
yang
mengandung gugus hidroxil bebas akan dikonjugasi menjadi morfin-3glukoronid (M3G) dimana senyawa ini memiliki propertis neuroeksitatorik.
Neuroeksitatorik ini bukan dimediasi oleh reseptor u namun pada GABA.
Dilain hal sekitar 10% dari morfin diubah menjadi morphine-6-glucoronide
(M6G) metabolot aktif yang memiliki kemampuan 4-6x lebih besar dari
pada senyawa lainnya. Pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal perlu
pemantauan khusus karena sebagian besar ekskresi oleh usus maka akan
memperpanjang masa kerja obat. Hal ini akan menghasilkan induksi
sistem saraf pusat oleh M3G yang mengakibatkan eksitasi (kejang).
Hydromorphine
dimetabolisme
dengan
konjugasi
juga
menjadi
Kodein,
metabolisme
oleh
oxycodone,
liver
oleh
dan
hydrocodone
isoenzimP450
CYP2D6,
mengalami
menghasilkan
yang
lebih
rendah
bila
dibandingkan
dengan
dosis
pernapasan.
Senyawa
opioid
menekan
refleks
batuk
DEXTROMETHORPHAN (D-3-METHOXY-N-METHYLPROPANOLAMIN)
Merupakan stereoisoer dari derivat levorphanol yang termetilasi.
Senyawa ini dikhususkan sebagai agen yang bebas dari adiksi dan
memiliki efek konstipasi yang lebih rendah daripada koedin. Dosis antitusif
yang
diberikan
sekitar
15-30mg
dan
diberikan
3-4x
sehari.
KODEIN
Berbeda dengan morfin, kodein 60% dapat diserap dengan baik
apabila diberikan secara oral. Memiliki efek antitusif dengan dosis
dibawah dosis yang diperlukan dari analgesia. 15 mg sudah cukup untuk
mengobati batuk. Obat ini dimetabolisme di liver dan sebagian besar
diekskresi melalui ginjal. Sebagian kecil 10% diekskresikan oleh ginjal
dalam bentk utuh atau di demetilisasi menjadi morfin. Kodein memiliki
afinitas rendah terhadap reseptor opioid dan cara kerja obat ini sebagian
Namun efek
DAFTAR PUSTAKA
Editor:
Bagian
Farmakologi
FK
UNAIR.
Jakarta:Salemba
Medika.2001
Hardman, Joel G, Et All. Dasar Farmakologi Terapi volume 2 Goodman & Gilman.
Jakarta. EGC.2012