Anda di halaman 1dari 43

Panduan Teknis ISBN : 979-8304-41-1

PTT Cabai Merah No.1

Produksi Benih Cabai

Oleh :

Yenni Kusandriani dan Agus Muharam

BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN


PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
2005
Panduan Teknis ISBN : 979-8304-41-1
PTT Cabai Merah No.1, Tahun 2005

Produksi Benih Cabai


i - xi, 31 halaman, 16,5 cm x 21,6 cm, cetakan pertama pada tahun 2003,
cetakan kedua (revisi) pada tahun 2005. Penerbitan buku ini dibiayai oleh
APBN Tahun Anggaran 2005.

Oleh :
Yenni Kusandriani dan Agus Muharam

Dewan Redaksi :
Widjaja W.Hadisoeganda, Azis Azirin Asandhi, Ati Srie Duriat,
Nikardi Gunadi, Rofik Sinung Basuki, Eri Sofiari, dan R.M. Sinaga.

Redaksi Pelaksana :
Tonny K. Moekasan, Laksminiwati Prabaningrum,
dan Mira Yusandiningsih.

Tata Letak :
Tonny K. Moekasan

Kulit Muka :
Tonny K. Moekasan

Alamat Penerbit :
BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN
Jl. Tangkuban Parahu No. 517, Lembang - Bandung 40391
Telepon : 022 - 2786245; Fax. : 022 - 2786416
e.mail : ivegri@balitsa.or.id
website :www.balitsa.or.id.
Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

KATA PENGANTAR

Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman sayuran


yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Cabai dapat ditanam di
berbagai tempat dan musim, tergantung pada varietasnya.
Kegunaan cabai cukup banyak, dari kebutuhan sehari hari untuk
bumbu masak, dalam bentuk segar atau olahan, juga untuk bahan
industri dan farmasi. Oleh karena itu, komoditas ini banyak
diusahakan oleh petani kecil secara konvensional/tradisional
sampai pengusaha besar yang menggunakan sistem agribisnis.
Keberhasilan usaha tani cabai salah satunya ditentukan oleh
kualitas benih. Panduan teknis produksi benih inti dan benih
penjenis cabai disusun untuk digunakan sebagai acuan dalam
pelaksanaan produksi benih inti dan benih penjenis varietas
varietas unggul tanaman cabai, sehingga diperoleh benih cabai
berkualitas.
Kritik dan saran untuk perbaikan tulisan ini sangat
diharapkan. Mudah - mudahan tulisan ini bermanfaat bagi pihak
yang memerlukannya.

Lembang, Oktober 2005


Kepala Balai Penelitian
Tanaman Sayuran

Dr. Eri Sofiari


NIP. 080 036 778

Balai Penelitian Tanaman Sayuran v


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

Balai Penelitian Tanaman Sayuran vi


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................. v


DAFTAR ISI ............ vii
DAFTAR GAMBAR ...... x
DAFTAR TABEL . xi

I. PENDAHULUAN ......... 1

II. JENIS DAN KARAKTER CABAI .................................... 2


2.1. Jenis ...................................................................... 2
2.1.1. Capsicum annuum ................................... 2
2.1.2. Capsicum frutescens . ............................. 5
2.2. Sifat Tanaman Cabai ............................................. 6
2.2.1. Bibit/ semaian .......................................... 6
2.2.2. Vegetatif tanaman ................................... 7
2.2.3. Bunga ...................................................... 8
2.2.4. Buah ........................................................ 9
2.2.5. Biji ............................................................ 12

III. PRINSIP-PRINSIP PRODUKSI BENIH CABAI .............. 13


3.1. Mutu Genetik ......................................................... 13
3.1.1. Isolasi ...................................................... 13
3.1.2. Seleksi ..................................................... 14
3.2. Mutu Fisiologis ...................................................... 15

Balai Penelitian Tanaman Sayuran vii


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

3.3. Mutu Fisik .............................................................. 15


3.4. Mutu Kesehatan .................................................... 16

IV. KELAS-KELAS BENIH ................................................... 18


4.1. Benih Penjenis (Breeder Seed/ BS) ...................... 18
4.2. Benih Dasar (Foundation Seed/ FS) ..................... 18
4.3. Benih Pokok (Stock Seed/ SS) .............................. 19
4.4. Benih Sebar (Extention Seed/ ES) ........................ 19

V. TAHAPAN PRODUKSI BENIH ........................................ 20


5.1. Persyaratan Umum dalam Produksi Benih Cabai 20
5.2. Persemaian dan Penanaman Tanaman Sumber
Benih ..................................................................... 21
5.2.1. Persemaian ............................................. 21
5.2.2. Penanaman ............................................. 22

VI. PANEN DAN PENANGANAN BENIH ........................... 26


6.1. Panen .................................................................... 26
6.2. Prosesing Benih .................................................... 26
6.3. Gudang Penyimpanan Benih ................................ 27

DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 29

Balai Penelitian Tanaman Sayuran viii


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Cabai merah besar ................................................ 3


2. Cabai keriting ........................................................ 4
3. Cabai paprika ........................................................ 5
4. Cabai rawit ........................................................... 6
5. Tipe tumbuh tanaman cabai .................................. 7
6. Posisi tangkai bunga cabai .................................... 9
7. Sudut antara bunga dan tangkai bunga ................ 9
8. Bentuk buah cabai ................................................. 10
9. Bentuk pangkal buah ............................................. 11
10. Penampilan ujung buah cabai................................ 11
11. Penampilan penampang melintang buah cabai .... 12

Balai Penelitian Tanaman Sayuran ix


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Standar pengujian laboratorium benih cabai ......... 16

Balai Penelitian Tanaman Sayuran x


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

I. PENDAHULUAN

Cabai merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang


mempunyai nilai ekonomis cukup penting. Cabai merah banyak
ditanam oleh petani di Indonesia dari dataran rendah sampai
dataran tinggi (0 1.200 m d.p.l). Luas pertanaman komoditas
tersebut berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 1998 luas
areal pertanamannya, mencapai 161,603 ha, dan rata rata
produksi nasional 7,8 t/ ha (Dit Bina Tanaman Pangan dan
Hortikultura, 1999). Menurut Siswanto (1995) tanaman cabai
merah dapat ditanam di berbagai tipe lahan, yaitu lahan sawah
(basah), tegalan (kering), dan pinggir laut (pantai).
Pemanfaatan komoditas cabai sebagian besar adalah untuk
keperluan rumah tangga, yaitu dikonsumsi dalam bentuk segar,
kering, atau olahan. Kegunaan lainnya adalah sebagai bahan
baku industri untuk obat obatan dan peternakan. Kandungan
vitamin C pada buah cabai cukup tinggi.
Dalam beberapa tahun terakhir luas areal pertanaman cabai
merah menempati urutan pertama di antara komoditas sayuran
lainnya. Hal ini merupakan indikator bahwa cabai merah dapat
dikategorikan sebagai komoditas komersial dan potensial untuk
dikembangkan. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan
usaha tani cabai merah adalah ketersediaan benih bermutu tinggi.
Untuk mendapatkan benih tersebut, selain diperlukan benih
sumber dengan mutu genetik tinggi, perlu diperhatikan juga cara
budidaya tanaman yang optimal, pemeliharaan, panen, pasca
panen, dan penyimpanan benih yang baik.

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

II. JENIS DAN KARAKTER CABAI

2.1. Jenis
Genus Capsicum terdiri atas 30 spesies lima di antaranya
telah dibudidayakan, yaitu C. annuum, C. frutescens, C.
pubescence, C. baccatum, dan C. chinense (Greenleaf 1986 ;
Pickersgill 1989). Di antara lima spesies tersebut, yang paling
banyak diusahakan di Indonesia adalah C. annuum (cabai merah
besar dan keriting), kemudian diikuti oleh C. frutescens (cabai
rawit).

2.1.1. Capsicum annuum


Capsicum annuum, dikenal sebagai cabai merah, terdiri atas
cabai merah besar, cabai keriting, dan paprika (C. annuum var.
grossum)

a. Cabai besar
Bunga cabai berwarna putih dan pada setiap buku terdapat
satu kuntum bunga. Permukaan buah cabai rata dan halus,
dengan diameter sedang sampai besar dan kulit daging buah
tebal. Kadar kapsaisin buah cabai besar umumnya rendah. Buah
cabai besar umumnya dipanen setelah berwarna merah, tetapi
kadang kadang juga dipanen ketika buah masih berwarna hijau.
Cabai besar berumur genjah dan dapat tumbuh di berbagai
ketinggian, baik di lahan darat, lahan sawah maupun pantai.

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

Gambar 1. Cabai merah besar (Foto : Y. Kusandriani)

b. Cabai keriting
Bunga cabai keriting berwarna putih atau ungu. Buah muda
berwarna hijau atau ungu, permukaan buah bergelombang,
diameternya lebih kecil dibandingkan dengan diameter buah cabai

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 2


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

besar, sedangkan kulit daging buahnya lebih tipis. Umur panen


cabai keriting lebih dalam dan buahnya lebih tahan disimpan.
Cabai keriting dapat tumbuh di berbagai ketinggian, baik dilahan
darat, maupun lahan sawah.

Gambar 2. Cabai keriting (Foto : Y. Kusandriani)

c. Cabai paprika
Buah paprika yang muda memiliki warna yang bervariasi,
yaitu kuning, hijau muda, hijau, dan ungu. Buah berbentuk kotak
atau lonceng dengan diameter yang besar permukaannya rata.
Kulit daging buah tebal, dan rasanya manis (tidak pedas).
Biasanya buah dipanen saat masih muda, yaitu ketika masih

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 3


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

berwarna hijau atau kuning. Paprika cocok tumbuh di dataran


tinggi.

Gambar 3. Cabai paprika (Foto : Y. Kusandriani)

2.1.2. Capsicum frutescens (cabai rawit)


Buah cabai rawit yang masih muda berwarna putih, kuning,
atau hijau. Bunganya berwarna putih kehijauan. Pada umumnya,
dalam satu ruas terdapat satu kuntum bunga, tetapi kadang
kadang lebih dari satu. Tangkai bunga tegak saat anthesis, tetapi
bunganya merunduk, sedangkan tangkai daun pendek. Daging
buah umumnya lunak, dengan kapsaisin yang kadarnya tinggi,
sehingga rasa buah pedas.

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 4


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

Umumnya cabai rawit dipanen ketika buah masih muda,


berwarna hijau, putih, atau kuning. Umur panennya lebih panjang
daripada C annuum. Tanaman cabai rawit berumur tahunan dan
dapat tumbuh di berbagai ketinggian tempat dan berbagai tipe
tanah seperti tanah darat, tanah sawah, dan pantai.

Gambar 4. Cabai rawit (Foto : Y. Kusandriani)

2.2. Sifat Tanaman Cabai


Sifat sifat tanaman cabai yang penting diketahui untuk
membedakan antar varietas dalam menyeleksi tanaman meliputi
sifat vegetatif dan generatif, yang dijelaskan dalam uraian berikut
ini (IBPGR 1983 dan AVRDC 2002).

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 5


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

2.2.1. Bibit/ semaian


a. Warna hipokotil : 1 : hijau
2 : 25% hipokotil berwarna
ungu pada bagian
pangkal
3 : 50% hipokotil berwarna
ungu pada bagian
pangkal
4 : ungu

b. Warna daun : 3 : hijau terang


kotiledon
5 : hijau
7 : hijau tua

2.2.2. Vegetatif tanaman


a. Tipe tumbuh : 3 : menyebar
5 : kompak
7 : tegak

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 6


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

Gambar 5. Tipe tumbuh tanaman cabai (IBPGR 1983 dan AVRDC 2002)

b. Bulu pada daun : 0 : tidak berbulu


3 : berbulu panjang
5 : berbulu cukup panjang
7 : berbulu lebat

c. tinggi tanaman : 3 : pendek (< 50 cm)


5 : sedang (50-100 cm)
7 : tinggi (> 100cm)

d. Bentuk daun : 3 : lebar


5 : sedang
7 : runcing sempit

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 7


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

2.2.3. Bunga
a. Jumlah bunga per : 1 : satu buah per buku
buku 2 : dua buah per buku
3 : tiga buah per buku
4 : lebih dari 3 buah per
buku

b. Posisi tangkai bunga : 3 : merunduk


5 : sedang
7 : tegak

c. Sudut antara bunga : 3 : 00


dengan tangkai 5 : 450
bunga 7 : 900
9 : > 900

Gambar 6. Posisi tangkai bunga cabai (IBPGR 1983 dan AVRDC 2002)

d. Umur berbunga : : __________ hst


(ketika 50% tanaman
sudah berbunga)

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 8


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

Gambar 7. Sudut antara bunga dan tangkai bunga (IBPGR 1983 dan
AVRDC 2002)

2.2.4. Buah
a. Warna buah muda : 1 : hijau
2 : kuning
3 : orange
4 : merah
5 : ungu
6 : coklat
7 : hitam
b. Warna buah matang : 1 : hijau
2 : kuning
3 : orange
4 : merah oranye
5 : merah ungu
6 : coklat hitam
7 : coklat
8 : hitam
c. Bentuk buah : 1 : memanjang

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 9


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

2 : lonjong
3 : bulat
4 : kerucut
5 : tidak beraturan
6 : kotak lonceng

Gambar 8. Bentuk buah cabai (IBPGR 1983 dan AVRDC 2002)


d. Pangkal buah : 1 : pundak meruncing
3 : tidak berpundak
5 : pundak rata
7 : pundak agak berlekuk
9 : pundak berlekuk

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 10


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

Gambar 9. Bentuk pangkal buah (IBPGR 1983 dan AVRDC 2002)

e. Bentuk ujung buah : 3 : runcing


5 : tumpul
7 : berlekuk
9 : bergelombang

Gambar 10. Penampilan ujung buah cabai (IBPGR 1983 dan AVRDC 2002)
f. Penampang melintang : 0 : rata
buah 3 : agak bergelombang
5 : bergelombang
7 : sangat bergelombang

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 11


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 12


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

Gambar 11. Penampilan penampang melintang buah cabai


(IBPGR 1983 dan AVRDC 2002)

2.2.5. Biji
a. Warna biji : 1 : kuning
2 : coklat/ hitam
3 : warna lain

b. Berat 1.000 biji (g) : : _______________

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 13


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

III. PRINSIP PRINSIP PRODUKSI BENIH CABAI

Salah satu penentu keberhasilan dalam budidaya tanaman


adalah faktor benih. Penggunaan benih bermutu dapat mengu-
rangi resiko kegagalan budidaya tanaman. Secara umum kompo-
nen mutu benih dibedakan menjadi empat komponen yaitu mutu
genetik, mutu fisiologis, mutu fisik, dan mutu kesehatan.

3.1. Mutu Genetik


Tanaman cabai diklasifikasikan sebagai tanaman menyerbuk
sendiri, tetapi morfologi bunganya tidak mendukung untuk
terjadinya penyerbukan sendiri 100%. Hal ini disebabkan tepung
sarinya ringan dan stigmanya terbuka, sehingga serangga atau
angin dapat menyebabkan terjadinya persilangan antar tanaman.
Derajat persilangan pada cabai cukup tinggi, yaitu mencapai 70%
(Odland dan Portir 1941 cit. Greenleaf 1986). Untuk menghindari
terjadinya persilangan antar varietas di lapangan perlu perlakuan
khusus (isolasi). Selain itu juga perlu dilakukan penyeleksian.

3.1.1. Isolasi
Beberapa bentuk isolasi untuk pertanaman benih cabai
adalah isolasi jarak, waktu tanam, tempat, dan perantara.
a. Isolasi jarak. Lahan pertanaman cabai untuk benih penjenis
harus mempunyai jarak antar varietas + 500 m (Howthorn dan
Pollard 1954). Untuk kelas benih di bawah benih penjenis,
jarak penanaman antar varietas dapat lebih pendek yaitu + 200
meter.

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 14


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

b. Isolasi waktu tanam. Jika dua atau lebih varietas yang berbeda
ditanam dalam petak yang berdampingan, maka waktu tanam
diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunga tidak
bersamaan, minimal dengan selisih 75 hari. Dengan demikian
diharapkan tidak terjadi persilangan bebas di lapangan.
c. Isolasi tempat. Setiap varietas ditanam tersendiri di dalam
ruangan ruangan khusus.
d. Perantara. Tanaman seperti jagung, sorgum, rumput tinggi atau
tebu juga efektif untuk mengisolasi pertanaman cabai yang
ditujukan untuk produksi benih (Poulos 1993).

3.1.2. Seleksi
Untuk memperoleh kemurnian benih dilakukan
penyeleksian terhadap tanaman sumber benih, baik pada fase
vegetatif maupun pada fase generatif. Pertanaman cabai di
lapangan sebaiknya diseleksi dan dibersihkan dari tanaman yang
pertumbuhannya menyimpang. Kegiatan seleksi minimal dilakukan
2 atau 3 kali selama pertanaman (Poulos 1993). Seleksi tanaman
dilakukan ketika tanaman masih berada di persemaian maupun
ketika sudah berada di lapangan.
a. Persemaian harus dibersihkan dari rerumputan dan diadakan
seleksi dengan membuang semaian yang sakit, tipe simpang
dan varietas lain. Seleksi dilakukan dengan mengamati warna
hipokotil.
b. Pembersihan dan seleksi untuk membuang tipe simpang harus
pula dilakukan setelah pertanaman dipindahkan ke lapangan.
1) Pada fase pertumbuhan vegetatif (30 40 hari setelah
tanam) dilakukan pengamatan terhadap sifat tipe
percabangan, tingggi tanaman, dan bentuk daun.

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 15


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

2) Pada fase berbunga, (45 60 hari setelah tanam),


dilakukan pengamatan terhadap warna bunga, kedudukan
bunga, jumlah bunga per ruas, dan umur berbunga.
3) Pada fase berbuah (70 90 hari setelah tanam), dilakukan
pengamatan terhadap warna buah muda dan warna buah
matang, kedudukan buah, sifat pembuahan (tunggal atau
majemuk), dan bentuk buah.

Untuk mendapatkan benih dengan tingkat kemurnian dan


mutu yang tinggi, maka seleksi juga dilakukan terhadap tanaman
dengan kriteria tanaman sumber benih harus benar sehat,
berbuah lebat, serta bebas hama, dan penyakit. Untuk menjaga
mutu benih, maka setelah panen dilakukan juga seleksi dengan
membuang buah yang bentuknya tidak normal, berukuran kecil,
dan buah yang sakit atau busuk karena serangan hama atau
penyakit.

3.2. Mutu Fisiologis


Mutu fisiologi berkaitan dengan waktu panen benih. Panen
yang dilakukan sebelum buah mengalami masak fisiologis akan
menghasilkan benih yang kurang bermutu. Dengan demikian
waktu panen buah yang tepat sangat berpengaruh untuk
memperoleh mutu benih awal yang tinggi dan umur simpan benih
yang lebih panjang.

3.3. Mutu Fisik


Secara fisik, benih bermutu adalah benih yang tampak bersih
dan bebas dari kotoran (kulit buah yang menempel di kulit, biji
bijian lain, kerikil, dll), tidak tercampur dengan benih varietas lain,
tidak rusak, sehat, bernas, tidak keriput, dan berukuran normal.

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 16


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

3.4. Mutu Kesehatan


Mutu kesehatan benih sangat berhubungan dengan ada
tidaknya serangan penyakit pada benih dan apakah ada penyakit
yang terbawa oleh benih (penyakit tular benih).
Dalam memproduksi benih ada standar mutu yang diacu pada
setiap kelas benih. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian
laboratorium untuk menunjang hasil pemeriksaan di lapangan,
agar mutu benih benar benar dapat dicapai dan dipertahankan.
Beberapa kriteria yang diperhatikan dalam pengujian benih cabai
di laboratorium disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Standar pengujian laboratorium benih cabai

Kadar Benih Kotoran Daya Antrak- Virus


Kelas benih air murni benih tumbuh nose TMV &
(Max)% (Min)% (Maks)% (Min) (Maks) AMV
% (Maks)
%

Benih penjenis 7 99 1.0 90 0.05 0.05


Benih dasar * 10.0* 98.0 2.0 85 0.1 0.1
Benih pokok * 10.0* 98.0 2.0 85 0.1 0.1
Benih sebar * 10.0* 97.0 2.0 80 0.1 0.1

Sumber : BPSBTPH, Jabar (2003)

Dari standar pengujian laboratorium tersebut dapat dikatakan


bahwa benih bermutu tinggi adalah benih yang mempunyai daya
kecambah lebih dari 80% dan kadar air 7 10 %. Mutu benih perlu
dijaga untuk memaksimumkan daya tumbuh (vigor) awal dan
daya tumbuh maksimum benih tersebut selama penyimpanan
sampai benih siap untuk ditanam.

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 17


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

Selain kualitas benih, faktor lain yang harus diperhatikan


dalam usaha produksi benih adalah cara pembudidayaan tanaman
induk, seperti pemupukan, pemeliharaan, pencegahan serangan
hama dan penyakit yang tepat, serta pembersihan gulma secara
intensif untuk mencegah kompetisi dan tercampurnya benih yang
diusahakan dengan benih tanaman lain.

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 18


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

IV. KELAS-KELAS BENIH

Sistem perbanyakan benih dilakukan secara berjenjang


dengan selalu mempertahankan identitas dan kualitas benih yang
dihasilkan oleh pemulia tanaman. Benih dari produksi ini kemudian
dikelompokkan ke dalam kelas kelas sesuai dengan tahapan
generasi perbanyakan dan tingkat standar mutunya, melalui suatu
prosedur yang diatur dalam aturan sertifikasi benih. Ada empat
kelas benih, yaitu benih penjenis, benih dasar, benih pokok, dan
benih sebar.

4.1. Benih Penjenis (Breeder Seed/ BS)


Benih penjenis diproduksi dan diawasi oleh pemulia tanaman
atau instansi yang menanganinya (Lembaga Penelitian atau
Perguruan Tinggi). Benih ini digunakan sebagai sumber untuk
perbanyakan benih dasar. Khusus untuk benih penjenis tidak
dilakukan sertifikasi, tetapi diberikan label yang berwarna putih.

4.2. Benih Dasar (Foundation Seed/ FS)


Benih dasar merupakan turunan pertama dari benih penjenis.
Benih ini diproduksi dan diawasi secara ketat oleh pemulia
tanaman, sehingga kemurniannya dapat dipertahankan. Benih
dasar diproduksi oleh Balai Benih (terutama Balai Benih Induk).
Proses produksinya diawasi dan disertifikasi oleh Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB). Benih dasar diberi
label sertifikasi yang berwarna putih.

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 19


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

4.3. Benih Pokok (Stock Seed/ SS)


Benih pokok merupakan turunan pertama dari benih dasar
atau turunan kedua dari benih penjenis. Produksi benih pokok
tetap mempertahankan identitas dan kemurnian varietas serta
memenuhi standar peraturan perbenihan maupun sertifikasi oleh
BPSB. Benih pokok diproduksi oleh Balai Benih atau pihak swasta
yang telah terdaftar dan diberi label sertifikasi yang berwarna
ungu.

4.4. Benih Sebar (Extension Seed/ ES)


Benih sebar merupakan turunan pertama dari benih pokok.
Produksinya tetap dengan mempertahankan identitas dan
kemurnian varietas serta memenuhi standar peraturan perbenihan
maupun sertifikasi oleh BPSB. Benih pokok dan benih sebar
umumnya diperbanyak oleh Balai Benih atau penangkar benih
dengan mendapatkan bimbingan pengawasan dari BPSB. Benih
sebar diberi label sertifikasi yang berwarna biru.

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 20


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

V. TAHAPAN PRODUKSI BENIH

5.1. Persyaratan Umum dalam Produksi Benih Cabai


Selain memenuhi syarat syarat budidaya yang optimum,
persyaratan umum lain dalam memproduksi benih adalah sebagai
berikut :
- Sumber benih harus benar. Benih merupakan salah satu factor
penentu kesuksesan dalam budi daya tanaman. Dengan
demikian untuk memperoleh hasil yang maksimal serta sesuai
dengan yang diinginkan dalam budi daya harus menggunakan
sumber benih yang benar dan berkualitas.
- Benih ditanam pada lahan yang bersih, bebas dari gulma atau
tanaman lain. Areal pertanaman yang akan dipergunakan untuk
lahan penanaman cabai harus bersih, bebas dari gulma atau
sisa tanaman. Hal ini untuk menghindari adanya kompetisi
terutama untuk unsur air dan unsur hara serta untuk mencegah
kemungkinan timbulnya penyakit.
- Benih ditanam pada lahan yang sebelumnya tidak ditanami
tanaman keluarga / famili terung - terungan. Areal pertanaman
yang akan digunakan bukan bekas tanaman cabai atau
tanaman yang termasuk famili Solanaceae. Jika tanaman
sebelumnya adalah yang termasuk famili Solanaceae seperti
kelompok cabai, tomat, terung atau kentang, maka sebaiknya
tanah harus diberakan sekurang kurangnya selama 3 bulan.
- Isolasi pertanaman yang cukup baik untuk mencegah terjadinya
penyerbukan silang dengan varietas lain (lihat butir 3.1.1.).
- Pencegahan kemungkinan tercampurnya benih dengan benih
varietas lain pada saat panen dan prosesing benih Apabila

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 21


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

waktu tanam beberapa varietas terjadi pada waktu yang


bersamaan, maka harus diperhatikan jangan sampai buah
cabai dari varietas yang berbeda tercampur. Demikian pula
dalam prosesing benih, perlu memperhatikan kebersihan alat
yang dipergunakan.
- Benih diberi label yang benar dan jelas menurut nama varietas,
atau dengan keterangan lain, seperti daya kecambah dan kadar
air benih. Pelabelan dilakukan sejak di persemaian, tanam,
prosesing, sampai penyimpanan benih.

5.2. Persemaian dan Penanaman Tanaman Sumber Benih


5.2.1. Persemaian
Benih dari sumber yang benar disemai di persemaian yang
telah dipersiapkan. Tempat persemaian menggunakan atap plastik
dan menghadap ke Timur. Media persemaian berupa campuran
pupuk kandang yang telah matang dan tanah dengan
perbandingan 1 : 1.
Sebelum disemai, benih cabai sebaiknya direndam dahulu
dengan fungisida Propamocarb dengan konsentrasi 0,1% selama
1 jam atau dengan air panas + 50 0C selama + 1 malam. Benih
disemai dengan cara disebar pada media yang sudah diratakan,
kemudian ditutup dengan tanah halus dengan ketebalan + 0,5 cm.
Untuk mempertahankan kelembaban tanah, media persemaian
cabai ditutup dengan daun pisang atau penutup yang lain. Setelah
benih berkecambah, penutup persemaian dibuka.
Setelah 6 7 hari biji berkecambah, bibit dipindahkan ke
bumbungan/pot pot kecil yang terbuat dari plastik atau daun
pisang, untuk meningkatkan daya adaptasi dan daya tumbuh bibit
pada saat dipindahkan ke lapangan. Benih dipindahkan ke lapang-

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 22


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

an setelah berumur 7 8 minggu setelah semai atau setelah bibit


mempunyai 4 5 helai daun.

5.2.2. Penanaman
Beberapa hal yang perlu disiapkan sebelum, selama dan
setelah penanaman bibit dijelaskan dalam uraian berikut ini.

a. Pengolahan dan pembersihan lahan


Pengolahan lahan dilakukan menggunakan cangkul atau
bajak tergantung pada kondisi lahan dan luas lahan yang akan
diolah. Lahan dicangkul sedalam 30 cm sampai gembur, kemudian
tanah diratakan dan dibersihkan dari gulma dan sisa sisa
tanaman.

b. Pembuatan guludan
Pembuatan guludan di lahan darat dan lahan sawah berbeda
(Sumarni 1996).
Lahan kering / tegalan :
- Lahan dicangkul sampai gembur.
- Dibuat bedengan bedengan dengan lebar 1 1,2 m, tinggi 30
cm, dan jarak antar bedeng 50 cm.
- Dibuat lubang tanam dengan jarak tanam (50 60 cm) x (40 x
50 cm).
- Pada tiap bedengan akan terdapat 2 baris tanaman.

Lahan sawah :
- Dibuat bedengan bedengan pada areal tanam dengan lebar
1,5 m antara bedengan dibuat parit sedalam 50 cm dan lebar
50 cm.
- Tanah di atas bedengan dicangkul sampai gembur.

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 23


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

- Dibuat lubang lubang tanaman dengan jarak tanam 50 cm x


40 cm.
- Pada tiap bedengan terdapat 2 baris tanaman.

c. Pemupukan
Untuk penanaman cabai secara monokultur di lahan kering,
pupuk dasar yang terdiri atas pupuk kandang (20 30 ton/ ha) dan
TSP (100 150 kg / ha) diberikan seminggu sebelum tanam.
Pupuk susulan terdiri atas Urea (100 150 kg / ha), ZA (300 400
kg/ha), dan KCl (150 200 kg / ha) diberikan pada umur 3,6 dan 9
minggu setelah tanam, masing masing sepertiga dosis (Hilman
dan Suwandi,1992 ; Nurtika dan Hilman, 1991).
Untuk penanaman cabai merah secara tumpanggilir dengan
bawang merah di lahan sawah, pemupukan yang dianjurkan
adalah sebagai berikut :
1) Untuk bawang merah diberikan pupuk kandang (10 20 ton /
ha) dan TSP (150 200 kg/ ha) 7 hari sebelum tanam bawang
merah, kemudian Urea (150 200 kg/ha), ZK ( 400 500 kg /
ha) dan KCl (150 200 kg / ha)pada umur 7 dan 25 hari
setelah tanam masing masing setengah dosis.
2) Untuk cabai merah diberikan pupuk kandang (10 15 ton /ha)
dan TSP (100 150 kg / ha) seminggu setelah tanam cabai
atau setelah bawang merah dipanen. Urea (100 150 kg / ha),
ZA ( 300 400 kg / ha), dan KCl (100 150 kg / ha) diberikan
pada umur 4,7 dan 10 minggu setelah tanam cabai merah
(Nurtika dan Hilman 1991 ; Nurtika dan Suwandi 1992).

d. Cara bertanam
Cara penanaman cabai bervariasi menurut jenis tanah dan
ketinggian tempat. Pada tanah bertekstur liat, sistem penanaman

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 24


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

dalam bedengan dengan 2 4 baris tanaman tiap bedengan lebih


efisien. Pada tanah bertekstur sedang sampai ringan, sistem
penanaman yang tepat adalah dengan barisan tunggal. Cara ini
biasa dilakukan petani di dataran medium dan dataran tinggi
(Sumarni 1996)
Pada saat tanam, tanah harus cukup lembab, agar bibit cabai
tumbuh lebih cepat. Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore
hari. Pemilihan waktu tanam cabai merah yang tepat sangat
penting, terutama dalam hubungannya dengan ketersediaan air,
curah hujan, serta gangguan hama dan penyakit secara umum.
Secara umum, waktu tanam cabai merah yang tepat untuk lahan
beririgasi teknis adalah pada akhir musim hujan atau awal musim
kemarau.

e. Pengairan
Di lahan tegalan, ketersediaan air tergantung pada hujan.
Oleh karena itu waktu tanam perlu diperhatikan agar tanaman
memperoleh cukup air selama masa pertumbuhannya. Penerapan
sistem irigasi tetes pada lahan kering tampaknya akan lebih
efisien, ditinjau dari segi penggunaan air maupun tanggap
tanaman terhadap pemberian air pengairan (Sumarni 1996).
Kelembaban tanah yang merata selama masa pertumbuhan
sangat penting untuk tanaman cabai merah. Kelembaban tanah
harus dipertahankan 60 80% kapasitas lapang (Kusandriani dkk.
1996). Masa kritis tanaman tanaman cabai adalah pada saat
pertumbuhan vegetatif yang cepat, pembentukan bunga, dan
pembentukan buah (Welles 1990).

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 25


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

f. Pengendalian gulma
Gulma merupakan masalah penting dalam budidaya cabai
merah. Tanaman pengganggu ini berkompetisi memperebutkan
ruang, cahaya, air dan unsur hara, serta dapat menjadi inang dari
hama dan penyakit. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara
manual yaitu dengan cara penyiangan, atau dengan
penyemprotan herbisida.

g. Pengendalian hama dan penyakit penting


Untuk menjaga kualitas tanaman dan untuk memperoleh hasil
yang maksimal, diusahakan tanaman bebas dari serangan hama
dan penyakit. Namun, jika hama dan penyakit terlanjur
menyerang tanaman maka perlu pengendalian secara kuratif
menggunakan pestisida.

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 26


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

VI. PANEN DAN PENANGANAN BENIH

6.1. Panen
Tanaman cabai yang ditanam di dataran rendah dapat
dipanen 60 80 hari setelah tanam dengan interval 3 7 hari. Di
dataran tinggi biasanya waktu panen lebih lambat yaitu sekitar 4
bulan setelah tanam. Untuk memperoleh mutu benih yang baik,
sebaiknya pemanenan dilakukan ketika buah sudah berwarna
merah penuh.

6.2. Prosesing Benih


Buah cabai dari setiap varietas cabai mempunyai perbedaan
dalam jumlah dan bobot per satuan berat, yang berpengaruh
terhadap rendemen biji. Perlakuan buah melalui penyimpanan
buah beberapa hari setelah panen akan lebih memudahkan dalam
prosesing benih secara manual.
Dalam prosesing benih cabai, perontokan benih dapat
dilakukan secara manual untuk buah yang jumlahnya sedikit.
Untuk buah yang jumlahnya banyak dapat digunakan alat bantu
seperti penggiling daging yang telah dimodifikasi, yaitu ujung pisau
ditumpulkan untuk mengekstrak benih cabai. Untuk itu benih perlu
dibersihkan dengan menggunakan air yang mengalir. Dapat pula
dilakukan perendaman buah, yaitu buah cabai yang sudah dibelah
direndam dalam tong/ember yang berisi air bersih, selama 1
malam. Setelah itu buah dicuci dengan air yang bersih.
Tiap cara mempunyai kelebihan dan kelemahan. Dari
prosesing benih cabai dengan cara manual akan diperoleh benih
dengan kualitas yang lebih baik, warna benih kuning jerami,

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 27


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

kerusakan benih hampir tidak ada dan persentase daya kecambah


lebih tinggi. Kelemahannya adalah waktu prosesing lebih lama
dibandingkan dengan prosesing benih dengan menggunakan
bantuan alat.
Alat alat yang akan digunakan dalam prosesing benih harus
bersih dan bebas dari kemungkinan campuran benih dari varietas -
varietas lain. Setelah prosesing, benih dapat dikeringkan dengan
cara diangin anginkan tetapi tidak di bawah sinar matahari
langsung, atau dengan cara dikeringkan di ruang pengering
dengan suhu 34 0C selama kurang lebih 5 6 hari.
Setelah pengeringan dilakukan sortasi benih, yaitu pemilihan
benih yang berukuran normal dan bernas. Benih yang hampa,
rusak, dan yang berwarna hitam atau coklat dibuang. Untuk
menghindari adanya penyakit atau hama yang terbawa dari
lapangan atau selama dalam penyimpanan, benih dapat diberi
perlakukan pestisida yang berbahan aktif Metalaxyl dengan
konsentrasi 0,2%
Untuk penyimpanan jangka panjang, sebaiknya benih
dikeringkan sampai kadar airnya mencapai 7 8 % (Tao 1985).
Benih disimpan dalam kantung almunium foil atau dalam wadah
yang terbuat dari kaca atau metal. Tempat penyimpanan benih
harus tertutup sangat rapat agar udara tidak dapat masuk ke
dalam wadah tersebut.

6.3. Gudang Penyimpanan Benih


Jika kadar air benih awal sudah baik dan konstan, yaitu lebih
kurang 7%, maka untuk penyimpanan jangka menengah (medium)
benih ditempatkan di Cold Storage dengan kelembaban 15
50% (Engle 1996). Dua faktor yang menentukan kualitas dan
daya tahan benih di tempat penyimpanan benih (gudang benih)

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 28


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

adalah kadar air benih dan suhu gudang penyimpanan suhu


rendah. Untuk penyimpanan benih jangka menengah (18 24
bulan), suhu yang diperlukan adalah 16 20 0C, dan kelembaban
50% ( Sutopo 1993).

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 29


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

DAFTAR PUSTAKA

Amris Makmur. 1985. Pokok pokok pengantar pemuliaan


tanaman, Bina Aksara, Jakarta.

AVRDC. 2002. Characterization record sheet. Asian Vegetables


Research Development Centre. Sahua, Taiwan.

Direktorat Bina Program Tanaman Pangan. 1999. Luas panen


rata rata hasil dan produksi tanaman hortikultura di
Indonesia.

Greenleaf, W.H. 1986. Pepper breeding. (p. 67-134). In Mark J


Basset (ed). Breeding vegetables crops. AVI
Publishing Co.

Hilman, Y. dan Suwandi. 1992. Pengaruh pupuk nitrogen dan


triple super phosphate pada tanaman cabai. Bull
Penel. Hort 23 (1) ; 107 116.

Howhtorn, L.R and Pollard, L.H. 1954. Vegetables and flower


seed production. The Blakistan Co. Inc New York.
Toronto

IBPGR. 1983. Genetic resources of Capsicum. International


Board for Plant Genetic Resources . Secretariat,
Rome, Italy, 49 p.

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 30


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

Ivers, D.R. and W.R. Fehr. 1978. Evaluation of the pure line
familly method for cultivar development. Crop
Science. Vol XVIII : 541 544.

Kusandriani, Y. dan A. Sumarna. 1993. Respons varietas cabai


pada beberapa tingkat kelembaban tanah. Bull Penel.
Hort 25 (1) : 1 8.

Nurtika, N. dan Y. Hilman. 1991. Pengaruh nitrogen dan pupuk


daun terhadap pertumbuhan dan hasil cabai yang
ditumpangsarikan dengan bawang merah. Bull Penel
Hort Ek. 20 (1) ; 135 139.

Nurtika, N. dan Suwandi. 1992. Pengaruh sumber dan dosis


pupuk fosfat pada tanaman cabai. Bull. Penel. Hort
21 (4) ; 6 15.

Pickersgill, B. 1989. Genetic resources of capsicum for tropical


region (p. 2-9). In S.K. Green, T.D. Grigg and B.T. Mc
Lean (ed.), Tomato and pepper production in the
tropics. Shan Hua, Tainan, AVRDC.

Permadi, A.H. dan Y. Kusandriani. 1995. Pemuliaan tanaman


cabai. (hal 22-35). Dalam Agribisnis cabai. PT.
Penebar Swadaya, Jakarta.

Poulos J.M. 1993. Breeding of solanaceous and cole crop. In


Breeding of solanaceous and cole crop. Asian
Vegetable Research and Development Centre Shan
hua, Tainan, Taiwan (ROC).

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 31


Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai

Sadjad, S. 1984. Seed technology in a glimpse, lecture notes in


training course on seed technology of prest trees.
SEAMEO BIOTROP, Bogor Indonesia.

Siemonsma, J.S. and Kasem Pilver, 1994. Plant resources of


South East Asia. 8 Vegetables PROSEA. 412 p.

Sumarni, N. 1996. Budidaya tanaman cabai merah. hal. 36-47.


Dalam Teknologi produksi cabai merah. Balai
Penelitian Tanaman Sayuran. Puslitbanghort, Badan
Litbang Pertanian.

Sutopo, L. 1993. Teknologi benih Fakultas Pertanian UNIBRAW,


Rajawali Pers, Jakarta.

Tao, K.L. 1985. Standard for gene banks. FAO / IBPGR plant
genetic resources news letters 62 : 36 41.

Weles, G.W.H. 1990. Pepper international agric. Center


Wageningen, the Netherlands.

Balai Penelitian Tanaman Sayuran 32

Anda mungkin juga menyukai