Anda di halaman 1dari 14

POTENSI SEKTOR PEREKONOMIAN SALATIGA MENGGUNAKAN ANALISIS

ECONOMIC BASE MODEL


Rhema Chandrawati (2110101001)
A. PENDAHULUAN (30 poin)
Berisi fenomena:
Pembangunan ekonomi nasional upaya membangun kehidupan masyarakat, bangsa dan negara
untuk mewujudkan tujuan nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum (Ratnawati and
Rahardjo 2020). Pembangunan sektor ekonomi adalah proses untuk mengubah suatu keadaan
supaya lebih baik dengan tujuan meningkatkan pendapatan, kesempatan kerja, dan kemakmuran
masyarakat. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur adanya pembangunan
ekonomi di suatu daerah. Indonesia adalah negara yang menghadapi berbagai tantangan dalam
mengembangkan potensi ekonomi di seluruh wilayahnya. Perbedaan karakteristik setiap wilayah
menjadi tantangan bagi pemerintah pusat untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang merata
atau tidak terjadi ketimpangan pertumbuhan ekonomi. Sehingga diperlukan peran pemerintah
daerah untuk mengatur dan mengelola berbagai urusan penyelenggaran pemerintah bagi
kepentingan dan kesejahteraan masyarakat daerahnya(Wau, Leni, and Fau 2022). Pembangunan
daerah harus sesuai dengan kondisi potensi serta aspirasi masyarakat yang tumbuh dan
berkembang. Apabila pelaksanaan prioritas pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi
yang dimiliki oleh masing-masing daerah, maka pemanfaatan sumber daya yang ada akan
menjadi kurang optimal. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan lambatnya proses pertumbuhan
ekonomi daerah. Perekonomian regional atau wilayah dapat dibagi menjadi dua kegiatan
ekonomi yaitu basis ekonomi dan bukan basis ekonomi .Kegiatan basis (basic activities) adalah
kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa, dan menjualnya atau memasarkan
produknya keluar daerah. Sedangkan kegiatan ekonomi bukan basis (nonbasic activities) adalah
usaha ekonomi yang menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan masyarakat di dalam
wilayah ekonomi daerahnya saja atau kegiatan ekonomi bukan basis tidak menghasilkan produk
untuk diekspor ke luar daerahnya karena luas lingkup produksi dan daerah pemasarannya masih
bersifat lokal(Ariyanto 2013). Jadi dapat diartikan pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan
kegiatan perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan bertambah dan
kemakmuran masyarakat meningkat. Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai
kenaikan dalam PDRB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari
tingkat pertumbuhan penduduk dan apakah ada perubahan atau tidak dalam struktur ekonomi.
Salah satu indikator untuk menunjukkan tingkat kemakmuran suatu daerah adalah data mengenai
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga yang berlaku ataupun atas dasar
harga konstan. Suatu masyarakat dipandang mengalami suatu pertumbuhan dalam kemakmuran
masyarakat apabila pendapatan perkapita menurut harga atau pendapatan terus menerus
bertambah. Peranan PDRB menurut lapangan usaha dalam bentuk persentase dari tujuh belas
sektor ekonomi di Kota Salatiga dari tahun 2018-2022, menunjukkan peranan yang paling tinggi
disumbang oleh sektor Jasa Perusahaan penyumbang PDRB terbesar selanjutnya Kota Salatiga
adalah sektor Transportasi dan Pergudangan dan sisanya disumbang oleh ke lima belas sektor
lainnya dengan nilai persentase yang berbeda. Dilihat dari sektor yang menyumbang PDRB
terbesar bisa diketahui jika sektor primer bukan sektor yang menjadi penyumbang PDRB
terbesar di Kota Salatiga.
Masalah penelitian:
Berdasarkan pada Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Tengah, Kota Salatiga tergolong sebagai
kota dengan luas wilayah cukup kecil dibandingkan dengan kota kabupaten lainnya di Jawa
Tengah. Tampak bahwa Kota Salatiga berada dalam satu kawasan dengan Kabupaten Kendal,
Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kota Semarang dan Kabupaten Purwodadi. Jika
dilihat pertumbuhan ekonominya, data di BPS menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi masih
kalah jika dibandingkan dengan kota kabupaten lainnya. Namun perekonomian Kota Salatiga
semakin membaik. Kontribusi PDRB Kota Salatiga lebih dominan pada sektor sekunder dan
tersier, sektor primer yang terdiri dari sektor pertanian, sektor pertambangan, dan penggalian
sangat kecil sumbangannya.(WIJAKSONO 2012)
Penelitian yang relevan pernah dilakukan dan keterbatasan penelitian tersebut,
Penelitian terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya
yang kemudian akan digunakan untuk mencari perbandingan dan menemukan sumber inspirasi
baru untuk penelitian selanjutnya, dengan adanya penelitian terdahulu peneliti dapat melihat
berbagai kekurangan dan kelebihan yang dilakukan peneliti sebelumnya. Dengan demikian,
peneliti mampu mengembangkan bahkan memperbaiki penelitian yang akan dilakukan, agar
kesalahan atau kekurangan yang terjadi pada penelitian terdahulu tidak terulang kembali.
Penelitian terdahulu juga menjadi bukti bahwa penelitian yang akan berlangsung merupakan
penelitian yang orisinil. Berikut adalah penelitian terdahulu yang menjadi acuan peneliti dalam
melakukan penelitian, yaitu
1. Penelitian yang dilakukan PUSPASARI AYU NINGRUM (2019) yang berjudul “ Analisis
Potensi Sektor Basis dan Non Basis Ekonomi Pada Perubahan Struktur Perekononimian di Kota
Salatiga Tahun 2010-2015”. penelitian ini menganalisis sektor yang berpotensi menjadi sektor
basis dan mengetahui perubahan struktur ekonomi Kota Salatiga. Metode yang digunakan yaitu
Location Quotient (LQ) dan Shift Share Esteban Marquillas. Penelitian ini menggunakan data
PDRB. Hasil analisis LQ dan Shift Share Esteban Marquillas menunjukkan bahwa tahun 2010-
2015 yang sektor basis di Kota Salatiga adalah sektor pengadaan listrik dan gas, pengadaan air,
pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, industri pengolahan, konstruksi, penyediaan
akomodasi dan makan minum, jasa keuangan dan asuransi, real estate, jasa perusahaan,
administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, jasa pendidikan, jasa kesehatan
dan kegiatan sosial dan terjadi perubahan struktur ekonomi dari sektor modern ke tradisional
tahun 2013-2015(PUSPASARI AYU NINGRUM n.d.).
2. Penelitian yang dilakukan (Widya Rani & Septiani, 2021) yang berjudul “Analisis Potensi
Wilayah di Kota Salatiga Tahun 2011-2019”. Penelitian ini untuk menganalisis Kota Salatiga
yang memiliki berbagai potensi wisata lainnya seperti bangunan bersejarah, budayanya, serta
makanan khas daerahnya. Daya tarik yang menjadikan banyaknya wisatawan berdatangan ke
Kota Salatiga. Sektor pariwisata Kota Salatiga memiliki kemampuan untuk dikembangkan
menjadi daerah wisata yang lebih kompetitif karena banyak wisata yang berharga didalamnya.
Dalam penelitian ini berjudul Analisis Potensi Wilayah Kota Salatiga Studi Kasus tahun 2011-
2019. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui potensi pariwisata di Kota Salatiga. Dengan
menggunakan metode pendekatan analisis Location Quotient (LQ) yang terdiri dari SLQ dan
DLQ serta analisis Tipologi Klassen. Analisis Tipologi Klasen akan melihat pertumbuhan dan
kontribusi dari masing-masing sektor. Data yang akan dianalisis adalah data PDRB Kota Salatiga
menurut lapangan usaha Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB). Dari hasil penelitian diperoleh
bahwa terdapat perubahan atau pergeseran pada potensi daerah Kota Salatiga. (Widya Rani and
Septiani 2021)
3. Penelitian yang dilakukan oleh Timothy Jason Edon (2019) yang berjudul “(IDENTIFIKASI
SEKTOR UNGGULAN DI KOTA SALATIGA PERIODE 2010-2016, n.d.)” Penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji potensi ekonomi di Salatiga guna mempercepat pertumbuhan ekonomi Salatiga,
mengidentifikasi dan menentukan sektor unggulan di Kota Salatiga untuk meningkatkan potensi
ekonomi daerah. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian meliputi analisis Location
Quotient (LQ), analisis Shift-Share, dan Indeks Spesialisasi. Hasil dari perhitungan analisis LQ
menunjukkan sektor penyediaan akomodasi dan makan minum dan jasa perusahaan menempatin
urutan teratas diantara 12 sektor unggulan yang didapat. Hasil analisis Indeks Spesialisasi
didapatkan nilai IS mendekati nol tiap tahunnya. Yang berarti peranan tiap sektor di Kota
Salatiga cenderung merata. Berdasarkan hasil analisis Shift Share didapatkan sektor indutri
pengolahan dan disusul sektor kontruksi di posisi kedua. Hal ini menandakan bahwa sektor
industri pengolahan mampu memberikan konstribusi terbesar bagi PDRB Kota Salatiga.
Sehingga dapat dikatakan tidak terjadi pergeseran struktur ekonomi di Kota Salatiga.(Edon 2019)
Urgensi:
Urgensi penelitian potensi sektor perekonomian Kota Salatiga menggunakan analisis ekonomi
basis model adalah mengidentifikasi sektor ekonomi Kota Salatiga yang memiliki potensi untuk
di ekspor dengan menggunakan data akurat dari instansi terkait 5 tahun terakhir sehingga data
merupakan keadaan saat ini yang relevan. Penelitian ini suatu tindakan untuk mengoptimalkan
sektor basis di Kota Salatiga.
Tujuan penelitian:
Penelitian ini bertujuan mengidentifkasi sektor yang menjadi sektor basis di Kota Salatiga,
mengidentifikasi posisi sektor-sektor ekonomi Kota Salatiga, dan menganalisis sektor-sektor
ekonomi mana yang paling strategis untuk dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan
ekonomi di Kota Salatiga. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai :
1. Sumbangan pemikiran terhadap pembangunan yang ada.
2. Tambahan informasi dan bahan kajian tentang perkembangan perekonomian daerah
khususnya daerah Kota Salatiga.
3. Masukan bagi para pembuat kebijakan yang berhubungan dengan pembangunan Kota Sala
dalam rangka mempersiapkan program pembangunan selanjutnya, serta terciptanya peningkatan
pertumbuhan ekonomi.

B. METODE (15 poin)


Jenis penelitian:
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu dengan pendekatan kuantitatif deskriptif.
Penelitian dengan pendekatan kuantitatif deskriptif lebih berdasarkan pada data yang dapat
dihitung untuk menghasilkan penaksiran kuantitatif yang akurat. Data yang akan dikumpulkan
mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis
Jenis Data dan sumber data:
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder berasal dari
instansi terkait, yakni Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Salatiga dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Provinsi Jawa Tengah. Data yang digunakan adalah data pokok PDRB Kota Salatiga dan data
PDRB Propinsi Jawa Tengah berdasarkan periode 2018- 2022.
Alat analisis:
Metode yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Location Quotient (LQ)
Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi potensi internal yang dimiliki suatu daerah yaitu
sektor-sektor mana yang merupakan sektor basis (basic sector) dan sektor mana yang bukan
sektor basis (non basic sector). Pada dasarnya teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara
kemampuan satu sektor antara daerah yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama pada
daerah yang lebih luas. Perbandingan relatif ini dapat dinyatakan secara matematika sebagai
berikut :
Keterangan :
LQ : Nilai Location Quotient
Eir : PDRB Sektor i di Wilayah Kota Salatiga
Er : PDRB Total di Wilayah Kota Salatiga
Ein : PDRB Sektor i di Wilayah Propinsi Jawa
Tengah
En : PDRB Total di Wilayah Propinsi Jawa Tengah.

Satuan yang dapat digunakan untuk menghasilkan koefisien dapat menggunakan satuan jumlah
buruh, atau hasil produksi atau satuan lain yang dapat digunakan sebagai kriteria.
Apabila hasil perhitungannya menunjukkan LQ > 1, berarti merupakan sektor basis dan
berpotensi untuk ekspor, sedangkan LQ < 1, berarti bukan sektor basis (sektor lokal/impor).
Teknik ini memiliki asumsi bahwa semua penduduk di suatu daerah mempunyai pola permintaan
yang sama dengan pola permintaan nasional (regional). Bahwa produktivitas tiap pekerja di
setiap sektor industri di daerah adalah sama dengan produktivitas pekerja dalam industri
nasional. Setiap industri menghasilkan barang yang homogen pada setiap sektor, dan bahwa
perekonomian bangsa yang bersangkutan adalah suatu perekonomian tertutup.
Digunakan analisis LQ karena analisis ini memiliki kelebihan antara lain merupakan alat analisis
sederhana yang dapat menunjukkan struktur perekonomian suatu daerah dan industri substitusi
impor potensial atau produk-produk yang bisa dikembangkan untuk ekspor dan menunjukkan
industri-industri potensial (sektoral) untuk dianalisis lebih lanjut. Sedangkan kelemahannya
antara lain merupakan indikator kasar yang deskriptif, merupakan kesimpulan sementara dan
tidak memperhatikan struktur ekonomi setiap daerah. Ini mengingat bahwa hasil produksi dan
produktivitas tenaga kerja di setiap daerah adalah berbeda, juga adanya perbedaan sumber daya
yang bisa dikembangkan di setiap daerah.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN (30 poin)


Hasil:
1. Gambaran Umum Kota Salatiga
Letak, dan Batas
Secara astronomis wilayah Kota Salatiga terbentang pada posisi antara 110.2.28’.37.79-
11.32.39.79” BT dan antara 7.17’.4-7.23”.48” LS, yang diperhitungkan dari Meridian O
Grenwich dan Eguator. Posisi semacam ini dan ditunjang oleh morfologi dan berupa
pegunungan, menyebabkan Salatiga beriklim tropis yang mempuntai suhu rata-rata 23°-24° .
Secara geomorfologi terletak di daerah pedalaman Jawa Tengah, berada di kaki Gunung
Merbabu dan gunung-gunung kecil lainnya. Disebelah Selatan terdapat Gunung Merbabu yang
kakinya langsung berpadu dengan pegunungan Telomoyo dan pegunungan Gajah Mungkur.
Perpaduan kaki kedua gunung itu membentuk batas Barat Daya Salatiga. Disebelah Utara
terdapat Pegunungan Payung dan Rong. Sedangkan di sebelah Barat Laut berbatasan dengan
Rawa Pening.
Kota Salatiga dibatasi oleh desa-desa di wilayah kecamatan yang termasuk Kabupaten Dati II
semarang sebagai berikut :
a. Sebelah Utara: Berbatasan dengan wilayah Kecamatan Pabelan dan Kecamatan Tuntang,
Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang;
b. Sebelah Selatan: Berbatasan dengan wilayah Kecamatan Getasan dan Kecamatan Tengaran,
Kabupaten Tingkat II Semarang;
c. Sebelah Timur: Berbatasan dengan wilayah Kecamatan Getasan dan Kecamatan Tengaran
Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang;
d. Sebelah Barat: Berbatasan dengan wilayah Kecamatan Getasan dan Kecamatan Tuntang,
Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang.
2. Produk Domestik Regional Bruto 2018-2022
Struktur perekonomian menggambarkan peranan atau sumbangan dari masing-masing sektor
dalam pembangunan PDRB yang dalam konteks lebih jauh akan memperhatikan bagaimana
suatu perekonomian mangalokasikan sumber-sumber ekonomi di berbagai sektor. Nilai PDRB
Kota Salatiga selalu mengalami peningkatan yang ditunjukkan oleh jumlah nominalnya yang
selalu meningkat dari tahun ke tahun. Dan untuk mengetahui sumbangan dari masing-masing
sektor dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
PDRB SERI 2010 ATAS DASAR HARGA BERLAKU (ADHB) MENURUT LAPANGAN
USAHA (JUTA RUPIAH) 2018-2022 DI KOTA SALATIGA

sumber BPS, PDRB Kota Salatiga


Seperti pada tabel di atas, sumbangan sektor-sektor pada Kota Salatiga pada tahun 2018-2022
relatif mengalami kenaikan setiap tahunnya. Dari sektor pertanian, pertambangan dan
penggalian, industri, pengadaan listrik dan gas, pengadaan air pengelolaan sampah limbah dan
daur, kontruksi, perdagangan besar dan eceran, transportasi dan pergudangan hingga jasa
kesehatan dan kegiatan sosial(Central Bureau of Statistics 2022). Di Provinsi Jawa Tengah
sektor-sektor tersebut juga mengalami peningkatan tiap tahunnya.

PDRB Jawa Tengah Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah), 2018 -
2022(BPS 2022)

Sumber BPS, PDRB Jawa Tengah

Dilihat dari tabel diatas PDRB Provinsi Jawa Tengah merupakan gabungan kontribusi PDRB
kabupaten/kota. Perbedaan perkembangan kegiatan ekonomi akan menentukan perbedaan
struktur ekonomi wilayah. Terdapat beberapa wilayah kabupaten/kota yang memberikan
kontribusi yang cukup tinggi terhadap PDRB provinsi. Kota Semarang merupakan wilayah yang
memberikan kontribusi terbesar dengan sumbangan mencapai lebih dari 13 %. Tingginya
sumbangan Kota Semarang tidak terlepas perannya sebagai ibu kota provinsi dengan berbagai
kegiatan ekonomi yang berkembang, terutama sektor perdagangan dan jasa serta industri
pengolahan. Wilayah lain yang juga cukup tinggi memberikan sumbangan adalah Kabupaten
Cilacap dan Kudus. Dua wilayah kabupaten ini merupakan basis kawasan industri di Provinsi
Jawa Tengah sehingga mampu memberikan kontribusi yang cukup tinggi. Secara spasial,
wilayah bagian tengah Provinsi Jawa Tengah mulai dari wilayah selatan hingga utara,
merupakan wilayah yang tergolong rendah dalam memberikan kontribusi. Wilayah tersebut
meliputi Kabupaten Purworejo, Wonosobo, Banjarnegara, Temanggung, dan Batang. Basis
pertanian di wilayah kabupaten-kabupaten tersebut belum mampu mendorong kontribusi secara
signifikan. Wilayah kabupaten lain yang termasuk masih rendah kontribusinya adalah Kabupaten
Rembang. Disamping itu, terdapat pula beberapa wilayah kota yang masih rendah kontribusinya,
yaitu Kota Tegal, Pekalongan, Salatiga, dan Magelang. Skala kota yang masih terbatas
menyebabkan kontribusinya juga masih terbatas(Kurniawan, Nurchasanah, and Ali 2019)
A. Analisis Location Quotien (LQ)
Nilai Location Quotient (LQ) diperoleh dari data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota
Salatiga dan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Tengah. Dalam
perhitungan Location Quotient (LQ) bisa didapatkan kesimpulan sebagai berikut, jika hasil
perhitungan Location Quotient (LQ) mempunyai nilai sama dengan satu (LQ=1) maka sektor
yang bersangkutan disebut sektor andalan, yaitu sektor yang hanya bisa memenuhi kebutuhan
dalam daerahnya saja tetapi masih bisa dikembangkan menjadi sektor basis. Hasil perhitungan
Location Quotient (LQ) mempunyai nilai lebih dari satu (LQ>1) maka sektor yang bersangkutan
termasuk ke dalam sektor basis dimana sektor yang bersangkutan bisa memenuhi kebutuhan
dalam maupun luar daerah dan sangat berpotensi positif pada perekonomian daerah apabila
dikembangkan dengan tepat.Sedangkan nilai perhitungan Location Quotient (LQ) yang
mempunyai nilai kurang dari satu (LQ<1) maka bisa dikatakan jika sektor yang bersangkutan
merupakan sektor yang tidak mempunyai potensi untuk menjadi sektor basis.
Berikut hasil perhitungan Location Quotient (LQ) Kota Salatiga secara multiyears dari tahun
2018-2022.
Hasil Perhitungan Indeks Location Quotien (LQ)
di Kota Salatiga Tahun 2018-2022
Sektor Hasil Perhitungan Indeks Location Quotien (LQ) LQ Rata-rata

2018 2019 2020 2021 2022


Pertanian, Kehutanan, dan
0.32706520 0.33280428 0.3173746 0.325365087 0.32768336 0.326058516

Perikanan 2 1 42 8

Pertambangan dan - 0.01624646 0.0166909 0.014787837 0.013295487 0.326058516

Penggalian 0.016611917 2 57

Industri Pengolahan 1 0.90862868 0.9346986 0.955279955 0.964621075 0.952645664


7 03

Pengadaan Listrik 2 1.91397398 1.9157464 1.895394212 1.948373621 1.934697649

dan Gas 3 27

Pengadaan Air, 1.132644007 1.12090669 1.0746637 1.031108492 1.063269368 1.084518468

Pengelolaan Sampah, 5 76

Limbah dan Daur


Ulang
Konstruksi 1.351959861 1.33230258 1.3208211 1.237611649 1.227311919 1.294001433
9 49
Perdagangan Besar 0.968169922 0.95981278 0.9516062 0.946171132 0.942015845 0.95355519

dan Eceran; Reparasi 5 65

Mobil
Transportasi dan 0.942758597 0.93441281 1.0236520 1.025612041 0.885215959 0.962330296

Pergudangan 71

Penyediaan 2.394435388 2.34717484 2.3807166 2.347173094 2.291386035 2.352177201

Akomodasi dan 5 44

Makan Minum
Informasi dan 0.900825525 0.88433350 0.9022605 0.903156063 0.898329191 0.897780965

Komunikasi 6 39

Jasa Keuangan dan 1.2083444 1.20102428 1.1892640 1.177039792 1.173553523 1.189845214

Asuransi 5 7

Real Estate 2.776407346 2.71823824 2.7032275 2.697115299 2.6908369 2.717165058


5 02
Jasa Perusahaan 3.160741682 3.14368658 3.1289842 3.12752589 3.109287304 3.134045134
3 13

Administrasi 1.934564952 1.93562708 1.9218178 1.994999525 2.006383533 1.958678589

Pemerintahan, 8 46

Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 1.196035855 1.17660649 1.1663674 1.164003486 1.162639497 1.173130562
1 79

Jasa Kesehatan dan 1.800153818 1.78801453 1.7800723 1.779930859 1.780994392 1.785833198

Kegiatan Sosial 9 84

Jasa lainnya 0.630024647 0.62341431 0.6250177 0.624182256 0.616987993 0.623925398


5 79

PDRB Lapangan 1 1 1 1 1 1

Usaha

Pembahasan:
Hasil perhitungan Location Quotient (LQ) Kota Salatiga dari tahun 2018-2022 maka bisa dilihat
secara rinci jika ada sepuluh sektor di Kota Salatiga yang mempunyai nilai LQ>1 dari tahun ke
tahun, meskipun terjadi adanya fluktuasi. Dari jumlah sektor keselurhan yaitu tujuh belas sektor,
masing-masing dengan sepuluh sektor dengan nilai LQ>1, enam sektor dengan nilai LQ<1
selama tahun 2018-2022 dan satu sektor mempunyai nilai LQ=1 tahun tertentu dimana nilai LQ
sektor yang bersangkutan berubah nilai menjadi LQ<1. Sektor yang mempunyai nilai LQ>1
yaitu sektor Pengadaan Listrik dan Gas dengan nilai LQ sebesar (2; 1.91; 1.91; 1.89; 1.93) dari
tahun 2018-2022. Sektor yang kedua adalah sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
dan Daur Ulang dengan nilai LQ sebesar (1.13; 1.12; 1.0; 1.03; 1.06) dari tahun 2010. Sektor
yang ketiga adalah sektor Konstruksi dengan nilai LQ sebesar (1.35; 1.33; 1.32; 1.23; 1.22) dari
tahun 2010-2015.Sektor yang ke empat yaitu sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
dengan nilai LQ sebesar (2.39; 2.34; 2.38; 2.34; 2.29) dari tahun 2018-2022. Sektor ke lima yaitu
sektor Jasa Keuangan dan Asuransi dengan nilai LQ sebesar (1.2; 1.2; 1.18; 1.17; 1.17) dari
tahun 2018-2022. Sektor ke enam yaitu sektor Real Estate dengan nilai LQ sebesar (2.77; 2.71;
2.7; 2.69; 2.69) dari tahun 2018-2022. Sektor ke tujuh yaitu sektor Jasa Perusahaan dengan
nilai LQ sebesar (3.16; 3.14; 3.12; 3.12; 3.1) dari tahun 2018-2022. Sektor yang kedelapan yaitu
sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib dengan nilai LQ
sebesar (1.93; 1.93; 1.92; 1.99; 2) dari tahun 2018-2022.Sektor yang ke sembilan yaitu sektor
Jasa Pendidikan dengan nilai LQ sebesar (1.19; 1.17; 1.16; 1.16; 1.16) dari tahun 2018-2022.
Dan sektor yang ke sepuluh yaitu sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dengan nilai LQ
sebesar (1.8; 1.78; 1.78; 1.77; 1.78) dari tahun 2018-2022, sektor-sektor yang mempunyai
nilai LQ>1 berarti sektor yang bersangkutan termasuk ke dalam kategori sektor basis dan akan
sangat baik jika potensinya bisa dikembangkan secara tepat.
Sektor yang mengalami perubahan nilai LQ dari nilai LQ>1 menjadi nilai LQ<1 dan juga
sebaliknya di tahun-tahun tertentu yaitu seperti di tahun 2020 dan 2022 yaitu sektor Transportasi
dan Pergudangan dengan nilai LQ dari tahun 2018-2022 sebesar (0.94; 0.93; 1.02; 1.02; 0.88).
Sektor-sektor tersebut adalah sektor yang pada tahun tertentu tidak termasuk ke dalam kategori
sektor basis seperti di tahun 2018, 2019 dan 2022 karena mempunyai nilai LQ<1. Sisanya adalah
sektor yang selama tahun 2018-2022 mempunyai nilai LQ<1 dan termasuk ke dalam kategori
sektor non basis sektor- sektor tersebut yaitu sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan,
Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil, serta Informasi dan Komunikasi.

D. KESIMPULAN (15 poin)


Simpulan:
Berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) yang telah dibahas maka bisa ditarik
kesimpulan sektor apa saja yang menjadi sektor 10 basis Kota Salatiga dalam kurun waktu 2018-
2022. Sektor basis tahun 2018-2022 (dari jumlah keseluruhan tujuh belas sektor) yaitu: Sektor
Pengadaan Listrik dan Gas, Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
Ulang, Sektor Konstruksi, Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Sektor Jasa
Keuangan dan Asuransi, Sektor Real Estate, Sektor Jasa Perusahaan, Sektor Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, Sektor Jasa Pendidikan dan Sektor Jasa
Kesehatan dan Kegiatan Sosial.
Implikasi kebijakan:
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitisn ini adalah Pemerintah Kota Salatiga
harus lebih cermat lagi dalam mengamati sektor yang 10 berpotensi menjadi sektor basis. Jasa
Perusahaan, bukanlah satu-satunya sektor yang menjadi sektor basis atau unggulan di Kota
Salatiga selama kurun waktu 2018-2022 hanya saja Jasa Perusahaan adalah sektor yang
mempunyai kontribusi tertinggi terhadap PDRB Kota Salatiga, maka dari itu alangkah baiknya
jika pemerintah setempat memberi perhatian lebih pada sektor Jasa Perusahaan. Selain itu
pemerintah juga harus memberikan perhatian khusus pada sektor lain yang menjadi sektor basis
atau unggulan agar potensi tiap sektor bisa dimaksimalkan, serta memberi perhatian khusus pada
sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, karena tidak menutup kemungkinan sektor yang
berangkutan bisa menjadi sektor yang mempunyai potensi besar bagi perekonomian.

E. DAFTAR PUSTAKA (10 poin)


Sitasi dan Penulisan menggunakan Mendeley dengan style APA dalam 10 tahun terakhir
yang bersumber dari artikel jurnal nasional dan internasional bereputasi (> 80 %) dan
sumber lainnya (20%)
Ariyanto, Dwi Candra. 2013. “Analisis Daya Saing Sektor Unggulan Dalam Struktur
Perekonomian Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010.” : 5–42.
BPS. 2022. “PDRB Jawa Tengah Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta
Rupiah), 2010 - 2021.” BPS Provinsi Jawa Tengah.
https://jateng.bps.go.id/statictable/2017/11/06/1684/-seri-2010-pdrb-jawa-tengah-atas-
dasar-harga-berlaku-menurut-lapangan-usaha-juta-rupiah-2010---2021.html.
Central Bureau of Statistics. 2022. “PDRB Seri 2010 Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha (Juta Rupiah), 2019-2021.” : 1.
https://jemberkab.bps.go.id/indicator/52/30/1/pdrb-seri-2010-atas-dasar-harga-konstan-
menurut-lapangan-usaha.html.
Edon, Timothy Jason. 2019. “Identifikasi Sektor Unggulan Di Kota Salatiga Periode 2010-
2016.” Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora 8(2): 122.
Kurniawan, Andri, Wiedya Nurchasanah, and Bias Osean Ali. 2019. “Variasi Spasial Kontribusi
Dan Struktur Ekonomi Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2017.”
Media Komunikasi Geografi 20(2): 161.
PUSPASARI AYU NINGRUM. “ANALISIS POTENSI SEKTOR BASIS DAN NON BASIS
EKONOMI PADA PERUBAHAN STRUKTUR PEREKONOMIAN DI KOTA
SALATIGA TAHUN 2010-2015.”
Ratnawati, Tina, and Parino Rahardjo. 2020. “Konsep Dasar Dan Tujuan Pembangunan.” Modul
1: 1–35.
Wau, Marselino, Wati Leni, and Jhon Firman Fau. 2022. “Teori Pertumbuhan Ekonomi (Kajian
Konseptual Dan Empirik).” Eureka Media Aksara,: 1–73.
Widya Rani, Septi, and Yustirania Septiani. 2021. 2 Analysis of Regional Potensial in The City
of Salatiga.
WIJAKSONO, ADI SAPUTRO. 2012. “ANALISIS SEKTOR UNGGULAN KOTA
SALATIGA TAHUN 2009-2012.”

Anda mungkin juga menyukai