Anda di halaman 1dari 5

STUDI KASUS ASMA

KASUS 1
II. IDENTITAS PASIEN

Nama
: Ny. SA

Umur
: 58 tahun

Kelamin : Perempuan

Alamat : Balerejo 40A Batanghari

Pekerjaan: Tani

Agama : Islam

Suku
: Jawa

Status
: Sudah menikah
II. ANAMNESA
Autoanamnesa tanggal 25-1-2011
KELUHAN UTAMA
: sesak nafas
KELUHAN TAMBAHAN
: batuk berdahak
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke RSAY dengan keluhan sesak nafas sejak 2 hari SMRS karena
kehujanan. Sebelumnya pasien sering sesak nafas jika suasana dingin atau kelelahan.
Pasien menyangkal sering sesak napas sejak kecil. Pasien mulai sering sesak napas
pada usia 40 tahun. Awalnya sesak napas hanya timbul satu bulan sekali tapi lamalama frekuensi sesak semakin sering terutama dua tahun terakhir ini. Dan sejak tiga
bulan terakhir, sesak napas datang setiap hari. Sesak napas dirasakan memberat pada
malam hari atau saat suasana dingin atau jika pasien kelelahan. Dan hampir setiap
malam sesak napas datang. Pasien juga mengeluh batuk berdahak bersamaan dengan
sesaknya. Selama tiga bulan terakhir ini pasien rutin meminum obat dari hasil kontrol
ke Poliklinik Penyakit Dalam RSAY. Pasien mendapat 4 jenis obat, namun pasien
tidak tahu nama obatnya.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien pernah di rawat sebanyak 3 kali dalam setahun ini karena asma. Riwayat sakit
darah tinggi dan kencing manis disangkal pasien.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Di keluarga pasien ada yang punya penyakit asma (kakek). Pasien mengatakan tidak
ada keluarga sedarah yang menderita hipertensi, kencing manis, maupun sakit yang
lainnya.
III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak sesak, berkeringat


Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmhg
Nadi
: 120 x/mnt
Frekuensi nafas : 38 x/mnt
Suhu
: 36,8 C

Berat Badan
Tinggi badan

: 57 kg
: 155 cm

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


DARAH RUTIN (24-1-2011)
Hb
: 14,5 gr%
Leukosit : 16.300/uL
Ht
: 41,5%
Trombosit : 193.000/uL
Diff.count : 7,8/ 1,9/ 90,3 %
LED
: 45 mm/jam

RESUME
Pasien seorang perempuan usia 58 tahun datang dengan keluhan sesak nafas sejak 2 hari
SMRS. Sebelumnya pasien sering sesak nafas jika suasana dingin atau kelelahan. Awalnya
sesak napas hanya timbul satu bulan sekali tapi lama-lama frekuensi sesak semakin sering
terutama dua tahun terakhir ini. Dan sejak tiga bulan terakhir, sesak napas datang setiap hari.
Sesak napas dirasakan memberat pada malam hari atau saat suasana dingin atau jika pasien
kelelahan. Dan hampir setiap malam sesak napas datang. Pasien juga mengeluh batuk
berdahak bersamaan dengan sesaknya. Selama tiga bulan terakhir ini pasien rutin meminum
obat dari hasil kontrol ke Poliklinik Penyakit Dalam RSAY. Pasien mendapat 4 jenis obat,
namun pasien tidak tahu nama obatnya.
V. DIAGNOSA KERJA
Asma bronchiale persisten sedang
VI. DIAGNOSA BANDING
Bronkitis kronik
Emfisema paru
VII. PENATALAKSANAAN
Tirah baring
O2 2 liter/menit
Ventolin nebulizer 2-3x/hari jika perlu
Medikamentosa
:
IFVD RL + 1 amp aminofilin XX gtt/mnt
Dexamethason 2x1 amp
Cefotaxim 2x1 g
Ranitidin 2x1 amp
KASUS 2
Krist, seorang ibu muda dengan 2 orang anak bekerja pada sebuah toko swalayan.
Minggu lali membeli seekor kucing cantik. Beberapa hari ini ia mengeluh nafasnya berbunyi.
Ia menderita asma selama beberapa tahun, tetapi hamper tidak pernah mengalami masalah
serius karena selalu menggunakan Inhaler secara teratur. Ia menyadari kaalu asma tidak

dikontrol dengan baik akan menimbulkan masalah seris pada dirinya. Akan tetapi kali ini ia
dibawa ke bgn emergensi rumah sakit oleh suaminya karena selama beberapa jam ini
mengalami susah bernafas, ia juga bingung dan disorientasi.

Diagnosa: Asma akut karena allergen


Rencana :
Masuk rumah sakit, terapi O2 aliran tinggi, salbulamol nebulizer, oral prednisone
Riwayat obat :
Salbutamol 1 atau 2 semprotan 3 4 x sehari bila diperlukan
Salmeterol 2 semprotan 2x sehari
Beclometason 2 semprotan 2 x sehari secara teratur.

Pertanyaan:
1. Apa Pencetur asma orang ini? Mengapa demikian? Apa resikonya bagi pasien bila
tidak cepat ditangani ? apa pula factor yang memperbesar resiko penyakit ini?
2. Jelaskanlah logika pengobatan diatas sesuai dengan keluhan pasien dan mekanisme
kerja obat2nya! Mengapa tidak diberikan antihistamin?
3. Identifikasilag DRP pada kasus ini bila ada !

JAWABAN
1. Pencetus asma pasien : allergen yaitu bulu kucing.
Pencetus asma bisa di kelompokkan kepada dua kelompok yaitu penyempitan saluran
nafas dan inflamasi. Pada pasien ini berarti tejadi inflamasi. Dimana pasien yang
alergi terhadap bulu kucing akan mengalami reaksi inflamasi sebagai berikut.
Allergen yang masuk untuk pertama kalinya tidak akan akan menimbukan reaksi
alergi, tetapi tubuh membuat antibody tertentu yang akan bekerja jika tubuh terpapar
lagi dengan zat yang sama. Pada paparan kedua antibody yan terdapa di permukaan
sel mast akan bereaksi dengan antigen (bulu kucing ) dan sel mas akan pecah dan
menghasilkan agen inflmasi seperti histamine, sitokin, leukotrien, eosinofil, neutrofil,
faktor kemotaksis, leukotrien C4, D4 dan E4, prostaglandin, platelet activating factor.
yang menyebabkan bronkokontriksi (asma).
Resiko bagi pasien yang tidak cepat ditangani: bisa menyebabkan lumpuh atau
kematian karena kurangnya asupan O2 yang dibutuhkan tubuh.

Faktor yang memperbesar resiko penyakit :


- Infeksi virus saluran nafas (yang paling sering adalah rhinovirus, virus yang
lainnya adalah :syncytial virus, parainfluenza virus, coronavirus, dan influenza
virus)
- Faktor lingkungan dan pekerjaan (ozone, sulfur dioksid, dan komponen umum
dari polusi udara)
- Faktor stress, depresi dan psikososial
- Rhinitis dan sinusitis

- gastroesophageal reflux disease


- hormone wanita
- makanan, obat-obatan dan additive (Dipiro, 2008)
2. Logika pengobatan sesuai dengan keluhan dan gejala
a. Pengobatan sebelumnya
- Salbutamol 1 atau 2 semprotan 3-4 kali sehari bila diperlukan
Salbutamol adalah agonis b2 yang bekerja cepat, digunakan dalam keadaan
serangan. Pada pasien ini tepat digunakan salbutamol dengan bentuk sediaan
inhalasi. Karena obat lebih cepat bekerja dan efek samping juga lebih sedikit.
- Salmeterol 2 semprotan 2x sehari. Merupakan agonis beta kerja lama yang
digunakan untuk pengobatan asma jangka lama. Tidak bisa digunakan saat
serangan.
- Beclametason 2 semprotan 2 kali sehari secara teratur. Merupakan antiinflasmi
yang bekerja dengan menghambat enzim fosforilase sehingga agen inflamasi
tidak terbentuk. Bentuk sediaan inhalasi membuat obat bekerja lebih cepat dan
efek samping lebih sedikit.
b. Rencana terapi :
- Terapi O2 aliran tinggi : pasien yang dalam keadaan akut memang harus
menggunakan O2. Karena tujuan terapi yang utama untuk akut adalah
mengatasi hipoksemia, memperbaiki obstruksi udara dengan segera. Jadi
penggunaan O2 adalah di anjurkan.
- Salbutamol nebulizer: salbutamol merupakan agonis B2 yang bekerja cepat.
Penggunaan obat merupakan pilihan utama untuk pasien asma akut.
Digunakan inhalasi selama 60 menit. Jika tidak ada perubahan pada awal
penggunaan, maka perlu diberikan kortikosteroid.
- Oral prednison : penggunaan kortikosteroid oral memang di anjurkan untuk
pasien yang menderita asma akut setelah pemberian inhalasi B2 agonis kerja
cepat tidak memperbaiki gejala saat obat diberikan. Menurut pendapat saya
pemberian steroid oral pada pasien ini memang perlu karena sebelumnya
pasien telah diberikan agonis B saat serangan, berarti sekarang dengan agonis
B2 saja tidak mencukupi untuk melancarkan pernapasan pasien, maka perlu
ditambahkan kortikosteroid Kenapa tidak dipilih bentuk iv...? Menurut dipiro
penggunaan iv tidak memberikan manfaat yang lebih baik dibandingkan oral.
Artinya sama saja digunakan oral atau iv.
- Jika antihistamin diberikan sebelum paparan, antihistamin tersebut memang
akan bermanfaat, sehingga mencegah terjadinya reaksi inflamasi. Kalau pada
kasus ini, pasien telah terpapar dengan antigen. Sehingga pasien tidak perlu
diberikan antihistamin. Selain itu pasien juga telah diberikan kortikosteroid
yang bekerja menghambat fosfolipase A. Jika terpapar lagi dengan antigen
maka kortikosteroid akan bekerja menghambat pembentukan asam
arachidonat dan juga menghambat pelepasan mediator inflamasi (histamin,
netrofil, kemotaksis dll). Jika tetap diberikan antihismin,,,pertanyaannya
adalah : histamin yang mana yang akan dihambatnya,...? sedangkan yang
histamin sendiri telah dihambat pembentukannya oleh kortikosteroid.
Berdasarkan hal ini, bisa disimpulkan bahwa pemberian antihistamin sia-sia

saja. Dan pemberian antihistamin ini hanya akan menambah biaya dan efek
samping yang ditimbulkan kepada si pasien.
3. DRP
-

Menurut pendapat saya obat yang diberikan pada pasien ini telah tepat. Karena
kalau dari gejala yang dirasakan pasien (bingung dan disorientasi),
menandakan ia mengalami serangan asma akut yang parah. Jadi tidak masalah
kalau di obati dengan O2, agonis beta dan kortikosteroid. Dari kasus ini ada
data yang kurang, yaitu berapa FEV dan FVC nya. Dengan mengetahui ini
bisa ditentukan tingkat serangan asmanya dan bisa dipih obat berdasrkan
tingkat keparahan serangan. Berdasarkan gejala pada kasus ini saya
kelompokkan pasien ini pada serangan asma akut berat.
Yang juga harus diperhatikan disini adalah efek samping yang timbul selama
menggunakan kortikosteroid. Penggunaannya harus dibatasi selama 2 minggu.
Dan jika harus digunakan untuk jangka lama, maka pilihlah dosis terkecil yang
memberkan efek.

Anda mungkin juga menyukai