DAFTAR ISI
Analisis Tingkat Pertumbuhan Ekonomi dan Potensi Ekonomi terhadap Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Kabupaten Pati Tahun 20022005
Bambang Prishardoyo ...................................................................................................................
18
917
The Quality of Growth: Peran Teknologi dan Investasi Human Capital sebagai Pemacu
Pertumbuhan Ekonomi Berkualitas
P. Eko Prasetyo ..............................................................................................................................
1831
3240
Penentuan Bentuk Fungsi Model Empirik: Studi Kasus Permintaan Kendaraan Roda Empat Baru
di Indonesia
Andryan Setyadharma .....................................................................................................................
4149
Deteksi Dini Krisis Perbankan Indonesia: Identifikasi Variabel Makro dengan Model Logit
Shanty Oktavilia ...............................................................................................................................
5062
6369
7082
INDEK ................................................................................................................................................
83
Pengantar Redaksi
ABSTRACT
Developing the economy in a region is a process in which a regional government and its society
manage and exploit their resources by having a partnership between the regional government and
private businessmen, so that it stimulate the economy activities or increase the economy growth and
there will be a new wide range of work fields. The problems of the present study are stated as follow:
(1)what sectors are the basis for Kabupaten Pati from 2000 to 2005? (2)what are the roles of kabupaten
Pati and the others areas in supporting the economy growth. The aims of the study are: (1) for knowing
which economy sectors that become the basis for kabupaten Pati, (2) the roles of Kabupaten Pati and
the others area in supporting the economy growth. This study uses quantitative qualitative approach and
the data analyzed are taken from Kabupaten Pati. Furthermore, in analyzing the data, economy based
model which uses location quotient(LQ) analysis, shift share analysis, gravity analysis was chosen.
Finally, the LQ analysis showed that the basis sectors that could be developed were agricultural sector
(average: 1,66); electricity, gas and water sector (average: 1,27); construction sector (average: 1,14);
finance, rent and company services sector (average: 1,71) and the gravity analysis showed that the
interaction between Kabupaten Pati and Kudus was the best and the strongest.
Keywords: economic growth, economic base.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Perjalanan pembangunan ekonomi telah
menimbulkan berbagai macam perubahan terutama
pada struktur perekonomian. Perubahan struktur
ekonomi merupakan salah satu karakteristik yang
terjadi dalam pertumbuhan ekonomi pada hampir
setiap negara maju. Berdasarkan catatan sejarah
tingkat pertumbuhan sektoral ini termasuk
pergeseran secara perlahan dan kegiatan-kegiatan
pertanian menuju ke kegiatan non pertanian dan
akhir-akhir ini dari sektor industri ke sektor jasa
(Arsyad, 1995:75). Pembangunan daerah sebagai
integral dari pembangunan nasional merupakan
suatu proses perubahan yang terencana dalam
upaya mencapai sasaran dan tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang di
dalamnya melibatkan seluruh kegiatan yang ada
melalui dukungan masyarakat di berbagai sektor.
Pembangunan daerah harus sesuai dengan kondisi
potensi serta aspirasi masyarakat yang tumbuh dan
berkembang. Apabila pelaksanaan prioritas pemba-
Pertumbuhan Ekonomi
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sektor-sektor ekonomi mana yang paling
strategis untuk dikembangkan dan menganalisis
keterkaitan-keterkaitan Kabupaten Pati dengan
daerah di sekitarnya sehingga saling menunjang
pertumbuhan ekonominya. Penelitian ini diharapkan
dapat memberi tambahan informasi dan bahan kajian
tentang perkembangan perekonomian daerah.
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP tanpa memandang apakah kenaikan itu
lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan
penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi
terjadi atau tidak. (Arsyad,1997:13). Jika ingin
mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi kita harus
membandingkan pendapatan nasional dari tahun ke
tahun. Dalam membandingkannya harus disadari
bahwa perubahan nilai pendapatan yang nasional
yang terjadi dari tahun ke tahun disebabkan oleh dua
faktor yaitu perubahan tingkat kegiatan ekonomi dan
perubahan harga-harga. Adanya pengaruh dari faktor
yang kedua tersebut disebabkan oleh penilaian
pendapatan nasional menurut harga yang berlaku
pada tahun yang bersangkutan. Suatu perekonomian
dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan jika tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai
lebih tinggi dari waktu sebelumnya.
LANDASAN TEORI
Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi diartikan sebagai
peningkatan pendapatan per kapita masyarakat yaitu
tingkat pertambahan Gross Domestic Product (GDP)
pada satu tahun tertentu melebihi tingkat pertambahan penduduk. Perkembangan GDP yang berlaku
dalam suatu masyarakat yang dibarengi oleh
Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini meliputi: pertumbuhan ekonomi, Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), Sektor-sektor ekonomi, Komponen Differential shift, Komponen Proportional Shift, Jarak.
Pj
Dj
LQ =
yi / yt
Yi / Yt
Dimana:
yi = Pendapatan sektor ekonomi di Kabupaten
Pati
yt = Pendapatan total Kabupaten Pati (PDRB)
Yi = Pendapatan sektor ekonomi di Propinsi
Jawa Tengah
Yt = Pendapatan total ekonomi di Propinsi Jawa
Tengah
2. Analisis Shift Share
Adalah suatu teknik untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan
perekonomian nasional.
Rumus analisis shift share (John Glosson 1990:
95-96) sebagai berikut:
Gj
: Yjt Yjo
Nj
: Yjo(Yt/Yo)- Yjo
Keterangan:
Gj : Pertumbuhan PDRB Total
Nj : Komponen Share
Pj : Proportional Shift
Dj : Diferential Shift
Y : PDRB total Propinsi Jawa Tengah
o,t : Periode Awal dan Periode Akhir
3. Analisis Gravitasi (keterkaitan wilayah)
Adalah analisis untuk mengetahui seberapa kuat
keterkaitan (inter linkage) antara Kabupaten Pati
dengan Kabupaten lain disekitar.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tij =
Pi Pj
d 2 ij
Dimana :
T ij = Daya tarik-menarik antar daerah i dengan j
P i = Jumlah penduduk di daerah i
P j = Jumlah penduduk di daerah j
d ij = Jarak antara i dan j
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
1. Analisis location quotient (LQ)
Berdasarkan tabel pertumbuhan komponen proporsional Kabupaten Pati selama periode 2000-2005
(lihat tabel 2), diketahui bahwa nilai proporsional shift
(Pj) Kabupaten Pati dari tahun 2000-2005 nilainya
ada yang positif dan negatif, hal ini bila Pj > 0, maka
Kabupaten Pati akan berspesialisasi pada sektor
yang di tingkat propinsi tumbuh lebih cepat. Sebaliknya jika Pj < 0, maka Kabupaten Pati akan berspe-
Lapangan Usaha
2002
2003
2004
2005
Rata-rata
1.68
1.70
1.63
(b)
(b)
(b)
2
Pertambangan
0.87
0.79
0.78
(nb)
(nb)
(nb)
3
Industri Pengolahan
0.56
0.58
0.62
(nb)
(nb)
(nb)
4
Listrik, Gas
1.13
1.26
1.23
(b)
(b)
(b)
5
Bangunan
1.15
1.19
1.16
(b)
(b)
(b)
6
Perdagangan
0.86
0.89
092
(nb)
(nb)
(nb)
7
Pengangkutan
0.97
0.92
0.89
(nb)
(nb)
(nb)
8
Keuangan,sewa
1.5
1.57
1.65
(b)
(b)
(b)
0.73
0.07
9
Jasa-jasa
0.68
(nb)
(nb)
(nb)
Sumber : Data sekunder yang diolah
Keterangan : (b) : sektor basis ; (nb) : sektor non basis
1.68
(b)
0.78
(nb)
0.61
(nb)
1.28
(b)
1.11
(b)
0.92
(nb)
0.85
(nb)
1.77
(b)
0.74
(nb)
1.65
(b)
0.78
(nb)
0.61
(nb)
1.40
(b)
1.09
(b)
0.94
(nb)
0.85
(nb)
1.86
(b)
0.74
(nb)
1.64
(b)
0.76
(nb)
0.62
(nb6)
1.33
(b)
1.12
(b)
0.92
(nb)
0.85
(nb)
1.89
(b)
0.75
(nb)
1,66
(b)
0,79
(nb)
0,6
(nb)
1,27
(b)
1,14
(b)
0,91
(nb)
0,89
(nb)
1,71
(b)
0,62
(nb)
2000
2001
Pertanian
2000 - 2001
2001 - 2002
-28828,773
16690,748
(tlp)
(tcp)
1162,3224
-105,3423
Pertambangan
(tcp)
(tlp)
3036,9362
11015,728
Industri
(tcp)
(tcp)
-788,3063
2424,928
Listrik & Air Bersih
(tlp)
(tcp)
2467,049
12310,259
Bangunan
(tcp)
(tcp)
-27024,162
-10418,520
Perdagangan
(tlp)
(tlp)
5355,749
2352,358
Pengangkutan
(tcp)
(tcp)
-3069,867
-2235,557
Keuangan
(tlp)
(tlp)
28778,638
-21962,008
Jasa-jasa
(tcp)
(tlp)
-18910,4
10072,59
Jumlah
(tlp)
(tcp)
Sumber: Data sekunder yang diolah
Keterangan (tcp): sektor tumbuh cepat di tingkat propinsi
Pertanian
2002 - 2003
2003 - 2004
2004-2005
Rata-rata
-83698,962
(tlp)
135,8892
(tcp)
3159,975
(tcp)
-1431,933
(tlp)
14806,030
(tcp)
1641,699
(tcp)
1268,164
(tcp)
-4307,021
(tlp)
266655,567
(tcp)
198229,4
(tcp)
2422,073
(tcp)
-622,633
(tlp)
8266,676
(tcp)
1142,741
(tcp)
5373,107
(tcp)
-17569,732
(tlp)
-637,016
(tlp)
-2865,855
(tlp)
1114,488
(tcp)
-3376,15
(tlp)
-8921,270
(tlp)
1049,375
(tcp)
-3784,631
(tlp)
2009,783
(tcp)
3212,856
(tcp)
4734,111
(tcp)
2845,321
(tcp)
-796,517
(tlp)
-1347,376
(tlp)
-998,348
(tlp)
-20467,237
(tlp)
323,92226
(tcp)
4338,9368
(tcp)
671,44254
(tcp)
7633,8602
(tcp)
-9727,3208
(tlp)
2236,9152
(tcp)
-2654,9634
(tlp)
54647,862
(tcp)
37003,41
(tcp)
2000 - 2001
2001 - 2002
2002 - 2003
2003 - 2004
2004-2005
Rata-rata
12762,709
-63398,25
6826,395
(tlcbp)
(tllbp)
(tlcbp)
-2378,96517
-334,36382
-830,28257
Pertambangan
(tllbp)
(tllbp)
(tllbp)
1830,2082
5220,8323
-1387,2178
Industri
(tlcbp)
(tlcbp)
(tllbp)
3203,0862
-1070,15497
649,69086
Listrik & Air Bersih
(tlcbp)
(tllbp)
(tlcbp)
7189,0674
-7697,7161
-12348,3434
Bangunan
(tlcbp)
(tllbp)
(tllbp)
22364,7021
19260,6147
-19056,7144
Perdagangan
(tlcbp)
(tlcbp)
(tllbp)
-7985,4512
-5020,1101
-5293,0049
Pengangkutan
(tllbp)
(tllbp)
(tllbp)
6643,0954
8016,7445
9201,1495
Keuangan
(tlcbp)
(tlcbp)
(tlcbp)
-15072,3952
17466,5643
-22971,7273
Jasa-jasa
(tllbp)
(tlcbp)
(tllbp)
Sumber:Data sekunder yang diolah
Keterangan: (tlcbp): sektor tumbuh lebih cepat dibanding propinsi
(tllbp): sektor tumbuh lebih lambat dibanding propinsi
-28382,518
(tllbp)
-14,17334
(tllbp)
-2125,5172
(tllbp)
1783,39201
(tlcbp)
-3622,538
(tllbp)
5741,6819
(tlcbp)
-3253,7639
(tllbp)
6009,4648
(tlcbp)
-2087,963
(tllbp)
-28936,974
(tllbp)
-1609,63037
(tllbp)
3410,6169
(tlcbp)
-1757,18742
(tllbp)
2307,2126
(tlcbp)
-17963,0086
(tllbp)
-5149,9404
(tllbp)
1528,053
(tlcbp)
358,6539
(tlcbp)
-20225,728
(tllbp)
-1033,4831
(tllbp)
1389,7845
(tlcbp)
561,76534
(tlcbp)
-2834,4635
(tllbp)
2069,4551
(tlcbp)
-5340,4541
(tllbp)
6279,7015
(tlcbp)
-4461,3735
(tllbp)
Pertanian
Kab. Kudus
Kab. Rembang
Kab. Grobogan
Kab. Blora
Kab. Jepara
1,393,695,814
1,422,898,580
1,461,177,242
1,522,516,811
1,551,073,788
1,599,817,751
1,491,863,31
489,762,165.9
498,435,694.7
512,012,179.1
528,224,802.8
538,028,668.2
550,943,522.
519,567,838.8
293,771,701.9
299,582,526.3
308,475,270.9
314,889,794.3
321,289,425.2
330,507,952.7
311,419,445.2
178,453,187.7
181,210,005.7
185,710,743.6
189,396,088.6
192,415,555.9
196,829,190.
185,335,795.3
127,397,013.4
130,873,780.3
135,432,685.7
142,094,449.4
145,852,852.3
151,211,392.7
138,810,362.3
e. Sektor Bangunan
Pembahasan
a. Sektor Pertanian
Dari hasil analisis location quotient, sektor
pertanian merupakan sektor basis. Analisis shift
share menunjukkan nilai rata-rata Pj sebesar 20467,237 sektor ini termasuk kedalam sektor
yang memiliki pertumbuhan lebih cepat di tingkat
propinsi. Sedangkan komponen Dj sebesar 20225,728, sektor ini pertumbuhannya lebih
lambat dibanding propinsi karena daya saingnya
menurun.
f.
Sektor Jasa-jasa
Sektor jasa-jasa berdasarkan hasil analisis LQ
termasuk dalam sektor non basis. Hasil analisis
shift share menunjukkan nilai rata-rata komponen pertumbuhan proporsional (Pj) positif
sebesar 441425,8553 berarti bahwa sektor ini
merupakan sektor yang tumbuh cepat di propinsi
Jawa Tengah. Nilai komponen Dj sebesar 4533,71247 menunjukkan daya saing sektor ini
menurun sehingga pertumbuhannya lebih lambat
dibanding pertumbuhan di propinsi.
Kesimpulan
Penelitian,
ABSTRACT
The aim of this research is to know how much is the impact of Semarang economics growth to the
intensity of traffic jam on Semarang Mranggen road, and, what is the strategy to solve it. This research
used descriptive percentase and SWOT analysis. The economics growth which is measured is Gross
Domestic Product per capita (PDRB) during 1996 2005, and it had become a free variable. Meanwhile,
the level of the annual average traffic jam during 1996 2005 had become a bounded variable. To know
the policy strategy, it was done by interviewing some stake holders that has an authority in the field of
transportation. The result of this research showed that the economics growth of Semarang city had
impact on individual role to the traffic jam as sum of 80,9%. The rest, 44,6% was influenced by some
other things such as the activity of micro trader (PKL), parking man, public transportation and also people
who crossed the road. Based on SWOT analysis, the most appropriate strategy to solve the traffic jam is
by integrated horizontal strategy. It means, all institutions that subordinated by Local Government
(Pemda) such as Bapeda, Dinas Perhubungan dan Satpol PP, should work together to overcome the
traffic jam based on each authority. Nevertheless, the role of the police of Demak County as a vertical
institution is not less important. In the long run, it is important to develop a modern public transportation
system which is integrated, comfortable and also efficient, geometry road system that will be able to
avoid the traffic intersection, and also to educate people how to do a good manner in traffic
Keywords: Economic Growth, Traffic Jam, Policy Strategic.
PENDAHULUAN
teoritik
Charles
C.Colby
dalam
Tabel 1. Panjang Ruas Jalan dan Tingkat Kepadatan Lalulintas di Kecamatan Mranggen
No.
Nama Ruas
Volume
(V)
Kapasitas Jalan
(C)
V/C
Kecepatan Rata-rata
(km/jam)
1.
Mranggen-Banyumeneng
10.170
473
1.920
0,25
23,24
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Mranggen- Bulusari
Candisari- Karanggawang
Kangkung-Tlogorejo
Jalan SMU Mranggen
Brambang- Waru
Mranggen- Kebonbatur
Banyumeneng- Kawengan
6.570
3.375
7.600
2.400
8.460
4.200
2.300
294
274
231
112
128
133
-
1.920
858
858
857
857
862
862
0,15
0,32
0,27
0,13
0,15
0,15
-
30,32
22,62
19,52
18,23
20,24
25,60
-
11
I ij =
f (Pi Pj)
f (Dij)2
Keterangan:
I ij = Interaksi antara tempay i dan tempat j
P i = Penduduk i
P j = Penduduk j
D ij = Jarak antara tempat i dan tempat j
Hukum gravitasi tersebut memberikan gambaran
bahwa semakin besar I ij maka semakin erat hubungan kedua wilayah tersebut, dan semakin tinggi pula
pertumbuhan ekonomi yang terjadi.
Sementara pertumbuhan ekonomi menggambarkan proses kenaikan output perkapita dalam
jangka panjang, dimana persentase pertambahan
output itu haruslah lebih tinggi dari persentase
pertambahan jumlah penduduk. (Budiono dalam
Tarigan, 2004 : 44). Kondisi ini mensyaratkan bahwa
berbagai perubahan dalam pertumbuhan penduduk
perlu menjadi pertimbangan, karena jika suatu
kenaikan pendapatan nyata yang dibarengi dengan
pertumbuhan penduduk yang lebih cepat, maka akan
terjadi kemunduran ekonomi.
Ketimpangan yang terjadi antara satu daerah
dengan daerah lainnnya akan menyebabkan penduduk terdorong untuk melakukan migrasi dari satu
daerah ke daerah lain. Oleh karena itu pembangunan
daerah perlu diarahkan untuk lebih menyerasikan
laju pertumbuhan antar daerah melalui otonomi
daerah. Melalui otonomi daerah laju pertumbuhan
diharapkan akan semakin seimbang dan serasi
sehingga pelaksanaan pembangunan nasional
semakin merata di seluruh pelosok tanah air.
Adapun migrasi internal yang bersifat kedaerahan akan menyebabkan mobilitas penduduk ulangalik maupun sirkuler akan meningkat. Gejala ini
dimungkinkan karena banyak penduduk yang
bertempat tinggal jauh dari tempat kerja ataupun
pusat pendidikan. Dengan berkembangnya pola
mobilitas pinggiran-perkotaan, maka kebutuhan akan
alat transportasi yang efisien dan efektif menjadi
meningkat. Dalam masyrakat modern berbagai alat
transportasi memegang dua fungsi penting: pertama,
sebagai modal untuk mengangkut orang pergi ke
tempat kerja atau memindahkan barang dari suatu
tempat ke tempat lainnya. Kedua, sebagai barang
akhir untuk memenuhi berbagai keperluan sosial
masyarakat seperti rekreasi dan sebagainya.
12
Jenis Kendaraan
Kelas
SMP
1.
Sedan
Oplet
Mikrobus
Pick Up
LV
1,00
Bus Standar
Truk Sedang
Truk Besar
HV
1,30
3.
Sepeda Motor
MC
0,50
4.
Becak
Sepeda
Andong, dll
UM
1,00
2.
Secara ekonomis, masalah kemacetan lalulintas akan menciptakan biaya sosial, biaya operasional
yang tinggi, hilangnya waktu, polusi uadara, tingginya
13
Tabel 3. Tingkat Gravitasi antara Kecamatan Mranggen, Kecamatan Kaliwungu dan Kecamatan Ungaran
Tahun 2001-2005
Kecamatan
Jarak ke Pusat
Mranggen
Kaliwungu
Ungaran
12 km
21 km
24 km
2001
67.046.471
15.599.414
14.976.679
2002
72.986.218
16.990.713
16.813.153
Tingkat Gravitasi
2003
2004
73.830.892
74.965.512
17.207.330
17.384.424
17.005.955
18.451.092
2005
75.664.133
17.785.037
18.579.913
14
jam-jam sibuk dengan menurunkan petugas di titiktitik kemacetan seperti persimpangan dan pasar.
Kedua, Memasang pembatas jalan (traffickun) yang
berfungsi melebarkan jalur ke Semarang kalau esok
hari dan sebaliknya di sore hari. Ketiga, menindak
tegas pengguna jalan yang tidak mematuhi aturan
lalulintas.
Di satu sisi langkah-langkah kebijakan tersebut
efektif, namun di sisi lain masih ada kendala-kendala
yang ke depannya perlu ditangani, antara lain:
pertama, masih kurangnya kesadaran masyarakat
Bobot
Peringkat
Skor
0,05
0,10
0,20
3
4
4
0,15
0,40
0,80
0,10
0,10
3
4
0,30
0,40
0,15
0,03
0,10
0,15
0,02
1
1
2
1
1
2
0,15
0,06
0,10
0,15
0.04
2,55
Bobot
Peringkat
Skor
0,05
0,15
0,10
0,05
0,10
3
4
4
3
4
0,30
0,60
0,40
0,15
0,40
0,15
0,20
0,02
0,15
2
1
2
1
0,30
0,20
0,04
0,15
0,03
1
0.06
2,60
15
Kekuatan
baik
memadai
Faktor Eksternal
Kelemahan :
dalam berlalulintas
Peluang :
Pertumbuhan pelayanan angkutan
umum
Penempatan polisi lalulintas di simpang
tak bersinyal pada jam sibuk
Penambahan kapasitas jalan dengan
memperlebar median jalan pada jam
sibuk
Adanya pemasangan traffic light di
persimpangan
Penindakan tegas bagi pelanggar
lalulintas
Strategi SO
Meningkatkan efisiensi kinerja
persimpangan dengan
mendirikan pos penjaga
lalulintas dan memasang traffic
light
Menciptakan kawasan tertib
lalulintas dengan memantau
pengguna jalan, jika terjadi
pelanggaran langsung ditindak
Ancaman :
Pertumbuhan penduduk
Mobilitas penduduk yang tinggi
Ketidaknyamanan dan inefisiensi
angkutan umum
Pertumbuhan permintaan kendaraan
pribadi terutama sepeda motor
Jenis kendaraan besar sampai ringan
melintas jalan ini
Strategi ST
Lebih meningkatkan efektivitas
sistem kinerja jalan dengan
sebisa mungkin meminimalkan
tingkat hambatan
Membenahi menejemen
angkutan umum agar tercipta
sistem transportasi publik yang
efektif dan efisien
Strategi WT
17
ABSTRACT
In the process of developing economy in a whole and continuously, the macro economy stability of a
country is an essential prerequisite for producing a quality economic growth. For achieving the quality
economic growth, there should be a continuous capital human investment and the use of continuous
science and technology (IPTEK). The process of developing economy will be able to transform the
society condition from vicious circle to virtuous circle condition if the growth of economy is qualified.
Keywords: Quality of growth; human capital, technology and virtuous circle.
PENDAHULUAN
18
The Quality of Growth: Peran Teknologi dan Investasi Human Capital . . . (Prasetyo: 18 - 31)
19
(1)
L( t ) = nL( t ),
20
(2)
(4)
Dalam hal ini, akumulasi modal manusia dimodelkan sama dengan akumulasi modal fisik sebagai
berikut.
H( t ) = SH Y(t),
(5)
(6)
k( t ) = SK k(t) h( t ) - (n + g)k( t ),
atau
(7)
K ( t ) = SK Y( t ),
A ( t ) = gA( t ),
Y( t ) = K ( t ) H( t ) [A ( t )L( t )] 1 , ,
> 0, > 0, dan + < 1
(8)
(3)
The Quality of Growth: Peran Teknologi dan Investasi Human Capital . . . (Prasetyo: 18 - 31)
h 0
( k 0)
k 0
( k 0)
( h 0)
( h 0)
21
i
olog
Tekn
T
ng
a bu
an
si
esta
v
n
I
g
yan
ka
tuh
u
b
di
Jalur E ke F atau
dari E ke F = golden rule
ko dan k* = turnpike
teorema
The Quality of Growth: Peran Teknologi dan Investasi Human Capital . . . (Prasetyo: 18 - 31)
23
24
The Quality of Growth: Peran Teknologi dan Investasi Human Capital . . . (Prasetyo: 18 - 31)
2006
4,9
2,5
3,1
1,5
1,9
6,6
5,5
2,9
2,9
2,8
2,2
7,9
WEO-Apr07
2007
2008
5,2
5,2
2,7
2,5
2,8
2,0
2,5
2,6
2,0
2,6
5,7
5,5
7,5
10,4
9
8,1
11,1
9,7
8,0
11,2
9,0
7,6
10,5
8,4
8,1
11,5
8,9
7,4
10,0
8,4
5,5
5,4
5,1
ASEAN-4
4,5
5,0
4,5
Thailand
5,5
5,9
5,2
Malaysia
5,8
5,4
4,9
Philipina
6,0
5,5
5,7
Indonesia
Sumber: World Economic Outlook April dan Oktober 2007, IMF
5,8
4,8
5,8
5,8
6,3
5,6
4,0
5,8
6,3
6,2
5,6
4,5
5,6
5,9
6,1
Dunia
Negara Maju
AS
Euro
Jepang
Singapura
Negara Berkembang
Cina
India
WEO-Okt08
2007
2008
4,8
5,2
2,2
2,5
1,9
1,9
2,1
2,5
1,7
2,0
5,8
7,5
25
6.0
Singapura
Korea
Selatan
Malaysia
Thailand
Filipina
China
Viet Nam
Indonesia
Selain itu, daya serap teknologi di perusahaanperusahaan (industri) di Indonesia dalam skala 1-7
mencapai angka 4,5 yang berarti paling rendah
dibandingkan dengan negara-negara Asean lainnya,
seperti; Malaysia yang mencapai 5,9 dan Thailand
mencapai 5,3 termasuk Vietnam yang mencapai 5,2.
Sedangkan, industri-industri di Singapura adalah
yang paling besar menyerap teknologi, yakni
mencapai nilai 6,0. Kondisi ini dapat sebagai salah
satu indikator bahwa tingkat inovasi dan penggunaan
teknologi di Indonesia tergolong masih rendah.
Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi yang di
capai oleh Indonesia sekalipun tinggi tetap belum
dapat dikatakan berkualitas.
Fenomena ini lebih nampak ketika ada
gangguan krisis ekonomi dunia, Indonesia menjadi
salah satu negara yang paling mudah terkena
dampaknya dibandingkan negara tentangganya.
Karena, pertumbuhan PDB (pertumbuhan ekonomi)
di Indonesia lebih banyak dipacu oleh laju
pertumbuhan konsumsi, sedangkan pertumbuhan
ekonomi negara tetangga lebih banyak didorong oleh
laju investasi human capital dan teknologi. Akibatnya,
kondisi ekonomi makro Indonesia sekalipun dilihat
dari indikator pertumbuhan ekonomi cukup tinggi,
tetapi masih tetap rentan terhadap gejolak krisis. Hal
ini memperkuat argumentasi bahwa masalah
stabilitas ekonomi makro dan pertumbuhan ekonomi
adalah dua hal yang saling berkaitan erat.
26
The Quality of Growth: Peran Teknologi dan Investasi Human Capital . . . (Prasetyo: 18 - 31)
Singapura
Korea
Selatan
Malaysia
Thailand
Filipina
China
Viet Nam
Indonesia
Malaysia
Thailand
Viet Nam
Indonesia
Laos
27
Negara
Indonesia
Thailand
Malaysia
Filipina
Vietnam
Singapura
Korea Selatan
Sumber: World Bank, 2006
Pertumbuhan Ekonomi
Penyerapan Tenaga Kerja
Tinggi
dan
Mitos
Secara teori ekonomi, setiap satu persen pertumbuhan ekonomi akan mampu menyerap tenaga
kerja baru sebesar 250-400 ribu orang. Namun,
pertumbuhan ekonomi tinggi di Indonesia baru
sekedar mitos dalam penyerapan tenaga kerja baru.
Karena, setiap satu persen pertumbuhan ekonomi di
Indonesia hanya mampu menyerap tenaga kerja
kurang dari 100 ribu orang per tahun. Tahun 2008
merupakan tahun yang telah dijanjikan akan ada
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari sebelumnya. Namun, yang menjadi persoalanya adalah,
apakah kualitas pertumbuhan ekonomi tersebut
bertambah naik? Apakah pertumbuhan tersebut
mampu memihak kaum miskin dan yang menganggur seperti yang diharapkan dalam RKP?
Di atas telah dijelaskan bahwa pertumbuhan
ekonomi Indonesia relatif tinggi, tetapi tidak
1990
68,1
89,8
68,7
56,3
30,8
70,7
48,7
106,9
45,5
22,4
28,9
24,4
Pendidikan Menengah
1995
2000
2005
73,4
100,9
97,6
92,9
80,2
85,5
95,6
58,7
69,3
76,4
54,1
61,8
70,3
77,5
77,1
85,2
65,8
62,9
74,3
114,1
106,6
94,5
51,5
54,9
63,1
32,6
37,6
40,3
26,5
17,0
29,4
26,8
35,6
46,7
1990
18,0
39,1
5,7
7,4
18,8
27,8
2,9
2,0
9,5
-
Pendidikan Tinggi
1995
2000
33,7
..
52,0
72,6
7,2
12,6
11,7
26,3
20,1
34,2
29,0
30,5
5,3
7,6
4,1
9,5
11,3
14,4
-
The Quality of Growth: Peran Teknologi dan Investasi Human Capital . . . (Prasetyo: 18 - 31)
2005
..
89,9
15,0
32,0
43,0
28,1
20,3
16,0
17,1
-
Tabel 4. Persentase Belanja Negara untuk Pendidikan dari GDP, tahun 2005
Nama Negara
Persentase Belanja
Persentase Tingkat Pendidikan
Pendidikan Terhadap GDP
Menengah Wanita
Indonesia
Thailand
Malaysia
Filipina
Vietnam
Singapura
Korea Selatan
Persentase Tingkat
Pendidikan Tinggi Wanita
63,80
74,20
80,90
90,30
74,80
93,10
0,90
4,20
8,00
3,20
3,70
4,60
14,70
45,40
38,00
32,40
13,20
-
Singapura
Korea
Selatan
Malaysia
Thailand
Filipina
China
Viet Nam
Indonesia
29
30
PENUTUP
The Quality of Growth: Peran Teknologi dan Investasi Human Capital . . . (Prasetyo: 18 - 31)
31
ABSTRACT
Investment very significant influence economic growth, this research aim to identify and analyse
factors influencing private invesment in Central Java Province. Analyse use multiple regression model
with Ordinary Least Square method (OLS). Result of analyse indicate that, rate of interest negative
influence and significant to private invesment in Central Java coefficient 1017.464. Government
expenditure and inflation have positive influence and significant to private invesment in Central Java
coefficient 243.715 and 0.19.
Keywords: private invesment, rate of interest, government expenditure and inflation
PENDAHULUAN
32
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi Swasta di Jawa Tengah (Sasana: 32 - 40)
internasional, memfasilitasi promosi yang sistematis di dalam dan luar negeri serta membantu
pengembangan sistem penjaminan sesuai ketentuan perbankan dan pranata sosial ekonomi.
5. Meningkatkan kontribusi sektor pariwisata dalam
struktur ekonomi melalui obyek-obyek wisata
yang berbasis ekonomi kerakyatan dan kelestarian lingkungan.
Secara umum kondisi perekonomian di Jawa
Tengah sejak tahun 1999 menunjukkan adanya
perkembangan yang positif, setelah dalam kurun
waktu 19971998 dilanda krisis ekonomi yang serius.
Berangsur-angsur perekonomian di kabupaten/kota
mulai meningkat dan pada tahun 2002 pertumbuhan
ekonomi di seluruh kabupaten/kota tumbuh positif.
Untuk mencapai visi dan misi pembangunan
seperti yang tertuang dalam Renstrada Jawa Tengah
diperlukan investasi yang cukup besar terutama dari
kalangan swasta. Kegiatan investasi diharapkan
berpengaruh positip terhadap pertumbuhan ekonomi,
kehadirannya mampu berperan sebagai motor
penggerak dan sekaligus menjadi pendorong percepatan (akselerasi) pembangunan secara luas.
Pengalaman negara-negara lain yang perekonomiannya tumbuh dengan pesat menunjukkan
bahwa kegiatan invesatsi sangat signifikan mempengaruhi peningkatan ekspor, devisa negara, pendapatan negara maupun daerah, penyerapan tenaga
kerja serta alih teknologi yang kesemuanya itu
bermuara pada upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Di negara-negara berkembang termasuk
Indonesia, walaupun terjadi akselerasi investasi
terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi,
namun terdapat berbagai kendala yang menyebabkan investasi (PMA maupun PMDN) dari tahun ke
Nilai Investasi
( US $ )
1998
46
3.072.199.262.68
1999
72
127.845.393.55
2000
56
72.072.435.43
2001
57
96.681.990.00
2002
44
91.765.000.00
2003
57
80.018.358.00
Sumber: BPM Propinsi Jawa Tengah, 2004
Jumlah Proyek
PMDN
Jumlah Proyek
20
26
34
26
14
21
Nilai Investasi
( Rp )
2.482.396.427.000
1.308.709.116.573
2.451.203.432.171
2.912.197.970.000
1.541.259.610.000
3.607.653.588.597
33
LANDASAN TEORI
1. Investasi
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi Swasta di Jawa Tengah (Sasana: 32 - 40)
35
3. Alat analisis
(1)
Di mana:
I S : Nilai Investasi
SB : Tingkat Suku bunga
In : Tingkat inflasi
PP : Pengeluaran pemerintah
U : Error terms
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi Swasta di Jawa Tengah (Sasana: 32 - 40)
Realisasi Investasi
di Jawa Tengah
Tahun
Realisasi
1986
321,48
1995
1987
640,03
1996
1988
917,46
1997
1989
3.989,96
1998
1990
5.925,25
1999
1991
3.894,66
2000
1992
1.594,84
2001
1993
2.873,73
2002
1994
9.793,34
Sumber: BPS Jawa Tengah , 1988-2003
7.176,45
11.168,13
15.974,21
27.136,80
1.946,89
3.142,74
4.216,71
2.361,64
Tabel 3. Perkembangan PMA dan PMDN di Jawa Tengah Tahun 1998 2002
1998
PMA
(Ribu Rp)
24.654.399.061,50
PMDN
(Ribu Rp)
2.482.396.430,00
Total investasi
(Ribu Rp)
27.136.795.491,50
1999
908.200.973,00
1.038.689.120,00
1.946.890.093,00
2000
691.534.965,85
2.451.203.420,00
3.142.738.385,85
2001
1.005.492.696,00
3.211.218.970,00
4.216.711.666,00
2002
820.379.100,00
1.541.259.600,00
2.361.638.700,00
Tahun
37
13,55
Tahun
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
Inflasi
8,45
4,37
10,88
67,19
1,51
8,73
13,98
2002
13,56
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi Swasta di Jawa Tengah (Sasana: 32 - 40)
Model
1
(Constant)
SB
In
PP
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
14491,144
4060,224
-1017,464
232,262
243,715
62,262
,190
,026
Standardized
Coefficients
Beta
-,438
,397
,743
t
3,569
-4,381
3,914
7,178
Sig.
,003
,001
,002
,000
Model Summary
Model
R Square
,877
1
,9363
a. Predictors: (Constant), PP, SB, IN
b. Dependent Variable: IS
(2)
Adjusted
R Sauare
,849
Std. Error of
the Estimate
3564,57213
Durbin-W
atson
1,576
39
40
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi Swasta di Jawa Tengah (Sasana: 32 - 40)
ABSTRACT
In many cases, the determination of form of the regression function of the empirical model between
the linear model and the log-linear model is neglected when someone starts research. Someone
concludes the best model only by comparing the R2 value from respective function form and determines
the best form of the function model only based on the highest R2 value. This is clearly wrong. This study
attempted to find the best regression function model by using two kinds of tests: MacKinnon, White and
Davidson Test (MWD Test) and Bera and McAleer Test (B-M Test). This Study showed that the two
forms of the empirical function models-both the linear and log-linear functions- could be used to estimate
the demand of the new four wheels vehicle in Indonesia. Furthermore, checking by using classical
assumption, we found that the log-linear function model is the best model to estimate the demand of the
new four wheels vehicle in Indonesia.
Keywords: empirical model, linear model, log-linear model
PENDAHULUAN
41
SBIRIILt
INFLASIt
et
(2)
MODEL PENELITIAN
(1)
Di mana:
MOBILDt
42
Biaya operasional menjadi salah satu pertimbangan ekonomis dalam menentukan pembelian
Definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum
dan terus-menerus (Boediono, 2001). Sementara
43
Fungsi Linier
-8871,56
(-0,28)
89,73
(0,21)
80,42
(1,78)***
-6,76
(-1,40)
5,81
(3,50)*
-7,13
(-1,68)***
-1635,87
(-4,69)*
-846,55
(-3,10)*
29,261*
0,728
Independen
C
Log IHM
Log YCAP
Log PREMIUMRIIL
Log PERTAMAXRIIL
Log SOLARRIIL
SBIRIIL
INFLASI
F-Stat
Adjusted R2
Keterangan:
Nilai dalam kurung ( ) adalah nilai t statistik
* Signifikan pada level 1%
** Signifikan pada level 5%
*** Siginifikan pada level 10%
44
Fungsi Log-Linier
1,64
(0,30)
-0,26
(-0,19)
2,01
(1,79)***
-0,75
(-3,57)*
0,50
(3,33)*
-0,14
(-1,10)
-0,05
(-3,73)*
-0,03
(-2,85)*
26,987*
0,710
Untuk dapat menerapkan uji MWD, pertamatama anggaplah bahwa model empirik permintaan
kendaraan roda empat baru di Indonesia adalah
seperti pada persamaan (1) dan (2) di atas. Untuk
dapat menerapkan uji MWD, ada beberapa langkah
berikut ini perlu dilakukan:
9Z1t + 1t
(3)
(4)
Fungsi Linier
-12617.45
(-0.40)
219.51
(0.50)
68.92
(1.49)
-2.12
(-0.33)
5.20
(2.98)*
-11.44
(-1.99)**
-1950.19
(-4.35)*
-1011.92(-3.26)*
-22969.28
(-1.11)
Independen
C
Log IHM
Log YCAP
Log PREMIUMRIIL
Log PERTAMAXRIIL
Log SOLARRIIL
SBIRIIL
INFLASI
Z2
Fungsi Log-Linier
0.98
(0.21)
-0.30
(-0.20)
2.15
(2.31)**
-0.89
(-3.68)*
0.54
(3.39)*
-0.05
(-0.33)
-0.04
(-2.97)*
-0.02
(-2.37)**
0.00
(-1.33)
Keterangan:
Nilai dalam kurung ( ) adalah nilai t statistik
* Signifikan pada level 1%
** Signifikan pada level 5%
*** Siginifikan pada level 10%
JEJAK, Volume 1, Nomor 1, September, 2008
45
HA : 9 0
6LSOLARRIILt + 7SBIRIILt +
8INFLASIt + Ut (5)
H0 : 9 = 0
HA : 9 0
46
(7)
(8)
Fungsi Linier
-14931.41
(-0.46)
149.50
(0.35)
81.80
(1.80)***
-6.26
(-1.28)
5.61
(3.33)*
-7.94
(-1.81)***
-1666.42
(-4.74)*
-840.59
(-3.07)*
-15111.10
(-0.79)
Independen
C
Log IHM
Log YCAP
Log PREMIUMRIIL
Log PERTAMAXRIIL
Log SOLARRIIL
SBIRIIL
INFLASI
Vt
Fungsi Log-Linier
0.68
(0.14)
-0.02
(-0.01)
2.03
(2.19)**
-0.75
(-3.43)*
0.48
(3.09)*
-0.17
(-1.10)
-0.05
(-3.91)*
-0.03
(-2.96)*
0.00
(-1.06)
Keterangan:
Nilai dalam kurung ( ) adalah nilai t statistik
* Signifikan pada level 1%
** Signifikan pada level 5%
*** Siginifikan pada level 10%
Kesimpulan yang dapat diambil adalah berdasarkan uji B-M, baik model linier maupun log-linier
sama baiknya untuk digunakan dalam mengestimasi
Permintaan Kendaraan Roda Empat Baru di
Indonesia.
H0 : 9 = 0
HA : 9 0
Bila 9 berbeda dengan nol secara statistik,
maka maka hipotesis yang menyatakan bentuk
model log-linier adalah yang terbaik ditolak dan
begitu pula sebaliknya. Masih dari tabel 3, hasil
regresi menunjukkan bahwa koefisien Vt tidak
signifikan secara statistik. Dengan demikian, bentuk
model log-linier adalah yang terbaik.
HASIL PENGUJIAN
47
Fungsi Terbaik
Uji MWD
Uji B-M
Fungsi Linier
Fungsi Log-linier
Normalitasa)
NORMAL
NORMAL
Linieritasb)
TIDAK LINIER
LINIER
Autokorelasi c)
TIDAK
TIDAK
d)
Heteroskedastisitas
TIDAK
TIDAK
Keterangan:
a) Jarque-Bera Test
b) Ramsey RESET Test
c) Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test
d) White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors
& Covariance
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
49
ABSRACT
Indonesia suffered from banking crisis for several times. It was the effect of the worst crisis occurred
in 1997. Actually, Bath Thailand which plunged into 27,8% at the third quarter of the year 1997 was the
beginning problem that caused Asia currency crisis. This study analyzes the influence of macro indicator
as an early warning system by using logit econometrics model for predicting the possibilities of banking
crisis that may occur in Indonesia.
Kewords: Banking Crisis, macro economic indicator, EWS-logit model
PENDAHULUAN
50
Tabel 1. Beberapa Indikator Perbankan Pada Awal Krisis Ekonomi (Miliar Rupiah)
Indikator
1995
1996
1997
1997/1998
452.937
476.841
70.112
39.061
109.780
1,01
Pada intinya stabilitas keuangan adalah terhindarnya dari krisis sistem keuangan (avoidance of
financial crises) (Farlane, 1999 dan Sinclair, 2001).
Secara spesifik stabilitas sistem keuangan adalah
stabilitas lembaga-lembaga dan pasar keuangan
yang membentuk suatu sistem keuangan (Crockett,
1997). Industri perbankan oleh beberapa ahli
ekonomi dianggap sebagai industri yang memerlukan
perhatian khusus karena dianggap mudah dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal perbankan dan
merupakan bagian integral dari sistem pembayaran
(Kaufman, 1997). Sifat perbankan yang merupakan
bagian dari sistem pembayaran tersebut mengakibatkan timbulnya pandangan bahwa permasa-
51
Buruknya kondisi
neraca perbankan
Peningkatan tingkat
suku bunga
Buruknya kondisi
pasar modal
Meningkatnya
ketidakpastian
53
KONDISI MONETER
NILAI TUKAR
INFLASI MENINGKAT
MELEMAH
TAJAM
SUKU BUNGA
MENINGKAT
PERBANKAN TERPURUK
KEPERCAYAAN MENURUN
PENGANGGURAN MENINGKAT
EKONOMI TERKONTRAKSI
Untuk mengetahui pengaruh dan tingkat signifikansi masing-masing indikator fundamental ekonomi terhadap krisis perbankan yang terjadi di
Indonesia digunakan Model Logit. Model Logit
54
Li = Log
Pi
= bo +
1 Pi
b j X ij
(1)
j=1
Pi
= bo + b 1 X 1 + b 2 X 2 +
1 Pi
b 3 X 3 + ........ + b 12 X 12 + u i
Di mana :
X1 : Nilai tukar rupiah
X2 : Suku bunga deposito riil
(2)
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
X10
X11
X12
: Inflasi
: Rasio M2 dan cadangan devisa
: M2 Multiplier
: Kredit domestik
: Rasio Cadangan likuid dan asset perbankan (cash bank ratio)
: Keseimbangan kelebihan uang beredar
(excess money balance)
: Rasio suku bunga kredit dan suku bunga
deposito
: Simpanan Dana Pihak Ketiga
: Rasio kredit sektor swasta dan GDP
: Pertumbuhan Ekonomi
(3)
: Perubahan dana bank sentral terhadap simpanan sektor perbankan, yang didefinisikan
sebagai rasio dari bantuan kredit dari otoritas
moneter. Variabel ini diproksi dengan rasio
Regresi terhadap model penelitian masingmasing series dilakukan tiga kali yaitu dengan
variabel krisis yang menggunakan ambang batas 1,5
kali standar deviasi (mendasarkan pada model early
warning IMF). Adapun variabel independen yang
digunakan terangkum dalam tabel 2 dan tabel 3
sebagai berikut:
Estimasi model regresi model logit dengan
menggunakan series bulanan diperoleh hasil sebagai
berikut:
KRISIS = 1@LOGIT ((189.92 CBR 0.638 INFLASI
(1,9248)
(1,5740)
0.989 PBD 0.603 PDK + 0.256 PKURS
(2,2414)
(2,0980)
(1,9902)
+ 6.214 SBK_SBD + 0.075 SBD
(0,8403)
(0,5422)
70737.50 EMBB 2.71 M2_CD
(0,9534)
(1,7921)
55
56
Tabel 2. Variabel Bebas yang Digunakan dalam Model Logit dengan Series Bulanan
No.
Nama Variabel
Hubungan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pertumbuhan Kurs
Suku bunga deposito
Tingkat inflasi
Rasio m2 dan cadangan devisa
Cash bank ratio
Rasio suku bunga kredit dan suku bunga deposito
Excess money balance
M2 Multiplier
Pertumbuhan Simpanan dana pihak ke tiga
Pertumbuhan Kredit domestik
Positif
Positif atau Negatif
Positif
Negatif
Positif
Positif atau negatif
Positif atau negatif
Positif atau negatif
Positif atau negatif
Positif atau negatif
Tabel 3. Variabel Bebas yang Digunakan dalam Model Logit dengan Series Kuartal
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Nama Variabel
Pertumbuhan Kurs
Tingkat inflasi
Rasio m2 dan cadangan devisa
Cash bank ratio
Rasio suku bunga kredit dan suku bunga deposito
Excess money balance
M2 Multiplier
Pertumbuhan Simpanan
Pertumbuhan Kredit domestik
Rasio kredit domestik dan PDB
Pertumbuhan PDB
Hubungan
Probabilitas z-statistik
Keterangan
CBR
0.0542
*
INFLASI
0.1155
***
PBD
0.0250
*
PDK
0.0359
*
PKURS
0.0466
*
SBK_SBD
0.4007
***
SBD
0.5876
***
EMB
0.3404
***
M2_CD
0.0731
**
M2M
0.0138
*
C
0.1622
***
Sumber: Hasil Estimasi
Keterangan: *) Signifikan pada =5% **) signifikan pada
=10% ***) Tidak Signifikan
Positif
Positif
Negatif
Positif
Positif atau negatif
Positif atau negatif
Positif atau negatif
Positif atau negatif
Positif atau negatif
Positif atau negatif
Negatif
57
58
Probabilitas z-statistik
Keterangan
CBR
0.3014
***
INFLASI
0.2901
***
PBD
0.1271
***
PDK
0.2544
***
PKURS
0.1351
***
SBK_SBD
0.2696
***
SBD
0.8066
***
EMB
0.1881
***
M2_CD
0.7148
***
M2M
0.6136
***
C
0.1889
***
Sumber: Hasil Estimasi,
Keterangan: *) Signifikan pada =5% **) signifikan pada
=10% ***) Tidak Signifikan
59
60
DAFTAR PUSTAKA
Direktori
Perbankan
61
62
ABSTRACT
This research aims to calculate fiscal capacity and estimate fiscal capacity, and poverty. Variable
used in this research are fiscal capacities, Gross Regional Domestic Product (GRDP), and poverty
variable. Data used in this research is secondary sources from 25 Provinces in Indonesia with year time
period 1999 - 2003. This research limits its research object only 25 Provinces in Indonesia. In general,
this paper concludes that Gross Regional Domestic Product (GRDP) and fiscal capacity have an effect
on significant statistically to poverty, its meaning that fiscal capacity in 25 the provinces can express
ability to improve economic growth. Government policy in APBD as political process influence fiscal
capacities, economic growth, and poverty in Indonesia. Recomendation from this research are local
goverment must concern about fiscal capacity end Regional Domestic Product (GRDP) end goverment
try to increase responsibility so all of country can improve their wealth.
Keywords: Fiscal capacity, Gross Regional Domestic Product (GRDP), poverty, fiscal policy
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
63
2. Perumusan Masalah
LANDASAN TEORI
1. Desentralisasi Fiskal
a. Kapasitas Fiskal
Kapasitas fiskal diukur dengan rasio PAD terhadap Belanja Rutin di masing-masing propinsi.
Atau:
Kapasitas Fiskal =
PAD
Belanja Rutin
64
Istilah desentralisasi fiskal memberikan pengertian adanya pemisahan yang semakin tegas dan
jelas dalam urusan keuangan antara pemerintah
pusat dengan pemerintah daerah. Pemisahan
dimaksud bisa tercermin pada kedua sisi anggaran;
penerimaan dan pengeluaran. Di sisi penerimaan,
daerah akan memiliki kewenangan yang lebih besar
dalam tax policy.
Menurut Undang-Undang no.32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah desentralisasi adalah
penyerahan wewenang pemerintah oleh Pemerintah
kepada Daerah Otonom dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi daerah
adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam konteks kegiatan ini, pengertian
kewenangan daerah propinsi dan kabupaten/kota
mengacu pada UU No 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah.
Pasal 1 ayat 2 Undang-undang No 32 Tahun
2004 Tentang Pemerintahan Daerah menyatakan
bahwa: Urusan wajib yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah provinsi merupakan urusan
dalam skala provinsi yang meliputi: (a)Perencanaan
dan pengendalian pembangunan; (b) Perencanaan,
pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang; (c)
Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman
masyarakat; (d) Penyediaan sarana dan prasarana
umum; (e) Penanganan bidang kesehatan; (f)
Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber
daya manusia potensial; (g) Penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota; (h)Pelayanan bidang
ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota; (i)Fasilitasi
pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk lintas kabupaten/kota; (j) Pengendalian lingkungan hidup; (k) Pelayanan pertanahan
termasuk lintas kabupaten/kota; (l) Pelayanan
kependudukan, dan catatan sipil; (m) Pelayanan
administrasi umum pemerintahan; (n) Pelayanan
administrasi penanaman modal termasuk lintas
kabupaten/kota; (o) Penyelenggaraan pelayanan
dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh
barang dan jasa-jasa sebagai cara untuk mencegah pasar persaingan dari pencapaian efisiensi
Faktor yang harus diperhatikan dalam desentralisasi fiskal adalah sebagai berikut:
Kemiskinan dapat menimbulkan tindakan kejahatan dan gangguan sosial lainnya. Adanya sistem
baru memberikan harapan kerja dan mengurangi
welfare trap. Sistem tersebut berupa dana bantuan
yang diberikan oleh pemerintah (Hyman; 239).
Program pemerintah dalam memberikan
bantuan pada orang miskin merupakan hal penting.
Penerima bantuan dari pemerintah baik dalam
bentuk bantuan tunai atau bentuk bantuan lainnya
harus memenuhi syarat yang telah ditentukan. Jadi,
Cina, 1999
Indonesia, 2002
Filipina, 1999
Thailand, 2002
Negara-negara OECD, 1990-an
Negara-negara Transisi, 1990-an
Negara-negara berkembang, 1990-an
0
10
20
30
40
50
60
65
Lindahl mengemukakan analisis yang didasarkan dengan kurva indiferens dengan anggaran tetap
yang terbatas (fixed budget constraints). Teori
pengeluaran pemerintah yang dikemukakan oleh
Lindahl adalah teori yang sangat berguna untuk
membahas penyediaan barang publik yang optimum
dan secara bersamaan juga membahas mengenai
alokasi pembiayaan barang publik antar anggota
masyarakat.
Kelemahan teori Lindahl adalah karena teori ini
hanya membahas mengenai barang publik tanpa
membahas mengenai penyediaan barang swasta
yang dihasilkan oleh sektor swasta.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kapasitas Fiskal
66
Propinsi
67
68
b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh terhadap kemiskinan berarti ada stimulus
fiskal terhadap kemiskinan
2. Implikasi Kebijakan
69
ABSTRACT
The research is aimed at finding the dominan factors do develop the small-scale industry as an effort
to the poor program to empower the society. By using the methodology participation action researh
(PAR) involving the active participation of the society, Especially to the small craftsment to clarify the
problems and how find the solution. The collecting is done by using the method of simple random
sampling against 100 respondents sample of the small-scale industrial housholds. The result of the
survey shows that skill factor and the marketing factor belong to the core variable. Which each of them
has the higest elasticity against the product to the amount of 0.4147 or 41,47% and 0.2517 or 25,17%.
Accordingly, the recomendation to develop the small-scale industry as reflected on the increasing
product, it is hoped to give priority to the skill factor and marketing factor then to the capital factor or
other factor.
Keywords: skill, marketing and capital factor to develop the small craftsment solution.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Secara teoritis, semakin banyak program penanggulangan kemiskinan akan menjadikan jumlah
orang miskin dapat ditekan seminimal mungkin.
Sistem pemerintah desentralisasi dan otonomi
daerah, semestinya juga memungkinkan pelayanan
kepada masyarakat miskin semakin cepat dan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Tetapi sayangnya,
dari sejumlah hasil penelitian tentang berbagai
program pengentasan kemiskinan termasuk bantuan
langsung tunai (BLT), ternyata hasilnya sama saja
dengan kondisi sebelum digulirkannya program
pengentasan kemiskinan. Padahal, dananya sudah
habis untuk program tersebut, tetapi jumlah orang
miskin masih tetap saja tinggi. Karena itu, upaya
program pengentasan kemiskinan harus dapat dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat setempat
sesuai dengan kondisi daerah yang bersangkutan,
misalkan melalui salah satu model pendekatan
gerakan pembangunan ekonomi rumah tangga.
Industri kecil kerajinan pada hakekatnya adalah
pembangunan suatu sistem yang mempunyai daya
hidup dan mampu berkembang secara mandiri serta
mengakar pada struktur ekonomi dan struktur
masyarakat. Pada saat ini, berbagai upaya peningkatan produktivitas dan akses usaha mikro, kecil, dan
71
LANDASAN TEORI
Penelitian Sebelumnya
73
Sejak terbentuknya badan koordinasi penanggulangan kemisinan (BKPK) pada tahun 2001 hingga
saat ini, ada empat peran yang harus disangga oleh
lembaga ini yakni; sebagai koordinator, katalisator,
mediator dan fasilitator. Sebagai koordinator, badan
ini bertugas mengoordinasi perumusan standarstandar dasar mengenai konsep kemiskinan yang
digunakan oleh sebagian instansi di pusat dan
daerah. Sebagai katalisator, badan ini berupaya
memecahkan kendala utama dalam pelaksanaan
kebijakan program pengentasan kemiskinan. Sebagai mediator, badan ini diharapkan menjadi wahana
untuk menampung beragam aspirasi. Sebagai
9
Tidak banyak
investasi baru.
1
Modal tak cukup dan tak
ada jaminan
Hasil produksi
sederhana/kecil
Keuntungan yang diperoleh
hanya sedikit atau
pendapatannya rendah.
74
2
3
75
77
Kekuatan
Kelemahan
1. Sumber Daya:
a. Manusia
b. Ekonomi
b. Pemasaran
3. Kinerja:
a. Padat karya
Mampu mengatasi masalah kesempatan kerja Cenderung eksploitatif terhadap tenaga kerja
/ penganguran dan kemiskinan
adalah faktor marketing dan produksi yang masingmasing memiliki nilai sub skor 1.55 dan 0.80.
Sedangkan, nilai faktor internal dari sub faktor sisi
kelemahan adalah sub faktor financial dan marketing,
yang memiliki skor 0.80 dan 0.75. Artinya, strategi
Weighted
Ranting
Sub Score
Total Score
A. Faktor Eksternal:
Opportunitie:
a. Ekonomi
b. Teknologi
c. Sosial-budaya
d. Politik
Treaths:
a.
b.
c.
d.
Ekonomi
Teknologi
Sosial-budaya
Politik
Total Eksternal
2.45 :
0.50 :
0.20
1.20
0.10
0.60
0.15
0.50
0.05
0.15
0.50 :
1.80 :
0.15
0.75
0.05
0.15
0.15
0.30
0.15
0.60
1.00
4.30
B. Faktor Internal:
Strength:
a. Marketing
b. Financial
c. SDM
d. Produksi
Weakness:
a. Marketing
b. Financial
c. SDM
d. Produksi
3.15 :
0.50 :
0.25
1.50
0.05
0.35
0.10
0.50
0.10
0.80
0.50 :
1.95 :
0.15
0.75
0.20
0.80
0.05
0.10
0.10
0.30
1.00
5.10
79
Ln Q =
+ 1 Ln X1 +
2 Ln X2 +
3 Ln X3 +
4 Ln X4 + 5 Ln X5 + 2.
=
=
= 0.9741
= 745.751
(0.0160)
(0.0423)
2.911
9.799
2
R Adjusted = 0.9754
D.W., Test = 1.8511
(0.0547)
(0.0295)
4.189
4.713
R Multiple = 0.9876
Responden = 100
80
(0.0436)
5.772
81
Saran
82
INDEK
Policy Strategic: 9
Rate of interest (suku bunga): 32, 33, 34, 36, 38, 39,
40, 42, 43, 53, 55, 56
Poverty (kemiskinan): 63, 64, 65, 67, 68, 70, 71, 72,
73, 74, 75, 77, 78, 79, 80, 81, 82
Technology (teknologi):
Traffic jam (kemacetan lalu lintas): 9, 12, 14
PEDOMAN RINGKAS
PENULISAN ARTIKEL JEJAK JEP FE UNNES
A. Ketentuan Umum:
1. Artikel lebih diutamakan hasil penelitian, dan kajian empiris atau hasil pemikiran konseptual dan kajian
teoritis dalam bidang ekonomi yang belum pernah dimuat dan tidak sedang dikirim ke terbitan/jurnal lain.
2. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia yang baku atau bahasa Inggris yang baik. Diketik 1 spasi untuk
abstrak serta 1,5 spasi untuk isi dengan font Arial 11 dan menggunakan ukuran kertas UNESCO A4, 210 x
297 mm sebanyak 15-20 halaman.
3. Artikel dikirim sebanyak satu eksemplar dan disertai soft copy dalam bentuk CD, atau disket atau USB
serta dilengkapi dengan riwayat hidup, alamat lembaga/instansi, dan e-mail atau nomor telpon.
4. Penilaian, penerimaan atau penolakan artikel oleh tim redaksi JEJAK berdasarkan pada Panduan
Akreditasi Berkala Ilmiah 2006 oleh LIPI dan DP2M serta taat pada pedoman atau kaidah selingkung
JEJAK. Hasil kemungkinan tentang penilaian artikel dapat berupa:
a. Diterima tanpa perbaikan
b. Diterima dengan sedikit perbaikan oleh redaksi
c. Diterima dengan perbaikan dari penulis
d. Ditolak karena kurang/tidak memenuhi syarat
5. Hasil tulisan sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.
B. Ketentuan Khusus:
1. Sistematika Artikel
a.
Sistematika penulisan di JEJAK harus lengkap dan bersistem baik yang mengikuti kaedah-kaedah
selingkung dan ciri berkala ilmiah sebagai berikut:
1). Sistematika artikel hasil penelitian: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak (maksimum
200 kata berisi tujuan, metode dan hasil penelitian); kata kunci; pendahuluan yang berisi latar
belakang penelitian, pokok masalah serta tujuan penelitian; landasan teori yang berisi penelitian
sebelumnya dan landasan teori yang digunakan; metode penelitian; hasil dan pembahasan;
simpulan dan saran; serta daftar pustaka.
2). Sistematika artikel hasil pemikiran konseptual: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak
(maksimum 200 kata); kata kunci; pendahuluan berisi latar belakang dan ruang lingkup tulisan;
pembahasan berisi bahasan utama yang dapat dibagi ke dalam sub-bagian; penutup; serta daftar
pustaka.
b. Penulis artikel pada JEJAK JEP FE UNNES dituntut untuk menggunakan bahasa analisis secara tajam, jelas,
lengkap, kritis, argumentatif dan informatif serta komplementer yang dilengkapi seperti; gambar, foto, tabel,
grafik, model dan sebagainya untuk mendukung pemaparan analisis deskriptif dan sintesisnya.
c.
Gaya selingkung berkala sistem pengacuan pustaka harus baku dan ditulis secara konsisten diurutkan
menurut alfabetis (nama, tahun, urut abjad) mengikuti sistem Harvard.
1) Untuk buku ditulis dengan urutan: Nama pengarang, Tahun, Judul Buku, Edisi, Kota penerbit: Nama
penerbit.
JEJAK, Volume 1, Nomor 1, September, 2008
2) Untuk jurnal/majalah/terbitan berkala ditulis dengan urutan: Nama penulis, Tahun, Judul tulisan, Nama
jurnal/majalah, Vol., No., Hal., Kota penerbit: Nama penerbit.
3) Untuk tulisan/karangan yang merupakan bagian dari buku ditulis dengan urutan: Nama pengarang,
Tahun, Judul tulisan/karangan, dalam (atau in) nama Editor (Ed), Judul buku, Hal. (pp.), Kota
penerbit, Nama penerbit.
4) Untuk rujukan dari internet, tanggal akses atau tanggal down load harus dicantumkan.
5) Untuk rujukan dari koran ditulis dengan urutan: Nama penulis, (anonim, jika tidak ada pengarangnya),
Tahun, bulan, tanggal, Judul tulisan, Nama koran, Nomor halaman, (kolom).
2. Isi dan Aspirasi Wawasan
a.
Aspirasi wawasan penulisan artikel di JEJAK minimal berwawasan nasional atau regional serta lebih
diharapkan mampu berwawasan internasional, sehingga sumbangan berkala artikel dalam JEJAK untuk
kemajuan IPTEK adalah sangat tinggi. Artinya, sekalipun kajian isi artikel sifatnya tetap sangat spesifik dari
suatu disiplin ilmu JEJAK, tetapi jangkauan wawasan artikel yang ditulis dengan bahasa baku yang baik
dan lebih bersifat keuniversalan akan lebih dipentingkan dibandingkan dengan kenasionalan apalagi
kelokalan.
b.
Sumbangan berkala pada IPTEK yang dimaksud diukur dari derajat keorisinalan dan makna kontribusi
ilmiah temuan/gagasan/hasil pemikiran dalam tulisan yang dimuatnya harus tetap sesuai dengan bidang
disiplin Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan JEJAK.
c. Bobot isi kemutakhiran bahan yang diacu dan ketajaman analisis serta sinteksis yang dilakukan secara kritis
serta peranannya dapat berfungsi sebagai pemacu kegiatan penelitian berikutnya sangat diutamakan.
Karena itu, penarikan kesimpulan yang mampu mencetuskan teori baru atau metode/model ilmiah baru
yang dituangkan secara mapan dan lebih bermakna ilmiah akan lebih diutamakan daripada kesimpulan
dangkal dan saran bahwa penelitiannya perlu dilanjutkan.
3. Format Artikel
JUDUL
Judul artikel harus ditulis spesifik dan efektif, tidak boleh disingkat dan tidak lebih dari 14 kata dalam tulisan
berbahasa Indonesia, atau 10 kata bahasa Inggris, sehingga sekali dibaca dapat ditangkap maksudnya secara
komprehnsif. Keefektifan judul harus bersifat baku dan lugas.
Nama Penulis
Nama penulis artikel ditulis baku dan lengkap tanpa gelar akademis, dan di bawah nama penulis disertai alamat
lembaga dan alamat e-mail.
ABSTRAK
Abstrak ditulis secara gamblang, utuh dan lengkap mengambarkan esensi keseluruhan tulisan, dan abstrak
bukan ringkasan. Isi abstrak maksimal 200 kata yang meliputi tujuan penelitian atau penulisan artikel, metode
yang digunakan, hasil atau kesimpulan. Jika artikel ditulis dalam bahasa Indonesia, maka abstrak harus ditulis
dalam bahasa Inggris. Tetapi, jika artikel ditulis dalam bahasa inggris, maka abstrak tetap dalam bahasa inggris
saja.
Kata Kunci
Di bawah abstrak disertai kata kunci. Kata kunci ini harus dipilih secara cermat, sehingga mencerminkan
konsep yang dikandung artikel terkait, dan merupakan kelengkapan artikel ilmiah untuk membantu
keteraksesan artikel yang bersangkutan.
PENDAHULUAN
Tidak hanya berisi latar belakang masalah pentingnya penelitian tersebut dilakukan, tetapi juga berisi pokok
masalah, serta tujuan penelitian dan sintesa dari artikel yang ditulis oleh penulis.
LANDASAN TEORI
Berisi penelitian sebelumnya yang mendukung penguatan pentingnya penelitian atau artikel tersebut perlu
dilakukan dan landasan teori yang benar-benar digunakan dalam artikel tersebut, serta hipotesis penelitian jika
ada.
METODE PENELITIAN
Menguraikan desain riset atau tata cara penelitian secara rinci (metode, jenis data, sumber data, teknik
pengumpulan data, dan model analisis data serta cara penafsiran atau cara interprestasi hasil penelitian)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi hasil penelitian yang sewajarnya dan dianggap paling menonjol yang disusun secara sistematis, informatif
dan kritis serta ditulis dalam bentuk bahasa yang baku (baik dan benar). Hasil pengolahan data yang disajikan
harus selektif dan mampu menggunakan fasilitas penjelas secara informatif dan kritis sehingga tidak
memberikan informasi yang berulang. Ingat semua penulis artikel Jejak dituntut untuk menggunakan bahasa
analisis secara tajam, jelas, lengkap, kritis, argumentatif dan informatif serta komplementer sementara; gambar,
foto, tabel, grafik, model dan sebagainya bukanlah hasil pokok tetapi, hanya untuk mendukung pemaparan
analisis deskriptif dan sintesisnya yang kritis dan argumentatif. Pembahasan hasil merupakan analisis atau
argumentasi kritis mengenai relevansi hasil dengan teori dan fakta empiris, manfaat serta kemungkinan
pengembangan yang lebih bermakna ilmiah dan univesal. Artinya, kepioniran isi artikel ditentukan oleh
kemutakhiran state-of-the-art IPTEK yang dikandung, kecanggihan sudut pandang dan ketepatan pendekatan
yang digunakan serta kebaruan temuan bagi pengembangan ilmu.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan harus dapat dirumuskan dengan tajam, tegas, cermat, singkat dan jelas serta berdasarkan fakta
temuan empiris dalam penelitian atau hasil pemikiran kritis yang mampu memacu penelitian berikutnya. Saran
atau rekomendasi jika ada harus tegas, dan jelas serta bersifat operasional dan tetap harus terkait dengan
hasil penelitian ilmiah yang ditemukan.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi daftar bacaan yang aktual dan hanya berisi sumber acuan yang digunakan saja serta harus mengikuti
sistematika seperti yang telah dijelaskan di atas. Daftar rujukan bacaan diharapkan 85% dari referensi buku
atau jurnal-jurnal ilmiah terbaru maksimal terbitan 10 tahun terakhir. Semakin tinggi pustaka primer yang diacu
akan semakin baik dan makin bermutu artikel tersebut, tetapi semakin sering penulis mengacu pada diri sendiri
(self citation) akan dapat mengurangi prioritas penilaian berkala dan penolakan dimuatnya artikel.
PENYUNTING
PELAKSANA
PENYUNTING
AHLI
PERCETAKAN/
DISTRIBUSI
Penyampaian
Naskah
Naskah
Diterima
Pemeriksaan
Isi/Materi
Cetak
Jurnal
Pemeriksaan
Teknis
Naskah
Distribusi
Jurnal
Tidak
Laik
Ya
Tidak
Editing/
Sunting
Laik
Ya
Desain/Setting
Pracetak
Master
Jurnal
Ketentuan Umum:
6. Artikel dikirim sebanyak satu eksemplar dan disertai soft copy dalam bentuk CD, atau disket atau USB
serta dilengkapi dengan riwayat hidup, alamat lembaga/instansi, dan e-mail atau nomor telpon.
Pengiriman artikel juga dapat melalui email: jejak_fe@staff.unnes.ac.id atau jejak_feunnes.yahoo.com
7. Penilaian, penerimaan atau penolakan artikel oleh tim redaksi JEJAK berdasarkan pada Panduan
Akreditasi Berkala Ilmiah 2006 oleh LIPI dan DP2M serta taat pada pedoman atau kaidah selingkung
JEJAK. Hasil kemungkinan tentang penilaian artikel dapat berupa:
a). Diterima tanpa perbaikan
b). Diterima dengan sedikit perbaikan oleh redaksi
c). Diterima dengan perbaikan dari penulis
d). Ditolak karena kurang/tidak memenuhi syarat
8. Hasil tulisan sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis dan redaksi tidak berkewajiban mengembalikan
artikel yang ditolak.