Oleh :
Oleh :
Yenni Kusandriani dan Agus Muharam
Dewan Redaksi :
Widjaja W.Hadisoeganda, Azis Azirin Asandhi, Ati Srie Duriat,
Nikardi Gunadi, Rofik Sinung Basuki, Eri Sofiari, dan R.M. Sinaga.
Redaksi Pelaksana :
Tonny K. Moekasan, Laksminiwati Prabaningrum,
dan Mira Yusandiningsih.
Tata Letak :
Tonny K. Moekasan
Kulit Muka :
Tonny K. Moekasan
Alamat Penerbit :
BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN
Jl. Tangkuban Parahu No. 517, Lembang - Bandung 40391
Telepon : 022 - 2786245; Fax. : 022 - 2786416
e.mail : ivegri@balitsa.or.id
website :www.balitsa.or.id.
Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Y. Kusandriani dan A. Muharam:
Tahun 2005 Produksi Benih Cabai
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ......... 1
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
DAFTAR TABEL
No. Halaman
I. PENDAHULUAN
2.1. Jenis
Genus Capsicum terdiri atas 30 spesies lima di antaranya
telah dibudidayakan, yaitu C. annuum, C. frutescens, C.
pubescence, C. baccatum, dan C. chinense (Greenleaf 1986 ;
Pickersgill 1989). Di antara lima spesies tersebut, yang paling
banyak diusahakan di Indonesia adalah C. annuum (cabai merah
besar dan keriting), kemudian diikuti oleh C. frutescens (cabai
rawit).
a. Cabai besar
Bunga cabai berwarna putih dan pada setiap buku terdapat
satu kuntum bunga. Permukaan buah cabai rata dan halus,
dengan diameter sedang sampai besar dan kulit daging buah
tebal. Kadar kapsaisin buah cabai besar umumnya rendah. Buah
cabai besar umumnya dipanen setelah berwarna merah, tetapi
kadang kadang juga dipanen ketika buah masih berwarna hijau.
Cabai besar berumur genjah dan dapat tumbuh di berbagai
ketinggian, baik di lahan darat, lahan sawah maupun pantai.
b. Cabai keriting
Bunga cabai keriting berwarna putih atau ungu. Buah muda
berwarna hijau atau ungu, permukaan buah bergelombang,
diameternya lebih kecil dibandingkan dengan diameter buah cabai
c. Cabai paprika
Buah paprika yang muda memiliki warna yang bervariasi,
yaitu kuning, hijau muda, hijau, dan ungu. Buah berbentuk kotak
atau lonceng dengan diameter yang besar permukaannya rata.
Kulit daging buah tebal, dan rasanya manis (tidak pedas).
Biasanya buah dipanen saat masih muda, yaitu ketika masih
Gambar 5. Tipe tumbuh tanaman cabai (IBPGR 1983 dan AVRDC 2002)
2.2.3. Bunga
a. Jumlah bunga per : 1 : satu buah per buku
buku 2 : dua buah per buku
3 : tiga buah per buku
4 : lebih dari 3 buah per
buku
Gambar 6. Posisi tangkai bunga cabai (IBPGR 1983 dan AVRDC 2002)
Gambar 7. Sudut antara bunga dan tangkai bunga (IBPGR 1983 dan
AVRDC 2002)
2.2.4. Buah
a. Warna buah muda : 1 : hijau
2 : kuning
3 : orange
4 : merah
5 : ungu
6 : coklat
7 : hitam
b. Warna buah matang : 1 : hijau
2 : kuning
3 : orange
4 : merah oranye
5 : merah ungu
6 : coklat hitam
7 : coklat
8 : hitam
c. Bentuk buah : 1 : memanjang
2 : lonjong
3 : bulat
4 : kerucut
5 : tidak beraturan
6 : kotak lonceng
Gambar 10. Penampilan ujung buah cabai (IBPGR 1983 dan AVRDC 2002)
f. Penampang melintang : 0 : rata
buah 3 : agak bergelombang
5 : bergelombang
7 : sangat bergelombang
2.2.5. Biji
a. Warna biji : 1 : kuning
2 : coklat/ hitam
3 : warna lain
3.1.1. Isolasi
Beberapa bentuk isolasi untuk pertanaman benih cabai
adalah isolasi jarak, waktu tanam, tempat, dan perantara.
a. Isolasi jarak. Lahan pertanaman cabai untuk benih penjenis
harus mempunyai jarak antar varietas + 500 m (Howthorn dan
Pollard 1954). Untuk kelas benih di bawah benih penjenis,
jarak penanaman antar varietas dapat lebih pendek yaitu + 200
meter.
b. Isolasi waktu tanam. Jika dua atau lebih varietas yang berbeda
ditanam dalam petak yang berdampingan, maka waktu tanam
diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunga tidak
bersamaan, minimal dengan selisih 75 hari. Dengan demikian
diharapkan tidak terjadi persilangan bebas di lapangan.
c. Isolasi tempat. Setiap varietas ditanam tersendiri di dalam
ruangan ruangan khusus.
d. Perantara. Tanaman seperti jagung, sorgum, rumput tinggi atau
tebu juga efektif untuk mengisolasi pertanaman cabai yang
ditujukan untuk produksi benih (Poulos 1993).
3.1.2. Seleksi
Untuk memperoleh kemurnian benih dilakukan
penyeleksian terhadap tanaman sumber benih, baik pada fase
vegetatif maupun pada fase generatif. Pertanaman cabai di
lapangan sebaiknya diseleksi dan dibersihkan dari tanaman yang
pertumbuhannya menyimpang. Kegiatan seleksi minimal dilakukan
2 atau 3 kali selama pertanaman (Poulos 1993). Seleksi tanaman
dilakukan ketika tanaman masih berada di persemaian maupun
ketika sudah berada di lapangan.
a. Persemaian harus dibersihkan dari rerumputan dan diadakan
seleksi dengan membuang semaian yang sakit, tipe simpang
dan varietas lain. Seleksi dilakukan dengan mengamati warna
hipokotil.
b. Pembersihan dan seleksi untuk membuang tipe simpang harus
pula dilakukan setelah pertanaman dipindahkan ke lapangan.
1) Pada fase pertumbuhan vegetatif (30 40 hari setelah
tanam) dilakukan pengamatan terhadap sifat tipe
percabangan, tingggi tanaman, dan bentuk daun.
5.2.2. Penanaman
Beberapa hal yang perlu disiapkan sebelum, selama dan
setelah penanaman bibit dijelaskan dalam uraian berikut ini.
b. Pembuatan guludan
Pembuatan guludan di lahan darat dan lahan sawah berbeda
(Sumarni 1996).
Lahan kering / tegalan :
- Lahan dicangkul sampai gembur.
- Dibuat bedengan bedengan dengan lebar 1 1,2 m, tinggi 30
cm, dan jarak antar bedeng 50 cm.
- Dibuat lubang tanam dengan jarak tanam (50 60 cm) x (40 x
50 cm).
- Pada tiap bedengan akan terdapat 2 baris tanaman.
Lahan sawah :
- Dibuat bedengan bedengan pada areal tanam dengan lebar
1,5 m antara bedengan dibuat parit sedalam 50 cm dan lebar
50 cm.
- Tanah di atas bedengan dicangkul sampai gembur.
c. Pemupukan
Untuk penanaman cabai secara monokultur di lahan kering,
pupuk dasar yang terdiri atas pupuk kandang (20 30 ton/ ha) dan
TSP (100 150 kg / ha) diberikan seminggu sebelum tanam.
Pupuk susulan terdiri atas Urea (100 150 kg / ha), ZA (300 400
kg/ha), dan KCl (150 200 kg / ha) diberikan pada umur 3,6 dan 9
minggu setelah tanam, masing masing sepertiga dosis (Hilman
dan Suwandi,1992 ; Nurtika dan Hilman, 1991).
Untuk penanaman cabai merah secara tumpanggilir dengan
bawang merah di lahan sawah, pemupukan yang dianjurkan
adalah sebagai berikut :
1) Untuk bawang merah diberikan pupuk kandang (10 20 ton /
ha) dan TSP (150 200 kg/ ha) 7 hari sebelum tanam bawang
merah, kemudian Urea (150 200 kg/ha), ZK ( 400 500 kg /
ha) dan KCl (150 200 kg / ha)pada umur 7 dan 25 hari
setelah tanam masing masing setengah dosis.
2) Untuk cabai merah diberikan pupuk kandang (10 15 ton /ha)
dan TSP (100 150 kg / ha) seminggu setelah tanam cabai
atau setelah bawang merah dipanen. Urea (100 150 kg / ha),
ZA ( 300 400 kg / ha), dan KCl (100 150 kg / ha) diberikan
pada umur 4,7 dan 10 minggu setelah tanam cabai merah
(Nurtika dan Hilman 1991 ; Nurtika dan Suwandi 1992).
d. Cara bertanam
Cara penanaman cabai bervariasi menurut jenis tanah dan
ketinggian tempat. Pada tanah bertekstur liat, sistem penanaman
e. Pengairan
Di lahan tegalan, ketersediaan air tergantung pada hujan.
Oleh karena itu waktu tanam perlu diperhatikan agar tanaman
memperoleh cukup air selama masa pertumbuhannya. Penerapan
sistem irigasi tetes pada lahan kering tampaknya akan lebih
efisien, ditinjau dari segi penggunaan air maupun tanggap
tanaman terhadap pemberian air pengairan (Sumarni 1996).
Kelembaban tanah yang merata selama masa pertumbuhan
sangat penting untuk tanaman cabai merah. Kelembaban tanah
harus dipertahankan 60 80% kapasitas lapang (Kusandriani dkk.
1996). Masa kritis tanaman tanaman cabai adalah pada saat
pertumbuhan vegetatif yang cepat, pembentukan bunga, dan
pembentukan buah (Welles 1990).
f. Pengendalian gulma
Gulma merupakan masalah penting dalam budidaya cabai
merah. Tanaman pengganggu ini berkompetisi memperebutkan
ruang, cahaya, air dan unsur hara, serta dapat menjadi inang dari
hama dan penyakit. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara
manual yaitu dengan cara penyiangan, atau dengan
penyemprotan herbisida.
6.1. Panen
Tanaman cabai yang ditanam di dataran rendah dapat
dipanen 60 80 hari setelah tanam dengan interval 3 7 hari. Di
dataran tinggi biasanya waktu panen lebih lambat yaitu sekitar 4
bulan setelah tanam. Untuk memperoleh mutu benih yang baik,
sebaiknya pemanenan dilakukan ketika buah sudah berwarna
merah penuh.
DAFTAR PUSTAKA
Ivers, D.R. and W.R. Fehr. 1978. Evaluation of the pure line
familly method for cultivar development. Crop
Science. Vol XVIII : 541 544.
Tao, K.L. 1985. Standard for gene banks. FAO / IBPGR plant
genetic resources news letters 62 : 36 41.