Disusun Oleh :
Kelompok 8
i
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Kelompok 8
ii
PERAN BUMDES DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DESA
(STUDI PADA PEMERINTAH DESA CISONTROL KECAMATAN RANCAH
KABUPATEN CIAMIS)
RINGKASAN
Kata Kunci: Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUMDes,
Peranan BUMDes, PADes, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya
Koperasi Desa. dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang
berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola
aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar besarnya
kesejahteraan masyarakat Desa.
Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui
bagaimana peran BUMDes dalam upaya meningkatkan
Pendapatan Asli Desa Cisontrol Kecamatan Rancah Kabupaten
Ciamis untuk periode tahun 2015-2020. Metode yang digunakan
dalam penelitian iniadalah analisis deskriptif, yaitu analisis yang
dilakukan untuk menilai karakterisitik dari sebuah data melalui
statistik deskriptif.
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa peranan Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) dalam peningkatan Pendapatan Asli
Desa adalah sebagai fasilitator melalui tabungan masyarakat.
1. PENDAHULUAN
Menurut Pasal 1 Angka (6) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Badan Usaha Milik
Desa, yang selanjutnya disebut BUMDes, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa
yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar besarnya
kesejahteraan masyarakat Desa. BUMDes didirikan antara lain dalam rangka peningkatan
Pendapatan Asli Desa. Berangkat dari cara pandang ini, jika pendapatan asli desa dapat diperoleh
dari BUMDes, maka kondisi itu akan mendorong setiap Pemerintah Desa memberikan “goodwill”
dalam merespon pendirian BUMDes. Sebagai salah satu lembaga ekonomi yang beroperasi
dipedesaan, BUMDes harus memiliki perbedaan dengan lembaga ekonomi pada umumnya. Ini
dimaksudkan agar keberadaan dan kinerja BUMDES mampu memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan warga desa.
Berdasarkan Permendes Nomor 4 tahun 2015 tentang pendirian, pengurusan dan
pengelolaan, dan pembubaran BUMDes, BUMDes memiliki tujuan untuk meningkatkan
perekonomian desa, mengoptimalkan aset desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan desa,
meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi desa, mengembangkan
rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan pihak ketiga menciptakan peluang dan
jaringan pasar yang mendukung kebutuhan layanan umum warga, membuka lapangan kerja,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan dan
pemerataan ekonomi desa serta meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan pendapatan asli
desa.
Menurut Seyadi (2003), indikator peranan BUMDes terhadap peningkatan perekonomian
desa terdiri dari:
a. Pembangunan dan pengembangan potensi dan kemampuan ekonomi masyarakat desa pada
umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial.
b. Berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.
c. Memperkokoh perekonomian masyarakat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian
nasional dengan BUMDesa sebagai pondasinya.
d. Berusaha mewujudkan dan mengembangkan perekonomian masyarakat desa.
e. Membantu para masyarakat untuk meningkatkan penghasilan sehingga dapat meningkatkan
pendapatan dan kemakmuran masyarakat. (seyadi.2003:16)
Dalam menjalankan perannya, BUMDes dilindungi oleh beberapa paying hukum,
diantaranya Pasal 87 sampai Pasal 90 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pasal
132 sampai Pasal 142 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Desa, Peraturan
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2015 Tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah
Desa Pasal 88 dan Pasal 89 serta Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang pendirian, pengurusan dan
pengelolaan, dan pembubaran Badan Usaha Milik Desa
Peranan BUMDes tentunya sangat besar dalam aktivitas keuangan yang ada di desa, salah
satunya di Desa Cisontrol Kecamatan Rancah. Pengelolaan BUMDes yang saat ini sepenuhnya
merupakan kewenangan pemerintah desa, membuat pemerintah desa memegang peran penting.
Bagaimana pemerintah desa mampu secara optimal menyerap sumber dana untuk kemudian
dialokasikan secara efektif dan efisien sehingga tujuan diadakannya BUMDes yang salah satunya
meningkatkan ekonomi desa dengan sifat idealnya meningkatkan Pendapatan Asli Desa dapat
terwujud merupakan tantangan yang sangat besar. Tentu saja demi menjawab tantangan tersebut
perlu dikaji langkah strategis apa yang harus diambil.
Desa Cisontrol ditetapkan sebagai Desa Percontohan dalam pengelolaan BUMDes. Hal ini
tidak lain karena adanya dukungan dan komitmen yang kuat dari pemerintah Kecamatan.
Pemebentukan BUMDes di Desa Cisontrol diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa. Setelah adanya BUMDes di Desa Cisontrol memberikan pengaruh terhadap
Pendapatan Asli Desa. Namun pada kenyataannya kontribusi bagi hasil BUMDes terhadap
Pendapatan Asli Desa masih terbilang rendah. BUMDes sebagai lembaga ekonomi lokal
2
diharapkan mampu meningkatkan Pendapatan Asli Desa(PADes). Namun yang terjadi dilapangan
BUMDes, tidak sepenuhnya meningkatkan Pendapatan Asli Desa. Di Kecamatan Rancah
khusunya di Desa Cisontrol, BUMDes tidak memberikan kontribusi yang besar untuk Pendapatan
Asli Desa namun tetap dijadikan sebagai Desa Percontohan dalam pengelolaan BUMDes.
Untuk mengetahui seberapa besar peranan BUMDes dalam peningkatan Pendapatan Asli
Desa demi tercapainya peningkatan ekonomi desa, penulis bermaksud melaksanakan penelitian
dengan judul Peran BUMDes dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Asli Desa (Studi pada
Desa Cisontrol Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis).
2. PUSTAKA
2.1 Konsep Badan Usaha
Menurut A Ridwan Halim (Sri Kusuma Dewi,2014) bahwa badan usaha merupakan
perwujudan atau pengejawantahan organisasi perusahaan, yang memberikan bentuk cara kerja,
wadah kerja dan bentuk/besar kecilnya tanggung jawab pengurus/para anggotanya. Badan
usaha menghaasilkan laba yang didapat dari hasil pemasaran barang & jasa yang dihasailkan
oleh perusahaannya. Badan Usaha berwujud abstrak karena pada hakikatnya merupakan
organisasi dari suatu perusahaan, yang dapat diketahui umum untuk dibedakan hanyalah
bentuknya yang tertulis di depan namanya, misalnya: Firma, CV, PT, dan sebagainya,
sedangkan yang terlihat secara konkret dari suatu badan usaha itu sebenarnya adalah
perusahaannya.
Pada dasarnya bila ditinjau dari sudut status yuridisnya, maka badan usaha itu dapat
dibedakan atas badan usaha yang termasuk badan hukum dan badan usaha yang bukan badan
hukum. Menurut E. Utrecht (Sri Kusuma Dewi, 2014) , badan hukum merupakan badan yang
menurut hukum berkuasa atau berwenang menjadi pendukung hak, selanjutnya dijelaskan,
bahwa badan hukum ialah setiap pendukung hak yangtidak berjiwa, atau lebih tepat yangbukan
manusia. Bentuk-bentuk badan usaha yang berbadan hukum terdiri dari Perseroan Terbatas
(diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang PerseroanTerbatas), Koperasi
(diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992tentang Perkoperasian) , Badan Usaha
Milik Negara (diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha
Milik Negara) dan Yayasan (diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan).
3
2.1.1. Badan Usaha Milik Desa
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha desa yang dikelola oleh
masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan dibentuk
berdasarkan kebutuhan dan potensi desa (Tomisa, 2020).
Menurut Permendes-PDTT Nomor 4 Tahun 2015, Badan Usaha Milik Desa merupakan
badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa
pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa. Dalam
Pasal 25 peeraturan tersebut memuat strategi pengelolaan BUMDes yang bersifat bertahap
dengan mempertimbangkan perkembangan dari inovasi yang dilakukan oleh BUMDes. Strategi
tersebut dilakukan berdasarkan pilihanjenis usaha yang dipilih. BUMDES dapat menalankan
bisnis dengan berbagai klasifikasi jenis usaha diantaranya adalah (Putri Senjani, 2019) :
1) Bisnis sosial sederhana yang memberikan pelayanan umum (serving) kepada masyarakat
dengan memperoleh keuntungan finansial. Unit usaha yang dapat diterapkan oleh BUMDes
meliputi air minum, usaha listrik, lumbung pangan dan sumber daya local dan teknologi
tepat guna lainnya.
2) Bisnis penyewaan (renting) barang untuk melayani kebutuhan masyarakat Desa dan di
tujukan memperoleh Pendapatan Asli Desa.
3) Bisnis usaha perantara (brokering) yang memberikan jasa pelayanan kepada warga seperti
jasa pembayaran listrik.
4) Bisnis yang berproduksi dan/atau berdagang (trading) barang-barang tertentu untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat maupun dipasarkan pada skala pasar yang lebih luas.
5) Bisnis Keungan (financial business) yang memenuhi kebutuhan usaha-usaha skala mikro
yang dijalankan oleh pelaku usaha ekonomi Desa.
6) Usaha bersama (holding) sebagai induk dari unit-unit usaha yang dikembangkan masyarakat
Desa baik dalam skala lokal Desa maupun kawasan perdesaan.
BUMDes menurut Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah didirikan antara lain dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Desa(PADesa). Di
dalam perasyarat pelaksanaan BUMDes secara eksplisit telah disebutkan peranan dari BUMDes
yaitu sebagai bisnis ekonomi dan bisnis sosial. Peranan secara ekonomi tentu saja
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui usaha-usaha yang dikelola oleh BUMDes
serta kontribusinya terhadap kas desa atau PADes. Sedangkan peranan secara sosial dapat
terlihat dari bagaimana nantinya keberadaan BUMDes mampu memberdayakan masyarakat,
4
meningkatkan interaksi dan solidaritas yang telah terbina selama ini melalui kegiatan BUMDes
yang dikelola secara kolektif (Tomisa, 2020).
Peranan BUMDes ini juga tercantum di dalam UU Desa bahwa hasil dari BUMDes
dimanfaatkan selain untuk pengembangan usaha juga dimanfaatkan untuk pembangunan desa,
pemberdayaan masyarakat desa, dan pemberian bantuan untuk masyarakat miskin melalui
hibah, bantuan sosial, dan kegiatan dana bergulir yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa (Prasetyo dalam Tomisa,2020).
Disyaratkan dalam pasal 78 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005
tentang Desa, bahwa Bentuk Badan Usaha Milik Desa harus berbadan hukum. Maka bentuk
badan hukum yang tepat dalam mendirikan BUMDes meliputi Perusahaan Umum Desa
(Perumdes), atau Perseroan Terbatas atau Perseroan Desa. (Sri Kusuma Dewi,2014)
2.1.2. Koperasi
Moh. Hatta yang diberi gelar sebagai Bapak Koperasi Indonesia memberikan definisi
Koperasi lebih sederhana namun jelas, padat dan di dlamnya terkandung suatuVisi dan Misi.
Beliau mengatakan koperasi dalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan
ekonomi berdasarkantolong menolong. Semangat tolong menolong tersebut di dorong oleh
keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan seorang buat semia dan semiua buat
seorang (Juliana Lumbantobing, 2002 : 4).
2.1.3. Pendapatan Asli Desa (PADes)
Secara umum Desa adalah pembagian wilayah administratif di bawah kecamatan yang
dipimpin oleh seorang kepala desa. Sedangkan menurut beberapa ahli, Bintarto berpendapat
bahwa desa merupaakan perwujudanatau persatuan geografi, sosial, ekonomi politik serta
kultur yang terdapat di suatu daerah dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik
dengandaerah lain, sedangkan menurut Sutardjo Kartohadikusumo Pengertian Desa adalah
suatu kesatuan hukum dan didalamnya bertenpat tinggal sekelompok masyarakat yang berkuasa
mengadakan pemerintahan sedniri (Tomisa, 2020).
Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 bahwa desa yang merupakan kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintah, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan hal tradisional yang diakui dan di hormati dalam system
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia .
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, undang-undang ini juga mengatur
tentang pemerintahan desa, kemudian Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 72 Tahun 2005
5
membuat ketentuan khusus untuk desa sebagai salah satu aturan pelaksanaan dari Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2004. Kemudian, dalam Permendagri No. 39 tahun 2010, isi badan
usaha desa dan kecamatan menyebutkan: “Pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah desa dan badan musyawarah desa, dan tujuannya untuk
mengurus dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan adat istiadat dan
leluhur setempat. Adanya adat istiadat setempat diakui dan dihormati secara lokal Sistem
pemerintahan Republik Indonesia Pemerintah desa atau pemerintah desa mengacu pada
pemerintah desa sebagai kepala desa dan perangkat desa (Ramadana et al., 2013).
Pendapatan adalah sejumlah uang yang diterima oleh suatu masyarakat dalam jangka
waktu tertentu sebagai imbalan atas kontribusi faktor-faktor produksi untuk ikut serta dalam
produksi nasional. Pendapatan desa adalah semua pendapatan yang diperoleh melalui rekening
desa yang merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran dan tidak perlu dikembalikan
oleh desa (Kemendagri RI 2014). Menurut Reksoprayitno, pendapatan mengacu pada uang
yang diperoleh individu dan perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa, bunga, dan keuntungan,
termasuk berbagai manfaat seperti pengobatan dan pensiun.
Menurut Gustina (2003) pendapatan dibedakan menjadi dua bagian yaitu pendapatan
usahatani dan pendapatan keluarga. Pendapatan adalah pengurangan pendapatan biaya total.
Pendapatan keluarga merupakan pendapatan yang diperoleh dari kegiatan pertanian ditambah
pendapatan dari kegiatan selain pertanian. Pendapatan pertanian adalah selisih antara total
pendapatan (output) dan biaya produksi (input), dihitung secara bulanan, tahunan, dan musim
tanam. Karena kegiatan selain pertanian, seperti perdagangan, ojek, dll. (Tomisa, 2020)
3. METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, yaitu analisis
yang mengevaluasi karakteristik data melalui statistik deskriptif. Adapun teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.1.1. Wawancara
Wawancara yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara tidak
terstruktur, atau wawancara mendalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif dan
wawancara terbuka (Opended interview), wawancara etnografi. Wawancara merupakan suatu
bentuk komunikasi antara dua orang yang melibatkan seseorang yang ingin mendapatkan
informasi dari seseorang dengan cara mengajukan pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.
6
Wawancara ini dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi yang tidak dapat
diperoleh melalui observasi. Melalui wawancara, peneliti dapat memperoleh informasi
mendalam tentang peran BUMDes dalam meningkatkan pendapatan asli Desa Cisontrol di
Kecamatan Rancah.
Pihak-pihak yang menjadi narasumber antara lain: Penanggung Jawab Desa Cisontrol,
Pelaksana Bisnis BUMDes, dan Penanggung Jawab Terkait Fokus Penelitian. Data yang
diperoleh dari hasil wawancara digunakan sebagai data asli, yaitu data yang diperoleh dari
orang dalam melalui wawancara langsung yang dilakukan oleh peneliti di lokasi penelitian.
3.1.2 Observasi
Artinya, serangkaian perilaku dan kondisi yang terkait dengan organisasi dipilih,
dimodifikasi, dicatat, dan diberi kode sesuai dengan tujuan pengalaman. Pengamatan berguna
untuk mendeskripsikan dan merinci gejala yang terjadi. Observasi bertujuan untuk
mengumpulkan data melalui peninjauan langsung terhadap peran BUMDes dalam
meningkatkan pendapatan asli Desa Cisontrol di Kecamatan Rancah.
3.1.3. Dokumentasi
Artinya, dengan mencatat semua kegiatan di instansi terkait untuk menggali informasi
atau pengetahuan yang berkaitan dengan penelitian, seperti profil BUMDes dan Desa, Laaporan
Keungan BUMDes Cisontrol dan Laporan Sumber Pendapatan Asli Desa (PADes).
3.1.1. Kepustakaan
Artinya, mencari atau mengekstrak informasi atau pengetahuan yang berkaitan dengan
penelitian melalui sumber-sumber ilmiah seperti buku dan jurnal.
7
ditugaskan untuk membantu pelaksanaan pemerintahan desa gabungan, Benteng dan pusat
pemerintahan di sini adalah Puncak Lengkong Agung yang terletak di atas bukit yang
dikelilingi sungai memanjang dari timur ke utara dan barat ke selatan. .
Bukit kubu pertahanan/pusat pemerintahan kedua Desa yang digabung itu menjorok ke
sebelah Utara mengahadap Rawa Mandala, sehingga bentuknya seperti moncong binatang buas
yang akan menerkam mangsanya, yang dalam bahasa sunda disebut NYONTROL (kata asalnya
SONTROL ). Kata asal tersebut kemudian dilengkapi dengan CI didepannya ( CI artinya
sungai) sehingga menjadi Cisontrol. Cisontrol juga mengandung arti suatu tempat yang terletak
di tepi sungai dan sungai itu sendiripun dinamai sungai Cisontrol.
Luas wilayah Desa Cisontrol adalah 10.289 Km2 atau 1.028,93 hektar. Terdiri dari
748,83 hektar lahan dan 210,98 hektar sawah / lahan basah yang sebagian besar digunakan
untuk kegiatan pertanian. Secara administratif wilayah tersebut terbagi menjadi 6 desa kecil,
yaitu:
3) Dusun Kertajaga
4) Duchamp Jettak
5) Dusun Cooper
8
6) Dusun Sindangjaya
2) Misi
a) Membentuk lingkungan social yang islami.
b) Mengembangkan potensi desa dalam bentuk komoditas unggulan.
c) Mewujudkan profesionalitas sumber daya manusia.
d) Perlindungan rehabilitasi dan pengembangan infrastruktur yang berkesinambungan.
e) Fasilitasi daam sosialisasi dan edukasi yang aspiratif.
f) Penyelesaian konflik dengan dinamika demokratisasi.
g) Sebagai agen perubahan IPTEK.
4.1.5. Strategi
9
a) Pemberdayaan pondok pesantren, madrasah diniyah dan Majelis Ta’lim.
b) Pemberdayan POKTAN, POKMAS dan pemdua.
c) Peningkatan produktivitas RT, RW, Kadus dan pemerintahan desa.
d) Melestarikan tradisi gotong royong dalam mencapai mufakat.
e) Tanggap terhadap perubahan dan perkembangan IPTEK.
Pada tahun 2012, BUMDes Cisontrol resmi berdiri, dan pembuat piringnya sama dengan
pembuat piring di koperasi Lingkung Agung Karang Taruna. Karena Koperasi Cisontrol
BUMDes dan Koperasi Lingkung Agung Karang Taruna memiliki arah yang sama, maka
Koperasi Lingkung Agung Karang Taruna dijadikan sebagai unit BUMDes Cisontrol. Inilah
salah satu alasan mengapa formatter cisontrol BUMDes sama dengan Lingkung Agung Karang
Taruna.
10
4.2.2. Struktur Organisasi BUMDes
Selain karena rumitnya mekanisme yang dibutuhkan, Cisontrol BUMDes juga dapat
membantu masyarakat yang kesulitan memperoleh kredit bank. BUMDes Cisontrol juga
membantu masyarakat untuk tidak mengajukan kredit kepada pemberi pinjaman yang justru
mendapatkan banyak manfaat dari masyarakat. Artinya dengan menggunakan BUMDes
Cisontrol dalam bentuk Tabungan Masyarakat (TAMAS), masyarakat Desa Cisontrol dapat
dengan mudah mendapatkan kredit. Dalam hal ini BUMDes berperan sebagai fasilitator.
11
4.2.4. Sumber-sumber Modal BUMDes Modal Cisontrol
Sumber modal awal BUMDes Cisontrol terdiri atas :
1) UEDSP (Usaha Ekonomi Dana Simpan Pinjam)
Menurut ketentuan Pasal 1 ayat 1 Menteri Dalam Negeri. 6/1998 tentang Ekonomi
Usaha Simpan Pinjam Desa (UED-SP) adalah lembaga yang bergerak di bidang simpan
pinjam milik masyarakat desa / kelurahan yang dikelola dan dikelola oleh masyarakat desa /
kelurahan setempat.
2) Raksadesa
Raksa Desa merupakan proyek yang digagas Bupati Bandung untuk mensejahterakan
dan memperkuat masyarakat.
4) Dana Desa
Dana desa adalah dana yang dialokasikan kepada desa dalam APBN. Dana tersebut
disalurkan melalui “anggaran pendapatan dan belanja daerah” daerah / kota untuk mendanai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan, pembangunan, pengembangan masyarakat,
dan pemberdayaan masyarakat.
12
No
Prosentase Dana Pembagian Hasil Usaha (PHU)
.
1. 30 % Biaya Operasional
2. 30 % Honorium Pelaksana Operasional
3. 20 % Pendapatan Asli Desa (PADes)
4. 10 % Penguatan Modal
5. 10 % Komisaris
13
PERKEMBANGAN PENDAPATAN ASLI DESA DARI BAGI HASIL BUMDES
PERIODE TAHUN 2015-2019
14,000,000.00
12,250,000.00
12,000,000.00
10,000,000.00 9,500,000.00
8,000,000.00 7,500,000.00
6,000,000.00
4,000,000.00
3,100,657.00
2,000,000.00
0.00 0.00
2015 2016 2017 2018 2019
Berdasarkan grafik Statistik Perkembangan Pendapatan Asli Desa Dari Bagi Hasil
Bumdes Periode Tahun 2015-2019 Cisontrol di atas, terlihat bahwa BUMDes Cisontrol telah
memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Desa Cisontrol . Pada tahun 2015, BUMDes
Cisontrol mendonasikan dana sebesar Rp 12.250.000 untuk PADes Cisontrol, pada tahun 2016
sebesar Rp 3.100.657, pada 2018 sebesar Rp 9.500.000, dan di 2019 mencapai Rp 7.500.000.
5.2 PADes
PERKEMBANGAN
PERKEMBANGAN PENDAPATAN ASLI DESA PERIODE TAHUN 2015-
2019 PENDAPATAN ASLI DESA PERIODE TAHUN 2015-2019
40,000,000
Perkembangan Pendapatan
35,000,000 Tahun
Pendapatan Pertumbuhan (%)
30,000,000 2015 21,250,000
25,000,000 2016 14,600,657 -31%
20,000,000 2017 18,500,000 27%
15,000,000
2018 32,500,000 76%
2019 36,500,000 12%
10,000,000
Rata Rata 24,670,131
5,000,000
0
2015 2016 2017 2018 2019
14
Berdasarkan data diatas mengenai Perkembangan Pendapatan Asli Desa Periode Tahun
2015-2019. Pada tahun 2015 PADes Cisontrol mendapatkan pendapatan sebesar Rp 21.250.000.
Pada tahun 2016 mendapatkan pendapatan sebesar Rp 14.600.657. Pada tahun 2017, mendapatkan
pendapatan menunjukkan bahwa PADes Cisontrol telah mengalami kenaikan dan penurunan. Pada
sebesar Rp 18.500.000. Pada tahun 2018 mendapatkan pendapatan sebesar Rp 32.500.000, dan
pada tahun 2019 mendapatkan pendapatan sebesar Rp 36.500.000.
Berdasarkan data diatas mengenai Perkembangan Pendapatan Asli Desa Periode Tahun
2015-2019 menunjukkan bahwa PADes Cisontrol telah mengalami kenaikan dan penurunan.
Alasan mengapa Pada Tahun 2016 mengalami penurunan yang signifikan daripada tahun 2015
karena pada tahun 2015 BUMDes mendapatkan dana tambahan dari dana peradaban.
Tentu saja ini sebagai bukti konkret bahwa tujuan didirikannya BUMDes menurut
Permendes Nomor 4 tahun 2015 tentang pendirian, pengurusan dan pengelolaan, dan pembubaran
BUMDes adalah terpenuhi. Dengan didirikannya BUMDes PADes Cisontrol menjadi bertambah
15
dan penambahan PADes ini mengakibtakan alokasi Dana desa semakin optimal. PADes Cisontrol
yang salah satunya bersumber dari BUMDes ini dapat dialokasikan kepaada pembangunan
iinfrastruktur desa dan peningkatan aset desa sehingga kualitas pelayanan umum dapat optimal
demi tercapainya kesejahteraan masyarakat Desa Cisontrol.
16
1) BUMDes Cisontrol harus bisa meningkatkan lagi PADes pada tahun seterusnya dengan
menambah jenis usaha baru tidak terbatas pada tabungan masyarakat (TAMAS).
2) Harus bisa membuka lapangan pekerjaan secara langsung untuk masyarakat Desa Cisontrol
itu sendiri.
3) BUMDes Cisontrol diharapkan dapat melakukan pemberdayaan masyarakat Desa Cisontrol.
17
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Lumbantobing,, Juliana, dkk.2002. Ekonomi Koperasi. Medan : Universitas HKBP Mommensen,
2002.
Seyadi. 2003. Bumdes sebagai Alternatif Lembaga Keuangan Desa. Yogyakarta UPP STM YKPN.
Jurnal :
Putri Senjani, Yayu. 2019. Peran Sistem Manajemen pada BUMDes dalam Peningkatan PADes
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, II (1) :23-40.
Sri Kusuma Dewi, Amelia. 2014. Peranan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam Upaya
Meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PADes) serta Menumbuhkan Perekonomian Desa.
Journal of Rural and Development, V (1) : 3-12.
Tomisa, Muhammad Elsa, M. Syafitri.2020. Pengaruh Badan Usaha Milik Desa Terhadap
Pendapatan Asli Desa di Desa Sukajadi Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis.
Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita. IX (1) : 91-101.
Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keppres :
Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Lembaran Negara RI
Tahun 2014, No. 7. Sekretariat Negara. Jakarta.
18
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Perizinan
19
20
21
22
23
24
25
Lampiran 2. Laporan Keuangan
26
27
28
29
30
31
Lampiran 3. Dokumentasi
32
33
34
35